• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cu DAN Zn DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cu DAN Zn DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cu DAN Zn DALAM AIR

DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA

Armawati, Abd. Wahid Wahab, dan Yusafir Hala

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245 email: armawati_chem12@yahoo.co.id

Abstrak. Distribusi kuantitatif logam berat Cu dan Zn dalam air dan sedimen di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar dan distribusi kuantitatif Cu dan Zn dalam air dan sedimen pada berbagai kedalaman dan stasiun. Pengambilan sampel dilakukan secara acak pada 3 stasiun dengan koordinat berturut-turut 5o08’14,8” LS–119o24’15,5” BT; 5o08’15,8” LS–119o24’15,4” BT; dan 5o08’18,4” LS– 119o24’16,8” BT. Pengambilan sampel air laut menggunakan water sampler dan diambil 1000 mL disetiap stasiun pada kedalaman 1 m dan 3 m lalu disimpan dalam botol PE, dan diawetkan dengan 2 mL HNO3 5 N. Pengambilan

sampel sedimen dengan kedalaman 5 m diambil dengan menggunakan echman grab, sebanyak kurang lebih 250 gram, kemudian dimasukkan ke dalam kantong PE. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode adisi standar, dan pengukuran menggunakan SSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Cu di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa dalam air laut berkisar antara 0,1077-0,1922 ppm, sedangkan pada sedimen berkisar antara 25,6092-49,9960 mg/kg berat kering. Konsentrasi Zn dalam air laut berkisar antara 0,2906-0,4272 ppm, sedangkan pada sedimen berkisar antara 24,8055-40,8317 mg/kg berat kering. Distribusi Cu dan Zn di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa paling banyak terdapat dalam sedimen dengan kedalaman 5 m, kemudian air laut kedalaman 3 m, dan yang paling sedikit terdapat pada air laut kedalaman 1 m.

Kata kunci: Adisi standar, air, Cu, distribusi kuantitatif, logam berat, sedimen, SSA, Zn.

Abstract. Kuantitative distribution of Cu and Zn in water and sediments in waters around Pelabuhan Kayu Bangkoa has been conducted to determine the extent and kuantitative distribution of Cu and Zn in water and sediments at various depths and stations. Sampling is done randomly at three stations with coordinates 5o08'14,8" LS-119o24'15,5" BT; 5o08'15,8" LS-119o24'15,4" BT; and 5008'18,4" LS-119o24'16,8" BT. Sampling of sea water using a water sampler and taken 1000 mL at each station at a depth of 1 m and 3 m and then stored in a PE bottle, and preserved with 2 mL HNO3 5 N. Sediments with a depth of 5 m sampling using echman grab, taken less than 250 grams, then put in a PE bag. The study was conducted using the standard addition method, and measurement using AAS. The results showed that the concentration of Cu in waters around Pelabuhan Kayu Bangkoa in sea water ranged from 0.1077 to 0.1922 ppm, while in the sediment ranged from 25.6092 to 49.9960 mg/kg dry weight. The concentration of Zn in sea water ranged from 0.2906 to 0.4272 ppm, while in the sediment ranged from 24.8055 to 40.8317 mg/kg dry weight. Distribution of Cu and Zn in waters around Pelabuhan Kayu Bangkoa are most in the sediments, then sea water with depth 3 m, and the least are at sea water with depth 2 m

Keywords: Standard addition, water, Cu, kuantitative distribution, heavy metals, sediment, SSA, Zn.

PENDAHULUAN

Perairan pesisir merupakan salah satu tipe perairan yang rentan terhadap bahaya pencemaran, karena perairan ini merupakan tempat bermuaranya sungai dan tempat berkumpulnya zat-zat pencemar yang terbawa oleh aliran sungai. Salah satu kota di Indonesia yang terletak di daerah pesisir adalah Kota Makassar, yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Selat Makassar yang membuat sebagian besar penduduk di kota ini tinggal di kawasan pesisir. Perairan yang difokuskan pada penelitian ini adalah perairan sekitar Pelabuhan kayu Bangkoa yang berada di tengah keramaian pantai

Losari Makassar, lokasinya terjepit diantara gedung-gedung yang berhimpit rapat sepanjang jalan pantai. Di bawah dermaga hingga ke bagian pantainya, nampak sampah bertumpuk, berserakan bercampur lumpur. Menurut beberapa penghuni pelabuhan, Sampah itu sudah bertahun-tahun menumpuk dan sulit untuk dibersihkan, karena sebagian besar merupakan sampah kiriman dari lingkungan pantai losari.

Kompleksnya aktivitas di perairan pesisir Kota Makassar dan sekitarnya, merupakan penyebab tercemarnya perairan pesisir Kota Makassar. Bahan

(2)

2 pencemar yang mencemari perairan pesisir Kota

Makassar berasal dari kegiatan industri, perikanan, pelabuhan, perhotelan, pariwisata bahari dan rumah tangga.

Proses industrialisasi tidak dapat melepas-kan diri dari efek negatif yang ditimbulmelepas-kan, adanya bahan sisa industri baik yang terbentuk padat maupun cair sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Jika sisa-sisa tersebut dilepaskan ke perairan bebas, akan terjadi perubahan nilai dari perairan itu baik kualitas maupun kuantitas sehingga perairan dapat dianggap tercemar.

Pencemaran perairan ditandai dengan adanya perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi perairan, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air ini diakibatkan oleh adanya zat pencemar, baik berupa komponen-komponen organik maupun anorganik. Komponen-komponen anorganik diantaranya adalah logam berat yang berbahaya. Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai kehidupan sehari-hari telah mencemari lingkungan. Bahan pencemar berupa logam berat di perairan akan membahayakan kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia.

Selain dalam tubuh organisme, logam berat juga dapat terakumulasi dalam padatan yang ada dalam perairan seperti sedimen. Logam berat yang ada pada perairan, suatu saat akan turun dan hal ini akan menyebabkan biota laut yang mencari makan di dasar perairan memiliki peluang yang sangat besar

untuk terkontaminasi logam berat tersebut. Jika biota laut yang telah terkontaminasi logam berat tersebut dikonsumsi, dapat merusak sistem jaringan tubuh, dan merupakan ancaman serius bagi kesehatan. METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret 2016 sampai Bulan Juni 2016 di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Sedangkan untuk pengambilan sampel air dan sedimen dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2016 di sekitar perairan Pelabuhan Kayu bangkoa.

Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Posisi stasiun ditentukan secara acak, berdasarkan situasi dan kondisi yang berada di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa, yang diperkirakan dapat mewakili titik-titik pencemaran. Adapun tempat pengambilan sampel yaitu di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa dengan pengambilan di tiga titik stasiun:

Stasiun I :(5o08’14,8” LS–119o24’15,5” BT) Stasiun II :(5o08’15,8” LS–119o24’15,4” BT) Stasiun III :(5o08’18,4” LS–119o24’16,8” BT) Adapun letak Stasiun I adalah perairan sekitar Hotel Pantai Gapura, Stasiun II adalah sekitar Dermaga Pelabuhan Kayu Bangkoa, dan Stasiun III adalah perairan sekitar Makassar Golden Hotel.

(3)

3 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air laut menggunakan water sampler. Sampel air diambil 1000 mL disetiap stasiun pada kedalaman 1 m dan 3 m lalu disimpan dalam botol PE kemudian diawetkan dengan 2 mL HNO3 5 N dan disimpan di dalam ice box.

Pengambilan sampel sedimen dengan kedalaman 5 m menggunakan echman grab, yang diambil sebanyak kurang lebih 250 gram, kemudian dimasukkan ke dalam kantong PE dan diberi label. Kantong sampel selanjutnya disimpan dalam ice box.

Preparasi Sampel

Sampel air yang telah disaring dan diawetkan di lapangan sebanyak 100 mL ditambahkan 5 mL HNO3 dididihkan dan dievaporasi

di hot plate sampai volume sampel 10–20 mL, ditambahkan lagi HNO3 bila diperlukan sampai

destruksi selesai (larutan jernih), dijadikan volume sampel 100 mL dengan penambahan akuabides. Sedangkan sampel sedimen yang telah diambil di lapangan kemudian dikeringkan pada suhu 60 oC dengan menggunakan oven.

Analisis Sampel Air Laut dengan Metode Adisi Standar

Sampel air laut sebanyak 20 mL dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 25 mL. Larutan tersebut ditambahkan larutan baku kerja Cu 25 ppm untuk analisis logam Cu, dan larutan baku kerja Zn 25 ppm untuk analisis logam Zn sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,8 mL; dan 1,6 mL, berturut-turut ke dalam masing-masing labu ukur. Larutan tersebut ditambahkan 0,5 mL HNO3 0,5 N, diimpitkan dengan

penambahan akuabides hingga tanda batas. Dan diukur dengan menggunakan SSA.

Analisis Sampel Sedimen dengan Metode Adisi Standar

Sampel larutan sedimen sebanyak 20 mL dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 25 mL. Larutan tersebut ditambahkan larutan baku kerja Cu 10 ppm untuk analisis logam Cu, dan larutan baku kerja Zn 10 ppm untuk analisis logam Zn sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,8 mL; dan 1,6 mL, berturut-turut ke dalam masing-masing labu ukur. Larutan tersebut ditambahkan 0,5 mL HNO3 0,5 N,

diimpitkan dengan penambahan akuabides hingga tanda batas. Dan diukur dengan menggunakan SSA. Destruksi dan Analisis Sampel Sedimen

Destruksi sampel sedimen menggunakan teknik destruksi peleburan. Ditimbang 2 gram Na2CO3, 1,25 gram sampel sedimen, dan 2 gram

Na2CO3 dan dimasukkan ke dalam cawan porselin.

Dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 800 oC

selama 2 jam. Dan didiamkan sampai suhu kira-kira ±100 oC. Selanjutnya didestruksi dengan menambahkan HNO3 pekat sampai sedimen larut.

Kemudian disaring, dan dijadikan hingga volume 250 mL dengan penambahan akuabides sampai tanda batas, dan dihomogenkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Cu dalam Air Laut pada Berbagai Kedalaman dan Stasiun

Hasil analisis kandungan Cu dalam air laut pada berbagai kedalaman dan stasiun di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa dapat dilihat pada Gambar 2:

Dari hasil penelitian, konsentrasi Cu mulai Stasiun I hingga Stasiun III berturut-turut adalah 0,1136; 0,1543; 0,1630; 0,1922; 0,1077; dan 0,1911 ppm. Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa konsentrasi Cu yang tertinggi terdapat pada Stasiun II dengan kedalaman 3 m yaitu sebesar 0,1922 ppm. Hal ini disebabkan karena Stasiun II merupakan kawasan yang berada di sekitar perumahan penduduk, sehingga banyak aktivitas warga yang terjadi di sekitar Stasiun II yang menyebabkan timbulnya cemaran Cu akibat dari limbah penduduk yang menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari logam. Selain itu kawasan ini juga ramai akan jalur lalu lintas kapal, baik kapal barang maupun kapal penumpang yang menyebabkan adanya pembuangan sisa bahan bakar dari kapal yang beroperasi di daerah tersebut yang menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya cemaran Cu.

Konsentrasi Cu yang terendah terdapat pada Stasiun III dengan kedalaman 1 m yaitu 0,1077 ppm, hal ini diakibatkan buangan limbah dari Makassar Golden Hotel merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pencemaran logam.

Tingginya konsentrasi pada kedalaman 3 m dibandingkan kedalaman 1 m karena konsentrasi

0.1136 0.1543 0.163 0.1922 0.1077 0.1911 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 1 3 1 3 1 3 Kedalaman (m) St II St III St I

(4)

4 logam akan bertambah besar seiring dengan

bertambahnya jarak kedalaman stasiun, karena semakin lama logam berat akan turun ke dasar perairan dan mengendap membentuk sedimentasi dan semakin mudah untuk mengikat senyawa-senyawa yang ada di dalam air.

Konsentrasi Cu pada air laut di setiap stasiun menunjukkan nilai yang berbeda karena dipengaruhi pergerakan air oleh angin, gelombang dan arus perairan sehingga selalu terjadi pengadukan dan perpindahan massa air dan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, sehingga menimbulkan perbedaan konsentrasi yang acak dan naik turun.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa telah tercemar logam Cu, karena telah melewati ambang batas keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, tentang syarat baku mutu air untuk perairan pelabuhan dengan konsentrasi Zn adalah kurang dari 0,005 ppm. 4.2 Kandungan Zn dalam Air Laut pada Berbagai Kedalaman dan Stasiun

Hasil analisis kandungan Zn dalam air laut pada berbagai kedalaman dan stasiun di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa dapat dilihat pada Gambar 3:

Gambar 3. Diagram Konsentrasi Zn dalam Air pada Berbagai Kedalaman dan Stasiun Dari hasil penelitian, dapat dilihat konsentrasi Zn dari Stasiun I sampai Stasiun III berturut-turut adalah 0,3300; 0,4272; 0,3871; 0,4405; 0,2906; dan 0,3585 ppm. Konsentrasi Zn yang tertinggi berada pada Stasiun II dengan kedalaman 3 m. Hal ini disebabkan karena pada Stasiun II merupakan daerah jalur transportasi kapal. Sehingga sangat rentan untuk tercemar limbah sisa bahan bakar maupun cat-cat dari kapal yang parkir atau beraktivitas di daerah tersebut, letak Stasiun II yang

berada di sekitar dermaga, nampak terlihat beberapa kapal yang rusak dan tidak pernah digunakan lagi, sehingga cat dari kapal tersebut dimungkinkan larut ke perairan dan menyebabkan timbulnya sumber cemran Zn. Selain itu, daerah ini juga sangat dekat dengan perumahan penduduk, dimana buangan limbah dari aktivitas rumah tangga maupun limbah-limbah makanan merupakan salah satu indikasi adanya sumbangan logam Zn, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran Zn.

Konsentrasi Zn terkecil terdapat pada Stasiun III kedalaman 1 m dengan konsentrasi 0,2906 ppm. Hal ini disebabkan oleh letak Stasiun III yang tidak terlalu dekat dengan dermaga yang merupakan tempat singgahnya kapal yang akan menyebrang, sehingga kurangnya cemaran logam baik dari kapal maupun sisa bahan bakar kapal yang beraktivitas di daerah tersebut. Namun diduga adanya cemaran Zn berasal dari limbah-limbah rumah tangga dan perhotelan yang berada di sekitar pelabuhan yang terbawa gelombang dan arus perairan.

Tingginya konsentrasi pada kedalaman 3 m dibandingkan kedalaman 1 m karena konsentrasi logam akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya jarak kedalaman stasiun, karena semakin lama logam berat akan turun ke dasar perairan dan mengendap membentuk sedimentasi dan semakin mudah terjadi penpindahan massa air untuk mengikat senyawa-senyawa yang ada di dalamnya.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa telah tercemar logam Zn, karena telah melewati ambang batas keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, tentang syarat baku mutu air untuk perairan pelabuhan dengan konsentrasi Zn adalah kurang dari 0,095 ppm. 4.3 Kandungan Cu Dalam Sedimen di Sekitar

Perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa

Hasil analisis kandungan Cu dalam sedimen di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa dapat dilihat pada Gambar 4:

Gambar 4. Diagram Konsentrasi Cu dalam Sedimen 0.33 0.4272 0.3871 0.4405 0.2906 0.3585 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 1 3 1 3 1 3 Kedalaman (m) St I St II St III 25.6092 44.4435 49.996 0 10 20 30 40 50 60 St I St II St III

(5)

5 Dari hasil penelitian, dapat dilihat

konsentrasi Cu dalam sedimen pada Stasiun I hingga Stasiun III berturut-turut adalah 25,6092; 44,4435; dan 49,9960 ppm. Konsentrasi tertinggi terdapat pada Stasiun III yang letaknya di sekitar perairan Makassar Golden Hotel, hal ini disebabkan oleh adanya sumber buangan limbah yang dihasilkan oleh hotel tersebut, selain itu adanya limbah sisa bahan bakar kapal yang mengendap di dasar perairan sangat mempengaruhi nilai kandungan Cu. Selain itu adanya kanal Haji Bau, kanal Stella Maris, dan kanal yang berada di dekat Benteng Rotterdam juga diindikasikan memberikan sumbangan limbah logam. Karena aliran air dari kanal tersebut bisa masuk ke perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa yang letaknya tidak jauh dari kanal-kanal tersebut.

Keberadaan logam berat dalam sedimen sangat erat hubungan dengan ukuran butiran sedimen. Umumnya sedimen yang mempunyai ukuran sedimen yang lebih halus dan mempunyai banyak kandungan organik mengandung konsentrasi logam berat yang lebih besar daripada sedimen yang mempunyai tipe ukuran butiran sedimen berukuran besar.

Perbedaan konsentrasi antar stasiun ini disebabkan oleh berbagai proses baik

fisika, biologi maupun kimia. Di duga proses fisis yang sangat berpengaruh adalah proses pengadukan dan pengendapan, yang dalam hal ini dipengaruhi oleh kecepatan arus dan kedalaman perairan.

4.4 Kandungan Zn dalam Sedimen di Sekitar Perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa

Sedimen merupakan lapisan bawah yang melapisi sungai, danau, reservoar, teluk, muara, dan lautan yang terdiri atas bahan organik dan anorganik Menurut Sarjono (2009), sedimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika air didiamkan tidak terganggu selama beberapa waktu.

Hasil analisis kandungan Zn dalam sedimen di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa dapat dilihat pada Gambar 5:

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsentrasi Zn pada Stasiun I hingga Stasiun III berturut-turut adalah sebesar 33,312; 24,8055; dan 40,8317 ppm. Dengan konsentrasi tertinggi berada pada Stasiun III dengan konsentrasi 40,8317. Hal ini disebabkan karena letak Stasiun III yang berada di sekitar perairan Makassar Golden Hotel, dimana limbah yang terbuang langsung ke perairan dan mengendap pada dasar perairan yang menyebabkan cemaran Zn.

Kandungan bahan organik erat kaitannya dengan ukuran butir sedimen. Sedimen perairan yang mempunyai persentase ukuran butir yang berbeda akan mempunyai kandungan bahan organik yang berbeda pula. Pada umumnya sedimen yang mempunyai ukuran partikel yang lebih halus akan diikuti dengan kenaikan jumlah bahan organiknya. Semakin halus sedimen, kemampuan dalam mengakumulasi bahan organik semakin besar. Kandungan bahan organik pada umumnya akan tinggi pada sedimen lumpur. Meskipun demikian proses fisis ikut berpengaruh dalam menentukan distribusi ukuran butirnya. Pada perairan yang lebih dangkal dan kecepatan arus yang lebih tinggi akan mempengaruhi distribusi ukuran butir dalam sedimen (Maslukah, 2013).

Perbedaan konsentrasi setiap daerah dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas manusia dan proses alam seperti banjir, kekeringan, dan temperatur. Bahkan Namminga dan Wilhm menemukan bahwa konsentrasi logam berat dalam sedimen pada umumnya lebih besar di musim panas daripada musim dingin. Temperatur yang

tinggi pada musim panas mungkin menghasilkan peningkatan pada aktivitas mikrobial dalam sedimen yang nantinya akan menghasilkan peningkatan akumulasi logam (Namminga and Wilhm, 1977). 4.5 Distribusi Cu dalam Air Laut dan Sedimen

pada Berbagai Kedalaman dan Stasiun Konsentrasi logam berat dalam ekosistem perairan dapat dipantau dengan mengukur konsentrasinya dalam air dan sedimen. Gambar 6 menunjukkan distribusi Cu dalam air laut dan sedimen di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa.

Pada Gambar 6, terlihat bahwa konsentrasi Cu paling tinggi terdapat dalam sedimen, Sedangkan konsentrasi terkecil terdapat pada air laut pada kedalaman 1 m. Menurut Supriyaningrum (2006), logam berat yang terserap pada partikel-partikel air akan terendap di permukaan sedimen. Sedimen ini meliputi tanah dan pasir yang memasuki badan air akibat erosi dan banjir. Logam berat yang berbahaya jika masuk ke badan perairan akan terakumulasi dalam sedimen dan organisme air akan menyerapnya dan mentransfer melalui rantai makanan.

33.312 24.8055 40.8317 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 St I St II St III

(6)

6 0 10 20 30 40 50 1 2 3 Air Laut 1 m 0.1136 0.163 0.1077 Air Laut 3 m 0.1543 0.1922 0.1911 Sedimen 25.6092 44.4435 49.996 K o n se n tr a si (ppm ) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 2 3 Air Laut 1 m 0.33 0.3871 0.2906 Air Lut 3 m 0.4272 0.4405 0.3585 Sedimen 33.312 24.8055 40.8317 K o n se n tra si (p p m )

Gambar 6. Diagram Distribusi Cu dalam Air dan Sedimen pada Berbagai Kedalaman dan Stasiun Menurut Zainuri, dkk., tahun 2011, logam

berat masuk ke jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan yaitu saluran pernapasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat pada air atau lingkungan, suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, dan aktivitas fisiologis.

4.6 Distribusi Zn dalam Air Laut dan Sedimen pada Berbagai Kedalaman dan Stasiun

Konsentrasi logam berat dalam ekosistem perairan dapat dipantau dengan mengukur konsentrasinya dalam air dan sedimen. Gambar 7 menunjukkan distribusi Zn dalam air laut dan sedimen di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa.

Pada Gambar 7, terlihat bahwa konsentrasi Zn paling tinggi terdapat dalam sedimen, sedangkan konsentrasi terkecil terdapat pada air laut dengan kedalaman 1 m. Hal ini disebabkan karena logam

berat memiliki sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air. Logam berat yang masuk ke perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran, dispersi dan akan terakumulasi ke dalam sedimen.

Distribusi logam pada sedimen selain dipengaruhi oleh tekstur sedimen dan konsentrasi tanah liat juga dipengaruhi oleh adanya bahan organik dan karbonat. Adanya peningkatan konsentrasi logam berat terutama Cu dalam sedimen biasanya disebabkan oleh arus perairan yang lemah karena perairan ini tidak berhadapan langsung dengan laut lepas tetapi dibatasi oleh pulau-pulau. Konsentrasi logam berat dalam air yang cenderung masih dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola arus karena arus dapat menyebarkan logam berat yang terlarut dalam air laut permukaan ke segala arah (Owen, 2000).

(7)

7 KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Cu di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa dalam air laut berkisar antara 0,1077-0,1922 ppm, sedangkan pada sedimen berkisar antara 25,6092-49,9960 mg/kg berat kering. Konsentrasi Zn dalam air laut berkisar antara 0,2906-0,4272 ppm, sedangkan pada sedimen berkisar antara 24,8055-40,8317 mg/kg berat kering.

Distribusi Cu dan Zn di sekitar perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa paling banyak terdapat dalam sedimen dengan kedalaman 5 m, kemudian air laut dengan kedalaman 3 m, dan yang paling sedikit terdapat pada air laut dengan kedalaman 1 m.

SARAN

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa lebih mengembangkan penelitian hingga biota lautnya. Selain itu pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada musim yang berbeda, dan lebih baik dilakukan pengukuran DO, pH, dan salinitas juga sehingga dapat menjelaskan lebih detail lagi tentang kondisi perairan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Akbar, A. W., Daud, A., Mallongi, A., 2014, Analisis Risiko Lingkungan Logam Berat Cadmium (Cd) pada Sedimen Air Laut di Wilayah Pesisir Kota Makassar, Universitas Hasanuddin, Makassar.

[2] Anonim, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, 2013, Makassar Dalam Angka2013, Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Makassar.

[3] Anonim, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, Tentang Baku Mutu Air Laut Kementrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

[4] Anonim, Standar Nasional Indonesia, 2004, Air dan limbah-Bagian 6: Cara Uji Tembaga (Cu)

dan Seng (Zn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala.

[5] Arief, A. B., Yudono, A., Aki, A., Ramli, M. I., 2015, Model Pengembangan Tata Ruang Transit Oriented Development (TOD) Kawasan Pelabuhan Kayu Bangkoa Makassar, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.

[6] Fadirubun, N. A., Daud, A., dan Birawida, A. B., 2012, Kualitas Air dan Sedimen Ditinjau dari Parameter Tembaga (Cu) Studi pada Air Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep, Universitas Hasanuddin, makassar.

[7] Khan, S., Farooq, R., Shahbaz, S., Khan, M.A., Sadique, M., 2009, Health Risk Assessment of Heavy Metals for Population Via Consumption of Vegetables, World AppliedSciences Journal, 12(6): 1602-1606.

[8] Namminga, H., Wilhm, J., 1977, Journal WPCF: 1725–1730.

[9] Owen, R.B., Shandu, N., 2000, Heavy Metal Accumulation and Anthropogenic Impacts on Tolo Harbour, Hongkong Marine Pollution Bulletin, 40(2): 174-180

[10] Rochyatun, E., Rozak, A., 2007,Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Teluk Jakarta, Makara sains, 1(11): 28-36. [11] Sarjono, A., 2009, Analisi Kandungan Logam

Berat Cd, Pb, dan Hg pada Air dan Sedimen di Prairan Kamal Muara, Jakarta Utara, Skripsi diterbitkan, Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan FIKP IPB, Bogor.

[12] Setiawan, H., 2014, Pencemaran Logam Berat di Perairan Pesisir Kota Makassar dan Upaya Penanggulangannya, Info Teknis EBONI, 1(11): 1-13.

[13] Siaka, I. M., 2008, Korelasi Antara Kedalaman Sedimen di Pelabuhan Benoa dan Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, 2(2): 61-70.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Sampling
Gambar 4. Diagram Konsentrasi Cu dalam Sedimen 0.33 0.4272 0.3871 0.4405 0.2906 0.3585 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 1 3 1 3 1 3 Kedalaman (m) St I St II St III 25.6092 44.4435 49.996 0 10 20 30 40 50 60 St I St II St III
Gambar 5. Diagram Konsentrasi Zn dalam sedimen
Gambar 6. Diagram Distribusi Cu dalam Air dan Sedimen pada Berbagai Kedalaman dan Stasiun  Menurut  Zainuri,  dkk.,  tahun  2011,  logam

Referensi

Dokumen terkait

Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga skripsi dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Instalasi Jaringan LAN Berbasis Android untuk

2) Pengaruh lokasi usaha terhadap pendapa- tan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesu- dah berkembangnya pasar seni modern. Penempatan lokasi berdagang di tempat yang strategis

Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis tentang hal ± hal yang diteliti yang bertujuan untuk memperoleh data dari responden yaitu pedagang kecil yang berdagang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi makanan ke-2 jenis ikan pelagis besar tersebut berubah-ubah dan memiliki kemiripan terhadap 1 jenis makanan yaitu ikan malalugis

Kota Surabaya yang selama ini jadi kandang terkuat kaum Nasionalis di Kota Besar selain kabupaten/kota lainnya di kawasan Mataraman, di Pilgub Jatim 2018 juga

Informasi yang disajikan Gambar 3 menunjukan bahwa paket soal dengan tingkat kesulitan tinggi akan berada di atas nilai kriteria karena proses equating yang dilakukan

Pola penggunaan internet yang melampaui batas membuat individu memiliki waktu yang lebih banyak dalam bermain internet, kurang berisitrahat, tidak mampu menjaga pola makan,

Perencanaan SDM melalui pola perencanaan karier di BPS Provinsi Sumatera Utara perlu diupayakan agar menjadi rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan