• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Bulanan Fund Manager Summary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Bulanan Fund Manager Summary"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Tinjauan Ekonomi Tinjauan Pasar Saham Tinjauan Pasar Obligasi Data Ekonomi

TINJAUAN EKONOMI

Surplus kembali tercatat di bulan Feb15

Neraca perdagangan mencatat surplus sebesar USD738mn di bulan Feb15, sedikit menurun dibandingkan dengan surplus sebesar USD744mn di bulan Jan15 dipicu oleh adanya penurunan impor yang tajam di bulan tersebut. Impor turun sebesar 8.4%MoM (-16.2%YoY), lebih besar dibandingkan dengan ekspor yang turun sebesar 8.0%MoM (-16.0%YoY).

Ekspor non migas turun sebesar 7.8%MoM (-12.7%YoY) di bulan Feb15 seiring dengan penurunan ekspor bahan bakar mineral sebesar 9.8%MoM (-23.7% YoY) dan CPO sebesar 6.5%MoM (-20.4%YoY). Sementara itu, impor turun lebih lambat yaitu 6.3%MoM (-4.9%YoY).

Hal ini mengakibatkan penurunan surplus di sektor non migas di bulan tersebut (-27.8%MoM).

Di sektor migas, ekspor turun sebesar 8.8%MoM (-30.6%YoY), lebih kecil dibandingkan impor yang turun lebih tajam yaitu 18.7%MoM (-50.3%YoY) seiring penurunan harga minyak dunia. Sebagai catatan, Indonesia adalah pengimpor bersih minyak, sehingga setiap penurunan harga minyak dunia akan memberikan dampak positif terhadap sektor migas. Penurunan tajam pada impor menyebabkan berkurangnya deficit di sektor migas pada bulan tersebut.

Terhadap total impor, impor barang modal mencatat penurunan terbesar yaitu 11.1%MoM (-16.1%YoY), diikuti oleh impor bahan baku sebesar -8.9%MoM (-16.9%YoY). Sementara itu, impor barang konsumsi tumbuh sebesar 4.6%MoM (-8.5%YoY). Impor bahan baku masih mencakup proporsi terbesar yaitu 75.9% terhadap total impor di bulan Feb15.

Secara kumulatif untuk 2 bulan di tahun ini, defisit neraca perdagangan membaik dari USD399mn di 2M14 menjadi USD1,482mn di 2M15 akibat adanya surplus di sektor migas. Surplus di sektor migas tercatat sebesar USD136mn di 2M15 dibandingkan dengan defisit sebesar USD1,777mn di 2M14. Penurunan harga minyak telah membawa dampak positf terhadap kinerja sektor migas. Sementara itu, kinerja sektor nonmigas tetap lemah sebagaimana tercermin dalam penurunan surplus sebesar 38%YoY menjadi USD1,346mn di 2M15. Lemahnya Indonesia trade data

Source: Central Bureau of Statistics (BPS)

Jan-15 Feb-15 %MoM Feb-14 % YoY Ytd14 Ytd15 % YoY Exports (US$mn) 13,356 12,289 -8.0% 14,634 -16.0% 29,106 25,645 -11.9 Non-oil&gas Exports (US$mn) 11,279 10,396 -7.8% 11,905 -12.7% 23,876 21,675 -9.2 Oil&gas-Exports (US$mn) 2,077 1,894 -8.8% 2,729 -30.6% 5,231 3,970 -24.1 Imports (US$mn) 12,612 11,551 -8.4% 13,791 -16.2% 28,707 24,163 -15.8 Non-oil&gas Imports (US$mn) 10,497 9,831 -6.3% 10,334 -4.9% 21,699 20,329 -6.3 Oil&gas-Imports (US$mn) 2,115 1,720 -18.7% 3,457 -50.3% 7,008 3,835 -45.3 Trade balance (US$mn) 744 738 -0.7% 843 -12.5% 399 1,482 270.9 Non oil and gas 782 564 -27.8% 1,571 -64.1% 2,176 1,346 -38% Oil&gas balance -38 174 NM -728 NM -1,777 136 NM

Laporan Bulanan

(2)

harga komoditas telah memukul kinerja sektor nonmigas. Penurunan ini tidak dapat dikompensasi oleh penurunan impor nonmigas pada periode tersebut.

Inflasi di bulan Mar15, suku bunga acuan BI tetap

Inflasi tercatat sebesar 0.17%MoM di bulan Mar15, sehingga membawa inflasi YoY menjadi 6.38% (dari 6.29%YoY di Feb15). Inflasi di Mar15 dipicu oleh inflasi di sektor transportasi (+0.77%MoM) dan makanan jadi (+0.61% MoM). Kedua sektor ini menyumbang 0.23ppt terhadap total inflasi bulanan. Penyumbang inflasi bulan Mar15 berdasarkan tipe pengeluaran adalah sebagai berikut: bahan makanan (-0.73%MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.61%MoM), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.29%MoM), sandang (-0.08%MoM), kesehatan (+0.64%MoM), pendidikan (+0.10%MoM) dan transportasi (+0.77%MoM).

Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 5.0%YoY di bulan Mar15 (sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan 4.96%YoY di bulan sebelumnya), antara lain disebabkan oleh lebih tingginya biaya transportasi. Setelah menurunkan suku bunga acuan BI sebesar 25bps di bulan Feb15, BI mempertahankan suku bunganya tetap di 7.50% pada bulan Mar15.

Rupiah melemah, harga minyak menurun

The Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY sedikit mengalami peningkatan menjadi 112.09 di bulan Mar15 dari 111.98 di bulan Feb15. Rupiah terdepresiasi sebesar 1.1%MoM menjadi Rp13,074/USD di bulan Mar15. Harga minyak Brent turun menjadi USD55.11/barrel di bulan Mar15 dari USD62.58/barrel di bulan sebelumnya. Cadangan devisa menurun menjadi USD111.5bn di akhir Mar15 dibandingkan dengan USD115.5bn di akhir Feb15.

Berita penting lainnya

Data penjualan bulanan: penjualan mobil dan semen melemah

Di bulan Feb15, penjualan mobil tercatat sebesar 88,738 unit (-5.7% MoM, -20.6%YoY), membawa penjualan kumulatif 2M15 menjadi 182,877unit atau turun sebesar 15.1% YoY. Sementara itu, penjualan motor domestik tercatat sebesar 556,091 unit (+10.6% MoM; -18.1%YoY), sehingga membawa penjualan motor kumulatif 2M15 menjadi 1,058,874 unit (-15.9% YoY). Penjualan semen tercatat sebesar 4,312mn ton di Feb15 (-10.0% MoM or -4.9% YoY). Hal ini membawa penjualan kumulatif sebesar 9,104mn ton di 2M15 (-0.8% YoY).

Presiden Jokowi mengunjungi Jepang dan China

Presiden Jokowi mengunjungi Jepang dan China, menemui Perdana Menteri Shinzo Abe, Presiden China Xi Jinping dan beberapa pengusaha, dalam rangka memperkuat kerjasama strategis dan mendorong investasi di bidang infrastruktur. Jepang dan China merupakan investor terbesar di antara negara-negara di Asia Tenggara.

Bank Indonesia mempertahankan kebijakan moneter ketat

Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa kebijakan moneter ketat akan dipertahankan karena Indonesia tidak memiliki kemewahan untuk membuat kebijakan yang bertentangan dengan pasar keuangan global. BI berharap pertumbuhan ekonomi membaik menjadi 5.4-5.8% tahun

ini, dengan pertumbuhan kredit sebesar 15-17%, dan deficit neraca berjalan sebesar 3% dari PDB.

Agung Laksono disahkan sebagai ketua partai Golkar yang baru

Yasonna H. Laoly, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, mensahkan kepemimpinan Agung Laksono di partai Golkar. Aburizal Bakrie dan pendukungnya menolak keputusan Menteri dan mengajukan gugatan terhadap Menteri Yasonna H. Laoly. Selanjutnya Agung menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Jokowi-JK.

Pengangkatan Presiden Direktur baru di Bank BUMN

Asmawi Syam (sebelumnya menjabat sebagai pejabat sementara Presiden Direktur) diangkat sebagai Presdir Bank Rakyat Indonesia yang baru dan Sunarso (sebelumnya adalah Direktur Perbankan Komersial Bank Mandiri) diangkat menjadi Wakil Presdir. Sementara itu, Ahmad Baiquni (sebelumnya Direktur Keuangan BRI) diangkat sebagai Presdir Bank Negara Indonesia.

Toyota Motor meningkatkan investasinya di Indonesia, sementara Mitsubishi membangun pabriknya di Cikarang

Toyota Motor Jepang menyampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa mereka akan meningkatkan investasinya sebesar Rp20tn di Indonesia dan meningkatkan kapasitas ekspor dari 200 ribu pertahun menjadi sekitar 600 ribu -700 ribu per tahun. Sementara itu, Mitsubishi memulai pembangunan pabriknya senilai Rp6tn di Cikarang (dengan kapasitas 160,000 mobil penumpang per tahun) dengan target mulai beroperasi sebelum 2Q17. Mitsubishi akan memfokuskan pada produksi mobil MPV murah dan bertekad untuk mengekspor 20,000 unit di tahun 2018 dan 40,000-50,000 unit sebelum tahun 2019.

TINJAUAN PASAR SAHAM

Another All Time High

Pasar Saham AS bergerak secara mix setelah sempat terkoreksi di awal bulan dan kemudian menguat kembali menjelang akhir Maret setelah The Fed mengindikasikan untuk meningkatkan suku bunga lebih lambat dari yang diekspektasikan sebelumnya. The Fed juga menurunkan estimasi terhadap suku bunga acuan di level 0.625% pada akhir tahun 2015, dibanding estimasi sebelumnya berada di level 1.125%. Disisi lain, ECB memprediksikan inflasi di Eropa akan stagnan selama tahun 2015 dan memprediksi inflasi akan naik ke level 1.5% di tahun 2016 and 1.8% di tahun 2017. Perekonomian di Eropa diperkirakan akan membaik menyusul adanya kebijakan QE yang agresif dari ECB sebagai penggerak perekonomian dan dibantu pelemahan mata uang Euro, dan penurunan harga minyak dunia. Sementara itu, Shanghai Composite Index naik sebesar 1.7% yang merupakan angka tertinggi sejak Maret 2008. Hal ini terjadi dengan adanya ekspektasi investor akan munculnya sebuah paket kebijakan dari pemerintah China yang akan menstimulasi pertumbuhan ekonomi China seperti penurunan suka bunga, pengurangan rasio lenders’

reserve-requirement, dan dibukanya link perdagangan antara bursa

saham Hong Kong and China. Kinerja indeks global selama bulan Maret antara lain : Dow Jones (-1.97%), Nasdaq (-1.26%), DJ Euro Stoxx 50 (+2.73%), Deutsche DAX (+4.95%), Nikkei 225 (+2.18%), KOSPI (+2.78%), Philippine (+2.72%), Shanghai (+13.22%), while Sensex (-4.32%) and Thai (-5.11).

(3)

Di bulan Maret, IHSG kembali mencatatkan rekor terbarunya di level 5.451 pada 31 Maret 2015, atau naik sebesar 1.25%MoM, sebagai akibat dari kombinasi berkurangnya isu-isu politik dan faktor makro ekonomi yang cenderung membaik. Namun kenaikan tersebut terkikis dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, atau hanya tumbuh sebesar 0.8%. Di akhir bulan ini nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS berada di level Rp 13,074 (1.1%MoM). Pemerintah mengumumkan kenaikan harga bensin untuk jenis Premium efektif per tanggal 28 Maret di Jawa, Madura dan Bali sebesar Rp 500 menjadi Rp 7,300/liter (+7.3%), sementara harga solar berada di level Rp6,900/liter (+7.8%). Kenaikan ini disebabkan meningkatnya harga minyak dan melemahnya kurs rupiah. Disisi lain, Direktorat Jendral pajak mengumumkan realisasi pemasukan dari pajak pada 1Q15 hanya sebesar Rp 198.226 triliun atau 15% dari target tahun FY2015. Presiden Jokowi melakukan kunjungan bilateral kenegaraan ke Jepang dan Cina untuk memperkuat hubungan politik dan ekonomi dengan kedua negara tersebut. Nilai rata-rata transaksi pasar berada di level $492 juta. Investor asing melakukan penjualan selama bulan maret sebesar $413 juta, sehingga total pembelian bersih tercetak sebesar $440 juta selama 3 bulan pertama di tahun ini. Kinerja bulanan relatif terhadap IHSG ditopang oleh tiga sektor yang tumbuh secara positif yakni, Miscellaneous Industry (+5.91%), Financials (+3.57%), dan Consumer (+2.79%), sedangkan sektor yang tertinggal antara lain Basic Industry (-8.99%), Property and Construction (-4.66%), Mining (-4.15%), Infrastructure and telecommunication (-3.79%), Plantation (-1.11%), dan Trade and Services (-0.39%).

TINJAUAN PASAR OBLIGASI

Rupiah melemah di atas Rp 13,000.00/USD

Harga obligasi ditutup melemah di bulan maret seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD. Tren pelemahan yang terjadi baik di obligasi dan rupiah terjadi di paruh pertama awal bulan disebabkan oleh ekspektasi pasar bahwa Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga acuannya di kuartal kedua tahun 2015. Namun hasil pertemuan dewan gubernur bank sentral amerika serikat menghasilkan pernyataan yang lebih longgar terkait peningkatan suku bunga acuan. Hal ini memberikan sentimen positif pada harga obligasi di paruh kedua bulan maret. Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke level Rp 13.074/USD, dibandingkan Rp 12.932/USD pada saat akhir bulan Februari. Neraca perdagangan bulan Februari menunjukan surplus USD 738 juta, lebih baik dibandingkan konsensus yang sebesar surplus USD

635 juta. Ekspor bulan Februari lebih rendah dari konsensus (-16,02% YoY, konsensus -10,40% YoY) sedangkan impor ikut mengalami penurunan (-16,24% YoY, konsensus -9,60% YoY). Data inflasi bulan Maret berada di level 6,38% YoY (0,17% MoM), lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,39% YoY (0,22% MoM). Inflasi inti mencapai 5,04% YoY, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 4,95% YoY. Pada tanggal 17 Maret, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 7,55%. Sementara itu, cadangan devisa bergerak naik ke level USD 115,53 miliar di bulan Februari (Januari: USD 114,25 miliar).

Di pasar perdana, Kementerian keuangan telah menerbitkan Rp 30,87 triliun dari lelang, dimana sebesar Rp 4,12 triliun berasal dari penerbitan obligasi syariah. Jumlah penawaran yang masuk dalam lelang bulan Maret jauh lebih rendah dibandingkan permintaan pada bulan Februari. Pada lelang pertama, terdapat permintaan sebesar Rp 22,84 triliun, dimana jumlah penerbitan sebesar Rp 10,00 triliun. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 1 triliun (Rp 5,67 triliun) SPN 3 bulan, Rp 2,00 triliun (Rp 6,14 triliun) SPN 1 tahun, Rp 3,90 triliun (Rp 7,02 triliun) FR70 bertenor 10 tahun, dan Rp 3,10 triliun (Rp 4,02 triliun) FR68 bertenor 20 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off

yields) 5,32% (5,49%), 5,89% (5,95%), 6,39% (6,95%), dan 7,34%

(7,38%) secara berurutan. Pada lelang kedua, permintaan yang masuk mencapai Rp 17,28 triliun, dimana jumlah penerbitan sebesar Rp 6,75 triliun. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 3,00 triliun (Rp 4,64 triliun) SPN 1 tahun, Rp 1,15 triliun (Rp 6,60 triliun) FR69 bertenor 5 tahun, Rp 1,70 triliun (Rp 4,17 triliun) FR71 bertenor 15 tahun, dan Rp 0,90 triliun (Rp 1,87 triliun) FR67 bertenor 30 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 5,92% (5,98%), 7,28% (7,30%), 7,63% (7,65%), dan 8,03% (8,05%) secara berurutan. Pada lelang terakhir di bulan ini, permintaan yang masuk kembali lebih rendah di level Rp 15,19 triliun, dimana jumlah penerbitan sebesar Rp 10,00 triliun. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 1 triliun (Rp 3,52 triliun) SPN 3 bulan, Rp 2,00 triliun (Rp 2,90 triliun) SPN 1 tahun, Rp 3,90 triliun (Rp 5,00 triliun) FR70 bertenor 10 tahun, dan Rp 3,10 triliun (Rp 3,77 triliun) FR68 bertenor 20 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 5,40% (5,48%), 6,11% (6,20%), 7,44% (7,49%), dan 7,78% (7,81%) secara berurutan. Pada tanggal 9 Maret, Pemerintah mengumumkan jumlah penerbitan dari obligasi ritel syariah, SR07 yaitu sebesar Rp 21,97 triliun. SR07 memiliki tenor 3 tahun dan kupon sebesar 8.25%. Secara keselurahan, pemerintah berhasil menerbitkan Rp 92,12 triliun obligasi di kuartal pertama tahun 2015. Pemerintah berencana untuk menerbitkan Rp 93,50 triliun obligasi di kuartal kedua tahun 2015.

(4)

Di pasar sekunder, harga obligasi bergerak turun dikarennakan para investor bersiap menunggu hasil pertemuan dewan gubernur Bank Amerika Serikat yang berlangsung di pertengahan bulan. Harga obligasi sedikit menguat setelah hasil pertemuan tersebut menyatakan kondisi ekonomi US masih di bawah target Bank Sentral. Secara keseluruhan, kurva imbal hasil obligasi Indonesia tetap ditutup naik sekitar 30 hingga 50 bps. Kepemilikan asing turun menjadi Rp 504,08 triliun (-Rp 3,59 triliun, -0,71% MoM), setara dengan 38,61% (-1,42%-pt) dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan. Indeks obligasi HSBC yang mengukur total return ditutup di 761,62, mencerminkan return bulanan negatif 2,56% di bulan Maret 2015. Kurva imbal hasil mengalami kenaikan di akhir bulan dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, dan 20 tahun ditutup secara berurutan di 7,15% (+46bps), 7,40% (+51bps), dan 7,74% (+46bp) secara berurutan.

PROSPEK

Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk menaikkan harga premium sebanyak dua kali di bulan Maret. Namun pasar tetap berekspektasi bahwa inflasi Indonesia akan tetap terkendali. Dari sisi global, Janet Yellen, Gubernur Bank Sentral AS, telah menyatakan bahwa kenaikan suku bunga AS akan terjadi tahun ini namun tempo kenaikannya akan lebih lambat. Dengan tingginya komposisi kepemilikan asing akan obligasi Indonesia, keputusan Bank Sentral AS untuk menaikan suku bunga akan memberikan tekanan pada harga obligasi.

(5)

KEY ECONOMIC DATA

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Economic measures

Tota l GDP growth% 5.7 5.5 6.3 6.0 4.6 6.2 6.5 6.3 5.8

Domes ti c dema nd 5.8 3.6 6.0 7.5 5.4 5.3 5.5 6.1 5.1

Pri va te cons umpti on 4.3 3.9 4.9 5.9 6.2 4.1 4.7 5.3 5.3

Govt cons . 6.6 9.6 3.9 10.4 15.7 0.3 3.2 1.3 4.9

Inves tment 10.9 2.6 9.3 11.9 3.3 8.5 8.3 9.7 4.7

Cha nge i n s tock 33.5 (13.4) (100.8) (993.0) (195.2) (70.7) (1,594.7) 457.6 6.7

Sta ti s ti c di s pera ncy (197.5) (290.2) 233.7 (50.1) (91.8) 526.8 (68.0) 414.4 (101.5)

Exports 16.6 9.4 8.5 9.5 (9.7) 15.3 13.6 2.0 5.3 Imports 17.8 8.6 9.1 10.0 (15.0) 17.3 13.3 6.7 1.2 GDP Rea l GDP – Rptn 1,751 1,847 1,964 2,082 2,179 2,314 2,465 2,619 2,770 Rea l GDP – USDbn 180 202 215 215 210 255 281 279 266 Nomi na l GDP – Rptn 2,774 3,339 3,951 4,949 5,606 6,447 7,419 8,229 9,084 Nomi na l GDP - USDbn 286 364 432 511 539 710 846 877 871 Popul a ti on -mn 220 223 226 229 231 238 244 247 250 GDP Perca pi ta USD 1,291 1,623 1,898 2,211 2,300 2,986 3,422 3,477 3,320 Prices CPI - a vera ge 10.40 13.33 6.40 9.75 4.90 5.12 5.38 4.28 6.97 CPI yea r-end 17.11 6.60 6.59 11.06 2.78 6.96 3.79 4.30 8.38 Currency and Interest rate Rp/USD - Avera ge 9,711 9,167 9,136 9,678 10,399 9,085 8,780 9,380 10,452 Rp/USD - yea r-end 9,830 9,020 9,419 10,950 9,400 8,991 9,068 9,670 12,189 BI-ra te yea r-end 12.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 7.50 BI-ra te a vera ge 9.18 11.83 8.60 8.67 7.15 6.50 6.58 5.77 6.48 Lendi ng ra te 16.2 15.9 14.0 15.3 14.4 13.2 12.8 12.1 12.4 Sprea d 3.5 6.2 6.0 6.1 7.9 6.7 6.8 6.4 4.9 External factor Exports - USDbn 85 101 114 137 117 158 203 190 183 yoy% 24 19 13 20 (15) 35 29 (7) (4) Imports - USDbn 57 61 74 129 97 136 177 192 187 yoy% 27 7 22 74 (25) 40 31 8 (3)

Tra de ba l a nce - USDbn 28 40 40 8 20 22 26 (2) (4)

yoy% 17 43 - (79) 138 13 18 (106) 146 Current a ccount% of GDP 0.6 2.6 1.6 0.0 2.0 0.7 0.2 (2.7) (3.3)

FDI - USDbn 8.3 4.9 6.9 9.3 4.9 13.8 19.2 19.4 18.4

Interna ti ona l res erve - USDbn 34.7 42.6 56.9 51.6 66.1 96.2 110.1 112.8 99.4

Banking sector Loa n tota l - Rptn 696 792 1,002 1,308 1,438 1,766 2,200 2,708 3,293 yoy% 24.3 13.9 26.5 30.5 10.0 22.8 24.6 23.1 21.6 Depos i t tota l - Rptn 1,134 1,299 1,524 1,775 1,973 2,339 2,785 3,225 3,664 yoy% 17.5 14.5 17.4 16.5 11.1 18.5 19.1 15.8 13.6 Loa n to depos i t ra ti o% 61.3 61.0 65.7 73.7 72.9 75.5 79.0 84.0 89.9 Fiscal Balance Publ i c defi ci t - Rptn (25.0) (29.1) (49.8) (4.1) (88.6) (46.9) (84.3) (153.3) (209.5) Government ba l a nce% of GDP (0.9) (0.9) (1.3) (0.1) (1.6) (0.7) (2.1) (1.9) (2.2) Other La bour force 105.9 106.4 109.9 111.9 113.8 116.6 117.4 118.1 122.6 Unempl oyment ra te 11.2 10.3 9.1 8.4 7.9 7.1 6.6 6.1 5.8 Poverty ra te 16.7 16.3 16.6 15.4 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5

(6)

DISCLAIMER

Dokumen ini dibuat dan dipersiapkan oleh PT. BNP Paribas Investment Partners* yang merupakan bagian dari BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**.

Dokumen ini dibuat hanya untuk memberikan informasi dan bukan merupakan:

1. Suatu bentuk penawaran untuk membeli atau permintaan untuk menjual atau dijadikan dasar dari atau yang dapat dijadikan pedoman

sehubungan dengan suatu perjanjian atau komitmen apapun atau

2. Suatu nasehat investasi.

Dokumen ini merupakan referensi untuk instrumen keuangan tertentu (‘’Instrumen Keuangan’’) yang disahkan dan diatur dalam yuridiksi dimana Instrumen Keuangan tersebut dibentuk.

Tidak ada tindakan yang perlu diambil dalam melakukan penawaran umum dari Instrumen Keuangan tersebut di wilayah yuridiksi lainnya, kecuali disebutkan di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya, sebagaimana telah tersedia, dari Instrumen Keuangan tersebut yang relevan apabila tindakan tersebut perlu diambil, khususnya, di Amerika Serikat, bagi warga negara Amerika Serikat (dimana ketentuan tersebut diatur di dalam Peraturan huruf S Pasar Modal Amerika Serikat tahun 1933). Sebelum melakukan suatu pembelian di dalam suatu negara dimana Instrumen keuangan tersebut terdaftar, investor wajib memeriksa seluruh kendala atau larangan yang mungkin ada dalam kaitannya dengan pembelian, kepemilikan atau penjualan Instrumen Keuangan tersebut.

Investor yang mempertimbangkan untuk membeli Instrumen Keuangan tersebut wajib membaca dengan seksama di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya dan memahami laporan keuangan terbaru dari Instrumen Keuangan tersebut. Prospektus, dokumen penawaran atau informasi lainnya dari Instrumen Keuangan tersebut yang tersedia di kantor lokal BNPP IP, jika ada, atau dari pihak marketing dari Instrumen Keuangan tersebut.

Pendapat yang termuat dalam dokumen ini merupakan pendapat dari PT. BNP Paribas Investment Partners untuk waktu tertentu dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. PT. BNP Paribas Investment Partners tidak berkewajiban untuk memperbarui atau mengubah informasi atau pendapat yang disebutkan dalam dokumen ini. Investor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum dan pajak mereka sehubungan dengan nasehat-nasehat hukum, akuntansi, domisili dan peIDRajakan sebelum melakukan investasi ke dalam Instrumen Keuangan tersebut sehubungan dengan pengambilan keputusan yang independen atas kesesuaian dan relevansi dari investasi tersebut, jika diperbolehkan untuk melakukan transaksi. Mohon diperhatikan bahwa berbagai jenis investasi, apabila ada dalam dokumen ini, melibatkan berbagai tingkatan risiko dan tidak terdapat jaminan bahwa investasi tertentu cocok, sesuai atau menguntungkan bagi investor atau calon investor dari investasi portofolio ini.

Dengan memperhitungkan risiko ekonomi dan risiko pasar, tidak ada jaminan bahwa Instrumen Keuangan ini akan mencapai tujuan investasinya. Imbal hasil dapat dipengaruhi oleh, antara lainnya, strategi atau tujuan investasi dari Instrumen Keuangan ini dan juga kondisi pasar dan kondisi ekonomi, termasuk kondisi tingkat suku bunga, periode pasar dan kondisi pasar secara umum. Perbedaan strategi yang diterapkan ke dalam Produk Investasi ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gambaran hasil dalam dokumen ini. Kinerja masa lalu bukan suatu pedoman untuk kinerja masa datang dan nilai investasi dalam Instrumen Keuangan dapat menurun atau meningkat. Investor mungkin tidak mendapatkan kembali nilai nominal atas investasi awal.

Data Kinerja, sebagaimana berlaku, tercermin dalam dokumen ini, tanpa memperhitungkan biaya komisi, atau biaya lainnya yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan kembali dan perhitungan pajak.

INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.

* PT. BNP Paribas Investment Partners (alamat: World Trade Center Building, Lantai 5, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 - INDONESIA).

** “ BNP Paribas Investment Partners” adalah merek dagang global dari BNP Paribas grup aset manajemen. Badan hukum aset manajemen tersendiri dalam BNP Paribas Investment Partners yang disebutkan dalam dokumen ini, (apabila ada) hanya untuk informasi dan dapat tidak memiliki kegiatan usaha dalam yuridiksi anda. Untuk informasi lebih lanjut, mohon dapat menghubungi BNP Paribas Investment Partners lokal yang terdaftar..

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada tindakan yang perlu diambil dalam melakukan penawaran umum dari Instrumen Keuangan tersebut di wilayah yuridiksi lainnya, kecuali disebutkan di dalam prospektus

Pasar obligasi Indonesia terus menunjukkan penurunan di September dimana kemungkinan kenaikan suku bunga Fed tetap menjadi penggerak utama pasar modal dunia di

Deflasi di Oct15 terutama dipicu oleh deflasi di bahan makanan (-1.06% MoM), sementara sektor lain mencatat inflasi selama bulan tersebut. Sementara itu, laju inflasi

Bank Sentral Jepang mengejutkan pasar dengan menurunkan suku bunga menjadi -0.1% untuk meningkatkan inflasi dan pinjaman, sementara tetap mempertahankan pembelian obligasi pemerintah

Di awal bulan, untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed, pemerintah berhasil menerbitkan obligasi berdenominasi USD sebesar USD 3,5 miliar yang terdiri dari USD 2,25

keputusan final dari The Fed tahun ini. Pencapaian jobs data di bulan November dianggap sebagai indikator “lebih dari cukup” yang membuat probabilitas naiknya suku bunga acuan