BAB I PENDAHULUAN 1.1Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan dengan Peraturan Direksi PD Kebersihan No 03 tahun 2014, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Direksi PD Kebersihan No 06 tahun 2015 dan baru ditetapkan pada Februari 2016, dibentuklah sebuah usaha pengelolaan dan pemanfaatan sampah yaitu Bank Sampah Bandung Resik yang bermodal dari anggaran PD Kebersihan Kota Bandung. Peresmian Bandung Resik dilakukan bersamaan dengan peresmian Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Babakan Sari dan diresmikan langsung oleh Walikota Bandung pada tanggal 9 Desember 2014.
Gambar 1. 1 Logo Bank Sampah Bandung Resik
Sumber: Website Bank Sampah Resik, 2019
Bandung Resik menjadi salah satu Bank Sampah Induk yang terbesar di Kota Bandung. Bank Sampah Induk merupakan Bank Sampah yang menampung serta mengelola sampah daur ulang yang berasal dari Bank Sampah Unit. Dalam prosesnya, Bank Sampah Unit akan menyetorkan sejumlah sampah kepada Bandung Resik sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Bandung Resik memiliki 104 bank sampah unit dengan jumlah nasabah sebanyak 3388 orang. Dari 104 bank sampah unit ini kemudian dikelompokkan berdasarkan lima kategori yang berbeda, yaitu: Instansi, Kawasan Pendidikan, Komersil,
Pemukiman (masyarakat) dan TPS. Namun, saat ini untuk kelompok TPS sudah tidak lagi menjalankan penimbangan atau tidak lagi aktif. Sedangkan, untuk kelompok komersil, peneliti tidak berhasil mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian kepada anggota dari kelompok komersil tersebut.
Sehingga, penelitian ini dilakukan pada 3 kelompok unit bank sampah yang terdapat pada Bandung Resik. Ketiga kelompok tersebut adalah Bank Sampah Unit Instansi (Kecamatan Buah Batu), Bank Sampah Unit Pendidikan (SD Ar-Rafi’) dan Bank Sampah Unit Masyarakat (Kalijati).
1.1.1 Bank Sampah Unit Instansi (Kecamatan Buah Batu)
Gambar 1. 2 Kantor Kecamatan Buah Batu
Sumber: Observasi Peneliti pada November 2019
Bank Sampah Kecamatan Buah Batu mulai beroperasi pada November 2018. Bank sampah yang diberi nama Bank Sampah Pintar ini, didirikan atas dasar adanya mandat dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung untuk menerapkan program Kang Pisman yang sedang dijalankan oleh pemerintah Kota Bandung. Nasabah Bank Sampah Pintar didominasi oleh ASN (Apatur Sipil Negara) yang berada di bawah Kecamatan Buah Batu. Menurut Bapak Asep Achmarudin selaku Direktur Bank Sampah Pintar, pihak ASN secara tidak
Buah Batu karena menjadi salah satu indikator dalam penilaian kinerja. Secara rutin, setiap dua minggu sekali, Pihak Bank Sampah Resik akan melakukan proses penimbangan dan pengangkutan sampah pada Bank Sampah Pintar ini.
Gambar 1. 3 Peta Lokasi Kantor Kecamatan Buah Batu
Sumber : google.co.id
Gambar 1. 4 Struktur Bank Sampah Kecamatan Buah Batu
1.1.2 Bank Sampah Unit Pendidikan (SD Ar-Rafi’)
Gambar 1. 5 SD Ar-Rafi'
Sumber: Observasi Peneliti November 2019
Bank sampah SD Ar-Rafi’ mulai beroperasi pada Oktober 2016. Hal ini dilatarbelakangi oleh SD-Ar-Rafi’ yang terpilih menjadi salah satu sekolah dalam program percontohan Adiwiyata. Salah satu syarat yang mesti dipenuhi adalah pembuatan bank sampah ini. Pada awalnya Bank Sampah yang berada di SD Ar-Rafi’ bekerja sama dan menabungkan sampahnya kepada pihak swasta yaitu pundisampah.com . Namun, karena terjadi kendala dalam operasional akhirnya SD Ar-Rafi’ memutuskan untuk bekerja sama dan menjadi bagian dari Bank Sampah Unit dari Bandung Resik pada tahun 2017.
Gambar 1. 7 Struktur Bank Sampah SD Ar-Rafi'
Sumber: Koordinator Bank Sampah SD Ar-Rafi’
1.1.3 Bank Sampah Unit Masyarakat (Kalijati)
Gambar 1. 8 Penimbangan Sampah Yang Dilakukan di Kalijati
Sumber: Observasi Peneliti pada November 2019
Bank Sampah yang berada di Jl.Kalijati VI Antapi Kulon Bandung ini tercipta bermula dari harapan Bapak Dedi Rustendi yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua RT disana. Harapan Pak Dedi terlaksana karena pada tahun 2016 silam terdapat mahasiswa Universitas Padjajaran (UNPAD) yang sedang melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kecamatan tersebut. Salah satu program KKN yang di bentuk adalah pembuatan Bank Sampah yang diberi nama Sahabat Jemput Sampah (SJS). Hingga kini, Bank Sampah SJS masih tetap
berjalan dan menjadi salah satu contoh dalam pengelolaan bank sampah yang berada disekitarnya.
Gambar 1. 9 Lokasi Bank Sampah Kalijati
Sumber: google.co.id
Gambar 1. 10 Struktur Bank Sampah Kalijati
1.2 Latar Belakang Penelitian
Masalah sampah menjadi satu hal yang tidak dapat dihindari. Sampah selalu hadir sebagai salah satu konsekuensi serta bukti nyata dari aktifitas manusia. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia akan selalu menghasilkan buangan atau sampah (www.mongabay.co.id, 2019). Mongabay merupakan sebuah situs web yang berfokus mengenai ilmu lingkungan serta konservasi yang diprakarsai oleh Rhett A.Butler pada tahun 1999. Situs ini dinobatkan sebagai salah satu dari
“the most visited eco-focused” di internet. Situs ini telah diakui sebagai sumber
informasi mengenai hutan dan lingkungan yang terpercaya oleh berbagai lembaga , baik dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sampai dengan Badan Pemerintahan dan Perusahaan Swasta (www.mongabay.co.id, 2019).
Sampah telah hadir dan menjadi salah satu bukti keberadaan kehidupan sejak pada zaman prasejarah. Hal ini dapat dilihat dari penemuan kjokkenmoddinger yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatra. Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan
modding artinya sampah. Para arkeolog mengartikan kjokkenmoddinger sebagai
suatu tempat yang berisi produk sampah dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari pada zaman prasejarah. Gambar kjokkenmoddinger yang berada disepanjang pantai timur Pulau Sumatra dapat dilihat pada gambar 1.11
Gambar 1. 11 Kjokkenmoddinger di Pantai Timur Pulau Sumatra
Padatnya penduduk serta meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di kota besar, secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan volume sampah. Peningkatan volume sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang tepat dapat meningkatkan tingkat kerusakan dan kelestarian lingkungan (www.mongabay.co.id) . Kota-kota di dunia menghasilkan sampah plastik hingga 1,3 miliar ton setiap tahun. Bahkan menurut perkiraan Bank Dunia, jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton pada tahun 2025 mendatang (www.kumparan.com, 2019).
Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di perkotaan, namun juga di lautan. Dampak negatif sampah plastik tidak hanya merusak kesehatan manusia, membunuh berbagai hewan, tetapi juga merusak lingkungan secara sistematis. Karena itu, jika tidak dikelola secara serius, pencemaran sampah plastik tentunya akan sangat berbahaya bagi kelanjutan bumi itu sendiri (www.lingkunganhidup.com, 2016).
Sampah plastik telah menjadi salah satu sumber pencemaran laut di Indonesia. Saat ini, kondisi pencemaran laut di Indonesia cukup memprihatinkan. Sebesar 75% laut di Indonesia berkategori sangat tercemar, 20% tercemar sedang, dan 5% tercemar ringan. Sebagian sumber pencemaran adalah sampah plastik yang dibawa oleh rumah tangga di pemukiman dan perkotaan. Sampah plastik ini terbawa ke laut dan pantai oleh parit kota yang bermuara ke sungai. Kemudian, sungai-sungai membawa sampah dan segala zat pencemar ke muara dan laut. Akibatnya, sampah terbawa oleh ombak lautan untuk mencapai pantai (www.lingkunganhidup.com, 2016).
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, berdasarkan data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut (republika.co.id) Sementara itu, berdasarkan data World Economic Forum 2016, dari seluruh plastik yang dihasilkan tersebut, hanya sekitar 2 persen yang didaur ulang secara efektif, 14 persen didaur ulang, 14 persen dibakar, 4 persen
menumpuk di TPA/TPS, dan 32 persen lainnya mengotori lingkungan (www.kumparan.com, 2019).
Gambar 1. 12 Jumlah Polusi Laut Atas Sampah Plastik
Sumber: cnbcindonesia.com
Data diatas menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. China memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun (www.cnbcindonesia.com, 2019). Indonesia saat ini menempati peringkat kedua penyumbang sampah plastik terbesar ke lautan. Apabila permasalahan sampah plastik di laut tidak segera ditanggulangi, World Economic Forum memprediksi di tahun 2050 akan lebih banyak sampah plastik di laut dibandingkan dengan ikan. (www.kumparan.com, 2019). Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati pada 2016, sampah di lautan telah membahayakan lebih dari 800 spesies. Dari 800 spesies tersebut, 40% adalah mamalia laut dan 44% adalah spesies burung laut. Konferensi Laut PBB di New York 2017 menyebutkan bahwa setiap tahun, limbah plastik di lautan telah membunuh 1 juta burung laut serta 100 ribu mamalia laut (news.detik.com, 2018).
Pada tahun 2018 silam, bangkai paus dengan jenis sperm whale (paus sperma) ditemukan mati di Desa Kapota Utara, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Selatan. Menurut BTN (Balai Taman Nasional) Wakatobi, paus tersebut mati bersama 5,9 kg sampah plastik yang berada dalam perutnya. Sampah plastik tersebut berupa, gelas plastik 750 gr (115 buah), plastik keras 140 gr (19 buah), botol plastik 150 gr (4 buah), kantong plastik 260 gr (25 buah), serpihan kayu 740 gr (6 potong), sandal jepit 270 gr (2 buah), karung nilon 200 gr (1 potong), tali rapia 3.260 gr
(lebih dari 1000 potong). Menurut Koordinator Nasional Konservasi Spesies Laut
WWF (World Wide Fund for Nature) Indonesia Dwi Suprapti, menduga paus
sperma itu mati akibat sampah plastik yang bersarang dalam perutnya (www.mongabay.com, 2018). gambar mengenai paus yang mati di Wakatobi dapat dilihat pada gambar 1.13
Gambar 1. 13 Paus Sperma yang mati di Wakatobi
Sumber detik.news
Selain dampak sampah yang telah dijabarkan diatas, sampah yang menumpuk di saluran air mengakibatkan tersumbatnya aliran air dan berpotensi untuk mengakibatkan banjir. Dampak lainnya, sampah yang terdapat di saluran air akan menimbulkan bau yang tidak sedap, mencemari lahan persawahan, air sungai hingga air bawah tanah yang dipergunakan untuk kepentingan manusia sehari-hari (www.mongabay.com, 2018).
Pola pemeliharaan sampah yang kurang efektif ditambah dengan kurangnya kesadaran dari masyarakat menjadi pemicu bencana yang disebabkan oleh sampah itu sendiri, seperti banjir (www.mongabay.com, 2018). Banjir diakibatkan oleh fisik sampah (sampah padat) yang terbawa masuk ke got atau selokan dan sungai yang menghambat aliran air dan memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas sungai yang berkurang sehingga air menjadi tergenang dan meluap dan menyebabkan banjir.
Gambar 1. 14 Jumlah Kejadian Bencana Alam Banjir Tahun 2018
Sumber bnpb.go.id
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan oleh gambar 1.14, menunjukkan jumlah bencana banjir yang terjadi sepanjang tahun 2018. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi terpadat di Indonesia, menempati posisi keempat sebagai wilayah dengan tingkat bencara banjir sebanyak 67 kali disepanjang tahun 2018.
Sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, juga sebagai ibukota dari provinsi Jawa Barat, membuat Bandung memiliki produktivitas sampah yang tinggi. Dengan jumlah penduduk sebesar 2,7 juta jiwa, sampah yang dihasilkan di Kota Bandung dapat mencapai 1600 ton perhari. Walaupun, penghargaan Adipura sering didapat oleh kota yang dijuluki “Kota Kembang” ini, dan sederet penghargaan bergengsi lainnya. Tetap saja sampah masih menjadi persoalan yang belum sepenuhnya dapat teratasi. Perkara sampah tak diimbangi dengan peningkatan pengetahuan tentang persampahan dan pola pemeliharaan kebersihan. Sampah terus menjadi masalah klasik yang terus ditelisik formulasinya tanpa berujung pada langkah konkrit yang solutif (www.mongabay.com, 2017).
Hujan dengan intensitas yang tinggi sering mengakibatkan aliran deras yang terjadi di sejumlah titik di Kota Bandung. Terdapat 8 titik yang menjadi perhatian
utama, menurut Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung. Titik-titik tersebut yaitu Cicaheum, Cikadut (Jalan AH Nasution), Jalan Purwakarta Antapani, Jalan Polo Air Arcamanik, Jalan Terusan Jakarta, Jalan Rumah Sakit, Jalan Terusan Rumah Sakit, dan Perempatan Gedebage Soekarno-Hatta. Kepala DPU Kota Bandung, Arief Prasetya menjelaskan, aliran air diduga berasal dari luapan Sungai Cileuweung dan Sungai Cipamokolan yang tidak mampu menampung debit air yang terlalu besar. Aliran air yang berasal dari kawasan Bandung Utara tersebut menghanyutkan berbagai material sampah. (www.pikiran-rakyat.com, 2018).
Secara umum pola penanganan sampah di Indonesia hanya melalui tahapan paling sederhana, yakni mengumpulkan, mengangkut, kemudian membuang. Pola penanganan sampah tersebut telah berlangsung puluhan tahun, dan menjadi kebijakan umum yang dilaksanakan pemerintah (www.kumparan.co.id, 2019). Menurut data susenas (survei sosial ekonomi nasional) 2014 menunjukkan bahwa perilaku 3-R (reuse, reduce, dan recycle) masih jarang dilakukan di level rumah tangga. Potretnya adalah hanya 0,19% rumah tangga yang melakukan daur ulang, 0,53% menjadikan sampah sebagai kompos/pupuk, 0,26% memanfaatkan sampah untuk makanan hewan, dan 54,65% lainnya membuang sampah dengan cara dibakar. (www.mongabay.co.id, 2018).
Semakin hari volume sampah yang dihasilkan dari rumah tangga akan semakin membesar seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah solusi sebagai bentuk pemecahan dari masalah sampah, yaitu dengan mengerahkan masyarakat untuk memanfaatkan sampah. Pemanfaatan sampah tidak hanya bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih serta sehat namun dapat memberikan keuntungan dan menjadi sumber pendapatan. Ecopreneur adalah individu atau kelompok yang menjalankan bisnis yang tidak hanya menghasilkan profit, tapi juga terintegrasi dalam cakupan mengenai kepedulian terhadap lingkungan (Schulyer, 1998). Ecopreneur berusaha untuk dapat berkontribusi dalam menciptkan lingkungan yang lebih baik untuk
sustainable development (perkembangan jangka panjang) (Kairanth, 2011). Dari
merubah tatanan industri agar menjadi lebih baik dan ramah lingkungan sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu yang panjang.
Pada tahun 2018, Kota Bandung meluncurkan sebuah gerakan yang berkolaborasi antara pemerintah, warga hingga swasta dalam pengelolaan sampah melalui program Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan atau disebut dengan Kang Pisman. Kang Pisman merupakan program 100 hari kerja wali kota bandung yaitu Oded M Danial dan Wakil Wali Kota Bandung yaitu Yana Mulyana. Prinsip nya sendiri sama dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah (www.kangpisman.com). Sebenarnya, gerakan 3R sudah dikenalkan sejak belasan tahun yang lalu, namun realisasi nya dirasa belum optimal. Penamaan Kangpisman dipilih sebagai usaha untuk mempermudah dalam proses sosialisasi kepada masyarakat. Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan program Kang Pisman dengan menetapkan delapan kelurahan sebagai role model “Kawasan Bebas Sampah” atau KBS. Kelurahan tersebut adalah kelurahan Sukaluyu, Neglasari, Mengger, Gempolsari, Babakan Sari, Sukamiskin, Cihaurgeulis dan Kebon Pisang yang berlangsung di Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong (www.ayobandung.com, 2019).
Salah satu program yang terdapat di Kangpisman adalah pertambahan jumlah Bank Sampah yang berada di Kota Bandung. Bank sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan aktif di dalamnya. Hasil dari pengumpulan sampah yang telah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau tempat pengepul sampah. Tujuan dari Bank Sampah adalah sebagai solusi reduksi sampah dari kawasan komersial, masyarakat dan lingkungan pendidikan sehingga sampah yang dibuang ke TPA berkurang dan menerapkan prinsip 3R (Reduse, Reuse dan
Recycle). Pengelolaan sampah melalui bank sampah ini merupakan metode
alternatif pengelolaan sampah yang efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan masyarakat dalam menabung sampah ke bank sampah sudah dalam bentuk sampah yang dikelompokkan sesuai jenisnya, sehingga memudahkan bank sampah dalam melakukan pengelolaan sampah karena tidak terjadi percampuran antara sampah organik dan non organik.
Menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2012 mengenai Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle, Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Pasal ini didasarkan pada pasal 1 butir 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup yaitu, kegiatan Reduce,
Reuse, Recycle (3R) adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala
sesuatu yang dapat menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain, dan kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk baru.
Menurut data dari pihak DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan) Kota Bandung, terdapat 724 bank sampah yang telah melapor. Bank Sampah ini terdiri dari bank sampah induk, bank sampah unit, bank sampah yang berada di 30 kecamatan, OPD (Organisasi Perangkat Daerah), bank sampah TPS dan juga bank sampah yang berada di kawasan pendidikan. Dari 30 kecamatan yang ada, terdapat bank sampah skala RW, Posyandu dan kelurahan.
Tabel 1. 1 Jumlah Bank Sampah yang Tercatat di DLHK
Sumber: Data Internal DLHK Kota Bandung
E-smash merupakan sebuah platform yang berfungsi untuk pengumpulan data
dari seluruh bank sampah yang terdaftar di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). Platform ini bertujuan agar pihak DLHK mengetahui serta mengukur tingkat keaktifan dari bank sampah yang berada di Kota Bandung. Pada awalnya, DLHK Kota Bandung memiliki platform tersendiri yang bertujuan menghimpun data bank sampah, platform itu diberi nama “si abah”. Namun, atas rujukan pihak kementrian, akhirnya penggunaan platform “si abah” beralih
menjadi e-smash. Platform e-smash sendiri, hanya dapat diakses oleh pemerintah serta pelaku usaha dalam hal ini Bank Sampah yang telah terdaftar.
Banyaknya bank sampah yang terdapat di Kota Bandung diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengelolaan sampah anorganik. Namun menurut data
e-smash, dari 724 bank sampah yang berada di Kota Bandung hanya sekitar 287
bank sampah yang terdaftar dan melaporkan kegiatannya di situs e-smash.id. Sayangnya, tingkat keaktifan dari 287 bank sampah yang terdaftar, tingkat keaktifannya hanya sekitar 28,92% yang artinya, hanya sekitar 83 bank sampah yang aktif dan melaporkan transaksinya. Sedangkan, 204 bank sampah atau sekitar 71,08% bank sampah yang terdaftar dinyatakan tidak aktif.
Tabel 1. 2 10 Bank Sampah Terbesar di Kota Bandung
Sumber: E-smash November 2019
Tabel diatas merupakan data mengenai 10 Bank Sampah terbesar di Kota Bandung yang memiliki jumlah nasabah serta saldo yang terbesar. Dapat dilihat bahwa Bank Sampah Bandung Resik yang dimiliki PD Kebersihan menjadi Bank Sampah terbesar di Kota Bandung dengan jumlah nasabah sebanyak 1182 dengan jumlah saldo sebesar Rp.230,490,663.
Berdasarkan fenomena yang telah dijabarkan sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk mengetahui apa yang membuat bank sampah yang tersisa di Kota Bandung tetap aktif beroperasi dan apa komitmen yang melatarbelakangi bank sampah tersebut untuk tetap menjalankan proses bank sampahnya. Sebagaimana menurut Menurut Robbins dan Judge (2011)
Komitmen Organisasional adalah suatu keadaan karyawan yang memihak kepada perusahaan tertentu beserta tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam perusahaan itu. Dengan kata lain, Komitmen Organisasional berkaitan dengan keinginan seseorang yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi perusahaan. Komitmen organisasional tidak hanya memiliki arti loyalitas pasif, tetapi juga melibatkan hubungan aktif dan keinginan karyawan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasi. Semakin tinggi komitmen, semakin tinggi pula kecenderungan seseorang untuk diarahkan pada tindakan yang sesuai dengan standar kinerja karyawan (Chughtai & Zafar, 2006).
Penelitian ini akan berfokus pada bank sampah unit yang tergabung dalam Bandung Resik dan mengidentifikasinya terhadap program Kangpisman yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bandung. Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan model Keogh & Polonsky (1998) mengenai
eco-commitment. Eco-commitment merupakan sebuah usaha yang dilakukan
sebagai visi dan komitmen dalam mencapai tujuan dari ecopreneurship. Maka dari itu, penelitian ini akan berjudul “Analisis Komitmen Bank Sampah Unit terhadap Program Kangpisman. (Studi pada Bank Sampah Unit yang tergabung dengan Bank Sampah Resik)”.
1.3 Perumusan Masalah
Masalah sampah menjadi satu hal yang tidak dapat dihindari. Sampah selalu hadir sebagai salah satu konsekuensi serta bukti nyata dari aktifitas manusia. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia akan selalu menghasilkan buangan atau sampah. Padatnya penduduk serta meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di kota besar, secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan volume sampah. Peningkatan volume sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang tepat dapat meningkatkan tingkat kerusakan dan kelestarian lingkungan. Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di perkotaan, namun juga di lautan. Dampak
berbagai hewan, tetapi juga merusak lingkungan secara sistematis. Kota Bandung meluncurkan sebuah gerakan yang berkolaborasi antara pemerintah, warga hingga swasta dalam pengelolaan sampah melalui program Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan atau disebut dengan Kang Pisman yang prinsip nya sendiri sama dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah. Kehadiran Kangpisman diharapkan dapat membantu mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Salah satu program kerja dari Kangpisman ialah pertambahan Bank Sampah yang berada di Kota Bandung. Dari 287 bank sampah yang terdaftar terdapat 204 bank sampah yang dinyatakan tidak aktif dan sekitar 83 bank sampah yang masih aktif beroperasi. Penelitian ini akan mengkaji apa yang melatarbelakangi bank sampah aktif yang berada di Kota Bandung tetap beroperasi serta komitmen apa yang mendasari pengelola bank sampah untuk tetap bertahan untuk melakukan pengelolaan sampah.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka pertanyaan penelitian ini ialah :
1. Bagaimana penerapan Eco-Commitment pada bank sampah unit masyarakat yang tergabung dengan Bank Sampah Bandung Resik?
2. Bagaimana penerapan Eco-Commitment pada bank sampah unit instansi yang tergabung dengan Bank Sampah Bandung Resik?
3. Bagaimana penerapan Eco-Commitment pada bank sampah unit pendidikan yang tergabung dengan Bank Sampah Bandung Resik? 1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui penerapan Eco-commitment pada bank sampah unit masyarakat yang tergabung dengan Bank Sampah Bandung Resik.
2. Mengetahui penerapan Eco-commitment pada bank sampah unit instansi yang tergabung dengan Bank Sampah Bandung Resik.
3.Mengetahui penerapan eco-commitment pada bank sampah unit pendidikan
yang tergabung dengan Bank Sampah Bandung Resik. 1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh sehubungan dengan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.6.1 Aspek Teoritis
dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya dan memperkaya hasil penelitian mengenai ecopreneurship.
1.6.2 Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak bank sampah unit yang tergabung pada Bank Sampah Resik dan menjadi informasi dalam penerapan bank sampah, berdasarkan aspek nilai lingkungan, nilai sosial dan juga nilai ekonomi. Serta dapat menjadi masukan untuk pihak Pemerintah dalam menjalankan Program Kangpisman.
1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan secara umum, ringkas, dan padat yang menggambarkan isi penelitian. Isi dari bab ini meliputi ; Gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pernyataan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori yang digunakan saat penelitian serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik, masalah, atau variabel penelitian, difokuskan pada teori yang sudah baku dan teruji secara ilmiah. Selanjutnya, bab ini juga berisi kerangka pemikiran yang digunakan untuk menggambarkan masalah penelitian sehingga terbentuk kerangka pemikiran yang akan mengantarkan pada kesimpulan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab serta menjelaskan masalah penelitian.
Bab ini berisi hasil penelitian serta pembahasan penelitian yang diuraikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian beserta rekomendasi untuk melakukan penelitian lebih lanjutan.