• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI INHIBITOR SENYAWA PURIN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA SS 304 DALAM LARUTAN ASAM DENGAN ADANYA ION I -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI INHIBITOR SENYAWA PURIN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA SS 304 DALAM LARUTAN ASAM DENGAN ADANYA ION I -"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

C - 251

EFISIENSI INHIBITOR SENYAWA PURIN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA SS 304

DALAM LARUTAN ASAM DENGAN ADANYA ION I

-

EFFICIENCY OF PURINES INHIBITOR ON CORROSION RATE OF SS 304 STEEL IN ACID

SOLUTION WITH I

-

ION

Kartika Anoraga M.

1

, Harmami

2

1,2

Jurusan Kimia, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

e-mail

: harmami@chem.its.ac.id

Abstrak-

Telah dilakukan kajian terhadap efisiensi inhibitor senyawa purin terhadap korosi baja SS 304 dalam

larutan 1 M HCl dengan metoda gravimetri dan polarisasi potensiodinamik. Senyawa purin yang digunakan adalah

senyawa hasil kondensasi asam formamida. Inhibitor senyawa purin ditambahkan ke dalam media korosi 1 M HCl

dengan variasi konsentrasi 300 – 1500 ppm. Hasil menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi korosi meningkat dengan

peningkatan konsentrasi inhibitor senyawa purin, dengan penurunan laju korosi dari 4,41 mmpy tanpa inhibitor

menjadi 3,04 mmpy dengan penambahan 1500 ppm inhibitor. Adanya 1,0x10

-4

M ion I

-

yang ditambahkan dalam

media 1 M HCl dengan konsentrasi 1500 ppm inhibitor senyawa purin, telah memberikan efek sinergis dengan

peningkatan efisiensi dari 77,14% menjadi 92,01% dan penurunan laju korosi dari 3,04 mmpy menjadi 2,96 mmpy.

Abstract.

Efficiency of purines inhibitor on corrosion rate of SS 304 steel in 1 M HCl solution was studied using

gravimetric method and polarization measurement. Purines used were the product from the condensation of

formamide. Purines added into corrosion media of 1 M HCl with variation of inhibitor concentration from 300 –

1500 ppm. The result showed that inhibition efficiency increased by increasing the inhibitor concentration with

decreasing corrosion rate from 4.41 mmpy without inhibitor, become 3.04 mmpy with 1500 ppm inhibitor. I

-

ion of

1.0x10

-4

M concentration was added into 1 M HCl solution with 1500 ppm inhibitor and gave synergic effect

showed by increasing efficiency from 77.14% to 92.01% and the corrosion rate decreased from 3.04 mmpy to

2.96 mmpy.

Kata kunci: Inhibisi korosi, baja SS 304, ion I

-

, senyawa purin

PENDAHULUAN

Baja

stainless steel

tipe 304 (SS tipe 304) ini

sering digunakan dalam industri karena memiliki

sifat mekanik berupa kekuatan dan keuletan yang

baik, harganya relatif murah, dan memiliki

resistensi/ketahanan yang baik terhadap korosi

(Fouda, 2009).

Ketahanan korosi SS 304 disebabkan adanya

lapisan pasif dari krom oksida pada permukaan baja.

Namun demikian, dalam proses industri, baja SS 304

sering mengalami proses

pickling

atau pencucian

dengan asam (biasanya asam sulfat atau asam

klorida) sehingga lapisan pasif tidak bisa terbentuk.

Dalam larutan asam, baja SS 304 yang memiliki

kandungan minimal 18% Cr akan mengalami

pelarutan dan tidak dapat membentuk lapisan

pasifnya dan baja akan mengalami korosi. Salah satu

cara yang sering digunakan untuk mengatasi korosi

baja SS dalam proses

pickling

adalah dengan

menambahkan inhibitor. Inhibitor organik yang dapat

digunakan untuk menghambat korosi baja dalam

media asam merupakan senyawa organik yang

memiliki atom elektronegatif seperti S, N, O atau

yang banyak mengandung senyawa N-heterosiklik

(Asan, 2005).

Salah satu inhibitor organik yang telah

digunakan untuk menghambat korosi baja SS 304

dalam media asam adalah isatin (Harmami dan

Adrian Gunawan, 2010). Penambahan ion thiosianat

ke dalam media asam dengan adanya inhibitor isatin

telah terbukti mempunyai efek yang sinergis dan

dapat meningkatkan efisiensi inhibisi (Harmami dan

Putri, 2011). Namun demikian isatin bersifat toksik,

sehingga dalam penelitian ini digunakan senyawa

organik yang lebih ramah lingkungan, yaitu senyawa

purin. Purin dan turunannya telah banyak digunakan

untuk inhibisi korosi, antara lain pada: korosi Cu

dalam NaCl (Scendo, 2007), korosi baja lunak dalam

HCl (Yan dkk, 2008) dan korosi

cold rolled steel

(CRS) dalam HCl (Li dkk, 2009). Dalam penelitian

ini, senyawa purin hasil kondensasi asam formamida

digunakan sebagai inhibitor korosi SS 304 dalam

media asam dan ditambahkan ion I

-

dengan tujuan

(2)

C - 252

untuk meningkatkan efisiensi inhibisi dari inhibitor

tersebut.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat

yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi: seperangkat alat gelas, neraca analitis dan

potensiostat tipe PGS 201 T dengan sistem 3

elektroda. Elektroda pembanding adalah tipe calomel

(SCE), elektroda bantu berupa platina dan elektroda

kerja adalah spesimen baja berbentuk silinder.

Bahan

yang digunakan meliputi: Baja SS

304 yang berbentuk lembaran dengan ketebalan 0,1

cm dipersiapkan untuk metode pengurangan berat

dan polarisasi. Untuk metode pengurangan berat, baja

dipotong persegi dengan ukuran 3x3 cm. Sedangkan

untuk metode polarisasi, baja dipotong silinder

dengan diameter 1,4 cm. Permukaan baja yang telah

dipotong, kemudian digosok dengan kertas ampelas

grade 500 dan 1000 secara berturut-turut, lalu dicuci

dengan aquabidest dan aseton, dan terakhir

dikeringkan. Bahan untuk media korosi adalah HCl

dengan variasi konsentrasi purin 300 – 1500 ppm

dengan dan tanpa penambahan 1,0x10

-4

M ion I

-(dari KI).

PROSEDUR

Metode Pengurangan Berat

Spesimen

baja

SS

304

yang

telah

dipersiapkan untuk metode pengurangan berat

mula-mula ditimbang dan dicatat berat awalnya. Baja

kemudian direndam masing-masing pada media

pengkorosi selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah

proses perendaman, baja dicuci dengan aquabidest

dan aseton secara berturut-turut lalu dikeringkan dan

ditimbang berat akhirnya. Perlakuan ini dilakukan

secara

truplo.

Perhitungan

Efisiensi

inhibisi

dilakukan saat akhir keseluruhan proses metode ini.

Efisiensi inhibisi dihitung dengan menggunakan

persamaan 1.

=

× 100%

(1)

dimana

w

0

adalah pengurangan berat baja dalam

larutan uji tanpa inhibitor, dan

w

i

adalah pengurangan

berat baja dalam larutan uji dengan inhibitor tanpa

dan dengan penambahan ion I

-

1,0x10

-4

M.

Pengukuran fraksi dari permukaan baja yang dilapisi

oleh molekul adsorben (θ) dapat dihitung dengan

persamaan:

=

(2)

Metode Polarisasi Potensiodinamik

Metode ini dilakukan untuk mengetahui

nilai parameter korosi (arus korosi, potensial korosi,

konstanta Tafel katodik dan anodik). Elektroda kerja,

elektroda bantu, dan elektroda pembanding dirangkai

menjadi suatu sel dengan larutan elektrolit dari media

pengkorosi yang telah dibuat. Kemudian sistem

tersebut dihubungkan dengan potensiostat dan

komputer untuk membaca data yang diperoleh.

Metode polarisasi dilakukan pada suhu kamar.

Efisiensi inhibisi (EI) dihitung menggunakan

persamaaan 3.

EI

=

×100%

(3)

dimana

I

o

merupakan densitas arus korosi pada media

pengkorosi tanpa inhibitor dan

I

i

pada media

pengkorosi dengan inhibitor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Pengurangan Berat

Metode pengurangan berat merupakan

metode yang sederhana untuk menentukan laju korosi

dan efisiensi inhibisi. Pengurangan berat tersebut

terjadi karena logam larut menjadi keadaan

teroksidasinya akibat reaksi kimia antara logam

dengan lingkungannya. Pada metode ini akan

diperoleh hasil berupa selisih pengurangan berat dari

baja SS 304 dalam larutan uji tanpa dan dengan

penambahan inhibitor berupa senyawa purin hasil

kondensasi formamida. Hasil ini secara langsung

dapat digunakan untuk menentukan nilai efisiensi

inhibisinya.

Hasil inhibisi Korosi Baja SS 304 tanpa dan

dengan Senyawa Purin

Hubungan antara konsentrasi inhibitor

dengan pengurangan berat spesimen yang telah

direndam selama 3 jam pada suhu kamar dalam

larutan HCl 1 M dan dengan variasi konsentrasi

inhibitor ditunjukkan pada Tabel 1. Pada Tabel 1,

terlihat bahwa semakin besar konsentrasi inhibitor

yang ditambahkan pada range 300 – 1500 ppm,

efisiensi inhibisinya (%EI) dan fraksi pelingkupan

permukaan baja (θ) semakin besar. Hal tersebut

berarti bahwa semakin besar konsentrasi inhibitor

pada range 300-1500 ppm maka laju korosi baja SS

304 semakin menurun.

Berdasarkan data pada Tabel 1, diperoleh

bahwa efisiensi inhibisi (%EI) terbesar pada

(3)

C - 253

penelitian ini adalah 77,14% pada konsentrasi

inhibitor 1500 ppm dari range 300 – 1500 ppm. Data

tersebut juga menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi

berbanding lurus dengan fraksi pelingkupan (θ)

permukaan logam oleh molekul inhibitor. Lapisan

adsorpsi yang terbentuk pada permukaan logam

menunjukkan adanya suatu lapisan pembatas antara

media pengkorosi dengan permukaan logam secara

langsung sehingga dapat menurunkan laju korosi.

Fraksi dari permukaan yang dilapisi oleh molekul

inhibitor tertinggi diperoleh pada konsentrasi 1500

ppm dengan nilai 0,7714.

Tabel 1. Data efisiensi inhibisi dalam larutan uji

dengan metode pengurangan berat

Konsentrasi Inhibitor (ppm) EI (%) θ 0 300 600 900 1200 1500 0 39,59 51,86 58,55 70,26 77,14 0 0,3959 0,5186 0,5855 0,7026 0,7714

Berdasarkan hasil %EI pada Tabel 1, maka

diperoleh pola inhibisi inhibitor pada baja SS 304.

Pola inhibisi tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik hubungan efisiensi inhibisi

dengan variasi konsentrasi inhibitor

Pola yang diperoleh pada penelitian ini,

menunjukkan pola yang sama dengan penelitian

Scendo

a

, 2007, dimana efisiensi inhibisi meningkat

seiring dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor

(purin) pada tembaga dalam larutan NaCl 1 M,

dengan

%EI

terbesarnya

adalah

76%

pada

konsentrasi purin 1x10

-2

M. Hasil ini juga memiliki

pola yang sama dengan 2 penelitian Scendo yang

menggunakan turunan purin berupa adenin sebagai

inhibitor pada tembaga dalam larutan NaCl 1 M dan

larutan Na

2

SO

4

0,5 M. Hasilnya menunjukkan bahwa

adenin efektif menurunkan laju korosi pada tembaga

dalam kedua larutan tersebut (Scendo

b

, 2008).

Hasil Inhibisi Korosi Baja SS 304 Dengan

Senyawa Purin Dan Penambahan Ion I

-

Penelitian ini juga dilakukan dengan

menambahkan ion I

-

(dari larutan KI) pada variasi

konsentrasi inhibitor dari 300 – 1500 ppm dalam

larutan uji. Tujuannya adalah untuk mengetahui

pengaruh penambahan ion I

-

tersebut pada proses

inhibisi korosi baja SS 304 dengan senyawa purin.

Data efisiensi inhibisi dengan penambahan ion I

-1,0x10

-4

M pada variasi konsentrasi inhibitor dalam

larutan uji dengan metode pengurangan berat

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data efisiensi inhibisi dalam larutan uji

dengan penambahan ion I

-

1,0x10

-4

M

Tabel 2 menunjukkan pola yang sama

dengan larutan uji tanpa penambahan ion I

-

(Tabel 1).

Kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa efisiensi

inhibisinya meningkat seiring dengan meningkatnya

konsentrasi inhibitor (300 – 1500 ppm) baik tanpa

maupun dengan penambahan ion I

-

sebesar

1,0x10

-4

M.

Berdasarkan data pada Tabel 2, terlihat

bahwa semakin besar konsentrasi inhibitor dari 300 –

1500 ppm dengan penambahan ion I

-

1,0x10

-4

M

mengakibatkan efisiensi inhibisinya semakin besar.

Hal ini menunjukkan bahwa penambahan ion I

-meningkatkan efisiensi inhibisi inhibitor pada baja

SS 304 dalam larutan uji. Namun pengurangan berat

rata-rata baja SS 304 memiliki selisih yang kecil

dengan bertambahnya konsentrasi inhibitor. Hal

tersebut dapat terjadi karena konsentrasi ion I

-

yang

ditambahkan tetap. Pola efisiensi inhibisi tanpa dan

dengan penambahan ion I

-

dapat dilihat pada

Gambar 2.

Pola yang sama juga ditunjukkan pada

penelitian Rehim, (2008), yang menggunakan

turunan purin berupa adenin. Pada penelitian ini, ion

I

-

yang ditambahkan sebesar 0,005 M dan 0,001 M

pada larutan asam sulfat 4 M dengan adenin sebagai

inhibitor pada

low carbon steel

(LCS) juga

meningkatkan efisiensi inhibisinya.

0 20 40 60 80 100 0 300 600 900 1200 1500 E fi si en si I n h ib is i (% ) Inhibitor (ppm) Konsentrasi Inhibitor (ppm) EI (%) θ 0 300 600 900 1200 1500 - 89,03 89,77 90,33 91,08 92,01 - 0,8903 0,8977 0,9033 0,9108 0,9201

(4)

C - 254

Gambar 2. Grafik hubungan Efisiensi Inhibisi

dengan variasi konsentrasi inhibitor

Metode Polarisasi Potensiodinamik

Metode

polarisasi

potensiodinamik

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar arus

korosi (I

kor

), potensial korosi (E

kor

), dan konstanta

tafel anodik dan katodik (β

a

dan β

c

) dari baja SS 304

dalam larutan uji tanpa dan dengan penambahan

inhibitor serta dengan inhibitor yang ditambahkan ion

I

-

. Parameter korosi tersebut dapat diperoleh dengan

cara menggunakan ekstrapolasi tafel dari hasil

polarisasi. Hasil yang diperoleh dari metode ini

adalah berupa kurva polarisasi katodik dan anodik

baja SS 304 dalam larutan uji.

Hasil Inhibisi Korosi Baja SS 304 Tanpa dan

dengan Senyawa Purin serta dengan Senyawa

Purin yang ditambahkan ion I

-

Kurva polarisasi katodik dan anodik baja SS

304 dalam larutan HCl 1 M tanpa dan dengan

penambahan inhibitor serta dengan inhibitor yang

ditambahkan ion I

-

ditunjukkan pada Gambar 3, 4 dan

5. Gambar 3 dan 4 menunjukkan arus yang dihasilkan

pada proses polarisasi semakin menurun seiring

dengan bertambahnya konsentrasi inhibitor dari 300

ppm sampai 1500 ppm. Hasil ini mengindikasikan

bahwa inhibitor dapat menginhibisi laju korosi baja

SS 304 secara efektif dengan bertambahnya

konsentrasi inhibitor sampai pada konsentrasi 1500

ppm.

Sedangkan,

pada

konsentrasi

tersebut

menghasilkan arus korosi terkecil akibat adsorpsi

molekul inhibitor terjadi pada sisi aktif permukaan

logam sehingga memperlambat proses korosinya.

Hasil dari kurva polarisasi tersebut menunjukkan

pola yang sama dengan metode pengurangan

beratnya, yaitu pada konsentrasi inhibitor yang

semakin besar pada range 300 – 1500 ppm diperoleh

efisiensi inhibisi yang semakin besar pula.

Gambar

5

menunjukkan

arus

yang

dihasilkan dengan penambahan ion I

-

1,0x10

-4

M

dalam larutan HCl 1 M dengan konsentrasi inhibitor

1500 ppm menurun jika dibandingkan dengan tanpa

penambahan I

-

pada konsentrasi yang sama.

Penurunan arus ini menunjukkan bahwa proses

inhibisi senyawa purin yang ditambah ion I

-

lebih

efektif untuk mengurangi laju korosi baja SS 304

dalam larutan HCl 1 M dari 3,04 mmpy menjadi 2,96

mmpy. Hasil ini menunjukkan pola yang sama

dengan metode pengurangan beratnya, yaitu ion I

-yang ditambahkan menyebabkan efisiensi inhibisinya

semakin besar dengan efisiensi inhibisi terbesar

diperoleh

pada

konsentrasi

inibitor

sebesar

1500 ppm.

Parameter korosi baja SS 304 di dalam

larutan HCl 1 M tanpa dan dengan variasi konsentrasi

inhibitor serta dengan adanya ion I

-

pada konsentrasi

inhibitor sebesar 1500 ppm ditunjukkan pada

Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat ditarik hubungan

antara konsentrasi larutan uji yang digunakan dengan

laju korosi yang diperoleh (r). Hubungan tersebut

ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 3. Kurva polarisasi baja SS 304 dalam

larutan: (1) HCl 1 M, (2) HCl 1 M

dengan senyawa purin 300 ppm, (3)

HCl 1 M dengan senyawa purin 600

ppm

Gambar 4. Kurva polarisasi baja SS 304 dalam

larutan: (4) HCl 1 M dengan senyawa

purin 900 ppm, (5) HCl 1 M dengan

senyawa purin 1200 ppm, (6) HCl 1 M

dengan senyawa purin 1500 ppm

0 20 40 60 80 100 0 3 00 600 900 1 20 0 1 50 0 E fi si en si I n h ib is i (% ) Inhibitor (ppm) tanpa dengan

I-1

3

2

Potensial (E) mV Potensial (E) mV

6

5

4

(5)

C - 255

Potensial (E) mV

Gambar 5. Kurva polarisasi baja SS 304 dalam

larutan: (6) HCl 1 M dengan senyawa

purin 1500 ppm tanpa KI 1,0x10

-4

M

dan (7) HCl 1 M dengan senyawa purin

1500 ppm dengan KI 1,0x10

-4

M

Tabel 3. Parameter korosi baja SS 304 dalam

larutan uji

Gambar 6. Hubungan antara konsentrasi inhibitor

dengan laju korosi (r)

Berdasarkan Gambar 6 tersebut terlihat

bahwa baja SS 304 yang mengandung 18% Cr dalam

larutan HCl 1 M masih dapat mengalami korosi

dengan laju korosi sebesar 4,41 mmpy. Penambahan

inhibitor dari 300 – 1500 ppm, menunjukkan laju

korosinya semakin menurun, dengan laju korosi

paling rendah diperoleh pada konsentrasi inhibitor

sebesar 1500 ppm. Hal ini, menunjukkan bahwa pada

konsentrasi tersebut terjadi proses inhibisi yang lebih

efektif dibandingkan konsentrasi inhibitor 300 – 1200

ppm. Laju korosi baja SS 304 dalam larutan HCl 1 M

dengan adanya inhibitor yang ditambahkan pada

range 300 – 1500 ppm menurun dari 4,41 mmpy

menjadi 3,04 mmpy.

Data konstanta tafel anodik (βa) dan katodik

(βc) yang ditunjukkan pada Tabel 3 juga tidak

beraturan. Data ini dapat dilihat dengan naik

turunnya

βa dan

βc, seiring dengan meningkatnya

konsentrasi inhibitor dari 300 – 1500 ppm. Nilai

βa

yang tidak beraturan mengindikasikan bahwa

adsorpsi yang terjadi pada permukaan logam adalah

fisisorpsi. Fisisorpsi ini menandakan ikatan yang

terjadi antara inhibitor dengan permukaan logam

dapat putus dan terikat kembali. Sedangkan nilai

βc

yang tidak beraturan menunjukkan bahwa inhibitor

kurang optimal untuk menurunkan reaksi katodik

pada logam. Namun, berdasarkan kurva polarisasinya

terlihat bahwa inhibitor berupa senyawa purin dapat

mempengaruhi reaksi anodik dan katodiknya (terlihat

dari pergeseran kurva polarisasi dengan inhibitor)

sehingga

senyawa

purin

termasuk

inhibitor

campuran.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini,

memiliki pola yang sama dengan penelitian Yan, dkk

(2009). Kurva polarisasi hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa senyawa-senyawa purin yang

digunakan (adenin, guanin, 2,diaminopurin,

6-thioguanin,

2,6-dithiopurin)

termasuk

inhibitor

campuran karena mempengaruhi reaksi anodik dan

katodiknya. Selain itu, kurva polarisasinya juga

menunjukkan nilai E

kor

,

β

a

dan

β

c

yang tidak

beraturan. Sedangkan nilai I

kor

menurun dengan

adanya senyawa-senyawa purin tersebut sehingga

laju korosinya semakin turun dengan meningkatnya

konsentrasi senyawa-senyawa purin.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa baja SS

304 yang mengandung 18 % Cr masih dapat

mengalami korosi pada larutan HCl 1 M dengan laju

korosi sebesar 4,41 mmpy. Penambahan inhibitor

berupa senyawa purin pada variasi konsentrasi 300 –

1500 ppm dalam larutan HCl 1 M dapat menurunkan

laju korosi baja SS 304 hingga 3,04 mmpy.

Sedangkan penambahan ion I

-

(dari larutan KI)

sebesar 1,0x10

-4

M terhadap larutan HCl 1 M dengan

adanya inhibitor menyebabkan laju korosi baja SS

304 semakin menurun hingga 2,96 mmpy, sehingga

efisiensi

inhibisinya

meningkat

dibandingkan

efisiensi inhibisi tanpa adanya penambahan ion I

-0 1 2 3 4 5 0 300 600 900 1200 1500 La ju k o r o si (m m p y ) Inhibitor (ppm) Konsentrasi inhibitor (ppm) Ikor (µA/cm2) βc (mV) βa (mV) r (mmpy) 0 424,56 -269,4 1222,2 4,41 300 393,93 -259,4 984,3 4,09 600 348,57 -266,4 788,2 3,62 900 311,85 -212,3 630,8 3,24 1200 304,19 -209,5 659,6 3,16 1500 292,57 -206,8 586,7 3,04 1500 + I -1,0x10-4 M 285,12 -205,8 665,5 2,96

7

6

(6)

C - 256

dengan nilai %EI meningkat dari 77,14 % menjadi

92,01 %.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami berikan kepada

BATAN di Babarsari Jogjakarta yang telah

memberikan

ijin

penggunaan

fasilitas

alat

Potensiostat,

sehingga

penelitian

ini

dapat

diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asan, A., M. Kabasakaloglu, M. Isiklan, Z. Kilic,

2008,

Corrosion inhibition of brass in

presence of terdentate ligands in chloride

solution

, Corrosion Science, vol.47,

p.1534-1544

Fouda, A.S., Ellithy, A.S., 2009,

Inhibition Effect of

4-Phenyltiazole derivatives on corrosion of

304L Stainless Steel in HCl Solution

, Cairo,

Egypt

Harmami dan Adrian Gunawan, 2010,

Penggunaan

isatin sebagai inhibitor korosi baja SS 304

dalam larutan asam

, Prosiding Seminar

Nasional Kimia XII (SENAKI XII), ISBN

978-602-98130-05

Harmami dan Putri, 2011,

Pengaruh penambahan ion

tiosianat terhadap efisiensi inhibisi korosi

baja SS 304 dalam media asam dengan

inhibitor isatin

, Prosiding Seminar Nasional

Kimia-Pendidikan Kimia III (SNK-PK III),

ISBN 978-978-1533-85-0, hal. 148-157

Li, Xianghong, Shuduan Deng, Hui Fu, Taohong Li,

2009,

Adsorpsion and inhibition effect of

6-benzylaminopurine on cold rolled steel in

1,0 M HCl

, Electrochimica Acta, vol.54, p.

4089-4098

Rehim, Sayed S. Abdel, 2008,

On the corrosion

inhibition of low carbon steel in concentrated

sulphuric acid solutions. Part I: Chemical and

electrochemical (AC and DC) studies

,

Corrosion Science, vol.50, p.2258-2271

Scendo

a

, M., 2007,

The effect of purine on the

corrosion of copper in chloride solutions

,

Corrosion Science, vol49, p. 373-390

Scendo

b

, M., 2008,

Inhibitive action of purine and

adenine for copper corrosion in sulphate

solutions

, Corrosion Science, vol.49,

p.2985-3000

Yan, Ying, Weihua Li, Lankun Cai, Baorong Hou,

2008,

Electrochemical and quantum chemical

study of purines as corrosion inhibitors for

mild steel in 1 M HCl solution,

Electrochimica

Gambar

Tabel  2.  Data  efisiensi  inhibisi  dalam  larutan  uji  dengan penambahan ion I -  1,0x10 -4  M
Gambar 2.  Grafik hubungan Efisiensi Inhibisi  dengan variasi konsentrasi inhibitor
Tabel  3. Parameter korosi baja SS 304 dalam        larutan uji

Referensi

Dokumen terkait

hubungan antara intensitas menonton FTV bertemakan cinta dan intensitas komunikasi orang tua & anak, maka dapat diasumsikan bahwa remaja belajar mengenai lingkungan sosialnya

terlihat beberapa perbedaan tingkat kepentingan dan kepuasan atribut- atribut produk tersebut, dimana pada kuadran 1 yang harus ditingkatkan adalah tingkat kepuasan

Hasil: analisis penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas dari beberapa literatur mengacu pada teori Freedman yaitu faktor tidak langsung

Untuk Sampel yang digunakan adalah Laporan keuangan yang terdiri dari aktiva lancar, utang lancar, penjualan bersih dan modal kerja selama 10 tahun dengan menggunakan sampling

Pada kasus-kasus actual, penelitian mengenai kondisi air tanah adalah sukar untuk dilakukan karena kondisi system aquifer didalam tanah sangat rumit, namun

Petugas cabang dan supervisinya harus memberikan informasi terkini kondisi debitur, kondisi usaha, proses penanganan, proyeksi hasil sekaligus dengan proyeksi

Anda harus memahami dengan baik masalah-masalah yang dihadapi oleh user dan apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut (KEBUTUHAN).. ƒ

Pada saat proses reverse osmosis molekul air mengalir menembus membrane semi permeable, akan tetapi pada saat yang bersamaan molekul garam tertahan di wadah sebelah kiri