• Tidak ada hasil yang ditemukan

angka permanganat.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "angka permanganat.doc"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

MODUL IV

MODUL IV

ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI)

ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI)

KELOMPOK 5 KELOMPOK 5

D

Deewwi i RRiirriin n SSiihhoottaanngg ((00880066333388662266)) F

Faarriiss ((00880066445599442255)) F

Faarrlliissa a ZZaahhrraa ((00880066333388667700)) F

Fiittrriiaanna a KKuussuumma a WW.. ((00880066333388770011))

T

Taannggggaal Pl Prraakkttiikkuumm : : SSeenniinn, , 5 5 AApprriil 2l 2001100 A

Assiisstteen n PPrraakkttiikkuumm : : GGaarrrry y RR..PP T

Taannggggaal l DDiisseettuujjuuii ::  Nilai

 Nilai ::

P

Paarraaf f AAssiisstteenn ::

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK  FAKULTAS TEKNIK  UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 DEPOK 2010

(2)

ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI)

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mengukur kandungan zat organik pada sampel air.

II. BAHAN DAN PERALATAN

a. Bahan

1. Asam sulfat, H2SO4yang bebas zat organik  2. Kalium permanganat, KMNO40,1 N

3. Kalium permanganat, KMNO40,01 N 4. Asam oksalat, (COOH)2.2H2O 0,1 N 5. Asam oksalat 0,01 N b. Peralatan 1. Erlenmeyer 300 mL 2. Stopwatch 3. Pemanas listrik   4. Gelas ukur 5 mL

5. Pipet ukur 10 mL dan 100 mL 6. Buret 25 mL

(3)

III. CARA KERJA

1. Pipet 100 mL contoh/sampel kemudian memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 300 mL dan menambahkan 3 butir batu didih

2. Menambahkan KMnO4 0,01 N beberapa tetes ke dalam

contoh/sampel hingga terjadi warna merah muda

3. Menambahkan 5 mL asam sulfat 8 N bebas zat organik 

4. Memanaskannya di atas pemanas listrik pada suhu 105oC ± 2oC. Bila

terdapat bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit

5. Pipet 10 mL larutan baku KMnO40,01 N

6. Memanaskannnya hingga mendidih selama 10 menit

7. Pipet 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N

8. Titrasi dengan kalium permanganat 0,01 N hingga warna merah muda

9. Mencatat volume pemakaian KMnO4.

IV. DASAR TEORI

Tingginya zat organik dalam air akibat dapat diakibatkan oleh masuknya  berbagai bahan organik ke dalam badan air, misalnya daun, ranting pohon, hewan

mati, dan lain-lain. Selain itu dapat juga disebabkan oleh pencemaran dari industri seperti industri kertas, pembuatan tepung, dan lain-lain. Adanya zat organik yang melebihi dari yang disyaratkan berarti menunjukkan adanya  pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut. Zat organik merupakan makanan mikroorganisme yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan, sehingga membahayakan masyarakat yang menggunakannya. Zat organik dapat pula mengganggu proses pengolahan, disamping menyebabkan air menjadi keruh atau  berwarna, memberikan rasa, bau yang tak sedap akibat penguraian zat organik,

(4)

Senyawa organik adalah senyawa yang terdiri dari atom C, H, O, N, S, P dan X, dengan atom karbon sebagai tulang punggungnya, dan atom lain akan  berikatan dengan atom karbon melalui ikatan kovalen. Senyawa organik di dalam

air banyak sekali jenisnya dari mulai senyawa organik dengan rantai karbon yang pendek (seperti trihalometan, metanol) sampai rantai panjang (karbohidrat, asam humat, dan sebagainya). Jenis dan banyak senyawa organik  sangat tergantung dari sumber pencemarnya.

 Nilai permanganat merupakan jumlah milligram kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi organik dalam 1000 mL air pada kondisi mendidih (SNI 06-6989.22-2004). Sedangkan larutan induk kalium permanganat (KMnO4) merupakan larutan yang mempunyai normalitas kalium permanganat KMnO4 0,1 N yang digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah dengan cara diencerkan dengan air suling sampai normalitas 0,01 N. Pengukuran angka permanganat adalah pengukuran zat organik dalam air, dimana zat organik di dalam air dioksidasi oleh oksidator kuat KMnO4 pada suhu mendidih (105oC ± 2 oC) selama 10 menit. KMnO4 merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator. Mangan (VII) berwarna ungu kuat sedangkan mangan (II) tidak berwarna. Dalam suasana asam ion  permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II), sesuai reaksi:

MnO4- + 8H++ 5e <======> Mn2+ + 4H2O

Untuk pengasaman larutan sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat terjadi kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini akan mengakibatkan larutan permanganat dalam jumlah berlebihan. Semakin  banyak zat organik di dalam air maka akan semakin banyak oksidator  KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik. Pengukuran zat organik secara agregat (umum) ditujukan untuk mengetahui konsentrasi zat organik di dalam air secara umum, tanpa mengetahui jenis senyawanya. Dasar   pengukuran secara agregat adalah berdasarkan sifat atau karakteristik senyawa

(5)

Metode yang digunakan dalam pengukuran angka permanganat ini adalah titrasi parmanganometri. Prinsip pengukurannya adalah zat organik di dalam air  dioksidasi oleh KMnO4 0,01 N berlebihan dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO4 kemudian akan direduksi oleh asam oksalat berlebihan. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO40,01 N sampai titik  akhir berwarna merah muda seulas. Reaksi yang terjadi adalah:

2KMnO4+ 5H2C2O4+ 3 H2SO4 2MnSO4+ K 2SO4+ 3H2O + 3On (COOH)2+ On 2CO2+ H2O

Zat organik bisa terdapat dimana saja, oleh karenanya sebelum melakukan  pengukuran zat organik pada sampel, terlebih dahulu dilakukan pembebasan zat organik yang terdapat pada labu erlenmeyer yang akan digunakan pada  pengukuran zat organik sampel. Pembebasan zat organik pada labu erlenmeyer 

ini bertujuan agar ketika pengukuran dilakukan, hasil yang didapatkan merupakan hasil murni zat organik yang terdapat dalam sampel.

V. DATA PERCOBAAN

Jenis Sampel Volume Titrasi Perubahan Warna Air Danau Mahoni UI 5,8 mL Bening menjadi merah

muda

VI. PENGOLAHAN DATA

Massa ekivalen/berat setara KMnO4= Mr 158 31,6 valensi = 5 =

(6)

ekivalen Vs×Ns = Vk×Nk  Vk×Nk  Ns = Vs n Vk×Nk  = V Vs gram Vk×Nk   =  berat setara V Vs

gram Vk Nk berat setara = V Vs miligram V = V × × × 4 k Nk berat setara 1000 Vs 5,8 0,01 31,6 1000 mg KMnO = L 100 mg = 18,328 L × × × × × × Keterangan: Vs = volume sampel  Ns = normalitas sampel

Vk = volume KMnO4yang dibutuhkan saat titrasi  Ns = normalitas KMnO4

VII. ANALISA

a. Analisa Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengukur kandungan zat organik pada sampel air. Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu harus mempersiapkan alat. Alat yang digunakan harus benar-benar bersih dan tidak terdapat sisa-sisa dari zat lain. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi reaksi yang tidak diinginkan dan hasilnya menjadi lebih akurat, yakni hasil yang didapatkan merupakan hasil murni zat organik yang terdapat dalam sampel.

(7)

Percobaan diawali dengan mempersiapkan 100 mL air sampel, yakni air  yang diambil dari Danau Mahoni Universitas Indonesia dalam sebuah tabung Erlenmeyer yang memiliki kapasitas 300 mL. Kemudian dimasukkan batu didih. Batu didih ini berfungsi untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen  pada seluruh bagian larutan pada saat larutan dipanaskan di atas pemanas listrik 

selama 10 menit. Selain itu, batu didih juga berfungsi untuk menghindari titik  lewat didih. Pada beberapa kasus, air tidak mendidih pada suhu 100 C, sehingga ketika pada saat mendidih, terjadi letupan atau ledakan (bumping ). Jadi fungsi  batu didih disini adalah agar larutan tersebut dapat mendidih dan menguap pada

suhu yang seharusnya. Kemudian dimasukkan KMnO4 0,01 N dengan

menggunakan pipet tetes hingga muncul warna merah muda pada larutan. Setelah itu larutan ditambahkan asam sulfat 8 N yang bebas zat organik sebanyak 5 mL. Larutan kemudian dipanaskan di atas pemanas listrik pada suhu 105oC ± 2 oC dengan tujuan untuk mempercepat reaksi. Pada saat dipanaskan apabila terdapat  bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit. Adanya bau H2S menandakan  proses oksidasi sedang berlangsung. Proses tersebut akan optimal apabila  berlangsung dalam keadaan panas dan asam. Ketika larutan sudah hampir 

mendidih ditambahkan 10 mL larutan KMnO4. Penambahan KMnO4 ini

menyebabkan larutan berwarna ungu pekat. KMnO4 diberi berlebih dengan tujuan mengoksidasi zat organik yang terkandung di dalamnya dan sisa KMnO4 yang ada nanti dapat direduksi oleh asam oksalat. Kemudian dilakukan  pemanasan lagi hingga tepat 10 menit.

Setelah pemanasan selesai ditambahkan 10 mL larutan asam oksalat 0,01  N. Pemberian asam oksalat disini bertujuan untuk mereduksi sisa KMnO4 yang  berlebih. Penambahan larutan asam oksalat ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi bening. Titrasi dengan KMnO4 dilakukan terhadap sampel air  tersebut hingga asam oksalat habis dan larutan berubah warna menjadi merah muda seulas. Selanjutnya dicatat banyaknya larutan KMnO4 yang digunakan. Banyaknya larutan KMnO4 yang digunakan ini disebut dengan volume titrasi, dimana volume titrasi ini akan digunakan untuk perhitungan pemeriksaan zat organik yang terdapat pada sampel air.

(8)

b. Analisa Hasil

Hasil percobaan yang didapat menunjukkan kandungan KMnO4 sebesar 

18,328 mg/L. Kadar zat organik (KMnO4) maksimum yang diperbolehkan untuk 

air baku air minum adalah 10 mg/L (PP No. 20 tahun 1990). Hal ini menunjukkan  bahwa sumber air dimana sampel diambil, yakni air Danau Mahoni Universitas

Indonesia, tidak dapat dijadikan sebagai air baku untuk air minum karena dapat membahayakan kesehatan akibat banyaknya pembusukan oleh bakteri dengan oksigen terlarut.

Banyaknya kandungan zat organik di danau tersebut dapat diakibatkan oleh pembuangan limbah, terutama limbah organik, dari fakultas-fakultas yang  berdekatan dengan danau tersebut. Limbah organik adalah sisa atau buangan dari  berbagai aktifitas manusia seperti rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan,  pertanian dan perikanan yang berupa bahan organik, yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya. Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi, dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan, sedangkan bentuk lainnya berada di  badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Dimanapun limbah organik   berada, jika tidak dimanfaatkan oleh fauna perairan lain, seperti ikan, kepiting,  bentos dan lainnya, maka akan segera dimanfaatkan oleh mikroba, baik mikroba aerobik (mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen), mikroba anaerobik  (mikroba yang hidupnya tidak memerlukan oksigen), dan mikroba fakultatif  (mikroba yang dapat hidup pada perairan aerobik dan anaerobik).

Di Danau Mahoni, fauna perairan terutama ikan, sudah berkurang karena  banyak yang telah dieksploitasi dari danau tersebut. Banyak warga yang  berdatangan untuk mengambil ikan dari danau-danau yang ada di Universitas Indonesia baik dengan cara memancing ataupun menjala. Padahal di Universitas Indonesia telah dibuat peraturan untuk tidak memancing di danau tersebut karena ikan-ikan tersebut memang sengaja dibudidayakan. Karena kurangnya ikan, kebanyakan limbah organik yang ada di badan air aerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik. Semakin banyak limbah organik yang

(9)

masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan makin besar pula kebutuhan oksigen  bagi mikroba yang mendekomposisi, bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen terlarut bisa menjadi nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen. Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif. Aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru  juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa

lainnya seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfida (H2S), amin, dan

komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak  sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah

disinyalir bahwa NH3dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi

tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan. Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air menghasilkan CO2dan NH3 yang siap dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton)

untuk aktifitas fotosintesis. Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik  di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Apabila kadar oksigen terlarut (DO) rendah, air tersebut telah tercemar. Tingginya kadar zat organik (KMnO4) pada percobaan ini juga menunjukkan bahwa air 

danau tersebut mengalami pencemaran. c.Analisa Kesalahan

Dalam melakukan percobaan ini, dapat terjadi beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil percobaan. Berbagai kesalahan tersebut dapat terjadi karena:

• Pemberian kadar KMnO4 dengan pipet tetes yang kurang akurat

• Pemberian kadar asam sulfat, KMnO4, dan asam oksalat dengan

 pipet ukur yang kurang akurat

• Pendidihan dihentikan pada saat bau H2S masih tercium dari

(10)

• Pemberian KMnO4 pada saat titrasi yang kurang akurat.

VIII.KESIMPULAN

• Angka permanganat adalah jumlah milligram kalium permanganat

yang dibutuhkan untuk mengoksidasi organik dalam 1000 mL air pada kondisi mendidih

• Angka permanganat menunjukkan kadar zat organik yang terdapat

 pada air sampel

• Hasil percobaan yang didapat menunjukkan kandungan KMnO4 sebesar 18,328 mg/L

• Kandungan KMnO4 yang didapat melalui percobaan lebih dari

kandungan KMnO4 yang diperbolehkan untuk air baku air minum,

yakni 10 mg/L (PP No. 20 tahun 1990)

• Tingginya kadar zat organik (KMnO4) pada percobaan ini juga

menunjukkan bahwa air danau tempat sampel diambil telah mengalami  pencemaran.

IX. REFERENSI

[1] Wiro Alex (2009). Kuliah: Titrasi Parmanganometri. Diakses 10 April 2010, dari Wiro-Pharmacy

http://wiro-pharmacy.blogspot.com/2009/02/kuliah-titrasi- permanganometri.html

[2] Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1990 Diakses 10 April 2010, dari Penataanruang

(11)

http://www.penataanruang.net/taru/nspm/PP_No20-1990.pdf 

[3] SKIMA-ters (2008). Dekomposisi Zat Organik  Diakses 10 April 2010, dari smk3ae

http://smk3ae.wordpress.com/2008/11/12/dekomposisi-zat-organik/

Referensi

Dokumen terkait

yang ditambahkan serta volume larutan yang tak diketahui yang digunakan pada titrasi, bersama dengan konsentrasi larutan standard,maka kita akan bisa menghitung.. konsentrasi

Dari pengukuran zat organik pada air minum dan air bersih dengan menggunakan metode titrasi permanganometri dimana titik akhir ditandai dengan berubahnya warna larutan dari

Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika

Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika

Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika

Analisa titrimetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang

Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik ialah titrasi, yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya

Pada pengujian HCO - ini menggunakan metode titrasi asidimetri yaitu titrasi dengan menggunakan larutan baku yang bersifat dalam penetapan kadar suatu zat yang bersifat asam kemudian