• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN PENGETAHUAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN DALAM APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN PENGETAHUAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN DALAM APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi memerlukan dukungan tenaga profesional yang memahami cara pengelolaan teknologi tersebut. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal pengelola perpustakaan yang menjadi peserta pelatihan peningkatan kapasitas sumber daya perpustakaan digital pada unit kerja/ unit pelaksana teknis (UK/UPT) lingkup Badan Litbang Per-tanian. Metode pengkajian adalah pretest terhadap tingkat pengetahuan 121 peserta pelatihan yang berasal dari 58 UK/UPT mengenai materi pelatihan, yaitu instalasi jaringan, konfigurasi jaringan, konfigurasi server, manajemen user and sharing folder, aplikasi WINISIS dan Bibliotheca berbasis jaringan, digitasi dokumen, serta aplikasi perangkat lunak IGLOO. Hasil pretest menunjukkan 80% peserta tidak pernah melakukan instalasi jaringan, 58,68% belum pernah melaksanakan konfigurasi jaringan, 63,64% belum pernah melakukan konfigurasi server, dan 50,41% belum memahami pengelolaan user and sharing folder. Sebanyak 62% dan 39,67% peserta masing-masing telah mengetahui perangkat lunak WINISIS dan Bibliotheca, namun 68,75% peserta belum memahami konfigurasi kedua perangkat lunak tersebut. Sebanyak 7,44% peserta telah memahami IGLOO baru dan 60,71% belum pernah melakukan digitasi dokumen.

ABSTRACTS

The capability of IAARD library managers in application of information technology

Information and communication technology based libraries need supporting from professional human resources who are able to manage the technology. This study aimed at revealing the initial knowledge of 121 participants of training on digital library capacity who came from 58 working units of the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD). The method used was a pretest on knowledge of participants on network instalation, network configuration, server configuration, user and sharing folder management, network based WINISIS and Bibliotheca application, document digitation, and IGLOO software application. The results showed that the participants had never dial network instalation (80%), network configuration (58,68%), server configuration (63,64%), and 50,41% had not yet understood user and sharing folder

management. But 62% and 39,67% among them had known WINISIS and Bibliotheca software, respectively, though they did not understand configuration of the both software. While 7,44% had already known new IGLOO, but 60,71% had never done document digitation.

Keywords: Information technology; digital library; human resources development

PENDAHULUAN

Kegiatan penelitian dan pengkajian memerlukan du-kungan informasi yang memadai serta ketersediaan sarana dan prasarana yang memudahkan informasi tersebut diakses oleh peneliti, perekayasa, dan peng-guna dari dan di mana saja serta kapan saja. Permasalah-an yPermasalah-ang dihadapi peneliti, perekayasa, penyuluh, dPermasalah-an pengguna lain dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi iptek pertanian dan informasi bidang terkait adalah: (1) terbatasnya sarana dan prasarana komunikasi elektronis, (2) kurangnya ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, (3) sistem pela-yanan yang masih konvensional, dan (4) terbatasnya pengelola informasi yang memiliki keahlian dalam sistem informasi dan aplikasi teknologi informasi (TI).

Salah satu fungsi utama perpustakaan menurut Rusmana (1998) adalah pengemasan dan penyebaran informasi, bukan penciptaan informasi. Dengan demi-kian, sumber daya manusia (SDM) yang profesional dan mampu mengemas informasi sudah selayaknya dimiliki oleh perpustakaan. Kedatangan pengguna ke perpus-takaan merupakan bagian dari orientasinya dalam mencari informasi (Darmono 2001). Oleh karena itu, kesiapan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan mempengaruhi perilaku pengguna informasi. Kemampuan memenuhi informasi yang dibutuhkan pengguna, pengelolaan informasi yang baik, serta pelayanan yang prima merupakan produk perpus-takaan yang dapat ditawarkan kepada pengguna.

KERAGAAN PENGETAHUAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP

BADAN LITBANG PERTANIAN DALAM APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI

Retno Sri Hartati Mulyandari dan Etty Andriaty

(2)

Pengembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan salah satu jawaban dalam memenuhi kebutuhan pengguna saat ini. Selain harus menyediakan informasi dalam format digital yang dapat diakses secara offline, perpustakaan juga harus dapat diakses secara online baik melalui intranet maupun internet. Pemanfaatan TIK akan mendorong terciptanya kerja sama dalam sistem jaringan informasi, baik pada lingkup penelitian pertanian maupun subjek lain yang relevan.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi diperlukan tenaga pengelola perpusta-kaan yang profesional untuk menangani sumber daya informasi, infrastruktur TIK, serta pelayanan informasi kepada pengguna. Febrian (2007) menyatakan bahwa SDM yang menangani TIK tidak harus memiliki gelar sarjana atau diploma jurusan informatika, tetapi yang penting dapat memahami dan menerapkan TIK dalam bidangnya. Keahlian dan keterampilan dalam bidang TIK dapat diperoleh melalui pelatihan dan magang pada instansi terkait yang telah menerapkan TIK. Materi pelatihan dan magang yang sejalan dengan pengem-bangan perpustakaan digital meliputi struktur pang-kalan data, metadata yang akan digunakan, strategi dan teknik penelusuran secara online (Setiarso 2006), serta pengelolaan jaringan.

Agar hasil penelitian dan pengembangan Badan Litbang Pertanian dapat dimanfaatkan oleh masyarakat maka perpustakaan pada unit kerja/unit pelaksana teknis (UK/UPT) perlu lebih diberdayakan. Salah satu indi-kator meningkatnya peran perpustakaan dalam men-dukung kegiatan pengelolaan dan penyebaran informasi iptek pertanian adalah memadainya kapasitas pengelola perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dengan mengaplikasikan TIK.

Hasil kajian Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) terhadap sumber daya perpustakaan (SDM, infrastruktur, sumber daya infor-masi, kerja sama perpustakaan, sistem layanan, dan tata letak perpustakaan) menunjukkan bahwa pada umumnya kualitas dan kuantitas SDM perpustakaan belum mema-dai (Suryantini dan Maksum 2007). Sejalan dengan hasil kajian tersebut, terutama yang berkaitan dengan kua-litas SDM perpustakaan, perlu dilakukan pengkajian lanjutan mengenai kapasitas pengelola perpustakaan UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian sehubungan dengan dilaksanakannya pembangunan perpustakaan digital mulai tahun 2006. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal pengelola perpustakaan

UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dan harapan mereka dalam pembangunan perpustakaan digital di instansi masing-masing.

METODE

Pengkajian kapasitas pengelola perpustakaan UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dalam aplikasi TIK dilakukan terhadap peserta pelatihan peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan digital yang dilaksa-nakan di PUSTAKA pada bulan Februari-Maret 2008, yang terdiri atas dua angkatan. Responden sebanyak 121 orang yang berasal dari 57 UK/UPT, masing-masing terdiri atas satu orang pengelola jaringan informasi dan satu orang pengelola informasi atau pangkalan data.

Ruang lingkup pengkajian adalah keragaan penge-tahuan responden di bidang TIK dalam mendukung pengelolaan dan pelayanan perpustakaan, yang meliputi pengetahuan tentang instalasi jaringan, konfigurasi jaringan, konfigurasi server, manajemen user and

sharing folder, aplikasi WINISIS dan Bibliotheca

ber-basis jaringan, digitasi dokumen, serta aplikasi perang-kat lunak IGLOO.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koleksi informasi perpustakaan digital adalah buku (tulisan), gambar, dan suara dalam bentuk file elektronis dan didistribusikan dengan menggunakan protokol elektronis melalui jaringan komputer (Wahono 2006b). Pengelola perpustakaan digital selain harus memiliki kemampuan dalam sistem informasi, juga dituntut mampu mengelola jaringan agar dapat menyiapkan informasi untuk melayani pengguna yang meminta informasi melalui jaringan.

Berdasarkan hasil pretest diketahui bahwa seba-gian besar (66,12%) peserta pelatihan tidak pernah me-lakukan kegiatan instalasi jaringan (Tabel 1), sedang 12,40% yang sering melakukan instalasi jaringan me-rupakan staf pengelola jaringan di tempat kerjanya. Rendahnya keterampilan sebagian besar pengelola perpustakaan dalam instalasi jaringan dapat dipahami mengingat terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia untuk mendukung kegiatan tersebut.

Sebagian besar (58,68%) responden menyatakan belum pernah melakukan konfigurasi jaringan (Tabel 2) karena masih terbatasnya kegiatan pengembangan jaringan informasi di UK/UPT. Sebagian kecil peserta

(3)

(masing-masing 10,74%) menyatakan sering dan kadang melaksanakan kegiatan konfigurasi jaringan untuk mendukung koneksi jaringan di UK/UPT, atau pernah melakukan konfigurasi jaringan pada saat mendapatkan pelatihan aplikasi TI sebelumnya.

Server merupakan piranti khusus dalam jaringan

komputer yang berfungsi sebagai penyimpan dan peng-atur lalu lintas data serta resource sharing. Masih banyak UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian, terutama yang berlokasi di daerah, belum memiliki server yang memadai. Akibatnya, sebagian besar peserta (63,64%) tidak pernah melakukan konfigurasi server (Tabel 2).

Berkaitan dengan pemahaman dalam pengelolaan

user and sharing folder, separuh peserta pelatihan

(50,41%) belum mengetahuinya, sementara 13,22% lainnya menyatakan paham tentang hal tersebut (Tabel 3). Pemahaman terhadap pengelolaan user and sharing

folder sangat penting bagi pustakawan dan petugas

perpustakaan agar dapat melayani pengguna secara cepat dan efisien.

Otomasi perpustakaan tidak terlepas dari aplikasi perangkat lunak yang sesuai untuk mendukung kelan-caran tugas pengelola perpustakaan berbasis elek-tronis. Salah satu perangkat lunak yang digunakan perpustakaan lingkup Badan Litbang Pertanian adalah

WINISIS yang dapat diperoleh secara gratis dari United

Nations Educational, Scientific and Cultural Organi-zation (UNESCO). Rushendi dan Kusmayadi (2007)

menyatakan bahwa WINISIS memiliki kelemahan bila digunakan sebagai perangkat lunak Online Public

Access Catalogue (OPAC), yaitu keamanan datanya

kurang terjamin. Untuk itu perlu digunakan perangkat lunak tambahan Bibliotheca yang dikembangkan oleh PUSTAKA. Perangkat lunak ini berperan sebagai peran-tara (interface) anperan-tara pengguna dan pangkalan data WINISIS. Pengelola perpustakaan UK/UPT Badan Litbang Pertanian perlu memahami dan mampu meng-aplikasikan perangkat lunak WINISIS dan Bibliotheca demi terwujudnya perpustakaan digital di UK/UPT. Secara umum, 62% peserta pelatihan menyatakan paham bahkan beberapa di antaranya sudah mulai mengapli-kasikan program WINISIS. Pengetahuan WINISIS dioleh dari pelatihan aplikasi TI dalam pengelolaan per-pustakaan.

Tabel 4 menunjukkan separuh peserta pelatihan (52,07%) menyatakan tidak memahami perangkat lunak Bibliotheca, tetapi 39,6% di antaranya menyatakan telah paham dan sisanya tidak menjawab. Besarnya persen-tase peserta yang tidak memahami implementasi perangkat lunak Bibliotheca antara lain disebabkan perangkat lunak tersebut relatif baru sehingga belum banyak yang menggunakannya.

Salah satu aplikasi perangkat lunak WINISIS yaitu untuk menyimpan pangkalan data katalog. Berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman pemasukan data dalam pangkalan data katalog, baru sebagian kecil peserta (19,01%) yang menyatakan sering melaku-kannya dan 43,80% peserta tidak pernah melakumelaku-kannya (Tabel 5) karena terbatasnya sarana yang tersedia, meskipun mereka telah mengetahui program WINISIS dari kegiatan pelatihan yang pernah diikuti.

Tabel 3. Pemahaman peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam pengelolaan user and sharing folder. Tingkat Jumlah % pemahaman Sangat paham 3 2,48 P a h a m 1 6 1 3 , 2 2 Agak paham 3 2 2 6 , 4 5 Tidak paham 6 1 5 0 , 4 1 Tidak menjawab 9 7,44 Jumlah 1 2 1 100,00

Tabel 2. Intensitas peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam konfigurasi jaringan dan server. Intensitas Konfigurasi jaringan Konfigurasi server

Jumlah % Jumlah % Sering 1 3 1 0 , 7 4 2 1,65 Kadang 1 3 1 0 , 7 4 1 5 1 2 , 4 0 Jarang 1 5 1 2 , 4 0 1 8 1 4 , 8 8 Tidak pernah 7 1 5 8 , 6 8 7 7 6 3 , 6 4 Tidak menjawab 9 7,44 9 7,44 Jumlah 1 2 1 100,00 1 2 1 100,00

Tabel 1. Intensitas peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam instalasi jaringan.

Intensitas Jumlah % Sering 1 5 1 2 , 4 0 Kadang 7 5,79 Jarang 9 7,44 Tidak pernah 8 0 6 6 , 1 2 Tidak menjawab 1 0 8,26 Jumlah 1 2 1 100,00

(4)

Tingkat pemahaman peserta terhadap konfigurasi WINISIS dan Bibliotheca juga sangat terbatas. Hal ini terlihat dari besarnya persentase peserta (68,75%) yang belum memahami konfigurasi kedua perangkat lunak tersebut (Tabel 6). Keadaan tersebut disebabkan pro-sedur konfigurasi WINISIS dan Bibliotheca cukup rumit serta Bibliotheca masih tergolong baru.

Perpustakaan digital memiliki keunggulan dalam kecepatan akses karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (Yudhanto 2007). Salah satu ciri perpustakaan digital adalah koleksi tercetak mulai dialihmediakan ke bentuk elektronis melalui proses digitasi sehingga tidak memakan tempat dan lebih mudah ditemukan kembali (Wahono 2006a). Berkaitan dengan intensitas dalam digitasi informasi iptek pertanian, sebagian besar peserta (60,71%) menyatakan tidak pernah melakukan kegiatan tersebut (Tabel 7). Selain belum memahami prosedur digitasi informasi dan undang-undang atau peraturan hak cipta, peserta belum melakukan kegiatan digitasi karena di tempat kerja mereka belum tersedia sarana digitasi (scanner).

Data yang tersimpan dalam pangkalan data WINISIS perlu diakses secara online agar pengguna yang berada di luar PUSTAKA dapat memperoleh

informasi yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat. Program yang dapat digunakan untuk mengakses informasi pada pangkalan data WINISIS adalah IGLOO yang merupakan aplikasi berbasis web untuk membaca pangkalan data berbasis ISIS. Sebagian besar peserta (65,29%) belum memahami IGLOO (Tabel 8), terutama yang belum pernah mengikuti pelatihan aplikasi TI bidang perpustakaan. Tingginya persentase peserta yang belum memahami aplikasi IGLOO berdampak pada besarnya persentase peserta (74,38%) yang belum memahami aplikasi transaksi informasi melalui IGLOO (Tabel 9). Intensitas awal peserta dalam peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam melakukan konfi-gurasi IGLOO (Tabel 10) juga sangat rendah, yang ditunjukkan oleh tingginya persentase peserta (76,03%) yang belum pernah melakukan konfigurasi IGLOO.

Tabel 8. Pemahaman awal peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi terhadap IGLOO.

Tingkat pemahaman Jumlah %

Sangat paham 2 1,65 P a h a m 1 6 1 3 , 2 2 Agak paham 1 5 1 2 , 4 0 Tidak paham 7 9 6 5 , 2 9 Tidak menjawab 9 7,44 Jumlah 1 2 1 100,00

Tabel 5. Keragaan pengetahuan peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam entri data katalog dengan WINISIS. Frekuensi Jumlah % Sering 2 3 1 9 , 0 1 Kadang 2 2 1 8 , 1 8 Jarang 1 4 1 1 , 5 7 Tidak pernah 5 3 4 3 , 8 0 Tidak menjawab 9 7,44 Jumlah 1 2 1 100,00

Tabel 4. Pemahaman peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi terhadap perangkat lunak WINISIS dan Bibliotheca.

Tingkat WINISIS Bibliotheca

pemahaman Jumlah % Jumlah %

Sangat paham 1 0,83 0 0,00 P a h a m 4 1 3 3 , 8 8 2 4 1 9 , 8 3 Agak paham 3 4 2 8 , 1 0 2 4 1 9 , 8 3 Tidak paham 3 6 2 9 , 7 5 6 3 5 2 , 0 7 Tidak menjawab 9 7,44 1 0 8,26 Jumlah 1 2 1 100,00 1 2 1 100,00

Tabel 6. Pemahaman peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam melakukan konfigurasi WINISIS dan Bibliotheca. Tingkat Jumlah % pemahaman Sangat paham 0 0,00 P a h a m 1 0 8,93 Agak paham 2 0 1 7 , 8 6 Tidak paham 7 7 6 8 , 7 5 Tidak menjawab 5 4,46 Jumlah 1 1 2 100,00

Tabel 7. Intensitas awal peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam melakukan proses digitasi.

Intensitas Jumlah % Sering 8 7,14 Kadang 2 1 1 8 , 7 5 Jarang 1 4 1 2 , 5 0 Tidak pernah 6 8 6 0 , 7 1 Tidak menjawab 1 0,89 Jumlah 1 1 2 100,00

(5)

Materi dan Metode Pelatihan

SDM perpustakaan merupakan komponen penting dalam kegiatan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Untuk meningkatkan kemampuan dan mempersiapkan tenaga pengelola yang kompeten, PUSTAKA telah melaksanakan berbagai kegiatan pelatihan bagi tenaga pengelola perpustakaan serta pembinaan perpustakaan. Materi yang diberikan meliputi pengenalan program WINISIS, pengembangan pangkalan data, pemasukan data, pemanfaatan pangkalan data dalam penyusunan publikasi bibliografis, pengenalan otomasi layanan perpustakaan, penelusuran informasi secara online ke pangkalan data jurnal elektronis (ProQuest dan Science

Direct), serta program IGLOO. Hingga kini belum semua

pengelola perpustakaan memperoleh pelatihan karena keterbatasan anggaran, baik untuk melaksanakan pelatih-an maupun pembinapelatih-an. Kondisi ini juga mengakibatkpelatih-an rendahnya kapasitas sebagian besar pengelola per-pustakaan dan informasi dalam mengaplikasikan TI untuk pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Berdasarkan hasil kajian, diperoleh data tentang materi pelatihan peningkatan kapasitas pengelola per-pustakaan dan informasi lingkup Badan Litbang Perta-nian. Sebagian besar materi pelatihan yang dibutuhkan

adalah mengenai pengelolaan jaringan informasi, pe-ngembangan situs, dan aplikasi IGLOO (Tabel 11). Selain kegiatan peningkatan kapasitas, peserta pelatihan mengharapkan PUSTAKA secara berkesinambungan melakukan pembinaan, baik langsung maupun tidak langsung melalui sarana komunikasi elektronis yang tersedia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil pretest tentang pengetahuan peserta pelatihan peningkatan kapasitas sumber daya perpustakaan UK/ UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dalam aplikasi TIK menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar pe-ngelola perpustakaan masih rendah. Lebih dari 60% peserta tidak mengetahui aplikasi teknologi informasi untuk mendukung pengelolaan dan layanan perpus-takaan. Aplikasi WINISIS dianggap yang termudah yang pernah dilaksanakan oleh pengelola perpustakaan/ informasi, walaupun jumlah pengelola yang belum mengetahui WINISIS juga masih cukup besar (52,07%). Hal ini antara lain disebabkan belum tersedianya sarana pendukung aplikasi teknologi informasi. Beberapa peserta yang telah memahami salah satu jenis aplikasi teknologi informasi belum secara langsung dapat mengaplikasikan ilmu/keterampilan yang diperoleh dari

Tabel 9. Pemahaman peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam aplikasi transaksi informasi melalui IGLOO. Tingkat Jumlah % pemahaman Sangat paham 2 1,65 P a h a m 7 5,79 Agak paham 1 3 1 0 , 7 4 Tidak paham 9 0 7 4 , 3 8 Tidak menjawab 9 7,44 Jumlah 1 2 1 100,00

Tabel 10. Intensitas awal peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam melakukan konfigurasi perangkat lunak IGLOO. Intensitas Jumlah % Sering 2 1,65 Kadang 6 4,96 Jarang 1 2 9,92 Tidak pernah 9 2 7 6 , 0 3 Tidak menjawab 9 7,44 Jumlah 1 2 1 100,00

Tabel 11. Materi dan metode pelatihan yang diperlukan pengelola perpustakaan UK/UPT Badan Litbang Pertanian.

Materi Metode

Aplikasi pengelolaan dan Workshop dan magang pemanfaatan teknologi

informasi berbasis web

Pengembangan jaringan Pelatihan dan magang informasi

Pengembangan situs Pelatihan, magang, dan pendampingan Pengembangan pangkalan Pelatihan, magang, dan

data pendampingan

Aplikasi Bibliotec Pelatihan, magang, dan pendampingan Aplikasi Igloo Pelatihan, magang, dan

pendampingan Alih media koleksi Pelatihan, magang, dan

pendampingan

Otomasi perpustakaan Workshop dan pendampingan Aplikasi perpustakaan Pelatihan, magang, dan berbasis web pendampingan Aplikasi WINISIS Pelatihan dan magang

(6)

pelatihan karena belum tersedianya sarana pendukung. Implementasi perpustakaan digital di UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian serta penyediaan sarana yang memadai diharapkan dapat mengatasi kendala ini.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2001. Kebutuhan dan perilaku pencari informasi penunjang studi mahasiswa pascasarjana: Studi kasus di dua perguruan tinggi penyelenggara program pasca-sarjana di Malang. Buletin FKP2T 6(1-2): 7-27. Febrian, J. 2007. Kondisi SDM teknologi informasi. http:/

/artikel.total.or.id/artikel. php?id=1143&judul= kondisi %20SDM%20Teknologi%20Informasi. [18 April 2008]. Rushendi dan E. Kusmayadi. 2007. Kajian otomasi per-pustakaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Jurnal Perpustakaan Pertanian 16(1): 17-23. Rusmana, A. 1998. Peran informasi dalam era globalisasi

sebuah strategi menyongsong information free market.

Dalam E. Koswara (Ed.). Dinamika Informasi Era Global. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setiarso, B. 2006. Roadmap perpustakaan digital iptek. http://ilmukomputer.com/ 2006/09/19/roadmap-perpus-takaan-digital-iptek/. [18 April 2008].

Suryantini, H. dan Maksum. 2007. Laporan Akhir Kegiatan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Perpustakaan. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.

Wahono, R.S. 2006a. Melihat proyek perpustakaan digital. http://ilmukomputer.com/2006/08/29/melihat-proyek-digital-library/. [20 April 2008].

Wahono, R.S. 2006b. Teknologi informasi untuk perpus-takaan: perpustakaan digital dan sistem otomasi perpustakaan. http://ilmukomputer.com/2006/09/15/ t e k n o l o g i i n f o r m a s i u n t u k p e r p u s t a k a a n p e r p u s t a k a a n d i g i t a l d a n s i s t e m o t o m a s i -perpustakaan/. [20 April 2008).

Yudhanto, Y. 2007. Menggagas perpustakaan digital. http:/ / i l m u k o m p u t e r. c o m / 2 0 0 7 / 0 6 / 0 6 / m e n g g a g a s -perpustakaan-digital/. [20 April 2008].

Gambar

Tabel 3. Pemahaman peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam pengelolaan user and sharing folder.
Tabel  7. Intensitas awal peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam melakukan proses digitasi.
Tabel  10. Intensitas awal peserta peningkatan kapasitas pengelola informasi dalam melakukan konfigurasi perangkat lunak IGLOO

Referensi

Dokumen terkait

• Latar belakang akademis/berpengalaman mengajar pada bidang yang relevan sesuai dengan modul ToT PKD yang dipilih (ditunjukkan dengan isian formulir

Aktivitas yang dilakukan meliputi proses mencari sayuran dan buah-buahan serta bahan makanan dan minuman lainnya, proses memasak, dan proses penyajian. Sayur dan buah didapat

Dalam hal pemberian Hak Tanggungan atas suatu jaminan atau agunan yang diajukan. Bank memiliki peraturan yang berbeda-beda, tergantung dari bagaimana kebijakan bank berlaku

Menyelesaikan permasalahan peramalan beban jangka pendek pada hari- hari libur di Kalimantan Selatan-Tengah dengan menggunakan metode FLR- AIS, dan membandingkan peramalan FLR

pengamatan umur 21 dan 28 hst; 2) perlakuan faktor tunggal pemberian dosis pupuk Supernasa Granule dengan 60 kg/ha pada tanaman gambas terjadi pengaruh nyata

Apabila ditinjau dari segi pelarut yang digunakan, nilai rataan kelarutan zat ekstrakif pada kayu tulip afrika (Spatodea campanulata) yang menggunakan metode NaOH 1 % ternyata

Needle jet mengontrol pencampuran bahan bakar dan udara yang dialirkan dari celah diantara needle jet dan jet needle (jarum pengabut) tersebut. 3) Venturi yaitu bagian yang sempit

Matriks yang banyaknya baris kurang dari banyaknya kolom.