• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Siswi Terhadap Pencitraan Ideal Remaja Putri : Studi Kasus di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Siswi Terhadap Pencitraan Ideal Remaja Putri : Studi Kasus di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Siswi Terhadap Pencitraan Ideal Remaja Putri

{Studi Kasus di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung}

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

Siti Khoeriyah

1006018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI

{STUDI KASUS DI SMP YAYASAN ATIKAN SUNDA (YAS) BANDUNG}

Oleh

Siti Khoeriyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Siti Khoeriyah 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagiannya dengan dicetak

(3)
(4)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ……….………... i

Lembar Penguji ………...…….. ii

Lembar Pernyataan ……….. iii

Kata Pengantar ………. iv

Ucapan Terimakasih ………. v

Abstrak ………... vii

Abstract ……….. viii

Daftar Isi ……….………... ix

Daftar Tabel ……… xiii

Daftar Gambar ………..………. xiv

Daftar Lampiran ……….……….. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….….

B. Identifikasi Masalah ……….……….

C. Rumusan Masalah ……….

D. Tujuan Penelitian ………...………...

E. Manfaat Penelitian ……….

F. Struktur Organisasi Skripsi ………...

1

7

7

7

8

8

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Interaksi Sosial ………..

1. Pengertian Interaksi Sosial ………..

2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial ……….

3. Macam-Macam Interaksi Sosial ………..

4. Bentuk Interaksi Sosial ………...

5. Faktor Pendorong Terjadinya Interaksi Sosial ………

10

10

11

12

13

(5)

6. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ………... 16

B. Perubahan Sosial ………...

1. Pengertian Perubahan Sosial ………...

2. Ruang Lingkup Perubahan Sosial ………...

3. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial ………

4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sosial …………

17

17

18

18

20

C. Media dan Perubahan Sosial ………. 22

D. Konsep Remaja ……….

1. Pengertian Remaja ………...

2. Perkembangan Remaja ………

3. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja ………

4. Ciri-Ciri Remaja ………

5. Problem Remaja ………

25 25 26 26 29 30

E. Kepribadian (Personality) ………

1. Pengertian Kepribadian (Personality) ………

2. Struktur Kepribadian ………..

3. Fase-Fase Pembentukan dan Perkembangan Kepribadian ……

4. Unsur-Unsur Kepribadian ………..

5. Kepribadian Remaja Putri ………..

32 32 33 33 35 35

F. Konsep Persepsi ………

1. Pengertian Persepsi ……….

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persepsi ………

3. Proses Terjadinya Persepsi ………..

36

36

37

38

G. Tinjauan Citra Ideal ………..

1. Pengertian Citra Ideal ……….

2. Konsep Cantik ………

40

40

40

H. Media Komunikasi, Remaja dan Persepsi Pencitraan Ideal ………. 41

I. Relevansi Pesepsi Siswi Terhadap Pencitraan Ideal dalam PIPS ….

1. Konsep Dasar PIPS ……….

2. Karakteristik dan Tujuan PIPS ………

45

45

(6)

3. Keterampilan Sosial (Social Skills) ………. 49

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………

B. Metode Penelitian ……….

C. Definisi Istilah ………...

1. Persepsi ………...………

2. Citra Ideal ………...….

3. Remaja ………

D. Teknik Pengumpulan Data ………

1. Observasi ………...……..

2. Wawancara ………...………...

3. Studi Dokumentasi ………..…...

4. Angket ………..…………..

5. Studi Literatur ………..…………..

E. Instrumen Penelitian ………...……..

1. Lembar Observasi ………...…

2. Pedoman Wawancara ………..

3. Lembar Dokumentasi ………..

4. Lembar Angket ………...

5. Lembar Membercheck ………

F. Teknik Pengambilan Sampel ……….

1. Sampel Observasi dan Wawancara ………

2. Sampel Angket (Kuisioner) ………

G. Tahap-Tahap Penelitian ………

1. Tahap Pra Penelitian ………...

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ………

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ……….

1) Reduksi Data ………...

2) Display Data ………...

(7)

3) Uji Validitas ………...

4) Kesimpulan atau Verifikasi ………...

65

65

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung …

1. Sejarah Perkembangan SMP YAS Bandung ………..

2. Latar Belakang Peserta Didik ……….

3. Latar Belakang Responden ………

B. Deskripsi Hasil Penelitian ………

1. Observasi ………..………..

2. Temuan Penelitian ………...…..

a. Hasil wawancara dengan AD (Siswi Kelas XI SMP YAS) ...

b. Hasil wawancara dengan DA (Siswi Kelas XI SMP YAS) ...

c. Hasil wawancara dengan NA (Siswi Kelas VIII SMP YAS) ...

d. Hasil wawancara dengan DN (Siswi Kelas VIII SMP YAS) ...

e. Hasil wawancara dengan AW (Siswi Kelas VII SMP YAS) …

f. Hasil wawancara dengan KZ (Siswi Kelas VII SMP YAS) ….

3. Angket ……….……..

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………..

1. Faktor yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal Pada Remaja

putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung …………..

2. Hal yang membuat remaja putri di SMP Yayasan Atikan Sunda

(YAS) Bandung menganggap dirinya tidak ideal ………..

3. Remaja Putri Yang Ideal Menurut Perspektif Siswi di SMP

Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung ………

67 67 69 72 82 82 97 98 99 101 103 104 105 107 126 126 132 137

D. Implikasi Hasil Penelitian dengan Pembelajaran IPS di SMP

Yayasan Atikn Sunda (YAS) Bandung ……… 140

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(8)

B. Saran ………..……...

1. Siswi ………..……….

2. Guru dan Pihak Sekolah ………...

3. Orang tua ………

4. Peneliti Selanjutnya ………

144

144

144

144

145

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

4.1 Pencitraan Ideal ... 107

4.2 Remaja Yang Ideal ... 107

4.3 Persepsi Cantik ... 108

4.4 Faktor yang Menimbulkan Rasa Percaya Diri ... 112

4.5 Faktor Yang Menimbulkan Pujian ... 113

4.6 Faktor Dicemooh ... 115

4.7 Faktor Kesulitan dalam Penyesuaian Diri ... 116

4.8 Jenis Pakaian Yang Disukai ... 117

4.9 Alasan Mengidolakan Artis ... 118

4.10 Hal yang Dipengaruhi oleh Artis Idola ... 119

4.11 Sarana yang Digunakan dalam Mencari Informasi ... 120

4.12 Ketertarikan Terhadap Media ... 121

4.13 Bakat Seni yang Dimiliki ... 121

4.14 Faktor yang Membuat Ideal ... 123

4.15 Cara Agar Terlihat Ideal ... 124

4.16 Gaya Hidup yang Dijalani Perempuan Ideal ... 124

(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Keterampilan Sosial ... 50

3.1 Model Interaktif dalam Analisis Data ... 66

4.1 Cerdas Itu Cantik ... 108

4.2 Berbakat Itu Cantik ... 109

4.3 Bertubuh Gemuk Namun Berparas Cantik dapat di katakan Ideal ... 109

4.4 Pentingnya Memiliki Pencitraan Ideal ... 110

4.5 Sosok Sahabat ... 110

4.6 Kenyamanan dalam Berteman ... 111

4.7 Keinginan Mengikuti atau Meniru Teman ... 111

4.8 Rasa Iri Terhadap Teman ... 112

4.9 Pengalaman Dipuji ... 113

4.10 Pengalaman Dicemooh ... 114

4.11 Kesulitan dalam Menyesuaikan Diri ... 115

(10)

4.13 Artis yang Diidolakan ... 118

4.14 Pengaruh Artis Idola ... 119

4.15 Gaya Berpakaian ... 120

4.16 Kenyamanan Terhadap Diri Sendiri ... 122

4.17 Pendapat Mengenai diri Sendiri ... 123

4.18 Pengalaman Dipuji Karena Pintar dan Berbakat ... 128

4.19 Teman Menjadi Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Pada Remaja Putri ... 129

4.20 Hubungan Media dengan Pencitraan Ideal ... 131

4.21 Pengalaman yang Tidak Menyenangkan ... 133

4.22 Kesulitan dalam Penyesuaian Diri dengan Lingkungan ... 135

4.23 Remaja Ideal Berdasarkan Perspektif Siswi ... 137

4.24 Usaha yang dilakukan oleh Remaja Ideal ... 139

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian dari Prodi PIPS

Lampiran 2. Surat Pengantar Penenlitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial

Lampiran 3. Surat Perizinan Penelitian dari SMP YAS Bandung

Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 5. Lembar Observasi

Lampiran 6. Lembar Wawancara

Lampiran 7. Lembar Angket

Lampiran 8. Tabel Coding Scheme

Lampiran 9. Reduksi Data

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat

penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin “perceptio”, “perceptio”, yang berarti menerima atau

mengambil. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan” (Echlos & Shadily dalam Desmita, 2010, hlm. 117). Sementara itu, menurut Wilcox (2013, hlm. 104-106) persepsi adalah

penerjemah otak terhadap informasi yang disediakan oleh semua indera fisik serta

segala sesuatu yang telah ada dalam pikiran kita, semua yang kita inginkan,

kehendaki, sangka, dan dibutuhkan, pengalaman masa lalu, membantu

menentukan persepsi. Pendapat serupa disampaikan oleh Sarwono (2002, hlm. 7)

dalam pandangan konvensional persepsi dianggap sebagai kumpulan

penginderaan, sebagai proses pengenalan objek yang merupakan aktivitas kognisi

dimana otak aktif menggabungkan kumulasi (tumpukan) pengalaman dan ingatan

masa lalu serta aktif menilai untuk memberi makna dan penilaian baik atau buruk.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa persepsi

adalah suatu proses mengolah pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh

dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh sistem alat indra manusia.

Maka, pada dasarnya persepsi merupakan hubungan antara manusia dengan

lingkungannya, serta bagaimana manusia menggambarkan atau menyampaikan

stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya, kemudian memproses hasil pengindraannya itu, sehingga muncullah

makna mengenai objek tersebut (baik atau buruk).

Proses mengenali suatu objek dilakukan oleh setiap manusia, khususnya

remaja yang pada masa ini mereka banyak melihat dan mengadopsi melalui apa

yang mereka lihat atau temukan di sekelilingnya. Proses seperti ini dikatakan

(12)

2

penampilan fisik, dan perilaku. Khususnya bagi anak perempuan, mereka

cenderung lebih senang memperhatikan penampilan fisiknya dibandingkan

dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan, baginya penampilan fisik

merupakan prioritas utama daripada yang lainnya. Hal demikian disebabkan

karena masa remaja merupakan masa pencarian jati diri (ego identity) dimana

proses peniruan merupakan salah satu faktor interaksi sosial, yang berperan

penting dalam pergaulan hidup manusia dan timbulnya perubahan masyarakat

(Wulansari, 2009, hlm. 37). Perubahan masyarakat dapat dikategorikan kedalam

salah satu unsur terjadinya perubahan sosial. Sebab, salah satu unsur yang

meliputi perubahan sosial adalah pola perilaku dan interaksi sosial. Salah satu

konten interaksi sosial yang dilakukan remaja saat ini adalah melalui media. Saat

ini remaja tidak pernah lepas dari media, baik itu media elektronik maupun media

cetak. Dari media tersebut, remaja membuat persepsi tersendiri dari apa yang

ditampilkan di dalam media.

Media merupakan perantara untuk menyampaikan infromasi kepada

penerima atau penonton, pendengar melalui audio, visual, maupun audio visual.

Media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dapat berupa media cetak,

media audio visual (Televisi), media audio (radio) dan lain sebagainya.

Kemunculan media tidak serta merta datang begitu saja. Munculnya media

disebabkan oleh beberapa faktor yakni, perkembangan zaman, perkembangan

manusia, yang akhirnya menuntun pada perkembangan teknologi itu sendiri.

Dalam kamus besar Indonesia, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk

menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan

hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan

sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Perkembangan teknologi terbaru,

termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan internet, telah memperkecil

hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk

berinteraksi secara bebas dalam skala global.

Arus komunikasi yang dulu tersendat-sendat dan memakan waktu yang

lama, sekarang telah mengalami perubahan, mejnadi lebih cepat dan mudah

didapatkan. Satu peristiwa yang terjadi di suatu belahan dunia dapat diketahui di

(13)

3

mempunyai andil yang besar pada era informasi. Tentu saja perkembangannya ini

sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk terjadinya

perubahan sosial yang berpengaruh terhadap gaya hidup individu. Gillin dan

Gillin (dalam Ismawati, 2012, hlm. 105) mengatakan bahwa perubahan sosial

adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena suatu

kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, ataupun

penemuan-penemuan baru. Selo Soemardjan (dalam Wulansari, 2009, hlm. 126)

mendefinisikan perubahan sosial sebagai segala perubahan-perubahan pada

lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi

pada sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan

pola-pola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Pada dasarnya, media merupakan alat komunikasi yang memiliki banyak

manfaat, mampu menyampaikan segala informasi kepada penonton, namun

terkadang media serta penontonnya sendiri kurang mampu menanggapi informasi

dengan bijak, akhirnya terbawalah kedalam arus konstruksi media. Perilaku

seperti ini sering muncul ketika penonton sudah merasa candu dengan penampilan

yang trendi, glamour, pencitran ideal, yang tujuannya untuk mendapatkan

pengakuan pergaulan sosial.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa salah satu tempat

berlangsungnya interaksi sosial adalah media. Dengan media segala informasi

dapat disampaikan dengan cepat sehingga penonton dapat melihat langsung

kejadian-kejadian yang sedang hangat diperbincangkan, termasuk salah satunya

mode-mode atau trend fashion yang sedang banyak digandrungi kaum muda.

Remaja menjadi salah satu daya tarik untuk menjadi objek dalam dunia mode

dikarenakan pada masa ini merupakan masa pencarian jati diri, dimana mereka

akan memberikan persepsi terhadap sosok yang dilihatnya di media sebagai sosok

yang ideal dan banyak disukai oleh banyak orang, sehingga dapat diterima di

dalam pergaulan sosial. Selain itu, penemuan-penemuan baru yang di dalamnya

termasuk perkembangan teknologi merupakan faktor eksternal terjadinya

perubahan sosial yang juga mampu merubah pola-pola perilaku manusia dalam

(14)

4

Gaya hidup manusia pada zaman sekarang terbilang cukup mewah dan

glamor. Gaya hidup telah menjadi sebuah kebutuhan terhadap citra eksklusif,

modern, praktis, dan bergengsi sehingga menciptakan suasana kehidupan yang

saling berlomba-lomba menunjukan penampilan terbaik dari gaya hidup mewah.

Gaya hidup seperti itu muncul dari masyarakat global diaman, kemunculan

fenomena tersebut merupakan akibat dari banyaknya informasi serta

tampilan-tampilan sosok ideal yang diperlihatkan melalui media. Tampilan sosok ideal

menjadi daya tarik tersendiri dalam merubah gaya hidup seseorang. Menarik

tidaknya gaya hidup seseorang ditentukan oleh sebuah pendapat seseorang yang

dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Pandangan mengenai baik

buruknya seseorang disebut citra.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008, hlm. 270) citra

merupakan rupa; gambar; gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai

pribadi, perusahaan, organisasi atau produk. Hal serupa disampaikan oleh

Ardianto (2010, hlm. 99) mengatakan citra mencerminkan pemikiran, emosi dan

persepsi individu atas apa yang mereka ketahui. Terkadang persepsi diyakini

sebagai relitas karena persepsi membentuk citra. Philip Kotler (Khisbiat, 2011,

hlm. 2) citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan seseorang terhadap

suatu objek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya. Rakhmat (dalam

Ardianto, 2010, hlm. 99) menyatakan, citra adalah gambaran tentang realitas dan

tidak harus selalu sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi kita.

Dengan demikian, bahwasanya citra merupakan persepsi, pandangan atau

pendapat seseorang terhadap sesuatu hal yang dilihatnya berdasarkan sudut

pandang yang berbeda-beda. Namun, seiring kemunculan media yang

mengkonstruksikan sosok ideal pada perempuan, membentuk pandangan dan

pemikiran yang sama mengenai pencitraan ideal pada remaja putri.

Kata ideal diartikan sebagai sesuatu yang sangat sesuai dengan yang

dicita-citakan atau di angan-angankan atau dikehendaki (KBBI, 2008, hlm. 517).

Dalam konstruksi media, idealnya seorang perempuan dilihat dari kecantikan dan

penampilannya yang menarik. Daya tarik perempuan memang berwujudkan dari

kecantikan dan penampilan fisiknya, sehingga membuat sebagaian perempuan

(15)

5

umum, menjadikannya berfikir harus terus memperbaiki dirinya khususnya

penampilan.

Maka persepsi citra ideal merupakan pandangan mengenai seseorang yang

dilihat dari berbagai sudut, contoh pada perempuan dilihat dari kecantikan

parasnya, kemolekan, kecerdasan, sikap, serta penampilannya. Munculnya

persepsi mengenai citra ideal perempuan, berakibat pada munculnya ketidak

puasaan terhadap penampilan perempuan itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor seperti yang telah di ungkapkan di atas, bahwa media mampu

merubah dan mendukung persepsi seseorang terhadap penampilan perempuan.

Lebih jauh, perempuan dapat melakukan berbagai cara untuk merubah penampilan sesuai dengan yang dikonstruksikan media. O’Guinn dan Shrum (2010, hlm. 392) mengatakan, “Pelbagai citraan bisa memiliki pengaruh panjang

pada sikap, kepercayaan, dan perilaku orang dengan pelbagai cara baru yang dilakukan”. Berkaitan dengan persepsi pencitraan ideal, manusia cenderung menerima objek daripada mengenali kualitas-kualitas sensoriknya. Maka dapat

dikatakan bahwa objek seorang remaja putri adalah pada penampilan fisiknya.

Dengan demikian, remaja putri dapat meniru dan mengadopsi penampilan dari

sosok idolanya tersebut sebagai salah satu cara mereka menemukan identitas diri

dan menganggap apa yang mereka lihat adalah hal yang ideal khususnya bagi

perempuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, bermunculannya citra perempuan

membuat beberapa penonton khususnya remaja putri merasa harus mengidealkan

dirinya agar sama dengan sosok ideal yang dilihatnya. Hal ini terjadi pada remaja

putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS). Mereka berpenampilan layaknya

sosok-sosok ideal yang dimiliki oleh idola yang di perlihatkan oleh media.

Terdapat beberapa kelompok remaja putri yang dianggap memiliki penampilan “istimewa” saat berada di lingkungan luar sekolah maupun di dalam sekolah. Kelompok tersebut merasa dirinya memiliki ciri khas yang dianggapnya membuat

populer di antara teman-teman lainnya. Alhasil muncul spekulasi bahwa yang

memiliki penampilan menarik akan lebih populer dibandingkan dengan yang

berpenampilan biasa saja. Seorang remaja putri menganggap penampilan

(16)

6

penampilannya lebih baik daripada yang dimiliki orang lain, ia terseret untuk

merasa sombong sehingga sering berbicara tentang penampilannya. Menurut

Ath-Thurl (2007, hlm. 168) perasaan sombong akan merambat pada kesombongan

daya pikir. Sifat sombong ini ia tunjukan dengan sifat keras kepala, tidak mau

berunding, tidak mau menerima nasihat orang lain, tidak mau mempertimbangkan

pendapat orang lain, dan tidak mau tahu dengan hak mereka. Hal ini membuktikan

adanya stratifikasi kelas sosial yang diperlihatkan dari penampilan. Sehingga yang

berpenampilan biasa saja mendapat perlakuan yang kurang baik dari

teman-temannya. Seperti dikucilkan, di cemooh bahkan sampai di buli. Dari pernyataan

tersebut, dapat dikatakan bahwa penampilan yang dimiliki oleh remaja putri,

memiliki pengaruh terhadap kepribadian dan perilaku dari remaja putri tersebut.

Sebagai makhluk sosial, seorang remaja putri harus memiliki keterampilan

sosial sebagai solusi dari perilaku negatif tersebut. Pada dasarnya, keterampilan

sosial merupakan kemampuan untuk melakukan interaksi dengan masyarakat luas

dan menciptakan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan

sosial dengan menekan keegoisan yang dimiliknya. Sehingga dapat tercipta

kehidupan sosial yang harmonis tanpa meilhat perbedaan khususnya pada

penampilan seseorang.

Melihat pentingnya keterampilan sosial yang harus dimiliki manusia,

khususnya remaja putri, maka timbul kekhawatiran peneliti terhadap perilaku

remaja yang tidak atau kurang memiliki modal sosial. Mereka cenderung

berperilaku egois dan tidak mau menerima pendapat orang lain, yang akhirnya

menimbulkan konflik pada kehidupan remaja itu sendiri.

Fenomena tersebut merupakan salah satu bagian dari kajian dalam Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Hal tersebut ditegaskan oleh Sapriya (2008, hlm. 6)

mengatakan social studies merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan

masalah sosial. Puskur (2006, hlm.7) menyebutkan tujuan pembelajaran IPS yaitu

mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan

yang terjadi, dan trampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari. Maka

dapat dikatakan, kajian mengenai persepsi siswi terhadap pencitraan ideal remaja

(17)

7

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

untuk mengetahui persepsi siswi terhadap pencitraan ideal remaja putri yang

merupakan sebuah kajian studi kasus di lingkungan SMP Yayasan Atikan Sunda

(YAS) Bandung.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan pengenalan masalah atau inventarisasi

masalah. Dengan mengidentifikasi masalah, penulis dapat menentukan batasan

permasalahan sehingga dapat terjadi pemfokusan teori dan variabel serta kaitan

antarvariabel yang akan diteliti sebagai berikut:

a. Perilaku yang membuat remaja putri memiliki persepsi pencitraan ideal

b. Perubahan sosial dan media yang menjadi faktor munculnya gaya hidup

dengan bermodalkan citra ideal seorang remaja putri tersebut

c. Munculnya stereotip antara yang ideal dengan yang tidak ideal

d. Pentingnya modal sosial dalam kehidupan, khususnya pada remaja putri

C.Rumusan Masalah

Memahami latar belakang di atas maka hal tersebut dirumuskan dalam

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Faktor apa yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal pada remaja putri di

SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung?

2. Hal apa yang membuat remaja putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS)

Bandung menganggap dirinya tidak ideal?

3. Seperti apa remaja putri yang ideal menurut perspektif siswi di SMP Yayasan

Atikan Sunda (YAS) Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan diadakannya penelitian

adalah:

1. Mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal remaja

putri

2. Mengetahui sebab-sebab remaja putri merasa tidak ideal

(18)

8

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, dan

dapat dijadikan referensi.

2. Dapat menjadi manfaat bagi masyarakat luas, khususnya remaja putri agar

mampu mengetahui berbagai potensi yang dimilikinya tanpa harus merubah

seperti orang lain. Menjadi diri sendiri lebih baik daripada menjadi orang

lain.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan

bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah

penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikasi

penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, berisi penjabaran sumber-sumber pustaka, yang

relevan dengan subjek penelitian yang dilakukan, yakni berisi

konsep-konsep serta teori-teori yang berkaitan dengan Persepsi

Siswi Terhadap Pencitraan Ideal Remaja Putri.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode

penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu: lokasi dan

subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data

berupa laporan secara rinci tahap-tahap analisis data, dan teknik

(19)

9

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri

dari dua hal utama yakni: (1) Pengolahan atau analisis data untuk

menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian,

pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian; (2) Pembahasan atau

analisis temuan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

hasil analisis temuan penelitian yang dijabarkan dalam bentuk

uraian padat. Saran yang direkomendasi yang ditulis setelah

simpulan ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para

pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti

berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya,

dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan penjabaran yang rinci mengenai metode

penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu: lokasi dan subjek

penelitian, metode penelitian, definisi istilah, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data serta analisis data berupa laporan secara rinci tahap-tahap

pengumpulan data, dan teknik yang dipakai dalam analisis data itu.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS),

Jalan Penghulu Haji Hasan Mustopa No. 115 Kecamatan Padasuka Kelurahan

Cibeunying Kidul Kota Bandung. Lokasi ini dipilih berdasarkan observasi awal

yang dilakukan di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) dapat mendukung

penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Amirin (dalam Idrus, 2009. 91) mengatakan, subjek penelitian merupakan

seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Dengan

demikian, subjek penelitian yang dipilih dalam cara mengetahui persepsi siswi

terhadap pencitraan ideal remaja putri adalah peserta didik perempuan. Subjek

penelitian atau sumber data penelitian ini dipilih melalui teknik snowball

sampling.

B. Metode Penelitian

Sebuah penelitian, diperlukan suatu metode untuk mempermudah

pelaksanaan penelitian sehingga mendapatkan data yang tepat. Tentunya

pemilihan metode penelitian serta langkah-langkahnya merupakan hal yang

penting. Jenis apa pun penelitian yang dilakukan, metode harus disesuaikan

dengan objek penelitian. Dengan kata lain objeklah yang menentukan metode apa

yang akan digunakan dalam penelitian.

Meninjau kecenderungan data yang didapat dari observasi lapangan dan

kesesuaian dengan tujuan penelitian, menyangkut persepsi manusia yang di

dalamnya berisikan pendapat serta komentar terhadap sesuatu yang dilihatnya,

(21)

54

kasus dengan pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam memecahkan

masalah dalam penelitian ini.

Bogdan (dalam Suhartini, 2005, hlm.36) mengatakan, adapun penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Selain itu,

Nasution (dalam Andriani, 2010, hlm. 97) menjelaskan bahwa penelitian kaulitatif

disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang

dikumpulkan yang bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak

menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau “wajar”, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi.

Bogdan dan Biklen (dalam Sugiono, 2009, hlm. 13) mengemukakan

penelitian kualitatif memiliki karakteristik tertentu yang dilakukan pada kondisi

alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci; penelitian

kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau

gambar sehingga tidak menekankan pada angka; penelitian kualitatif lebih

menekankan pada proses daripada produk atau outcome; penelitian kualitatif

melakukan analsis data secara induktif dan lebih menekankan makna.

Studi kasus adalah metode penelitian yang mengungkapkan masalah atau

kasus secara terperinci dan menyeluruh terhadap objek yang diteliti. Yin (dalam

Andriani, 2010, hlm. 95) mengungkapkan bahwa penelitian studi kasus adalah

sebuah metode penelitian yang dibutuhkan untuk meneliti atau mengungkapkan

secara utuh dan menyeluruh terhadap kasus. Ary (dalam Idrus, 2009, hlm. 57)

menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang seorang

individu, namun studi kasus terkadang dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki

unit sosial yang kecil seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok ”geng” anak

muda. Kekhusuan penelitian studi kasus sebagai metode penelitian adalah pada

tujuannya.

Kekhusuan penelitian studi kasus adalah pada sifat dan karakteristik obyek

yang diteliti. Menurut Yin (dalam Andriani, 2010, hlm. 96), kasus dalam

penelitian studi kasus bersifat kontemporer, masih terkait dengan masa kini, baik

(22)

55

masih terasa pada saat dilakukannya penelitian. Kembali di ungkapkan oleh Yin

(dalam Andriani, hlm. 96) bahwa dalam studi kasus obyek penelitian harus

memiliki perbedaan yang sangat menonjol serta memiliki kekhasan dalam

beberapa aspeknya.

Dengan demikian, metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah

metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode tersebut sesuai karena

memiliki keunggulan dalam menelaah kasus yang sedang terjadi pada masa

sekarang serta dapat berpengaruh terhadap kehidupan di masa yang akan datang

selain itu, obyek yang dipilih memiliki kekhasan pada sistem pengajaran dan

peraturan yang diterapkan seperti yang ada di SMP YAS Bandung.

C. Definisi Istilah

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka di bawah ini

terdapat beberapa definisi istilah yang akan menjelaskan inti atau gagasan utama

dari variabel-variabel yang terdapat dalam rumusan masalah yang menjadi fokus

dalam penelitian sebagai berikut.

1. Persepsi

Echlos dan Shadily (dalam Desmita, 2010, hlm. 117) mengatakan bahwa

persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang

memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin

“perceptio”, “perceptio”, yang berarti menerima atau mengambil. Dalam Kamus

Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan”. Para ahli perkembangan menganggap persepsi sebagai bagian untuk memahami input sensorik yang disambungkan ke otak oleh indera dan

dihantarkan menuju susunan saraf pusat. Sedangkan Lahlry (dalam Severin dan

Tankard, 2009, hlm. 83) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita

gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Pendapat lain

dikemukakan oleh Chaplin (dalam Desmita, 2010, hlm. 117) mengartikan persepsi

sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan

bantuan indra. Dengan kata lain, persepsi adalah penterjemah otak terhadap

(23)

56

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan proses

penterjemahan kelima indera manusia terhadap suatu objek melalui pengalaman,

situasi, dan kondisi, sehingga manusia atau individu tersebut dapat memberikan

tanggapan, kesan, melahirkan ide, keyakinan dan pandangan baik buruknya objek

tersebut. Walaupun pandangan baik buruknya objek yang dilihat masih terbilang

relatif, namun keduanya akan selalu berdampingan. Baik buruknya objek yang

dilihat merupakan suatu gambaran sebenarnya dari wujud yang dinilai atau

dipersepsikan.

2. Citra Ideal

Kotler (dalam Khisbiat, 2011, hlm. 2) mengatakan, citra adalah

seperangkat keyakinan, ide, dan kesan seseorang terhadap suatu objek tersebut

yang menampilkan kondisi terbaiknya. Kata ideal diartikan sebagai sesuatu yang

sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau di angan-angankan atau dikehendaki

(KBBI). Maka, citra ideal merupakan gambaran sosok suatu objek yang memiliki

wujud sesuai dengan yang di cita-citakan atau diharapkan. Artinya, kondisi

terbaiknya dapat dikatakan sebagai sosok ideal dari seseorang tersebut

(perempuan).

Citra ideal seorang perempuan bersifat fleksibel, karena setiap orang

memiliki pemikiran, ide, kesan yang bebeda-beda pada objek yang sama. Namun

jika hal tersebut di konstruksikan oleh satu sudut pandang yang sama, maka

pemikiran yang berbeda menjadi serupa atau sama.

3. Remaja Putri

Anak usia sekolah menengah pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai

remaja. Dilihat dari tahapan perkembangannya anak usia sekolah menengah

(SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas. Masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.

Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity)

(Desmita, 2010, hlm. 36-37). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada

anak usia remaja putri, yaitu:

(24)

57

2. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder

3. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan

kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa

4. Memfokuskan perhatian pada keadaan dan bentuk fisiknya dibandingkan

dengan hal lain

5. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai wanita dewasa yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat

Dengan demikian, remaja putri merupakan sosok yang sedang mengalami

masa perubahan baik dalam bentuk fisik maupun kehidupan yang dihadapinya.

Sebagian dari remaja putri mengalami kesulitan menerima perubahan yang terjadi

dalam dirinya, hal ini yang membuat remaja putri dikatakan unik karena memiliki

karakteristik yang secara garis besar lebih pada perkembangan fisiknya serta

memperhatikan penampilan fisiknya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data yang tujuannya adalah agar data yang

diperoleh sesuai dengan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi

(pengamatan), interview (wawancara), studi dokumentasi, kuesioner (angket), dan

studi literatur.

1. Observasi

Hadi (dalam Sugiono, 2011, hlm. 145) mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai

proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan. Creswell (2010, hlm. 267) mengatakan, observasi

merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang

tampak terhadap obyek penelitian. Teknik pengumpulan data dengan observasi

digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dengan demikian, dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan

(25)

58

observasi harus tersusun secara sistematis agar dapat dijadikan dasar yang cukup

ilmiah untuk generalisasi. Dengan observasi kita dapat mengetahui kebenaran

pandangan teoritis tentang masalah yang diselidiki dalam hubungannya dengan

dunia nyata.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiono, 2011,

hlm.137). Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang

diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau

keyakinan pribadi. Hadi dalam (Sugiono, 2011, hlm.138) mengemukakan bahwa

anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

interview adalah 1) subyek (responden) merupakan orang yang paling tahu

tentang dirinya sendiri; 2) pernyataan yang dinyatakan oleh subyek kepada

peneliti adalah benar dan dapat dipercaya; 3) interpretasi subyek tentang

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur

maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun

dengan menggunakan telepon.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif

yang sudah lama digunakan karena sangat bermanfaat. Seperti yang diungkapkan

oleh Arikunto (1988, hlm. 236) bahwa metode dokumentasi merupakan salah satu

cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.

Dengan demikian, data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini

dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

(26)

59

4. Angket

Angket merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien bila

peneliti mengetahui secara jelas apa yang disyaratkan. Angket dalam penelitian ini

digunakan untuk mendapatkan informasi atau data yang tidak dapat dijawab

dengan wawancara, artinya angket menjadi alat penambah data agar data yang

didapat sesuai dengan tujuan penelitian dan memiliki kriteria validitas.

5. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori atau

konsep-konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penulisan skripsi

ini serta mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti. Hal tersebut sesuai

dengan yang dikatakan oleh Kartono (dalam Andriani 2010, hlm. 102) bahwa

studi literatur adalah penulisan kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan

data dan informasi dengan bantuan macam-macam material diruang perpustakaan,

misalnya berupa buku-buku, naskah-naskah, catatan-catatan, dokumen-dokumen,

dan lain-lain. Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mencari infromasi serta

data baik berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian yang

dikemukakan para ahli sebagai landasan teoritis khususnya mengenai

masalah-masalah yang sejalan dengan penulisan ini guna mempertajam analisa mengenai

masalah-masalah penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri,

peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan data dan

membuat kesimpulan. Fungsi peneliti dalam penelitian kualitatif menurut

Nasution (Sugiono, 2009: 60) dinyatakan bahwa:

(27)

60

ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,

namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi

data dan membandingkan dengan data yang telah ditemui melalui observasi dan

wawancara.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk

mengobservasi objek penelitian yang telah ditentukan. Disini peneliti mencatat

segala kegiatan termasuk perilaku objek penelitian dan menjadikannya sumber

pengumpulan data.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkap data secara kualitatif.

Data kualitatif bersifat lebih luas dan dalam, mengingat data ini digali oleh

peneliti sampai peneliti merasa cukup.

Pedoman wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai pemandu, dengan

demikian (1) proses wawancara berjalan di atas rel yang telah ditentukan, (2)

responden dapat memberi jawaban seperti yang dikehendaki peneliti, (3) peneliti

tidak terlalu sulit membedakan antara data yang digunakan dan tidak, (4) peneliti

dapat lebih berkonsentrasi dengan lingkup penelitian yang dilakukan.

Dengan demikian, sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan,

peneliti membekali diri dengan pedoman wawancara dan lembar observasi untuk

mendapatkan informasi yang lebih banyak dengan tema dan kondisi yang ada.

3. Lembar Dokumentasi

Dalam dokumentasi ini, peneliti mencari data-data yang dapat dijadikan

informasi berdasarkan lembar profil yang didalamnya berisi sejarah SMP YAS

(28)

61

4. Lembar Angket

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data sebagai pelengkap

penelitian yang hasilnya memiliki validitas dan realibel (dapat dipercaya)

mengenai pendapat sisiwi tentang pencitraan ideal remaja putri di SMP Yayasan

Atikan Sunda (YAS) Bandung

5. Lembar Membercheck

Instrument ini digunakan untuk mengetahui poin-poin penting yang

menjadi fokus dalam penelitian dengan cara menceklist pernyataan yang dilihat

pada pengamatan yang dilakukan di SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung.

F. Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel Observasi dan Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menentukkan sampel pada saat memasuki

lapangan dan selama melakukan penelitian (emergent sampling design). Caranya

yaitu, peneliti menarik orang tertentu berdasarkan data atau informasi yang

diperoleh dari sampel sebelumnya. Dengan pertimbangan responden mampu

memberikan informasi atau data yang lebih lengkap, akhirnya peneliti

menentukkan enam orang siswi sebagai sampel dalam penelitian kualitatif.

Pengambilan sampel sesuai dengan yang dikatakan oleh Lincoln dan Guba

(dalam Sugiono, 2012, hlm.219) bahwa penentuan sampel dalam penelitian

kualitatif yakni dengan mengambil beberapa orang tertentu yang dianggap dapat

memberikan data lebih lengkap sehingga mampu menjawab penelitian yang

sedang dilakukan. Selanjutnya Bogdan dan Biklen (dalam Sugiono, 2012,

hlm.219) mengatakan bahwa teknik pengambilan sampel tersebut dapat pula

dikatakan dengan teknik snowball sampling.

Dengan demikian, peneliti telah menentukkan sampel yang menjadi

informan dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan serta kriteria tertentu

yang telah ditentukkan ketika peneliti melakukan observasi yang kemudian

(29)

62

2. Sampel Angket (Kuisioner)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket sebagai alat pelengkap

data dalam penelitian yang ditujukan pada siswi kelas VII-IX di SMP Yayasan

Atikan Sunda (YAS) Bandung dengan sampel berjumlah masing-masing 5 orang,

dengan rincian sebagai berikut:

n : Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah populasi

: Nilai presisi (ditentukan dalam penelitian ini sebesar 90% atau 0,1)

Kelas VII :

Kelas VIII :

Kelas IX :

= 4.8 (dibulatkan 5)

Dengan demikian, ditentukan jumlah sampel kelas VII 5 orang, kelas VIII

5 orang dan kelas IX 5 orang dengan jumlah keseluruhan 15 orang siswi SMP

Yayasan Atikan Sunda.

G.Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap pra penelitian ini yang pertama kali dilakukan adalah

memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan

menyesuaikan keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti.

Setelah masalah dan judul penelitian dinilai tepat dan disetujui oleh pembimbing,

peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang

subjek yang akan diteliti.

Setelah diperoleh gambaran mengenai subjek yang akan diteliti serta

masalah yang dirumuskan relevan dengan kondisi objektif lapangan, selanjutnya

peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih

dahulu harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian di lokasi yang

(30)

63

selanjutnya diteruskan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Pembantu Dekan I

untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala BAAK UPI secara

kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.

b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin

penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah dan HUMAS SMP

Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung

1) Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke lapangan

untuk memulai penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk

mengumpulkan data dari responden. Selain mengumpulkan hasil observasi di

lapangan penulis juga memperoleh data melalui wawancara dengan responden dan

kuisioner dari responden. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis adalah

sebagai berikut:

a. Menghubungi Kepala Sekolah dan HUMAS SMP Yayasan Atikan Sunda

(YAS) Bandung untuk meminta informasi dan izin melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi

c. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti.

d. Menentukan sampel penelitian

e. Menentukan informan yang akan diwawancara

f. Menghubungi responden yang akan diwawancara

g. Mengadakan wawancara dengan responden (siswi) sesuai dengan kesepakatan

sebelumnya. Data wawancara dijadikan sebagai data mendalam penelitian

h. Menyebarkan angket sebagai data pelengkap penelitian

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan responden, penulis

menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tuuan

agar dapat mengungkapkan data secara mendetail. Data yang diperoleh dari hasil

wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh

dokumen lainnya. Demikian seterusnya sampai penulis mencatat data pada titik

(31)

64

Selanjutnya, untuk mendukung keabsahan data, peneliti menggunakan angket atau

kuisioner sebagai data pelengkap.

2) Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam

penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpukan oleh

peneliti. Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses

menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang

diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, observasi

dan kuisioner di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan selama proses

penelitian dan di akhir penelitian. Hal ini senada dengan pendapat Nasution

(1996, hlm. 129) bahwa “dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai

sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”. Lebih lanjut mengenai tahap analisis data ini, Nasution (1996, hlm. 129) mengemukakan:

Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam

pengolahan data dan menganalisis data melalui dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Reduksi data

Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil

penelitian pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Penelitian difokuskan

pada tanggapan kognitif siswi kelas VII-IX SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung

mengenai persepsinya tentang pencitraan ideal remaja putri. Reduksi data

bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul

dari hasil catatan lapangan kemudian merangkum, mengklasifikasikan sesuai

(32)

65

2) Display Data

Display data adalah kesimpulan informasi yang tersusun dan akan

memberikan gambaran penelitian yang menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan

data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Penyajian data di awali dari hasil wawancara beberapa siswi kelas VII-IX SMP

Yayasan Atikan Sunda Bandung. Hal ini karena pertanyaan untuk siswi relatif

sama. Semua data hasil wawancara dengan responden tersebut itu dipahami satu

persatu kemudian disatukan sesuai dengan rumusan masalah. Data hasil

wawancara semua responden dibandingkan satu dengan yang lainnya.

3) Uji Validitas

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi. Hal ini seringkali menimbulkan persepsi bahwa hasil

penelitian kualitatif seringkali diragukan karena tidak memenuhi syarat validitas

dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang

dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal) menurut

Nasution (2003, hlm.114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan

agar kebenaran penelitian dapat dipercaya salah satunya menggunakan expert

opinion. Expert opinion merupakan pengecekan atau konsultasi data yang

dilakukan dengan orang yang dianggap ahli atau pakar pada bidang studi seperti

dosen pembimbing, agar mendapatkan saran dalam penelitian dan arahan terhadap

hasil temuan di lapangan agar sesuai dengan prosedur penelitian (Kunandar, 2012,

hlm.108).

4) Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang

dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting.

Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat yang dilengkapi dengan

diagram untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami

(33)

66

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan

pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk

rangkuman dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan

disesuaikan dengan fokus masalah penelitian, selanjutnya data diuraikan dan

diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana yang diuraikan

oleh Moleong (2000, hlm. 192-195), yaitu:

1. Data diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk

mengungkapkan permasalahan secara tepat.

2. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik

ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

3. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.

Untuk memperjelas gambaran mengenai alur penganalisisan data, disajikan

[image:33.595.170.468.373.532.2]

diagram sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Interaktif dalam Analisis Data

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti

dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut diharapkan peneliti

dapat memperoleh data-data yang lengkap mengenai persepsi siswi terhadap

pencitraan ideal remaja putri.

DATA DISPLAY DATA

COLECTION

DATA REDUCTION

(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan

melalui observasi dan wawancara secara langsung kepada responden. Selanjutnya

penulis menyajikan saran bagi siswi, guru atau pihak sekolah, orang tua dan

peneliti selanjutnya yang dirasa sesuai dengan penelitian ini.

A.Kesimpulan

Dari pembahasan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya aspek yang mempengaruhi persepsi pencitraan ideal terhadap

remaja putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung didasari oleh tiga

faktor yaitu pengalaman, proses belajar, serta cakrawala dan pengetahuan.

Ketiganya merupakan faktor utama yang paling berpengaruh terhadap persepsi

pencitraan remaja putri.

2. Hal yang dapat membuat remaja putri merasa dirinya tidak ideal adalah

pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi pada masa kanak-kanak, seperti

dicemooh karena memiliki beberapa kekurangan yang dianggap oleh

teman-temannya merupakan bahan celaan atau cemoohan. Kedua adalah kesulitan

dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Dalam hal ini remaja putri merasa

dirinya tidak memiliki bentuk badan seperti orang lain atau teman-temannya,

menganggap dirinya tidak lebih cantik dibandingkan dengan teman-temannya,

dan merasa dirinya tidak dapat bergaul dengan teman-temannya sehingga

merasa terkucilkan atau merasa tidak istimewa. Keduanya menjadi faktor

utama penyebab remaja putri merasa tidak ideal. Keterampilan mengontrol diri

dianggap penting bagi seorang remaja putri agar ia mampu menonjolkan atau

menunjukan hal yang positif dalam dirinya, dan mengesampingkan hal yang

negatif dalam dirinya.

3. Pandangan siswi SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung mengenai

remaja putri yang ideal ialah sosok remaja yang memiliki bentuk fisik yang

bagus dan menarik. Diantaranya, memiliki tubuh langsing, tinggi, berambut

(35)

144

yang mengatakan berhijab merupakan bagian dari keidealan remaja putri.

Dengan demikian, ia akan terlihat lebih menarik. Namun ada dua unsur lain

yang dianggapnya mampu melengkapi keidealan yang telah dimiki, yakni

kecantikan yang berasal dari dalam (inner beauty). Kecantikan yang berasal

dari dalam ditunjukan dengan sikap yang santun, cerdas dan berbakat. Maka

kesempurnaan seorang wanita yang banyak diidamkan oleh semua wanita akan

semakin terlihat sempurna.

B.Saran

1. Siswi

Ditemukan bahwa masih banyak siswi yang masih cenderung berlebihan dalam

masalah penampilan karena ingin mengejar keinginan agar terlihat ideal. Maka

dari itu, sebaiknya siswi pandai memilih teman yang memiliki pemahaman

yang positif mengenai citra ideal yang pantas untuk di adopsi. Hal itu ditujukan

agar siswi dapat membentuk citra ideal dengan hal-hal yang wajar. Selain itu,

perbanyak bicara (curhat) dengan orang tua, karena walau bagaimana pun

keluarga merupakan tempat bagi remaja untuk berbagi suka maupun duka.

2. Guru atau Pihak Sekolah

Sebagai orang tua di dalam lingkungan sekolah, sebaiknya guru lebih

menerapkan peraturan yang sekiranya membuat anak segan, khususnya

peraturan mengenai pakaian yang dikenakan oleh peserta didik. Selain itu, guru

dan sekolah dapat memberikan pembekalan kepribadian yang positif pada

peserta didik melalui beberapa kegiatan, seperti keputrian yang didalamnya

membahas seputar perempuan baik dalam segi prilaku, kebiasaan, serta

beberapa aturan hidup yang harus dijalani oleh seorang perempuan yang baik.

Dapat pula mengembangkan pribadi kesundaan pada perempuan, agar menjadi

perempuan yang santun, berbudi luhur, serta memiliki kecerdasan intelektual

yang baik.

3. Orang Tua

Sebagai lingkungan dasar yang pertama kali dikenal oleh anak, maka orang tua

(36)

145

bagi anaknya. Orang tua memiliki beragam tugas bagi kelangusngan hidup

anak-anaknya. Orang tua tidak boleh sampai lengah mengawasi setiap gerak

gerik putra putri mereka saat sedang didalam rumah maupun di luar rumah.

Maka dari itu orang tua harus memiliki banyak sumber informasi mengenai

keberadaan anak. Selain itu, mereka harus memantau perkembangan anak, apa

yang sedang anak-anak sukai, dan lain sebagainya. Baiknya, orang tua juga

harus mengikuti trend yang sedang banyak diminati oleh anak remaja, agar

pemberian aturan dan sanksi dapat disesuaikan tanpa harus mengekang remaja

tersebut.

4. Peneliti Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan mampu memperdalam dan

mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan pencitraan ideal remaja

putri. Selain itu, sebagai calon pendidik, kita harus mampu memperluas

wawasan mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di masayrakat. Hal ini

akan memberikan referensi yang lebih natural sebagai bahan ajar. Termasuk

hal yang berhubungan dengan masalah remaja atau peserta didik yang selama

ini jarang diperhatikan. Dengan demikian, alangkah baiknya bila kita

mengangkat fenomena sosial sebagai bahan ajar. Hingga akhirnya, peserta

didik mampu memahami secara langsung apa yang terjadi dan mampu

(37)

Daftar Pustaka

Buku:

Abidin, Z. (2007). Teknik Lobi dan Diplomasi Untuk Insan Public Relations. Indonesia: PT. Indeks

Ali, M & Asrori, M.(2009). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara

Ath-Thurl, H.A. (2007). Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Ardianto, E dan Harun, R. (2012). Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial. Depok: Rajagrafindo Persada

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Boeree, C.G. (2008). Personality Theories Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismasophie

Cangara, H. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Creswell. (1980). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Traditio. California: Thous and Oaks

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Elan. (2005). Upaya Menumbuhkan Keterampilan Sosial. Bandung: UPI

Fudyartanta, K. (2012). Psikologi Kepribadian Paradigma Filosofis, tipologis, Psikodinamik dan Organismik-Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gerungan. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Gretiani, S dan Suryawan D,S. (2013). Spirit Mien R. Uno Bergaya Sepanjang Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Halim. (2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta: Bumi Aksara

Hermawan, A. (2007). Doktor (HC) Martha Tilaar. Jakarta: Grasindo

Idrus. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gelora Aksara Pratama

Ismawati, E.(2012). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak

(38)

Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Program Studi Pendidikan IPS, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan

Kunandar. (2012). Langkah Mudah PTK: Sebagai Pengembangan Profe Guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Legawa, I.W, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Mar’at. (1982). Sikap Manuisa, Perubahan dan Pengukurannya. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Maryani, E. (2009). Komplikasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Tanpa nama dan tempat penerbit

Maryani, E.(2011). Media dan Perubahan Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, L.J (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Narwoko, J.D & Suyanto, B.(2011). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (third.ed). Bandung: Tarsito

Nazsir, N. (2008). Sosiologi Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi Ilmu Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran

Pareek, U. (1991). Perilaku Manajemen Pedoman ke Arah Pemahaman Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Persindo

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Gramedia

Ranjabar. (2008). Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta

Sapriya, dkk. (2008). Konsep dasar IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

(39)

Setiadi, E.M & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gelaja Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana

Serverin, W,J & Tankard, J,W. (2009). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan Di Dalam Media Massa, Edisi Kelima. Jakarta: Kencana

Shrum, L.J.(ed). (2010). Psikologi Entertainment. Yogyakarta: Jalasutra

Siagian, S. (1995). Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Gunung Agung

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, A. (1988). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Soekanto, S.(1970). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soekanto, S.(1984). Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia

Soekanto, S & Salaman, O.(1987). Disiplin Hukum dan Disiplin Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soekanto, S. (2001). Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo

Soekanto, S. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soekanto, S.(2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soyomukti. (2010). Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Maslah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, dan Kajian-Kajian Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Toha, M. (1993). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

(40)

Wulansari. (2009). Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama

Young, G.G. (2012). Membaca Kepribadian Orang. Jogjakarta: Think

Zamroni. (2006). Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Skripsi:

Andriani, W.R. (2010). Studi Kasus Tentang Pelatihan Kewirausahaan Dalam Meningkatkan Manajemen Usaha Kecil Menengah Pada Bina Usaha Mandiri Di Dompet Duafa Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Hartoyo, I.J. (2014). Mengembangkan Keterampilan Greeting, Grooming dan Gesturing Melalui Bermain Peran Dalam Pembelajaran IPS (PTK di Kelas 8 F SMPN 10 Kota Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Kodariah, Y. (2009). Program Bina Keluarga Remaja Berbasis Gender (Studi Kasus di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Marlina, R. (2009). Kajian Tentang Implikasi Pemahaman Nilai-Nilai Keagamaan Terhadap Perilaku Moral Siswa. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Nurhayati. (2007). Studi Tentang Hubungan Kelompok Teman Sebaya Dengan Perilaku Moral Remaja Di SMA Pasundan 8 Bandung (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Ritongga, A. (1998). Hubungan Persepsi Guru SMKN 6 Bandung Tentang Perkembangan IPTEK dengan Motivasi Peningkatan Kompetensi Guru. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Yuningsih, W. (2009). Persepsi Mahasiswa Tentang Perilaku Seksual Bebas di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa FPIPS, FPBS, dan FPOK Angkatan 2005). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Disertasi:

Suswandari. (2008). Adaptasi dan Emansipasi Kaum Perempuan Betawi Dalam Merespon Perubahan Sosial. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

(41)

Muniningrum, R. (2010). Pengaruh Kemandirian Belajar Dalam Pendidikan Jarak Jauh Terhadap Keterampilan Sosial Mahasiswa S1 PGSD. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Jurnal:

Wahab, A. (2003). Tantangan Pembelajaran IPS di Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Nomor 20 Tahun XI Januari-Juni. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 14-15

Wiriaatmadja, R. (2003). Pembelajaran IPS pada Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Nomor 20 Tahun XI Januari-Juni. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 22-28

Internet:

Neng. (2010). Macam-Macam Gaya Hidup. [Online]. Diakses dari

Gambar

Gambar 3.1 Model Interaktif dalam Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan tentang mekanisme koping pada remaja putri yang melakukan hubungan seksual pranikah. Sebagaimana kita ketahui bahwa selama ini mekanisme koping yang dimiliki oleh

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya hidup terhadap berat badan ideal pada remaja putri SMA Negeri 4 Medan r xy sebesar 0,722 dan r tabel = 0,297.. pada

Pengetahuan yang baik tentang menarche akan mempengaruhi kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche , hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bagaimana hubungan antara body image dengan harga diri yang dimiliki oleh remaja putri di daerah pedesaan akan digambarkan dalam penelitian ini, karena pada masyarakat

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (2018) dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan sikap Remaja Putri Tentang Resiko Pernikahan dini Pada

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara prosentase besaran junk food yang dikonsumsi terhadap lemak total oleh remaja putri

Pengetahuan remaja putri tentang masalah sistem reproduksi, terutama pada disminorea primer, merupakan salah satu pengetahuan yang harus dimiliki oleh remaja putri, dengan

Bagian tubuh yang belum ideal menurut pendapat responden di atas hampir sama dengan hasil penelitian Widianti dan Candra (2012) pada rema- ja putri di SMA Theresiana