i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini adalah studi deskriptif mengenai coping stress pada penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi. Responden yang diteliti berjumlah 44 orang. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.
Coping stress menurut Lazarus & Folkman (1984) adalah perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus, untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya individu atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraannya.
Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari Ways of Coping Questionnaire dari Lazarus & Folkman (1984)dan terdiri dari 50 item. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji validitas dari Spearman dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS 17.
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi sebanyak 47,8% menggunakan kedua jenis coping stress secara seimbang, 34% menggunakan emotion focused coping, dan 18,2% menggunakan problem focused coping.
Kesimpulan yang diperoleh adalah hampir setengah dari keseluruhan penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi menggunakan kedua jenis coping stress dengan frekuensi yang seimbang dalam mengatasi stres yang dirasakan saat menjalani pengobatan maupun kehidupannya.
ii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This study is a descriptive study of coping stress in patients with Diabetes Mellitus in the Hospital "X" Cimahi city. Respondents who studied amounted to 44 persons. The study design used in this research is descriptive research design.
Coping stress by Lazarus & Folkman (1984) is a cognitive and behavioral changes that take place continuously, to cope with external and internal demands is considered as a burden or exceeding the resources of individuals, or endanger the existence or welfare .
Measuring instrument used is a modification of the Ways of Coping Questionnaire of Lazarus & Folkman (1984) and consists of 50 items. The data obtained were processed using Spearman's test of the validity and reliability test using Cronbach's Alpha using SPSS 17.
From research result, knowable that people with Diabetes Mellitus in the Hospital "X" Cimahi city as much as 47.8% use both types of stress coping in a balanced way, 34% use emotion focused coping, and 18.2% using problem
vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... xi
Daftar Bagan ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1. Maksud Penelitian ... 10
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Kegunaan Penelitian ... 10
1.4.1. Kegunaan Teoretis ... 10
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 10
1.5. Kerangka Pikir...11
vii Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 21
2.1. Stress ... 21
2.1.1. Definisi Stress ... 21
2.1.2. Sumber-Sumber Stress ... 22
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress ... 24
2.1.4. Dampak Stress ... 26
2.2. Teori Tentang Penilaian Kognitif ... 26
2.3. Strategi Penanggulangan Stress (Coping Stress) ... 30
2.3.1. Definisi Strategi Penanggulangan Stress ... 30
2.3.2. Bentuk Strategi Penanggulangan Stress ... 31
2.3.3. Jenis Strategi Penanggulangan Stress... 33
2.3.4. Hubungan Strategi Penanggulangan Stress Yang Berpusat Pada Masalah Dan Strategi Penanggulangan Stress Yang Berpusat Pada Emosi ...35
2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Coping Stress ... 36
2.4 Hubungan Antara Stress, Penilaian Kognitif, dan Coping Stress ... 39
2.4. Masa Dewasa Awal ... 40
2.4. Masa Dewasa Awal ... 40
2.4.1. Pengertian Dewasa Awal... 40
viii Universitas Kristen Maranatha
2.5. Diabetes Mellitus ... 42
2.5.1. Definisi Diabetes Mellitus ... 42
2.5.2. Tipe Diabetes Mellitus ... 42
2.5.3. Penyebab Diabetes Mellitus ... 47
2.5.4. Cara Mengatasi Diabetes Mellitus ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 54
3.1. Rancangan penelitian ... 54
3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 54
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 55
3.3.1. Variabel Penelitian ... 55
3.3.2. Definisi Operasional ... 55
3.4. Alat Ukur ... 58
3.4.1. Jenis Alat Ukur ... 58
3.4.2. Prosedur Pengisian ... 59
3.4.3. Sistem Penilaian ... 59
3.4.4. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 60
3.4.5. Uji Coba Alat Ukur ... 61
3.4.5.1. Validitas Alat Ukur ... 61
ix Universitas Kristen Maranatha
3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 64
3.5.1. Populasi ... 64
3.5.2. Kriteria Sampel ... 64
3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 64
3.6. Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1. Gambaran Responden... 67
4.2. Hasil penelitian ... 68
4.2.1. Coping Stress ... 68
4.2.1.1. Jenis Coping Stress Seimbang ... 69
4.2.1.2. Jenis Coping Stress Emotion Focused Coping ... 70
4.2.1.3. Jenis Coping Stress Problem Focused Coping ... 71
4.2.4. Faktor yang Mempengaruhi ... 73
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
5.1. Kesimpulan ... 84
5.2. Saran ... 84
5.2.1. Saran Teoretis ... 84
x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR RUJUKAN ... 88
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Gambaran Alat Ukur Coping Stress... 58
Tabel 3.2. Sistem Penilaian ... 59
Tabel 3.3. Kategori Penilaian ... 60
Tabel 4.1 Gambaran Responden ... 67
Tabel 4.2. Coping Stress ... 68
Tabel 4.3. Jenis Coping stress Seimbang ... 69
Tabel 4.4. Jenis Coping stress Emotion focused coping ... 70
Tabel 4.5. Jenis Coping stress Problem focused coping ... 71
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Skema Kerangka Pikir ... 19
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi- Kisi Alat Ukur Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Data Penunjang
Lampiran 4 Daftar Pertanyaan Survey Awal Lampiran 5 Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Lampiran 6 Data Hasil Pengkategorian Coping Stress Lampiran 7 Hasil Data Penunjang
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM).
DM adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin
memasukkan gula ke dalam sel, sehingga tubuh bisa menghasilkan energi atau
menyimpannya sebagai cadangan energi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus).
Terdapat dua jenis Penyakit DM, yaitu DM tipe satu atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe dua atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada DM tipe satu, pankreas yang
menghasilkan insulin rusak, pankreas hanya menghasilkan sedikit insulin atau
sama sekali tidak menghasilkan insulin. Pada DM tipe dua, pankreas tetap
menghasilkan insulin, namun kadarnya lebih tinggi (Fitria, 2009).
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)
menunjukkan bahwa Indonesia menempatkan urutan keempat terbesar dalam
jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta penduduk yang
2
Universitas Kristen Maranatha
WHO juga memperkirakan, di tahun 2030 akan ada sekitar 21,3 juta penduduk
Indonesia yang mengidap DM.
www.freelist.org/post/ppiindia-Jumlah-Penderita-di-Indonesia-Keempat-Dunia).
Salah satu penyebab tingginya jumlah penderita DM di Indonesia
diakibatkan pola makan orang Indonesia yang terlalu banyak mengkonsumsi
karbohidrat. Bahkan ada perumpamaan yang mengatakan “belum makan jika belum makan nasi”. Pola makan yang berbeda dilakukan oleh orang-orang di
negara maju. Mereka lebih banyak mengkonsumsi protein dan lemak dibanding
karbohidrat (Fitria, 2009).
Di rumah sakit ”X” kota Cimahi pasien penderita DM yang tercatat di
tahun 2010 sampai april 2011 terdapat kurang lebih 339 pasien penderita DM.
Penderita DM tipe satu sebanyak 100 dan penderita DM tipe dua sebanyak 239.
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum yang di dalamnya terdapat
perawatan penyakit dalam dan salah satunya menangani masalah penyakit DM.
Rumah sakit ini juga memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi para
penderita DM.
Umumnya DM tipe satu menyerang anak-anak dan remaja. DM tipe ini
muncul secara tiba-tiba, sebagai akibat dari adanya kelainan genetika. Saat ini DM
tipe satu tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak dapat menyembuhkan DM
tipe satu. Pengobatan dasar DM tipe ini, bahkan untuk tahap awal sekalipun
adalah penggantian insulin sehingga tipe ini tergantung asupan insulin yang
3
Universitas Kristen Maranatha
dapat diberikan per-oral (ditelan). Tanpa insulin bisa menyebabkan koma bahkan
bisa mengakibatkan kematian (Fitria, 2009).
Seperti halnya DM tipe satu, pada DM tipe dua juga dapat menyerang
anak-anak dan remaja, tetapi lebih banyak menyerang usia di atas 30 tahun.
Penderita DM tipe dua, lebih dari 90 persen mengalami kelebihan berat badan
atau obesitas. Hal tersebut karena pola hidup dan pola makan yang tidak teratur.
Obesitas adalah faktor resiko terpenting penyebab penyakit DM tipe dua karena
seiring pertambahan berat badan, tubuh semakin kurang sensitif terhadap efek
insulin. Akibatnya, pankreas akan memproduksi insulin lebih banyak lagi. Ketika
kemampuan pankreas akan memproduksi insulin tak bisa mengimbangi resistensi
insulin, terjadi DM tipe dua yang ditandai tingginya kadar gula darah (Fitria,
2009)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada penderita DM di RS ”X” kota Cimahi sebanyak 20 orang, dapat diketahui bahwa penderita DM tipe satu
dituntut untuk selalu menyuntikan insulin pada tubuhnya setiap hari seumur
hidupnya. Penderita harus belajar menyuntikan karena penyuntikan dilakukan
oleh diri sendiri. Setiap penderita sebelum makan terlebih dahulu harus
melakukan penyuntikan insulin. Apabila penderita lupa atau terlalu banyak
menyuntikan insulin, maka dapat terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia.
Hipoglikemia adalah penurunan kadar glukosa dalam darah dan hiperglikemia
adalah tingginya kadar glukosa dalam darah, yang akan mengakibatkan penderita
merasakan pusing bahkan pingsan. Keadaan tersebut membuat penderita merasa
4
Universitas Kristen Maranatha
pengobatan dengan baik dan disiplin. Hal tersebut juga yang mambuat penderita
merasa berbeda dengan orang-orang pada umumnya.
Pada penderita DM tipe dua juga memiliki tuntutan seperti penderita DM
tipe satu, hanya saja tuntutannya berbeda. Penderita DM tipe dua dituntut untuk
dapat menurunkan berat badan hingga batas normal. Dengan menurunkan berat
badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi jumlah lemak sehingga
membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan lebih baik. Penderita juga dituntut
untuk melakukan diet yang teratur. Diet ini lebih berupa diet kesehatan, yang
berupa keseimbangan antara asupan karbohidrat, lemak dan protein. Penderita
harus menaati diet secara terus-menerus, selain itu waktu makan juga harus diatur.
Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus
makan dalam jadwal yang teratur. Apabila penderita mengkonsumsi asupan
makanan secara berlebihan dapat terjadi hiperglikemia. Begitu pula apabila
penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya maka akan terjadi
hipoglikemia. Jika hal tersebut terjadi maka dapat terjadinya shock atau tidak
sadarkan diri.
Selain itu penderita DM tipe dua dituntut untuk melakukan olahraga.
Olahraga dapat membantu menurunkan jumlah insulin yang dibutuhkan oleh
tubuh. Diet dan olahraga harus dilakukan penderita setiap hari untuk mengurangi
tingginya kadar gula darah karena jika tidak dilakukan dapat memperburuk
keadaan penderita. Bagi penderita DM tipe dua yang memiliki pola hidup dan
pola makan yang tidak teratur, hal ini menjadi tekanan tersendiri bagi dirinya
5
Universitas Kristen Maranatha
hal tersebut namun sekarang harus dilakukan bagi kesehatannya. Keadaan itu
membuat penderita merasa cemas apabila tidak dapat melakukannya dengan
teratur, serta merasa tidak nyaman dan tidak berdaya karena tuntutan yang harus
dilakukannya. Namun ada kalanya tuntutan-tuntutan tersebut telah dilakukan
dengan disiplin akan tetapi tidak menjamin kadar gula darah tetap konsisten, hal
itu dapat terjadi apabila penderita DM banyak hal-hal yang dipikirkan karena
psikis seseorang juga mempengaruhi tingginya kadar gula darah sehingga
penderita harus dapat mengontrolnya.
Ketika menderita DM, tuntutan-tuntutan yang muncul juga tidak hanya
berkaitan dengan beban pengobatan penyakitnya, masih banyak beban lain yang
muncul misalkan dengan berambahnya usia seseorang. Memasuki tahapan dewasa
awal pada penderita DM memiliki tugas perkembangan untuk bisa mengambil
keputusan dan komitmen untuk memilih pekerjaan (Santrock, 2002). Usia
penderita DM di RS “X” kota Cimahi berada pada kisaran 20 tahun hingga 40
tahun, mereka berada pada tahap perkembangan dewasa awal (Santrock, 2002).
Pada penderita DM pengambilan keputusan dan komitmen untuk memilih
pekerjaan menjadi lebih sulit karena penyakit yang dideritanya. Pekerjaan
terkadang menambah beban penderita dalam menjaga kesehatannya. Beban
tersebut seperti aktivitas pekerjaan dan pikiran yang terlalu berat. Hal itu dapat
meningkatkan kadar gula dalam darah, sehingga akan mengakibatkan penderita
DM mengalami hiperglikemia.
Menurut Santrock (2002), masa dewasa awal merupakan usia produktif
6
Universitas Kristen Maranatha
rentang kehidupan. Pada usia ini penderita DM memiliki kesehatan yang tidak
baik karena penyakit yang dideritanya. Dalam usia produktif seperti ini, penderita
DM tidak dapat melakukan segala aktivitas yang terlalu padat karena mereka
harus memikirkan pengobatan yang tidak boleh terlewatkan.
Menurut informasi yang diterima dari salah satu perawat yang merawat
penderita DM di RS “X” kota Cimahi, penderita DM diminta untuk
memperhatikan kondisi fisiknya. Mereka dapat melakukan berbagai macam
aktivitas namun tetap harus disiplin dalam melakukan pengobatan, bila hal
tersebut tidak dilakukan maka akan mempengaruhi keadaannya seperti kondisi
fisik akan menurun sehingga aktivitas yang biasa dilakukannya harus dikurangi
demi kesehatannya. Selain itu penderita DM banyak yang merasa hidupnya tidak
tenang dan cemas terhadap jiwanya yang terancam oleh penyakit yang
dideritanya, bahkan merasa frustrasi karena pengobatan yang dijalaninya tidak
dapat menyembuhkan penyakitnya. Mereka juga mengeluhkan rasa takut apabila
dirinya tidak dapat disiplin dalam menjalani pengobatan.
Ketika penderita DM menjalani kehidupannya, ada saatnya mereka
dihadapkan pada situasi yang menuntut. Tuntutan-tuntutan yang harus mereka
jalani setiap hari seumur hidupnya diantaranya adalah penyutikan insulin, diet,
olahraga dan penurunan berat badan. Situasi tersebut dapat menyebabkan individu
merasa terancam kesejahteraannya karena tuntutan yang mereka harus jalani
melebihi kemampuannya, menurut Lazarus kondisi tersebut dinamakan sebagai
stress (1984: 19). Adapun peristiwa yang menyebabkan stress tersebut dinamakan
7
Universitas Kristen Maranatha
Pada saat mengalami stress, penderita DM akan merasa terancam, baik
secara psikis maupun fisik. Stress yang dialami penderita DM tipe satu dan tipe
dua akan membawa dampak dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya. Tom
Cox (1978: 92) mengemukakan dampak dari stres, yakni dampak subyektif
(ditandai oleh kecemasan, agresi, kejenuhan, kehilangan kesabaran, keletihan,
frustrasi, gugup, merasa takut), dampak tingkah laku (ditandai oleh meningkatnya
luapan emosi, salah tingkah, makan berlebihan, dan perilaku impulsif). Ada pula
dampak kognitif (ditandai oleh sulit mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi,
sensitif terhadap kritik), dampak fisiologis (ditandai oleh meningkatnya kadar
gula darah, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, demam dan
berkeringat berlebihan), serta dampak kesehatan (ditandai oleh insomnia, sakit
kepala, mimpi buruk, migren, gangguan pada kulit), serta dampak organisasi
(ditandai oleh meningkatnya absensi, produktivitas rendah, ketidakpuasan dalam
bekerja).
Ketika individu dihadapkan pada kondisi stress, maka mereka akan
berusaha mencoba untuk mengurangi bahkan menghilangkan perasaan stress yang
dialaminya itu dengan melakukan bermacam-macam cara dalam istilah psikologi
disebut coping stress. Istilah coping disini adalah segala usaha atau proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk menguasai perasaan stress yang dialaminya
dengan cara mengolah adanya tuntutan-tuntutan atau mengurangi dan bertoleransi
dengan tuntutan-tuntutan tersebut.
Menurut Richard Lazarus penanganan stress atau coping terdiri dari 2
8
Universitas Kristen Maranatha
coping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping). Problem focused
coping adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stress atau
coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya. Sedangkan emotion focused coping adalah istilah Lazarus
untuk strategi penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap
situasi stress dengan cara emosional.
Berdasarkan wawancara mengenai beban pengobatan yang dilakukan
kepada 20 penderita DM, sebanyak 80% menghayati pengobatan yang harus
selalu dilakukan oleh penderita DM sebagai hal yang tidak mudah. Bagi mereka
pengobatannya tersebut terkadang menimbulkan tekanan, misalnya ketika
penderita DM tipe satu sebelum makan, mereka harus menyuntikan insulin. Kadar
makanan yang akan dimakan harus sesuai dengan kadar insulin yang sudah
ditentukan sehingga tidak boleh salah dalam menentukan kadar makanan yang
akan dimakan. Selain itu, mereka menyatakan bahwa mereka merasa tidak
nyaman dengan keadaan dirinya sekarang. Mereka menganggap bahwa dirinya
berbeda dengan orang lain karena penyakit yang dideritanya. Selanjutnya pada
penderita DM tipe dua, mereka harus melakukan diet, penurunan berat badan, dan
olahraga setiap harinya. Kebanyakan dari mereka tidak biasa melakukan hal-hal
tersebut namun sekarang hal itu harus dilakukannya karena tuntutan bagi
kesehatannya. Penderita DM juga merasa frustrasi karena pengobatan yang
dilakukannya ini tidak dapat menyembuhkan penyakitnya. Kemudian merasakan
adanya ancaman karena penyakitnya ini dapat merenggut nyawanya. Selain itu
9
Universitas Kristen Maranatha
dapat bekerja optimal dan sulit berkonsentrasi sehubungan dengan penyakitnya.
Pada penderita DM yang belum bekerja, mereka mengatakan bahwa dirinya
memiliki kepercayaan diri yag kurang untuk bersaing dengan orang lain.
Sebanyak 20% mengatakan tuntutan pengobatannya tersebut sebagai konsekuensi
yang harus mereka terima dan jalani, walaupun berat dirinya tetap menjalani
dengan disiplin.
Sebanyak 100% dari 20 penderita DM yang diwawancarai menghayati
adanya hal positif dan negatif yang dirasakan ketika menjalani pengobatan. Hal
positif yang dirasakan antara lain menjadi lebih dekat dengan Tuhan YME, belajar
untuk lebih bersabar, menemukan solusi masalah, keluarga dan orang-orang
terdekat menjadi penyemangat untuk melakukan pengobatan. Hal negatif yang
diarasakan antara lain menjadi mudah marah, cemas, frustrasi, sulit
berkonsentrasi, kurang maksimal dalam menjalani aktivitas. Hal-hal negatif yang
dirasakan tersebut merupakan dampak stress yang dialaminya saat menjalani
pengobatan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian guna mengetahui coping stress yang digunakan oleh
penderita DM di RS “X” kota Cimahi.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka
penelitian ini ingin mengetahui coping stress yang digunakan oleh penderita
10
Universitas Kristen Maranatha
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1. 3. 1 Maksud Penelitan
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara empirik
mengenai coping stress pada penderita Diabetes Mellitus di RS ”X” kota Cimahi.
1. 3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang
lebih rinci mengenai coping stress yang digunakan penderita Diabetes
Mellitus di RS ”X” kota Cimahi, beserta faktor-faktor yang mempengaruhi.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu
Psikologi khususnya dalam bidang Psikologi Klinis, mengenai gambaran
coping stress pada penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi. Memberikan masukan berupa informasi bagi peneliti lain yang berminat
meneliti lebih lanjut mengenai coping stress.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi dan gambaran kepada penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi mengenai coping stress yang digunakan. Informasi
11
Universitas Kristen Maranatha
memahami bentuk coping stress yang digunakan dalam upaya
menanggulangi stres yang dirasakan ketika menjalani kehidupan dan
pengobatannya.
Memberikan informasi dan gambaran kepada dokter dan perawat penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi mengenai coping stress.
Informasi ini dapat membantu penderita dalam menanggulangi stress yang
dihadapinya.
Memberikan informasi dan gambaran kepada keluarga dan rekan-rekan penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi mengenai coping stress
yang digunakan penderita. Informasi ini dapat membantu penderita dalam
menanggulangi stress yang dihadapi.
1.5 Kerangka Pikir
Penderita DM mempunyai tanggungjawab yang lebih besar pada
kesehatannya jika dibandingkan dengan orang lain pada umumnya. Mereka harus
melakukan berbagai macam pengobatan setiap hari seumur hidupnya untuk
menjaga kesehatannya.
Pada saat penderita DM menjalani pengobatannya banyak
tuntutan-tuntutan yang harus dilakukannya. Namun tuntutan-tuntutan-tuntutan-tuntutan yang muncul tidak
hanya berkaitan dengan beban pengobatannya tetapi juga bertambahnya usia
memasuki tahapan dewasa awal, dimana rentang usia pada dewasa awal ini
merupakan usia produktif yang dapat melakukan berbagai macam aktivitas
12
Universitas Kristen Maranatha
pengobatan, mereka diharapkan dapat menyesuaikan diri, namun hal tersebut
tidak selamanya berhasil. Pada saat penderita DM tidak dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan dan tanggung jawab ketika menjalani pengobatannya dan menilai
sebagai suatu beban yang berat serta melebihi kemampuan yang ada untuk bisa
menyelesaikannya, maka para penderita DM tersebut akan mengalami stres.
Menurut Lazaruz dan Folkman (1984: 19), stres adalah hubungan spesifik antara
individu dengan lingkungan yang dinilai individu sebagai tuntutan yang melebihi
sumber dayanya dan membahayakan keberadaannya dan kesejahteraannya.
Tuntutan-tuntutan yang dapat menyebabkan penderita DM mengalami
stress disebut stressor. Hal-hal yang dapat menjadi stressor bagi para penderita
DM, antara lain adalah tuntutan yang berkaitan dengan pengobatan, misalnya
penyuntikan insulin, diet, olahraga, dan penurunan berat badan. Disamping itu,
mereka juga masih tetap melakukan berbagai macam aktivitas yang biasanya
dilakukan tanpa melupakan pengobatannya yang harus dilakukan seumur hidup.
Dalam menghadapi stressor tersebut para penderita DM akan menghayati
stress secara berbeda antara satu dengan yang lainnya walaupun stressor yang
dihadapi sama. Hal tersebut bergantung pada penilaian subjektif yang dilakukan
oleh mereka terhadap stressor. Penilaian tersebut oleh Lazarus disebut sebagai
penilaian kognitif (cognitive appraisal).
Menurut Lazarus (1984:19) penilaian kognitif adalah suatu proses
evaluatif yang menentukan mengapa suatu interaksi antara manusia dan
lingkungannya bisa menimbulkan stress. Penilaian kognitif diawali dengan
13
Universitas Kristen Maranatha
dengan aktifitas evaluasi terhadap situasi yang dihadapi. Penyakit DM membuat
penderita mengalami stress. Stress yang dialami penderita DM memiliki derajat
yang bervariasi, semua itu tergantung dari bagaimana penderita DM tersebut
memaknakan situasi atau tuntutan-tuntutan yang dihadapinya.
Ketika berada dalam kondisi stress, penderita DM tersebut akan masuk
dalam penilaian sekunder (secondary appraisal) yaitu proses yang dapat
digunakan untuk menentukan apa yang dapat atau harus dilakukan untuk
meredakan keadaan stress. Pada tahap inilah penderita DM akan memilih cara apa
yang terbaik dan bisa dilakukan untuk meredakan stress yang mereka alami.
Mereka memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi situasi stress tersebut yang
disebut sebagai strategi penanggulangan stress atau coping stress (Lazarus &
Folkman, 1984: 141).
Penilaian kognitif primer dan sekunder yang dilakukan penderita DM
akan menentukan strategi penanggulangan stress yang akan digunakan. Apabila
strategi yang digunakan tersebut dirasa tidak sesuai atau mengalami kegagalan,
maka penderita DM akan melakukan penilaian kembali (reappraisal) terhadap
stressor dan menentukan peggunaan strategi yang dianggap lebih sesuai,tepat dan
efektif.
Strategi penanggulangan stress atau coping stress dikemukakan oleh
Lazarus sebagai perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung secara
terus-menerus, untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai
sebagai beban atau melampaui sumber daya individu atau membahayakan
14
Universitas Kristen Maranatha
stress dipandang sebagai faktor penyeimbang yang membantu penderita DM
untuk menyesuaikan diri terhadap tekanan yang dialami. Pada dasarnya coping
stress ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang ditimbulkan
oleh stressor yang dihadapi. Menurut Lazarus dan Folkman (1986) terdapat dua
bentuk coping stress yaitu coping stress dapat berpusat pada masalah (problem
focused form of coping) dan berpusat pada emosi (emotion focused form of
coping).
Coping stress yang berpusat pada masalah (problem focused form of
coping) diarahkan pada usaha aktif untuk memecahkan masalah yang ada,
mencari berbagai alternatif yang digunakan sebagai cara untuk mengatasi atau
menghadapi stress. Coping stress yang berpusat pada masalah dibagi menjadi dua
jenis. Pertama, planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah keadaan
yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan disertai
analisis. Usaha yang dilakukan penderita DM adalah menganalisis situasi,
memikirkan jalan terbaik dan konsekuensinya yang mungkin terjadi, menyusun
rencana agar dapat menjalani pengobatan dengan baik. Kedua, confrontative
coping yaitu individu aktif mencari cara untuk mengatasi keadaan yang menekan
dirinya. Usaha yang dilakukan penderita DM adalah mencari tahu mengenai
informasi penyakit DM dan pengobatan penyakitnya.
Apabila penderita DM menggunakan coping stress yang berpusat pada
masalah maka para penderita DM tersebut dapat merumuskan masalah ketika
menjalani tugas-tugasnya secara objektif. Penderita DM juga memikirkan
15
Universitas Kristen Maranatha
masalah yang dialami ketika menjalani pengobatan. Strategi ini digunakan untuk
mengubah tekanan lingkungan agar bisa menyelesaikan masalah juga lebih
memahami masalah secara objektif, mengurangi keterlibatan emosi serta
mengembangkan keterampilan diri untuk menyelesaikan masalah (Lazarus &
Folkman, 1984:152).
Coping stress yang berpusat pada emosi (emotion focused coping)
diarahkan untuk mengatur respon emosi yang ditimbulkan oleh stres, terdiri dari
enam jenis. Pertama, distancing yaitu usaha untuk tidak terlibat dalam
permasalahan, seperti menciptakan pandangan-pandangan positif seolah-olah
tidak terjadi apa-apa. Usaha penderita DM untuk tidak melibatkan diri dalam
permasalahan seperti menghindari memikirkan penyakit DM yang dideritanya.
Kedua, self control adalah usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi
situasi yang menekan. Hal tersebut ditunjukkan dengan usaha penderita DM lebih
mengintrospeksi diri sendiri tentang apa yang dilakukanya benar atau tidak dalam
merespon suatu masalah. Ketiga, seeking social support yaitu usaha untuk
mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.
Penderita DM berbagi cerita dan mencurahkan isi hati kepada orang lain.
Keempat yaitu accepting responsibility, usaha untuk menyadari tanggung
jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba
menerimanya utuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Dalam hal ini,
penderita DM berusaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri sebagai
penderita DM dan mencoba menerima penyakitnya untuk membuat semuanya
16
Universitas Kristen Maranatha
menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih
pada hal lain. Escape avoidance dapat ditunjukkan melalui berusaha untuk
mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya
dengan beralih pada hal lain seperti melakukan hobi atau kegemarannya. Keenam,
positive reappraisal yaitu usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan
fokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat
religius. Hal ini ditunjukkan dengan berusaha mencari makna positif dari
penyakitnya dengan lebih medekatkan dirinya dengan Tuhan YME.
Lazarus dan Folkman (1984) mengemukakan coping stress yang berpusat
pada emosi digunakan untuk memelihara harapan dan optimisme, menyangkal
fakta dan akibat yang mungkin dihadapi, menolak untuk mengakui hal terburuk
dan bereaksi seolah-olah apa yang terjadi tidak menimbulkan masalah dan
sebagainya. Penderita DM menggunakan coping stress yang berpusat pada emosi
ketika menghadapi suatu masalah ditunjukkan untuk mengurangi tekanan
emosional yang timbul akibat masalah yang dihadapi, tanpa menyelesaikan
masalah yang menjadi sumber stres secara tuntas. Perubahan yang terjadi dalam
diri mereka apabila mereka dapat mengatasi stressnya adalah akibat perubahan
kondisi perasaan mereka terhadap masalah yang dihadapi. Perlakuan secara terus
menerus terhadap sumber masalah dengan memusatkan diri pada perubahan
perasaan menjadi lebih menyenangkan untuk menyelesaikan sumber masalah
melalui tindakan nyata, akan menyebabkan penumpukan masalah sekaligus
17
Universitas Kristen Maranatha
Penderita DM akan menggunakan coping stress yang berpusat pada
masalah dan coping stress yang berpusat pada emosi dalam menghadapi tuntutan
internal dan eksternal dalam kehidupan nyata (Lazarus & Folkman, 1984: 157).
Apabila penderita DM dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi saat
menjalani pengobatannya tidak memperhatikan perasaan yang dirasakan maka
dikatakan tidak efektif, demikian juga dengan penderita DM yang berhasil
meredakan ketegangan emosinya namun tidak menyelesaikan sumber
permasalahannya. Untuk mencapai strategi penanggulangan yang efektif
diperlukan penggunakan kedua fungsi strategi penanggulangan tersebut (Lazarus
& Folkman, 1984: 188)
Strategi penanggulangan stres yang digunakan penderita DM dapat
berhasil mengurangi atau bahkan menghilangkan stres yang dialami, namun
strategi tersebut bisa saja tidak berhasil digunakan untuk mengatasi stres. Menurut
Lazarus, keberhasilan penggunaan strategi penanggulangan stres dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut, yaitu kesehatan dan energi,
keterampilan untuk memecahkan masalah, keyakinan positif, keterampilan sosial,
dukungan sosial, dan sumber-sumber material. Faktor kesehatan dan energi, yaitu
kondisi fisik penderita DM saat menghadapi stres, mereka akan lebih mudah
menanggulangi masalah secara efektif dalam keadaan sehat dan memiliki energi
yang cukup. Keyakinan diri yang positif yaitu sikap optimis, pandangan positif
terhadap kemampuan diri dalam menanggulangi masalah ketika menjalani
18
Universitas Kristen Maranatha
Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah keterampilan untuk
memecahkan masalah yaitu, kemampuan penderita DM untuk mencari informasi,
mengidentifikasi masalah dan mencari pemecahan yang efektif. Faktor
keterampilan sosial, yaitu kemampuan penderita DM untuk mencari pemecahan
masalah bersama dengan orang lain dan kemungkinan untuk bekerja sama dengan
orang lain. Faktor dukungan sosial, yaitu bantuan atau dukungan yang diperoleh
penderita DM dari orang lain baik berupa informasi maupun dukungan emosional.
Selain itu, adanya sumber-sumber material yang dapat berupa uang, barang atau
fasilitas lain yang dapat mendukung penderita DM untuk melakukan pengobatan
secara lebih efektif.
Penderita DM menggunakan kedua jenis srategi penanggulangan stress
untuk mencapai strategi penanggulangan yang efektif, yang membedakan adalah
frekuensi penggunaan dari kedua jenis coping stress tersebut. Coping stress yang
digunakan penderita DM dikategorikan berpusat pada masalah (problem-focused
coping) apabila frekuensi penggunaan coping stress yang berpusat pada masalah
lebih tinggi dibanding penggunaan coping stress yang berpusat pada emosi
(emotion-focused coping). Apabila penderita DM menunjukkan frekuensi
penggunaan coping stress yang sama pada kedua jenis strategi tersebut maka akan
dikategorikan seimbang. Sedangkan apabila frekuensi penggunaan coping stress
yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) dalam mengatasi stres yang
19
kota Cimahi. Penilaian kognitif Stress
20
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi Penelitian
Penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi mengalami stres.
Penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi melakukan penilaian
kognitif terhadap situasi yang dihadapinya.
Coping stress yang digunakan penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota
Cimahi dapat berpusat pada masalah (problem focused form of coping),
berpusat pada emosi (emotion focused form of coping), atau seimbang.
Kedua strategi tersebut akan digunakan untuk mencapai penanggulangan
yang efektif, yang membedakan adalah frekuensi penggunaan dari kedua
84 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap penderita Diabetes
Mellitus di RS “X” kota Cimahi, dapat disimpulkan bahwa:
Hampir setengah dari keseluruhan penderita Diabetes Mellitus di RS “X”
kota Cimahi menggunakan kedua bentuk coping stress secara seimbang.
Jenis coping stress yang paling sering digunakan adalah planfull problem
solving, positive reappraisal dan seeking social support.
Pada penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi yang menggunakan
coping stress secara seimbang ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penggunaan coping stress yaitu, kesehatan, keyakinan diri yang
positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial yang
adekuat, dukungan sosial, dan sumber-sumber material.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan saran yang diharapkan
dapat berguna, yaitu sebagai berikut:
5.2.1 Saran Teoretis
Pada penelitian ini ditemukan bahwa ada indikasi keterkaitan antara coping
stress dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan
85
Universitas Kristen Maranatha
korelasional antara coping stress dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penggunaan coping stress, sehingga dapat diketahui pula
efektifitas penggunaan bentuk coping stress.
Pada penelitian ini hanya meneliti mengenai coping stress tetapi tidak
meneliti mengenai derajat stres. Oleh karena itu disarankan bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian mengenai coping stress untuk meneliti pula
mengenai derajat stres, sehingga dapat diketahui bagaimana hubungan
antara derajat stres dengan penggunaan jenis coping stress.
5.2.3. Saran Praktis
Kepada penderita Diabetes Mellitus di RS “X” kota Cimahi diharapkan
mempertahankan penggunaan coping stress secara seimbang, dan juga
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan coping
stress. Faktor tersebut adalah memiliki keyakinan diri yang positif,
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial yang adekuat,
menjaga kondisi kesehatan, menerima dukungan sosial, dan sumber-sumber
material. Dengan demikian diharapkan penderita DM dapat menjalani
pengobatan maupun kehidupannya dengan baik.
Kepada Dokter dan perawat di RS “X” kota Cimahi diharapkan untuk
mempertahankan dalam memberikan informasi dan bantuan yang sudah
dijalankan kepada penderita DM dalam melakukan pengobatan. Informasi
dan bantuan tersebut dapat membantu penderita DM dalam melakukan
86
Universitas Kristen Maranatha
Kepada keluarga dan rekan-rekan penderita Diabetes Mellitus di RS “X”
kota Cimahi diharapkan untuk mempertahankan dukungan yang sudah
diberikan. Dukungan tersebut dapat membantu penderita DM dalam
87 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Cox, Tom. 1978. Stress. London: The Macmillan Press LTD.
Fitria, Ana. 2009. Diabetes Tips Pencegahan Preventif dan penanganan. Yogyakarta: Venus.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Lazarus, R.S., & Susan Folkman. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.
Monat, Alan., & Richard Lazarus. 1991. Stress & Coping An Anthology. New York: Columbia University Press.
Santrock, John. W. 2002. Life Span Developmental : Perkembangan masa hidup, edisi 2, jilid 2. Jakarta: MC Erlangga.
88 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Diabetes Mellitus. (http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus, diakses pada tanggal 18 Maret 2010)
Jumlah Penderita di Indonesia Keempat Dunia. (www.freelist.org/post/ppiindia-Jumlah-Penderita-di-Indonesia-Keempat-Dunia, diakses pada tanggal 5 November 2010)
Penerimaan Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus.
(http://pustaka.net/penerimaan.diri.stress.pada.penderita.diabetes.mellitus. htm, diakses pada tanggal 2 Maret 2011)