• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun Oleh: JEFFRY ARI WIBOWO Nomor Mhs : Fakultas : Hukum Jurusan : Ilmu Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Disusun Oleh: JEFFRY ARI WIBOWO Nomor Mhs : Fakultas : Hukum Jurusan : Ilmu Hukum"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK OLEH

DINAS PERIZINAN KABUPATEN BANTUL BERDASARKAN

PERDA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN

TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIZINAN

KABUPATEN BANTUL

Disusun Oleh:

JEFFRY ARI WIBOWO

Nomor Mhs : 05410170

Fakultas : Hukum

Jurusan : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perizinan merupakan instrumen kebijakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah untuk melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin juga merupakan istrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan.1

Dalam konteks inilah, suatu tindakan intervensi pemerintah dalam bentuk perizinan harus dirujukkan pada fungsi pemerintah yang utama, yakni

fungsi alokatif, fungsi distributif, dan fungsi stabilitas. Instrumen perizinan

yang ketat tidak mustahil akan mendorong pada aktivitas informal dan ekonomi, atau yang sering disebut sebagai black market economy, tetapi perizinan yang terlalu longgar juga akan mendoorong pada tingginya biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat seperti kemacetan, kerusakan lingkungan, malaise ekonomi, inflasi, dan polusi sebagai akibat dari aktivitas pasar yang tidak terkendali. Oleh karena itu, sebuah mekanisme perizinan harus mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan Pemerintah atau

1

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. V.

(3)

- 2 - Pemerintah Daerah dan kepentingan koperasi serta kepentingan individu yang mengakselerasi kegiatan ekonomi.2

Izin merupakan keputusan administratif yang lazim disebut dengan keputusan tata usaha negara. Keputusan tata usaha negara tersebut berisi pengaturan mengenai kegiatan yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh masyarakat. Untuk memproses keputusan tata usaha negara, pemerintah memerlukan dan memiliki organisasi yang disebut birokrasi. Birokrsi pemerintah sebagai kumpulan tugas dan jabatan yang terorganisasi secara formal, berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada pembuat peran formal.

Dikaitkan dengan konteks pemerintahan Indonesia, birokrasi sebagai keseluruhan oreganisasi pemerintah, yang menjalankan tugas-tugas negara dalam berbagai unit organisasi pemerinah, yang menjalankan tugas-tugas negara dan berbagai unit organisasi pemerintah (departemen/lembaga nondepartemen baik di pusat maupun di darah) dan Pemda. Ada 3 (tiga) kategori organisasi birokrasi. Kategori yang pertama adalah birokrasi pemerintahan umum yang menjalankan fungsi pengaturan. Kategori kedua adalah birokrasi yang memberikan pelayanan umum. Kategori yang ketiga dalah birokarsi pembngunan, yaitu organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu bidang khusus untuk mencapai tujuan pembangunan, seperti organisasi pemerintah yang bergerak di sector petanian, industri, pendidikan

2

(4)

- 3 - dan lain-lain. Dalam praktik pemerintahan Indonesi perizinan dikategorikan sebagai pemberian pelayanan, sehingga dikerjakan oleh birokrasi yang memberikan pelayanan umum untuk publik.

Dalam menjalankan fungsinya birokrasi pelayanan umum menyusun serangkaian mekanisme yang harus ditempuh oleh seseorang atau badan usaha untuk mendapatkan izin tertentu yang didasari oleh berbagai perangkat hukum. Mekanime, prosedur, dan perangkat hukum yang mendasari tidaklah bersifat netral, melainkan disusun untuk melayani tujuan tertentu, misalnya efisiensi, keadilan, dan pemerataan.

Izin merupakan keputusan tata usaha negara dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dalam pemerintahan sebagai konsekuensi dari jabatannya. Keputusan ini bersifat rutin dan melekat pada jabatan. Dengan demikian, biaya perizinan melekat pada anggaran rutin pemerintah dan tidak dibebankan sebagai biaya transaksi pada pemohon. Melekatkan biaya transaksi pada izin merupakan salah satu distorsi dalam pelaksanaan tata administarsi pemerintahan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, untuk menilai keberhasilan suatu izin bukan hanya berdasar pada jumlah izin yang dikeluarkan yang berkorelasi dengan jumlah retribusi yang diterima, melainkan baru berdasarkan pada sampai sejauh mana instrumen perizinan berfungsi dalam mengakselerasi kegiatan ekonomi atau mengendalikan kegiatan masyarakat/swasta, sehingga

(5)

- 4 - kegiatan tersebut tidak menimbulkan masalah eksternalitas, masalah barang publik, asimetri informasi, dan pelanggaran hak milik.3

Namun, seperti kita ketahui bersama tidak jarang adanya oknum-oknum atau pegawai yang dengan sengaja mengambil keuntungan pribadi khususnya dalam hal pengurusan izin usaha atau izin perdagangan ini. Survei Pemeringkatan Daya Tarik Investasi tahun 2003 yang dilakukan oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) di 156 Kabupaten dan 44 Kota di seluruh Indonesia juga mendapatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Khusus untuk pelayanan perizinan dan pengurusan birokrai, biaya tidak resmi yang harus dikeluarkan pengusaha mencapai 60,62 persen dari biaya resmi yang seharusnya dibayar.4

Secara umum hambatan sistem perizinan di Indonesia khususnya di daerah, setelah dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah adalah belum adanya sistem perizinan yang baku, integratif, dan komprehensif. Selain itu juga masih banyaknya berbagai instansi yang mengeluarkan izin; tersebarnya peraturan tentang perizinan dalam berbagai peraturan perundang-undangan; diadakannya suatu izin hanya didasarkan semata-mata tujuan pemasukan bagi pendapatan pemerintah (terutama setelah diberlakukannya konsep otonomi daerah.5

Beragamnya organ pemerintahan yang berwenang memberikan izin, dapat menyebabkan tujuan dari kegiatan yang membutuhkan izin tertentu 3 Ibid, hlm. vi-vii. 4 Ibid, hlm. 31. 5

H. Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Nuansa Cendekia, Bandung, 2010, hlm. 14-15.

(6)

- 5 - menjadi terhambat, bahkan tidak mencapai sasaran. Artinya, campur tangan pemerintah dalam bentuk regulasi perizinan yang berbelit dapat menimbulkan kejenuhan bagi pelaku kegiatan yang membutuhkan izin itu. Dalam hal otonomi daerah, muncul permasalahan baru di mana izin dijadikan sebagai salah satu alat dalam memperoleh pendapatan asli masing-masing daerah, sehingga terkadang banyak sekali peraturan dan kebijakan serta organ pemerintahan yang mengatur masalah perizinan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah mengumpulkan 262 Peraturan Daerah (Perda) yang berkaitan dengan iklim investasi di Indonesia, dari jumlah tersebut 262 Perda berdasarkan kajian berpotensi menghambat investasi.6

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Daerah otonom sebagai satuan pemerintahan mandiri yang memiliki wewenang atributif, lebih-lebih sebagai subjek hukum (publiek rechtpersoon,

public legal entity) berwenang membuat peraturan-peraturan untuk

menyelenggarakan rumah tangganya. Wewenang mengatur ini ada pada Pemerintah Daerah (Pejabat Administrasi Negara) dan DPRD sebagai pemegang fungsi legislatif di daerah. PERDA (Peraturan Daerah) merupakan pelaksanaan fungsi legislatif DPRD. Peratutran Daerah selanjutnya disebut

6

(7)

- 6 - Perda adalah Peraturan Daerah Propinsi dan/atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.7

Peraturan Daerah ditetapkan tidak saja dalam rangka penyelenggaraan otonomi Daerah, tetapi juga dalam rangka penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. PERDA tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, PERDA lain atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah dapat membuat ketentuan tentang pembebanan “biaya paksaan penegakan hukum” atau “biaya paksaan pemeliharaan hukum” seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar.8

Dalam konteks penulisan ini yang dimaksudkan penulis dengan daerah adalah Daerah Kabupaten Bantul sebagai salah satu Daerah Kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul sebagai salah satu Kabupaten yang sedang berkembang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terlepas dari masalah kepengurusan izin perizinan khususnya dalam Izin Usaha Perdagangan.

Dalam rangka pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha perdagangan, Pemerintah Kabupaten Bantul bersama DPRD Kabupaten Bantul menetapkan Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perizinan Usaha Bidang Perindustrian dan Perdagangan, serta Perda Nomor 84 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perizinan Kabupaten Bantul.

7

Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, PSH. FH. UII, Yogyakarta, 2001, hlm. 70-71.

8

Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 41-42.

(8)

- 7 - Namun, seperti kita ketahui bersama bahwa birokrasi perizinan yang berbelit-belit merupakan salah satu permasalahan yang menjadi penghambat bagi perkembangan perekonomian, terlebih lagi dalam dunia usaha Indonesia. Masyarakat dan para pelaku usaha sering mengeluhkan masalah proses pelayanan perizinan yang seringkali memerlukan waktu lama, banyaknya instansi yang mengeluarkan izin, serta banyaknya pungutan yang harus dibayar.9

Dengan latar belakang masalah sebagaimana yang dipaparkan penulis di atas, maka disini penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah dalam bentuk penulisan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan jenjang S1 pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dengan judul, “Implementasi

pelayanan publik oleh Dinas Perizinan Kabupaten Bantul dalam pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan berdasarkan Perda Nomor 84 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perizinan Kabupaten Bantul”.

9

(9)

- 8 -

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi pelayanan publik oleh Dinas Perizinan Kabupaten Bantul dalam pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi Dinas Perizinan Kabupaten Bantul

dalam memberikan pelayanan publik untuk pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan?

C. Tujuan Penelitian

Dengan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang implementasi pelayanan publik oleh Dinas Perizinan Kabupaten Bantul dalam pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Dinas Perizinan Kabupaten Bantul dalam memberikan pelayanan publik untuk pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan.

D. Tinjauan Pustaka

Paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan. Sebab pada akhirnya hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara (pemerintahan) diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan rakyat. Dalam kaitannya dengan negara hukum, kedaulatan

(10)

- 9 - rakyat merupakan unsur material negara hukum, di samping masalah kesejahteraan rakyat.10

Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada konteks negara Indonesia, tujuan negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang mengidentifikasikan bahwa Indonesia merupakan negara hukum yang menganut konsep welfare state (negara kesejahteraan). Sebagai negara hukum yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum, setiap kegiatan di samping harus diorientasikan pada tujuan yang hendak dicapai jug harus berdasarkan pada hukum yang berlaku sebagai aturan kegiatan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.11

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak dapat dilepaskan dari prinsip otonomi yang diberikan pada daerah tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota. Sebagai daerah otonom, pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan menggerakkan partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Kebijakan perizinan dirancang unuk mencegah terjadinya kegagalan pasar. Bentuk perizinan yang tidak berlandaskan kegagalan pasar sudah dapat dipastikan akan mendistorsi alokasi sumber daya secara efisien. Dengan demikian, pemerintah sebaiknya tidak mengatur melebihi yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai selain diperlukan untuk

10

Ibid, hlm. 11.

11

(11)

- 10 - mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai selin menggunakan regulasi

(minimum effective regulation principle).

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan itu seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih menampilkan cirri-ciri yang berbelit-belit, lambat, mahal dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang “dilayani”. Oleh karena itu pada dasarnya dibutuhkan perubahan dalam bidang pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan pelayanan dan yang dilayani pada pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara.12

Menurut Kotler dalam Sampara Lukman13 pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Sampara berpendapat pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar

12

David Osborn, Peter Plasterik, Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, terjemahan Abdul Rosyid dan Ramelan, PPM, Jakarta, 2004, hlm. 322-323.

13

Sampara Lukman, Manajemen Kualitas Pelayanan, STIA LAN Press, Jakarta, 2000, hlm. 8.

(12)

- 11 - seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan.14

Sementara dalam Kamus Bahasa Indoneia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi (orang) dengan makanan atau minuman, menyediakan keperluan orang, mengiyakan; menerima; menggunakan.15

Sementara itu kata publik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa Indonesia baku, pengertiannya adalah orang banyak.7 Menurut Inu Kencana, mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar baik berdasarkan nilai-nilai norma yang ada. Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.16

Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 menyebutkan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

14

Ibid, hlm. 6.

15

J.S. Badudu, Sultan Muhammad Zain, Kamus Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hlm. 781-782.

7

Ibid, hlm. 1095.

16

Lijian Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan Implementasi, Bumi Aksara, Bandung, 2006, hlm. 5.

(13)

- 12 - undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Ketetapan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksana ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan dan pengembangan pelayanan publik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat menjadi satu tugas bagi setiap pemerintahan di daerah, terlebih lagi pemayanan publik menjadi primadona bagi daerah-daerah guna menciptakan kesejahteraan masyarakat dan pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya. Berbagai terobosan kebijakan pun gencar dilakukan demi dan untuk peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu untuk mengendalikan setiap kegiatan atau perilaku individu atau kolektivitas yang sifatnya preventif adalah melalui izin, yang memiliki suatu kesamaan seperti dispensasi, izin, dan konsensi. Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan suatu peraturan yang menolak perbuatan itu. Izin adalah suatu keputusan administrasi Negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat kongkrit. Konsesi

(14)

- 13 - adalah suatu perbuatan yang penting bagi umum, tetapi pihak swasta dapat turut serta dengan syarat pemerintah ikut campur.17

Izin disini dimaksudkan sebagai hal yang bisa memberikan kontribusi positif terhadap ektivitas ekonomi terutama dalam uapaya menggali Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mendorong laju investasi. Suatu izin yang dibrikan pemerintah memiliki maksud untuk menciptakan kondisi yang aman dan tertib agar setiap kegiatan sesuai dengan peruntukannya. Di sisi lain tujuan perizinan bagi pemerintah seringkali dihubungkan dengan PAD, karena pendapatan merupakan hal yang penting dalam kerangka mewujudkan otonomi daerah. Tanpa pendapatan yang memadai mustahil otonomi daerah itu bisa terwujud.

Asep Warlan Yusuf mengatakan bahwa izin sebagai suatu instrumen pemerintah yang bersifat yuridis preventif, yang digunakan sebagai sarana hukum administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat.18 Izin di sini dimaksudkan untuk menciptakan kegiatan yang positif terhadap aktivitas pembangunan. Suatu izin yang dikeluarkan pemerintah dimaksudkan untuk memberikan keadaan yang tertib dan aman sehingga yang menjadi tujuannya akan sesuai dengan yang menjadi peruntukannya pula.

17

H. Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat , Op. Cit., hlm. 90-91.

18

Ateng Syafudin, Pengurusan Perizinan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan ST Alosius, Bandung, 1992, hlm. 4.

(15)

- 14 - Dalam hal ini Sjahran Basah19 memberikan pengertian tentang izin yaitu, sebagai perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam kontreo berdasarkanpersyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa izin adalah perangkat hukum administrasi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan warganya agar berjalan dengan teratur dan untuk tujuan ini diperlukan perangkat adminitrasi. Salah satu perangkat administrasi adalah organisasi, dan agar organisasi ini berjalan dengan baik, perlu dilakukan pembagian tugas. Sendi utama dalam pembagian tugas adalah adnya koordinasi dan pengawasan.

Izin adalah persetujuan dari penguasa berdasarkan aturan perundang-undangan dan peraturan pemerinth. Dengan demikian izin pada prinsipnya memuat larangan, persetujuan yang merupakan dasar pengecualian. Pengecualian itu harus diberikan oleh undang-undang untuk menunjukkan legalitas sebagai suatu ciri negara hukum yng demokratis.

Izin diterapkan oleh pejabat negara, sehingga dilihat dari penempatannya maka izin adalah instrument pengendalian dan alat pemerintah untuk mencapai apa yang menjadi sasarannya. Menurut Ahmad Sobana,20 mekanisme perizinan dan izin yang diterbitkan untuk pengendalian

19

Sjahran Basah, Pencabutan Izin Sebagai Salah satu Sanksi Hukum Administrasi Negara, FH. UNAIR, Surabaya, 1995, hlm. 3.

20

B. Arief Sidharta, Butir-butir Gagasan tentang Penyelenggaraan Hukum dan Pemerintahan yang Layak, Citra Aditya Bakti, Bndung, 1996, hlm. 41.

(16)

- 15 - dan pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan perkembangan yang ingin dicapai, di samping untuk pengendalian arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi, serta kendala yang disentuh untuk berubah.

E. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Implementasi Pelayanan Publik oleh Dinas Perizinan Kabupaten Bantul dalam pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan berdasarkan Perda Nomor 84 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perizinan Kabupaten Bantul

2. Subjek Penelitian

a. Kabid Pelayanan dan Informasi Dinas Perizinan Kabupaten Bantu. b. Kasi pelayanan Dinas Perizinan Kabupaten Bantul.

c. Masyarakat Pengurus Izin 3. Metode Pendekatan

Pendekatan Yuridis Normatif, yaitu suatu metode pendekatan dengan melihat peraturan-peraturan hukum yang berhubungan dengan otonomi daerah dan peraturan-peraturan tentang Perizinan.

4. Sumber Data

a. Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian.

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, surat kabar, dan dokumen resmi

(17)

- 16 - pemerintah/pemerintah daerah yang ada hubungannya dengan penelitian.

5. Tekhnik Pengumpulan Data

a. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan wawancara atau tanyajawab secara langsung dengan subyek penelitian. b. Studi Kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara

membaca dan mempelajari buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan penelitian.

6. Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh disertai dengan penjelasan secara logis dan sistematis dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan peran pemerintah dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik di bidang pembuatan Surat Izin Mengemudi serta

Dari situ maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan Prinsip Good Governance Dalam Mewujudkan Pelayanan Prima Pada Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Di

bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta mewujudkan sistem penyelenggaraan pemerintah sesuai dengan asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang

Ryker dalam (Gaffar Afan, 2006: 208) model hubungan ini Pemerintah memiliki kencenderungan ingin menjaring dan mengarahkan kegiatan LSM. Berdasarkan hasil

kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan

Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi pemerintah.Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan orang kementrian,

 Pelayanan publik dapat diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal-hal yang diperlukan masyarakat atau khalayak umum. Dengan

25/2009 Tentang Pelayanan Publik dalam kaitannya dengan indikator ketepatan waktu, yang dilakukan oleh Unit Pelaksanaan Teknis Pasar Umum Pengging Kabupaten Boyolali