• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan menjadi dasar dalam proses pembelajaran. Menurut Anderson dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan menjadi dasar dalam proses pembelajaran. Menurut Anderson dan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika adalah ilmu dasar yang wajib dikuasai oleh banyak orang. Matematika merupakan ilmu abstrak yang di dalamnya memerlukan penyelesaian masalah yang dilakukan secara runtut ataupun sesuai dengan prosedur. Pengetahuan menjadi dasar dalam proses pembelajaran. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001:27) ada empat dimensi pengetahuan, yaitu: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3) pengetahuan prosedural, dan (4) pengetahuan metakognitif.

Pengetahuan prosedural berperan penting dalam ilmu matematika. Hal ini disampaikan oleh Kilpatrick (2001:116) bahwa pengetahuan prosedural merupakan salah satu kecakapan matematis yang berperan penting dalam menunjang kesuksesan matematika. Lebih lanjut, Kilpatrick (2001:121) menjelaskan pengetahuan prosedural merupakan kemampuan yang mencakup pengetahuan mengenai prosedur, pengetahuan mengenai kapan dan bagaimana menggunakan prosedur yang sesuai, serta pengetahuan dalam membangun fleksibilitas, akurasi, serta efisiensi dalam menyelesaikan suatu masalah.

Dalam menyelesaikan soal matematika, penyelesaiannya dilakukan secara bertahap dari informasi yang ada pada soal menuju pada hasil akhir penyelesaian soalnya. Salah satu ciri pengetahuan prosedural adalah adanya urutan langkah yang akan dikerjakan yaitu sesudah suatu langkah akan diikuti langkah berikutnya. Maka dari itu, tanpa pengetahuan prosedur yang cukup, siswa akan menghadapi masalah untuk menyelesaikan soal-soal matematika atau pun

(2)

memperdalam pemahaman mereka tentang matematika. Agar tidak terjadi hambatan untuk mengembangkan aspek lainnya, siswa perlu mengasah keterampilan menggunakan prosedur.

Dalam latihan, siswa bukan hanya mengingat prosedur atau perhitungan yang mudah, tetapi memperhatikan kaitan-kaitan di antara konsep ketika menggunakan prosedur. Kilpatrick (2001:122) mengatakan bahwa ketika siswa berlatih menggunakan prosedur tanpa mereka mengerti merupakan suatu bahaya, karena akan sukar untuk memperbaikinya. Lebih lanjut lagi Kilpatrick (2001:121) mengatakan bahwa dalam mempelajari algoritma sebagai “prosedur umum”, siswa dapat memperoleh informasi tentang fakta bahwa matematika terstruktur (sangat terorganisir, diisi dengan pola, diprediksi) dan bahwa sebuah prosedur yang dikembangkan dengan hati-hati bisa menjadi alat yang ampuh untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin. Berdasarkan itulah maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan prosedural berperan penting dalam ilmu Matematika dan harus dimiliki oleh setiap siswa dalam proses pembelajaran Matematika.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luluk Khamidah di SMP Negeri 7 Kediri sebagian besar siswa lemah dalam pengetahuan prosedural. Hal ini terlihat ketika siswa berhasil menyelesaikan dengan benar masalah matematika yang sama dengan apa yang dicontohkan oleh guru, akan tetapi ketika diberi masalah baik itu sama dengan contoh atau sedikit dimodifikasi siswa selalu bertanya urutan tiap langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut kepada guru. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memahami teknik maupun prosedur dalam menyelesaikan masalah dengan benar dan siswa masih memiliki sifat ketergantungan kepada guru dalam menyelesaikan masalah.

(3)

Permasalahan inilah yang menjadi salah satu penyebab siswa kesulitan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan prosedural penting dalam pelajaran matematika. Tanpa pengetahuan prosedural matematis yang cukup, siswa sulit dalam memahami pemahaman mereka tentang matematika atau memecahkan masalah matematika dalam pembelajaran. Siswa harus fleksibel, efisien dan efektif dalam melakukan perhitungan dan pengoperasian matematika tanpa selalu harus mengacu pada alat bantu seperti kalkulator. Dalam menyelesaikan masalah dalam matematika siswa tidak hanya diminta untuk memberikan hasil akhir yang benar. Tetapi siswa dituntut lebih kreatif menggunakan keterampilan mereka untuk mencari hasil akhir yang benar sekaligus tepat dengan menggunakan prosedur atau langkah-lagkahnya. Berdasarkan hal itulah maka pengetahuan prosedural siswa penting untuk diketahui.

Selain kemampuan dan pengetahuan siswa, karakteristik dari masing-masing siswa juga merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga berpengaruh pada kegiatan belajarnya. Karakter ini telah melekat pada kepribadian siswa dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Kepribadian adalah ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang membedakannya dengan individu yang lain. Menurut Periantalo dan Azwar (2017:191) pengetahuan akan kepribadian siswa setidaknya berdampak pada tiga hal bagi pendidik. Pertama, hal ini mengingatkan pendidik akan dibutuhkan instruksi yang bervariasi. Setiap peserta didik memiliki gaya belajarnya sendiri. Gaya belajar yang bervariasi memungkinkan memenuhi berbagai gaya belajar siswa. Kedua, pendidik bisa membantu siswa untuk belajar secara efektif. Siswa

(4)

yang dapat belajar dengan efektif akan merasa nyaman dengan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada prestasi akademiknya. Ketiga, kesadaran akan perbedaan membuat pendidik menghargai peserta didik secara individu.

Kepribadian yang umumnya dikenal adalah kepribadian menurut Carl Gustav Jung (1875-1961), dimana Jung membagi kepribadian menjadi dua sikap dasar yaitu ekstrovert dan introvert dan empat fungsi terpisah yaitu sensing, intuiting, thinking, dan feeling. Untuk mempermudah memahami teori kepribadian Jung, maka sepasang Ibu dan anak, Myers dan Briggs meneliti teori kepribadian Jung dan kemudian mengembangkan teori kepribadian yang mengacu pada teori kepribadian Jung tersebut. Myers dan Briggs mengembangkan sebuah alat tes yang membuat tipologi kepribadian Carl Gustav Jung lebih mudah dipahami. Alat tes ini bernama Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah suatu inventarisasi laporan diri dengan pilihan terikat yang didasarkan pada tipologi kepribadian Jung. Pada MBTI, Myers dan Brigss menambahkan satu komponen dari 3 komponen kepribadian oleh Jung, yaitu judging-perceiving sehingga terbentuk 4 dikotomi kepribadian yaitu ekstrovert-introvert, sensing-intuiting, thinking-feeling dan judging-perceiving. Masing-masing komponen memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, hal inilah yang menjadikan siswa menjadi pribadi yang berbeda satu sama lain sehingga perlu bagi guru untuk memahami karakteristik siswa melalui tipe kepribadiannya.

Salah satu tipe kepribadian yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural adalah tipe kepribadian Judging. Hal ini dikarenakan tipe kepribadian Judging merupakan tipe kepribadian yang memiliki karakteristik sebagai individu yang

(5)

sangat menyukai hal-hal yang sesuai dengan aturan, terstruktur, dan teratur. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Quenk (2009:8) bahwa orang-orang yang mempunyai tipe kepribadian judging adalah orang yang teratur, terstruktur, secara efektif bekerja sesuai jadwal, dan sesegera mungkin mengerjakan tugasnya. Lebih lanjut, Puji dan Ahmad (2016:294) mengatakan bahwa tipe kepribadian Judging memiliki otak yang lebih teratur daripada karakteristik kepribadian lainnya. Karakteristik dari kepribadian Judging inilah yang memiliki kaitan dengan pengetahuan prosedural, di mana pengetahuan prosedural itu sendiri merupakan kemampuan mengenai pengetahuan tentang prosedur yang di dalamnya berisikan langkah-langkah yang terurut dan sistematis. Hal ini sesuai dengan karakteristik kepribadian Judging yang menyukai hal-hal yang terstruktur. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan prosedural tipe kepribadian Judging maka dilakukanlah penelitian mengenai bagaimana pengetahuan prosedural yang dimiliki oleh kepribadian Judging. Penelitian ini dapat diujikan dengan menggunakan soal materi sistem persamaan linear dua variabel.

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah salah satu materi matematika yang dipelajari di SMP. Materi ini merupakan salah satu materi yang memerlukan ketelitian dan langkah-langkah terurut serta tepat dalam pengerjaan soalnya. Menyelesaikan permasalahan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel khususnya dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dengan membuat pemisalan (mengubah kata-kata menjadi simbol matematika yang mudah dipahami), membuat model matematika dalam bentuk persamaan, menyelesaikannya dengan metode grafik, substitusi, eliminasi, atau campuran dengan menggunakan konsep operasi pada bilangan bulat, dan kemudian membuat kesimpulan. Kegiatan

(6)

langkah demi langkah tersebut merupakan beberapa prosedur matematika. Dengan demikian materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel memerlukan pengetahuan prosedural dalam menyelesaikan soalnya dan dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan prosedural tipe kepribadian Judging.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengetahuan Prosedural Siswa Tipe Kepribadian Judging Dalam Menyelesaikan Soal Materi SPLDV di Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Jambi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana pengetahuan prosedural siswa tipe kepribadian Judging dalam menyelesaikan soal materi SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan prosedural siswa tipe kepribadian Judging dalam menyelesaikan soal materi SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Jambi. 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menganalisis pengetahuan prosedural siswa. Hasil dari penelitian ini dapat

(7)

bermanfaat sebagai langkah untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang sejenis.

2. Manfaat secara praktis

a. Guru, yaitu memperoleh informasi mengenai sejauh mana pengetahuan prosedural siswa bertipe kepribadian Judging dalam menyelesaikan soal materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

b. Siswa berkepribadian Judging dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan proseduralnya dalam menyelesaikan soal materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

c. Peneliti, yaitu dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menganalisis pengetahuan prosedural siswa bertipe kepribadian Judging dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

d. Pembaca, yaitu sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan penelitian yang sejenis.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil penguji analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2.102337 yang lebih besar dari nilai t tabel 1,66159 (negatif diabaikan) dengan

Galor dan Zeira (1993) menyatakan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi terkait dengan keikutsertaan yang lebih besar dalam pendidikan tingkat menengah/lanjutan; (6)

Pada dasarnya metode ini merupakan sebuah strategi menurunkan kematian balita melalui tiga komponen utama, yaitu dengan meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan,

Gambar 3.22 Kurva log yang menunjukkan flooding surface dengan bidang tegas, terjadi perubahan nilai yang mendadak pada log densitas.

Teknologi informasi (TI) yang diatur oleh suatu organisasi merupakan suatu proses untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi agar dapat mencapai tujuannya dengan

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Pertambangan Kabupaten Pangkep, Bapedalda Pangkep, Bappeda Pangkep, Dinas Tata Ruang Pangkep dan Biro Hukum; kategori ber- pengaruh (PL) antara lain Bappeda Provinsi dan DPRD

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,