• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat"

Copied!
346
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI

BIOINSEKTISIDA

Bacillus thuringiensis subsp.aizaway

DI BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

BARTOLOMEUS BAGUS PRABA KUNCARA

F34063256

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

i

Feasibility Analysis for Establishment of

Bioinsectiside Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Industry in Bogor, West Java.

Bartolomeus Bagus Praba Kuncara

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, Bogor, West Java,

Indonesia

Phone 085693184564, e-mail : avatarnbagus@yahoo.co.id

ABSTRACT

One type of bioinsecticide is Bacillus thuringiensis subsp.aizaway (Bta) that can be used to eradicate pests armyworm Crocidolomia pavonana and Spodoptera litura. Indonesia has not had a productive bioinsectiside local industry that produce it. The objectives of this research was to analyze the feasibility of Bta industry establishment and the development strategy. The points of this research are market and marketing, legal, technical and technological, management, environment, finance, and development strategy. On the market and marketing aspects, the industry has been feasible for commercial production in market volume 145,2 kg dried Bta/year. On the technical and technological aspects, subdistrict Cileungsi and Gunung Putri is prosperous area for factory location. On the aspect of management, organization form by lines and with Top-Bottom management strategy. On environmental aspects, the industry must build a primary treatment for sewage pools. On the legal aspect, industrial legality form is enclosed corporation with small-SIUP. On the financial aspect, the industry get NPV Rp259.028.602. IRR is 16%,PbP is 10,71 years, Net B/C is 1,518, and Break Event Point is 75,33 kg dried Bta/ year. Result of sensitivity analysis, industry is sensitive by price and cost change. In the aspect of development strategy, Bionic model giving help to determine the strategy of choosing industry location, to determine the weight scale production, to determine the institutional strategies, and to trial the financial account.

(3)

ii

Bartolomeus Bagus Praba Kuncara F34063256 Feasibility Analysis for Establishment of Bioinsectiside Bacillus thuringiensis subsp.aizaway Industry in Bogor, West Java. Under directions of Prof. Dr.Ir. Marimin, MSc and Dr.Ir.Mulyorini, MSi.2011

SUMMARY

One of bioinsecticide were developed from Bacillus thuringiensis. Bioinsecticide is divided into several types and one of it’s the Bacillus thuringiensis subsp.aizaway that can be used to eradicate pests armyworm ( Croccidolomia pavonana and Spodoptera litura). This product has been developed since 1963 in Europe, but until now Indonesia has not had a productive bioinsecticide local industry.

The objectives of this research was to get a feasibility judgment of bioinseticide Bacillus thuringiensis subsp.aizaway (Bta) industry establishment and to analyze the development strategy. Depend on it, people can get information about description of implementation this industry. Main subject of this research is Bta by production with substrat from tofu waste and liquid tofu waste. Points of this research are market and marketing aspect, legal aspect, technical and technological aspect, management aspect, environment aspect, finance aspect, and development strategy aspect.

Market and marketing aspects: Bioinsecticide market in Indonesia is a part of the total imported pesticides. The import volume of insecticide Indonesia is + 8,3 thousand tonnes/year. Bogor into local markets and marketing area with a market volume 145,2 kg dried Bta/year. The market is influenced by consumer behavior as much as 43%.

Technical and technological aspects: The Best area for industry location are Cileungsi and Gunung Putri. Tofu waste and liquid tofu waste as raw material can be obtained on the area of West Bogor, North Bogor, and South Bogor. Market share of Bta product is 17% with volume 145,2 kg dried Bta/year or 12,1 kg dried Bta/month. One running production need 3 days. Average of production is 1,73 kg dried Bta/ 3 days by 21 work days/month. Bioyield from production is 1,81% that need 0,24 liters substrat for first propagation, 9,6 liters substrat for second propagation, and 95,58 liters substrat for main fermentation.

Management aspect: The form of organization is an organization by lines and with the management structure top to bottom. Line scheme is a scheme where there is a coordination center. All staff responsible for plant managers. Furthermore, the plant manager responsible for the board of directors. The board of directors with directors and commissioners act in determining the strategic planning. In legal aspects: Form of industrial institution is Corporation enclosed with small SIUP.

Environmental aspects: The Industry need to build a primary treatment for sewage pools which include a equalization and sterilization pool, coagulation and flocculation pool, filtration pool, and pools of liquid and solid waste container. For non production waste is managed by good sanitation.

Financial aspect: The Capacity of industry is 12,1 kg dried Bta/ month. Investment in zero year is Rp 1.524.426.000. On first and second year, need capital Rp780.613.200. On third year, need capital Rp 414.146.600. Price of product is Rp5.465. 641 that equal with Rp 546.564 for other product in 10% of concentration. NPV is Rp259.028.602. IRR is 16%, PbP is 10,71 years,BEP is 75,33 kg dried Bta/year. B/C value is 1,518. Result of sensitivity analysis, industry is sensitive by price and cost change. So, the planning of establisment is feasible.

(4)

iii

Bartolomeus Bagus Praba Kuncara F34063256 Analisis Kelayakan Pendirian Industri

Bioinsektisida Bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat. Di bawah bimbingan

Prof.Dr.Ir. Marimin, MSc dan Dr.Ir.Mulyorini, MSi.2011

RINGKASAN

Salah satu bioinsektisida yang saat ini berkembang adalah bioinsektisida yang dikembangkan dari Bacillus thuringiensis. Bioinsektisida ini terbagi dalam beberapa jenis dan salah satu jenisnya adalah Bacillus thuringiensis subsp.aizaway yang dapat digunakan untuk membasmi hama

Crocidolomia pavonana dan Spodoptera litura. Produk ini sudah dikembangkan sejak tahun 1963 di Eropa, namun hingga saat ini Indonesia belum memiliki industri bioinsektisida yang berproduksi lokal.

Penelitian ini bertujuan melakukan analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida di daerah Bogor, Jawa Barat dan secara khusus bertujuan menganalisis strategi pengembangan investasi dan operasi dari rencana pendirian industri bionsektisida Bacillus thuringiensis subsp.aizaway (Bta). Manfaat yang ingin dicapai adalah memperoleh deskripsi implementasi pendirian industri bioinsektisida Bta secara kontinu dan komersial yang nantinya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan. Jenis material yang diteliti adalah bioinsektisida yang dihasilkan oleh Bta dengan substrat limbah onggok tahu dan limbah cair tahu. Bioinsektisida yang dihasilkan, digunakan untuk membasmi hama Crocidolomia pavonana/ ulat kubis dan Spodoptera litura/ ulat grayak yang menyerang tanaman hortikultura, serealia, dan tanaman pangan lainnya.Penelitian yang dilakukan mencakup aspek pasar dan pemasaran, aspek legal dan yuridis, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial.

Aspek pasar dan pemasaran: Pasar bioinsektisida di Indonesia merupakan irisan dari total impor pestisida. Volume impor insektisida Indonesia adalah + 8,3 ribu ton/ tahun. Bogor menjadi pasar dan area pemasaran lokal dengan volume pasar 145,2 kg Bta kering/tahun. Pasar dipengaruhi oleh perilaku konsumen sebesar 43 %.

Aspek legal: Untuk legalitas industri dipilih bentuk Badan Usaha Berbadan Hukum berbentuk perseroran terbatas tertutup dengan SIUP kecil.

Aspek teknis dan teknologis: Area yang tepat untuk pembangunan industri pada area Bogor adalah kecamatan Cileungsi dan kecamatan Gunung Putri. Bahan baku limbah cair tahu dan ampas tahu dapat diperoleh pada area Bogor Barat, Bogor Utara, dan Bogor Selatan. Pangsa pasar untuk produk baru adalah 17% dengan volume pasar 145,2 kg Bta kering/ tahun atau 12,1 kg Bta kering/ bulan. Untuk satu kali produksi membutuhkan waktu 3 hari. Dengan waktu 21 hari kerja/ bulan, rataan produksi yang harus dipenuhi adalah 1,73 kg Bta kering/ 3 hari. Rendemen produksi adalah 1,81% yang membutuhkan 0,24 liter substrat propagasi I, 9,6 liter substrat propagasi II,dan 95,58 liter substrat fermentasi utama.

Aspek manajemen: Organisasi yang dibentuk adalah organisasi dengan struktur garis dan dengan manajemen Atas-Bawah. Skema oganisasi garis merupakan skema dimana terdapat satu pusat koordinasi. Semua staff bertanggung jawab terhadap manajer pabrik. Selanjutnya manajer pabrik bertanggung jawab terhadap dewan direksi. Dewan direksi bersama direktur dan komisaris bertindak menentukan perencanaan strategis.

Aspek lingkungan; Industri harus memperhatikan limbah produksi yang banyak mengandung bahan organik. Perlu dibangun kolam primary treatment untuklimbah yang meliputi kolam equalisasi dan sterilisasi, kolam koagulasi dan flokulasi, kolam filtrasi, serta kolam penampung limbah cair dan padat. Untuk limbah non produksi dikelola dengan pembangunan sanitasi yang baik.

(5)

iv

(6)

v

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIOINSEKTISIDA

Bacillus thuringiensis subsp.aizaway

DI BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Bartolomeus Bagus Praba Kuncara

F34063256

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

vi

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pendirian Industri Bioinsektisida

Bacillus thuringiensis subsp.aizaway

di Bogor, Jawa Barat

Nama

: Bartolomeus Bagus Praba Kuncara

NIM

: F34063256

Menyetujui,

Prof.Dr.Ir.Marimin,MSc

Dr.Ir.Mulyorini Rahayuningsih,MSi

NIP. 19610905 198609 1 001

NIP. 19640810 198803 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen

Prof.Dr.Ir.Nastiti Siswi Indrasti

NIP. 19621009 198903 2 001

(8)

vii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Pendirian Industri Bioinsektisida Bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat” merupakan hasil karya penulis dengan arahan dari dosen pembimbing akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 22 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,

(9)

viii

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,

(10)

ix

BIODATA PENULIS

Bartolomeus Bagus Praba Kuncara lahir di kabupaten Malang, Jawa Timur pada tanggal 26 Februari 1989. Penulis merupakan anak keenam dari 10 bersaudara dengan ayah bermama Pdt. Jakub Sukirdjan H.P (Alm) dan ibu bernama Pdm. Priskilla Djohar T.S. Tahun 2000 menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sukosari 01, Kasembon, Malang. Tahun 2003 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 01 Kasembon, Malang. Tahun 2006 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 01 Pare, Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 2006 juga, penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Tahun 2007 hingga 2011 menyelesaikan pendidikan S1 di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa yang telah memampukan Penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Pendirian Industri Bioinsektisida

Bacillus thuringiensis subsp.aizaway di Bogor, Jawa Barat” ini. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian penulis sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana.

Bioinsektisida merupakan produk “hijau” yang digunakan untuk mengembangkan pertanian organik. Pada beberapa negara maju di Eropa dan Amerika, industri bioinsektida sudah dalam kategori maju, sedangkan Indonesia belum memiliki industri ini. Penelitian yang penulis lakukan bertujuan memberikan informasi keilmuan kepada masyarakat akademik maupun non akademik mengenai aspek-aspek yang harus dipersiapkan jika ingin mendirikan industri yang relatif baru ini. Analisis kelayakan yang dilakukan mencakup 7 aspek yaitu pasar dan pemasaran, legal dan yuridis, teknis dan teknologis, lingkungan, manajemen, finansial, dan strategi pengembangan industri.

Bogor merupakan contoh daerah yang dikembangkan dengan prinsip agroindustri dan agrowisata. Pertanian organik akan semakin meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian daerah Bogor. Pengkajian Bogor sebagai pilihan tempat industri yang baru merupakan hal berprospektif baik kedepannya.

Hasil penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1.Keluarga Jakub Sukirdjan, Papi (Alm), Mami dan mas Alex yang berjuang untuk kuliah saya 2.Prof. Dr.Ir.Marimin, MSc yang penuh perhatian menerima penulis sebagai anak bimbing

3.Dr.Ir. Mulyorini, MSi yang dengan sabar memberi kesempatan penulis untuk ambil bagian dalam proyek bioinsektisida

4.Dr Eng.Taufik Djatna, STP.MSi yang telah menguji dan memberi masukan-masukan bermanfaat 5.Keluarga Komisi Pelayanan Anak PMK IPB, atas semua kebersamaannya

6.Keluarga Bara 3-53A, Chandra, Bensa, Herbeth, dan Herman, atas semua pengalaman yang telah dilewati

7.Pdt Daniel S.K dan Keluarga GBI Ciomas atas semua kepercayaannya dalam pelayanan gereja 8.Keluarga TIN 43, Erlin, Sarfat, dan Syahrun atas semua kepeduliannya

9.Dan kepada semua pihak yang telah turut andil dalam perkembangan saya selama kuliah

Penulis memahami bahwa hasil penelitian ini memerlukan pengkajian lebih lanjut baik dalam hal materi, esensi, maupun penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca. Saran dan masukkan dapat disampaikan kepada penulis. Bagi pembaca, diharapkan dapat menelaah dan mengembangkan hasil penelitian ini ke dalam bentuk aplikasi atau penyempurnaan penelitian. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, 22 Februari 2011

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... vi

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xvi

Daftar Istilah ... xvii

I. Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat ... 3

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 3

II. Tinjauan Pustaka ... 5

A. Produk Bioinsektisida... 5

B Studi Kelayakan. ... 8

B.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Proyek ... 8

B.2. Pengertian dan Aspek Kajian Kelayakan ... 10

C. Penelitian Terdahulu ... 27

C.1. Kajian Produksi Bioinsektisida Bacillus thuringiensis var. israelensis ... 27

C.2. Pengembangan Produksi Bioinsektisida Bacillus thuringiensis var.israelensis . ...…….28

C.3. Produksi Bioinsektisida dari Bacillus thuringiensis subsp.aizaway ... 28

C.4. Formulasi dan Pendugaan Umur Simpan Bacillus thuringiensis subsp.aizaway ... 28

C.5. Kajian Pra Rancang Bangun Indutri Intermediate Minyak Pala ... ...…….28

D. Posisi Penelitian ... 29

III. Metodologi ... 30

A. Kerangka Pemikiran ... 30

B. Tata Laksana ... 31

B.1. Penelitian Pendahuluan ... 31

B.2. Penelitian Utama... 34

IV. Analisis Pra Kelayakan Industri Bioinsektisida ... 41

A. Aspek Pasar ... 41

A.1. Pasar Bioinsektisda di Indonesia ... 41

A.2. Perilaku Konsumen Bioinsektisida ... 41

B. Aspek Teknis ... 42

B.1. Keadaan Umum Daerah Bogor ... 42

B.2. Calon Lokasi Potensial ... 44

B.3. Karakteristik dan Ketersediaan Bahan Baku ... 46

B.4. Pengembangan Produk Bta ... 48

C. Aspek Finansial ... 50

D. Jaringan Kerja Pra Kelayakan ... 50

V. Analisis Kelayakan Industri Bioinsektisida ... 53

A. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 53

A.1. Identifikasi Pasar ... 53

A.2. Pemasaran Bioinsektisida ... 54

(13)

xii

B. Aspek Legal dan Yuridis ... 59

B.1. Tahapan Pendaftaran Badan Usaha ... 59

B.2. Jaringan Kerja Kelayakan Legal dan Yuridis ... 60

C. Aspek Teknis dan Teknologis ... 61

C.1. Penggandaan Skala Untuk Skala Industri ... 61

C.2. Penerapan Teknologi Proses dan Peralatan ... 61

C.3. Lokasi Industri ... 64

C.4. Layout Pabrik ... 65

C.5. Jaringan Kerja Kelayakan Teknis dan Teknologis ... 67

D. Aspek Lingkungan ... 68

D.1 Jenis-Jenis Limbah ... 68

D.2 Pengelolaan Limbah ... 69

D.3. Jaringan Kerja Kelayakan Lingkungan ... 71

E. Aspek Manajemen ... 72

E.1. Perencanaan ... 72

E.2 Pengorganisasian ... 73

E.3. Pelaksanaan Tugas dan Komando Organisasi ... 74

E.4 Pengendalian ... 76

E.5. Jaringan Kerja Kelayakan Manajemen ... 76

F. Aspek Finansial ... 77

F.1. Alokasi Kebutuhan ... 77

F.2. Parameter Kelayakan ... 80

F.3. Analisis Sensitivitas ... 81

F.4. Jaringan Kerja Kelayakan Finansial ... 82

G. Aspek Strategi Pengembangan Industri ... 82

G.1. Submodel Strategi Pengembangan ... 82

G.2. Jaringan Kerja Strategi Pengembangan ... 95

H. Implikasi Manajerial... 96

H.1. Manajerial Lingkungan Eksternal Industri ... 96

H.2. Manajerial Lingkungan Internal Industri ... 97

V. Kesimpulan dan Saran ... 99

A. Kesimpulan... 99

B. Saran ... 100

Daftar Pustaka ... 101

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi gen Cry Bt ... 5

Tabel 2. Tipe patogenitas Bt ... 6

Tabel 3. Produk-produk Bta ... 6

Tabel 4. Data impor dan produksi insektisida di Indonesia ... 7

Tabel 5. Materi dalam Studi Kelayakan ... 11

Tabel 6. Keterkaitan aktivitas penelitian pendahuluan ... 32

Tabel 7. Keterkaitan aktivitas analisis pra kelayakan... 32

Tabel 8. Keterkaitan aktivitas analisis kelayakan pasar dan pemasaran... 34

Tabel 9. Keterkaitan aktivitas analisis kelayakan legal dan yuridis ... 34

Tabel 10. Keterkaitan aktivitas analisis kelayakan teknis dan teknologis ... 35

Tabel 11. Keterkaitan aktivitas analisis kelayakan lingkungan ... 36

Tabel 12. Keterkaitan aktivitas analisis kelayakan manajemen ... 37

Tabel 13. Keterkaitan aktivitas analisis kelayakan finansial ... 38

Tabel 14. Keterkaitan aktivitas analisis strategi pengembangan ... 39

Tabel 15. Jumlah ekspor impor insektisida untuk Indonesia ... 41

Tabel 16. Data umum Kabupaten dan Kota Bogor ... 42

Tabel 17. Kadar proksimat substrat untuk bakteri ... 46

Tabel 18. Kandungan proksimat ampas tahu dan limbah cair tahu ... 47

Tabel 19.Produksi tahu di Kota Bogor ... 47

Tabel 20. Alokasi sumber daya pendahuluan ... 51

Tabel 21.Alokasi sumber daya pra kelayakan ... 51

Tabel 22. Kondisi penduduk dan ekonomi provinsi di Pulau Jawa ... 54

Tabel 23. Penggunaan insektisida di Kabupaten Bogor Tahun 2009-2010 ... 55

Tabel 24. Alokasi sumber daya kelayakan pasar dan pemasaran ... 58

Tabel 25. Alokasi sumber daya kelayakan legal dan yuridis... 60

Tabel 26. Hasil prioritas lokasi industri ... 65

Tabel 27. Kebutuhan luasan ruang pabrik ... 67

Tabel 28. Alokasi sumber daya kelayakan teknis dan teknologis ... 68

Tabel 29. Alokasi sumber daya kelayakan lingkungan ... 71

Tabel 30. Komposisi SDM industri bioinsektisida ... 73

Tabel 31. Bagan Pengendalian Gantt ... 76

Tabel 32. Alokasi sumber daya kelayakan manajemen ... 76

Tabel 33. Biaya investasi ... 78

Tabel 34. Alokasi penggunaan dana tahun ke-1 dan 2 ... 79

Tabel 35. Alokasi penggunaan dana tahun ke-3 hingga ke-12 ... 80

Tabel 36. Hasil analisis sensitivitas ... 81

Tabel 37. Alokasi sumber daya kelayakan finansial ... 82

Tabel 38. Nilai dasar dari neraca massa ... 89

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Siklus pembangunan proyek ... 1

Gambar 2. Sel Bacillus thuringiensis ... 5

Gambar 3. Kristal δ-endotoksin perbesaran 6400x ... 5

Gambar 4.Sporulasi bakteri ... 5

Gambar 5. Larva Spodoptera litura ... 7

Gambar 6. Ulat Spodoptera litura dewasa ... 7

Gambar 7.Larva ulat Crocidolomiapavonana ... 8

Gambar 8. Ngengat Crocidolomia pavonana dewasa ... 8

Gambar 9. Kerusakan pada kubis ... 8

Gambar 10.Hubungan Cakupan, Waktu, dan Biaya Proyek ... 9

Gambar 11. Pola aliran barang industri bioinsektisida ... 15

Gambar 12. Pola-pola aliran barang ... 15

Gambar 13. Siklus hidup produk ... 22

Gambar 14.Proses produksi bioinsektisida secara umum ... 23

Gambar 15. Contoh Diagram PHA ... 25

Gambar 16. Struktur dasar SPK ... 27

Gambar 17.Diagram alir kerangka pemikiran penelitian ... 30

Gambar 18. Jaringan kerja penelitian pendahuluan... 32

Gambar 19. Jaringan kerja analisis pra kelayakan ... 33

Gambar 20.Jaringan kerja analisis kelayakan pasar dan pemasaran ... 34

Gambar 21. Jaringan kerja analisis aspek kelayakan legal dan yuridis ... 35

Gambar 22. Jaringan kerja analisis aspek kelayakan teknis dan teknologis ... 35

Gambar 23.Jaringan kerja analisis aspek kelayakan lingkungan ... 36

Gambar 24. Jaringan kerja analisis aspek kelayakan manajemen ... 37

Gambar 25. Jaringan kerja analisis aspek kelayakan finansial. ... 38

Gambar 26. Konfigurasi model penunjang keputusan bioinsektisida ... 39

Gambar 27.Jaringan kerja analisis aspek strategi pengembangan ... 40

Gambar 28. Model PHA Pasar Bioinsektisida yang nyata ... 42

Gambar 29. Area Kabupaten Bogor 1:100.000 ... 45

Gambar 30.Bogor Selatan 1: 20.000 ... 45

Gambar 31. Area Leuwikopo, Darmaga-Bogor, 1: 20.000 ... 46

Gambar 32. Neraca massa pembuatan tahu ... 47

Gambar 33.Diagram alir proses produksi bioinsektisida skala laboratorium ... 48

Gambar 34. Neraca massa produksi skala laboratorium ... 49

Gambar 35. Skema bioreaktor skala laboratorium ... 50

Gambar 36.Jaringan kerja pendahuluan dengan alokasi waktu ... 51

Gambar 37. Jaringan kerja pra kelayakan dengan alokasi waktu ... 52

Gambar 38. Cerug pasar Bta dalam pasar insektisida ... 53

Gambar 39. Produk bioinsektisida Bta dalam kemasan plastik metalized ... 56

Gambar 40. Bauran pemasaran ... 56

Gambar 41. Skema distribusi pasar insektisida di Indonesia ... 58

Gambar 42. Jaringan kerja kelayakan pasar dan pemasaran dengan alokasi waktu ... 58

Gambar 43.Jaringan kerja kelayakan legal dan yuridis dengan alokasi waktu... 60

(16)

xv

Gambar 45. Bioreaktor 13 lter ... 63

Gambar 46.Bioreaktor 130 liter ... 63

Gambar 47. Pensentrifuse 8 liter ... 63

Gambar 48. Tray Dryer. ... 64

Gambar 49. Mesin Pengemas ... 64

Gambar 50. Mesin Boiler . ... 64

Gambar 51. Diagram alir proses produksi ... 66

Gambar 52. Denah pabrik skala 1:20 ... 67

Gambar 53. Jaringan kerja kelayakan teknis dan teknologis dengan alokasi waktu ... 68

Gambar 54. Skema bak-bak penanganan limbah ... 70

Gambar 55. Jaringan kerja kelayakan lingkungan dengan alokasi waktu ... 71

Gambar 56. WBS industri Bta berdasarkan peran ... 72

Gambar 57. Skema organisasi Industri Bioinsektisida ... 73

Gambar 58. Jaringan kerja kelayakan manajemen dengan alokasi waktu ... 77

Gambar 59.Jaringan kerja kelayakan finansial dengan alokasi waktu ... 82

Gambar 60. Tampilan antar muka Bionic ... 83

Gambar 61. Tampilan antar muka Bionic (Home) ... 84

Gambar 62.Submodel industri bioinsektisida yang sustainable ... 85

Gambar 63. Tampilan antar mukasubmodel strategi industri ... 86

Gambar 64. Tampilan antar mukasubmodel strategi industri dengan bagan PHA ... 86

Gambar 65.Tampilan antar muka submodel strategi industri dengan Expert Choice ... 87

Gambar 66. Tampilan antar muka submodel pemilihan lokasi industri ... 89

Gambar 67. Tampilan antar muka submodel perlakuan proses ... 90

Gambar 68.Submodel PHA kelembagaan industri bioinsektisida yang efektif ... 91

Gambar 69. Kelembagaan LPPO (Lembaga Pengembang Pertanian Organik) ... 91

Gambar 70. Tampilan antar muka submodel kelembagaan ... 92

Gambar 71. Tampilan antar muka submodel kelembagaan dengan diagram PHA ... 92

Gambar 72.Tampilan antar muka submodel kelembagaan dengan Expert Choice ... 93

Gambar 73. Tampilan antar muka submodel finansial ... 93

Gambar 74. Tampilan antar muka submodel finansial dengan Excel ... 94

Gambar 75. Tampilan antar muka submodel finansial Excel ... 94

Gambar 76. Jaringan kerja kelayakan manajemen dengan alokasi waktu ... 95

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran. 1. Neraca massa produksi bioinsektisida skala industri ... 109

Lampiran. 2. Potensi produk bioinsektisida skala laboratorium... 111

Lampiran. 3. Penggandaan skala. ... 112

Lampiran. 4. Grafik hubungan bilangan Reynold dengan bilangan Tenaga ... 120

Lampiran. 5. Grafik perbandingan tenaga pengaduk dengan bilangan Aerasi. ... 121

Lampiran. 6. Perhitungan pemilihan lokasi ... 122

Lampiran. 7. Petunjuk pengaplikasian program Bionic ... 124

Lampiran. 8. Perhitungan finansial ... 133

Lampiran. 9. Daftar bunga pinjaman bank ... 140

(18)

xvii

DAFTAR ISTILAH

Ampas tahu Limbah padat sisa produksi tahu. Bargaining position Posisi tawar-menawar dalam negoisasi.

Bioinsektisida Salah satu jenis biopestisida yang digunakan untuk membasmi insekta (serangga).

Bionic Perangkat lunak yang dibangun untuk membantu calon pengembang industri dalam menentukan strategi pengembangan industri bioinsektisida. Biopestisida Pestisida yang dihasilkan secara alami oleh hewan atau mikroorganisme.

Pemanfaatannya dengan mengekstrak kristal pestisidanya atau menggunakan secara langsung biomassa dari organisme penghasil pestisida.

Bioreaktor/ Fementor Alat produksi berbasis mikrobial yang digunakan untuk proses fermentasi dengan kelengkapan alat untuk mengatur kondisi aerasi dan agitasi. BEP Break Event Point, nilai minimum produksi untuk mendapat titik impas

dimana pemasukan sama dengan pengeluaran.

Bt Bacillus thuringiensis, bakteri penghasil kristal insektisida.

Bta Bacillus thuringisensis subsp.aizaway, salah satu strain Bt yang menghasilkan kristal insektisida spesifik toksik terhadapa serangga ordo Lepidoptera.

Cerug pasar Merupakan bagian dari pasar yang terkelompok-kelompok.

Diagram Gantt Diagram untuk perencanaan pelaksanaan proyek dan pengalokasian sumber daya.

Idle Keadaan dimana sumberdaya yang ada melebihi kebutuhan.

IRR Internal Rate of Return, tingkat suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan diterima dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk invetasi.

Kelembagaan Suatu ikatan sosial yang dapat berbentuk norma, adat, atau institusi resmi yang dibentuk oleh suatu kelompok sosial tertentu.

Limbah cair tahu Limbah cair produksi tahu. Kaya akan kandungan bahan organik. Loyal Sikap setia konsumen terhadap suatu produk.

MARR Minimum Atractive Rate of Return, nilai minimum suku bunga yang berlaku di perbankan.

Market share Pangsa pasar, merupakan volume pasar yang dapat diambil dalam suatu persaingan pasar.

(19)

xviii

MPE Metode Perbandingan Eksponensial, Salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak berdasarkan perbandingan indeks kerja.

Net B/C Perbandingan antar besarnya keuntungan bersih dengan biaya yang dikeluarkan.

NPV Net Present Value, merupakan nilai diskonto maanfaat bersih yang diperoleh selama proyek berjalan pada nilai MARR.

OPT Organisme Pengganggu Tanaman, lebih dikenal dengan istilah Hama. Pasar Pihak yang membeli dan berpotensi untuk membeli suatu produk. PbP Payback Periode, periode dapat diperolehnya kembali modal investasi. PHA Proses Hierarki Analitik, Metode permulaan pengkajian yang digunakan

dalam proses pengembilan keputusan suatu masalah yang disederhanakan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan keputusan yang efektif atas masalah tersebut.

Scale up Proses translasi volume produksi skala laboratorium menjadi skala pilot/industri.

Sustainable Berkelanjutan dan memperoleh keuntungan.

Sustainable performance Kemampuan untuk terus melakukan kegiatan industri dan memperoleh ` keuntungan secara berkelanjutan.

Trace element Elemen kelumit yang dibutuhkan untuk melengkapi kebutuhan proksimat mikroba dalam substrat, umumnya digunakan satuan part per million

(20)

1

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Proses pembangunan suatu proyek terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap pra investasi, tahap investasi, dan tahap operasional. Ketiga tahapan tersebut merupakan tahapan yang bersifat linier sirkular dimana tahapan berjalan berurutan menjadi suatu siklus (Gambar 1). Tahapan pra investasi merupakan kegiatan pertama dan yang mutlak diperlukan untuk mengawali pembangunan suatu proyek. Kegiatan-kegiatan pada tahap investasi dan operasional direncanakan pada tahapan ini (UNIDO 1991).

Perencanaan jenis-jenis kegiatan dalam tahap investasi dan operasional disebut sebagai studi pra kelayakan dan studi kelayakan. Studi pra kelayakan berisi kegiatan analisis pendahuluan mengenai pasar, teknis, dan finansial. Informasi yang diperoleh digunakan untuk melakukan studi kelayakan yang mencakup pasar, teknik, jadwal dan biaya, finansial ekonomi, serta Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Perencanaan tersebut dicantumkan dalam suatu pelaporan hasil analisis (Soeharto 2002).

Gambar 1. Siklus pembangunan proyek (UNIDO 1991 dengan penyesuaian)

Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisida Bacillus thuringiensis subp.aizaway di Bogor, Jawa Barat merupakan analisis yang mencakup studi pra kelayakan dan studi kelayakan dari rencana pendirian industri bioinsektisida tersebut. Analisis ini mutlak dibutuhkan guna melanjutkan kegiatan proyek pada tahapan investasi dan operasional. Namun kegiatan analisis tersebut diawali kegiatan identifikasi peluang melalui pengembangan produk bioinsektisida. Produk tersebut merupakan insektisida alami yang diproduksi dari hasil metabolisme mikroba (bakteri/ virus/ fungi/ protozoa), tumbuhan, hewan, dan atau secara langsung menggunakan biomassa organisme tertentu (Glare et al 2000).

Pengembangan industri berbasis mikroba selalu menggunakan hasil pengembangan produk pada skala laboratorium sebagai dasar justifikasi. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat ketidakstabilan mikroba tersebut. Mikroba dapat berubah karakter atau mati ketika lingkungan hidupnya berubah. Diperlukan pengaturan suasana lingkungan yang meliputi kondisi pH, aerasi dan agitasi fermentor, serta sterilitas lingkungan dan fermentor dalam proses produksinya. Jika pengembangan produk

Identifikasi peluang

Pelaporan hasil studi

Negoisasi dan kontrak kerja

Pembangunan pabrik

Pembuatan desain industri Studi kelayakan

Studi pra kelayakan

Ekspansi pasar/inovasi

Pelatihan tenaga kerja

Pemasaran pra produksi Produksi dan pemasaran

komesial Pemeliharaan industri

Investasi Pra investasi

(21)

2

dilakukan dalam skala besar secara langsung, peluang kerugian akan lebih besar. Untuk memperoleh kondisi terbaik produksi pada skala industri, umumnya dilakukan translasi volume dengan perhitungan penggandaan skala (Mc Neil dan Harvey 2008).

Sarfat (2010) dan Susanto (2010) telah mengembangkan produk bioinsektisida berupa kristal protein hasil metabolisme Bacillus thuringiensis subsp.aizaway (selanjutnya disebut Bta). Produk bersifat spesifik untuk serangga ordo lepidoptera dan diptera, diantaranya Crocidolomia pavonana

(ulat Kubis)dan Spodoptera litura (ulat Grayak). Produk dikembangkan dengan menggunakan bahan baku substrat berupa limbah cair tahu (80%) dan ampas tahu (20%). Pada skala laboratoriun melalui metode fermentasi cair diperoleh rendemen kering produk sebesar 1,81% dengan tingkat toksisitas produk 16000 IU/mg untuk konsentrasi 1,25 mg/L (v produk/v air). Nilai rendemen 1,81% merupakan nilai rendemen yang cukup tinggi, dimana secara umum rendemen maksimum pada produk mikrobial yang berbasis protein sel bakteri adalah 3% (Mc Neil dan Harvey 2008). Berdasarkan hal tersebut, produk pada skala laboratorium memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut melalui suatu studi pra kelayakan dan studi kelayakan.

Pengembangan produk bioinsektisida dari bakteri Bta menjadi skala industri didukung oleh adanya masalah lingkungan yang sedang mencuat di era globalisasi ini. International Organization for Standardization melalui ISO 14000 mensyaratkan masyarakat dunia untuk memperbaiki kebijakan dalam memproduksi barang yang bebas residu racun dan memelihara lingkungan (Sombatsiri 1999 dalam Mariyono et al 2002). Menurut United States Environmental Protection Agency (USEPA), salah satu penyumbang pencemaran lingkungan dalam skala besar di Amerika Serikat adalah bidang pertanian. Hal ini diindikasikan juga terjadi di negara-negara lain. Beberapa sumber pencemaran tersebut adalah kurang bijaknya penggunaan obat-obat pertanian oleh para petani, yaitu pupuk dan pestisida (Archer dan Shogren1994 dalam Mariyono et al 2002).

Pupuk dan pestisida yang petani gunakan hingga kini secara umum adalah pupuk dan pestisida kimia sintetis (selanjutnya disebut pupuk dan pestisida). Kedua produk tersebut telah dipercaya para petani dan pengusaha tani mampu meningkatkan kapasitas produksi tanaman hingga tahap maksimal. Pada penggunaan dosis yang tepat, pupuk dapat memenuhi kebutuhan kelengkapan hara dan pestisida dapat mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan baik. Namun, yang menjadi permasalahan adalah terdapat penggunaan pupuk dan pestisida yang melebihi ketentuan dosis dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pupuk yang berlebih pada lahan tanaman akan larut dalam air hujan dan berdampak eutrofikasi (Wachjadi et al 2003). Pemakaian pestisida yang berlebihan berdampak pada resistensi OPT, terbunuhnya organisme bukan sasaran, dan pencemaran tanah (Wachajadi et al 2003, Udiarto et al 2003). Hal ini yang menyebabkan bidang pertanian turut berperan dalam pencemaran lingkungan.

Dosis normal umum penggunaan pestisida adalah 400-1000l/ha, dengan konsentrasi 2ml/l. Kesalahan penggunaan dosis pestisida merupakan masalah yang banyak dicermati. Para petani banyak menggunakan pestisida lebih dari dosis normal. Dampak negatif penggunaan secara berlebihan dalam jangka waktu lama menyebabkan turunnya produktivitas tanaman. Tanpa adanya suatu pembaruan

(22)

3

Penggunaan biopestisida merupakan salah satu solusi permasalahan yang ada. Bioinsektisida merupakan salah satu bagian dari biopestisida. Bioinsektisida bekerja secara spesifik pada hama yang akan dibasmi. Pada penggunaan dosis yang berlebihan tidak mengakibatkan dampak kerusakan pencemaran seperti pada penggunaan insektisida. Hal ini dikarenakan bioinsektisida bersifat

biodegredable/ yaitu dapat terurai oleh lingkungan (Jin et al 2010).

Berdasarkan kondisi yang ada, rencana pendirian industri bioinsektisida yang diproduksi dari

Bta merupakan rencana yang patut dipersiapkan melalui analisis kelayakan. Melalui analisis kelayakan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai perencanaan secara sistematis dan mendetail dari setiap faktor yang berpengaruh terhadap kemungkinan suatu proyek industri mencapai

sustainable performance. Semua data, fakta, dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam analisis kelayakan akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah suatu industri akan direalisasikan, dibatalkan, atau ditinjau ulang (Soeharto 2002).

B.

Tujuan dan Manfaat

Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan pendirian industri bioinsektisida di daerah Bogor, Jawa Barat dan secara khusus bertujuan mengetahui strategi pengembangan investasi dan operasi dari rencana pendirian industri bionsektisida yang diproduksi dari Bta.

Manfaat yang ingin dicapai adalah memperoleh deskripsi implementasi pendirian industri bioinsektisida Bta secara kontinu dan komersial yang nantinya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan. Memperoleh gambaran apakah industri layak investasi atau tidak.

C.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini mencakup jenis material yang diteliti dan studi yang dilakukan. Material yang diteliti adalah bioinsektisida dari Bta dengan substrat limbah onggok tahu dan limbah cair tahu. Bioinsektisida yang dihasilkan, digunakan untuk membasmi hama ulat Kubis/

Crocidolomia pavonana dan ulat Grayak/ Spodoptera litura yang menyerang tanaman hortikultura, serealia, dan tanaman pangan lainnya.Dari subyek tersebut dilakukan dua tahapan studi yaitu studi pra kelayakan dan studi kelayakan (Soeharto 2002). Studi pra kelayakan mencakup tiga aspek yaitu:

1. Aspek Pasar; menganalisis kondisi pasar produk insektisida yang ada di Indonesia secara umum, harga jual produk insektisida dan bioinsektisida, serta kecenderungan pasar.

2. Aspek Teknis; menganalisis penggunaan bahan baku limbah cair tahu dan ampas tahu sebagai substrat produksi bioinsektisida, teknologi proses produksi yang digunakan, scale up untuk skala pilot, supply bahan baku, dan kondisi situasional calon lokasi industri.

3. Aspek Finansial; menganalisis asumsi biaya yang harus dipenuhi dalam menjalankan proyek dan kebutuhan investasi dan alokasi biaya yang diperlukan.

Studi kelayakan mencakup tujuh aspek yaitu:

1. Aspek Pasar dan Pemasaran; menganalisis volume pasar yang dapat diambil dan strategi pemasaran produk bioinsektisida.

2. Aspek Legal dan Yuridis; menganalisis peraturan Pemerintah yang harus dipenuhi untuk pendirian industri baru.

3. Aspek Teknis dan Teknologis; menganalisis scale up untuk skala industri, perencanaan kapasitas produksi, teknologi proses dan kebutuhan peralatan, serta analisis lokasi dan tata letak industri.

(23)

4

5. Aspek Manajemen; menganalisis cakupan kegiatan proyek, struktur organisasi dan manajemen tenaga kerja industri yang baru.

6. Aspek Finansial; menganalisis alokasi penggunaan dana dan kelayakan industri dari Net Present Value, Internal Rate of Return, Payback Period, Break Event Point, Benefit-Cost Ratio, dan Analisis Sensitivitas.

(24)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Produk Bioinsektisida

Hofte dan Whiteley (1989) dalam Bahagiawati (2002) menyebutkan bahwa mikroorganisme

Bacillus thuringiensis (Gambar 2)merupakan bakteri gram positif yang menghasilkan kristal protein yang bersifat toksik yang disebut δ-endotoksin/delta-endotoksin (Gambar 3). Kristal ini dihasilkan saat masa sporulasi bakteri (Gambar 4).

Gambar 2. Sel Bacillus thuringiensis Gambar 3. Kristal δ-endotoksin perbesaran 6400x

Sumber : blass.com.au/definitions/bacillus Sumber : milksci.unizar.es/bioquimica/tem...cos.html

Gambar 4. Sporulasi bakteri

Sumber : www3.imperial.ac.uk/people/d.wri...research

Gen pengkode kristal yang dihasilkan disebut Cry (Crystal), digunakan untuk mengklasifikasikan strain Bacillus thuringiensis (selanjutnya disebut Bt). Cry diklasifikasikan menjadi 8 kelas sesuai spesifikasi jenis serangga yang dapat dimatikan. Klasifikasi tersebut dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi gen CryBt

No Kelas Contoh Toksik Terhadap Kelompok Hama

1 I Cry 1Aa, Cry 1Ab, Cry 1Ac, Cry 1Cb, Cry 1F Lepidoptera

2 II Cry IIA, Cry IIB, Cry IIC Lepidoptera

3 III Cry IIIA, Cry IIIB, Cry IIIC Koleoptera

4 IV Cry IVB, Cry IVC Diptera

5 V Cry V Lepidoptera dan Koleptera

6 VI Cry VI Nematoda

7 IX Cry IXF Lepidoptera

8 X Cry X Lepidoptera

Sumber: Margino dan Mangundiharjo (2002) dalam Bahagiawati (2002)

(25)

6

Tabel 2. Tipe patogenitas Bt

No Strain Tipe Patogenitas Jenis Gen Contoh Produk di Pasar

(Produk–Produsen) 1 Bt subsp.aizawai Spesifik untuk ordo

Lepidoptera dan Diptera

Cry II Certan-Sandoz

2 Bt subsp. kurstaki Spesifik untuk ordo Lepidoptera (Moth, kupu-kupu, dll)

Cry I Dipel-Abbot

Bactospeine- Philip Duphar Thuricide, Javelin-Sandoz 3 Bt subsp. israelensis Spesifik untuk ordo

Diptera (Nyamuk, lalat rumah, Midges, Crane flies, Two winged flies, dll)

Cry III Vectobac-Abbot Bactimos-Philip Duphar Teknar-Sandoz

4 Btsubsp.san diego Spesifik untuk ordo Coleoptera (kumbang, dll)

Cry IV Trident-Sandoz M-One - Mycogen Sumber : Hilwan et al (2006)

Bta pertama kali disebutkan oleh Bonnefi dan de Barjac pada tahun 1963. Hingga tahun 2000, terdapat beberapa merek bioinsektisida Bta yang sudah dikenal di Eropa, Amerika, dan Asia Timur. Merek-merek yang telah beredar di pasar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Produk-produk Bta

No Merek Objek Hama Produsen/ Referensi

1 Xentari/ Zentari/Centari Lepidoptera Abbot

2 Certan Wax moth/lepidoptera Sandoz

3 Clorbac Lepidoptera Federici *

4 Design WSP Lepidoptera Mascarenhas et al **

5 Florbac Diamond black moth/ lepidoptera Abbot

6 Quark - Abbot

7 Selectzin Lepidoptera Poland ***

8 Turex Lepidoptera Thermo Trilogy

Sumber : Glare et al (2000)

Keterangan : * = Federici,B.A 1999. Bacillus thuringiensis.Handbook of Biological Control

** = Mascarenhas, R.N et al 1998. Resistance monitoring to Bacillus thuringiensis insectisicdes for soybean loopers (lepidoptera : Noctucdae)

*** = Negara produsen

(26)

7

Tabel 4. Data impor dan produksi insektisida di Indonesia

Tahun Ekspor Insektisida Impor Insektisida

Dalam kg Dalam US$ Dalam kg Dalam US$

2007 103.815.562 47.218.898 8.285.950 37.545.132

2008 43.551.577 66.822.331 9.244.243 60.601.759

2009 45.885.889 86.455.061 7.429.138 71.009.115

2010 (Jan-Feb) 9.419.842 17.032.411 1.234.293 9.860.991 Sumber : Depperin (2010)

Data di atas menunjukkan fluktuasi penggunaan insektisida yang cenderung menurun. Pada kondisi yang sama di tahun 2002, Hilwan et al (2006) menyebutkan bahwa fluktuasi ini disebabkan oleh mulai munculnya kesadaran masyarakat akan penggunaan bahaya akumulasi penggunaan insektisida kimia untuk lahan pertanian. Ditambahkan, bahwa hal ini didukung Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973 mengenai pembatasan pemakaian insektisida. Kecenderungan penurunan pemakaian insektisida ini perlu diimbangi dengan produk subtitusi. Hal ini diperlukan, karena pada dasarnya kebutuhan akan insektisida tetap tinggi, namun karena kesadaran masyarakat akan lingkungan meningkat maka pemakaian menurun. Pengembangan industri bioinsektisida secara lokal dapat menjadi solusi subtitusi produk insektisida kimia.

Informasi pada Tabel 2 menyebutkan bahwa bioinsektisida Bta bersifat spesifik untuk jenis serangga ordo Lepidoptera dan Diptera. Ulat Kubis/Croccidolomia pavonana dan ulat Grayak/

Spodoptera litura merupakan hama ulat dengan ordo Lepidoptera (Gambar 5,6,7, dan 8). Hama ulat Kubis merupakan hama utama tanaman kubis-kubisan seperti kubis, sawi, lobak, dan brokoli. Hama ini menyebabkan kerusakan krop (bulatan daun) kubis, bahkan jika yang diserang adalah tanaman muda, mengakibatkan krop tidak terbentuk (Sarfat 2010). Hama ulat Grayak bekerja pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi di bawah permukaan tanah. Jenis tanaman yang umum diserang adalah padi, jagung, kedelai, kol, sesawian, tomat, dan beragam jenis tanaman pangan lainnya. Kerugian yang diakibatkan oleh hama ini dapat mencapai 100 %, karena dalam waktu satu malam ulat ini dapat memakan semua pucuk tanaman. Akibatnya, tanaman mati karena pucuk tanaman habis dan daun-daunnya berlubang (Wikipedia 2010). Untuk mengatasi hal ini, umumnya petani melakukan perawatan rutin setiap hari dan menyemprot tanaman mereka dengan insektisida. Kerusakan akibat kedua hama dijelaskan pada Gambar 9.

Gambar 5. Larva Spodoptera litura (Sumber : MediaIndonesia.com 2010)

(27)

8

Gambar 7. Larva ulat Crocidolomia pavonana (Sumber : http://web2.gov.mb.ca 2010 )

Gambar 8. Ngengat Crocidolomia pavonana dewasa (Sumber : Kementan 2011)

Gambar 9. Kerusakan pada kubis (Sumber : Kementan 2010 dan http://web2.gov.mb.ca 2010)

Pemakaian insektisida dapat berdampak toksik, jika penggunaan dilakukan dalam dosis berlebihan dan secara terus-menerus dalam kurun waktu lama. Dampak toksik tersebut ditandai dengan turut matinya mikroba dan hewan bermanfaat seperti mikroba pengurai dalam tanah dan cacing. Oleh karena itu pemakaian bioinsektisida yang bersifat spesifik dapat mengurangi dampak kerugian dari pemakaian insektisida kimia.

B. Studi Kelayakan Proyek

B.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Proyek

Soeharto (2002) menjelaskan bahwa proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk dengan kriteria mutu yang telah digariskan dengan jelas. Mingus (2006) mendefinisikan proyek sebagai urutan tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang unik dalam kerangka waktu yang ditetapkan. Menurut Project Management Institute (2000) dalam Mingus (2006), proyek merupakan usaha temporer yang dilakukan untuk menciptakan produk atau jasa yang unik. Berdasar hal ini, diperoleh ciri pokok dari proyek, yaitu:

1. Bersifat sementara, titik awal dan akhir kegiatan ditentukan dengan jelas.

2. Bersifat non rutin/ tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

Mingus (2006) menyebutkan bahwa parameter keberhasilan suatu proyek ditinjau dari lima hal yaitu biaya, waktu, cakupan, kualitas, dan sumber daya.

(28)

9

dikerjakan dalam proyek. Kualitas adalah kemampuan produk untuk memuaskan konsumen/klien. Sumberdaya adalah keseluruhan aspek yang digunakan kemanfaatannya untuk berjalannya proyek. Gambaran hubungan kelima parameter tersebut adalah seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Hubungan Cakupan, Waktu dan Biaya Proyek (Mingus 2006)

Kelima parameter bersifat saling mempengaruhi. Hubungan tersebut direpresentasikan dalam lima pertanyaan berikut:

1. Apakah proyek berjalan tepat waktu? [waktu] 2. Apakah proyek berjalan sesuai anggaran? [biaya] 3. Apakah tujuan proyek terpenuhi? [cakupan] 4. Apakah konsumen/klien puas? [kualitas]

5. Apakah tidak ada kerusakan pada sumber daya, baik tim, hubungan antar tim, dan peralatan? [sumber daya]

Penambahan cakupan kegiatan akan menambah waktu dan biaya. Penambahan ini juga berdampak pada penambahan sumber daya yang digunakan. Dalam penambahan kegiatan, kualitas hasil proyek harus tetap stabil . Ketidakberimbangan antara kelima faktor tersebut akan mengakibatkan kerusakan pada sumber daya atau penurunan kualitas.

Menurut Soeharto (2002), proyek dapat berasal dari beberapa sumber berikut ini:

1. Rencana Pemerintah; proyek-proyek yang digunakan untuk kepentingan umum dan masyarakat. Misalnya proyek pembangunan jalan, bandara, bendungan dan lain lain.

2. Permintaan pasar; hal ini terjadi jika suatu pasar memerlukan kenaikan jenis produk dalam jumlah produk. Permintaan tersebut dapat dipenuhi dengan jalan membangun sarana produksi baru.

3. Dari kebutuhan internal suatu perusahaan; hal ini terjadi jika terdapat desakan keperluan untuk meningkatkan suatu hasil kerja. Misalnya proyek pembaruan sistem informasi perusahaan, pembangunan pabrik baru dan lain lain.

4. Dari kegiatan penelitian dan pengembangan; dari kegiatan tersebut dihasilkan suatu produk yang diperkirakan akan banyak memberikan manfaat. Misalnya pengadaan obat-obatan dan bahan kimia lainnya.

Dalam perealisasian proyek, darimanapun sumber proyek tersebut akan melewati tiga tahapan siklus proyek pada Gambar 1. Perencanaan keseluruhan proyek dimulai pada tahap pra investasi, Kegiatan pra invetasi ini meliputi pembuatan studi pra kelayakan dan studi kelayakan. Studi kelayakan dibuat berdasar hasil studi pra kelayakan. Masing-masing studi memiliki aspek-aspek yang harus dikaji (UNIDO 1991).

Waktu

Sumber daya Kualitas

Cakupan

(29)

10

B.2. Pengertian dan Aspek Kajian Kelayakan

B.2.1 Pengertian Studi Pra Kelayakan

Studi pra kelayakan merupakan studi yang dilakukan berdasar hasil pengembangan suatu konsep produk atau jasa. Tujuan utama studi ini adalah mengetahui konsisi ideal suatu produk sebelum dikembangkan menjadi skala produksi yang lebih besar. Cakupan studi meliputi aspek pasar, teknis, dan finansial. Pada aspek pasar dilakukan analisis mengenai kondisi pasar yang akan dimasuki suatu produk atau jasa. Pada aspek teknis dilakukan analisis mengenai teknologi proses produksi, dan peralatan produksi dalam kondisi ideal (pilot). Pada aspek finansial dilakukan analisis mengenai peluang permodalan yang ada dan kondisi kemampuan modal yang saat ini dimiliki (Soeharto 1999).

Studi ini memiliki cakupan studi yang sedikit, namun cukup untuk merepresentasikan peluang produk yang akan dikembangkan. Jika hasil analisis adalah produk dinilai memiliki peluang besar dalam persaingan pasar, maka analisis dilanjutkan pada studi kelayakan. Namun jika hasil akhirnya dinilai memiliki peluang kecil, rencana pengembangan dapat dihentikan sejak dini atau dilakukan peninjauan ulang (Soeharto 2002).

B.2.2. Pengertian Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan studi lanjutan dari studi pra kelayakan. Produk dapat mencapai kondisi layak pada studi pra kelayakan, namun belum tentu mencapai layak ketika ditranslasikan dalam skala industri pada studi kelayakan. Cakupan analisis pada studi kelayakan lebih luas, karena hasil analisis inilah yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan proyek. UNIDO (1991) menjelaskan, studi kelayakan merupakan studi yang bertujuan untuk mereduksi pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna, menciptakan rangkaian pekerjaan secara komprehensif, dan menginformasikan peraturan-peraturan yang dapat dijadikan acuan oleh para pelaku industri saat berhubungan dengan

stakeholder lain. Suratman (2002) mendefinisikan studi kelayakan sebagai studi untuk menilai proyek yang akan dikerjakan di masa mendatang. Penilaian di sini adalah memberikan rekomendasi apakah suatu proyek layak dikerjakan atau ditunda terlebih dahulu dengan saran-saran pengembangan. Soeharto (2002) menjelaskan studi kelayakan merupakan studi menyeluruh terhadap seluruh aspek kelayakan proyek/ investasi. Nurmalina et al (2009) menyebutkan bahwa studi kelayakan merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi dapat memberikan manfaat atau hasil jika dilaksanakan. Berdasarkan keseluruhan defnisi tersebut dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan merupakan suatu studi menyeluruh terhadap aspek-aspek kelayakan proyek guna menciptakan rangkaian pekerjaan secara komprehensif untuk mengetahui apakah suatu proyek layak dijalankan atau tidak.

B.2.3. Aspek Kajian Studi Kelayakan

(30)

11

Tabel 5. Materi dalam studi kelayakan

No Komponen Aspek yang Diteliti

1 Pasar Pasar Konsumen dan Produsen

2 Internal Perusahaan Pemasaran

Teknik dan Teknologi Manajemen

Sumber daya Manusia Keuangan

3 Lingkungan Politik, Ekonomi, dan Sosial

Lingkungan Industri Yuridis (Legal) Lingkungan hidup Sumber : Umar (2003)

Menurut Nurmalita et al (2009), materi kajian dalam studi kelayakan dapat dibagi menjadi 6 aspek yaitu aspek pasar , aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan, aspek finansial (keuangan). Ruang lingkup materi telaah ini bergantung pada tujuan yang dititikberakan pada pembuatan studi kelayakan. Pada penelitian ini, aspek yang diteliti mencakup aspek pasar dan pemasaran, aspek legal dan yuridis, aspek teknis dan teknologis, aspek lingkungan, aspek manajemen, aspek finansial, dan aspek strategi pengembangan. Penjelasan keseluruhan aspek tersebut adalah sebagai berikut:

B.2.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran

i. Pasar

Umar (2003) menjelaskan bahwa pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Terdapat 3 faktor yang menunjang terjadinya pasar yaitu subyek dengan segala keinginannya, daya beli subyek, dan tingkah laku subyek. Ukuran pasar ditentukan oleh permintaan konsumen akan produk dan skala industri menentukan jumlah penawaran produk kepada konsumen. Amir (2005) mempersempit definisi pasar menjadi pihak-pihak yang membeli produk kita saat ini dan berpotensi untuk membeli produk kita. Pasar juga dibagi menjadi 2 yaitu pasar konsumen dan pasar bisnis. Pasar konsumen merupakan pihak secara individu yang membeli produk untuk dikonsumsi secara langsung sebagai pengguna akhir. Pasar bisnis merupakan pihak secara organisasi membeli barang untuk dikonsumsi, diolah kembali, atau dijual kembali.

Soeharto (2002) menjelaskan bahwa pada aspek pasar terdapat dua tahap kajian. Pada kajian studi pra kelayakan, dilakukan analisis pendahuluan yang mencakup :

1. Sifat pasar; bagaimana kondisi persaingan pasar yang ada, besarnya permintaan akan produk, dan potensi pasar.

2. Perilaku konsumen; siapa yang menjadi konsumen, dorongan yang menyebabkan konsumen membeli, kapan dan dimana terjadi pembelian, volume penjualan berdasar musim atau relatif tetap.

3. Lingkungan pasar; bagaimana kondisi di luar pasar yang mencakup politik, kebijakan pemerintah, dan kondisi sosial masyarakat.

Pada kajian studi kelayakan, dilakukan analisis yang mencakup:

1. Segmen pasar; ketentuan segmen pasar yang akan dijadikan sasaran.

(31)

12

ii. Pemasaran

Pemasaran merupakan konsep strategi penjualan produk untuk mencapai tujuan bisnis (UNIDO 1991). Strategi ini ditentukan setelah mengetahui kodisi pasar yang akan dimasuki. Analisis pemasaran berada dalam analisis studi kelayakan yang telah disebutkan di atas. Namun, Umar (2003) menjelaskan bahwa pemasaran dapat dilakukan melalui 3 langkah yaitu segmentasi pasar, pentargetan pasar, dan pemposisian pasar.

Segmentasi pasar ditentukan dengan basis demografis (kependudukan), geografis (lokasi), dan psikografis (kebiasaan dan tingkah laku). Selanjutnya segmentasi pasar dapat dibagi menjadi 4 yaitu pemasaran segmen, pemasaran ceruk (niche), pemasaran lokal, dan pemasaran individual (Amir 2005). Berikut penjelasannya :

1. Pemasaran segmen : Pembagian kelompok pasar berdasar keinginan, daya beli, lokasi geografis, sikap, dan kebiasaan yang relatif serupa. Contoh: setiap petani membutuhkan pupuk NPK, setiap petani sayur membutuhkan insektisida.

2. Pemasaran niche : Pembagian kelompok pasar dari sebuah segmen pasar. Contoh: dalam pasar pupuk NPK, terdapat petani yang menggunakan pupuk Kujang, pupuk Pusri, dan pupuk Kaltim dan lain lain.

3. Pemasaran lokal : Pembagian pasar berdasar areal perdagangan tertentu. Contoh: penjualan pestisida akan berbeda untuk areal petani teh, petani sawit, dan petani kelapa pada daerah tertentu.

4. Pemasaran individual : Pemasaran produk langsung pada pengguna akhir. Contoh : penjualan pestisida pada petani-petani pemilik Perkebunan Rakyat.

Pentargetan pasar merupakan tindakan lanjut dari segmentasi. Hasil segmentasi pasar adalah adanya informasi jumlah pasar. Pada pentargetan pasar dilakukan pemilihan, pada bagian mana dari sejumlah pasar yang dan akan diambil (Amir 2005). Pemposisian pasar merupakan tindakan memperhatikan bagaimana posisi perusahaan terhadap konsumen. Hal yang diperhatikan adalah keberadaan dan daya kompetitif pesaing (Umar 2003)

B.2.3.2. Aspek Legal dan Yuridis

Setiap negara memiliki peraturan tersendiri mengenai pendirian suatu industri baru. Panduan peraturan pendirian industri ditentukan di Indonesia oleh Undang-Undang yang dalam pelaksanaannya diatur oleh Kementrian Perindustrian. Etriya (2010) menjelaskan bahwa bentuk badan usaha terdiri dari dua kelompok yaitu Badan Usaha Tidak berbadan hukum dan Badan Usaha Berbadan hukum. Badan Usaha Tidak berbadan hukum terdiri dari Persekutuan, Firma (Fa), dan Persekutuan Komanditer (CV). Bentuk Badan Usaha Berbadan Hukum adalah Perseroan Terbatas. Berikut penjelasan masing-masing bentuk badan usaha:

i. Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum

i.1 Persekutuan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pasal 618-1652 dalam Etriya (2010) mendefinisikan Persekutuan sebagai berikut:

Suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang terjadi.

Bentuk badan usaha ini memiliki ciri-ciri:

1. Setiap anggota bertanggung jawab sendiri-sendiri 2. Tidak mempunyai aset kekayaan

(32)

13

5. Bebas menentukan keuntungan dan kerugian

6. Persekutuan bubar jika waktu perjanjian habis atau salah satu anggota meninggal

i.2 Firma

Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 16-35 dalam Etriya (2010) mendefinisikan Firma sebagai berikut:

Suatu usaha (perusahaan) yang didirikan untuk menjalankan suatu usaha di bawah nama bersama atau Firma. Firma yaitu nama yang digunakan untuk berusaha bersama-sama.

Bentuk badan usaha ini memiiliki ciri-ciri:

1. Setiap anggota bertanggung jawab penuh terhadap perbuatan mitranya 2. Mempunyai aset kekayaan

3. Menggunakan nama bersama untuk firma

4. Anggota saling terikat dan tidak diperlukan surat kuasa

5. Firma dapat bubar jika salah satu anggota meninggal. Firma dapat terus berjalan dengan alternatif berikut: Firma lama bubar dan berganti dengan firma baru. Firma lama dapat tetap berjalan dengan mengganti anggota yang meninggal dengan anggota yang baru

i.3 Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan Komanditer (CV) merupakan badan usaha yang terdiri dari 2 atau lebih orang yang terbagi menjadi 2 pihak yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif. Mitra aktif merupakan pengurus usaha hingga ke harta pribadinya, sedangkan mitra pasif hanya bertanggung jawab sebesar modal yang diberikan (Etriya 2010). Bentuk badan usaha ini memilki ciri-ciri:

1. Mitra aktif bertanggung jawab penuh terhadap badan usaha hingga aset pribadinya sedangkan mitra pasif bertanggung jawab sebesar modal yang diberikan

2. Mempunyai aset kekayaan 3. CV bubar jika anggota meninggal

ii. Badan Usaha Berbadan Hukum

Bentuk badan usaha ini secara umum adalah Perseroan Terbatas. Badan usaha ini adalah badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih berdasarkan Akta Pendirian yang dibuat oleh pejabat pemerintah atau notaris, telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM, telah melaksanakan Wajib Daftar Perusahaan, dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara (Etriya 2010). Badan usaha ini memiliki ciri-ciri:

1. Kepemilikan badan usaha ditentukan berdasar persentase saham 2. Mempunyai aset pribadi dan terpisah dari aset pribadi pemegang saham 3. Jika salah satu pemegang saham meninggal, perusahaan tetap berjalan 4. Saham dan piutang dapat diwariskan

5. Pembagian keuntungan berdasar proporsi kepemilikan saham

6. Kekuasaan tertinggi berada di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Perseroan Terbatas memiliki 5 jenis bentuk berdasar pemodalannya yaitu sebagai berikut: 1. PT Tertutup, merupakan PT biasa dengan modal dasar minimal Rp 20.000.000. Ketentuan

mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 1 tahun 1995.

(33)

14

3. PT Penanaman Modal Asing, merupakan PT yang telah mendaftarkan dan memperoleh persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk mendapat fasilitas penanaman modal asing (luar negeri). Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 1 tahun 1967 dan Undang-Undang-undang No 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing.

4. PT Terbuka, merupakan PT yang membuka dirinya untuk publik di Pasar Modal. Saham PT harus dimiliki minimal 300 pemegang saham, serta memiliki modal pada pasar Modal sebesar 3 milyar rupiah. Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 1 tahun 1995 dan Undang-undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

5. PT Perseroan, merupakan PT yang dimiliki 100% oleh negara dengan berbentuk Perusahaan Negara (PN). Ketentuan mengenai jenis PT ini terdapat dalam Undang-undang No 9 tahun 1969 dan Undang-undang No 12 tahun 1998 tentang PT Persero.

B.2.3.3. Aspek Teknis dan Teknologis

Nurmalina (2009) menyebutkan bahwa aspek teknis merupakan perencanaan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah pembangunan fisik selesai. Pada industri manufaktur, Umar (2003) mengelompokkan permasalahan teknis dan teknologis menjadi 3 yaitu:

a. Kelompok masalah Posisi Perusahaan, yaitu masalah sesuai tidaknya keberadaan perusahaan dengan kebutuhan masyarakat. Persoalan-persoalan utamanya adalah:

• Pemilihan strategi produksi

• Pemilihan dan perencanaan produk

• Perencanaan kualitas

b. Kelompok masalah Desain, yaitu masalah desain operasi yang meliputi letak pabrik, tata letak ruangan, lingkungan kerja, proses operasi, teknologi yang digunakan, dan rencana kapasitas mesin yang digunakan. Persoalan-persoalan utamanya adalah:

• Pemilihan teknologi • Perencanaan lokasi pabrik

• Perencanaan kapasitas pabrik • Perencanaan tata letak pabrik

c. Kelompok Masalah Operasional, yaitu masalah yang timbul saat industri sudah beroperasi. Persoalan-persoalan utamanya adalah :

• Perencanaan jumlah produksi Materials Requirement Planning • Manajemen persediaan • Pengawasan kualitas produk

Permasalahan teknis dan teknologis dalam Nurmalina et al (2009) lebih ditekankan pada permasalahan desain. Hal yang dikaji adalah lokasi industri, luas produksi, proses produksi, layout

(34)

15

dapat mengikuti tipe proses yang dipakai dan karakteristik bahan baku. Layout industri merupakan gambaran penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout pabrik adalah adanya konsistensi dengan teknologi produksi, adanya kelancaran arus produksi, penggunaan ruang yang optimal, terdapat kemungkinan kemudahan melakukan penyesuaian, minimasi biaya produksi dan adanya jaminan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Apple (1990) menjelaskan bahwa, pola aliran barang atau alur arus barang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yaitu :

1. Pola aliran lurus, digunakan untuk proses produksi yang pendek, relatif sederhana, dan hanya menggunakan komponen atau peralatan yang sedikit (Gambar 11).

2. Pola aliran ular atau zig-zag, digunakan untuk proses yang lintasannya lebih panjang dibanding ruangan yang digunakan. Lintasan yang berkelok-kelok memberikan total lintasan yang lebih panjang (Gambar 12).

3. Pola aliran U, digunakan untuk proses yang produk akhirnya ditujukan berdekatan dengan tempat awal proses karena alasan pemakaian mesin bersama, desain tata ruang, atau seperti alasan pada pola aliran ular (Gambar 12).

4. Pola aliran melingkar, digunakan pada proses yang terdapat 2 atau 3 titik proses yang menggunakan mesin yang sama (Gambar 12).

5. Pola aliran sudut ganjil, pola ini merupakan pola sembarang yang digunakan jika pola yang lain tidak memungkinkan digunakan (Gambar 12).

Gambar 11. Pola aliran barang industri bioinsektisida (Apple 1990 dengan penyesuaian)

(a). Pola Zig-zag (b). Pola U (c). Pola Melingkar (d) Pola Sembarang Gambar 12. Pola-pola aliran barang (Apple 1990 dengan penyesuaian)

Pola aliran barang merupakan dasar penataan ruang. Tata letak ruang dipengaruhi oleh diagram alir produksi. Terdapat ruang yang mutlak berdekatan atau sebaliknya. Muther (1973) dalam Apple (1990) menjelaskan bahwa pola tata ruang dapat ditentukan dengan metode Total Closeness Rate. Metode Total Closeness Rate merupakan metode yang menghitung tingkat kepentingan kedekatan ruang dengan keterangan sebagai berikut :

1. A = Absolutely necessary, mutlak harus berdekatan, nilai V (rij = A) = 34 = 81 2. E = Especially important, membutuhkan kedekatan khusus, nilai V (rij = E) = 33 = 27 3. I = Important, penting berdekatan, nilai V (rij = I) = 32 = 9

4. O = Ordinary, bisa berdekatan atau tidak, nilai V (rij = O) = 3 1

= 3 5. U = Unimportant, tidak penting berdekatan, nilai V (rij = U) = 3o= 1 6. X = Not desirable, mutlak harus berjauhan, nilai V (rij = X) = -243

1 2 3 4 5 6

5 3 4 2 1 6

7 8 9

(35)

16

Metode ini digunakan untuk industri yang memiliki kegiatan kompleks dimana setiap kegiatan dalam industri memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi kuat. Metode ini umum digunakan pada industri manufaktur (Apple 1990).

B.2.3.4. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian analisis yaitu lingkungan industri dan lingkungan hidup. Lingkungan industri merupakan komponen-komponen diluar perusahaan yang masih bersinggungan langsung dengan operasional perusahaan. Komponen-komponen tersebut diantaranya pesaing, pemasok bahan baku, dan pembeli. Lingkungan hidup merupakan ekosistem dimana industri tersebut berada (Umar 2003). Lingkungan industri akan dibahas pada aspek pasar dan pemasaran. Pada aspek ini, analisis akan lebih ditekankan pada aspek lingkungan hidup.

Secara umum untuk pendirian suatu industri, suatu perusahaan harus memenuhi persyaratan AMDAL. Hal tersebut merupakan konsep yang dikembangkan oleh negara-negara maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Imppact Assesment (EIA). AMDAL harus dilakukan karena ini merupakan peraturan pemerintah dan agar dapat dialakukan tindakan antisipatif untuk tetap menjaga kualitas lingkungan melalui beroperasinya proyek industri. Salah satu aspek AMDAL yang diperhatikan adalah penanganan limbah (Umar 2003).

Metode penanganan limbah terdiri dari tiga tingkatan yaitu pengolahan primer, sekunder, dan tersier/ advance. Pengolahan primer merupakan pengolahan untuk mengurangi nilai variasi limbah, menetralkan nilai pH, dan membentuk flokulan-flokulan limbah agar mudah dipisahkan. Pengolahan sekunder dilakukan jika pengolahan primer tidak cukup. Fungsi pengolahan ini adalah untuk mengurangi nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan untuk mempersiapkan efluent yang akan diolah pada pengolahan tersier. Pengolahan Tersier dilakukan pada jenis limbah berbahaya yang mengandung nitrit dan amonium dalam konsentrasi tinggi. Pengolahan tersier juga dilakukan untuk mengurangi karbon yang terikat (Santi 2004) .

B.2.3.5. Aspek Manajemen

i. Manajemen

Manajemen dalam bisnis berfungsi dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Kegiatan pelaksanaan dan pengendalian akan dikerjakan sesuai hierarki perusahaan yang terbentuk. Hal penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan manajemen adalah perencanaan. Perencanaan secara manajemen dapat dibagi menjadi 2 yaitu perencanaan strategis dan perencanaan operasional (Umar 2003). Perencanaan strategis merupakan perencanaan yang berfokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk pencapaian jangka panjang. Perencanaan operasional merupakan perencanaan-perencanaan jangka pend

Gambar

Gambar 15. Contoh diagram PHA
Gambar 17. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian
Tabel 6. Keterkaitan aktivitas penelitian pendahuluan
Gambar 19. Jaringan kerja aktivitas analisis pra kelayakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bare trust adalah suatu trust yang dalam instrumen penerbitannya tidak secara tegas dan terang memberikan beban atau kewajiban kepada seorang trustee melainkan menyerahkan

Kredit dan NPL Bank Umum Kepada Pihak Ketiga Bukan Bank Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Orientasi Penggunaan per Lokasi Dati I Bank Penyalur Kredit - Juli 2018 ( Credit and

gives sense of ownership; great er public involvem ent gives sense of ownership; great er public involvem ent & ensures sust ainabilit y of int ervent ions planned.

Sehubungan telah berakhirnya masa sanggah untuk Paket Pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan Korem - Doubo (133) dengan Kode Lelang 3693041, maka bersama ini Pokja 02 Biro Layanan

Kepengurusan HMI Komisariat Kampus C Airlangga yang telah dilantik pada tanggal 19 April 2015 di aula Rumah Sakit Penyakit Tropis Infeksi Universitas

1. Objeknya : dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa izin.. Bentuk keempat ini juga hampir sama dengan bentuk kedua. Perbedaanya terletak pada unsur turut sertanya. Pada

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

Format kelembagaan (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap) UPTSA, difungsikan sebagai frontline dari dinas-dinas yang ada untuk menjadi satu-satunya lembaga yang berhubungan dengan