• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOTA SAWAHLUNTO: DARI KOTA TAMBANG MENJADI KOTA WISATA TAMBANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KOTA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOTA SAWAHLUNTO: DARI KOTA TAMBANG MENJADI KOTA WISATA TAMBANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KOTA TAHUN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

KOTA SAWAHLUNTO: DARI KOTA TAMBANG MENJADI KOTA WISATA TAMBANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(2)

2

PENDAHULUAN

Perusahaan Tambang batubara Ombilin adalah salah satu perusahaan tambang batubara tertua di Indonesia. Batubara untuk pertama kalinya ditemukan oleh W.H.de Greeve, Seorang ahli geologi muda Belanda pada tahun 1868, dia melaporkan temuan dan kandungan alam serta potensi ekonominya pada pemerintah pusat Batavia, dari laporannya diperkirakan sekitar 205 juta ton kandungan batubara yang tersebar disepanjang daerah Sungai Durian, Sigalut, Lapangan Sugar, Tanah Hitam dan Perambahan serta daerah lainnya di sekitar Sawahlunto yang dapat ditambang lebih dari 200 tahun. Pada tahun 1892 pemerintah kolonial Belanda memutuskan untuk mengekploitasinya, hal ini tidak terlepas dari kebutuhan yang tinggi terhadap batubara. Angkatan laut Belanda membutuhkan batubara dalam jumlah besar untuk memperluas kontrol politiknya didaerah-daerah koloni. Selain itu juga penting untuk perusahaan-perusahaan Negara seperti bidang perkapalan (kapal-kapal uap) dan kereta api.1

Sejak produksi batubara PT BA-UPO mulai menipis, dan akhirnya dihentikan pada tahun 2003, Saat itu pula berbagai bangunan fasilitas pertambangan tidak difungsikan lagi dan proses pertambangan pun menjadi terhenti, Amran Nur yang menjabat sebagai walikota Sawahlunto periode 2003-2013, memicu menjadikan kota Sawahlunto menjadi kota wisata tambang yang berbudaya di tahun 2020, oleh sebab itu kawasan terbengkalai ditempat strategis merupakan nilai tambah bagi sisi kepariwisataan2.

Pada tahun 2004 pemerintah Kota Sawahlunto mulai merencanakan pelestarian

1 Liza Husnita,”Tambang Batubara

Rakyat di Sawahlunto Pasca Orde Baru: Studi Pengelolaan dan Kebijakan Otonomi Daerah tentang Pertambangan Rakyat” (Tesis: Program Studi IPS, Konsentrasi Pendidikan Sejarah Program Pasca Sarjana UNP 2011)

2 Hermayanti, “Biografi Amran Nur

Walikota Sawahlunto” 2003-2012, (Skripsi: Program Studi pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumbar 2008)

dibidang sejarah dan budaya yang lebih dikenal dengan Tangible (pusaka berwujud) dan

Intangible Heritage (pusaka tidak berwujud).

dalam berbagai bentuk penanganan, yang mana pada saat ini dalam kurun waktu 4 tahun kota Sawahlunto kota tambang batubara tertua di Indonesia sudah menampakkan hasil dari pelestarian yang dilakukan.3

Pengembangan wisata dimulai dengan pembukaan tempat-tempat wisata Kota Sawahlunto yang memiliki nilai sejarah diantaranya pembukaan stasiun kereta api, lubang Mbah Soero, dan Goedang Ransoem. Bekas stasiun zaman Belanda menjadi museum kereta api, heritage tourism”rel rel kereta api dan bangunan tua itu dirawat dengan baik. Stasiun kereta api kota Sawahlunto merupakan stasiun kereta api ke-2 di Indonesia setelah Ambarawa, tidak hanya itu pemerintah kota Sawahlunto memugar bekas Gudang Ransoem dan dapur umum tambang didaerah air dingin, dimana dahulunya bangunan ini merupakan tempat makan ribuan kuli tambang yang disebut orang rantai, museum ini dinamakan dengan museum Goedang Ransoem.4

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melihat secara mendalam tentang Kota Sawahlunto : Dari

kota Tambang Menjadi Kota Wisata

Tambang dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Tahun 2003-2013.

Batasan Dan Rumusan Masalah

Batasan spasial penelitian ini adalah kota Sawahlunto, yang merupakan salah satu tujuan wisata, yang memiliki potensi yang dapat diandalkan, sementara batasan temporalnya adalah tahun 2003-2013, alasan menetapkan tahun ini sebagai batasan temporal adalah dimana sebelumnya sekitar tahun 2000-an kota Sawahlunto terpuruk karena kota ini

3 Yori Antar, Dkk, Sawahlunto Effect,

Kota Sawahlunto : Dinas pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah kota Sawahlunto Sumatera Barat, 2010 hal 1

4 www.” Sawahlunto Museum

(3)

3

mengalami penurunan dalam pertambangan batubara, dan pada tahun 2003 pemerintah kota Sawahlunto berusaha untuk membenahi kota yang terancam mati suri dengan dialihfungsikan ke dalam objek wisata sesuai dengan perda No 6 tahun 2003 yaitu menjadikan kota Sawahlunto kota wisata tambang yang berbudaya pada tahun 2020, dan batasan akhir tahun 2013 dimana pada tahun ini Sawahlunto telah membuktikan diri berhasil bangkit dari keterpurukan akibat penurunan batubara terbukti dengan berhasilnya pariwisata di kota Sawahlunto yang menjadi PAD kota sekarang dengan meningkatnya jumlah wisatawan setiap tahunnya untuk datang ke Sawahlunto melihat kota tua bekas peninggalan zaman Belanda serta Kota Sawahlunto di beri kehormatan menjadi tuan rumah dalam 2event internasional. Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

a. Bagaimana perkembangan kota Sawahlunto dari kota tambang menjadi kota wisata tambang tahun 2003-2013? b. Bagaimana pengaruh kehidupan sosial ekonomi masyarkat Kota Sawahlunto pasca menjadi kota wisata tambang tahun 2003-2013?

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Sejarah. Metode Sejarah sebagai metode utama dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan penulisan sejarah.

Tahap Pertama adalah Heuristik,

adalah mengumpulkan sumber atau data sebanyak banyaknya, baik itu sumber primer ataupun sumber sekunder.5 Semua bukti-bukti sejarah, baik sumber benda, dokumen, maupun sumber lisan disebut dengan sumber Sejarah. Sumber-sumber dapat dikategorikan menjadi sumber primer dan sumber sekunder.

Tahap Kedua adalah kritik sumber yaitu melakukan pengujian data yang ditemukan dengan melakukan kritik eksternal, kritik eksternal yaitu melakukan pengujian otensitas

5 A. Daliman, Metode Penelitian

Sejarah, (Yogyakarta : Ombak, 2012) , hal 51

atau keaslian, suatu sumber yang sungguh- sungguh asli dan bukan tiruan atau palsu, sumber yang asli biasanya tempat dan waktunya diketahui.

Sementara kritik internal yaitu dilakukan untuk menguji kebenaran mengenai isi informasi tentang sosial ekonomi masyarakat baik diperoleh dari dokumen maupun dengan hasil wawancara. Pada prinsipnya kritik sumber atau pengolahan data ini bertujuan untuk menyeleksi dan menyingkirkan bagian -bagian data yang tidak otentik baik data yang diperoleh dilapangan maupun dari studi kepustakaan dengan cara mengkaji dan mengaitkan antara sebab dan akibat terjadinya peristiwa tersebut, kemudian menyimpulkan kesaksian yang bisa dipercaya dari bahan bahan yang telah diseleksi dari data otentik.6

Tahap selanjutnya Interpretasi data, adalah menafsirkan atau memberi makna kepada fakta –fakta (facts) atau bukti bukti sejarah (evidence). Interpretasi yaitu melakukan analisis dan interpretasi atau penafsiran kembali terhadap data yang telah didapatkan. Dilakukan pemilihan dan seleksi yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan penulisan yang dianggap relevan dengan kajian dan dapat dipercaya kebenarannya.7 Selanjutnya pada tahap akhir adalah Penulisan Sejarah, adalah melakukan penulisan dalam bentuk karya ilmiah setelah didapati data fakta yang betul-betul akurat dan valid, Selanjutnya ditulis dalam bentuk karya ilmiah.8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah perkembangan kota Sawahlunto sangat berkaitan erat dengan keberadaan tambang batubara Ombilin. Seiring dibukanya tambang maka dilakukanlah pembangunan-pembangunan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan masyarakat pertambangan seperti membangun prasarana jalan kereta api, dan pelabuhan teluk bayur (Emma Haven) diistilahkan sebagai tiga serangkai. Sawahlunto adalah sebuah Kota yang

6

Ibid, hal 73.

7 Mestika Zed, Metodologi Sejarah, (

Padang ,FIS UNP, 1999), hal 76.

8 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah,

(4)

4

penuh dengan pasang surut kehidupan. pernah menjadi sebuah Kota yang jaya dan mengalami keterpurukan, Kota ini cukup maju pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, juga pernah redup pada pemberontakan Silungkang.9

“Sawahlunto merupakan kota tambang modern zaman Belanda sekitar tahun 1800-an, pada tahun 1930 ada sekitar 600 orang Eropa yang tinggal di kota Sawahlunto, ini membuat ekonomi kota menjadi bagus, pertambangan batubara dikota Sawahlunto ada 2 macam pertama tambang terbuka, kedua tambang dalam, tambang terbuka inilah yang sudah habis, namun tambang dalam masih ada sekitar 200 juta ton, tapi karena penambangan mahal, yaitu harga produksi 32 dolar, sedangkan harga jual hanya 25 dolar, inilah yang membuat kota Sawahlunto dalam semua bidang menurun akibat pertambangan batubara yang menjadi hal pokok bagi masyarakat kota terhenti, pada akhir abad ke 20, saat batubara tidak ditambang lagi ini membuat ekonomi menurun, yang mengakibatkan masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan, inilah yang mengakibatkan penduduk meninggalkan kota Sawahlunto karena tidak ada lagi harapan, saat itu angka kemiskinan di kota Sawahlunto sekitar 18 %.”10

“Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Sawahlunto sebelum menjadi Kota wisata tambang atau saat masih menjadi kota wisata tambang serba kecukupan, dengan gaji yang cukup setiap bulannya, Saat itu kota dalam perekonomian yang bagus, tidak hanya masyarakat pedagang dari semua kalangan merasakan hal yang sama. namun saat kota Sawahlunto berkahirnya Kota tambang pada umunya pendapatan masyarakat memang sulit, banyak masyarakat yang meninggalkan Kota

9

Liza Husnita,”Tambang Batubara Rakyat di Sawahlunto Pasca Orde Baru : Studi Pengelolaan dan Kebijakan Otonomi Daerah Tentang Pertambangan Rakyat “ (Tesis : program Studi IPS. Konsentrasi Pendidikan Sejarah. Program PascaSarjana UNP 2011)

10 Wawancara dengan Amran Nur,

Mantan Walikota Sawahlunto, Periode Tahun 2003-2013, Tanggal 29 Januari 2016

Sawahlunto untuk mencari penghidupan lainnya”.11

Ekonomi Ibu saat Kota tambang dulu Bagus, Bapak bekerja sebagai pekerja tambang batubara, penghasilan saat itu mencapai Rp 4.000.000 Perbulan, Namun sekitar tahun 2000-an saat penambangan batubara terhenti, perekonomian masyarakat Kota sangat sulit, pada umumya dulu kan masyarakat kota banyak yang bekerja di bidang batubara, namun saat penambangan batubara mulai terhenti masyarakat merasakan gejolak ekonomi yang mulai berubah, waktu itu ibuk belum berdagang, masih mengandalkan bapak, baru sekitar tahun 2007-2008 adanya objek wisata baru terasa kembali perekonomian masyarakat di Kota Sawahlunto, pemerintahnya cukup tangguh untuk mengembalikan kesejahteraan masyarakat Kota Sawahlunto.”12

“Beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam membangun Kota Sawahlunto menjadi Kota wisata tambang adalah dengan memanfaatkan bekas-bekas tambang dijadikan objek wisata tambang dengan bekerjasama dengan pihak PTBA yang merupakan pihak yang mempunyai asset, membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana akses menuju Kota Sawahlunto serta mengajak masyarakat ikut ambil bagian sebagai subjek pariwisata di Kota Sawahlunto.”13

Mantan walikota Sawahlunto yang menjabat selama dua periode tahun 2003-2013 yakni Amran Nur merupakan sosok gerbong pembangunan Kota Sawahlunto, beliau mampu memotivasi dan membuka paradigma masyarakat untuk beralih membangun lahan di sektor pertanian dan perkebunan. Selama dua periode memimpin Sawahlunto periode 2003-2008 dan 2008-2013, Amran Nur

11

Wawancara dengan Ismed, SH Wakil Walikota Sawahlunto., Tanggal 28 Januari 2016

12 Wawancara dengan Lusi, Pedagang

Minuman di kawasan Silo, Tanggal 4 Januri 2016

13 Wawancara dengan Kepala Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Efriyanto S.Sos,MM Tanggal 28 Desember 2015

(5)

5

memanfaatkan potensi bekas tambang batubara menjadi tujuan pariwisata. Bermula dari bekas pemandian, yang di ubah menjadi objek wisata

Waterboom, hingga menjadikan kawasan bekas

tambang pusat wisata air, taman satwa, hingga pacuan kuda dan arena olahraga.14

“Sawahlunto merupakan kota yang berbeda dari kota kota lain di Indonesia maupun negara lain, ada beberapa kota di dunia yang merupakan bekas kota tambang namun pada akhirnya menjadi kota mati atau tidur, namun Kota Sawahlunto memiliki perbedaan dalam mengelola kembali Kota bekas tambang dimana kebijakan dan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam membangun Kota Sawahlunto menjadi Kota wisata tambang adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan bekas penambangan untuk dijadikan berbagai objek wisata tambang seperti: danau kandih, kebun binatang, arena road race, dan tempat perkantoran, sedangkan kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam pengembangan objek wisata ini adalah bagaimana cara mengubah cara pandang masyarakat yang bermental buruh untuk menjadi masyarakat berjiwa pengusaha, karena tidak mudah mengubah mainset masyarakat tersebut seperti masyarakat karyawan PTBA yang sudah biasa dengan menerima gaji setiap bulannya”.15

Perkembangan pariwisata di Kota Sawahlunto dari tahun ke tahun sangat bagus, mendapatkan antusias yang sangat luar biasa dari masyrakat maupun pemerintah, dan di tahun 2015, Kota Sawahlunto sudah terdaftar di data tentatif UNESCO sebagai Heritage (kota warisan dunia), dimana di Indonesia hanya ada dua yaitu Jakarta dan Sawahlunto”.16

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Sawahlunto pasca menjadi kota wisata tambang telah menunjukkan hasil yang baik,

14 Majalah “Mak Itam, “Kalpataru

Kedua untuk Amran Setelah 10 tahun Berjuang Dari Zero To Hero,” Tanggal 10 Juni 2013 hal 35

15 Wawancara dengan Ismed, SH,

Wakil Walikota Sawahlunto, Tanggal 28 Januri 2016

16 Wawancara dengan Ismed, SH

Wakil Walikota Sawahlunto,Tanggal 28 Januari 2016

banyak masyarakat yang telah terpacu untuk menjadi pedagang baik kawasan objek wisata tambang maupun pusat kota Sawahlunto, dan pemerintah juga menyediakan tempat bagi usaha kecil menegah agar inovatif dan terampil dalam kerajinan khas kota Sawahlunto sehingga ini menjadi suatu tambahan nilai ekonomi bagi masyarakat ini juga dibuktikan melalui BPS nasional dengan angka kemisikinan di kota Sawahlunto yang dulunya saat tahun 200-an pasca tambang menipis sekitar 18 % dan sekarang menjadi 2 % dimana ini menunjukkan angka kedua terendah di Indonesia.”17

Bapak hanya tamat SMP, dahulunya bekerja sebagai pekerja tambang batubara 10 tahun, namun karena tak mencukupi kebutuhan sehari hari, bapak beralih profesi kepada pengusaha souvenir batubara yang bapak mulai dari tahun 2010 dengan modal pas-pasan, bapak membeli bongkahan batubara sekitar RP 150.000,- per karung bisa tahan selama 1 bulan, penghasilan yang bapak dapat selama sebulan bisa mencapai RP 2.000.000,- dan bisa lebih ketika banyak pesanan”.18

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa keadaan Kota Sawahlunto sebelum menjadi Kota wisata tambang ini bagaikan lahan mati, akibat dari penurunan dalam bidang batubara yang merupakan mata pencaharian pokok masyarakat serta penopang pendapatan asli daerah (PAD), Dengan demikian sebagian besar pekerja tambang banyak yang meninggalkan kota Sawahlunto karena tidak ada lagi sumber penghidupan yang bisa diandalkan. Dan dengan ditutupnya tambang batubara ini menyebabkan merosotnya perekonomian di Kota Sawahlunto.termasuk UKM (usaha kecil menegah).

Keadaan demikian mendorong pemerintahan daerah untuk membangun berbagai objek wisata tambang yang dapat

17 Wawancara dengan Amran Nur,

Mantan Walikota Sawahlunto Periode Tahun 2003-2013, Tanggal 29 Januari 2016

18 Wawancara dengan Tri Pengrajin

Batubara, Air Dingin Tanggal 28 Desember 2015.

(6)

6

membawa perubahan dalam masyarakat dibuktikan pada tahun 2012 dan 2013 Kota Sawahlunto didaulat menjadi tuan rumah dua

event internasional yaitu TDS (Tour De

Singkarak), the international homestay promotional fair, ASEAN workshop on cultural heritage tourism.

Disamping perubahan itu juga banyak jenis lapangan usaha yang dibuka yaitu seperti: Toko-toko souvenir, Hotel, Restoran, dan

Homestay, dan kuliner secara otomatis dapat

membuka lapangan pekerjaan baru dan juga meningkatkan penghasilan masyarakat beserta pendapatan asli daerah (PAD).

DAFTAR PUSTAKA

A. Arsip :

Arsip dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Sawahlunto

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2002. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat.

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2003. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat.

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2004. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat.

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2005. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat.

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2006. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2007. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2008. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2009. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2010. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat

Badan Pusat Statistik, Angka 2011. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat.

Badan Pusat Statistik, Angka 2012. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat

Badan Pusat Statistik, Angka 2013. Kantor : Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera barat

Badan Pusat Statistik, Dalam Angka 2014 Kantor: Statistik Sawahlunto, Propinsi Sumatera Barat.

B. Buku :

A.Daliman, Metode Penelitian Sejarah,

(Yogyakarta, Ombak, 2012).

Bakarudin, 2009. Perkembangan Permasalahan

Kepariwisataan, Padang: UNP Press.

Hasan Alwi. 2007. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hendry Faisal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada 2007).

Kuntowijoyo, 1994. Metodologi Sejarah.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Martono, Nanang, 2011, Sosiologi Perubahan

Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Muljadi A.J. 2009, Kepariwisataan Dan

Perjalanan. Jakarta: PT Raja grafindo

persada.

Mestika Zed dan Emizal. 1994. Sejarah Sosial

Ekonomi. Padang: Pendidikan Sejarah

FPIPS IKIP.

Mestika Zed, Metodologi Sejarah, (Padang: FIS UNP, 1999)

Mestika Zed, Sejarah Sosial ekonomi Jilid I, ( Padang : FIS UNP, 1999)

Nawi, Marlis.1982. Dampak Perluasan Kota

Terhadap Penduduk Asli Kota Padang:

FPIPS IKIP

Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata

Sebuah Pengantar Perdana. Padang: PT

pradnya paramitha.

Pudjiwati Sagjoyo, Sosiologi Pembangunan,, (Jakarta: Fakultas pasca sarjana IKIP, 1985).

Sartono Kartodirjo, 1992. Pendekatan Ilmu

Sosial Dalam Metodologi Sejarah,

Jakarta: PT Gramedia pustaka utama. Soekanto, Soerjono. 2012, Sosiologi Suatu

Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

(7)

7

Yori Antar, Dkk, (2010) Sawahlunto Effect,

Kota Sawahlunto: Dinas pariwisata dan

Kebudayaan Pemerintah kota Sawahlunto Sumatera Barat.

Zaiyardam Zubir, Pertempuran Nan Tak

Kunjung Usai Eksploitasi Buruh Tambang Batubara Ombilin Oleh Kolonial Belanda 1891-1927, (Padang,

Andalas University Press 2006.

C. Skripsi/ Tesis/ karya ilmiah yang belum dipublikasikan

Winda, Nur Hasanah, (2010). Perkembangan Objek Wisata Bukit Langkisau Dikenagarian Painan, Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 1995-20110 Skripsi,

Pendidikan Sejarah : STKIP PGRI Sumatera Barat.

Lali Husni, (2010) Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Muaro Kalaban kecamatan Silungkang kota Sawahlunto Pasca Berdirnya The

Unique Park Waterboom

2007-2012.Skripsi, Pendidikan Sejarah : STKIP PGRI Sumatera Barat. Evi Murni, (2000) Dampak Pariwisata

Terhadap Ekonomi Masyarakat Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam (1991-1997),

Skripsi, Pendidikan Sejarah : STKIP

PGRI Sumatera Barat.

Hermayanti, (2008) “Biografi Amran Nur walikota Sawahlunto” 2003-2012,

Skripsi : Program Studi Pendidikan

Sejarah STKIP PGRI Sumbar. Liza Husnita, “Tambang Batubara Rakyat di

Sawahlunto Pasca Orde Baru: Studi Pengelolaan dan Kebijakan Otonomi Daerah Tentang Pertambangan Rakyat” (Tesis: Program Studi IPS, Konsentrasi Pendidikan Sejarah Program Pasca Sarjana UNP 2011) D. Majalah

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam,

“Sawahlunto Dari Masa Ke Masa.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam, Amran Nur di Mata Irwan Prayitno.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam,

“Kalpataru Kedua Untuk Amran Nur Setelah 10 Tahun Berjuang dari Zero To Hero.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam, “Amran Nur Menggerakkan Pelajar untuk Cinta Menanam Pohon.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam, “Ketua Asita: Heritage Sawahlunto Disukai Mancanegara.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam,” Revitalisasi Cagar Budaya Terkendala Kepemilikan Asset.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam,

“Pasarkan Pariwisata, Pemko Gandeng Asita dan PHRI.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam,

“Sawahlunto Tuan Rumah 2 Iven Internasional.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam, “Ketika

Homestay Mewarnai Pariwisata Sawahlunto.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam, “Sukses Kembangkan Pariwisata Sawahlunto Raih The

Most Improve.”

Pemko Sawahlunto. (2013). Mak Itam,” Sawahlunto Tetap Optimis Raih Pengakuan UNESCO.”

Pemko Sawahlunto. (2014). Mak Itam,

Sawahlunto Terbaik Bidang Pariwisata.” Tempo. (2013). “Terowongan Narapidana.”

Referensi

Dokumen terkait

governance dalam pengelolaan zakat saja sedangkan penelitian sekarang yaitu menekankan pada penerapan pengelolaan zakat di BAZNAS Kota. Mojokerto dalam perspektif

2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ketika itu mendeskripsikan pendidikan kewarganegaraan sebaga i ―...usaha untuk membekali peserta didik dengan

Hasil penelitian free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang karena perusahaan lebih mengutamakan untuk menggunakan dana arus kas bebas untuk

Jika ada pintu rumah yang tidak dikunci rapat maka ada anggota keluarga yang tidak pergi.. Jika semua pintu rumah ditutup rapat maka semua anggota

Adapun metode Qiyas adalah menganalogkan yang bukan manqu/ (diriwayatkan) kepada yang manqiil (diriwayatkan) jika yang dianalogkan tersebut memiliki kesamaaan. Sedangkan

Penyelenggaraan program pengabdian berbasis riset dengan judul pengembangan Islamic entrepreneurship model (IEM) berbasis kearifan lokal berdaya saing bertujuan; (1)

Setelah perawatan menunjukkan bahwa penerapan konseling peer-group dapat menurunkan perilaku cyberstalking dari 6 siswa yang diturunkan oleh 4 siswa, hasil akhir

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan