PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013
DI KELAS IVB SEKOLAH DASAR NEGERI TLACAP
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenui Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Gita Enggar Saraswati
NIM 10108241112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013
DI KELAS IVB SEKOLAH DASAR NEGERI TLACAP
Oleh
Gita Enggar Saraswati
NIM 10108241112
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman guru kelas IVB
mengenai penilaian otentik, pelaksanaan dan hambatan dalam pelaksanaan penilaian
otentik di kelas IVB SDN Tlacap.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini
adalah guru kelas dan siswa kelas IVB SDN Tlacap. Objek penelitian ini adalah kegiatan
penilaian otentik di kelas IVB SDN Tlacap. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
instrumen pedoman wawancara, lembar observasi dan pedoman analisis dokumen. Data
dianalisis dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Derajat kepercayaan data diuji dengan teknik triangulasi sumber dan
member
check.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki pemahaman yang cukup
untuk melaksanakan penilaian otentik di kelas IVB SDN Tlacap. Guru berpedoman pada
Buku Guru dalam mempersiapkan penilaian. Penilaian terdiri dari aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap yang sudah dilakukan adalah observasi
dengan daftar ceklis sebagai instrumen penilaian. Penilaian pengetahuan yang sudah
dilakukan adalah tes tertulis dengan soal uraian dan penugasan. Penilaian pengetahuan
dilakukan dengan skor angka. Penilaian keterampilan yang sudah dilakukan adalah unjuk
kerja, penilaian produk dan portofolio. Hambatan utama dalam pelaksanaan penilaian
otentik di kelas IVB adalah jenis penilaian yang terlalu banyak dengan waktu pengerjaan
yang terbatas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi yang berjudul "Pelaksanaan Penilaian Otentik dengan Pendekatan Saintifik
pada Kurikulum 2013 di Kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap".
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan
untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3.
Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.
4.
Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M. Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Rahayu Condro Murti, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam menyusun skripsi hingga selesai dengan
penuh kesabaran dan pengertian.
5.
Ibu Murtiningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6.
Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri Tlacap yang telah memberi izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian dan mendukung kelancaran
pelaksanaan penelitian.
7.
Guru kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap yang telah meluangkan
waktu dan bekerja sama dengan penulis dalam pelaksanaan penelitian.
8.
Siswa-siswi kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap.
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN
JUDUL………
..
……
i
HALAMAN PERSETUJUAN.
………
.
……
. ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN
……….
iii
HALAMAN PENGESAHAN...
iv
HALAMAN MOTTO....
………
.
………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
………
.
………
vi
ABSTRAK...
……….
vii
KATA PENGANTAR...
viii
DAFTAR ISI...
x
DAFTAR TABEL...
xii
DAFTAR GAMBAR...
xiv
DAFTAR LAMPIRAN...
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah………..…..
1
B.
Identifikasi Masalah………..
10
C.
Fokus Penelitian………..……..
11
D.
Rumusan Masalah……….….
11
E.
Tujuan Penelitian………...…
12
F.
Manfaat Penelitian……….
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Kurikulum………..…….
14
B.
Kurikulum 2013………..…..
15
C.
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum di
Sekolah Dasar………...……….
16
D.
Pendekatan
Saintifik………..
20
F.
Kerangka Pikir………...……
44
G.
Pertanyaan Penelitian……….…
45
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian……….……..
47
B.
Setting
Penelitian……….……..
47
C.
Objek dan Subjek Penelitian……….………
48
D.
Sumber Data……….……….
48
E.
Teknik Pengumpulan Data………..………..
48
F.
Instrumen Penelitian……….………….
49
G.
Analisis Data……….………….
50
H.
Keabsahan Data……….………
52
I.
Kisi-
kisi Instrumen Penelitian……….…………...
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian....
……….……..
73
B.
Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian
…………
.
………….……..
73
C.
Hasil Penelitian...
……….………
74
D.
Pembahasan Hasil Penelitian...
………
...
……….……….
102
E.
Keterbatasan Penelitian...
………..………..
112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan...
……….……..
113
B.
Saran...
…………
.
………….……..
115
DAFTAR PUSTAKA………..……….
118
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1.
Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A... 17
Tabel 2.
Struktur Kurikulum SD/MI... 19
Tabel 3.
Deskripsi Langkah Pembelajaran... 21
Tabel 4.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Ranah Sikap Spiritual
dan Sikap Sosial...
29
Tabel 5.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Kemampuan
Berpikir...
29
Tabel 6.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Dimensi
Pengetahuan...
30
Tabel 7.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan
Abstrak...
31
Tabel 8.
Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan
Kongkret...
31
Tabel 9.
Tingkat Pencapaian Kompetensi Sekolah Dasar... 32
Tabel 10.
Contoh Format Pengamatan Sikap di Laboratorium IPA...
34
Tabel 11.
Contoh Format Penilaian Diri untuk Aspek Sikap... 34
Tabel 12.
Contoh Format Penilaian Teman Sebaya untuk Aspek
Sikap...
35
Tabel 13.
Contoh Format Penilaian Melalui Jurnal... 36
Tabel 14.
Contoh Format Observasi terhadap Diskusi, Tanya Jawab
dan Percakapan...
37
Tabel 15.
Contoh Instrumen Daftar Cek Penilaian Praktik di
Laboratorium...
38
Tabel 16.
Contoh Instrumen Skala Penilaian Praktik Olahraga Bola
Tabel 20.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pendahuluan Kepala
Sekolah dan Guru...
54
Tabel 21.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah I
(Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik)...
55
Tabel 22.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah II
(Penilaian Otentik)...
57
Tabel 23.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru I
(Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik)...
58
Tabel 24.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IIa
(Penilaian Otentik)...
60
Tabel 25.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IIb
(Penilaian Otentik Kompetensi Sikap)...
61
Tabel 26.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IIc
(Penilaian Otentik Kompetensi Pengetahuan)...
63
Tabel 27.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IId
(Penilaian Otentik Kompetensi Keterampilan)...
64
Tabel 28.
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa...
66
Tabel 29.
Kisi-kisi Pedoman Observasi I
(Penilaian Kompetensi Sikap)...
67
Tabel 30.
Kisi-kisi Pedoman Observasi II
(Penilaian Kompetensi Pengetahuan)...
68
Tabel 31.
Kisi-kisi Pedoman Observasi III
(Penilaian Kompetensi Keterampilan)...
69
Tabel 32.
Kisi-kisi Analisis Silabus... 71
Tabel 33.
Kisi-kisi Analisis RPP... 72
Tabel 34.
Pelaksanaan Penilaian Sikap di Kelas IVB... 87
Tabel 35.
Pelaksanaan Tes Tertulis di Kelas IVB... 89
Tabel 36.
Pelaksanaan Penilaian Penugasan di Kelas IVB... 92
Tabel 37.
Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja di Kelas IVB... 94
Tabel 38.
Pelaksanaan Penilaian Produk di Kelas IVB... 96
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1.
Instrumen Penelitian... 121
Lampiran 2.
Reduksi Data dan Kesimpulan... 150
Lampiran 3.
Hasil Wawancara Kepala Sekolah I... 176
Lampiran 4.
Hasil Wawancara Kepala Sekolah II... 181
Lampiran 5.
Hasil Wawancara Guru I... 184
Lampiran 6.
Hasil Wawancara Guru II... 192
Lampiran 7.
Hasil Wawancara Kelompok Siswa... 208
Lampiran 8.
Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa... 216
Lampiran 9.
Catatan Lapangan... 228
Lampiran 10. Analisis RPP... 241
Lampiran 11. Analisis Silabus... 255
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 261
Lampiran 13. Rubrik Penilaian... 266
Lampiran 14. Penilaian Otentik Kompetensi Sikap... 267
Lampiran 15. Penilaian Otentik Kompetensi Pengetahuan... 268
Lampiran 16. Penilaian Otentik Kompetensi Keterampilan... 269
Lampiran 17. Surat-surat... 270
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan sejak dulu merupakan fondasi yang menjadi penentu maju atau
tidaknya peradaban suatu bangsa. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup (Arif
Rohman, 2009: 18). Manusia yang sudah mengecap bangku pendidikan
diharapkan menjadi lebih mampu mengemban tugas pembangunan bangsa dan
negara. Melalui pendidikan yang baik, akan terbentuk manusia yang berkualitas
yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan disegani.
Menurut pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan di
Indonesia adalah “untuk berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Dengan demikian semakin jelaslah
pentingnya peran pendidikan bagi suatu negara.
Dalam pendidikan formal di Indonesia terbagi atas tiga jenjang atau
tingkatan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 dan 2 bahwa
“pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang mel
andasi jenjang
Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting yang
menjadi dasar untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dalam
pelaksanaan pendidikan Sekolah Dasar, tentu membutuhkan desain dan sistem
pembelajaran yang tepat agar tujuan dilaksanakannya pendidikan sekolah dasar
dapat tercapai dengan baik. Kurikulum yang diterapkan juga merupakan aspek
penting dalam suatu proses pembelajaran, karena kurikulum adalah rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya
(Loeloek Endah Poerwati, 2013: 11).
Sejak tahun 2004 hingga sekarang, sudah terjadi tiga kali pergantian
kurikulum. Pada tahun 2004 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang hanya dijalankan selama dua tahun. Kemudian pada tahun 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diterapkan untuk menggantikan Kurikulum
KBK yang pelaksanaan uji cobanya dihentikan (Mida Latifatul Muzamiroh, 2013:
47-48). Meski demikian, seiring dengan semakin cepatnya laju perkembangan
jaman, yang ditandai dengan era globalisasi yang menuntut bangsa Indonesia agar
mampu bersaing dengan masyarakat internasional, maka dikembangkanlah
kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Dengan adanya Kurikulum 2013
diharapkan dapat menyiapkan generasi yang handal, inovatif dan berkarakter serta
siap mengarungi tantangan zaman di masa yang akan datang (Mida Lailatul
Muzamiroh, 2013: 119).
generasi Indonesia 2045, yaitu tepat 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus
memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar
menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi. Kompetensi
masa depan seperti kreativitas dan daya inovasi, dan masalah mendasar yang
sedang dihadapi bangsa terkait dengan moralitas, kejujuran, etika, tata karma,
toleransi dan penguatan sabuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
mendapat perhatian khusus.
”
(Forum Mangunwijaya VII, 2013: X, XI). Hal itu
diwujudkan dengan cara penggunaan pendekatan saintifik dalam proses
pembelajaran, juga penguatan dalam mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti,
Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan muatan lokal,
juga menjadikan kegiatan Pramuka sebagai ekstra kurikuler yang wajib bagi
siswa.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
ilmiah (
scientific approach
), tematik terpadu dan tematik yang berbasis pada
kontekstual dalam Kurikulum 2013 akan membuat pelajaran yang didapat menjadi
lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari siswa. Guru berperan sebagai
fasilitator dan proses pembelajaran berpusat pada siswa untuk mendorong
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar
(Lampiran Permendikbud no. 103 tahun 2014: 7).
Dalam pembelajaran
yang dilangsungkan dengan menggunakan
Kurikulum 2013 diharapkan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Pendekatan
ilmiah (
scientific approach
) dijadikan dasar pada semua kegiatan pembelajaran di
tingkat Sekolah Dasar. Penanaman pendidikan karakter juga semakin ditekankan.
Menurut Agus Suwignyo, pedagog dari Universitas Gajah Mada,
kurikulum baru
ini diharapkan dapat membentuk manusia Indonesia yang berakhlak/berkarakter
mulia, berbadan sehat, cerdas, berkepribadian Indonesia dan menjunjung
nilai-nilai demokrasi (Forum Mangunwijaya VII, 2013: 149).
kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan kemudian
diterapkan dalam kehidupan nyata.
Meski demikian, pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah diwarnai dengan
berbagai masalah yang muncul. Sekolah Dasar Negeri Tlacap merupakan salah
satu sekolah dasar di Kabupaten Sleman yang dijadikan
pilot project
pelaksanaan
Kurikulum 2013. Salah satu masalah yang timbul di Sekolah Dasar Negeri Tlacap
adalah mengenai buku paket Kurikulum 2013. Kepala Sekolah Dasar Negeri
Tlacap menyatakan bahwa buku paket Kurikulum 2013 kualitasnya semakin
berkurang. “Buku paket
yang datang untuk semester ini bahannya tipis, jadi cepat
sobek.” (
8 September 2015). Selain kendala dalam hal buku paket, beliau juga
menyatakan bahwa kendala dalam melaksanakan Kurikulum 2013 akan muncul
ketika ada guru yang kurang kreatif, baik itu dalam mendesain pembelajaran
maupun saat melakukan kegiatan pembelajaran. Kreatifitas guru diperlukan saat
mendesain dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar proses pembelajaran
yang dialami siswa menjadi lebih bermakna sehingga siswa dapat terdorong untuk
menjadi lebih berinisiatif, kreatif, dan aktif. Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap
menyatakan, “Siswa bergantung pada kreatifitas guru
, kalau guru pasif, maka
siswa juga akan bingung.”
(8 September 2015).
dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlacap. Menurut beliau, sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran hal utama yang dipersiapkan guru adalah RPP
dan alat peraga yang memadai. Guru harus memiliki kemauan keras dan tidak
pasif, karena guru sangat besar pengaruhnya dalam keberhasilan pelaksanaan
Kurikulum 2013 (8 September 2015).
Pembuatan RPP dan alat peraga sangat dimudahkan dengan adanya kerja
sama dan saling
sharing
antar guru kelas. Para guru saling berkolaborasi dan
membagi tugas. Ditambah lagi dengan adanya pendampingan dari gugus sehingga
persiapan pembelajaran menjadi lebih mudah dan matang.
“Ada
pertemuan di
gugus, yang juga membahas Instruksi Nasional, jadi guru-guru menjadi lebih
paham tentang teknis mengajarnya,” tutur Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap (8
September 2015).
Menurut Ibu R, wali kelas IVB di Sekolah Dasar Negeri Tlacap, guru
paling banyak berpedoman pada buku guru dan buku siswa. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang memuat 5M mengacu pada buku guru dan buku siswa
Kurikulum 2013
. “Dalam RPP diusahakan selalu ada 5M,” tutur Ibu R kepada
peneliti. “
5M sudah banyak diterapkan dengan cara siswa melakukan percobaan
dan diskusi.”
(8 September 2015). Pelaksanaan 5M dalam pendekatan saintifik di
Sekolah Dasar Negeri Tlacap sudah berjalan dengan baik meskipun masih ada
kendala-
kendala yang terjadi dalam praktek pelaksanaannya. “5M pal
ing tidak
sudah berjalan 70 persen,” ucap Ibu R (8 September 2015).
dalam satu kelas. Ada siswa yang sudah mau berlaku aktif dalam kegiatan
pembelajaran, namun juga masih ada siswa yang bersikap pasif dan sulit diajak
bekerja sama. Hal ini disiasati guru dengan cara melakukan pendekatan individu
kepada siswa.
“Siswa akan saya ajak bicara setelah kegiatan belajar berakhir,”
kata Ibu R (8 September 2015).
Masalah lain yang lebih mendesak yang diutarakan oleh Kepala Sekolah
Dasar Negeri Tlacap adalah kendala dalam hal pelaksanaan penilaian.
Narasumber mengakui bahwa para guru di Sekolah Dasar Negeri Tlacap masih
mengalami keberatan dalam melakukan penilaian siswa.
“Mungkin karena diklat
yang diberikan belum fokus pada penilaian. Jadi ibaratnya kami baru sedikit
mencicipi tapi kemudian harus langsung mengolah,” demikian tutur beliau
saat
diwawancara oleh peneliti (8 September 2015). Ketika melakukan penilaian
harian guru harus melakukannya sedikit demi sedikit karena item penilaian yang
dirasa terlalu banyak. “Dalam satu hari guru menilai minimal lima siswa,” tutur
Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap.
Penguasaan IT dari para guru juga sangat mempengaruhi pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian. Menurut Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap, guru
yang kurang menguasai IT akan mengalami lebih banyak kesulitan saat
mendesain dan melakukan kegiatan pembelajaran.
“Kalau guru bisa IT
kan jadi
lebih mudah dalam membuat media, bisa pakai LCD.”
(8 September 2015).
Guru masih merasa keberatan dalam menerapkan sistem penilaian baru
dalam Kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam Kurikulum 2013,
penilaian hasil belajar menggunakan sistem penilaian otentik (
authentic
assessment
), yang tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi
lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa (Lampiran
Permendikbud nomor 81A tahun 2013: 56). Penilaian otentik adalah bentuk
penilaian yang menghendaki siswa menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam
melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. (Lampiran Permendikbud
nomor 104 tahun 2014: 3). Penilaian otentik dilakukan tidak hanya pada aspek
pengetahuan saja, melainkan juga aspek sikap dan keterampilan.
Sistem penilaian yang mencakup ketiga aspek pembelajaran ini masih
menjadi keprihatinan bagi sebagian besar guru dalam menerapkan Kurikulum
2013. Guru masih mengalami kesulitan dalam menerapkan sistem penilaian baru
dalam Kurikulum 2013 yang ditetapkan pemerintah. Dalam Kurikulum 2013,
penilaian hasil belajar menggunakan sistem penilaian otentik (
authentic
assessment
), yang tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi
lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa
(Permendikbud, 2013: 56).
siswa. Dengan menggunakan penilaian otentik, siswa dituntut untuk menunjukkan
kemampuannya dalam bentuk kinerja dan hasil karya. Implementasi penilaian
otentik diharapkan menjadi bagian integral dari proses pembelajaran.
Penilaian otentik memiliki hubungan yang sangat erat dengan pendekatan
saintifik (
scientific approach
). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif
mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip
yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah. Penilaian otentik merupakan jenis penilaian
utama yang digunakan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
saintifik.
Menurut Abdul Majid (2014: 240), bentuk penilaian otentik antara lain
melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio, jurnal,
demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi. Keterlibatan siswa
sangat penting dalam penilaian otentik, dengan cara siswa diminta untuk
merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri untuk meningkatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi.
per satu di sela-sela melakukan kegiatan mengajar sementara jumlah siswa di
dalam satu kelas cukup banyak. Dalam melakukan penilaian guru harus selalu
bersikap positif dan tidak boleh menggunakan pernyataan negatif agar siswa tetap
termotivasi untuk terus mencapai kemajuan dalam kegiatan belajarnya.
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu hal utama dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan, dan termasuk dalam 8 Standar Nasional Pendidikan. Karena
itu kegiatan penilaian hasil belajar harus dilaksanakan secara optimal agar bisa
menjamin kemajuan pendidikan Indonesia. Apabila guru tidak siap, hal ini tentu
akan menghambat pelaksanaan Kurikulum 2013.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa dalam
Kurikulum 2013, khususnya di Sekolah Dasar Negeri Tlacap yang dipilih sebagai
salah satu sekolah perintis yang terlebih dulu melaksanakan uji coba penerapan
Kurikulum 2013 di Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman. Kelas IV dipilih
karena kelas IV sudah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 tahun. Kelas IVB
digunakan atas rekomendasi dari kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Penilaian Otentik dengan
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di Kelas IVB Sekolah Dasar Negeri
Tlacap”.
B.
Identifikasi Masalah
1.
Kualitas buku paket Kurikulum 2013 yang kurang memadai,
sehingga mudah sobek saat digunakan siswa.
2.
Guru yang kurang kreatif menyebabkan kegiatan pembelajaran
kurang menarik bagi siswa.
3.
Perbedaan kemampuan siswa dalam satu kelas membuat
pelaksanaan pendekatan saintifik sedikit terhambat.
4.
Item penilaian yang terlalu banyak membuat guru kesulitan dalam
melakukan penilaian otentik dalam Kurikulum 2013.
5.
Diklat Kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah dianggap
masih kurang.
6.
Guru yang kurang menguasai IT sering mengalami kesulitan baik
dalam kegiatan pembelajaran maupun penilaian Kurikulum 2013.
7.
Guru masih merasa keberatan dalam melakukan penilaian otentik
dalam Kurikulum 2013.
C.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian diarahkan pada pelaksanaan penilaian otentik dalam
penerapan Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap.
D.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah pemahaman guru kelas IVB Sekolah Dasar Negeri
Tlacap mengenai penilaian otentik dalam Kurikulum 2013?
3.
Apa sajakah hambatan yang dialami oleh guru kelas IVB Sekolah
Dasar Negeri Tlacap dalam pelaksanaan penilaian otentik dalam
penerapan Kurikulum 2013?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan pemahaman guru kelas IVB Sekolah Dasar
Negeri Tlacap mengenai penilaian otentik.
2.
Mendeskripsikan pelaksanaan penilaian otentik dalam penerapan
Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap.
3.
Mendeskripsikan hambatan dalam pelaksanaan penilaian otentik
dalam penerapan Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar
Negeri Tlacap.
F.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi Peneliti
2.
Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi mengenai penilaian belajar siswa dalam penerapan
Kurikulum 2013 sehingga pelaksanaannya bisa menjadi lebih
baik.
3.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan evaluasi dalam persiapan dan pelaksanaan
Kurikulum 2013 demi kemajuan sekolah.
4.
Bagi Sekolah Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
kesiapan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah masing-masing.
5.
Bagi Dinas Pendidikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen utama dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional mendefinisikan kurikulum sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.” Kurikulum adalah suatu program yang di dalamnya tercakup
seluruh rencana pengajaran untuk digunakan di dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di suatu jenjang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Romine (1954), sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik (2007)
mendefinisikan kurikulum sebagai berikut.
“
Curriculum is interpreted to mean all
of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under
direction of the school, whether in the classroom or not.”
Kurikulum
B.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang didesain oleh pemerintah
Republik Indonesia yang diberlakukan secara bertahap di seluruh Indonesia mulai
tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 ini menggantikan kurikulum
sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pengembangan
Kurikulum 2013 dilakukan terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu
kepada 8 Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum 2013 bertujuan
untuk “mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia
”(Permendikbud No.
57 Tahun 2014). Melalui penerapan Kurikulum 2013 diharapkan sumber daya
manusia Indonesia akan menjadi semakin berkualitas. Sumber daya manusia
Indonesia dituntut harus mampu menghadapi kemajuan teknologi dan arus
globalisasi yang semakin cepat.
Karakteristik yang sangat menonjol dalam Kurikulum 2013 adalah bahwa
“Kurikulum 2013 mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan
pengetahuan saja tetapi juga mengembangkan sikap dan keterampilan siswa.
Dengan demikian siswa akan memiliki sikap sosial dan keterampilan yang baik
disamping kemampuan intelektual.
C.
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah.
1.
Kerangka Dasar Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
Kerangka Dasar Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No
57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah. Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut.
a.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
c.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional; dan
d.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.(Lampiran Permendikbud No 57 Tahun
2014).
pembelajaran yang dilakukan guru (
taught curriculum
) berupa kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di sekolah, kelas dan masyarakat, dan
pengalaman belajar langsung siswa (
learned-curriculum
) sesuai dengan
latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal siswa.
Melalui Kurikulum 2013 siswa akan lebih mudah menerima
pembelajaran yang diberikan. Kegiatan belajar dalam Kurikulum 2013
bersifat kontekstual dan sesuai dengan kehidupan nyata siswa. Dengan
demikian siswa akan lebih mampu mengadaptasi apa yang sudah
dipelajarinya ke dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Struktur Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
a.
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi
kemampuan
lulusan
yang
mencakup
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No 54 Tahun
2013). Standar Kompetensi Lulusan berisi kriteria kualifikasi
kemampuan siswa yang diharapkan dapat dicapai setelah
menyelesaikan masa belajarnya pada satu jenjang pendidikan
tertentu.
Tabel 1. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A
SD/ MI/ SDLB/ Paket ADimensi Kualifikasi Kemampuan
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
(Lampiran Permendikbud No. 54 Tahun 2013: 2)
b.
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti SD/MI merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang
siswa pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti SD/MI diatur
dalam Permendikbud No 57 Tahun 2014. Kompetensi Inti terbagi
menjadi empat aspek, yaitu sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan.
Kompetensi inti sikap spiritual (KI-1) untuk Sekolah Dasar
kelas IV adalah “m
enerima, menjalankan dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya
”. Kompetensi inti sikap sosial (KI
-2) untuk
Sekolah Dasar kelas IV adalah “m
enunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.
Kompetensi inti pengetahuan (KI-3) untuk Sekolah Dasar kelas IV
adalah “memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain”.
Dasar kelas IV adalah “menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia”.
c.
Mata Pelajaran
Struktur kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Struktur Kurikulum SD/MI
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
I II III IV V VI
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3 Kelompok B (Umum)
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan 4 4 4 4 4 4
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 30 32 34 36 36 36
(Lampiran Permendikbud No 57 Tahun 2014:8-9)
d.
Muatan Pembelajaran
berbagai tema. Pembelajaran di kelas IV terbagi menjadi 9 tema,
yaitu (1) Indahnya kebersamaan, (2) Selalu berhemat energi, (3)
Peduli terhadap lingkungan hidup, (4) Berbagai pekerjaan, (5)
Pahlawanku, (6) Indahnya negeriku, (7) Cita-citaku, (8) Tempat
tinggalku, dan (9) Makananku sehat bergizi. (Lampiran
Permendikbud No 57 Tahun 2014: 10-11)
e.
Kompetensi Dasar
Kompetensi
Dasar
dirumuskan
untuk
mencapai
Kompetensi Inti. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan siswa, dan
kekhasan masing-masing mata pelajaran. Menurut Permendikbud
No 57 Tahun 2014, Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok
sesuai dengan pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:
1)
Kelompok 1: kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual
dalam rangka menjabarkan KI1;
2)
Kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam
rangka menjabarkan KI2;
3)
Kelompok 3: kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan
dalam rangka menjabarkan KI3;
4)
Kelompok 4: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan
dalam rangka menjabarkan KI4.
D.
Pendekatan Saintifik
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga
ranah kompetensi tersebut diperoleh melalui aktivitas yang berbeda-beda. Ranah
menghargai, menghayati, dan mengamalkan.” Ranah
kompetensi pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
dan mengevaluasi.” Sedangkan ranah kompetensi keterampilan diperoleh melalui
aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.”
Karakteristik kompetensi serta perbedaan aktivitas dalam setiap ranah kompetensi
turut mempengaruhi metode pembelajaran yang digunakan.
Kurikulum 2013 mengedepankan penggunaan pendekatan saintifik
(
scientific approach
), tematik terpadu dan tematik. Kegiatan pembelajaran harus
didukung oleh metode pembelajaran yang sesuai, seperti pembelajaran
kontekstual,
problem-based learning,
dan
discovery learning.
Menurut Lampiran
Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah, proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 terdiri
dari lima pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Tabel 3. Deskripsi Langkah Pembelajaran
LANGKAH PEMBELAJARAN DESKRIPSI KEGIATAN BENTUK HASIL BELAJAR
Mengamati (observing) Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat
Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati
Menanya (questioning) Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab,
berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi
Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/ digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
Menalar/ Mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau
menghubungkan fenomena/ informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan
Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep/ teori,
menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/ konsep/ teori/ pendapat;
Mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan;
Mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber Mengkomunikasikan
(communicating)
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan
Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain
(Lampiran Permendikbud No. 103 Tahun 2014: 5-6)
1.
Mengamati (
observing
)
“
Observation is a process of gathering information using all appropriate
senses and instruments that extend the senses.”
(Bass, Joel E., 2009: 30).
dan menemukan kesamaan dan perbedaan pada objek yang diamati. Contoh
kegiatan mengamati adalah mengamati perubahan wujud es batu, dan
menggunakan kaca pembesar untuk mengamati populasi semut.
2.
Menanya (
questioning
)
Siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menanya. Kemampuan
menanya dapat dikembangkan dari kegiatan mengamati yang sudah
dilakukan. Dari mengamati suatu objek, siswa akan menemukan hal yang
belum diketahui, dan mendorong mereka untuk bertanya. Siswa dibimbing
untuk melakukan investigasi dan pengamatan yang baru dari pertanyaan
yang mereka tanyakan.
3.
Mengumpulkan informasi/ mencoba (
experimenting
)
Kegiatan mengumpulkan informasi/ mencoba dilakukan saat siswa
menginvestigasi atau mengamati suatu objek. Kegiatan mengumpulkan
informasi/ mencoba didukung dengan penggunaan alat yang sesuai. Sebagai
contoh, siswa menggunakan penggaris untuk mengukur panjang
pertumbuhan kecambah. Dalam kegiatan ini siswa juga belajar untuk
mencatat informasi yang mereka temukan.
4.
Menalar/mengasosiasi (
associating
)
pengamatan terhadap air yang dipanaskan, siswa dapat menyimpulkan
bahwa air akan menguap menjadi uap air setelah dipanaskan.
5.
Mengkomunikasikan (
communicating
)
Menurut Joel E. Bass (2009: 36), “
recording, organizing, and reporting
observations, measurement, experiments, findings, and conclusions is also
essential process of science.”
Mengkomunikasikan adalah kegiatan
pencatatan, pengorganisiran dan pelaporan hasil pengamatan, pengukuran,
percobaan, penemuan, dan penarikan kesimpulan. Hasil laporan kemudian
dipresentasikan di depan audiens, yaitu guru dan siswa lainnya di dalam
kelas. Kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan secara lisan, dalam
bentuk gambar, laporan tertulis, tabel, jurnal, dan grafik. Contoh dari
kegiatan mengkomunikasikan adalah siswa melakukan presentasi lisan dan
menyajikan gambar mengenai siklus hidup katak.
Dalam penerapannya, pendekatan saintifik dapat menggunakan berbagai
strategi dan model pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual,
discovery
learning, project-based learning,
dan
problem-based learning
.
Dengan demikian, siswa akan lebih mudah menerapkan apa yang mereka pelajari
di sekolah ke dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran penemuan terbimbing (
discovery learning
) merupakan
model pembelajaran dimana siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara
belajarnya dalam menemukan konsep. Saat mengaplikasikan model pembelajaran
discovery
guru berperan sebagai pembimbing dan memberikan kesempatan bagi
ssiswa untuk belajar secara aktif. Kegiatan pembelajaran bersifat
student-oriented.
Model pembelajaran berbasis masalah (
Problem-based Learning
) adalah
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
untuk mendapatkan pengetahuan baru. Dalam model pembelajaran ini siswa
didorong untuk mendapatkan pengetahuan mereka dengan cara menyelesaikan
suatu masalah. Siswa akan dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi, juga mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri.
Project-based Learning
adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/ kegiatan sebagai sarana mengumpulkan pengetahuan baru. Model
pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapatkan
pengetahuan menggunakan berbagai cara yang bermakna dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif.
knowledge, experiences, learning abilities, preferred learning approaches, and
the amount of structure they need in learning. Classroom and environmental
factors vary and can affect teaching and learning
.”
Siswa memiliki pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Pendekatan belajar yang
dipilih oleh masing-masing siswa pun bervariasi. Situasi kelas dan faktor
lingkungan juga ikut berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Melalui uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan saintifik mengharuskan siswa untuk secara aktif melakukan berbagai
kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan. Siswa juga dapat mengembangkan
keterampilan karena siswa bekerja secara langsung dan melakukan berbagai
aktivitas. Guru tidak lagi menjadi sumber utama pengetahuan siswa. Peran guru
berubah menjadi fasilitator yang membimbing siswa agar dapat menemukan
pengetahuannya sendiri.
E.
Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013
Penilaian hasil belajar antara lain berfungsi untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar
siswa secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya, penilaian hasil belajar
dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Penilaian formatif berfungsi untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar siswa
dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian
selama proses pembelajaran dalam satu semester. Sedangkan penilaian sumatif
berfungsi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa pada akhir suatu semester,
satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar memiliki beberapa tujuan. Melalui penilaian hasil
belajar dapat diketahui tingkat penguasaan kompetensi siswa dalam hal sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Guru akan dapat menetapkan ketuntasan
penguasaan kompetensi belajar siswa dalam kurun waktu tertentu. Dengan
demikian, guru juga akan dapat menetapkan program perbaikan atau pengayaan
berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi siswa. Proses pembelajaran pada
semester berikutnya juga dapat diperbaiki dan semakin ditingkatkan.
berkesinambungan dapat membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran.
Penilaian otentik yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung
menggunakan instrumen berupa angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
(Lampiran Permendikbud No 65 tahun 2013: 11)
Dalam Kurikulum 2013, penilaian otentik merupakan jenis penilaian yang
utama dalam kegiatan penilaian hasil belajar oleh pendidik. Bentuk penilaian
otentik mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan,
portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, dan unjuk kerja, serta
penilaian diri (Permendikbud No 104 Tahun 2014). Prinsip-prinsip yang
digunakan dalam penilaian otentik adalah:
a.
Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum
b.
Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran
c.
Berkaitan dengan kemampuan siswa
d.
Berbasis kinerja siswa
e.
Memotivasi belajar siswa
f.
Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar siswa
g.
Memberi kebebasan siswa untuk mengkonstruksi responnya
h.
Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
i.
Mengembangkan kemampuan berpikir divergen
j.
Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran
k.
Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus
l.
Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata
m.
Terkait dengan dunia kerja
n.
Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata
o.
Menggunakan berbagai cara dan instrumen (Permendikbud No 104 Tahun
2014: 3-4)
1.
Sikap (Spiritual dan Sosial)
Tabel 4. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Ranah Sikap Spiritual dan
Sikap Sosial
Tingkatan Sikap
Deskripsi
Menerima nilai
Kesediaan
menerima
suatu
nilai
dan
memberikan perhatian terhadap nilai tersebut
Menanggapai nilai
Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa
puas dalam membicarakan nilai tersebut
Menghargai nilai
Menganggap nilai tersebut baik; menyukai
nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai
tersebut
Menghayati nilai
Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari
sistem nilai dirinya
Mengamalkan nilai
Mengembangkan nilai tersebut sebagai cirri
dirinya
dalam
berpikir,
berkata,
berkomunikasi, dan bertindak (karakter)
(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 6)
2.
Pengetahuan
Tabel 5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Kemampuan Berpikir
Kemampuan Berpikir Deskripsi
Mengingat:
Mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahan
Pengetahuan hafalan: ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori, dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa diubah/ berubah
Memahami:
Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah
Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/ istilah dengan kata/ istilah lain yang sama maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk grafik/ tabel/ visual atau sebaliknya; memberi tafsir suatu kalimat/ paragraf/ tulisan/ data sesuai dengan kemampuan siswa; memperkirakan kemungkinan yang terjadi dari suatu informasi yang terkandung dalam suatu kalimat/ paragraf/ tulisan/ data
Menerapkan:
Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/ belum dipelajari
Kemampuan Berpikir Deskripsi Menganalisis:
Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/ informasi dengan kelompok/ informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya
Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya, memberi nama bagi kelompok tersebut, menentukan apakah satu kelompok sejajar/ lebih tinggi/ lebih luas dari yang lain, menentukan mana yang lebih dulu dan mana yang lebih belakangan muncul, menentukan mana yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, menemukan
keterkaitan antara fakta dengan kesimpulan, menentukan konsistensi antara apa yang dikemukakan di bagian awal dengan bagian berikutnya, menemukan pikiran pokok penulis/ pembicara/ nara sumber, menemukan kesamaan dalam alur berpikir antara satu karya dengan karya lainnya, dan sebagainya
Mengevaluasi:
Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria
Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/ benda menarik/ menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpangan dari kriteria suatu pekerjaan/ keputusan/ peraturan/ memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/ salah/ bagus/ jelek dan sebagainya suatu hasil karya berdasarkan kriteria.
Mencipta:
Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk
membentuknya
Kemampuan membuat suatu cerita/ tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia, mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya.
(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 7-8)
Tabel 6. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Dimensi Pengetahuan
DimensiPengetahuan
Deskripsi
Faktual Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.
Konseptual Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori.
Prosedural Pengetahuan tentang prosedur dan proses khusus dari suatu mata pelajaran seperti algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu prosedur.
3.
Keterampilan
Tabel 7. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan Abstrak
Kemampuan Belajar Deskripsi
Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca sua`tu tulisan/ mendengar suatu
penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati
Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan siswa (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)
Mengumpulkan informasi/ mencoba
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/ digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Menalar/ mengasosiasi Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi argumentasi dan
kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep/ teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/ konsep/ teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Mengkomunikasikan Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai
menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.
(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 9)
Tabel 8. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan Kongkret
Keterampilan Kongkret DeskripsiPersepsi (perception) Menunjukkan perhatian untuk melakukan suatu gerakan
Kesiapan (set) Menunjukkan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan
Meniru (guided response) Meniru gerakan secara terbimbing Membiasakan gerakan
(mechanism)
Melakukan gerakan mekanistik Mahir (complex or overt
response)
Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi Menjadi gerakan alami
(adaptation)
Menjadi gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya
Menjadi tindakan orisinal (origination)
(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 9)
Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap dinyatakan
dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian kompetensi pengetahuan
dinyatakan dalam skor tertentu untuk kemampuan berpikir dan dimensi
pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dinyatakan dalam
deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu. Pencapaian tingkat kompetensi
dinyatakan dalam bentuk deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan
pada tingkat tertentu. Tingkat pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
untuk Sekolah Dasar ditentukan sebagai berikut.
Tabel 9. Tingkat Pencapaian Kompetensi Sekolah Dasar
No.
Tingkat Kompetensi
Tingkat Kelas
1.
Tingkat 1
Kelas I SD/ MI/ SDLB/ PAKET A
Kelas II SD/ MI/ SDLB/ PAKET A
2.
Tingkat 2
Kelas III SD/ MI/ SDLB/ PAKET A
Kelas IV SD/ MI/ SDLB/ PAKET A
3.
Tingkat 3
Kelas V SD/ MI/ SDLB/ PAKET A
Kelas VI SD/ MI/ SDLB/ PAKET A
(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 11)
pengetahuan dan keterampilan ditetapkan dalam bentuk deskripsi yang didasarkan
pada modus, skor rerata dan capaian optimum.
1.
Penilaian kompetensi sikap
Sikap muncul dari perasaan (suka atau tidak suka) yang berhubungan
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu objek tertentu. Sikap
juga dapat dimaknai sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup
yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi
perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan.
Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian
diri, penilaian teman sebaya (
peer evaluation
), dan penilaian jurnal.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
teman sejawat adalah daftar cek atau skala penilaian (
rating scale
) yang
disertai rubrik, sedangkan instrumen yang digunakan untuk jurnal adalah
catatan pendidik.
a.
Observasi
Tabel 10. Contoh Format Pengamatan Sikap di Laboratorium IPA
No Nama
Aspek Perilaku yang Dinilai
Keterangan Bekerja
sama
Rasa ingin tahu
Disiplin Peduli lingkungan 1.
2. 3.
Ani Budi
….
Catatan:
Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 13)
b.
Penilaian diri (
self assessment
)
Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan
(
reinforcement
) terhadap kemajuan proses belajar siswa. Penilaian diri
dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Format
penilaian diri dapat berupa daftar tanda cek atau skala penilaian.
Tabel 11. Contoh Format Penilaian Diri untuk Aspek Sikap
No. Pernyataan Dilakukan
Ya Tidak 1. Sebelum berangkat sekolah saya berpamitan dengan
orangtua
√
2. Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru 3. Saya menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara
dengan orangtua
4. Saya tidak pernah bertengkar dengan kakak/adik 5. Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
baik