• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Audit Internal Dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi: Studi Kasus Pada PT LAJ Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Audit Internal Dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi: Studi Kasus Pada PT LAJ Bandung."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

For PT. LAJ inventories are assets that contain material value. Finished goods inventory control is important because it has an impact on the company's growth. Finished goods which are too large result in high investment costs that are embedded, this will result in reduced investment in other funds. Instead of finished goods inventory is too small result in the company lost the opportunity to market their products. To assist companies in assessing and reviewing the effectiveness of internal controls inventory of finished goods, established an internal audit team. Based on the above, the authors hypothesized as follows: "Internal Audit has a role in increasing the effectiveness of internal controls inventory of finished goods.” Research method used is descriptive analysis method with a case study approach, test validity, test reliability, and linear regression. The goal is to find out the level of implementation of internal audits of finished goods inventory as well as to determine the role internal audit can support the effectiveness of internal controls inventory of finished goods. This study shows the results for 0049 showed ≤ 0:05 rejection received Ho or H1. It can be concluded that the internal audit on PT. Laj role in increasing the effectiveness of internal controls inventory of finished goods.

Keywords: The effectiveness, internal control, finished goods inventory

(2)

ABSTRAK

Bagi PT. LAJ persediaan merupakan aktiva yang mengandung nilai material. Pengendalian persediaan barang jadi penting karena mempunyai dampak terhadap perkembangan perusahaan. Persediaan barang jadi yang terlalu besar mengakibatkan tingginya biaya investasi yang tertanam, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk investasi di bidang lainnya. Sebaliknya persediaan barang jadi terlalu kecil mengakibatkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk memasarkan produknya. Untuk membantu perusahaan dalam menilai dan mengkaji efektifitas dari pengendalian intern persediaan barang jadi, dibentuklah suatu tim audit internal. Berdasarkan uraian diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: "Audit internal mempunyai peranan dalam meningkatkan efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi." Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus, uji validitas, uji reliabilitas, dan regresi linear. Tujuannya untuk mengetahui tingkat pelaksanaan audit internal terhadap persediaan barang jadi serta unutk mengetahui peranan audit internal yang dapat menunjang efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi. Penelitian ini menunjukan hasil sebesar 0.049 ≤ 0.05 menunjukan penolakan Ho atau H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa audit internal di PT. LAJ berperan dalam meningkatkan efektivitas pengendalian imtern persediaan barang jadi.

Kata kunci : Efektivitas, pengendalian internal, persediaan barang jadi

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRACT.... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI…………... ix

DAFTAR GAMBAR…... xii

DAFTAR TABEL…... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian………... 4

1.4. Kegunaan Penelitian………... 4

1.5. Kerangka Pemikiran…... 5

1.6. Metode Pemikiran………... 11

1.7. Lokasi dan waktu Penelitian... 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 14

2.1. Audit Internal ... 14

2.1.1 Pengertian Audit Internal ...………... 14

2.1.2 Identifikasi Masalah...………... 16

2.1.3 Fungsi Audit Internal...………... 19

2.1.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal... 20

2.1.5 Independensi Audit Internal...………... 22

(4)

2.1.6 Kompetensi Audit Internal...………... 23

2.1.7 Program Audit Internal ...………... 25

2.1.8 Laporan dan Tindak Lanjut Audit Interal ...…... 26

2.2 Pengendalian Internal………... 28

2.2.1 Pengertian Pengendalian Intern...………... 28

2.2.2 Tujuan Pengendalian Intern...………... 30

2.2.3 Komponen Pengendalian Intern...…………31

2.3 Pengertian Efektivitas………... 37

2.4 Persediaan...………... 37

2.4.1 Pengertian Persediaan...………... 37

2.4.2 Kelompok Persediaan...………... 38

2.4.3 Sistem Pencatatan Persediaan ...…… ……39

2.4.4 Metode Alokasi Biaya Tradisional...……. ……39

2.4.5 Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi...… ……40

2.5 Kerangka Pemikiran...………... 45

BAB III. METODA PENELITIAN... 48

3.1 Objek Penelitian... 48

3.1.1 Objek Penelitian... 48

3.1.2 Sejarah Perusahaan... 48

3.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas... 50

3.2.1 Struktur Organisasi... 50

3.2.2 Uraian Tugas... 52

3.3 Metoda Penelitian... 55

3.3.1 Operasionalisasi Variabel... 56

3.3.2 Penetapan Indikator Variabel...56

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data...59

3.4 Pengujian Data... 60

3.4.1 Uji Validitas... 61

3.4.2 Uji Reliabilitas... 63

(5)

3.5 Rancangan Pengujian Hipotesis... 64

3.6 Uji Statistik... 64

3.6.1 Penetapan Tingkat Signifikan... 66

3.6.2 Penerimaan dam Penolakan Hipotesis... 66

BAB IV. HASIL PEBELITIAN DAN PEMBAHASAN... 67

4.1. Penerapan dan Pelaksanaan Audit Internal Pengendalian Internal Persediaan Barang Jadi pada PT. LAJ...67

4.2 Pembahasan Peranan Audit Internal pada PT. LAJ...71

4.3 Pembahasan Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Jadi pada PT. LAJ...72

4.4 Peranan Audit Internal dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi...75

4.5 Analisis Hipotesis...76

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 78

6.1 Kesimpulan... 78

6.2 Saran-saran...81

DAFTAR PUSTAKA... 82

LAMPIRAN ...84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS...124

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. LAJ ……….51

(7)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.1 Produk dan kegunaan ……….50 Tabel 3.2 Penetapan Indikator Variabel Independen (Audit Internal)...…….57 Tabel 3.3 Penetapan Indikator Dependen (Persediaan)..……….58 Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas……….62 Tabel 3.5 Hasil Pengujian Reliabilitas……….64

(8)

Universitas Kristen Maranatha [xiv]

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Tabel Jawaban Responden

Lampiran 3 Tabel Jawaban Responden yang Valid Lampiran 4 Hasil Pengujian SPSS

Lampiran 5 Form Stock Opname Lampiran 6 Form Mutasi Barang Lampiran 7 Form Permintaan Barang Lampiran 8 Rekap Surat Jalan Dari Pusat Lampiran 9 Surat Jalan Barang Masuk Lampiran 10 Surat Jalan Barang Keluar Lampiran 11 Form Return

Lampiran 12 Surat Jalan Penarikan Barang Dari Customer Lampiran 13 Surat Jalan Return Dari Cabang Ke Pusat

(9)

Lampiran I Kuesioner Penelitian

Daftar Pertanyaan Penelitian

Bapak/Ibu yang terhormat, saya ingin mengetahui tentang peranan audit internal dalam

menunjang pengendalian intern atas persediaan barang jadi di PT. LAJ. Untuk itu saya

mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.

_________________________________________________________________________________________________________

Berilah tanda √ (checklist) untuk menjawab pertanyaan berikut ini:

I. Data tentang Responden:

1. Jenis kelamin: ( ) pria ( ) wanita

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju

(1)---(2)---(3)---(4)---(5)

terciptanya independensi dalam pemeriksaan

3. Audit internal mempunyai akses langsung untuk

mengadakan pemeriksaan atas segala macam

aktiva/catatan dalam perusahaan

2. Kecakapan Profesional

(10)

keahlian yang memadai

5. Perusahaan memiliki perhatian terhadap

pengembangan keahlian dan keterampilan audit

internal

6. Audit internal melaksanakan tugas sesuai dengan

tanggung jawab

3. Perencanaan dan Program Pemeriksaan

7 Audit internal membuat perencanaan pemeriksaan

sebelum melakukan pemeriksaan

8. Audit internal melakukan kegiatan pengumpulan

bukti-bukti untuk mendukung pemeriksaan

9. Setiap penugasan selalu dibuat program pemeriksaan

10. Program pemeriksaan fleksibel yaitu dapat

disesuaikan dengan keadaan objek yang diperiksa dan

hasil penilaian atas prosedur manajemen

4. Laporan Hasil Pemeriksaan

11. Setelah menyelesaikan tugas pemeriksaan disusun

laporan hasil pemeriksaan

12. Laporan hasil pemeriksaan memuat dengan jelas

ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.

13. Laporan menyajikan temuan secara objektif, lengkap

dan akurat

14. Audit internal mendiskusikan hasil pemeriksaan serta

rekomendasi yang diperlukan dengan pimpinan

persediaan sebelum menerbitkan laporan final

5. Follow Up (Tindak Lanjut)

15. Ada tindak lanjut yang diakukan terhadap hasil

temuan audit internal

16. Setelah pemeriksaan selesai, saran dan rekomendasi

yang diberikan dilaksanakan, maka terjadi

peningkatan dalam efektivitas pengendalian internal

atas persediaan

(11)

KUESIONER VARIABEL DEPENDEN (Pengendalian Intern atas Persediaan Barang Jadi)

1. Penetapan Tanggung Jawab dan Kewenangan yang Jelas atas Persediaan

No. Pertanyaan STS TS N S SS

1. Terdapat stuktur organisasi yang memuat secara jelas,

garis wewenang, tugas dan kewajiban setiap unit kerja

2. Terdapat job description secara tertulis yang lengkap

dengan perincian instuksi manual untuk setiap

pekerjaan

3. Diadakan pemisahan fungsi yang jelas untuk pihak

yang menyimpan barang

2. Sasaran dan Kebijaksaan Persediaan

4. Terdapat prosedur formal yang jelas sebagai pedoman

aturan bertindak bagi pihak-pihak yang bertanggung

jawab atas persediaan tersebut

5. Ada kebijakan manajemen yang pasti untuk

mengarahakn tindakan pada sasaran pengelolaan

persediaan yang konsisten

3. Fasilitas Penyimpanan (gudang) dan Penanggan Persediaan yang Memadai 6. Sarana penyimpanan barang cukup memadai dari segi

keamanan secara fisik, sehingga mencegah terjadinya

kerusakan dan pencurian

7. Selalu dilakukan pengamatan dan analisa terhadap

penyimpangan pada pengelolaan persediaan barang

jadi

8. Sudah ada pihak yang bertanggung jawab langsung

atas pengelolaan persediaan barang jadi

4. Klasifikasi dan Identifikasi Persediaan yang Memadai 9. Persediaan barang jadi yang ada telah diklasifikasikan

menurut kemasan dan jenisnya

10. Setiap barang jadi yang disimpan di gudang telah

disusun dengan rapih dan teratur

(12)

11. Persediaan barang jadi selalu diusahakan dalam

jumlah yang optimal

12. Selalu diusahakan untuk memiliki persediaan serendah

mungkin namun menghindari kemungkinan

kelangkaan barang

6. Catatan dan Laporan yang Memadai

13. Setiap jenis pencatatan diselenggarakan pencatatan

secara perpetual.

14. Laporan mengenai pengelolaan persediaan barang jadi

telah disusun sedemikian rupa sehingga dapat

dipergunakan sebagai alat bantu manajemen yang

bermanfaat.

7. Tenaga Kerja yang Memuaskan

15. Perusahaan memiliki program pelatihan bagi

karyawannya.

16. Penghitungan fisik dilakukan oleh karyawan yang

independen dari manajer dan mereka yang

bertanggung jawab atas pencatatan persediaan.

(13)
(14)
(15)
(16)

Validitas

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. .641

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 454.470

df 210

(17)

Realibility

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 55 100.0

Excluded(

a) 0 .0

Total 55 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.852 12

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 55 100.0

Excluded(

a) 0 .0

Total 55 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(18)

Regresi

a All requested variables entered. b Dependent Variable: rata_y

Model Summary

a Predictors: (Constant), rata_x

ANOVA(b)

a Predictors: (Constant), rata_x b Dependent Variable: rata_y

Coefficients(a)

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

Bab I / Pendahuluan

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini,

perusahaan-perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat. Kegiatan usaha

dan perdagangan terjadi tidak hanya dalam cakupan antar pulau atau antar kota,

melainkan dapat terjadi jauh menembus kawasan nasional, dengan kata lain

perdagangan dan kegiatan usaha dapat terjadi dengan mudah antara negara-negara

di dunia. Kondisi ini tentu saja akan mendatangkan persaingan yang cukup berat

bagi dunia usaha di Indonesia, yang pada akhirnya akan mengharuskan mereka

untuk dapat beroperasi dengan lebih baik guna tetap dapat mempertahankan

eksistensinya di dunia usaha (Halim, 2001).

Dampak dari era globalisasi ini dirasakan juga oleh PT LAJ, sebuah

perusahaan yang bergerak di bidang chemical berupa produksi dan penjualan lem.

Persaingan usaha yang cukup berat, mengharuskan PT LAJ untuk menjalankan

kegiatan usahanya dengan lebih baik. Karena jika tidak demikian, lambat laun PT.

LAJ tidak akan mampu lagi untuk mempertahankan eksistensinya di dunia usaha.

PT LAJ memerlukan suatu alat pengendalian intern yang baik untuk dapat

membantu mengendalikan kegiatan perusahaan agar sesuai dengan apa yang telah

direncanakan dan dapat mencapai tujuan perusahaan. Alat pengendalian itu terdiri

dari kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang

(50)

Bab I / Pendahuluan

 

memadai untuk dapat melindungi aktiva perusahaan. Kecermatan dan keandalan

data akuntansi dapat meningkatkan efisiensi dan mendorong ditaatinya kebijakan

perusahaan yang telah direncanakan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Sehubungan dengan aktivitas perusahaan yang mengolah barang jadi dan

mendistribusikan barang jadi untuk dijual ke pasaran, maka kegiatan proses

produksi adalah kegiatan yang paling utama dan arus barang jadi yang terjadi di

gudang perusahaan sangat rutin. Kegiatan penyimpanan dan pengeluaran barang

jadi menjadi suatu kegiatan yang harus diawasi dan diperlukan suatu

pengendalian agar terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang merugikan

bagian persediaan.

Perusahaan memerlukan sistem pengendalian intern untuk bagian

persediaan barang jadi agar dapat menghindari penyimpangan atau

penyelewengan seperti penyalahgunaan wewenang atau pencurian. Bagian

pemeriksaan intern yang independen diperlukan agar tujuan struktur pengendalian

intern atas persediaan dapat tercapai dan berjalan dengan efektif, dimana adanya

pemisahan fungsi pertanggungjawaban atas fungsi-fungsi otorisasi, pencatatan

dan penyimpanan dalam semua bidang di perusahaan tersebut. Pemeriksa intern

melaksanakan fungsinya atau tugasnya sebagai bagian yang mengawasi dan

mengevaluasi efektivitas dari suatu struktur pengendalian intern (Tuanakota,

1982:95).

Bagian terpenting dari pengendalian persediaan adalah pengamatan

persediaan yaitu menentukan apakah penghitungan persediaan secara fisik yang

dilakukan sesuai dengan instruksi klien atau tidak. Untuk melakukan ini secara

efektif, sangat penting bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan persediaan

(51)

Bab I / Pendahuluan

 

secara fisik dilakukan. Bilamana pegawai klien tidak mengikuti instruksi ini, maka

auditor harus menghubungi atasannya untuk mengatasi masalah ini atau

memodifikasi prosedur pengamatan secara fisik. Seorang auditor internal

diperlukan untuk melindungi persediaan dari kecurangan-kecurangan yang

dilakukan oleh perusahaan (Arens and Lockbbocke 2006:321).

Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan di atas, Penulis tertarik

untuk melakukan penelitian karena persediaan barang merupakan jumlah aktiva

yang terbesar di dalam kelompok aktiva lancar. Persediaan barang mudah untuk

dicuri sehingga harus selalu diawasi untuk mencegah terjadinya penyimpangan

atau penyelewengan. Oleh karena itu pada bagian persediaan diperlukan seorang

auditor internal yang dapat menjaga dan melindungi aktiva perusahaan dan

mampu menjalankan fungsi pengendalian intern secara efektif. Untuk penelitian

ini, penulis mencoba menuangkannya ke dalam skripsi ini dengan judul :

“Peranan Audit Internal dalam Meningkatkan Efektivitas

Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi: Studi Kasus Pada PT. LAJ

Bandung”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas, penulis dapat

mengidentifikasikan pokok masalah sebagai berikut:

1. Apakah audit intenal atas pengelolaan persediaan barang jadi telah

dilaksanakan?

2. Bagaimana peranan audit internal dalam meningkatkan efektivitas

pengendalian intern persediaan barang jadi?

(52)

Bab I / Pendahuluan

 

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah-masalah yang didefinisikan di atas maka penelitian

ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai

audit internal atas pengelolaan persedian barang jadi yang dilaksanakan oleh

perusahaan. Tujuan penelitian tersebut meliputi:

1. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan audit internal perusahaan terhadap

persediaan barang jadi.

2. Untuk mengetahui peranan audit internal yang dapat menunjang efektvitas

pengendalian internal persediaan barang jadi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan

pemikiran yang bermanfaat, seperti:

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang

bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan perbaikan, pemecahan

masalah dan pengelolaan perusahaan agar terciptanya efektivitas dalam

pengelolaan dan pendistribusian persediaan barang jadi.

2. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah

pengetahuan terapan dan bahan kepustakaan dalam hal pengendalian

persediaan.

(53)

Bab I / Pendahuluan

 

3. Bagi penulis

Dengan adanya penelitian ini dapat memperoleh gambaran secara nyata dari

penerapan teoi-teori yang sudah diajarkan semasa kuliah untuk diterapkan

dalam dunia praktek yang sesungguhnya dan memperoleh pengetahuan dari

peninjauan secara langsung mengenai praktek atau pelaksanaan sebenarnya

di perusahaan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Berkembangnya suatu perusahaan secara tidak langsung akan

menimbulkan berbagai permasalahan yang semakin kompleks yang harus

dihadapi oleh manajemen. Hal ini menyebabkan semakin sulitnya pengawasan

pada perusahaan dan kemungkinan besar dapat terjadi penyimpangan atau

penyelewengan, seperti penyalahgunaan wewenang dan pencurian. Keadaan

tersebut mengharuskan manajemen untuk menjalankan fungsi pengendalian yang

baik dengan membagi wewenangnya kepada bawahan, tetapi wewenang yang

dilimpahkan pada bawahan tetap merupakan tanggungjawabnya. Fungsi

pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan adanya audit internal di perusahaan

dan dilakukan oleh seorang yang independent. lndependensi ini diperlukan agar

hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh pandangan subjektif pihak yang

diperiksa. Pentingnya independensi ini karena audit intern merupakan aktivitas

profesional yang memerlukan integritas dan objektivitas yang tinggi serta pribadi

yang tidak mudah dipengaruhi. Tanpa independensi, hasil audit internal yang

diharapkan tidak akan dapat diwujudkan secara optimal (Tugiman, 2001:12).

(54)

Bab I / Pendahuluan

 

Pengertian pemeriksaan (audit) internal menurut Tugiman (2001:11)

adalah sebagai berikut:

“Pemeriksaan (audit) internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan, dengan tujuan membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, auditor internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan audit juga mencakup pada pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.”

Fungsi audit internal yang independen dapat membantu manajemen secara

efektif dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan atas kejadian dalam

suatu perusahaan. Fungsi audit internal juga menjamin bahwa kondisi dan

kejadian yang dilaporkan adalah benar, sehingga tindakan dan pengambilan

keputusan manajemen dapat dilakukan sebaik-baiknya. Diperlukan suatu laporan

yang menggambarkan kegiatan yang terjadi dalam suatu perusahaan, sehingga

hasil suatu perusahaan akan tercermin dalam laporan tersebut (Tugiman,

2001:21).

Pentingnya pengendalian internal di setiap perusahaan tidak hanya untuk

mencapai hasil yang sangat diharapkan atas laba dan peramalan dimasa yang

akan datang, tetapi juga untuk mencegah terjadinya pemborosan dan untuk

menghindari penyelewengan efisiensi usaha. Perusahaan juga secara berkala

harus menghitung persediaan barang yang ada dan mencocokkannya dengan

persediaan menurut kartu persediaan barang. Persediaan barang juga sebaiknya

diasuransikan terhadap risiko rusak barang-barang akibat kebakaran, kebanjiran,

atau bencana-bencana lainnya. (Tuanakota 1982:95)

(55)

Bab I / Pendahuluan

 

Ikatan Akuntan Indonesia (lAI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP) tahun 2001, mengatakan bahwa pengendalian intern adalah satuan usaha

terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan

yang memadai bahwa tujuan-tujuan dari satuan usaha akan tercapai.

Prosedur pengendalian dalam struktur pengendalian intern yang baik

menurut IAI (2001) mengandung beberapa unsur, yaitu:

1. Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan.

2. Pemisahan tugas sehingga mengurangi kesempatan yang memungkinkan

seseorang dalam posisi dapat melakukan dan sekaligus menutupi kekeliruan

dalam pelaksanaan pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Oleh sebab itu tanggung

jawab untuk memberikan otorisasi transaksi, mencatat transaksi dan

menyimpan aktiva perlu dipisahkan di tangan karyawan yang berbeda.

Perancangan, penggunaan dokumen, dan catatan yang memadai untuk

membantu pencatatan transaksi dan peristiwa secara semestinya.

3. Pengamanan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan

catatan.

4. Pengecekan secara independen atas pelaksanaan.

Menurut Tuanakotta (1982:97), ada tiga persyaratan yang harus ada

dalam pengendalian intern yang baik, yaitu:

1. Prosedur

Pertama-tama harus ada prosedur tertentu dan prosedur ini harus dijalankan.

Prosedur yang telah ditentukan tetapi tidak dijalankan sebenarnya tidak

mempunyai arti apa-apa dari segi pengendalian. Perhatian bukan saja harus

(56)

Bab I / Pendahuluan

 

diberikan kepada apa yang direncanakan, tetapi juga pada pelaksanaan

rencana-rencana tersebut

2. Pelaksanaan

Syarat kedua adalah prosedur yang telah ditetapkan itu dilaksanakan oleh

orang-orang yang cakap (competent). Kecakapan meliputi kombinasi dari

keahlian, pengetahuan, ketelitian dan adanya wewenang yang cukup.

3. Pemisahan Tugas

Pelaksanaan prosedur yang telah ditetapkan oleh orang yang cakap saja tidak

cukup. Jika seseorang menjalankan beberapa prosedur yang satu sama lainnya

bertentangan (incompatible), sistem pengendalian intern tidak berfungsi lagi

sebagaimana mestinya.

Audit internal merupakan bagian dari sistem pengendalian internal dan

merupakan alat bantu bagi manajemen untuk mengamankan harta kekayaan

perusahaan dan juga untuk mengetahui sampai sejauh mana prosedur telah ditaati.

Informasi dari audit internal penting sebagai alat bantu dalam pengambilan

keputusan manajemen. Seorang auditor internal dalam melaksanakan tugasnya

tidak mempunyai kekuasaan secara langsung terhadap bagian atau individu dalam

perusahaan (Tuanakotta,1982:98).

Sebaik apapun suatu pengendalian intern, tetapi bila pelaksanaannya tidak

mentaati setiap prosedur dan ketentuan yang dibuat, maka pengendalian tidak

akan berjalan sebagaimana mestinya. Jadi pada pelaksanaannya, pengendalian

intern tidak dapat terlepas dari faktor manusia. Diperlukan pengawasan dan

evaluasi secara terus menerus sehingga dapat diketahui apakah pengendalian yang

ada telah berjalan dengan baik. Pengendalian intern harus cukup fleksibel

(57)

Bab I / Pendahuluan

 

sehingga dapat disesuaikan mengikuti perubahan situasi dan kondisi yang terjadi

pada saat itu (Tuanakotta 1982:99).

Arens and Lockbbocke (2006:306) mengatakan bahwa pemeriksaan

terhadap persediaan merupakan bagian yang rumit dan memerlukan banyak waktu

karena alasan-alasan berikut:

1. Persediaan adalah bagian utama dalam neraca, dan seringkali merupakan akun

terbesar yang melibatkan modal kerja.

2. Persediaan dapat tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan penghitungan

dan pengendalian fisik. Perusahaan menempatkan persediaannya sedemikian

rupa untuk efisiensi produksi dan penjualan, tetapi penyebaran ini sering

menimbulkan kesulitan auditor yang besar.

3. Bermacam ragam persediaan juga menyulitkan auditor, seperti suku cadang

elektronik yang menyulitkan pengamatan dan penilaian.

4. Penilaian persediaan juga dipersulit oleh faktor keusangan dan perlunya

mengalokasikan biaya manufaktur ke persediaan.

5. Ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima, tapi klien

harus memakai metode tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun. Terlebih

lagi, sering perusahaan menggunakan metode penilaian persediaan yang

berbeda untuk jenis persediaan yang berbeda.

Pengendalian intern atas persediaan merupakan kegiatan yang penting

dalam perusahaan karena persediaan merupakan salah satu harta perusahaan yang

penting dan memiliki nilai yang signifikan dalam laporan keuangan. Perusahaan

memerlukan suatu kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui apakah pengendalian

berjalan dengan efektif. Fungsi pemeriksaan ini dilakukan oleh suatu staf audit

(58)

Bab I / Pendahuluan

 

yang merupakan bagian dari pengendalian intern itu sendiri, yaitu internal audit.

Fungsi internal audit ini harus independen dari pihak yang diperiksa sehingga

hasil auditnya tidak dipengaruhi oleh pandangan subyektif pihak yang diperiksa.

Dukungan manajemen sangat diperlukan dalam menentukan hubungan antara

petugas internal audit dengan bagian-bagian lainnya untuk menghindari salah

pengertian dalam kedudukan masing-masing (Tuanakotta 1982:99).

Pentingnya fungsi internal audit bagi suatu perusahaan telah dikemukakan

oleh General Accounting Office (GAO) dan dikutip oleh Tuanakotta (1982:99)

sebagai berikut:

1. Menemukan berbagai situasi untuk meniadakan pemborosan dan

inefisiensi.

2. Menyarankan perbaikan dalam bidang kebijaksanaan, prosedur, dan

struktur organisasi.

3. Menciptakan alat-alat penguji terhadap hasil pekerjaan para individu dan

berbagai unit organisasi.

4. Mengawasi ketaatan pada syarat-syarat yang ditentukan oleh anggaran

dasar dan undang-undang.

5. Mengecek adanya tindakan-tindakan yang tidak atau belum disetujui, yang

menyeleweng dan tindakan yang tidak sesuai lainnya.

6. Mengidentifikasikan tempat-tempat yang mengandung kemungkinan

timbulnya kesulitan dalam kegiatan di masa depan.

7. Menciptakan saluran komunikasi antara berbagai tingkat kegiatan.

(59)

Bab I / Pendahuluan

 

Pengendalian Internal yang baik atas persediaan harus diselenggarakan

oleh perusahaan. Dua tujuan utama dari pengendalian internal atas persediaan

adalah mengamankan persediaan dan melaporkannya secara tepat dalam laporan

keuangan. Pengendalian internal ini bisa bersifat preventif maupun detektif.

Pengendalian preventif dirancang untuk mencegah kesalahan atau kekeliruan

pencatatan. Pengendalian detektif ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau

kekeliruan yang telah terjadi (Warren et al. 2005:452).

Berdasarkan rerangka pemikiran diatas, maka penulis menarik suatu

hipotesa yaitu sebagai berikut: "Audit internal mempunyai peranan dalam

meningkatkan efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi."

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif

analisis yaitu mengumpulkan data untuk kemudian diolah, dianalisis dan diproses

lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang ada sehingga dapat memberikan

gambaran yang jelas mengenai objek penelitian. Data ini diperoleh melalui tehnik

pengumpulan data sebagai berikut (Santoso, 2004 : 63-64):

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari PT. LAJ yang

bersangkutan dengan maksud untuk memperoleh data dan informasi yang

diperlukan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan cara membaca dan

mempelajari bahan-bahan dari buku-buku literatur, catatan kuliah serta

sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti

(60)

Bab I / Pendahuluan

 

agar memperoleh pemahaman yang mendalam serta menunjang proses

pembahasan mengenai masalah-masalah yang diidentifikasikan.

Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut (Cooper dan Emory, 1996:289):

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data primer yaitu dengan cara:

a. Wawancara

yaitu cara mengumpulkan data penelitian dengan mengadakan tanya jawab

secara langsung dengan pihak-pihak yang re1evan atau yang berhubungan

dengan obyek penelitian.

b. Kuesioner

yaitu membuat daftar pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan dan

disampaikan kepada pihak perusahaan yang berhubungan dengan

penelitian ini.

c. Observasi

yaitu melakukan pengamatan di lapangan secara langsung terhadap aktivitas

perusahaan yang diteliti dan hal-hal lain yang berhubungan dengan

permasalahan untuk mengetahui pelaksanaan yang sebenarnya.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

yaitu dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca literatur,

buku-buku akuntansi, dan juga tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan

pemasalahan yang akan dibahas. Data tersebut diperlukan untuk

membandingkan antara teori-teori yang ada dengan keadaan sebenarnya pada

perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat

(61)

Bab I / Pendahuluan

 

Universitas Kristen Maranatha [13] memperluas wawasan penulis sehubungan dengan permasalahan yang akan

dibahas (Hasan, 2004:5).

Setelah data terkumpul yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis

data. Analisis ini dilakukan berdasarkan metode Regresi Linear karena penulis

ingin mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung

dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas.

(Santoso, 2004:315).

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada PT. LAJ, yang berlokasi di Jl. Terusan

Jakarta No. 109 C, Bandung. Waktu yang dipergunakan untuk penelitian mulai

(62)

Bab V / Kesimpulan dan Saran       

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian pada PT. LAJ serta pembahasan yang

berlandaskan teori, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Audit internal atas persediaan barang jadi pada PT. LAJ telah dilaksanakan

dengan cukup baik. Hal ini dikarenakan audit internal sangat berperan dalam

mengamankan persediaan barang jadi. Audit internal merupakan salah satu

unsur dari pengendalian intern yang dapat mencegah pencurian-pencurian atas

persediaan barang jadi. Audit internal sebagai karyawan independen ikut serta

dalam proses stock opname bersama-sama dengan karyawan bagian gudang

dan akuntansi. Jadi jika laporan stock opname menunjukkan jumlah

persediaan yang tidak wajar, audit internal dapat mengambil tindakan korektif

untuk menyelidikinya.

2. Peranan audit internal pada PT. LAJ dalam meningkatkan efektivitas

pengendalian intern persediaan barang jadi telah berperan dengan cukup baik.

Hal ini didukung dengan hipotesis penelitian dapat diterima karena tingkat

signifikansi menunjukkan hasil 0.049 ≤ 0.05 sehingga dapat disimpulkan “audit internal berperan dalam meningkatkan efektifitas pengendalian internal

persediaan barang jadi. Hasil regresi linear menunjukkan Ho ditolak sehingga

H1 diterima.

(63)

Bab V / Kesimpulan dan Saran       

 

Peranan audit internal tersebut digambarkan sesuai dengan unsur-unsurnya

yaitu:

a. Independensi

Struktur organisasi audit internal yang diterapkan pada PT. LAJ sudah

mencerminkan independensi. Audit internal memiliki akses langsung untuk

mengadakan pemeriksaan atas aktiva atau catatan perusahaan.

b. Kecakapan profesional

Auditor internal PT. LAJ telah memiliki kecakapan profesional yang

memadai. Perusahaan dapat meningkatkan kualitas karyawan dengan

memberikan pelatihan agar kinerjanya sesuai dengan harapan pimpinan.

c. Perencanaan dan program pemeriksaan

Auditor internal PT. LAJ selalu membuat perencanaan dan program

pemeriksaan sebelum melaksanakan tugas, sehingga dapat melakukan

pemeriksaan secara terarah dan teratur jadi pemeriksaan dapat selesai tepat

waktu. Perencanaan tersebut harus disetujui oleh pimpinan setelah itu baru

dapat dilaksanakan

d. Laporan hasil pemeriksaan

Auditor internal membuat laporan hasil pemeriksaan setelah selesai

melaksanakan pemeriksaan. Laporan ini memuat ruang lingkup, tujuan

pemeriksaan, dan disajikan secara jelas, ringkas, dan tepat waktu. Laporan

ini juga menyajikan temuan dan kesimpulan atas pemeriksaan secara

objektif, lengkap, dan akurat. Audit internal dapat memberikan saran yang

membangun untuk perbaikan perusahaan.

(64)

Bab V / Kesimpulan dan Saran       

 

e. Followup (tindak lanjut)

Saran-saran dan kesimpulan yang diberikan dalam laporan pemeriksaan

dilaksanakan sebagai tindak lanjut. Follow up merupakan tahap akhir dari

langkah kerja audit internal. Tindak lanjut merupakan keyakinan dari audit

internal atas tindakan yang layak dan tepat dari hasil temuannya.

Pengendalian internal persediaan barang jadi pada PT. LAJ dapat

dikatakan efektif karena telah sesuai dengan unsur-unsur:

a) Penetapan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas atas persediaan

PT. LAJ telah memiliki struktur organisasi yang jelas disertai dengan

pemisahan fungsi dan uraian tugas.

b) Sasaran dan kebijaksaan persediaan

Sasaran dan kebijaksanaan persediaan ditetapkan dengan maksud untuk

mempertahankan jumlah persediaan yang optimal dan kebijaksaan dalam

melakukan stock opname.

c) Fasilitas penyimpanan dan penanganan persediaan

Fasilitas penyimpanan telah sesuai dengan keadaan dan bentuk persediaan.

Denah gudang telah dirancang sebaik mungkin.

d) Klasifikasi dan identifikasi persediaan

Klasifikasi persediaan dibedakan menurut jenis barang dan kemasannya.

e) Standarisasi dan simplikasi persediaan

PT. LAJ mengusahakan memelihara kontinuitas persediaan barang jadi untuk

selalu menjaga jumlah persediaan yang optimal dan mencegah kelangkaan

produk.

(65)

Bab V / Kesimpulan dan Saran       

 

Universitas Kristen Maranatha [81] f) Catatan dan laporan yang memadai

Metode pencatatan yang digunakan secara perpetual dengan metode penilaian

FIFO. Catatan dan laporan dapat dijadikan dasar laporan mengenai

pengelolaan persediaan barang jadi sehingga dapat dipergunakan sebagai alat

bantu manajemen yang bermanfaat.

g) Tenaga kerja yang memuaskan

Tenaga kerja yang diperoleh sangat efektif dan melalui proses pengujian

terlebih dahulu, agar tenaga kerja yang dimiliki berkualitas dalam bidangnya.

5.2 Saran

Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada perusahaan, penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada gudang sebaiknya ditata ulang agar penempatan produk atau barang

yang ada lebih tersusun secara rapi dan teratur.

2. Atap gudang sebaiknya diperbaiki agar tidak terus menerus bocor dan

merusak barang persediaan.

3. Diadakan program pelatihan karyawan agar dapat meningkatkan kualitas

(66)

Universitas Kristen Maranatha [82] DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin. A., James. K Locbbocke. (2006). Auditing and Integrated

Approach, 11th, Prenhall, New Jersey.

Arens, Alvin. A., James. K Locbbocke. (2003). Auditing dan Pelayanan

Verifikasi, edisi 9, Indeks, Jakarta.

Arens, Alvin. A., James. K Locbbocke. (2006). Auditing dan Pelayanan

Verifikasi, edisi 9, Indeks, Jakarta.

Agoes, Sukrisno. (1999). Auditing oleh Akuntan Publik, LP FEUI, Jakarta.

Boynton and Kell. (2002). Modern Auditing, jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Brink, Victor. Z. and Herbert Witt. (1991). Modern Internal Auditing, Salemba

Empat, Jakarta.

Cooper dan Emory (1996). Metode Penelitian Bisnis, Erlangga, Jakarta.

Halim, Abdul. (2001). Auditing 2, UPP STIM YKPN, Jakarta.

Hasan Iqbal, (2002). Pokok-Pokok Materi Statisitik 2 (Statistik Inferensif), Bumi

Aksara, Jakarta.

Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara,

Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan, Salemba

Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik,

Salemba Empat, Jakarta.

Irdiantoro. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen,

BPFE, Yogyakarta.

Komaruddin. (1996). Ensiklopedia Manajemen, Edisi ke-2, Bina Aksara, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga

Jakarta.

Maynard Greg R. (1999). Internal Auditing as a Function of Risk Management,

(67)

Universitas Kristen Maranatha [83] Mcdonald, Malcom H.B., Warren J. Keegan. (2005). Prinsip-Prinsip Akuntansi,

Salemba Empat, Jakarta.

Messier, Glover (2005). Auditing and Assurance Service a Systematic Approach,

4th, Salemba Empat, Jakarta.

Santoso, Singgih. (2004). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS

11.5, Elex Media komputindo, Jakarta.

Sawyer B Lawrence. (2005). Internal Audit, Salemba Empat, Jakarta.

Stice, Skousen. (2004). Intermediate Accounting, 15th, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiono. (2004). Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

Tuanakotta, Theodorus M. (1982). Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan

Publik, Edisi ke-3, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta.

Tugiman, Hiro. (2000). Pengenalan Internal Audit, Edisi ke-5, Kanisius,

Yogyakarta.

Tugiman, Hiro. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik, Kanisius,

Yogyakarta.

Tugiman, Hiro. (2002). Pandangan Baru Internal Auditing, Kanisius, Yogyakarta.

Widjayanto, Nugroho. (1991). Pemeriksaan Operasional Perusahaan, FEUI,

Jakarta.

Wilson, James D, dan John B. Campbell. (1991). Controllership: Tugas Akuntan

Manajemen, Erlangga, 1996, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Awal berdirinya rumah sakit ini dimulai sejak tahun 1951 dengan nama Pusat Pelayanan Kesehatan (Health Center), yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

SIA berbasis push SMS adalah sebagai salah satu media interaktif yang menggunakan sarana operator seluler pada saat ini menjadi salah satu kebutuhan penting dalam

Peneliti memperoleh tipe presuposisi dalam tagline film anime yaitu presuposisi eksistensial sebanyak 9 poster film, presuposisi faktif hanya 1 poster film,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Kompetensi profesional guru matematika di SMA Negeri 1 Sukoharjo, dilihat dari komponen – komponen berikut adalah:

a) Memberikan informasi mengenai persebaran permukiman kumuh liar ( squatter ), penyebab munculnya permukiman kumuh liar ( squatter ) dan proses yang terjadi pada permukiman kumuh

Setelah hasil uji coba alat ukur dinyatakan valid dan reliabel, maka langkah selanjutnya yakni penulis melakukan penelitian dengan jumlah sampel sebanyak seratus

Karena kandungan protein dari pelepah sawit rendah serta kandungan lignin yang tinggi, maka untuk pemakaiannya yang optimal perlu dilakukan kombinasi dengan

lebih lanjut adalah kedepannya media yang digunakan tidak hanya lewat buku. tetapi media lainnya juga dan juga kedepannya lakon-lakon lainnya dapat