• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir pemerintah menerapkan kebijakan zero growth dalam alokasi penerimaan pegawai negeri sipil [1]. Zero Growth merupakan kebijakan pengembangan personel dengan jumlah tetap, penambahan personel setiap tahun dilakukan untuk menggantikan personel yang susut alamiah/non alamiah dan pindah golongan. Akibat penerapan kebijakan ini banyak instansi yang tidak dapat merekrut pegawai baru sebelum ada pegawai yang pensiun.

BATAN pun terkena imbas dari kebijakan ini. Dalam Renstra BATAN 2010-2014 ditulis rekruitmen SDM yang terjadi pada 10 tahun terakhir ini kurang optimal karena adanya kebijakan zero growth, yang kemudian diindikasikan dapat mengakibatkan jurang kemampuan antar generasi [2].

Penerapan kebijakan ini menyebabkan beberapa satuan kerja di BATAN memiliki sumber daya manusia dengan rentang usia yang cukup jauh. Tabel 1.1 memperlihatkan rekapitulasi sebaran pegawai BATAN berdasarkan kelompok usia dan unit kerja. Dari data tersebut dapat terlihat akumulasi pegawai BATAN paling banyak berada pada rentang usia 46-55 tahun. Sementara itu tidak sedikit pula pagawai BATAN yang mendekati masa pensiun yaitu 361 pegawai yang berada pada rentang usia 56-65 tahun. Banyak pengetahuan dari pakar nuklir senior yang akhirnya hilang dan terbawa pergi ketika mereka pensiun ataupun keluar dari BATAN tanpa sempat di wariskan terlebih dahulu. Pengetahuan yang tersimpan di dalam setiap individu akan ikut berpindah bersama dengan pemiliknya apabila tidak terdokumentasikan dengan baik [3].

(2)

Tabel 1.1 Rekapitulasi sebaran pegawai BATAN berdasarkan kelompok usia dan unit kerja. Keadaan 16 Oktober 2014

No. Unit Kerja Kelompok Umur (Tahun)

26-35 36-45 46-55 56-65

1 Sekretariat Utama 45 58 128 19

2 Deputi SATN (Sains dan Teknologi Bahan Maju) 179 110 533 186 3 Deputi TEN (Teknologi Energi Nuklir) 85 113 378 83 4 Deputi PTN (Pendayagunaan Teknologi Nuklir) 101 146 416 58

5 Unit Kerja Khusus 39 18 125 15

Jumlah : 449 445 1580 361 Sumber : SIK (Sistem Informasi Kepegawaian) BATAN

Guna melaksanakan program dan kegiatannya, BATAN memiliki 2835 orang pegawai dan memanfaatkan sumber daya manusia yang tersedia dengan tingkat pendidikan yang ditampilkan pada Tabel 1.2. Dari data tingkat pendidikan terlihat pegawai terakumulasi pada jenjang pendidikan S1. Sementara jenjang pendidikan S3 dan S2 hanya 14,25% dari total pegawai BATAN. Guna meningkatkan sumber daya manuasia, BATAN melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan, menyediakan beasiswa bagi karyasiswa baru sebanyak 14 orang program S2/S3. Angka ini relatif sedikit dengan melihat pegawai BATAN yang memiliki jenjang pendidikan S1 sebanyak 842 orang. Perlu dipikirkan cara meningkatkan sumber daya manusia melalui jenjang non-formal.

Tabel 1.2 Rekapitulasi sebaran pegawai BATAN berdasarkan pendidikan dan kedeputian. Keadaan 16 Oktober 2014

No. Kedeputian Tingkat Pendidikan

S3 S2 S1 DIV DIII < DIII

1 SEKUT 4 15 100 5 45 81

2 Dep. SATN 52 134 272 63 122 365

3 Dep. TEN 26 79 185 42 69 258

4 Dep. PTN 10 53 223 47 80 308

5 Unit Kerja Khusus 3 28 62 26 22 56

Jumlah : 95 309 842 183 338 1068 Sumber : SIK (Sistem Informasi Kepegawaian) BATAN

Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan keahliannya, 1105 orang pegawai meniti karir di 31 jabatan fungsional. Gambar 1.1 memperlihatkan profil

(3)

pejabat fungsional terakumulasi pada rentang usia 46-55 tahun, dan tidak sedikit pejabat fungsional yang berada pada rentang usia mendekati pensiun yaitu rentang usia 56-65 tahun sebanyak 263 orang. Hal ini seharusnya mendapat perhatian khusus, pengetahuan dari para fungsional senior harus dapat diwariskan kepada generasi penerusnya sebelum mereka pensiun.

Gambar 1.1 Profil Pejabat Fungsional BATAN

Berdasarkan data pada Gambar 1.1 juga dapat terlihat pejabat fungsional didominasi oleh jenjang pendidikan S1. Pejabat fungsional dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus mampu berbagi pengetahuannya. Gambar 1.2 memperlihatkan grafik pejabat fungsional di BATAN. Jabatan fungsional di BATAN di dominasi oleh peneliti (31%), kemudian diikuti oleh pranata nuklir terampil (25%) dan pranata nuklir ahli (17%). Karir pada jabatan fungsional ini membutuhkan kerjasama yang baik antar jenjang jabatannya. Sebagai contoh seorang pranata nuklir terampil membutuhkan bimbingan dari pranata nuklir ahli. Keadaan ini membutuhkan suatu budaya untuk berbagi pengetahuan. Perlu dipikirkan cara berbagi dan mengembangkan pengetahuan.

110

5

Usia Juml ah --- 26 – 35 112 36 – 45 141 46 – 55 589 56 – 65 263 --- 110 5 Pendidikan Jumlah --- S3 112 S2 141 S1 589 <S1 263 --- 1105

(4)

Gambar 1.2 Grafik Pejabat Fungsional BATAN

Saat ini BATAN mengandalkan pelatihan dan coaching untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan SDM. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan penyesuaian sikap seseorang terhadap tugas-tugas yang ditangani. Sedangkan coaching adalah proses pengarahan yang dilakukan atasan/senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada bawahannya tentang realitas di tempat kerja dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang optimal [4]. Kegiatan coaching dapat membantu diseminasi pengetahuan tacit [3] [5] [6].

Berbagi pengetahuan dengan menggunakan dua cara tersebut memiliki beberapa kelemahan, diantaranya peserta yang terbatas dan ada dana tambahan yang harus dikeluarkan. Pewarisan pengetahuan melalui dua cara ini juga tidak terdokumentasi dengan baik. Sebagai contoh banyak hasil diskusi yang tidak dituliskan dalam bentuk dokumen, sehingga tidak terjadi perubahan dari pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit. Hal ini menyebabkan pemanfaatan menjadi tidak maksimal, hanya berimbas pada peserta pelatihan dan coaching saja.

(5)

Penyebaran pengetahuan eksplisit di BATAN dilakukan dengan cara publikasi hasil penelitian ke jurnal ilmiah. Namun sayangnya hasil penelitian para pakar nuklir yang sudah dalam bentuk dokumen ini belum disimpan dalam satu lokasi penyimpanan, sehingga seringkali para peneliti junior mengalami kesulitan untuk mengakses pengetahuan eksplisit tersebut. Artinya belum adanya sistem preservasi pengetahuan. Setiap pegawai belum mempunyai hak yang sama dalam memperoleh data yang sama akan suatu subjek.

BATAN sebagai suatu lembaga penelitian dan pengembangan harus sepenuhnya sadar bahwa aset utama dari BATAN agar mampu bersaing adalah aset intelektual atau pengetahuan dan bukan aset kapital. Oleh kerena itu, preservasi pengetahuan merupakan hal yang penting untuk dilakukan guna mempertahankan eksistensinya dalam menciptakan keunggulan kompetitif diantara lembaga litbang lainnya. Hanya organisasi yang memiliki keunggulan kompetitif yang akan bertahan, mampu memenangkan persaingan serta meraih peluang untuk berkembang. Kegagalan dalam menciptakan keunggulan kompetitif dapat menyebabkan kemuduran organisasi.

Banyak organisasi yang telah menyadari akan pentingnya pewarisan pengetahuan. Mereka menganggap pengetahuan sebagai aset dari organisasi. Salah satu cara untuk mengelola pengetahuan adalah dengan membangun

Knowledge Management System, selanjutnya disebut KMS. KMS merupakan

suatu sistem informasi yang diterapkan untuk mengelola pengetahuan di dalam organisasi [7]. KMS melibatkan proses memperoleh, mengumpulkan, mengatur, menyebarluaskan dan berbagi pengetahuan diantara orang-orang di dalam sebuah organisasi [8]. KMS membuat aktivitas berbagi pengetahuan menjadi lebih terpercaya, efektif dan efisien sehingga dapat memberi nilai tambah bagi organisasi [9].

Seseorang yg mempunyai pengetahuan yang luas atau senior dapat melakukan transfer pengetahuan kepada orang lain atau juniornya. Hal ini dalam rangka menjaga kesinambungan ketersediaan tenaga yang kompeten. Hal ini juga untuk mencegah adanya kesenjangan pengetahuan antargenerasi. Selain itu, berbagi pengetahuan atau pengalaman akan memberikan pembelajaran baru

(6)

terhadap suatu pemecahan masalah. Salah satu komponen dalam manajemen pengetahuan adalah berbagi pengetahuan. Maka, dengan adanya manajemen pengetahuan, kualitas sumber daya manusia akan tetap terjaga dan selalu terbaharui dengan pegetahuan dan cara pemecahan masalah yang baru [10].

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, pengetahuan yang dimiliki oleh BATAN belum terdokumentasi dengan baik. Dan bila ada yang sudah terdokumentasi, misalnya saja dalam bentuk publikasi hasil penelitian, publikasi tersebut masih tersebar dalam berbagai media penyimpanan, sehingga sulit diakses dan disingkronisasi. Hal ini membuat pengelolaan pengetahuan menjadi kurang efektif. Oleh karena itu BATAN harus mengintegrasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam satu media penyimpanan sehingga mudah diakses dan disinkronisasi kapan saja dan dimana saja [3]. Konteks kapan saja dan dimana saja dapat dicapai dengan membangun KMS berbasis web [7].

KMS perlu dibangun di BATAN guna meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan aset intelektual. Implementasi KMS dapat saja dilakukan dengan memanfaatkan produk-produk yang sudah ada di pasar. Beberapa produk yang dapat dimanfaatkan dalam implementasi KMS misalnya saja Microsoft SharePoint dan Content Management System (CMS) seperti Drupal Wiki ataupun Wiki Engine. Adapun kekurangan dari KMS yang memanfaatkan produk ini, KMS tersebut hanya menekankan pada proses penciptaan, penyimpanan, serta penyajian pengetahuan dan kurang mempertimbangkan faktor interaksi dan kolaborasi antara kontributor dan pencari pengetahuan. Penelitian ini akan merancang sebuah KMS iptek nuklir yang juga mempertimbangkan faktor tersebut. KMS dirancang dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi pengelolaan pengetahuan pada arsitektur KMS terpusat. Dimana arsitektur KMS terpusat memperhatikan tujuh permasalahan yaitu: pencarian pengetahuan; presentasi pengetahuan; publikasi dan penyusunan pengetahuan; perolehan pengetahuan, komunikasi dan kerjasama pengetahuan; pelatihan berbasis pengetahuan; dan administrasi dari KMS.

(7)

1.2 Perumusan Masalah

BATAN saat ini belum memiliki sarana berbagi pengetahuan, khususnya dalam hal pewarisan pengetahuan dari pakar nuklir senior kepada penerusnya. Hal ini dapat menyebabkan gagalnya preservasi pengetahuan iptek nuklir yang pada akhirnya dapat berimbas pada kemunduran BATAN. Di samping itu pengetahuan yang dimiliki juga belum terdokumentasi dengan baik dan masih tersebar dalam berbagai media penyimpanan sehingga sulit diakses dan disinkronisasi. KMS yang tersedia di pasar umumnya hanya menekankan pada proses penciptaan, penyimpanan, dan penyajian pengetahuan serta kurang mempertimbangkan proses interaksi dan kolaborasi antara kontributor dan pencari pengetahuan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merancang Knowledge Management System yang dapat digunakan untuk mengelola pengetahuan yang ada di BATAN, khususnya dalam hal preservasi iptek nuklir guna mengatasi kesenjangan pengetahuan antargenerasi. KMS yang dirancang memiliki spesifikasi yang mendukung fungsi integratif, interaktif dan penjembatan. Ketiga fungsi tersebut selain memfasilitasi proses penciptaan, penyimpanan, dan penyajian pengetahuan juga mempertimbangkan proses interaksi dan kolaborasi.

1.4 Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan KMS telah banyak dilakukan. Matayong dan Mahmod [11] melakukan kajian pustaka tentang KMS di organisasi dalam kurun waktu 2003-2010. Sebagian besar penelitian tentang KMS didasari teori tradisional dan model konvensional dari adopsi, penerimaan, dan difusi untuk mengetahui dampak dari KMS di organisasi. Penelitian ini mengungkapkan sebagian besar penelitian tentang KMS berfokus pada isu tentang tingkat penerimaan dari sistem, kemudian diikuti oleh difusi dan adopsi, sementara penelitian tentang implementasi masih minim. Namun ada beberapa penelitian tentang implementasi KMS yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan rujukan.

(8)

Pramudhiarta [12] melakukan penelitian tentang penerapan KMS berbasis web di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan sebuah KMS yang mampu mengelola, mengolah, dan menganalisis data sejarah kejadian bencana yang ada di Indonesia. Pengembangan KMS ini menggunakan data sejarah bencana di Indonesia yang telah terjadi selama 15 tahun (1997-2012) serta dokumen yang berkaitan dengan penanggulangan bencana yang pernah dilakukan oleh BNPB melalui kegiatan tanggap darurat bencana. Hasil penelitian berupa desain fungsional sistem yang digambarkan dalam use case diagram, data flow diagram (DFD), class diagram, entity relationship diagram (ERD). Desain system tersebut kemudian diterapkan dalam KMS berbasis web yang meliputi dua hal, yaitu menu wiki dan menu data. Menu wiki memanfaatkan content management system (CMS) dari drupal yang disebut drupal wiki. Sedangkan pengembangan menu data dilakukan dengan memodifikasi system DesInventar yang sudah ada, yaitu perangkat lunak open

source berupa konsep dan metodologi dalam membangun basis data kerugian,

kerusakan, dan dampak lainnya yang disebabkan oleh bencana.

Sementara itu Laksono [13] melakukan penelitian tentang perancangan KMS di BPK yang bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi pemeriksa dalam pemeriksaan laporan keuangan. Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahap pertama berupa analisis strategi yang bertujuan untuk mengetahui apakah strategi Knowledge Management selaras dengan strategi bisnis secara keseluruhan. Tahap kedua adalah analisis terhadap pengetahuan yang sudah ada di BPK, setelah itu dilakukan identifikasi terhadap pengetahuan yang menjadi prioritas dan kebutuhan utama untuk dikelola. Dan tahap terakhir adalah perancangan sistem berdasarkan atas prioritas dan alur pengetahuan yang terjadi di organisasi. Hasil penelitian berupa rancangan sistem yang digambarkan dalam bentuk alur sistem dan fungsionalitas sistem yang dituangkan dalam diagram UML yang terdiri dari diagram use case, diagram activity, dan diagram sequence. Sedangkan untuk perancangan basis data tergambar dalam entity relationship

(9)

Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati [10] menjelaskan tentang implementasi knowledge management pada badan pemerintah sektor minyak dan gas bumi dengan studi kasus di BPMIGAS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis dan kualitas pengetahuan yang diperlukan, mengetahui kualitas pembelajaran, mengetahui kualitas proses pengetahuan, serta mengetahui cara membagi pengetahuan. Penelitian dilakukan melalui studi literatur dan survei. Hasil dari penelitian berupa rekomendasi terhadap isi dan arah serta implementasi manajemen pengetahuan di BPMIGAS. Rekomedasi tersebut meliputi struktur organisasi, leadership, bagaimana mengakuisisi pengetahuan,

storing, serta leveraging.

Mulyono, dkk [3] membangun sebuah pemodelan KMS di perusahaan manufaktur. Metode yang digunakan berupa penilaian kuantitatif dalam mengukur kesuksesan KMS yang telah ada kemudian diikuti oleh survei kualitatif untuk mendapatkan informasi tambahan guna menyusun analisis kesenjangan pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dengan strategi yang diterapkan. Berdasarkan KMS yang telah ada, hasil survei, observasi lapangan serta diskusi sebuah model KMS kemudian dikembangkan. Mulyono menggunakan arsitektur yang dikemukakan oleh Maier [14] sebagai acuan dari pemodelan KMS di perusahaan manufaktur tersebut. Model KMS yang diusulkan kemudian di evaluasi dengan menggunakan kuisioner untuk memastikan kualitas dan kegunaannya.

Abdullah, dkk [8] mengusulkan sebuah portal KMS terdistribusi di lingkungan organisasi pembelajaran. Model dan komponen dari portal KMS yang diusulkan diharapkan dapat membantu organisasi meningkatkan produktivitas dan kualitas guna memperoleh pengembalian investasi. Metodologi penelitian berupa studi literatur yang diikuti oleh penyebaran kuisioner dan wawancara terhadap

community of practice (CoP) di lingkungan organisasi pembelajaran. Pertanyaan

dalam kuisioner menekankan pada element apa yang paling relevan untuk diterapkan dalam sebuah portal KMS. Elemen utama yang menjadi pertimbangan dalam perancangan portal KMS ini berupa strategi KMS, arsitektur KMS,

(10)

fungsionalitas KMS yang dapat mendukung kerjasama diantara para CoP, serta pengukuran unjuk kerja KMS. Hasil dari penelitian ini berupa model KMS yang diusulkan, fungsionalitas KMS serta arsitekturnya, infrastruktur serta teknologi KMS, persoalan KMS, Audit KMS.

Li [15] dalam penelitiannya mengusulkan sebuah model KM yang berguna dalam mengatasi permasalahan seputar knowledge sharing dan knowledge

creation dalam sebuah organisasi. Metode penelitian berupa studi pustaka dan

diskusi dengan para ahli. Langkah pertama yang dilakukan adalah identifikasi kelemahan dari model KM yang berorientasi pada teknologi. Dimana model ini memiliki kelemahan dalam hal knowledge sharing dan knowledge creation. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan teori tentang KM berbasis weblog dan mengusulkan model KM berbasis weblog yang lebih sistematis dan praktis dalam implementasinya. Model KM berbasis weblog ini kemudian didiskusikan dan ditemukan kelemahan berupa ketidaklengkapan dalam knowledge capturing serta pengelolaan yang tidak terkontrol. Hasil akhir dari penelitian ini berupa model KM berbasis weblog dua arah yang mengkombinasikan model KM berorientasi teknologi dengan model KM berbasis weblog.

Salah satu inisiasi penerapan knowledge management adalah dengan membangun knowledge base seperti yang dilakukan oleh Kusumasari [16] pada PT Pupuk Kaltim, Tbk. Kusumasari membangun sebuah human readable

knowledge base untuk operasional pabrik. Metodologi untuk membangun knowlwdge base tersebut dilakukan dengan cara knowledge capture, knowledge codification, dan kemudian dibangun knowledge base dengan menggunakan wiki engine. Wiki engine yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan industry kimia,

yaitu Twiki engine. Adapun manfaat wiki dalam penelitian ini yang berhubungan dengan operasional pabrik adalah meningkatkan efisiensi pabrik sehingga target produksi tercapai. Tabel 1.3 merupakan ringkasan keaslian penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya.

(11)

Tabel 1.3 Ringkasan Keaslian Penelitian

Peneliti, Judul, Tahun Tujuan, Metode, Hasil Penelitian Perbedaan

Narwawi Pramudhiarta; Penerapan Knowledge

Management System Berbasis

Web Sebagai Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Dalam Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia : Studi Kasus di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB);

2014.

Tujuan : menerapkan sebuah KMS yang mampu mengelola, mengolah, dan menganalisis data sejarah kejadian bencana yang ada di Indonesia; Metode : analisis data sejarah bencana dan dokumen penanggulangan bencana;

Hasil : desain fungsional sistem dan implementasi KMS berbasis web.

Tujuan, metode, hasil penelitian.

Berbudi Bowo Laksono; Perancangan Knowledge

Management System Untuk

Peningkatan Kompetensi Pemeriksa Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan (Studi Kasus BPK RI Perwakilan Provinsi Banten);

2014.

Tujuan : meningkatkan kompetensi pemeriksa dalam pemeriksaan laporan keuangan;

Metode : analisis strategi, analisis dan identifikasi pengetahuan, perancangan sistem;

Hasil : rancangan sistem yang

digambarkan dalam bentuk alur sistem dan fungsionalitas sistem

Tujuan, metode, hasil penelitian.

Hendratmi Susilowati;

Knowledge Management Pada

Badan Pemerintah Sektor Minyak dan Gas;

2011.

Tujuan : identifikasi pengetahuan, mengetahui kualitas pembelajaran dan proses pengetahuan, serta

mengetahui cara membagi pengetahuan;

Metode : studi literatur dan survei; Hasil : rekomendasi terhadap isi dan arah serta implementasi manajemen pengetahuan di BPMIGAS.

Tujuan, metode, hasil penelitian.

Mulyono, Jonathan Aditya Harisno, Harisno Kristianto, Cornelius Nugroho;

The development of Knowledge Management system model in XYZ corporation;

2013.

Tujuan : membangun sebuah pemodelan KMS;

Metode : penilaian kuantitatif dan survei kualitatif;

Hasil : Model KMS di perusahaan manufaktur.

Tujuan, metode, hasil penelitian.

(12)

Tabel 1.3 Ringkasan Keaslian Penelitian (Lanjutan)

Peneliti, Judul, Tahun Tujuan, Metode, Hasil Penelitian Perbedaan

Abdullah, Rusli Sahibudin, Shamsul Alias, Rose Alinda Selamat, Mohd Hasan;

Distributed knowledge

management portal for Learning Organizations with collaborative environment;

2006.

Tujuan : membantu organisasi meningkatkan produktivitas dan kualitas guna memperoleh pengembalian investasi;

Metode : studi literatur, penyebaran kuisioner dan wawancara;

Hasil : Model KMS, fungsionalitas dan arsitektur KMS, infrastruktur serta teknologi KMS, persoalan KMS, Audit KMS.

Tujuan, metode, hasil penelitian.

Jingjing Li;

Sharing Knowledge and Creating Knowledge in Organizations: the Modeling, Implementation, Discussion and

Recommendations of Weblog-based Knowledge Management;

2007.

Tujuan : mengatasi permasalahan

knowledge sharing dan knowledge creation dalam organisasi;

Metode : studi pustaka dan diskusi dengan para ahli ;

Hasil : model KM berbasis weblog dua arah.

Tujuan, metode, hasil penelitian.

Tien Fabrianti Kusumasari; Pembangunan Knowledge Base Menuju Knowledge Management Dengan Menggunakan Wiki Pada PT. Pupuk Kaltim;

2008.

Tujuan : meningkatkan efisiensi pabrik sehingga target produksi tercapai; Metode : melakukan knowledge

capture, knowledge codification, dan

kemudian dibangun knowledge base; Hasil : human readable knowledge base untuk operasional pabrik.

Tujuan, metode, hasil penelitian.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksono [13], dimana pendekatan perancangan menggunakan model analisis, penelitian ini menggunakan pendekatan model perancangan. Model analisis berkaitan dengan spesifikasi kebutuhan pengguna dan menggambarkan perangkat lunak dalam ranah fungsionalitas dan ranah perilaku [17]. Sementara model perancangan berkaitan dengan perancangan yang mengarah ke implementasi selanjutnya. Hasil akhir dari penelitian Laksono berupa rancangan yang memuat fungsionalitas sistem, alur sistem dan perancangan basis data tanpa adanya rancangan antar muka pengguna dan arsitektur perangkat lunak. Penelitian ini akan menghasilkan sebuah rancangan yang lebih lengkap yang dituangkan dalam bentuk rancangan

(13)

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya membahas konsep knowledge management sehingga rancangan yang dihasilkan tidak rinci dan baru merekomendasikan isi dan arah implementasi knowledge

management [8] [10]. Penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan yang lebih

lengkap berupa dokumen SRS, model perancangan dan prototipe antarmuka pengguna yang akan digunakan sebagai panduan dalam implementasi KMS Iptek Nuklir.

Penelitian ini dilakukan guna mendukung implementasi KMS Iptek Nuklir di BATAN, maka perancangan yang dibuat diarahkan pada perancangan KMS berbasis web. Berbeda dengan Mulyono [3] yang merancang model KMS dengan memanfaatkan Microsoft SharePoint (MSP) 2010. Pramudhiarta [12] dan Kusumasari [16] juga merancang KMS berbasis web, namun mereka memanfaatkan content management system berupa Drupal Wiki dan Wiki Engine. Sedangkan KMS yang akan diimplementasikan di BATAN rencananya akan dikembangkan sendiri oleh tim internal BATAN dengan menggunakan php dan mysql. Pemilihan pengembangan internal ini dengan pertimbangan pemangkasan biaya implementasi. Selain itu karena dibuat sendiri kustomisasinya akan lebih mudah.

Berbeda dengan Pramudhiarta [12] yang tidak memasukkan tahapan pengujian atau validitas rancangan, penelitian ini memasukkan pengujian terhadap rancangan yang diusulkan. Metode pengujian yang dilakukan berbeda dengan yang dilakukan oleh Laksono [13] yang memvalidasi rancangan dengan mempertimbangkan lima komponen proses sirkulasi pengetahuan atau yang disebut knowledge circulation process (KCP) yang merupakan komponen pengukuran knowledge management performance yang dikembangkan oleh Lee, dkk [18]. Penelitian ini memvalidasi rancangan dengan cara penyebaran kuisioner kepada Tim NKM dengan mempertimbangkan fungsionalitas dari knowledge management yang dikembangkan oleh Maier [14]. Lima komponen KCP yang dijadikan dasar validasi rancangan oleh Laksono meliputi knowledge creation,

(14)

knowledge internalization. Sedangkan yang menjadi dasar validasi pada penelitian

ini adalah 3 fungsi knowledge management yang meliputi fungsi integratif (terpadu), fungsi interaktif, dan fungsi penjembatan.

Li [15] dalam merancang model KMS berbasis weblog dua arah hanya fokus mengatasi permasalahan knowledge sharing dan knowledge creation dalam organisasi. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Mulyono [3], Pramudhiarta [12] dan Kusumasari [16] yang hanya menekankan pada proses penciptaan, penyimpanan, dan penyajian pengetahuan. Penelitian ini berusaha merancang model KMS dengan memperhatikan tujuh permasalahan yaitu: pencarian pengetahuan; presentasi pengetahuan; publikasi dan penyusunan pengetahuan; perolehan pengetahuan, komunikasi dan kerjasama pengetahuan; pelatihan berbasis pengetahuan; dan administrasi dari KMS. Komunikasi dan kerjasama pengetahuan serta pelatihan berbasis pengetahuan terutama mendukung proses interaksi dan kolaborasi antara kontributor dan pencari pengetahuan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah usulan perancangan KMS yang dapat digunakan untuk mendukung preservasi iptek nuklir, sehingga dapat memberikan manfaat bagi :

1. BATAN, kontribusi yang bisa diberikan adalah sebuah perancangan KMS yang dapat digunakan untuk preservasi iptek nuklir. Dengan adanya sistem pengelolaan pengetahuan, diharapkan BATAN dapat menciptakan keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan lembaga litbang lainnya.

2. Kontributor pengetahuan, mereka dapat berbagi pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah sistem yang terstruktur dan dapat menerima penghargaan dari organisasi sehubungan dengan kontribusi yang mereka berikan.

3. Pencari pengetahuan, dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur dengan baik, akan memberikan kemudahan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya sehingga setiap karyawan dapat meningkatkan

(15)

dan inovasi dari karyawan serta dapat digunakan ulang untuk penelitian ataupun pengembangan produk unggulan. Imbas dari peningkatan produktifitas karyawan membuat produktifitas dari organisasi akan meningkat. Selain itu penelitian baru dapat memanfaatkan sumber pengetahuan dari penelitian yang lama, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

4. Pihak manajerial, dengan adanya laporan terkait elemen pengetahuan dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan yang populer dan tidak populer. Hal ini dapat membantu pihak manajerial untuk menentukan prioritas pengetahuan yang paling urgent untuk dikelola. Sedangkan laporan mengenai pola penggunaan KMS oleh peserta dapat digunakan sebagai instrumen pemotivasi dan perancangan sistem pemberian insentif.

5. Tim Nuclear Knowledge Management (NKM) BATAN, dapat dijadikan panduan dalam implementasi KMS Iptek Nuklir.

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi sebaran pegawai BATAN berdasarkan kelompok usia dan  unit kerja
Gambar 1.1 Profil Pejabat Fungsional BATAN
Gambar 1.2 Grafik Pejabat Fungsional BATAN
Tabel 1.3 Ringkasan Keaslian Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

(3) kedisiplinan belajar santri berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan menghafal al- Qur’an santri pondok pesantren Al-Aziz Lasem Rembang, hal ini terbukti

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga.. Dengan demikian, jenis lembaga

Hasil dari penelitian ini adalah terumuskan 5 strategi dan kebijakan IS/IT yang sebaiknya diterapkan di FIT Tel-U berdasarkan pertimbangan 3 hal, pertama kebutuhan

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk