• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Januari 2017 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 108,30; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 94,70; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 93,92; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 118,43 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 101,98. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 109,70 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 89,53. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 106,56 yang berarti NTP bulan Januari 2017 mengalami penurunan (0,71 %) bila dibandingkan dengan bulan Desember 2016 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 106,56.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Januari 2017 tercatat 114,89 yang berarti mengalami penurunan 0,29 persen dibandingkan bulan Desember 2016 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 114,89.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Januari 2017, terdapat 18 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 15 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,60 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat 1,49 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar (1,08 %), dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar (0,54 %).

Pada bulan Januari 2017, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,78 persen. Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada hampir semua kelompok pengeluaran yang terdiri dari kelompok Bahan Makanan sebesar 1,20%, Makanan Jadi (0,68%), Transportasi & Komunikasi (0,49 %), Kesehatan (0,35 %), Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,32 %) dan Perumahan (0,10 %). Sedangkan kelompok Sandang mengalami penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar (0,07 %)

No. 09/02/52/Th.X, 1 Februari 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN JANUARI 2017

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

2

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Januari 2017 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi Nusa Tenggara Barat berada di atas 100 ( tercatat 106,56 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Januari 2015 – Januari 2017 (2012=100)

NTP bulan Januari 2017 mengalami penurunan sebesar (0,71 %) bila dibandingkan dengan NTP Desember 2016 yaitu dari 106,56 menjadi 106,56. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,08 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,63 persen.

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Januari 2017 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (118,43), sub sektor Tanaman Pangan (108,30) dan subsector Perikanan (101,98). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Perkebunan Rakyat (93,92) dan sub sektor Hortikultura (94,70).

101,38101,97 102,23 101,15 102,39 103,29 103,86 104,14 104,78 105,97106,43106,22 105,53 104,85 104,38 103,58103,81 104,14 104,71 106,26 106,99107,25 107,32 106,56 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 N ilai Tu kar Pe tan i TAHUN

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Januari 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan Des 2016 Jan 2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 132,89 133,90 0,77

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,91 123,64 0,60

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 108,12 108,30 0,17

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 114,03 114,66 0,55

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 119,63 118,29 -1,12

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,13 124,90 0,62

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 96,37 94,70 -1,73

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 104,44 103,20 -1,19

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 118,99 118,03 -0,81

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,74 125,67 0,75

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 95,39 93,92 -1,54

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 105,65 104,48 -1,11

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 143,79 142,77 -0,71

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,84 120,56 0,60

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 119,99 118,43 -1,30

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 129,72 128,51 -0,93

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 121,34 122,66 1,09

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,50 120,28 0,65

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 101,54 101,98 0,44

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 108,49 109,47 0,91

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 131,42 131,31 -0,08

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,45 123,22 0,63

-Konsumsi Rumah Tangga 125,75 126,72 0,78

-BPPBM 114,05 114,29 0,21

c. Nilai Tukar Petani (NTP) 107,32 106,56 -0,71

(4)

4

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2017 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar 0,08 persen yaitu dari 131,42 menjadi 131,31. Terdapat 3 subsektor yang mengalami penurunan indeks harga yang diterima yaitu sub sektor Hortikultura (1,12 persen), Perkebunan Rakyat (0,81 persen) dan Peternakan (0,71 persen). Sedangkan sub sektor yang mengalami peningkatan adalah Perikanan 1,09 persen dan Tanaman Pangan 0,77 persen

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Januari 2017 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen yaitu dari 122,45 menjadi 123,22. Dimana Indeks konsumsi rumahtangga dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,78 persen dan 0,21 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Desember – Januari 2017 (2012=100) Indeks Diterima; 131,42 Indeks Diterima; 131,31 Indeks Dibayar; 122,45 Indeks Dibayar; 123,22 KRT; 125,75 KRT; 126,72 BPPBM; 114,05 BPPBM; 114,29 100 105 110 115 120 125 130 135 20 1611 20 1612

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan Januari 2017 NTPP mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,77 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,60 persen.

Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami peningkatan sebesar 1,03 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga gabah/padi. Demikian juga dengan sub kelompok palawija mengalami peningkatan sebesar 0,10 persen, yang disebabkan karena meningkatnya harga harga kacang kedelai, kacang hijau, ketela pohon dan jagung. Indeks yang dibayar (Ib) mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,74 persen dan 0,21 persen, dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya sewa tanah ladang, sewa tanah sawah, sewa traktor tangan, bibit kacang hijau, bibit jagung, bibit padi, Bambu, herbisida, upah menanam, upah menyiangi, terpal, parang, cangkul, tampah/nyiru, karung, ban luar motor, ongkos angkut, oli, upah pengeringan

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Sub sektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Januari 2017 mengalami penurunan sebesar (1,73 %). Hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar (1,12 %) sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,62 persen.

Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman obat mengalami penurunan masing-masing sebesar (1,40 %), (0,70 %), dan (0,30 %), yang disebabkan karena menurunnya harga produksi hortikultura antara lain tomat, cabai merah, cabai rawit, bawang daun, melinjo, jambu biji, pepaya, pisang. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,74 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,07 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga barang modal seperti kereta dorong dan parang, harga bibit bawang merah, upah menyiangi, upah menanam, upah perontokan, bakterisida.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Januari 2017 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi penurunan sebesar (1,54 persen), hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar (0,81 persen) sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,75 persen.

Penurunan indeks yang diterima petani disebabkan karena menurunnya harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain biji jambu mete, kakao, kelapa, dan jarak. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,83 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,30 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga tali nylon/plastik, upah

(6)

6

pengendalian hama, tampah/nyiru, pisau, upah pemupukan, biaya servis motor, upah buruh (memanen, menanam, menyiangi, mencangkul), NP/NPK, oli, insektisida, herbisida, sprayer.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Januari 2017, NTPT mengalami penurunan sebesar (1,30 %), hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar (0,71 %) sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,60 persen.

Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok ternak besar, ternak kecil dan unggas mengalami penurunan masing-masing sebesar (0,71%); (0,54 %) dan (1,31 %), yang disebabkan menurunnya harga ayam buras, sapi potong, kambing, kuda. Sedangkan sub kelompok hasil ternak mengalami peningkatan sebesar 0,01 persen yang disebabkan meningkatnya harga telur ayam buras. Peningkatan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,79 persen dan 0,22 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan oleh meningkatnya harga bibit babi, bibit bebek, bibit ayam ras pedaging, bibit sapi potong, harga pakan seperti jagung pipilan, dedak, jerami, harga barang modal seperti ember, arit, biaya transportasi seperti service motor dan oli.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Januari 2017, NTNP mengalami peningkatan sebesar 0,44 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,09 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,65 persen.

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami peningkatan sebesar 1,34 persen yang disebabkan meningkatnya harga produksi perikanan tangkap antara lain cumi-cumi, julung-julung, cakalang, rajungan, tenggiri, kerang, pari, kembung, bawal, layur, kerapu, kurisi, tongkol, kuniran, baronang dan tuna. Demikian halnya dengan sub kelompok budidaya mengalami peningkatan sebesar 0,62 persen yang disebabkan meningkatnya harga ikan mas, nila dan rumput laut. Peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,96 persen dan indeks BPPBM meningkat sebesar 0,18 persen.Peningkatan indeks BPPBM dipengaruhi oleh meningkatnya harga pancing, motor tempel, pengeluaran lainnya seperti minyak tanah, batu bateray dan sewa alat penangkapan.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Januari 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan Des 2016 Jan 2017

(1) (2) (3) (4)

1. Indeks yang Diterima (It)

a. Tanaman Pangan 132.89 133.90 0.77

b. Hortikultura 119.63 118.29 -1.12

c. Tanaman Perkebunan Rakyat 118.99 118.03 -0.81

d. Peternakan 143.79 142.77 -0.71

e. Perikanan 121.34 122.66 1.09

2. Indeks yang Dibayar (Ib)

a. Tanaman Pangan 122.91 123.64 0.60

b. Hortikultura 124.13 124.90 0.62

c. Tanaman Perkebunan Rakyat 124.74 125.67 0.75

d. Peternakan 119.84 120.56 0.60

e. Perikanan 119.50 120.28 0.65

3. Nilai Tukar Petani (NTP)

a. Tanaman Pangan (NTPP) 108.12 108.30 0.17

b. Hortikultura (NTPH) 96.37 94.70 -1.73

c. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95.39 93.92 -1.54

d. Peternakan (NTPT) 119.99 118.43 -1.30

e. Perikanan (NTN) 101.54 101.98 0.44

4. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)

a. Tanaman Pangan (NTPP) 114.03 114.66 0.55

b. Hortikultura (NTPH) 104.44 103.20 -1.19

c. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 105.65 104.48 -1.11

d. Peternakan (NTPT) 129.72 128.51 -0.93

e. Perikanan (NTN) 108.49 109.47 0.91

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 131.42 131.31 -0.08

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122.45 123.22 0.63

-Konsumsi Rumah Tangga 125.75 126.72 0.78

-BPPBM 114.05 114.29 0.21

(8)

8

4.

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Januari 2017, terdapat 18 provinsi yang mengalami peningkatan NTP, 15 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Riau (1,60 persen), diikuti oleh Provinsi Bengkulu (1,37 persen) dan Sumatera Barat (1,31 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara (-1,08 persen) diikuti oleh Provinsi Sulawesi Barat (-0,84 persen ) dan Yogyakarta (-0,80 persen ).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Januari 2017 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perb Indeks % Perb Indeks % Perb

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 120.11 0.25 125.24 0.40 95.90 -0.14 12 SUMUT 129.65 0.92 127.66 0.19 101.56 0.73 13 SUMBAR 122.58 1.10 125.24 -0.21 97.87 1.31 14 RIAU 129.65 1.49 126.82 -0.11 102.23 1.60 15 JAMBI 126.38 1.33 125.02 0.07 101.09 1.26 16 SUMSEL 118.82 1.17 124.48 0.53 95.45 0.63 17 BENGKULU 119.96 1.54 126.78 0.17 94.62 1.37 18 LAMPUNG 130.32 1.58 123.97 0.36 105.12 1.22 19 BABEL 120.53 1.45 120.73 0.17 99.84 1.27 21 KEPRI 118.95 0.94 120.59 0.19 98.63 0.75 31 DKI 119.04 0.01 120.12 0.23 99.10 -0.22 32 JABAR 133.63 0.87 128.12 0.37 104.31 0.50 33 JATENG 125.45 0.11 126.27 0.31 99.35 -0.20 34 YOGYAKARTA 129.27 -0.36 125.02 0.44 103.40 -0.80 35 JATIM 133.30 0.46 128.23 0.30 103.95 0.16 36 BANTEN 124.51 0.45 123.91 0.27 100.49 0.18 51 BALI 130.72 -0.18 122.47 0.12 106.74 -0.30 52 NTB 131.31 -0.08 123.22 0.63 106.56 -0.71 53 NTT 124.54 0.30 122.93 0.82 101.31 -0.51 61 KALBAR 120.57 1.17 124.11 0.76 97.15 0.40 62 KALTENG 122.30 1.52 123.77 1.06 98.81 0.45 63 KALSEL 118.29 0.80 120.89 0.71 97.84 0.08 64 KALTIM 121.62 0.33 123.40 0.26 98.56 0.07 71 SULUT 116.61 -0.64 124.14 -0.11 93.94 -0.53 72 SULTENG 122.14 0.23 124.80 0.57 97.87 -0.33 73 SULSEL 130.22 0.50 125.30 0.48 103.93 0.02 74 SULTRA 121.36 -0.51 123.37 0.08 98.37 -0.59 75 GORONTALO 131.89 -0.20 124.49 -0.36 105.95 0.16 76 SULBAR 130.01 -0.16 120.72 0.68 107.70 -0.84 81 MALUKU UTARA 127.08 0.44 126.24 0.60 100.67 -0.15 82 MALUKU 125.83 -0.54 123.31 0.55 102.04 -1.08 91 PAPUA BARAT 124.99 -0.30 124.78 0.34 100.17 -0.64 94 PAPUA 118.23 0.67 124.51 0.78 94.95 -0.11 Nasional 127.81 0.53 125.94 0.36 101.49 0.18

(9)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Januari 2017 di Provinsi NTB terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,78 persen.

Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada hampir semua kelompok pengeluaran yang terdiri dari kelompok Bahan Makanan sebesar 1,20%, Makanan Jadi sebesar 0,68%, Transportasi & Komunikasi sebesar 0,49 %, Kesehatan sebesar 0,35 %, Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 0,32 % dan Perumahan sebesar 0,10 %. Sedangkan kelompok Sandang mengalami penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar (-0,07 %).

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Januari 2017 (2012=100)

Sub Kelompok Desember 2016 Januari 2017

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumahtangga 125,75 126,72 0,78

- Bahan makanan 132,45 134,04 1,20

- Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 121,43 122,26 0,68

- Perumahan 120,18 120,30 0,10

- Sandang 122,43 122,35 -0,07

- Kesehatan 117,95 118,36 0,35

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 111,23 111,58 0,32

- Transportasi dan Komunikasi 123,93 124,54 0,49

Inflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Januari 2017 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain bawang merah, bawang putih, kubis, sawi hijau, kelapa tua, tenggiri, cakalang, kunyit, ekor kuning, kacang panjang, jeruk, bandeng, teri gula merah, minyak kelapa, kerang, bawal. Kerupuk mentah, mangga, telur ayam kampung, cumi-cumi, anggur, beras ketan, ikan nila, mujair, kemiri, baronang, selar, asam, rambutant, telur ayam ras, ayam kampung hidup, bayam, ikan asin selar, bumbu jadi, semangka, beras, tauge, garam hancur, tongkol, cabai rawit, pisang, penyedap masakan, apel, kangkung, daging sapi, susu kental manis coklat, minyak goreng, susu kental manis putih.

(10)

10

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

Januari 2017 (2012=100)

-1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 R IA U B EN G KU LU SU M B A R B A B EL JA M B I LAM P UN G KE P R I SU M UT SU M SE L JA B A R KA LT EN G KA LB A R B A N TE N JA TIM GOR O N TA LO KA LSE L KA LT IM SU LSE L P A P U A N A D M ALU KU JA TE N G D KI BA LI SULT EN G N TT SULUT SULT R A P A P U A B A R A T N TB YOG YA K A R TA SU LB A R M A LU KU UT A R A N AS IO N AL 1, 60 1, 37 1,31 1, 27 1,26 1,22 0, 75 0,73 0, 63 0, 50 0,45 0, 40 0, 18 0,16 0,16 0,08 0,07 0, 02 -0,11 -0,14 -0,15 -0,20 -0,22 -0,30 -0,33 -0,51 -0,53 -0,59 -0,64 -0,71 -0,80 -0,84 -1,08 0, 87

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail :bps5200@bps.go.id Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Gambar

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya  Januari 2017 (2012=100)
Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  Januari 2017 (2012=100)  -1,50-1,00-0,500,000,501,001,502,00 RIAU BENGKULU SUMBAR BABEL JAMBI LAMPUNG KEPRI SUMUT SUMSEL JABAR KALTENG KALBAR BANTEN JATIM GORONTALO KALSEL KALTIM SULSEL PAPUA NAD MALUKU JATENG DKI BALI SULTENG NTT SULUT SULTRA PAPUA BARAT NTB YOGYAKARTA SULBAR MALUKU UTARA NASIONAL1,601,371,311,271,261,220,750,730,630,500,450,400,180,160,160,080,070,02-0,11-0,14-0,15-0,20-0,22-0,30-0,33-0,51-0,53-0,59-0,64-0,71-0,80-0,84-1,08 0,87

Referensi

Dokumen terkait

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

URAIANKEGIATAN PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 4011 Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Ketergnggn ; 01 Meningkatnya penelitian dan pengembangan

Penampang tahanan jenis J-21 pada Gambar 7 terlihat bahwa ketebalan Formasi Genteng yang tersusun atas batupasir tufaan secara umum memiliki dengan ketebalan

Hasil penelitian menunjukan bahwa 46% Bunda PAUD memiliki kemampuan emotion regulation rendah, 30,88% memiliki kemampuan impulse control sedang, 68% memiliki kemampuan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas ini, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Dalam pelaksanaan PPL program studi Bimbingan dan Konseling, mahasiswa praktikan melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah,

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Pandabah dan seorang ahli waris [6] diperoleh informasi bahwa pada tahun 1978, orang tua (pewaris) ahli waris sebagai pemilik tanah

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu: (1) penyampaian materi oleh pakar tentang pengenalan software Phet serta penggunaan software Phet dalam