DUKUNGAN OJK KEPADA UMKM DAN
DORONGAN KEPATUHAN PASKA AMNESTI PAJAK
M. Ihsanuddin
Kepala Kantor OJK Regional III Jawa Tengah dan DIY
Disampaikan pada Seminar Nasional
dalam rangka Dies Natalis UNS ke 40
AGENDA
1.
• POTENSI DAN DUKUNGAN OJK PADA SEKTOR PRODUKTIF & UMKM
2.
• REGULASI OJK KEPADA SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK MENDORONG SEKTOR
PRODUKTIF DAN UMKM
3.
• STATISTIK KREDIT/ PEMBIAYAAN KEPADA SEKTOR UMKM
4.
• MENDORONG WAJIB PAJAK SEKTOR PRODUKTIF & UMKM
Tahun 2030, jumlah penduduk usia
produktif diperkirakan di atas 60% dan 27%
di antaranya adalah penduduk muda
(16-30 tahun). Penduduk muda Indonesia berpotensi menjadi Creative Class.
BONUS DEMOGRAFI
Potensi Kewirausahaan Sektor Produktif UMKM di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dalam satu dekade terakhir telah mendorong
tumbuhnya kelas menengah Indonesia yang muda, produktif, kreatif dan inovatif.
Kelas menengah Indonesia akan menjadi entrepreneur penggerak UMKM, industri kreatif dan
Perusahaan Rintisan (
Start Up
) yang potensinya sangat besar di Indonesia.
Teknologi digital dan internet telah
menjangkau lebih dari 90% populasi
Indonesia dan mendorong perkembangan start up.
PERKEMBANGAN
GAYA HIDUP DIGITAL
Pada tahun 2030, diperkirakan 135 juta penduduk Indonesia
akan memiliki penghasilan bersih (netincome) di atas USD3.600 sebagai konsumen ekonomi kreatif
PENINGKATAN JUMLAH KELAS MENENGAH
Peningkatan di pasar global terutama produk berbasis media dan teknologi informasi/ICT
(content industry)
PENINGKATAN PERMINTAAN
PRODUK KREATIF
Jumlah UMKM di Indonesia
mencapai 99,9% dari total usaha
dan mempekerjakan lebih dari 114 juta penduduk Indonesia.
DUKUNGAN OJK PADA SEKTOR PRODUKTIF & UMKM
1.
NAWA-CITA
Presiden
Jokowi – JK
2. Mewujudkan
Kedaulatan
Ekonomi
3. Mewujudkan
Kedaulatan
Keuangan
Melalui
Kebijakan Inklusi Keuangan
50% Penduduk
Tujuan
Meningkatkan Peran Sektor Jasa
Keuangan (SJK)
Melalui
Pemberian Kredit atau
Pembiayaan Kepada Sektor
Produktif dan UMKM
Dengan Tetap Mengedepankan
Prinsip Kehati-Hatian dan
Praktek Tata Kelola Yang Sehat,
Efisien dan Menguntungkan
Dukungan
Upaya yang telah dan akan dilakukan:
1. Regulasi yang kondusif terhadap industri perbankan dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor produktif/UMKM;
2. Pengawasan (Supervisory Actions)
terhadap Rencana Bisnis Bank (RBB) dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor produktif/UMKM a.l. Pertanian, Kelautan & Perikanan, Energi, dan Pangan, serta Industri Kreatif
3. Implementasi LAKU-PANDAI yang memberikan kemudahan akses pelaku ekonomi kecil (inklusi keuangan
4. Tahap awal: Pembentukan Tim Kerja Lintas Lembaga (OJK, Kementerian, KADIN, SJK) untuk akselerasi kredit dan pembiayaan kepada sektor prioritas, produktif dan kreatif
DUKUNGAN
2. REGULASI OJK KEPADA SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK MENDORONG
SEKTOR PRODUKTIF DAN UMKM
1. Bank wajib memenuhi porsi penyaluran
pembiayaan produktif berdasarkan klasifikasi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) sesuai PBI No.14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank 2. Bank wajib menyalurkan kredit/pembiayaan kepada
usaha produktif yaitu paling rendah:
a. 55% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 1 (Modal Inti < Rp1 T).
b. 60% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 2 (Modal Inti Rp1 T s/d Rp5 T).
c. 65% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 3 (Modal Inti Rp5 T s/d Rp30 T).
d. 70% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 4 (Modal Inti > Rp30 T).
3. Bagi Bank yang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan Alokasi Modal Inti (AMI) memperoleh insentif tambahan jumlah pembukaan jaringan kantor apabila menyalurkan kredit/pembiayaan kepada:
a. UMKM paling rendah 20% dari total kredit/pembiayaan.
b. UMK paling rendah 10% dari total kredit/pembiayaan.
4. Kewajiban Bank menyalurkan kredit/pembiayaan kepada usaha produktif dipenuhi paling lambat akhir bulan Juni 2016.
Keterangan: Kredit/Pembiayaan Produktif meliputi: Modal Kerja dan Investasi (tidak termasuk Konsumsi)
Kewajiban
Porsi Penyaluran
Pembiayaan
Produktif & UMKM
Kewajiban
Sektor Produktif & UMKM
Penyaluran
Pembiayaan
1. Bank wajib menyalurkan kredit/pembiayaankepada UMKM sesuai PBI No.14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit/Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan UMKM
2. Bank umum wajib menyalurkan
kredit/pembiayaan UMKM secara bertahap, yaitu:
a. 5% dari total kredit atau pembiayaan tahun 2015;
b. 10% dari total kredit atau pembiayaan tahun 2016;
c. 15% dari total kredit dan pembiayaan tahun 2017, dan
d. 20% dari total kredit atau pembiayaan tahun 2018.
3. Kredit/pembiayaan UMKM, dilakukan secara: a.Langsung kepada usaha UMKM dan/atau b.Tidak langsung melalui kerja sama pola
executing, pola channeling dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi). Yang dimaksud tidak langsung adalah pemberian kredit atau pembiayaan UMKM oleh bank umum kepada BPR, BPRS, dan/atau lembaga keuangan lainnya.
Insentif
Penilaian
Kualitas Kredit
UMKM
Penilaian kualitas kredit dapat hanya berdasarkan 1 pilar (ketepatan membayar pokok dan/atau bunga) dan khusus untuk kredit debitur UMKM dengan plafon tertentu, yaitu:
1. Antara Rp1 M s/d Rp20 M bagi bank dengan Kualitas Penerapan Manajamen Risiko (KPMR) Kredit dengan peringkat “sangat memadai” (Strong), CAR sesuai ketentuan, dan tingkat kesehatan paling kurang PK-3 (Cukup Baik).
2. Antara Rp1 M s/d Rp10 M bagi bank dengan KPMR Kredit dengan peringkat “memadai” (satisfactory), CAR sesuai ketentuan, dan tingkat kesehatan paling kurang PK-3 (Cukup Baik).
Keterangan:
1. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur yang memenuhi definisi & kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sesuai UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yaitu usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih & hasil penjualan tahunan.
2. UMKM didasarkan pada plafon, yaitu: a. Kredit mikro < s.d Rp50juta,
b. Kredit kecil antara Rp50juta s/d Rp500 juta,
c. Kredit menengah antara Rp500juta s/d Rp5 M.
3. STATISTIK KREDIT/ PEMBIAYAAN KEPADA SEKTOR UMKM
DAN SEKTOR EKONOMI KREATIF
Kredit UMKM tumbuh 63,75% dari tahun 2011 sampai dengan 2016 dengan rata-rata NPL 3,8%
Kredit UMKM selama kurun waktu 2010-2016 menunjukkan peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 13,16% yoy.
KINERJA SEKTOR UMKM (RP T)
382,622 482,334 550,339 635,927 731,836 791,187 856,957 3.9% 3.4% 3.2% 3.2% 4.0% 4.2% 4.2% 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5% 3.0% 3.5% 4.0% 4.5% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tren Penyaluran Kredit UMKM
Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL
70,801 87,494 97,170 118,889 158,640 175,169 195,621 2.7% 2.3% 2.5% 2.5% 3.3% 2.7% 2.1% 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5% 3.0% 3.5% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tren Pertumbuhan Kredit serta Kualitas Kredit Sektor UMKM-Mikro
Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL
144,671 169,113 188,255 213,444 216,141 230,804 255,504 5.0% 4.7% 4.5% 4.3% 4.7% 5.0% 4.3% 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 3.8% 4.0% 4.2% 4.4% 4.6% 4.8% 5.0% 5.2% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tren Pertumbuhan Kredit serta Kualitas Kredit Sektor UMKM-Kecil
Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL 167,149 225,727 264,915 303,594 357,055 385,214 405,832 3.6% 2.9% 2.5% 2.7% 3.8% 4.5% 5.2% 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tren Pertumbuhan Kredit serta Kualitas Kredit Sektor UMKM-Menengah
Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL
AGUSTUS 2016 160.5 110.3 92.7 90.3 50.4 32.7 28.0 22.0 20.5 20.4 20.4 15.0 15.0 14.6 13.2 12.9 10.8 9.4 8.9 8.4 7.9 7.9 7.7 7.0 6.3 5.8 5.7 3.7 3.2 2.8 2.5 2.2 1.7 - 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 180.0 Provinsi DKI Jaya
Provinsi Jawa Timur Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Tengah Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Bali Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Riau Provinsi Banten Provinsi Sumatera Barat Provinsi Lampung Provinsi Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Barat Daerah Istimewa Yogyakarta Provinsi Jambi Provinsi NAD Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Papua Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Kep. Riau Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Bengkulu Provinsi Kep. Bangka Belitung Provinsi Papua Barat Provinsi Gorontalo Provinsi Maluku Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Maluku Utara
Berdasarkan sebaran wilayah, provinsi dengan penyaluran UMKM
tertinggi adalah sebagai berikut: 1. DKI Jakarta (Rp160,5T 2. Jawa Timur (Rp110,3T) 3. Jawa Barat (Rp92,7T)
Untuk luar Jawa, provinsi dengan penyaluran UMKM tertinggi adalah sebagai berikut:
1. Sumatera Utara (Rp50,4T) 2. Sulawesi Selatan (Rp32,7T) 3. Bali (Rp28,0T)
REALISASI PENYALURAN PEMBIAYAAN UMKM
1. Pemanfaatan Agen Laku Pandai;
2. Pembangunan infrastruktur dalam
mendukung program Laku Pandai;
3. Pemanfaatan TPAKD di daerah
untuk
bersinergi
dengan
perbankan/perusahaan;
pembiayaan dalam meningkatkan
akses pembiayaan; dan
4. Menggeser pembiayaan UMKM
dari sektor Hilir (Perdagangan
Besar dan Eceran) ke sektor hulu
(pertanian,
pariwisata
dan
Kelautan & Perikanan)
1. Keterbatasan dalam penyediaan
agunan;
2. Tidak memiliki agunan;
3. Memiliki agunan tetapi tidak
mencukupi;
4. Memiliki agunan, tetapi tidak
memenuhi aspek legalitas
5. Umumnya
non-bankable;
dan
6. Pembiayaan masih didominasi oleh
Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran rata-rata >45% per tahun
OPSI SOLUSI:
ISU PEMBIAYAAN UMKM
Kinerja Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
Realisasi penyaluran KUR per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp94,4 Triliun (94,4% dari
target penyaluran Rp 100 T), dengan kinerja Non Performing Loans/NPL yang cukup rendah
yakni sebesar 0,37%. Dilihat dari trend penyaluran KUR, terdapat kecenderungan peningkatan di
setiap tahunnya, provinsi-provinsi di Pulau Jawa masih mendominasi porsi penyaluran terbesar.
Rp51,4 Triliun
JAWA
Rp5,8 Triliun
KALIMANTAN
Rp2,2 Triliun
Papua & Maluku
Rp9,3 Triliun
SULAWESI
Penyaluran KUR Berdasarkan Sebaran
Pulau
Rp18,5 Triliun
SUMATERA
Realisasi Penyaluran KUR
2007-2016, Rp Triliun
Oleh karena itu, kami di OJK telah meminta industri jasa keuangan penyalur KUR di tahun
2017 ini untuk lebih fokus pada penyaluran di sektor-sektor produktif dan daerah-daerah
potensial di luar pulau Jawa.
Rp7,1 Triliun
480,828 548,093 632,401 727,697 787,379 877,894 3.44% 3.19% 3.22% 3.99% 4.26% 4.85% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 2011 2012 2013 2014 2015 Sep-16 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000
Outstanding Kredit (Miliar Rp) NPL (%)
Trend Penyaluran Kredit UMKM
Penyaluran Kredit Perbankan ke UMKM selama
kurun waktu 2011-Sep/16 menunjukkan
peningkatan dengan rata-rata Non Performing
Loans/NPL 3,82% masih dibawah threshold. Selain itu, porsi Kredit kepada Sektor Ekonomi Kreatif (Rp121 T) terhadap Total Kredit Perbankan adalah sekitar 2,87%.
Oleh karena itu, OJK meminta perbankan untuk
terus mendukung pembiyaan kepada sektor produktif dan kreatif serta padat karya.
Sub Sektor Ekonomi Kreatif: 1. Aplikasi dan Game Developer 2. Arsitektur
3. Desain Interior
4. Desian Komunikasi Visual 5. Desain Produk
6. Fashion
7. Film, Animasi dan Video 8. Fotografi 9. Kriya 10. Kuliner 11. Musik 12. Penerbitan 13. Periklanan 14. Senin Pertunjukan 15. Seni Rupa
16. Televisi dan Radio
Kinerja Penyaluran Kredit Perbankan kepada UMKM dan Sektor Ekonomi Kreatif
• Porsi NPL (posisi Sept. 16) Kredit Sektor Ekonomi (Rp6,3 T) thd :
1. Total Kredit Sektor Ekonomi Kreatif sekitar 5,19%;
2. Total Kredit Perbankan sekitar 0,15%
• NPL tertinggi BUKU 3 mendominasi 45,67% dari Total NPL Kredit Sektor Ekonomi Kreatif, diikuti BUKU 4 (36,51%)
• OJK meminta bank menjaga NPL dalam level yang rendah pada semua sektor termasuk Sektor Ekonomi Kreatif
Revitalisasi Perusahaan Modal Ventura bertujuan untuk mendorong perkembangan wirausaha di Indonesia,
baik perusahaan Rintisan (Start Up), maupun UMKM, yang terutama berbasis inovasi dan teknologi baru.
Pembiayaan Modal Ventura
Penyertaan Saham
Pembelian Obligasi Konversi
Pembiayaan melalui Pembelian Surat
Utang yang Diterbitkan Pasangan Usaha
pada Tahap Rintisan Usaha (Start-Up)
dan/atau Pengembangan Usaha
Pembiayaan Usaha Produktif
Pembiayaan bagi UMKM dan
Koperasi
Tujuan Modal Ventura
PENGEMBANGAN DAN PENGATURAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA
1.
Pengembangan suatu penemuan baru;
2.
Pengembangan perusahaan atau usaha orang
perseorangan yang pada tahap awal usahanya
mengalami kesulitan dana;
3.
Pengembangan usaha mikro, kecil, menengah,
dan koperasi;
4.
Membantu perusahaan atau usaha orang
perseorangan yang berada pada tahap
pengembangan atau tahap kemunduran usaha;
5.
Mengambil alih perusahaan atau usaha orang
perseorangan yang berada pada tahap
pengembangan atau tahap kemunduran usaha;
6.
Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa,
2013 2014 2015 Nov-16 21.30% 19.59% 19.45% 24.02%
66.47% 70.00% 74.25% 69.10%
12.23% 10.42% 6.30% 6.88%
Penyertaan Saham Pembiayaan Bagi Hasil Obligasi Konversi
Pasca Revitalisasi Modal Ventura
Komposisi Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura
2013 s/d November 2016
Untuk meningkatkan peran modal ventura,
khususnya dalam memberikan dukungan
pembiayaan terhadap UMKM, kami di OJK
telah mengeluarkan 4 (empat) POJK, yang
salah satunya mengatur tentang
penyelenggaraan kegiatan usaha modal
ventura wajib memiliki pasangan usaha
dan/atau Debitur UMKM dan koperasi
minimal 5% (lima persen) dari total kegiatan
usaha
1.
Kebijakan revitalisasi modal ventura ini sudah menampakkan hasil dimana porsi penyertaan
saham (
equity participation
) sudah menunjukkan peningkatan pasca diterbitkannya paket
kebijakan regulasi modal ventura.
Oleh karena itu, kami akan tetap mengawal dan mendorong perusahaan modal ventura untuk
lebih berkontribusi dalam pembiayaan UMKM khususnya pada perusahaan rintisan.
1 (POJK No. 35 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura)
DUKUNGAN REGULASI TERKAIT
TAX AMNESTY
• POJK Nomor 25/POJK.03/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.03/2015 Tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan Pengelolaan (Trust) dan POJK Nomor 26/POJK.04/2016 tentang Produk Investasi Di Bidang Pasar Modal Dalam Rangka Mendukung Undang-Undang Tentang Pengampunan Pajak.
• Berbagai instrumen investasi keuangan dapat dimanfaatkan untuk menampung dana hasil repatriasi. Sesuai dengan Pasal 6 angka (2) PMK Nomor 119 /PMK.08/2016, Jenis Instrumen Investasi keuangan yang dapat digunakan dalam rangka Tax Amnesty adalah
a. Efek Bersifat Utang, termasuk MTN; b. Sukuk;
c. Saham;
d. Unit penyertaan Reksadana; e. Efek Beragun Aset;
f. Unit Penyertaan dana investasi real estat; g. Deposito;
h. Tabungan; i. Giro; dan/atau
j. Instrumen pasar keuangan lainnya termasuk produk asuransi, perusahaaan pembiayaan, dana pensiun, atau modal ventura, yang mendapatkan persetujuan OJK.
• OJK menyadari bahwa dana repatriasi yang diperoleh dari
program Tax Amnesty selain dapat membantu pembiayaan
infrastruktur, juga secara bersamaan akan memperkuat likuiditas, mendorong pendalaman pasar keuangan, serta mendorong suku bunga kredit yang lebih murah.
• Dalam rangka mendukung program pemerintah tersebut, OJK
telah meluncurkan berbagai kebijakan strategis yang diharapkan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan program Tax Amnesty pemerintah, baik melalui relaksasi atas beberapa ketentuan terkait produk-produk keuangan dan investasi, ataupun melalui percepatan proses penerbitan produk-produk investasi tersebut.
• OJK juga telah membentuk satuan tugas Tax Amnesty yang nantinya akan mengkaji, mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan program tersebut di sektor keuangan, untuk kemudian mengambil langkah antisipasi agar program tax amnesty dapat berjalan dengan lancar.