• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Panum Kasus Blefaritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Panum Kasus Blefaritis"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM

SISTEM INDERA MATA

“SEORANG PEREMPUAN 48 TAHUN DENGAN KELOPAK MATA KIRI BENGKAK”

Trainer : dr. Yanuarita Tursinawati, Msi. Med

Disusun Oleh :

1. Asep Wahyu G. H2A008006 2. Abdul Rozak H2A010001 3. Anggoro Nur F. H2A010005 4. Astrid Avidita H2A010007 5. Fithri Ratnasari H2A010018 6. Gananda Laksa H2A010021

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2014

(2)

2 I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. wiwik

Usia : 48 tahun

Alamat : Jln. Mrican

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh tani

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

No. CM : 06

Tanggal datang : 1 Oktober 2014

II. ANAMNESE

Anamnese dilakukan secara autoanamnese pada tanggal 1 Oktober 2014 pukul 07.50 WIB di Klinik.

Keluhan utama : Kelopak Mata kiri bengkak Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang perempuan berusia 48 tahun datang ke klinik dengan kelopak mata kiri bengkak sudah 3 hari. Bengkak terjadi secara tiba-tiba. Pasien bekerja sebagai buruh tani dan mengakui sering terkena paparan debu. Ukuran bengkak tetap sama sejak dari awal keluhan. Mata ditekan semakin nyeri, sudah diberi obat warungan berupa tetes mata tetapi tidak membaik, keluar sedikit belek berwarna kuning kehijauan, mata tidak merah, air mata tidak nerocos, pasien merasa pandangan tidak kabur, tidak melihat pelangi di sekitar lampu, tidak silau saat melihat sinar, tidak melihat pandangan ganda, tidak ada kerontokan pada bulu mata, mata tidak gatal tidak ada demam, tidak mual muntah, tidak pusing.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat sakit serupa : 1 tahun yang lalu

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat herpes : disangkal

(3)

3

- Riwayat operasi pada mata : disangkal - Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal - Riwayat penyakit gula : disangkal Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat sakit serupa : disangkal - Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal - Riwayat penyakit gula : disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Pribadi

- Riwayat pemakaian lensa kontak : disangkal - Riwayat pemakaian kacamata : disangkal - Riwayat pemakaian kosmetik pada mata : disangkal Riwayat Sosial Ekonomi

- Pasien berobat dengan biaya BPJS

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2014 pukul 07.50 WIB di Klinik.

1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan 2. Kesadaran : compos mentis 3. TANDA VITAL

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 80 kali/menit ( reguler, isi dan tegangan cukup ) - Respiratory rate : 20 kali/menit, reguler

- Suhu : 36,8oC (axiller) 4. STATUS GIZI

- Berat badan : 42 kg - Tinggi badan : 148 cm 5. STATUS GENERALIS

a. Kepala : kesan mesosefal

(4)

4

c. Mulut : mukosa kering (-), mukosa hiperemis (-), Tonsil T1-1 tidak hiperemesis, faring hiperemis (-), uvula hiperemis (-).

d. Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri ketok mastoid (-/-),pembesaran nodilimfe preaurikula(-/-), nyeri tekan preaurikula (-/-)

e. Leher : pembesaran limfonodi submandibula (-), servikalis anterior (-).

f. Thorax : Pulmo

Dextra Sinistra Depan dan Belakang

Inspeksi Diameter Lateral>Antero posterior. Hemithorax Simetris Statis Dinamis. Diameter Lateral>Antero posterior. Hemithorax Simetris Statis Dinamis.

Palpasi Stem fremitus normal kanan sama dengan kiri. Nyeri tekan (-).

Pelebaran SIC (-). Arcus costa normal.

Stem fremitus normal kanan sama dengan kiri. Nyeri tekan (-).

Pelebaran SIC (-). Arcus costa normal. Perkusi Sonor seluruh lapang

paru

Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi Suara dasar paru vesikuler (+), wheezing (-), ronki (-)

Suara dasar paru vesikuler (+), wheezing (-), ronki (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat Perkusi :

Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra

(5)

5

Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid clavicula sinistra

Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop (-) g. Abdomen

Inspeksi : Permukaan cembung tidak mengkilat, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-)

Auskultasi : Bising usus (14x/menit) normal

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-). h. Ekstremitas

Superior Inferior

Akral hangat +/+ +/+

Oedem -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Capillary Refill < 2 detik/<2 detik <2 detik/2 detik

(6)

6 6. STATUS OFTALMOLOGIS

OD OS

Visus 6/6 6/10

Visus koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Sensus Coloris Tidak ada buta warna Tidak ada buta warna Pergerakan bola

mata

Bebas segala arah Bebas segala arah

Kedudukan bola mata

Ortoforia Ortoforia

Suprasilia Madarosis (-) Tumbuh penuh normal

Madarosis (-) Tumbuh penuh normal

Silia Madarosis (-) Trikiasis (-) Distrikiasis (-) Madarosis (-) Trikiasis (-) Distrikiasis (-) Palpebra superior oedem (-) Hiperemis (-)

Suhu perabaan lebih hangat (-) Nyeri tekan (-) Sekret (-) Ulkus (-) Vesikel (-) Skuama (-) Pseudoptosis (-) oedem (+) Hiperemis (+)

Suhu perabaan Lebih hangat (+) Nyeri tekan (+)

Margo palpebra superior : Seckret purulen kuning

kehijauan (+) Ulkus (-) Vesikel (-) Skuama (-) Pseudoptosis (+)

(7)

7

Fisura Palpebra Normal Menyempit

Palpebra inferior Nyeri tekan (-) Hiperemis (-) Spasme (-) Massa (-) Nyeri tekan (-) Hiperemis (-) Spasme (-) Massa (-) Konjungtiva palpebra superior Sekret (-) Hiperemis (-) Folikel (-) Cobble stone (-) Giant papil (-) Udem (-) Corpus alienum (-) Sekret (-) Hiperemis (-) Folikel (-) Cobble stone (-) Giant papil (-) Udem (-) Corpus alienum (-) Konjungtiva palpebra inferior Sekret (-) Hiperemis (-) Folikel (-) Cobble stone (-) Giant papil (-) Udem (-) Corpus alienum (-) Sekret (-) Hiperemis (-) Folikel (-) Cobble stone (-) Giant papil (-) Udem (-) Corpus alienum (-) Konjungtiva forniks dan bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi silier (-) Sekret (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi silier (-) Sekret (-) Sklera Ikterik (-) Sklerektasis (-) Ikterik (-) Sklerektasis (-) Kornea Jernih Infilrat (-) Ulkus (-) Sensibilitas kornea (+) Udem (-) Jernih Infilrat (-) Ulkus (-) Sensibilitas kornea (+) Udem (-)

(8)

8 Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-) COA Jernih Kedalaman cukup Jernih Kedalaman cukup Pupil Bulat, Sentral, Reguler

Diameter 3 mm Refleks direk/indirek (+/+) N

Bulat, Sentral, Reguler Diameter 3 mm Refleks direk/indirek (+/+) N

Iris Kripte normal

Neovaskularisasi (-) Sinekia anterior (-) Udem (-) Kripte normal Neovaskularisasi (-) Sinekia anterior (-) Udem (-) Lensa Kekeruhan (-) Bentuk bikonveks Kekeruhan (-) Bentuk bikonveks Fundus Refleks (+) Cemerlang (+) Cemerlang

Lapang pandang Baik Baik

Tekanan

bolamata digital

T.N T.N

Tes Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. RESUME

Seorang perempuan berusia 48 tahun datang ke klinik dengan kelopak mata kiri bengkak sudah 3 hari. Bengkak terjadi secara tiba-tiba. Pasien bekerja sebagai buruh tani dan mengakui sering terkena paparan debu. Ukuran bengkak tetap sama sejak dari awal keluhan. Mata ditekan semakin nyeri, sudah diberi obat warungan berupa tetes mata tetapi tidak membaik, keluar sedikit belek berwarna kuning kehijauan, mata tidak merah, air mata tidak nerocos, pasien merasa pandangan tidak kabur, tidak melihat pelangi di sekitar lampu, tidak silau saat melihat sinar, tidak melihat pandangan ganda, tidak ada kerontokan pada bulu mata, mata tidak gatal tidak ada demam, tidak mual muntah, tidak pusing.

(9)

9

Dari pemeriksaan fisik didapatkan: Oedem hiperemis, suhu perabaan hangat, nyeri tekan, terdapat secret purulen kuning kehijauan, dan pseudoptosis pada margo palpebra superior okuli sinistra

V. DAFTAR MASALAH

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

1. Mata kiri bengkak sejak 3 hari yang lalu.

2. Nyeri pada mata kiri

3. Keluar sekret kuning kehijauan pada mata kiri 4. Riwayat keluhan yang sama

sejak 1 tahun yang lalu 5. Pekerjaan sebagai buruh tani

sering terkena paparan debu.

1. Oedem hiperemis, suhu perabaan hangat, nyeri tekan, terdapat secret purulen kuning kehijauan, dan pseudoptosis pada margo palpebra superior okuli sinistra

VI. ASSESMENT

Diagnosis : Blefaritis Anterior OS et causa bakterial Diagnosis Banding :

1. Blefaritis Anterior OS et causa Bakteri 2. Blefearits Anterior OS et causa Virus 3. Blefearits Anterior OS et causa Alergi 4. Blefaritis Posterior OS

5. Konjungtivitis akut OS

Masalah aktif Masalah pasif

Blefaritis Anterior OS et causa bacterial

Pekerjaan tani Paparan debu

(10)

10 VII. INITIAL PLAN

Ip Dx : Blefaritis Anterior OS et causa bakterial Ip Tx :

a. Kompres dengan air hangat 3-4 kali/hari selama 10-15menit/hari b. Sulfasetamid 10% zalf 3,5 gram No. I

s.3.dd.ung I.os Ip Mx :

a. Gejala klinis b. Penjalaran Infeksi Ip Ex :

a. Kompres dengan air hangat 3-4 kali/hari selama 10-15menit/hari b. Pembersihan secret kelopak mata dengan shampo bayi

c. Hindari dari paparan debu d. Istirahat yang cukup

e. Tutup mata baik dengan kacamata maupun kain f. Jangan dikucek

VIII. PROGNOSIS

Prognosis OD OS

Quo ad Vitam (berhubungan dengan tanda vital)

Ad bonam Ad Bonam

Quo ad Sanam (berhubungan dengan penyakit)

Ad bonam Ad bonam

Quo ad Visam (berhubungan dengan tajam penglihatan)

Ad bonam Ad bonam

Quo ad Cosmeticam (berhubungan dengan kosmetik)

(11)

11 PEMBAHASAN

Seorang perempuan berusia 48 tahun datang ke klinik dengan kelopak mata kiri bengkak sudah 3 hari. Bengkak terjadi secara tiba-tiba. Pasien bekerja sebagai buruh tani dan mengakui sering terkena paparan debu. Ukuran bengkak tetap sama sejak dari awal keluhan. Mata ditekan semakin nyeri, sudah diberi obat warungan berupa tetes mata tetapi tidak membaik, keluar sedikit belek berwarna kuning kehijauan, mata tidak merah, air mata tidak nerocos, pasien merasa pandangan tidak kabur, tidak melihat pelangi di sekitar lampu, tidak silau saat melihat sinar, tidak melihat pandangan ganda, tidak ada kerontokan pada bulu mata, mata tidak gatal tidak ada demam, tidak mual muntah, tidak pusing.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan: palpebra superior udem, hiperemis, perabaan hangat, sekret kuning kehijauan, pseudoptosis, dan nyeri tekan pada palpebral superior sinistra.

Diagnosis untuk kasus ini adalah Blefaritis Superior OS et causa bacterial. Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi. Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis

anterior).

Penatalaksanaan pada kasus diberikan kompres dengan air hangat 3-4 kali/hari selama 10-15menit/hari, Sulfasetamid 10% salep 3,5 gram 3 kali sehari.

(12)

12

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.

Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi. Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis posterior).

B. KLASIFIKASI & ETIOLOGI 1. Berdasarkan Lokasi

a. Blepharitis Anterior

Blepharitis anterior biasanya mengenai area disekitar basis bulu mata. Berdasarkan etiologinya, blepharitis anterior dapat dibedakan menjadi blepharitis staphyloccocal yang terutama disebabkan oleh bakteri staphyloccocus aureus. Penyebab lainnya adalah bakteri staphyloccocus epidermidis atau staphylococcus koagulase negatif. Jenis kedua dari blepharitis anterior adalah blepharitis seborrhoik yang disebabkan oleh bakteri pytirosporum ovale. Kedua jenis blepharitis ini juga dapat muncul secara bersamaan sebagai suatu blepharitis anterior tipe campuran.

(13)

13

Peradangan pada blepharitis staphyloccocal diduga timbul sebagai akibat dari adanya respon sel yang abnormal terhadap komponen dinding sel bakteri Staphyloccocus aureus.

Blepharitis seborheik sering berhubungan dengan kelainan seborheik general yang dapat mengenai lapisan kulit kepala, lipat nasolabial, bagian belakang telinga dan juga sternum. Karena letak palpebra yang terlalu dekat dengan permukaan bola mata dapat memicu terjadinya peradangan sekunder sertaperubahan mekanis pada konjungtiva dan kornea.

b. Blepharitis Posterior

Blepharitis Posterior merupakan peradangan pada kelopak mata akibat adanya disfungsi dari kelenjar meibom. Seperti blepharitis anterior, penyakit ini bersifat bilateral, kondisi kronik. Blepharitis anterior dan posterior dapat terjadi bersamaan.

Blepharitis posterior disebabkan oleh adanya disfungsi kelenjar meibom dan perubahan sekresi kelenjar meibom. Enzim Lipase yang dilepaskan oleh bakteri menyebabkan pembentukan asam lemak. Keadaan ini menyebabkan peningkatan titik lebur meibom sehingga menghambat pengeluarannya dari kelenjar.

Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya iritasi permukaan okuler dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri terutama jenis Staphylococcus aureus. Hilangnya komponen posfolipid film air mata yang seharusnya berperan sebagai surfaktan mengakibatkan peningkatan osmolaritas dan penguapan air mata dan ketidakstabilan air mata.

2. Berdasarkan etiologi a. Blefaritis Alergi

Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh rangsangan kronik / menahun akibat dari debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik.

(14)

14 b. Blefaritis Bakterial

1) Blefaritis superfisial

Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai

2) Blefaritis Seboroik

Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan membersihkan menggunakan kapas lidi hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi.

Blefaritis Seboroik Gejala yang timbul :

- Tepi kelopak mata yang hiperemis dn berminyak, disertai kerontokan bulu mata

(15)

15

- Skuama yang terbentuk halus dan dapat berlokasi dimana saja pada tepi kelopak mata, maupun menempel pada bulu mata.

3) Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai adanya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa gatal dan panas. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan pendarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.

Blefaritis Skuamosa 4) Blefaritis Ulseratif

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat

(16)

16

kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka dngan disertai pendarahan. Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.

Blefaritis Ulseratif 5) Blefaritis angularis

Merupakan infeksi staphlococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Kelainan ini biasanya bersifat rekuren. Befaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada punctum lakrimal bagian medial sdut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.

(17)

17 6) Blefaritis meibomanitis

Merupakan infeksi pada kelenjar meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal

c. Blefaritis Virus 1) Herpes Zoster

Virus ini dapat memberikan infeksi pada ganglion saraftrigeminus Biasanya.virus ini akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yag terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan melampaui garis medin kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

2) Herpes Simplex

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simplex kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simplex yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.

(18)

18 d. Blefaritis Jamur

- Infeksi superficial - Infeksi jamur dalam

- Blefaritis pedikulosis : kadang-kadang pada penderita dengan higiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.

C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.

Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin

(19)

19

memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.

Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara kelenjar.

D. MANIFESTASI KLINIS 1. Blefaritis stafilokokus

- sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu mata .

- hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler kronis.

- Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan (tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis. - Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi

kelopak mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis.

- Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering yang umumnya terjadi.

(20)

20 2. Blefaritis seboroik

- Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan menempel bersama-sama pada bulu mata

- Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan bulu mata.

3. Blefaritis posterior

- Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai menyumbat lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak

- Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian - Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.

- Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau seperti pasta gigi.

- Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan dilatasi kistik duktus meibomian.

- Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak atau dalam kantus.

- perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea epitel inferior.

E. PENATALAKSANAAN

Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi dari 3 langkah penting.

1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas yang berlebihan.

2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan

(21)

21

lubang kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin berbahaya.

3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka panjang.

Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.

Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon terapi kortikosteroid topikal.

Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok

(22)

22

dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian sensitivitas.

Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah oculoplastics. Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit kornea.

Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.

Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu, Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak.

(23)

23 F. PROGNOSIS

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.

(24)

24 DAFTAR PUSTAKA

Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis. Viewed 10 November 2013. <http://www.medicinenet.com/blepharitis/article.htm>

Johnson, Stephen, M., MD. Blepharitis in Midwest Eye Institute. viewed 10 November 2013. <http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html>

Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H spM. Ilmu penyakit Mata. FKUI, edisi ketiga, Jakarta: 2009; page 1-2, 89-97

James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing, Australia : 2013; page 52-4

Popham, Jerry MD. In Cosmetic facial and eye plastic surgery : Eyelid Anatomy. Viewed 10 November 2013. <http://www.drpopham.com/347-Anatomy%20-%20Eyelid/>

Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology). Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-80

Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler, MD. Eyelid Inflammation (Blepharitis). Viewed 10 November 2013. <http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm>

Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013 viewed 10 November 2013. http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104

Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.

Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice British Medicine Journal. Last updated: July 26, 2013. Download 10 November 2013. <http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/574/basics/pathophysiology .htm>

Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.

Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013 viewed 10 November 2013. <http://www.allaboutvision.com/conditions/blepharitis.htm>

Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family

(25)

25

Physicians.2007; page 1815-24.

Referensi

Dokumen terkait

Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai

sebagai Luka yang hancur pada extremitas sebagai Luka yang hancur pada extremitas atau anggota badan lain yang mengakibatkan atau anggota badan lain yang

Hewan yang mengalami scabies selain akan merasa gatal, dapat mengakibatkan luka pada kulit sehingga bulu hewan menjadi rontok dan sulit disembuhkan.. “Scabies mudah ditemukan

Cidera kepala atau trauma kapitis adalah cidera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang

 Luka tertutup : cedera jaringan lunak tidak Luka tertutup : cedera jaringan lunak tidak disertai dengan kerusakan jaringan kulit.. disertai dengan kerusakan

Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan terjadinya infeksi saluran

Bulu mata lentik dari pangkal hingga ujung* Efek lentik yang tahan lebih lama* Kuas super lengkung, membantu melentikkan &amp; menarik setiap bulu mata.. BULU

Psoriasis satu penyakit kulit termasuk di dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, dengan lesi berupa makula eritem berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar berlapis, berwarna putih