• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto itu. Foto Dazi bersama dua orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Tentang langkah pertama untuk masa lalunya. *** 9 tahun yang lalu, Dazi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Foto itu. Foto Dazi bersama dua orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Tentang langkah pertama untuk masa lalunya. *** 9 tahun yang lalu, Dazi yang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Namaku Dazi

Awalnya gelap, basah dan lelah namun harus terus melangkah. Kemana? Tidak ada yang pernah tau. Mencoba mengikuti alur bersama deretan tiang untuk terus bertahan. Tidak pernah ada jawaban. Tidak ada yang bisa ia ingat apa yang terjadi sebelum 1 jam yang lalu? Kemana perginya semua itu? Hilang? Tidak ada seorangpun yang dapat ditanya? Lenyap tanpa jejak. Hanya satu hal yang ia ingat, namanya adalah Dazi.

***

Berhari hari kehilangan ingatan tanpa tujuan. Dazi bertahan di sebuah Mall tidak terpakai. Sepi dan sunyi. Kosong? 2 tahun yang lalu terjadi kebakaran besar di Mall itu. Tidak ada yang menempatinya lagi dengan kondisi Mall yang tidak memungkinkan untuk bisa diperbaiki, hanya sekumpulan gelandangan yang mencoba bertahan hidup dikerasnya dunia tanpa pekerjaan di tempat itu.

(2)

Mereka yang bertahan hidup bagaikan sekumpulan kanibal, tidak pandang bulu, anak kecil maupun orang tua, tidak pandang kasih sayang, wanita maupun pria. Keegoisan terbesar di dalamnya. Berebut makanan tanpa saling berbagi. Memukuli mereka bagi yang lemah. Tidak peduli di depan mata mereka seseorang sedang sekarat kelaparan, yang penting diri sendirilah yang terpenuhi.

***

Kembali lagi ingatan mengerikan 9 tahun yang lalu mengganggu pada setiap mimpi Dazi. Matanya memerah, badannya memberat, lemas, tidak karuan. Ia mengusap wajahnya yang masih setengah sadar. Menggapai gelas di sisi meja kasur. Tangannya bergetar lemah, tidak sengaja menyandung gelas sebelum ia berhasil menggapai dengan jemarinya. Air tumpah berlinang membasahi lantai kamar. Berantakan. Perlahan air mengaliri dari sela sela garis lantai membasahi buku buku bersama kertas foto yang berserakan.

“Ahh sial.” Ia memaksakan diri untuk bangun mengamankan foto dan buku yang mulai basah. Mengibas ngibas buku bersamaan dengan foto.

(3)

Foto itu. Foto Dazi bersama dua orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Tentang langkah pertama untuk masa lalunya.

***

9 tahun yang lalu, Dazi yang masih berumur sekitar 10 tahun melangkah tertatih tatih, lelah dan kelaparan. Perut yang selalu berseru mengemis minta makan adalah kendala utama pada masa itu. Tiba tiba saja suara itu terdengar, suara itu, suara yang menyelamatkan hidupnya, suara yang dapat melihat kehidupannya. Ibu Rika memanggil. Ia dulu masih sangat muda dan cantik sekali. Seseorang yang memiliki kebaikan luar biasa. Pemilik rumah makan kecil kecilan. Ia memanggil Dazi saat itu.

“Nak, aku sering sekali melihatmu di sekitaran, kamu tampak kacau sekali, dimana orang tuamu?” Dialog pertama Ibu Rika pertama kali bertemu. Dazi hanya menggeleng menunduk. Jika pertanyaan itu tidak pernah sampai, bagaimana jadinya Dazi sekarang.

Ibu Rika membawa Dazi ke dalam rumah makan kecilnya. Ia memberikan sepiring nasi dan ikan. Jika saat itu Dazi langsung melahapnya mungkin ia tidak akan pernah sedekat sekarang

(4)

dengan Ibu Rika. Namun yang ia lakukan hanya menggelengkan kepala berkata “Jendela warung Ibu kotor, setelah makan ini bolehkah aku mengelapnya?” Dialog pertama Dazi padanya. Ibu Rika tersenyum manis. Hari itu Dazi dipekerjakan oleh Ibu Rika di warungnya. Tidak perlu dibayar dengan uang dan setumpuk logam karena bukan itu yang Dazi inginkan. Cukup dua piring nasi tanpa lauk saja cukup. Apa Ibu Rika tega hanya memberi itu? Tidak. Percayalah, dia wanita yang sungguh baik.

Hari hari itu telah berlalu, Ibu Rika semakin mempercayai Dazi yang bekerja sangat giat. Tidak memasak ataupun memegang keuangan. Hanya menyapu, cuci piring, dan membersihkan setiap jendela. Apa hubungan itu terjadi seperti majikan dan pembantunya? Tidak. Ibu Rika jauh berbeda. Ia seperti Ibu. Ia memberikan kesempatan Dazi untuk bercerita, memberikan kesempatan Dazi untuk belajar hal hal baik, dan ia memberikan kesempatan Dazi untuk melakukan hal hal baru untuk menambah pengetahuannya selama kegiatan itu positif.

Setahun pertemuan dengan Ibu Rika berlalu terasa cepat, terlalu cepat hinggal hal yang tidak

(5)

disangka sangka ia mengenalkan Dazi dengan orang yang sungguh luar biasa, orang yang mengajarkannya banyak hal. Paman Yosef. Seseorang dari kantor surat kabar berambut gimbal dengan kaca mata tebal. Entah apa yang ia lihat dari Dazi, tiba tiba saja menghampirinya tanpa dasar apa apa berkata “Bekerjalah denganku... kamu punya potensi luar biasa.” Dialog pertama Paman Yosef yang selalu ia ingat di masa itu. Ibu Rika sedikit terkejut perlahan mengangguk, tidak mengusir, hanya saja ia paham bahwa kerja di surat kabar lebih baik dari pada di rumah makan. Banyak berita, ilmu dan pengetahuan yang bisa didapat tanpa disadari. Dazi menggeleng, tidak mau karena tidak mengerti. Ia menoleh ke arah Ibu Rika. Ibu Rika hanya mengangguk dan tersenyum.

Sehari setelah pertemuan itu. Dazi akhirnya tau manfaat apa yang bisa ia peroleh nanti setelah mendapatkan penjelasan panjang dari Ibu Rika semalam. Dazi setuju.

***

Setelah sepenuhnya sadar Dazi segera membersihkan bekas air minum di lantai tadi. Setelah selesai segera saja ke kamar mandi,

(6)

bersiap siap harus ke kantor surat kabar. Harus menutup dan mengunci kantor itu hari ini. menutup? Pada siang bolong seperti ini?

Beberapa menit setelah selesai bersiap siap, ia menggapai tas kecil bersama kunci pintu rumah di genggamannya. Melangkah cepat keluar, mengunci pintu, kembali melangkah di pinggir jalan. Seperti biasa hari hari selalu tampak cerah, matahari menyorot terang, menyilaukan setiap pupil yang mencoba menantangnya. Kantor tidak jauh dari rumah, cukup berjalan sekitar setengah jam atau menaiki kendaraan umum sekitar 10 menit saja mungkin sudah sampai.

***

9 tahun yang lalu setelah penawaran itu akhirnya Dazi ikut dengan Paman Yosef untuk bekerja di surat kabar, ia ditempatkan sebagai penjual koran di suatu tempat, kemudian jika edisi mingguan keluar ia menjadi kurir kepada setiap langganan surat kabar, dan terkadang kala jika di waktu senggang Dazi ikut bantu bantu pegawai Paman Yosef, mempelajari proses pembuatan surat kabar dan membaca setiap informasi yang akan dimuat.

(7)

Tidak lupa Dazi sering berkunjung ke restoran milik ibu Rika untuk membantu berbagai macam hal di restorannya. Ibu Rika sudah menjadi orang tua angkatnya sendiri. Ia selalu bercerita banyak hal ini itu tentang hari hari yang dijalaninya. Sampai akhirnya kabar dari menteri kebudayaan dan pendidikan tentang pengajuan Dazi untuk bersekolahpun turun. Ia mendapatkan kesempatan bersekolah bersamaan dengan beasiswa yang dimulai dari kelas 3 SD. Paman Yosefpun mendapatkan sebuah apresiasi telah berperan penting untuk masyarakat dalam pekerjaannya sebagai pembuka wawasan ilmu pengetahuan umum dalam pekerjaannya. Ia mendapatkan sejumlah uang dan sertifikat sebagai bentuk penghargaannya. Uang itu disumbangkan untuk membeli sebuah Ruko kecil dipinggir jalan untuk dijadikan tempat tinggal Dazi.

Banyak sekali yang terjadi semenjak 9 tahun yang lalu. Dazi yang dulu masih anak kecil hilang ingatan sekarang sudah menjadi seorang anak remaja yang beranjak dewasa. Ia duduk di bangku kelas 3 SMA. Ketika SD ia adalah anak yang berprestasi, selalu menjadi teladan teman

(8)

temannya. Namun prestasinya menurun ketika SMA kelas 1. Paman Yosef yang telah ia anggap orang tuanya sendiri mengalami kecelakaan pesawat dalam perjalanan pulang dari luar negeri. Dazi mengalami tekanan yang sangat kuat, ia selalu mencari setiap informasi tentang kecelakaan tersebut dan menunggu Paman Yosef pulang. Namun hingga akhirnya berita yang sangat akurat menyatakan bahwa ia tidak ditemukan dan dipastikan telah tewas dikarenakan hilangnya pesawat terbang di tengah Samudera Pasifik. Mendengar informasi itu ia tidak percaya,sangat sedih, putus asa dan tidak bisa menerima. Belum lagi kantor surat kabar menjadi sangat berantakan karena kurangnya koordinasi seperti yang dilakukan Paman Yosef. Kekacauanpun terjadi terus menerus hingga membuat prestasi Dazi terus turun.

Kantor surat kabarpun dipegang oleh teman dekat Yosef namun tidak sebaik koordinasinya, dalam waktu singkat kantor surat kabarpun mengalami banyak hutang, deadline yang tidak terkendali dan kasus korupsi terjadi secara diam diam hingga akhirnya kantor itupun mengalami kebangkrutan dan para pegawainya pindah ke

(9)

kantor surat kabar lain. Kantor surat kabar itupun tutup.

***

“Trek” suara gembok dikunci pada pintu besi kantor surat kabar oleh Dazi. Ia berjalan beberapa langkah dari tempat itu dan kembali menengok kantor pertama dimana ia bekerja. Catnya sudah memudar, di sisi pojok kantor tumbuh lumut karena lembab. Beberapa poster informasi di dinding kantor masih tertempel namun tidak seluruhnya utuh, berantakan, sobek dan tulisan luntur karena sudah terlalu lama menempel, mungkin semenjak kejadian pesawat itu.

“terimakasih Paman, maafkan aku tidak bisa menjadi seseorang yang bisa meneruskan tempat yang kau banggakan ini, aku tau ini adalah suatu hal yang sangat penting bagimu begitu pula denganku, kau memberiku hidup namun aku membalasnya seperti ini, tidak bisa menjaga apa yang kau ciptakan sepanjang hidupmu itu.” Ucap Dazi meratap gedung kantor surat kabar tiga tingkat yang terlihat usang. Siap disita oleh bank dan perusahaan besar kapan saja.

(10)

Ia membalikan badan lemas pulang menuju rumahnya. Rumah? Lebih tepatnya ruko kecil yang dibelikan Paman Yosef saat itu.

Melangkah dalam lamunan tidak terasa sudah sampai depan ruko sekaligus rumah Dazi. Ia membuka pintu belakang dan masuk ke dalamnya. Tidak luas dan tidak juga sempit, 7 x 8 meter, tampak kasur pendek untuk satu orang di bawah pojok kiri, meja kecil hanya setinggi 50cm diletakan di sisi kasur, terdapat buku buku berserakan di tengah ruangan, dan sebuah galon kecil di pojok dekat dinding.

Di ujung dinding terbuat dari pintu geser besi yang lebar, seperti pintu garasi selayaknya ruko, tidak pernah dibuka, dibiarkan seperti dinding. Di dinding lainnya terdapat banyak sekali tempelan telmpelan korang yang menurut Dazi itu adalah berita yang sangat penting dan yang terakhir hampir seluruh ruangannya beralaskan karpet coklat. Ia tidak memanfaatkan Ruko sebagai tempat berbisnis ataupun tempat yang selayaknya ruko namun ia menjadikannya seperti rmah kecil untuk tempat tinggal.

Ia menyalakan lampu dan melentangkan badan di kasur, menghela nafas panjang.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan:Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi remaja dan stress remaja dengan kecerdasan emosional di SMA Negeri I Bawang Banjarnegara..

Kondisi partisipasi yang difahami sebagai situasi dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan motivasi dalam berpartisipasi, hasil analisis, yang

Untuk transportasi yang jaraknya lebih jauh, wadah- wadah yang dipasang di kendaraan transportasi lebih baik dilengkapi dengan sistem sirkulasi, tabung

!i#sintesisis p#liketida berasal dari suatu reaksi k#ndensasi asetil- =#A dengan senya%a mal#nil-=#A."ada dasarnya$ asetil-=#A dibentuk dari asam asetat yang mengalami

 Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. anker merupakan penyakit yang mematikan dan pengobatan nya

Dalam hal ini SIG mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk menganalisis dalam proses penentuan lokasi bandara yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, yaitu

2,3 The US National Center for Health Statistics menyatakan bahwa Intrauterine fetal death adalah kematian pada fetus dengan berat badan 350 gram atau lebih dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Quantum Teaching,. Tempat