• Tidak ada hasil yang ditemukan

JARINGAN SOSIAL PENGRAJIN ROTAN SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JARINGAN SOSIAL PENGRAJIN ROTAN SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGIS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JARINGAN SOSIAL PENGRAJIN ROTAN

SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGIS

(Studi Kasus: di Kelurahan Pitameh Tanjung Saba Nan XX Kecamatan Lubuk

Begalung Kota Padang)

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Strata Satu (S1)

EGI SAPUTRA

NPM: 10070150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)

(3)

The Social Network Craftsmen Rattan A Sociological Review (Case Study: Village Pitameh Tanjung Saba Nan XX, District Lubuk Begalung Padang).

By :

Egi Saputra1 Marleni2 Ariesta3

* The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera west. ** The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera west.

ABSTRACT

Make crafts of rattan is a hereditary effort made by craftsmen in the Village Pitameh rattan. If observed from the outside, rattan craft industry seems trivial. However, amid the development of modern furniture products, was the product of furniture from rattan stick and still sought after by consumers until now. Based on the formulation of the problem, then the purpose of this study was to describe the social networking groups rattan craftsmen in the village of Tanjung Saba Pitameh Nan XX.

This study uses the theory of social action of Max Weber. The technique of taking informants conducted by purposive sampling with informants 6. This type of data is primary and secondary. Data was collected by the method of observation, interviews and document study. Analysis of the data used is the analysis of qualitative data is interactive analysis proposed by Milles and Huberman comprising data reduction phase, implementing a data display / presentation of data, and draw conclusions / verification.

Results from this study can be concluded that in this study found the three forms of social networking. First, the micro networks found on the rattan industry owners with suppliers of raw materials or semi-finished materials. Second, meso network among furniture makers in Pitameh. Third, the macro network between the craftsman and owner of the rattan industry in Pitameh with craftsman and owner of the rattan industry in various regions in Indonesia and abroad.

Key Words: The Sosial Network, Craftsmen Rattan.

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Pembimbing I, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

3

(4)

ABSTRAK

Membuat kerajinan dari rotan merupakan usaha turun-temurun yang dilakukan oleh pengrajin rotan di Kelurahan Pitameh. Jika diamati dari luarnya, usaha kerajinan rotan ini nampaknya sepele saja. Namun, ditengah berkembangnya produk furniture modern, ternyata produk furniture dari rotan tetap bertahan dan masih dicari oleh konsumen sampai sekarang ini.Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jaringan sosial kelompok pengrajin rotan di Kelurahan Pitameh Tanjung Saba Nan XX.

Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial Max Weber. Teknik pengambilan informan dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah informan 6 orang. Jenis data adalah primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan studi dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yaitu analisis interaktif yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman yang terdiri dari tahap reduksi data, melaksanakan display data/penyajian data, dan mengambil kesimpulan/verifikasi.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwapada penelitian ini ditemukan tiga bentuk jaringan sosial.Pertama, jaringan mikro yang ditemukan pada pemilik industri rotan dengan pemasok bahan baku atau bahan setengah jadi. Kedua, jaringan meso antara sesama pengrajin rotan yang ada di Pitameh. Ketiga, jaringan makro antara kelompok pengrajin sekaligus pemilik industri rotan di Pitameh dengan pengrajin sekaligus pemilik industri rotan yang ada di berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara.

(5)

PENDAHULUAN

Usaha kerajinan ini dimulai sejak tahun 1950 dimana pada awalnya memulai usaha ini diperuntukan untuk kebutuhan sendiri dengan hasilnya cukup baik.Awalnya hanya ada 3 toko yang membuka kerajinan rotan ini, sampai sekarang sudah berkembang menjadi 9 toko. Berdasarkan observasi di lapangan, kehidupan para pengrajin rotan di Kelurahan Pitameh sudah berkecukupan. Hal ini dilihat dari tingkat penghasilan, kondisi rumah dan toko, jumlah karyawan, kepemilikan harta, dan pemasaran produknya. Dilihat dari tingkat pendapatannya, para pengrajin rotan ini mengumpulkan omset minimal 5 juta setiap bulannya. Kondisi rumah dan toko mereka sangat sederhana, sebagian dari mereka ada yang mengontrak toko dengan harga 13 juta per tahun. Mereka mampu menyerap tenaga kerja yaitu 5 sampai 12 orang.

Ada hal yang menarik yaitu diantara mereka ada yang telah membeli 2 mobil dari hasil rotan tersebut. Kemudian yang lebihnya lagi yaitu pemasaran produk rotan mereka yang sudah mendunia yaitu ke beberapa daerah di Indonesia seperti Sijunjung, Dharmasraya, Bengkulu, Palembang, Jambi dan Silungkang bahkan telah sampai ke mancanegara yaitu Malaysia dan Australia.

Jika kita bandingkan dengan produk lain, maka produk dari rotan bisa dikatakan sudah ketinggalan zaman, karena sekarang ini sudah banyak produk furniture yang modern yang terbuat dari kayu jati dan plastik dengan beranekaragam model seperti model ruyung, minimalis, dan model yang modern lainnya. Meskipun demikian, hasil dari produk rotan ini mampu bersaing ditengah maraknya produk-produk furniture modern tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti jaringan sosial pengrajin rotan sehingga sampai hari ini para pengrajin rotan mampu bertahan ditengah maraknya produk furniture modern dalam sebuah penelitian yang berjudul “Jaringan Sosial Pengrajin rotan di Kelurahan Pitameh Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang”. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif diartikan sebagai cara yang dipakai oleh para peneliti untuk memecahkan masalah dan mencari jawaban atau pertanyaan-pertanyaan. Cara analisisnya mencari atau membangun pola, dilakukan mulai saat pengumpulan data saat penulisan laporan penelitian(Afrizal, 2008 : 17 ).

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Basrowi dan Suwandi, 2008: 21).

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif analitis, yang mengembangkan konsep dan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Sebagaimana diketahui bahwa penelitian deskriptif mencoba untuk mencari data seluasnya dalam rangka mencari kondisi ekonomi dari sekelompok manusia (Moleong, 2010:3).

Analisis Data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian dilakukan di Kelurahan Pitameh, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang. Alasan penulis memilih lokasi ini karena di daerah Pitameh merupakan tempat pengrajin rotan turun temurun, selain itu disanalah tempat industri rotan tertua di Kota Padang (Wawancara dengan Bapak Darwin Zerman selaku Lurah Pitameh Tanjung Saba pada tanggal 24 Maret 2015). DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Kelurahan Pitameh Tanjung Saba Nan XX berjarak ±300 M dari pemerintahan Kecamatan, 10 Km dari pemerintahan Kota serta 15 Km dari pemerintahan Provinsi. jumlah penduduk Kelurahan Pitameh Tanjung Saba Nan XX dari tahun 2009-2013 dengan jumlah penduduk 23.139 jiwa. Pada tahun 2013 berdasarkan jenis kelamin, penduduknya berjumlah 4.883 jiwa. Penduduk laki-laki sebanyak 2.493 jiwa. Sedangkan penduduk perempuan sebanyak 2.390 jiwa. Sementara itu, jumlah rumah tangga adalah 977 dengan rata-rata anggota rumah tangga berjumlah 5 orang.

Sedangkan untuk Pelayanan pendidikan, di Pitameh terdapat lembaga pendidikan formal diantaranya adalah TK dan SD, itupun jumlahnya sedikit yaitu TK sebanyak 2 buah dan SD sebanyak 2 buah. Sebagian besar mata pencarian masyarakat Pitameh adalah bertani, dan sebagian kecilnya nelayan dan pengrajin rotan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Aktor yang bermain

Aktor merupakan individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa (sekelompok) individu lainnya (Damsar, 2009: 38). Pada penelitian ini, ditemukan ada aktor-aktor yang bermain dan

(6)

berperan penting pada jaringan sosial pengrajin rotan di Kelurahan Pitameh diantaranya pengrajin sekaligus pemilik industri rotan, pemasok, dan pembeli. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

1) Pengrajin sekaligus pemilik industri rotan Pengrajin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang membuat dan menciptakan suatu produk berupa kerajinan dari rotan. Pengrajin rotan berada di Kelurahan Pitameh Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Adapun jumlah produk yang dihasilkan oleh pengrajin rotan ini dalam sehari yaitu sebanyak 6-10 produk, tergantung tingkat kecepatan dan ukuran kerajinan yang dibuat.

Pengrajin merupakan aktor terpenting dalam kelangsungan hubungan yang terbina dalam kegiatan pengrajin rotan. Tanpa adanya pengrajin pembentukan dan pengolahan rotan tidak mungkin terjadi, sehingga dalam penelitian ini peneliti melihat adanya aktor-aktor terpenting dalam kegiatan didalamnya yang bermanfaat membantu kelancaran jaringan sosial. Pengrajin adalah tumpuan dalam menciptakan barang produk yang dihasilkan dan sebagai penentu kualitas barang yang diciptakan terutama di daerah Pitameh Tanjung Saba sehingga dibutuhkan juga tenaga penyalur atau distributor agar dapat memperkenalkan barang yang dihasilkan kepada konsumen.

Pengrajin yang dimaksudkan disini ada berstatus sebagai pemilik dan ada juga sebagai buruh. Pengrajin sekaligus pemilik industri rotan yang ada di Kelurahan Pitameh Tanjung Saba Nan XX berjumlah 9 orang.

2) Pemasok Bahan Baku dan Bahan Setengah jadi

Pemasok adalah orang yang memasukkan bahan baku atau bahan setengah jadi kepada para pengrajin rotan yang ada di Kelurahan Pitameh. Pemasok merupakan aktor yang sangat mempengaruhi hubungan sosial yang terbentuk dengan konsumen sehingga tenaga pemasok merupakan penyalur terhadap penjualan barang yang dihasilkan dan penentu target pasar yang akan dijual. Sehingga dalam tindakannya pengrajin rotan, pemasok maupun konsumen harus bisa membina jaringan sosial yang baik demi kelancaran usaha yang dilakukan dalam segala bidang usaha yang dilakukan.

Pemasok bahan setengah jadi bernama Bapak Lim, yang bertempat tinggal di Gadut yaitu di belakang SMP 21 Padang. Beliau memasok barangnya kepada pengrajin rotan yang ada di Kelurahan Pitameh Kecamatan Lubuk Begalung Padang, waktunya tidak

ditentukan. Beliau memasok barang ketika para pengrajin kehabisan bahan setengah jadi. Kadang-kadang Bapak Lim memasok barang 2 kali dalam sebulan.

Beliau memasok barangnya tidak hanya kepada para pengrajin di Pitameh, melainkan ada juga kepada pengrajin rotan di Silungkang, Bengkulu, dan Dharmasraya. Beliau memasok barang kepada pengrajin rotan di Pitameh karena adanya rasa saling toleransi diantara mereka. Jadi, intinya karena adanya rasa sosial yang tinggi.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Januari 2015, peneliti melihat aktivitas seorang tukang becak suruhan pemasok di Gadut (Bapak Lim) yang sedang menurunkan bahan setengah jadi di tempat pengrajin industri rotan yang ada di Pitameh. Ketika itu, bahan-bahan tersebut tidak dibayar secara kontan oleh pengrajin kepada pemasok tersebut dan boleh dibayar ketika memesan bahan pada waktu berikutnya.

Peneliti melihat tindakan ekonomi yang dilakukan oleh pemasok dan pengrajin tersebut adanya unsur keterlekatan (embedded) rasional. Dimana diantara mereka mempunyai rasa saling mempercayai. Meskipun tidak ada uang, barangpun boleh diambil. Hal ini tentunya bisa terjalin karena mereka sudah berinteraksi dalam waktu yang cukup lama.

Berdasarkan wawancara penulis dengan informan penelitian pada tanggal 24 Maret 2015 pada jam 16:30 WIB, didapatkan data sebagai berikut: bahan baku rotan didatangkan dari berbagai tempat. Untuk daerah Sumatera Barat, bahan baku dipasok dari Mentawai dan Taluak Kabuang Padang. Sedangkan untuk daerah luar Sumatera Barat yaitu dari daerah Jambi dan Lubuk Linggau. Tetapi para pemilik usaha kerajinan ini hanya membeli barang setengah jadi saja di Gaduik Padang karena tidak adanya alat untuk penggorengan rotan. Bahan setengah jadi tersebut dibeli langsung oleh para pemilik industri kerajinan rotan ketika bahannya sudah habis kepada Bapak Lim si pemasok bahan setengah jadi.

3) Konsumen

Konsumen adalah orang yang membeli produk orang lain baik untuk pribadi maupun untuk dijual kepada orang lain. Adapun orang-orang yang menjadi konsumen para pengrajin di Kelurahan Pitameh adalah mereka yang berasal dari Silungkang, Sijunjung, Dharmasraya, Bengkulu, Pesisir Selatan, Jambi, Malaysia, dan Australia. Beranekaragam produk yang mereka beli diantaranya, meja tamu, meja belajar, kursi kuda, pot bunga, pemukul kasur, sekat pembatas

(7)

shalat, tempat majalah, tempat buah, dan lain sebagainya. Harganyapun bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Peneliti melihat konsumen saat membeli barang dan produk dengan sangat teliti sehingga dalam hal ini peneliti mengetahui bahwa pembeli bukanlah orang yang mudah tertipu dalam membeli produk melainkan orang yang dapat menilai suatu barang yang dihasilkan pengrajin rotan. Konsumen merupakan sasaran pasar yang dapat dijadikan sebagai penghasil laba yang diinginkan dan juga harus memiliki khususnya tenaga distribusi yang handal dan ramah dalam menjual produk dan bisa melakukan interaksi yang baik dalam berbisnis maupun dalam usaha kecil maupun besar.

Peneliti juga melihat keramahan para penjual dalam menjual dagangannya dengan adanya komunikasi yang baik tersebut secara otomatis konsumen akan melakukan pembelian secara berulang dan juga barang yang dijual kepada konsumen harus memiliki kualitas yang baik juga. Sehingga dalam kegiatan yang dilakukan ketiga komponen ini saling membutuhkan dan saling terkait baik pengrajin dengan pemasok, dan pengrajin dengan para konsumen. Hal ini telah dibuktikan dengan usaha yang peneliti lihat di kawasan Pitameh.

Adapun dalam penelitian ini ditemukan beberapa jaringan sosial pada pengrajin rotan diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut: B. Jaringan Sosial Kelompok Pengrajin Rotan di Kelurahan Pitameh

1) Jaringan Mikro

Antara pengrajin dan pemasok terjalin hubungan yang cukup akrab karena, mereka menjunjung tinggi nilai sosial, norma agama dan budaya. Mereka berhubungan cukup akrab karena adanya rasa persaudaraan. Menurut mereka, saling membantu merupakan suatu kewajiban kita sebagai umat beragama yang hidup didalam masyarakat.

Jaringan (sosial) mikro adalah jaringan sosial yang terjalin antar individu atau antar pribadi. Jaringan ini berfungsi sebagai pelicin, sebagai jembatan dan sebagai perekat (Damsar, 2011: 160). Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Januari 2015, peneliti mengamati dan melihat salah seorang pemilik industri rotan yang sedang menelfon pemasok bahan setengah jadi di daerah Gadut. Dari pembicaraan yang mereka lakukan, terdengar oleh peneliti bahwasanya pemilik industri rotan tersebut sedang memesan bahan baku rotan kepada pemasok karena bahannya sudah habis.

Pada penelitian ini ditemukan jaringan sosial mikro antara pemilik industri rotan dengan pemasok bahan baku atau bahan setengah jadi. Ketika pemilik industri rotan dan pemasok berinteraksi dalam suatu transaksi bisnis dan berakhir dengan jual beli maka hal tersebut bisa menjadi simpul bagi terbentuknya ikatan pelanggan antara mereka berdua.

Pembentukan ikatan pelanggan dapat diprakarsai oleh kedua belah pihak, baik pemilik industri maupun pemasok. Kedua pihak akan melakukan pembentukan ikatan pelanggan dengan mempertimbangkan tingkat kepercayaan yang dimiliki selama ini dan tingkat keuntungan yang akan diraih dimasa akan datang. Adapun keuntungan yang mungkin akan diperoleh oleh pemilik industri adalah kepastian mendapatkan bahan baku atau setengah jadi rotan. Sedangkan keuntungan di pihak pemasok adalah kepastian penampung bahan baku atau setengah jadi rotan. Jika ada kepastian tempat penampungan di masa akan datang, maka kepastian akan memperoleh laba merupakan konsekuensi logis dari keadaan sebelumnya.

Hal ini mereka lakukan karena adanya tujuan yang ingin mereka capai, misalnya hubungan antara pemilik industri rotan dengan pemasok di daerah Gadut Kota Padang terjalin karena pemilik industri rotan membutuhkan pemasok sebagai akses untuk mendapatkan bahan baku pembuatan anyaman rotan. Dengan hal itu hubungan yang terjadi antara pengrajin dengan pemasok harus terjalin dengan baik karena mereka saling membutuhkan untuk saling bertukar informasi sehubungan dengan barang-barang rotan serta harga-harga rotan. Pemilik industri rotan dengan pemasok membuat jaringan karena pengrajin membutuhkan pemasok sebagai tempat mendapatkan bahan setengah jadi dalam pembuatan anyaman rotan sedangkan pemasok membutuhkan pengrajin untuk pembuatan rotan supaya cepat laku terjual. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan penelitian pada tanggal 24 Maret 2015 pada jam 16:30 WIB, ternyata hubungan mereka berjalan dengan cukup akrab.

Dari pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti bahwa diantara pengrajin dan pemasok terlihat adanya keterlekatan rasional karena terjadi suatu kepercayaan yang baik antara pemilik industri rotan dengan pemasok hal ini dibuktikan dengan adanya adanya tindakan saling mempercayai dan jujur dalam bertransaksi jual dan beli. Walaupun diantara mereka yang kadang terjadi perselisihan paham tetapi itu hanya bersifat sementara.

(8)

Menurut Weber, jaringan sosial yang dibangun oleh pemilik industri rotan dan pemasok tergolong kedalam tindakan rasional instrumental. Dimana tindakan yang mereka lakukan ditentukan oleh harapan-harapan yang memiliki tujuan yang ingin mereka capai. Adapun harapan-harapan dari para pemilik/pengrajin rotan tersebut kepada pemasok adalah agar bahan baku atau setengah jadi rotan tetap dilancarkan dan bertujuan agar menjadi pengusaha sukses. Jika tidak lancar, maka pemilik industri rotan tidak bisa lagi menghasilkan karya dari rotan tersebut, yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian.

Begitu juga dengan pemasok, apabila tidak ada tempat pembuangan (penampungan) bahan baku atau setengah jadi rotan tersebut maka akan terjadi kebangkrutan.

2) Jaringan Meso

Jaringan meso merupakan hubungan yang dibangun para aktor dengan dan atau didalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan (Damsar, 2011: 160). Pada penelitian ini ditemukan jaringan meso yaitu pada ikatan pengrajin rotan di Pitameh. Fungsi pelicin dalam jaringan sosial pada tingkat meso dapat dilihat dari berbagai kemudahan yang diperoleh para anggota kelompok pengrajin sekaligus pemilik industri kerajinan rotan untuk mengakses berbagai macam barang dan atau sumber daya langka seperti informasi, barang, jasa, kekuasaan, dan sebagainya.

Diantara kelompok pengrajin rotan yang satu dengan kelompok pengrajin rotan lainnya di Pitameh menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan norma agama. Mereka saling tolong-menolong dengan ikhlas. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Januari 2015, bahwa jaringan sosial yang terjalin pada ikatan sesama Pengrajin/pemilik industri rotan berjalan dengan baik dan lancar. Mereka saling bercanda tawa dan berbincang-bincang mengenai produk-produk rotan yang mereka buat. Diantara Pengrajin/pemilik industri rotan yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang cukup akrab.

Diantara pengrajin rotan yang satu dengan pemilik industri kerajinan rotan yang lainnya tentunya saling berhubungan dan tak luput pula persaingan terjadi dalam keseharian mereka baik dari segi harga maupun kualitas barang.Semakin tinggi kualitas barang yang dihasilkan maka semakin tinggi pula nilai jualnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, jaringan sosial yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu adanya keterlekatan relasional yang

merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor (sesama pemilik/pengrajin rotan).

Hubungan antara sesama pengrajin rotan terjadi hubungan interpersonal yang melibatkan aspek sosial, budaya, agama dan politik dalam kehidupan mereka. Pada aspek sosial contohnya para pengrajin rotan saling berinteraksi sosial, berbagi cerita mengenai harga-harga barang yang mereka berikan kepada konsumen, dan saling melakukan sistem tolong menolong dalam menjualkan barang tetangganya apabila barang yang diinginkan konsumen tidak ada di tempatnya. Diantara mereka ternyata juga terdapat perbedaan harga barang.

Menurut Weber, tindakan sosial yang dilakukan oleh sesama pengrajin rotan tergolong tindakan value rational, yaitu tindakan yang didasari oleh kesadaran keyakinan mengenai nilai-nilai yang penting seperti etika, estetika, agama dan nilai-nilai lainnya yang mempengaruhi tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Tindakan sosial mereka dikatakan value rasionalkarena mereka saling berbagi ilmu (berbagi cerita mengenai usaha mereka) dan saling toleransi diantara sesamanya. Hal tersebut telah mencerminkan bahwa mereka telah menjunjung tinggi nilai etika dan agama, sebab di dalam pergaulan didalam masyarakat telah ada tuntunan agar kita harus bergaul dengan tetangga kita dengan penuh sopan santun. Begitu juga di dalam agama kita yang telah menuntun kita agar saling tolong-menolong dalam hal kebaikan.

3) Jaringan Makro

Jaringan makro merupakan ikatan yang terbentuk karena terjalinnya simpul-simpul dari beberapa kelompok. Dengan kata lain, jaringan makro terajut dari ikatan antara dua kelompok atau lebih. Kelompok dalam konteks ini bisa dalam bentuk organisasi, institusi, bahkan bisa pula negara. Pada tataran makro, jaringan lebih berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara beberapa kelompok. Sebagai jembatan, jaringan makro memberikan fasilitas atau saluran bagi terjalinnya komunikasi antar kelompok yang terlibat (Damsar, 2011: 165).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Januari 2015, peneliti melihat pemilik industri rotan melayani salah seorang pembeli berkewarganegaraan asing. Ternyata kerajinan rotan yang dibeli akan dibawa ke Australia yang diangkut oleh kapal. Kerajinan rotan juga sangat diminati oleh

(9)

masyarakat Australia karena menurut pandangan mereka produk ini sangat unik dan praktis dan cocok untuk dijadikan perabotan rumah tangga.

Selain itu, ada juga pembeli yang berasal dari Bengkulu dan Silungkang yang sedang membeli hasil kerajinan rotan dalam jumlah yang banyak untuk dijual kembali di daerah masing-masing.Mereka menggunakan mobil prah untuk mengangkut kerajinan rotan tersebut. Sebagian besar dari mereka merupakan pedagang besar dari setiap perwakilan daerahnya.

Pada penelitian ini, ditemukan adanya keterlekatan struktural yaitu keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan hubungan yang lebih luas, seperti keterlekatan yang terjadi pada kelompok pengrajin rotan yang ada di Pitameh dengan kelompok pengrajin rotan di dalam maupun luar negeri.

Berdasarkan temuan penelitian, ditemukan adanya jaringan makro antara kelompok pengrajin rotan yang ada di Pitameh dengan kelompok pengrajin rotan yang ada di Silungkang, Bengkulu, Malaysia dan Australia. Kemudian jaringan yang telah tersebar ini membentuk jaringan pula sehingga membentuk simpul-simpul yang saling terkait satu sama lain. Menurut Weber, tindakan sosial yang dilakukan oleh pemilik industri rotan dengan para pelanggannya dalam membangun jaringan makro merupakan tindakan rational instrumental karena mereka saling mencapai tujuan yaitu agar komunikasi diantara mereka terjalin dengan baik. Para pengrajin sekaligus pemilik industri dalam membangun jaringan makro dengan konsumen-konsumennya baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri supaya terjalinnya simpul-simpul yang baru dari setiap kelompoknya. Sehingga, dengan terjalinnya simpul-simpul dari setiap kelompok tadi, maka akan menciptakan jaringan sosial yang begitu luas dan tujuan yang dikehendaki oleh pemilik sekaligus pengrajin rotan akan tercapai.

C. Harapan Pengrajin kepada Pemasok 1). Agar bahan baku/ setengah jadi selalu dilancarkan, 2). Agar diberi utang oleh pemasok ketika tidak ada uang kontan, 3). Agar pemasok tidak mempermainkan harga bahan baku/ setengah jadi, dan 4). Agar pemasok jujur dengan timbangan.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Pitameh di tempat industri kerajinan rotan mengenai jaringan sosial kelompok pengrajin rotan, maka dapat disimpulkan bahwa, pada penelitian ini ditemukan ada jaringan sosial pada pengrajin rotan, sebagai berikut:

1. Jaringan Mikro

Pada penelitian ini ditemukan jaringan mikro antara pemilik industri rotan dengan pemasok bahan baku atau setengah jadi rotan. Ketika pemilik industri rotan dan pemasok berinteraksi dalam suatu transaksi bisnis dan berakhir dengan jual beli maka hal tersebut bisa menjadi simpul bagi terbentuknya ikatan pelanggan antara mereka berdua.

2. Jaringan Meso

Pada penelitian ini ditemukan jaringan meso yaitu antara pengrajin sekaligus pemilik industri rotan yang satu dengan yang lainnya. Fungsi pelicin dalam jaringan sosial pada tingkat meso dapat dilihat dari berbagai kemudahan yang diperoleh para anggota kelompok pengrajin sekaligus pemilik industri kerajinan rotan untuk mengakses berbagai macam barang dan/ atau sumber daya langka seperti informasi, barang, jasa, kekuasaan, dan sebagainya.

3. Jaringan Makro

Berdasarkan temuan penelitian, penulis menemukan adanya jaringan makro antara kelompok pengrajin rotan yang ada di Pitameh dengan kelompok pengrajin rotan yang ada di Silungkang, Bengkulu, Malaysia dan Australia. Kemudian jaringan yang telah tersebar ini membentuk jaringan pula sehingga membentuk simpul-simpul yang saling terkait satu sama lain.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2008. Pengantar Metode Penelitian

Kualitatif: Dari Pengertian Sampai Penulisan Laporan. Padang : Laboratorium Sosiologi FISIP UNAND.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami

Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha

Nasional.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

———. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi

Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.

Lexy, Moleong. 2010. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

.

.

6

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas ternak kambing dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan rumput lapangan dengan bahan pakan lainnya yang mengandung nutrien lebih tinggi, agar nutrien

Multimodal adalah sebuah interaksi, artinya multimodal menekankan bahwa semua sarana komunikasi memainkan peranan penting baik itu verbal maupun non verbal (visual) karena

Berdasarkan penelitian yang telah di bangun tentang Sistem informasi pelayanan jasa tour dan travel berbasis web (Studi kasus Smart Tour) dapat mampu mengurangi resiko

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 26 ayat (2) Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perlu menetapkan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis yang berjudul Respons Pertumbuhan dan

Melihat fenomena ini, maka sangatlah disarankan kepada masyarakat agar dapat mengetahui dan mengindentifikasi potensi tanah longsor yang dapat dilihat dengan kasat mata yaitu:

The application developer needs to provide only four items to the Hadoop framework: the class that will read the input records and transform them into one key/value pair per record,

Table 3: Effect of crude leaf extract of bandotan weeds ( A. conyzoides significantly inhibit the growth of red chilli plants, but exhibit no. significant influence on its