• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman. Secara garis besar, dalam khazanah metodologi hanya ada dua macam variabel; yaitu variabel yang mempengaruhi (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi (variabel terikat). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas : Citra Diri

2. Variabel terikat : Perilaku Merokok

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Citra Diri

Citra diri adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri serta bagaimana orang tersebut ingin di pandang, gambaran tersebut meliputi keadaan fisik dan psikologis.Menurut Rosen, dkk (Lulusiana,2008) citra diri terdiri dari dua aspek yaitu tubuh dan psikologis. Rincian tubuh citra diri antara lain bagian tubuh dan keseluruhan tubuh, sedangkan aspek psikologis terdiri dari lingkungan dan dalam diri sendiri.

Dalam citra diri terdapat beberapa komponen yaitu perceptual component,

conceptual component dan attitudional component. Besar taraf citra diri diungkap

dengan skala citra diri, jenis skala yang digunakan yaitu skala Likert dengan alternatif jawaban SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak

(2)

Sesuai), Sugiyono (2008). Nilai total yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya citra diri seseorang. Semakin tinggi nilai total yang diperoleh semakin tinggi citra dirinya.

2. Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan suatu yang menunjukkan seberapa banyak dan seberapa dalam daya yang dikeluarkan seorang wanita dalam melakukan suatu tindakan nyata yaitu membakar rokok yang terbuat dari tembakau dan terbungkus kertas kemudian menghisap asapnya.

Perilaku merokok dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala berdasarkan aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang yaitu fungsi merokok, intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok. Jenis skala yang digunakan yaitu skala Guttman dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak. Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas (Sugiyono, 2008). Skor tinggi pada skala perilaku merokok ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki perilaku merokok yang tinggi, sedangkan skor rendah menunjukkan perilaku merokok yang rendah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 1999). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2003). Belum ada data statistik tentang perilaku merokok di Purwokerto sehingga populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang berperilaku merokok di Purwokerto.

(3)

Adapun ciri-ciri dari populasi dalam penelitian ini adalah : a. Berjenis kelamin wanita.

b. Perokok termasuk di dalamnya perokok aktif yaitu orang yang setiap harinya merokok, perokok musiman yaitu orang yang merokok pada saat-saat tertentu. c. Berada di wilayah Purwokerto.

d. Usia 18 sampai 27 tahun (remaja akhir dan dewasa awal)

Alasan penentuan usia subjek yaitu ketika remaja dan orang dewasa tidak bisa melakukan tugas perkembangannya dengan baik maka ada kecenderungan untuk berperilaku negatif seperti merokok. Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap remaja dan orang dewasa. Remaja masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, merokok, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama (dalam http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html).

(4)

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Azwar, 2003). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel adalah satu bagian dari keseluruhan yang telah dipilih sifatnya representatif seperti sampel dari populasi (Chaplin, 2002).

Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel adalah cara mengambil sampel. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya (Arikunto, 2002). Teknik Sampling yang digunakan adalah insidental sampling. Insidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2006).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan skala psikologis. Menurut Azwar (2003), alat ukur skala psikologis memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain seperti angket, daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Alat ukur skala psikologis memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Stimulusnya berupa pertanyaan yang tidak langsung mengungkap atribut, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang hendak diukur.

2. Skala psikologis berisi banyak aitem. Jawaban subjek terhadap satu aitem hanya merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan

(5)

kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua aitem direspon.

3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ‘benar’ atau ‘salah’. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh, hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula.

Dalam penelitian ini digunakan dua skala psikologis untuk mengungkapkan data yang dibutuhkan, yaitu:

1. Skala Citra Diri

Skala citra diri meliputi aspek penampilan menyeluruh, teman, dan keluarga. Skala citra diri terdiri dari 45 item, dengan perincian seperti yang tertera dalam tabel 1.

Tabel 1

Blue Print Skala Citra Diri

No Aspek Indikator No Item Jml

Favorable Unfavorable 1. Perceptual component a. Penampilan fisik b. Hambatan psikis c. Pakaian 1, 4, 9,12 3,6,33,36, 13,27,37 7,11,14 24,25,42 26,44,45 20 2. Attitudional component a. Penerimaan kelompok b. Rasa ikut serta

dalam kelompok c. Keadaan keluarga dan sikap mendidik 10,20 8,17,21 18,40,43 23,34 30,39 29,31,32 15 3. Conceptual component a. Kemampuan diri b. Kekurangan diri 2,16,22 28,41 5,15,19 35,38 10 Jumlah 24 21 45

2. Skala Perilaku Merokok

Skala perilaku merokok meliputi fungsi merokok, intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok.

(6)

Tabel 2

Blue Print Skala Perilaku Merokok

No Aspek Indikator No Item Jml

Favorable Unfavorable 1. Fungsi merokok Perasaan yang dialami perokok 5,11,17 20,28,37 1,14,22 31,33,35 12 2. Intensitas merokok a. Perokok ringan: 1-4 batang/hari b. Perokok sedang: 5-14 batang/hari c. Perokok berat: >15 batang/hari 29 10 2 3 3. Tempat merokok a. Tempat umum b. Tempat pribadi 3,7,25 9,27 12,23,36 21,34 10 4. Waktu merokok

Kapan saja waktu merokok 4,8,13 16,19,30 6,15,18 24,26,32 12 Jumlah 20 17 37

Jenis skala yang digunakan untuk mengukur citra diri individu yaitu skala Likert dengan alternatif jawaban SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai), Sugiyono (2008). Perincian skornya terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Skoring Skala Citra Diri

No Pilihan Jawaban Nilai

Favorable Unfavorable

1. Sangat Sesuai (SS) 4 1

2. Sesuai (S) 3 2

3. Tidak Sesuai (TS) 2 3

(7)

Jenis skala yang digunakan untuk mengukur perilaku merokok yaitu skala Guttman dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak. Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas (Sugiyono, 2008). Perincian skornya terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4

Skoring Skala Perilaku Merokok

No Pilihan Jawaban Nilai

Favorable Unfavorable

1. Ya 1 0

2. Tidak 0 1

Sebagaimana dikemukakan De Vellis (dalam Kushariyanti, 2007), bahwa tidak adanya kategori jawaban tengah didasarkan oleh beberapa alasan. Pertama, kategori undecided (netral) mempunyai arti ganda sehingga tidak bisa diartikan sebagai sesuai atau tidak sesuai. Kedua, tersedianya jawaban tengah dapat menimbulkan kecenderungan subjek untuk memilih jawaban di tengah (central

tendency effect) bagi subjek yang ragu-ragu. Ketiga, agar dapat melihat

kecenderungan subjek ke arah salah satu kutub.

E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003). Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas tinggi jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil pengukuran yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pengukuran dan dapat memberikan gambaran yang cermat mengenai perbedaan-perbedaan kecil di antara subjek yang satu dengan yang lain.

(8)

Skala citra diri dan perilaku merokok dapat memiliki validitas tinggi jika mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil pada tiap-tiap subjek penelitian. Perbedaan antar subjek pada aspek yang diukur oleh skala yang bersangkutan dapat diketahui melalui pengujian yang dilakukan dengan mengkorelasikan skor aitem dengan skor skala sehingga menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix).

Teknik korelasi antara skor item dan skor skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment Pearson, karena aitem pada skala penelitiannya diberi skor pada level interval (Azwar, 2003). Semakin tinggi korelasi positif antara skor aitem dengan skor tes berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Koefesien korelasi yang rendah mendekati nol menunjukkan fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Penghitungan korelasi product moment Pearson dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi 15.0.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Pada prinsipnya suatu alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut mampu menunjukkan sejauhmana pengukurannya memberi hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang sama (Azwar, 2003).

Uji reliabilitas menggunakan metode konsistensi internal dengan menggunakan formulasi alpha karena datanya diperoleh melalui penyajian skala yang dikenakan hanya sekali pada kelompok subjek atau disebut single-trial

administration (Azwar, 2003). Hasil pengujian dapat dilihat melalui angka koefisien

(9)

kecil kesalahan pengukuran, sehingga semakin reliabel alat ukur tersebut. Semakin kecil koefisien reliabilitas alpha menunjukkan semakin besar kesalahan pengukuran dan semakin tidak reliabel alat ukur tersebut. Uji reliabilitas dilakukan dengan membelah skala menjadi beberapa bagian dengan masing-masing belahan berisi aitem yang jumlahnya sama banyak dan perhitungan yang menggunakan program SPSS versi 15.0.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah data, menganalisa data hasil penelitian untuk diuji kebenarannya kemudian akan diperoleh suatu kesimpulan dari penelitian tersebut. Setelah memperoleh data yang dibutuhkan tentang hubungan citra diri dengan perilaku merokok pada wanita di Purwokerto, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data.

Data yang ada belum dapat diartikan, untuk dapat dipahami harus diolah sehingga dapat dibuat kesimpulan. Kesimpulan tersebut untuk mencari data tentang ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas (citra diri) dengan variabel terikat (perilaku merokok).

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product

moment dari Karl Pearson dengan program analisis statistik komputer SPSS versi 15.0,

sebab dalam penelitian tersebut hanya terdapat dua variabel yang terlibat atau karena korelasinya diperoleh dengan mencari hasil penelitian dari dua variabel yang dikorelasikan menunjukkan pola derajat hubungan antara dua variabel (Azwar, 2003). Selain itu jenis kedua data dalam penelitian ini termasuk data interval, dimana rumus yang cocok untuk menganalisis korelasi keduanya yaitu rumus korelas product moment

(10)

(Sugiono, 2008). Asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis data dengan teknik korelasi product moment adalah:

1. Uji normalitas, dipakai untuk menguji apakah data subjek penelitian mengikuti suatu distribusi normal statistik. Dengan kalimat lain, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah skor kedua variabel penelitian berdistribusi normal. Uji normalitas diuji dengan menggunakan teknik statistik uji Kolmogorov-Smirnov

Goodness of Fit Test dengan bantuan program SPSS (Statistical Packages for Social

Science) versi 15.0.

2. Uji Hipotesis (Uji F)

Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan uji F yang bertujuan untuk memastikan apakah variabel independen yang terdapat dalam persamaan tersebut secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel dependen (Sugiyono, 2006).

Kriteria penerimaan: dengan derajat kebebasan (n-k-1) dan tingkat kepercayaan (1-%

95 )=

α atau α =0,05 maka:

1. H0 diterima jika F hitung ≤F tabel, yang berarti tidak terdapat hubungan antara

variabel citra diri terhadap perilaku merokok.

2. H0 ditolak jika F hitung > F tabel, yang berartiterdapat hubungan antara variabel citra

Referensi

Dokumen terkait

Pembuktian merupakan tahapan dalam proses beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara dalam rangka menyelesaikan suatu sengketa, berupa penyajian alat-alat bukti yang

Sifat server side ini membuat pekerjaan skrip tersebut dikerjakan di server sedangkan yang dikirimkan ke browser adalah hasil proses dari skrip tersebut yang sudah

Sikap pada kategori positif menunjukkan bahwa responden turut mendukung dan ikut berpartisipasi dalam Gerakan Sekali Bilas yang dihimbau dalam tayangan iklan Molto Ultra Sekali

pendidik dalam belajar mengajar PAUD.. 2) Materi kurikulum yang tidak terkait dengan jenjang kelas (non grade curricular material ) materi kurikulum digunakan sesuai dengan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, serta ketentuan Pasal 54 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan

Pengumpulan data AHP menggunakan metode wawancara kepada pihak pengambil keputusan dan juga observasi langsung, pengolahan data AHP dan pengujian konsistensi menghasilkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung mengkudu sebagai subtitusi tepung tapioka sampai 7,5% dapat meningkatkan kadar protein burger

Penangangan Bank gagal yang berdampak sistemik menjelaskan Pasal 1 angka (6) dan(7) Bank Gagal Sistemik adalah bank gagal yang dinyatakan sistemik oleh Komite Koordinasi