Persepsi Siswi Terhadap Pencitraan Ideal Remaja Putri
{Studi Kasus di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung}
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
Siti Khoeriyah
1006018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI
{STUDI KASUS DI SMP YAYASAN ATIKAN SUNDA (YAS) BANDUNG}
Oleh
Siti Khoeriyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Siti Khoeriyah 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagiannya dengan dicetak
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ……….………... i
Lembar Penguji ………...…….. ii
Lembar Pernyataan ……….. iii
Kata Pengantar ………. iv
Ucapan Terimakasih ………. v
Abstrak ………... vii
Abstract ……….. viii
Daftar Isi ……….………... ix
Daftar Tabel ……… xiii
Daftar Gambar ………..………. xiv
Daftar Lampiran ……….……….. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……….….
B. Identifikasi Masalah ……….……….
C. Rumusan Masalah ……….
D. Tujuan Penelitian ………...………...
E. Manfaat Penelitian ……….
F. Struktur Organisasi Skripsi ………...
1
7
7
7
8
8
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Interaksi Sosial ………..
1. Pengertian Interaksi Sosial ………..
2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial ……….
3. Macam-Macam Interaksi Sosial ………..
4. Bentuk Interaksi Sosial ………...
5. Faktor Pendorong Terjadinya Interaksi Sosial ………
10
10
11
12
13
6. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ………... 16
B. Perubahan Sosial ………...
1. Pengertian Perubahan Sosial ………...
2. Ruang Lingkup Perubahan Sosial ………...
3. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial ………
4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sosial …………
17
17
18
18
20
C. Media dan Perubahan Sosial ………. 22
D. Konsep Remaja ……….
1. Pengertian Remaja ………...
2. Perkembangan Remaja ………
3. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja ………
4. Ciri-Ciri Remaja ………
5. Problem Remaja ………
25 25 26 26 29 30
E. Kepribadian (Personality) ………
1. Pengertian Kepribadian (Personality) ………
2. Struktur Kepribadian ………..
3. Fase-Fase Pembentukan dan Perkembangan Kepribadian ……
4. Unsur-Unsur Kepribadian ………..
5. Kepribadian Remaja Putri ………..
32 32 33 33 35 35
F. Konsep Persepsi ………
1. Pengertian Persepsi ……….
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persepsi ………
3. Proses Terjadinya Persepsi ………..
36
36
37
38
G. Tinjauan Citra Ideal ………..
1. Pengertian Citra Ideal ……….
2. Konsep Cantik ………
40
40
40
H. Media Komunikasi, Remaja dan Persepsi Pencitraan Ideal ………. 41
I. Relevansi Pesepsi Siswi Terhadap Pencitraan Ideal dalam PIPS ….
1. Konsep Dasar PIPS ……….
2. Karakteristik dan Tujuan PIPS ………
45
45
3. Keterampilan Sosial (Social Skills) ………. 49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………
B. Metode Penelitian ……….
C. Definisi Istilah ………...
1. Persepsi ………...………
2. Citra Ideal ………...….
3. Remaja ………
D. Teknik Pengumpulan Data ………
1. Observasi ………...……..
2. Wawancara ………...………...
3. Studi Dokumentasi ………..…...
4. Angket ………..…………..
5. Studi Literatur ………..…………..
E. Instrumen Penelitian ………...……..
1. Lembar Observasi ………...…
2. Pedoman Wawancara ………..
3. Lembar Dokumentasi ………..
4. Lembar Angket ………...
5. Lembar Membercheck ………
F. Teknik Pengambilan Sampel ……….
1. Sampel Observasi dan Wawancara ………
2. Sampel Angket (Kuisioner) ………
G. Tahap-Tahap Penelitian ………
1. Tahap Pra Penelitian ………...
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ………
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ……….
1) Reduksi Data ………...
2) Display Data ………...
3) Uji Validitas ………...
4) Kesimpulan atau Verifikasi ………...
65
65
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung …
1. Sejarah Perkembangan SMP YAS Bandung ………..
2. Latar Belakang Peserta Didik ……….
3. Latar Belakang Responden ………
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………
1. Observasi ………..………..
2. Temuan Penelitian ………...…..
a. Hasil wawancara dengan AD (Siswi Kelas XI SMP YAS) ...
b. Hasil wawancara dengan DA (Siswi Kelas XI SMP YAS) ...
c. Hasil wawancara dengan NA (Siswi Kelas VIII SMP YAS) ...
d. Hasil wawancara dengan DN (Siswi Kelas VIII SMP YAS) ...
e. Hasil wawancara dengan AW (Siswi Kelas VII SMP YAS) …
f. Hasil wawancara dengan KZ (Siswi Kelas VII SMP YAS) ….
3. Angket ……….……..
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………..
1. Faktor yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal Pada Remaja
putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung …………..
2. Hal yang membuat remaja putri di SMP Yayasan Atikan Sunda
(YAS) Bandung menganggap dirinya tidak ideal ………..
3. Remaja Putri Yang Ideal Menurut Perspektif Siswi di SMP
Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung ………
67 67 69 72 82 82 97 98 99 101 103 104 105 107 126 126 132 137
D. Implikasi Hasil Penelitian dengan Pembelajaran IPS di SMP
Yayasan Atikn Sunda (YAS) Bandung ……… 140
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
B. Saran ………..……...
1. Siswi ………..……….
2. Guru dan Pihak Sekolah ………...
3. Orang tua ………
4. Peneliti Selanjutnya ………
144
144
144
144
145
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4.1 Pencitraan Ideal ... 107
4.2 Remaja Yang Ideal ... 107
4.3 Persepsi Cantik ... 108
4.4 Faktor yang Menimbulkan Rasa Percaya Diri ... 112
4.5 Faktor Yang Menimbulkan Pujian ... 113
4.6 Faktor Dicemooh ... 115
4.7 Faktor Kesulitan dalam Penyesuaian Diri ... 116
4.8 Jenis Pakaian Yang Disukai ... 117
4.9 Alasan Mengidolakan Artis ... 118
4.10 Hal yang Dipengaruhi oleh Artis Idola ... 119
4.11 Sarana yang Digunakan dalam Mencari Informasi ... 120
4.12 Ketertarikan Terhadap Media ... 121
4.13 Bakat Seni yang Dimiliki ... 121
4.14 Faktor yang Membuat Ideal ... 123
4.15 Cara Agar Terlihat Ideal ... 124
4.16 Gaya Hidup yang Dijalani Perempuan Ideal ... 124
DAFTAR GAMBAR
2.1 Model Keterampilan Sosial ... 50
3.1 Model Interaktif dalam Analisis Data ... 66
4.1 Cerdas Itu Cantik ... 108
4.2 Berbakat Itu Cantik ... 109
4.3 Bertubuh Gemuk Namun Berparas Cantik dapat di katakan Ideal ... 109
4.4 Pentingnya Memiliki Pencitraan Ideal ... 110
4.5 Sosok Sahabat ... 110
4.6 Kenyamanan dalam Berteman ... 111
4.7 Keinginan Mengikuti atau Meniru Teman ... 111
4.8 Rasa Iri Terhadap Teman ... 112
4.9 Pengalaman Dipuji ... 113
4.10 Pengalaman Dicemooh ... 114
4.11 Kesulitan dalam Menyesuaikan Diri ... 115
4.13 Artis yang Diidolakan ... 118
4.14 Pengaruh Artis Idola ... 119
4.15 Gaya Berpakaian ... 120
4.16 Kenyamanan Terhadap Diri Sendiri ... 122
4.17 Pendapat Mengenai diri Sendiri ... 123
4.18 Pengalaman Dipuji Karena Pintar dan Berbakat ... 128
4.19 Teman Menjadi Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Pada Remaja Putri ... 129
4.20 Hubungan Media dengan Pencitraan Ideal ... 131
4.21 Pengalaman yang Tidak Menyenangkan ... 133
4.22 Kesulitan dalam Penyesuaian Diri dengan Lingkungan ... 135
4.23 Remaja Ideal Berdasarkan Perspektif Siswi ... 137
4.24 Usaha yang dilakukan oleh Remaja Ideal ... 139
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian dari Prodi PIPS
Lampiran 2. Surat Pengantar Penenlitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial
Lampiran 3. Surat Perizinan Penelitian dari SMP YAS Bandung
Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 5. Lembar Observasi
Lampiran 6. Lembar Wawancara
Lampiran 7. Lembar Angket
Lampiran 8. Tabel Coding Scheme
Lampiran 9. Reduksi Data
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat
penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin “perceptio”, “perceptio”, yang berarti menerima atau
mengambil. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan” (Echlos & Shadily dalam Desmita, 2010, hlm. 117). Sementara itu, menurut Wilcox (2013, hlm. 104-106) persepsi adalah
penerjemah otak terhadap informasi yang disediakan oleh semua indera fisik serta
segala sesuatu yang telah ada dalam pikiran kita, semua yang kita inginkan,
kehendaki, sangka, dan dibutuhkan, pengalaman masa lalu, membantu
menentukan persepsi. Pendapat serupa disampaikan oleh Sarwono (2002, hlm. 7)
dalam pandangan konvensional persepsi dianggap sebagai kumpulan
penginderaan, sebagai proses pengenalan objek yang merupakan aktivitas kognisi
dimana otak aktif menggabungkan kumulasi (tumpukan) pengalaman dan ingatan
masa lalu serta aktif menilai untuk memberi makna dan penilaian baik atau buruk.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa persepsi
adalah suatu proses mengolah pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh
dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh sistem alat indra manusia.
Maka, pada dasarnya persepsi merupakan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, serta bagaimana manusia menggambarkan atau menyampaikan
stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya, kemudian memproses hasil pengindraannya itu, sehingga muncullah
makna mengenai objek tersebut (baik atau buruk).
Proses mengenali suatu objek dilakukan oleh setiap manusia, khususnya
remaja yang pada masa ini mereka banyak melihat dan mengadopsi melalui apa
yang mereka lihat atau temukan di sekelilingnya. Proses seperti ini dikatakan
2
penampilan fisik, dan perilaku. Khususnya bagi anak perempuan, mereka
cenderung lebih senang memperhatikan penampilan fisiknya dibandingkan
dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan, baginya penampilan fisik
merupakan prioritas utama daripada yang lainnya. Hal demikian disebabkan
karena masa remaja merupakan masa pencarian jati diri (ego identity) dimana
proses peniruan merupakan salah satu faktor interaksi sosial, yang berperan
penting dalam pergaulan hidup manusia dan timbulnya perubahan masyarakat
(Wulansari, 2009, hlm. 37). Perubahan masyarakat dapat dikategorikan kedalam
salah satu unsur terjadinya perubahan sosial. Sebab, salah satu unsur yang
meliputi perubahan sosial adalah pola perilaku dan interaksi sosial. Salah satu
konten interaksi sosial yang dilakukan remaja saat ini adalah melalui media. Saat
ini remaja tidak pernah lepas dari media, baik itu media elektronik maupun media
cetak. Dari media tersebut, remaja membuat persepsi tersendiri dari apa yang
ditampilkan di dalam media.
Media merupakan perantara untuk menyampaikan infromasi kepada
penerima atau penonton, pendengar melalui audio, visual, maupun audio visual.
Media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dapat berupa media cetak,
media audio visual (Televisi), media audio (radio) dan lain sebagainya.
Kemunculan media tidak serta merta datang begitu saja. Munculnya media
disebabkan oleh beberapa faktor yakni, perkembangan zaman, perkembangan
manusia, yang akhirnya menuntun pada perkembangan teknologi itu sendiri.
Dalam kamus besar Indonesia, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan
sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Perkembangan teknologi terbaru,
termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan internet, telah memperkecil
hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk
berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Arus komunikasi yang dulu tersendat-sendat dan memakan waktu yang
lama, sekarang telah mengalami perubahan, mejnadi lebih cepat dan mudah
didapatkan. Satu peristiwa yang terjadi di suatu belahan dunia dapat diketahui di
3
mempunyai andil yang besar pada era informasi. Tentu saja perkembangannya ini
sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk terjadinya
perubahan sosial yang berpengaruh terhadap gaya hidup individu. Gillin dan
Gillin (dalam Ismawati, 2012, hlm. 105) mengatakan bahwa perubahan sosial
adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena suatu
kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, ataupun
penemuan-penemuan baru. Selo Soemardjan (dalam Wulansari, 2009, hlm. 126)
mendefinisikan perubahan sosial sebagai segala perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi
pada sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan
pola-pola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Pada dasarnya, media merupakan alat komunikasi yang memiliki banyak
manfaat, mampu menyampaikan segala informasi kepada penonton, namun
terkadang media serta penontonnya sendiri kurang mampu menanggapi informasi
dengan bijak, akhirnya terbawalah kedalam arus konstruksi media. Perilaku
seperti ini sering muncul ketika penonton sudah merasa candu dengan penampilan
yang trendi, glamour, pencitran ideal, yang tujuannya untuk mendapatkan
pengakuan pergaulan sosial.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa salah satu tempat
berlangsungnya interaksi sosial adalah media. Dengan media segala informasi
dapat disampaikan dengan cepat sehingga penonton dapat melihat langsung
kejadian-kejadian yang sedang hangat diperbincangkan, termasuk salah satunya
mode-mode atau trend fashion yang sedang banyak digandrungi kaum muda.
Remaja menjadi salah satu daya tarik untuk menjadi objek dalam dunia mode
dikarenakan pada masa ini merupakan masa pencarian jati diri, dimana mereka
akan memberikan persepsi terhadap sosok yang dilihatnya di media sebagai sosok
yang ideal dan banyak disukai oleh banyak orang, sehingga dapat diterima di
dalam pergaulan sosial. Selain itu, penemuan-penemuan baru yang di dalamnya
termasuk perkembangan teknologi merupakan faktor eksternal terjadinya
perubahan sosial yang juga mampu merubah pola-pola perilaku manusia dalam
4
Gaya hidup manusia pada zaman sekarang terbilang cukup mewah dan
glamor. Gaya hidup telah menjadi sebuah kebutuhan terhadap citra eksklusif,
modern, praktis, dan bergengsi sehingga menciptakan suasana kehidupan yang
saling berlomba-lomba menunjukan penampilan terbaik dari gaya hidup mewah.
Gaya hidup seperti itu muncul dari masyarakat global diaman, kemunculan
fenomena tersebut merupakan akibat dari banyaknya informasi serta
tampilan-tampilan sosok ideal yang diperlihatkan melalui media. Tampilan sosok ideal
menjadi daya tarik tersendiri dalam merubah gaya hidup seseorang. Menarik
tidaknya gaya hidup seseorang ditentukan oleh sebuah pendapat seseorang yang
dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Pandangan mengenai baik
buruknya seseorang disebut citra.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008, hlm. 270) citra
merupakan rupa; gambar; gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai
pribadi, perusahaan, organisasi atau produk. Hal serupa disampaikan oleh
Ardianto (2010, hlm. 99) mengatakan citra mencerminkan pemikiran, emosi dan
persepsi individu atas apa yang mereka ketahui. Terkadang persepsi diyakini
sebagai relitas karena persepsi membentuk citra. Philip Kotler (Khisbiat, 2011,
hlm. 2) citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan seseorang terhadap
suatu objek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya. Rakhmat (dalam
Ardianto, 2010, hlm. 99) menyatakan, citra adalah gambaran tentang realitas dan
tidak harus selalu sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi kita.
Dengan demikian, bahwasanya citra merupakan persepsi, pandangan atau
pendapat seseorang terhadap sesuatu hal yang dilihatnya berdasarkan sudut
pandang yang berbeda-beda. Namun, seiring kemunculan media yang
mengkonstruksikan sosok ideal pada perempuan, membentuk pandangan dan
pemikiran yang sama mengenai pencitraan ideal pada remaja putri.
Kata ideal diartikan sebagai sesuatu yang sangat sesuai dengan yang
dicita-citakan atau di angan-angankan atau dikehendaki (KBBI, 2008, hlm. 517).
Dalam konstruksi media, idealnya seorang perempuan dilihat dari kecantikan dan
penampilannya yang menarik. Daya tarik perempuan memang berwujudkan dari
kecantikan dan penampilan fisiknya, sehingga membuat sebagaian perempuan
5
umum, menjadikannya berfikir harus terus memperbaiki dirinya khususnya
penampilan.
Maka persepsi citra ideal merupakan pandangan mengenai seseorang yang
dilihat dari berbagai sudut, contoh pada perempuan dilihat dari kecantikan
parasnya, kemolekan, kecerdasan, sikap, serta penampilannya. Munculnya
persepsi mengenai citra ideal perempuan, berakibat pada munculnya ketidak
puasaan terhadap penampilan perempuan itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti yang telah di ungkapkan di atas, bahwa media mampu
merubah dan mendukung persepsi seseorang terhadap penampilan perempuan.
Lebih jauh, perempuan dapat melakukan berbagai cara untuk merubah penampilan sesuai dengan yang dikonstruksikan media. O’Guinn dan Shrum (2010, hlm. 392) mengatakan, “Pelbagai citraan bisa memiliki pengaruh panjang
pada sikap, kepercayaan, dan perilaku orang dengan pelbagai cara baru yang dilakukan”. Berkaitan dengan persepsi pencitraan ideal, manusia cenderung menerima objek daripada mengenali kualitas-kualitas sensoriknya. Maka dapat
dikatakan bahwa objek seorang remaja putri adalah pada penampilan fisiknya.
Dengan demikian, remaja putri dapat meniru dan mengadopsi penampilan dari
sosok idolanya tersebut sebagai salah satu cara mereka menemukan identitas diri
dan menganggap apa yang mereka lihat adalah hal yang ideal khususnya bagi
perempuan.
Berdasarkan penjelasan di atas, bermunculannya citra perempuan
membuat beberapa penonton khususnya remaja putri merasa harus mengidealkan
dirinya agar sama dengan sosok ideal yang dilihatnya. Hal ini terjadi pada remaja
putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS). Mereka berpenampilan layaknya
sosok-sosok ideal yang dimiliki oleh idola yang di perlihatkan oleh media.
Terdapat beberapa kelompok remaja putri yang dianggap memiliki penampilan “istimewa” saat berada di lingkungan luar sekolah maupun di dalam sekolah. Kelompok tersebut merasa dirinya memiliki ciri khas yang dianggapnya membuat
populer di antara teman-teman lainnya. Alhasil muncul spekulasi bahwa yang
memiliki penampilan menarik akan lebih populer dibandingkan dengan yang
berpenampilan biasa saja. Seorang remaja putri menganggap penampilan
6
penampilannya lebih baik daripada yang dimiliki orang lain, ia terseret untuk
merasa sombong sehingga sering berbicara tentang penampilannya. Menurut
Ath-Thurl (2007, hlm. 168) perasaan sombong akan merambat pada kesombongan
daya pikir. Sifat sombong ini ia tunjukan dengan sifat keras kepala, tidak mau
berunding, tidak mau menerima nasihat orang lain, tidak mau mempertimbangkan
pendapat orang lain, dan tidak mau tahu dengan hak mereka. Hal ini membuktikan
adanya stratifikasi kelas sosial yang diperlihatkan dari penampilan. Sehingga yang
berpenampilan biasa saja mendapat perlakuan yang kurang baik dari
teman-temannya. Seperti dikucilkan, di cemooh bahkan sampai di buli. Dari pernyataan
tersebut, dapat dikatakan bahwa penampilan yang dimiliki oleh remaja putri,
memiliki pengaruh terhadap kepribadian dan perilaku dari remaja putri tersebut.
Sebagai makhluk sosial, seorang remaja putri harus memiliki keterampilan
sosial sebagai solusi dari perilaku negatif tersebut. Pada dasarnya, keterampilan
sosial merupakan kemampuan untuk melakukan interaksi dengan masyarakat luas
dan menciptakan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan
sosial dengan menekan keegoisan yang dimiliknya. Sehingga dapat tercipta
kehidupan sosial yang harmonis tanpa meilhat perbedaan khususnya pada
penampilan seseorang.
Melihat pentingnya keterampilan sosial yang harus dimiliki manusia,
khususnya remaja putri, maka timbul kekhawatiran peneliti terhadap perilaku
remaja yang tidak atau kurang memiliki modal sosial. Mereka cenderung
berperilaku egois dan tidak mau menerima pendapat orang lain, yang akhirnya
menimbulkan konflik pada kehidupan remaja itu sendiri.
Fenomena tersebut merupakan salah satu bagian dari kajian dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Hal tersebut ditegaskan oleh Sapriya (2008, hlm. 6)
mengatakan social studies merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan
masalah sosial. Puskur (2006, hlm.7) menyebutkan tujuan pembelajaran IPS yaitu
mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
yang terjadi, dan trampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari. Maka
dapat dikatakan, kajian mengenai persepsi siswi terhadap pencitraan ideal remaja
7
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui persepsi siswi terhadap pencitraan ideal remaja putri yang
merupakan sebuah kajian studi kasus di lingkungan SMP Yayasan Atikan Sunda
(YAS) Bandung.
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan pengenalan masalah atau inventarisasi
masalah. Dengan mengidentifikasi masalah, penulis dapat menentukan batasan
permasalahan sehingga dapat terjadi pemfokusan teori dan variabel serta kaitan
antarvariabel yang akan diteliti sebagai berikut:
a. Perilaku yang membuat remaja putri memiliki persepsi pencitraan ideal
b. Perubahan sosial dan media yang menjadi faktor munculnya gaya hidup
dengan bermodalkan citra ideal seorang remaja putri tersebut
c. Munculnya stereotip antara yang ideal dengan yang tidak ideal
d. Pentingnya modal sosial dalam kehidupan, khususnya pada remaja putri
C.Rumusan Masalah
Memahami latar belakang di atas maka hal tersebut dirumuskan dalam
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Faktor apa yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal pada remaja putri di
SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung?
2. Hal apa yang membuat remaja putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS)
Bandung menganggap dirinya tidak ideal?
3. Seperti apa remaja putri yang ideal menurut perspektif siswi di SMP Yayasan
Atikan Sunda (YAS) Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan diadakannya penelitian
adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal remaja
putri
2. Mengetahui sebab-sebab remaja putri merasa tidak ideal
8
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, dan
dapat dijadikan referensi.
2. Dapat menjadi manfaat bagi masyarakat luas, khususnya remaja putri agar
mampu mengetahui berbagai potensi yang dimilikinya tanpa harus merubah
seperti orang lain. Menjadi diri sendiri lebih baik daripada menjadi orang
lain.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan
bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang
penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikasi
penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini, berisi penjabaran sumber-sumber pustaka, yang
relevan dengan subjek penelitian yang dilakukan, yakni berisi
konsep-konsep serta teori-teori yang berkaitan dengan Persepsi
Siswi Terhadap Pencitraan Ideal Remaja Putri.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode
penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu: lokasi dan
subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data
berupa laporan secara rinci tahap-tahap analisis data, dan teknik
9
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri
dari dua hal utama yakni: (1) Pengolahan atau analisis data untuk
menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian,
pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian; (2) Pembahasan atau
analisis temuan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap
hasil analisis temuan penelitian yang dijabarkan dalam bentuk
uraian padat. Saran yang direkomendasi yang ditulis setelah
simpulan ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para
pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti
berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya,
dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti menyajikan penjabaran yang rinci mengenai metode
penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu: lokasi dan subjek
penelitian, metode penelitian, definisi istilah, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data serta analisis data berupa laporan secara rinci tahap-tahap
pengumpulan data, dan teknik yang dipakai dalam analisis data itu.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS),
Jalan Penghulu Haji Hasan Mustopa No. 115 Kecamatan Padasuka Kelurahan
Cibeunying Kidul Kota Bandung. Lokasi ini dipilih berdasarkan observasi awal
yang dilakukan di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) dapat mendukung
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Amirin (dalam Idrus, 2009. 91) mengatakan, subjek penelitian merupakan
seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Dengan
demikian, subjek penelitian yang dipilih dalam cara mengetahui persepsi siswi
terhadap pencitraan ideal remaja putri adalah peserta didik perempuan. Subjek
penelitian atau sumber data penelitian ini dipilih melalui teknik snowball
sampling.
B. Metode Penelitian
Sebuah penelitian, diperlukan suatu metode untuk mempermudah
pelaksanaan penelitian sehingga mendapatkan data yang tepat. Tentunya
pemilihan metode penelitian serta langkah-langkahnya merupakan hal yang
penting. Jenis apa pun penelitian yang dilakukan, metode harus disesuaikan
dengan objek penelitian. Dengan kata lain objeklah yang menentukan metode apa
yang akan digunakan dalam penelitian.
Meninjau kecenderungan data yang didapat dari observasi lapangan dan
kesesuaian dengan tujuan penelitian, menyangkut persepsi manusia yang di
dalamnya berisikan pendapat serta komentar terhadap sesuatu yang dilihatnya,
54
kasus dengan pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam memecahkan
masalah dalam penelitian ini.
Bogdan (dalam Suhartini, 2005, hlm.36) mengatakan, adapun penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Selain itu,
Nasution (dalam Andriani, 2010, hlm. 97) menjelaskan bahwa penelitian kaulitatif
disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang
dikumpulkan yang bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak
menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau “wajar”, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi.
Bogdan dan Biklen (dalam Sugiono, 2009, hlm. 13) mengemukakan
penelitian kualitatif memiliki karakteristik tertentu yang dilakukan pada kondisi
alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci; penelitian
kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau
gambar sehingga tidak menekankan pada angka; penelitian kualitatif lebih
menekankan pada proses daripada produk atau outcome; penelitian kualitatif
melakukan analsis data secara induktif dan lebih menekankan makna.
Studi kasus adalah metode penelitian yang mengungkapkan masalah atau
kasus secara terperinci dan menyeluruh terhadap objek yang diteliti. Yin (dalam
Andriani, 2010, hlm. 95) mengungkapkan bahwa penelitian studi kasus adalah
sebuah metode penelitian yang dibutuhkan untuk meneliti atau mengungkapkan
secara utuh dan menyeluruh terhadap kasus. Ary (dalam Idrus, 2009, hlm. 57)
menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang seorang
individu, namun studi kasus terkadang dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki
unit sosial yang kecil seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok ”geng” anak
muda. Kekhusuan penelitian studi kasus sebagai metode penelitian adalah pada
tujuannya.
Kekhusuan penelitian studi kasus adalah pada sifat dan karakteristik obyek
yang diteliti. Menurut Yin (dalam Andriani, 2010, hlm. 96), kasus dalam
penelitian studi kasus bersifat kontemporer, masih terkait dengan masa kini, baik
55
masih terasa pada saat dilakukannya penelitian. Kembali di ungkapkan oleh Yin
(dalam Andriani, hlm. 96) bahwa dalam studi kasus obyek penelitian harus
memiliki perbedaan yang sangat menonjol serta memiliki kekhasan dalam
beberapa aspeknya.
Dengan demikian, metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah
metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode tersebut sesuai karena
memiliki keunggulan dalam menelaah kasus yang sedang terjadi pada masa
sekarang serta dapat berpengaruh terhadap kehidupan di masa yang akan datang
selain itu, obyek yang dipilih memiliki kekhasan pada sistem pengajaran dan
peraturan yang diterapkan seperti yang ada di SMP YAS Bandung.
C. Definisi Istilah
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka di bawah ini
terdapat beberapa definisi istilah yang akan menjelaskan inti atau gagasan utama
dari variabel-variabel yang terdapat dalam rumusan masalah yang menjadi fokus
dalam penelitian sebagai berikut.
1. Persepsi
Echlos dan Shadily (dalam Desmita, 2010, hlm. 117) mengatakan bahwa
persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang
memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin
“perceptio”, “perceptio”, yang berarti menerima atau mengambil. Dalam Kamus
Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan”. Para ahli perkembangan menganggap persepsi sebagai bagian untuk memahami input sensorik yang disambungkan ke otak oleh indera dan
dihantarkan menuju susunan saraf pusat. Sedangkan Lahlry (dalam Severin dan
Tankard, 2009, hlm. 83) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita
gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Pendapat lain
dikemukakan oleh Chaplin (dalam Desmita, 2010, hlm. 117) mengartikan persepsi
sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan
bantuan indra. Dengan kata lain, persepsi adalah penterjemah otak terhadap
56
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan proses
penterjemahan kelima indera manusia terhadap suatu objek melalui pengalaman,
situasi, dan kondisi, sehingga manusia atau individu tersebut dapat memberikan
tanggapan, kesan, melahirkan ide, keyakinan dan pandangan baik buruknya objek
tersebut. Walaupun pandangan baik buruknya objek yang dilihat masih terbilang
relatif, namun keduanya akan selalu berdampingan. Baik buruknya objek yang
dilihat merupakan suatu gambaran sebenarnya dari wujud yang dinilai atau
dipersepsikan.
2. Citra Ideal
Kotler (dalam Khisbiat, 2011, hlm. 2) mengatakan, citra adalah
seperangkat keyakinan, ide, dan kesan seseorang terhadap suatu objek tersebut
yang menampilkan kondisi terbaiknya. Kata ideal diartikan sebagai sesuatu yang
sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau di angan-angankan atau dikehendaki
(KBBI). Maka, citra ideal merupakan gambaran sosok suatu objek yang memiliki
wujud sesuai dengan yang di cita-citakan atau diharapkan. Artinya, kondisi
terbaiknya dapat dikatakan sebagai sosok ideal dari seseorang tersebut
(perempuan).
Citra ideal seorang perempuan bersifat fleksibel, karena setiap orang
memiliki pemikiran, ide, kesan yang bebeda-beda pada objek yang sama. Namun
jika hal tersebut di konstruksikan oleh satu sudut pandang yang sama, maka
pemikiran yang berbeda menjadi serupa atau sama.
3. Remaja Putri
Anak usia sekolah menengah pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai
remaja. Dilihat dari tahapan perkembangannya anak usia sekolah menengah
(SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas. Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.
Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity)
(Desmita, 2010, hlm. 36-37). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada
anak usia remaja putri, yaitu:
57
2. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder
3. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa
4. Memfokuskan perhatian pada keadaan dan bentuk fisiknya dibandingkan
dengan hal lain
5. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat
Dengan demikian, remaja putri merupakan sosok yang sedang mengalami
masa perubahan baik dalam bentuk fisik maupun kehidupan yang dihadapinya.
Sebagian dari remaja putri mengalami kesulitan menerima perubahan yang terjadi
dalam dirinya, hal ini yang membuat remaja putri dikatakan unik karena memiliki
karakteristik yang secara garis besar lebih pada perkembangan fisiknya serta
memperhatikan penampilan fisiknya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yang tujuannya adalah agar data yang
diperoleh sesuai dengan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Teknik
pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi
(pengamatan), interview (wawancara), studi dokumentasi, kuesioner (angket), dan
studi literatur.
1. Observasi
Hadi (dalam Sugiono, 2011, hlm. 145) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai
proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Creswell (2010, hlm. 267) mengatakan, observasi
merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak terhadap obyek penelitian. Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dengan demikian, dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan
58
observasi harus tersusun secara sistematis agar dapat dijadikan dasar yang cukup
ilmiah untuk generalisasi. Dengan observasi kita dapat mengetahui kebenaran
pandangan teoritis tentang masalah yang diselidiki dalam hubungannya dengan
dunia nyata.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiono, 2011,
hlm.137). Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau
keyakinan pribadi. Hadi dalam (Sugiono, 2011, hlm.138) mengemukakan bahwa
anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
interview adalah 1) subyek (responden) merupakan orang yang paling tahu
tentang dirinya sendiri; 2) pernyataan yang dinyatakan oleh subyek kepada
peneliti adalah benar dan dapat dipercaya; 3) interpretasi subyek tentang
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun
dengan menggunakan telepon.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif
yang sudah lama digunakan karena sangat bermanfaat. Seperti yang diungkapkan
oleh Arikunto (1988, hlm. 236) bahwa metode dokumentasi merupakan salah satu
cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.
Dengan demikian, data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini
dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
59
4. Angket
Angket merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien bila
peneliti mengetahui secara jelas apa yang disyaratkan. Angket dalam penelitian ini
digunakan untuk mendapatkan informasi atau data yang tidak dapat dijawab
dengan wawancara, artinya angket menjadi alat penambah data agar data yang
didapat sesuai dengan tujuan penelitian dan memiliki kriteria validitas.
5. Studi Literatur
Studi literatur dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori atau
konsep-konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penulisan skripsi
ini serta mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikatakan oleh Kartono (dalam Andriani 2010, hlm. 102) bahwa
studi literatur adalah penulisan kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi dengan bantuan macam-macam material diruang perpustakaan,
misalnya berupa buku-buku, naskah-naskah, catatan-catatan, dokumen-dokumen,
dan lain-lain. Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mencari infromasi serta
data baik berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian yang
dikemukakan para ahli sebagai landasan teoritis khususnya mengenai
masalah-masalah yang sejalan dengan penulisan ini guna mempertajam analisa mengenai
masalah-masalah penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri,
peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan data dan
membuat kesimpulan. Fungsi peneliti dalam penelitian kualitatif menurut
Nasution (Sugiono, 2009: 60) dinyatakan bahwa:
60
ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi
data dan membandingkan dengan data yang telah ditemui melalui observasi dan
wawancara.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk
mengobservasi objek penelitian yang telah ditentukan. Disini peneliti mencatat
segala kegiatan termasuk perilaku objek penelitian dan menjadikannya sumber
pengumpulan data.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkap data secara kualitatif.
Data kualitatif bersifat lebih luas dan dalam, mengingat data ini digali oleh
peneliti sampai peneliti merasa cukup.
Pedoman wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai pemandu, dengan
demikian (1) proses wawancara berjalan di atas rel yang telah ditentukan, (2)
responden dapat memberi jawaban seperti yang dikehendaki peneliti, (3) peneliti
tidak terlalu sulit membedakan antara data yang digunakan dan tidak, (4) peneliti
dapat lebih berkonsentrasi dengan lingkup penelitian yang dilakukan.
Dengan demikian, sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan,
peneliti membekali diri dengan pedoman wawancara dan lembar observasi untuk
mendapatkan informasi yang lebih banyak dengan tema dan kondisi yang ada.
3. Lembar Dokumentasi
Dalam dokumentasi ini, peneliti mencari data-data yang dapat dijadikan
informasi berdasarkan lembar profil yang didalamnya berisi sejarah SMP YAS
61
4. Lembar Angket
Instrumen ini digunakan untuk menjaring data sebagai pelengkap
penelitian yang hasilnya memiliki validitas dan realibel (dapat dipercaya)
mengenai pendapat sisiwi tentang pencitraan ideal remaja putri di SMP Yayasan
Atikan Sunda (YAS) Bandung
5. Lembar Membercheck
Instrument ini digunakan untuk mengetahui poin-poin penting yang
menjadi fokus dalam penelitian dengan cara menceklist pernyataan yang dilihat
pada pengamatan yang dilakukan di SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung.
F. Teknik Pengambilan Sampel
1. Sampel Observasi dan Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menentukkan sampel pada saat memasuki
lapangan dan selama melakukan penelitian (emergent sampling design). Caranya
yaitu, peneliti menarik orang tertentu berdasarkan data atau informasi yang
diperoleh dari sampel sebelumnya. Dengan pertimbangan responden mampu
memberikan informasi atau data yang lebih lengkap, akhirnya peneliti
menentukkan enam orang siswi sebagai sampel dalam penelitian kualitatif.
Pengambilan sampel sesuai dengan yang dikatakan oleh Lincoln dan Guba
(dalam Sugiono, 2012, hlm.219) bahwa penentuan sampel dalam penelitian
kualitatif yakni dengan mengambil beberapa orang tertentu yang dianggap dapat
memberikan data lebih lengkap sehingga mampu menjawab penelitian yang
sedang dilakukan. Selanjutnya Bogdan dan Biklen (dalam Sugiono, 2012,
hlm.219) mengatakan bahwa teknik pengambilan sampel tersebut dapat pula
dikatakan dengan teknik snowball sampling.
Dengan demikian, peneliti telah menentukkan sampel yang menjadi
informan dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan serta kriteria tertentu
yang telah ditentukkan ketika peneliti melakukan observasi yang kemudian
62
2. Sampel Angket (Kuisioner)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket sebagai alat pelengkap
data dalam penelitian yang ditujukan pada siswi kelas VII-IX di SMP Yayasan
Atikan Sunda (YAS) Bandung dengan sampel berjumlah masing-masing 5 orang,
dengan rincian sebagai berikut:
n : Jumlah sampel yang dicari
N : Jumlah populasi
: Nilai presisi (ditentukan dalam penelitian ini sebesar 90% atau 0,1)
Kelas VII :
Kelas VIII :
Kelas IX :
= 4.8 (dibulatkan 5)
Dengan demikian, ditentukan jumlah sampel kelas VII 5 orang, kelas VIII
5 orang dan kelas IX 5 orang dengan jumlah keseluruhan 15 orang siswi SMP
Yayasan Atikan Sunda.
G.Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Pra Penelitian
Dalam tahap pra penelitian ini yang pertama kali dilakukan adalah
memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan
menyesuaikan keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti.
Setelah masalah dan judul penelitian dinilai tepat dan disetujui oleh pembimbing,
peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang
subjek yang akan diteliti.
Setelah diperoleh gambaran mengenai subjek yang akan diteliti serta
masalah yang dirumuskan relevan dengan kondisi objektif lapangan, selanjutnya
peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih
dahulu harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian di lokasi yang
63
selanjutnya diteruskan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Pembantu Dekan I
untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala BAAK UPI secara
kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.
b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin
penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah dan HUMAS SMP
Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung
1) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke lapangan
untuk memulai penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data dari responden. Selain mengumpulkan hasil observasi di
lapangan penulis juga memperoleh data melalui wawancara dengan responden dan
kuisioner dari responden. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis adalah
sebagai berikut:
a. Menghubungi Kepala Sekolah dan HUMAS SMP Yayasan Atikan Sunda
(YAS) Bandung untuk meminta informasi dan izin melaksanakan penelitian.
b. Mengadakan observasi
c. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti.
d. Menentukan sampel penelitian
e. Menentukan informan yang akan diwawancara
f. Menghubungi responden yang akan diwawancara
g. Mengadakan wawancara dengan responden (siswi) sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya. Data wawancara dijadikan sebagai data mendalam penelitian
h. Menyebarkan angket sebagai data pelengkap penelitian
Setelah selesai mengadakan wawancara dengan responden, penulis
menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tuuan
agar dapat mengungkapkan data secara mendetail. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh
dokumen lainnya. Demikian seterusnya sampai penulis mencatat data pada titik
64
Selanjutnya, untuk mendukung keabsahan data, peneliti menggunakan angket atau
kuisioner sebagai data pelengkap.
2) Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpukan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses
menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang
diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, observasi
dan kuisioner di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan selama proses
penelitian dan di akhir penelitian. Hal ini senada dengan pendapat Nasution
(1996, hlm. 129) bahwa “dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai
sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”. Lebih lanjut mengenai tahap analisis data ini, Nasution (1996, hlm. 129) mengemukakan:
Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam
pengolahan data dan menganalisis data melalui dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Reduksi data
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil
penelitian pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Penelitian difokuskan
pada tanggapan kognitif siswi kelas VII-IX SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung
mengenai persepsinya tentang pencitraan ideal remaja putri. Reduksi data
bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul
dari hasil catatan lapangan kemudian merangkum, mengklasifikasikan sesuai
65
2) Display Data
Display data adalah kesimpulan informasi yang tersusun dan akan
memberikan gambaran penelitian yang menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan
data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.
Penyajian data di awali dari hasil wawancara beberapa siswi kelas VII-IX SMP
Yayasan Atikan Sunda Bandung. Hal ini karena pertanyaan untuk siswi relatif
sama. Semua data hasil wawancara dengan responden tersebut itu dipahami satu
persatu kemudian disatukan sesuai dengan rumusan masalah. Data hasil
wawancara semua responden dibandingkan satu dengan yang lainnya.
3) Uji Validitas
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi. Hal ini seringkali menimbulkan persepsi bahwa hasil
penelitian kualitatif seringkali diragukan karena tidak memenuhi syarat validitas
dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang
dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal) menurut
Nasution (2003, hlm.114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan
agar kebenaran penelitian dapat dipercaya salah satunya menggunakan expert
opinion. Expert opinion merupakan pengecekan atau konsultasi data yang
dilakukan dengan orang yang dianggap ahli atau pakar pada bidang studi seperti
dosen pembimbing, agar mendapatkan saran dalam penelitian dan arahan terhadap
hasil temuan di lapangan agar sesuai dengan prosedur penelitian (Kunandar, 2012,
hlm.108).
4) Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang
dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting.
Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat yang dilengkapi dengan
diagram untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami
66
Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan
pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk
rangkuman dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan
disesuaikan dengan fokus masalah penelitian, selanjutnya data diuraikan dan
diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana yang diuraikan
oleh Moleong (2000, hlm. 192-195), yaitu:
1. Data diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk
mengungkapkan permasalahan secara tepat.
2. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik
ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.
3. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.
Untuk memperjelas gambaran mengenai alur penganalisisan data, disajikan
[image:33.595.170.468.373.532.2]diagram sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model Interaktif dalam Analisis Data
Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti
dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut diharapkan peneliti
dapat memperoleh data-data yang lengkap mengenai persepsi siswi terhadap
pencitraan ideal remaja putri.
DATA DISPLAY DATA
COLECTION
DATA REDUCTION
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
melalui observasi dan wawancara secara langsung kepada responden. Selanjutnya
penulis menyajikan saran bagi siswi, guru atau pihak sekolah, orang tua dan
peneliti selanjutnya yang dirasa sesuai dengan penelitian ini.
A.Kesimpulan
Dari pembahasan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya aspek yang mempengaruhi persepsi pencitraan ideal terhadap
remaja putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung didasari oleh tiga
faktor yaitu pengalaman, proses belajar, serta cakrawala dan pengetahuan.
Ketiganya merupakan faktor utama yang paling berpengaruh terhadap persepsi
pencitraan remaja putri.
2. Hal yang dapat membuat remaja putri merasa dirinya tidak ideal adalah
pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi pada masa kanak-kanak, seperti
dicemooh karena memiliki beberapa kekurangan yang dianggap oleh
teman-temannya merupakan bahan celaan atau cemoohan. Kedua adalah kesulitan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Dalam hal ini remaja putri merasa
dirinya tidak memiliki bentuk badan seperti orang lain atau teman-temannya,
menganggap dirinya tidak lebih cantik dibandingkan dengan teman-temannya,
dan merasa dirinya tidak dapat bergaul dengan teman-temannya sehingga
merasa terkucilkan atau merasa tidak istimewa. Keduanya menjadi faktor
utama penyebab remaja putri merasa tidak ideal. Keterampilan mengontrol diri
dianggap penting bagi seorang remaja putri agar ia mampu menonjolkan atau
menunjukan hal yang positif dalam dirinya, dan mengesampingkan hal yang
negatif dalam dirinya.
3. Pandangan siswi SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung mengenai
remaja putri yang ideal ialah sosok remaja yang memiliki bentuk fisik yang
bagus dan menarik. Diantaranya, memiliki tubuh langsing, tinggi, berambut
144
yang mengatakan berhijab merupakan bagian dari keidealan remaja putri.
Dengan demikian, ia akan terlihat lebih menarik. Namun ada dua unsur lain
yang dianggapnya mampu melengkapi keidealan yang telah dimiki, yakni
kecantikan yang berasal dari dalam (inner beauty). Kecantikan yang berasal
dari dalam ditunjukan dengan sikap yang santun, cerdas dan berbakat. Maka
kesempurnaan seorang wanita yang banyak diidamkan oleh semua wanita akan
semakin terlihat sempurna.
B.Saran
1. Siswi
Ditemukan bahwa masih banyak siswi yang masih cenderung berlebihan dalam
masalah penampilan karena ingin mengejar keinginan agar terlihat ideal. Maka
dari itu, sebaiknya siswi pandai memilih teman yang memiliki pemahaman
yang positif mengenai citra ideal yang pantas untuk di adopsi. Hal itu ditujukan
agar siswi dapat membentuk citra ideal dengan hal-hal yang wajar. Selain itu,
perbanyak bicara (curhat) dengan orang tua, karena walau bagaimana pun
keluarga merupakan tempat bagi remaja untuk berbagi suka maupun duka.
2. Guru atau Pihak Sekolah
Sebagai orang tua di dalam lingkungan sekolah, sebaiknya guru lebih
menerapkan peraturan yang sekiranya membuat anak segan, khususnya
peraturan mengenai pakaian yang dikenakan oleh peserta didik. Selain itu, guru
dan sekolah dapat memberikan pembekalan kepribadian yang positif pada
peserta didik melalui beberapa kegiatan, seperti keputrian yang didalamnya
membahas seputar perempuan baik dalam segi prilaku, kebiasaan, serta
beberapa aturan hidup yang harus dijalani oleh seorang perempuan yang baik.
Dapat pula mengembangkan pribadi kesundaan pada perempuan, agar menjadi
perempuan yang santun, berbudi luhur, serta memiliki kecerdasan intelektual
yang baik.
3. Orang Tua
Sebagai lingkungan dasar yang pertama kali dikenal oleh anak, maka orang tua
145
bagi anaknya. Orang tua memiliki beragam tugas bagi kelangusngan hidup
anak-anaknya. Orang tua tidak boleh sampai lengah mengawasi setiap gerak
gerik putra putri mereka saat sedang didalam rumah maupun di luar rumah.
Maka dari itu orang tua harus memiliki banyak sumber informasi mengenai
keberadaan anak. Selain itu, mereka harus memantau perkembangan anak, apa
yang sedang anak-anak sukai, dan lain sebagainya. Baiknya, orang tua juga
harus mengikuti trend yang sedang banyak diminati oleh anak remaja, agar
pemberian aturan dan sanksi dapat disesuaikan tanpa harus mengekang remaja
tersebut.
4. Peneliti Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan mampu memperdalam dan
mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan pencitraan ideal remaja
putri. Selain itu, sebagai calon pendidik, kita harus mampu memperluas
wawasan mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di masayrakat. Hal ini
akan memberikan referensi yang lebih natural sebagai bahan ajar. Termasuk
hal yang berhubungan dengan masalah remaja atau peserta didik yang selama
ini jarang diperhatikan. Dengan demikian, alangkah baiknya bila kita
mengangkat fenomena sosial sebagai bahan ajar. Hingga akhirnya, peserta
didik mampu memahami secara langsung apa yang terjadi dan mampu
Daftar Pustaka
Buku:
Abidin, Z. (2007). Teknik Lobi dan Diplomasi Untuk Insan Public Relations. Indonesia: PT. Indeks
Ali, M & Asrori, M.(2009). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Ath-Thurl, H.A. (2007). Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Ardianto, E dan Harun, R. (2012). Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial. Depok: Rajagrafindo Persada
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Boeree, C.G. (2008). Personality Theories Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismasophie
Cangara, H. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Creswell. (1980). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Traditio. California: Thous and Oaks
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Elan. (2005). Upaya Menumbuhkan Keterampilan Sosial. Bandung: UPI
Fudyartanta, K. (2012). Psikologi Kepribadian Paradigma Filosofis, tipologis, Psikodinamik dan Organismik-Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gerungan. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama
Gretiani, S dan Suryawan D,S. (2013). Spirit Mien R. Uno Bergaya Sepanjang Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Halim. (2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta: Bumi Aksara
Hermawan, A. (2007). Doktor (HC) Martha Tilaar. Jakarta: Grasindo
Idrus. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gelora Aksara Pratama
Ismawati, E.(2012). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Program Studi Pendidikan IPS, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan
Kunandar. (2012). Langkah Mudah PTK: Sebagai Pengembangan Profe Guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Legawa, I.W, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Mar’at. (1982). Sikap Manuisa, Perubahan dan Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Maryani, E. (2009). Komplikasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Tanpa nama dan tempat penerbit
Maryani, E.(2011). Media dan Perubahan Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moleong, L.J (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Narwoko, J.D & Suyanto, B.(2011). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana
Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (third.ed). Bandung: Tarsito
Nazsir, N. (2008). Sosiologi Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi Ilmu Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran
Pareek, U. (1991). Perilaku Manajemen Pedoman ke Arah Pemahaman Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Persindo
Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Gramedia
Ranjabar. (2008). Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta
Sapriya, dkk. (2008). Konsep dasar IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Setiadi, E.M & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gelaja Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana
Serverin, W,J & Tankard, J,W. (2009). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan Di Dalam Media Massa, Edisi Kelima. Jakarta: Kencana
Shrum, L.J.(ed). (2010). Psikologi Entertainment. Yogyakarta: Jalasutra
Siagian, S. (1995). Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Gunung Agung
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suharsimi, A. (1988). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Soekanto, S.(1970). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekanto, S.(1984). Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia
Soekanto, S & Salaman, O.(1987). Disiplin Hukum dan Disiplin Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekanto, S. (2001). Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Soekanto, S. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekanto, S.(2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soyomukti. (2010). Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Maslah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, dan Kajian-Kajian Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Toha, M. (1993). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Wulansari. (2009). Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama
Young, G.G. (2012). Membaca Kepribadian Orang. Jogjakarta: Think
Zamroni. (2006). Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Skripsi:
Andriani, W.R. (2010). Studi Kasus Tentang Pelatihan Kewirausahaan Dalam Meningkatkan Manajemen Usaha Kecil Menengah Pada Bina Usaha Mandiri Di Dompet Duafa Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia
Hartoyo, I.J. (2014). Mengembangkan Keterampilan Greeting, Grooming dan Gesturing Melalui Bermain Peran Dalam Pembelajaran IPS (PTK di Kelas 8 F SMPN 10 Kota Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia
Kodariah, Y. (2009). Program Bina Keluarga Remaja Berbasis Gender (Studi Kasus di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia
Marlina, R. (2009). Kajian Tentang Implikasi Pemahaman Nilai-Nilai Keagamaan Terhadap Perilaku Moral Siswa. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia
Nurhayati. (2007). Studi Tentang Hubungan Kelompok Teman Sebaya Dengan Perilaku Moral Remaja Di SMA Pasundan 8 Bandung (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia
Ritongga, A. (1998). Hubungan Persepsi Guru SMKN 6 Bandung Tentang Perkembangan IPTEK dengan Motivasi Peningkatan Kompetensi Guru. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia
Yuningsih, W. (2009). Persepsi Mahasiswa Tentang Perilaku Seksual Bebas di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa FPIPS, FPBS, dan FPOK Angkatan 2005). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia
Disertasi:
Suswandari. (2008). Adaptasi dan Emansipasi Kaum Perempuan Betawi Dalam Merespon Perubahan Sosial. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Muniningrum, R. (2010). Pengaruh Kemandirian Belajar Dalam Pendidikan Jarak Jauh Terhadap Keterampilan Sosial Mahasiswa S1 PGSD. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Jurnal:
Wahab, A. (2003). Tantangan Pembelajaran IPS di Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Nomor 20 Tahun XI Januari-Juni. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 14-15
Wiriaatmadja, R. (2003). Pembelajaran IPS pada Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Nomor 20 Tahun XI Januari-Juni. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 22-28
Internet:
Neng. (2010). Macam-Macam Gaya Hidup. [Online]. Diakses dari