PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA
PT. BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG
Bidang Studi Keuangan Perbankan
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA
PT. BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG
Bidang Studi Keuangan Perbankan
OLEH
Diajukan oleh :
HANDI CHANIAGO
1000542090
PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA
PT. BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas Akhir dengan judul :
“Prosedur Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada PT. Bank Nagari Cabang Utama Padang “
Merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat sebagian atau keseluruhan dari tulisan yang memuat kalimat, ide, gagasan atau pendapat yang berasal dari sumber lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Adapun sebagian-sebagian yang bersumber dari karya orang lain telah mencantumkan sumbernya sesuai dengan norma, etika dan kaidah penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan plagiat dalam tugas akhir ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh.
Padang, Januari 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelasaikan Laporan Magang ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam Penulis haturkan kepada Rasullulah Nabi Muhammad SAW yang dengan perjuangan beliau, Penulis dapat merasakan indahnya hidup dalam naungan Islami, sehingga Penulis tidak mengalami kesulitan dan rintangan yang berarti dalam menyelesaikan Laporan Magang ini yang berjudul :
“PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG”
Akhirnya Penulis berharap Laporan Magang ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Penulis juga menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun akan Penulis terima dengan baik.
Padang, Januari 2014
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang …... 1
1.2 Perumusan Masalah…... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.4 Tempat dan Waktu Magang ... 5
1.5 Metode Penelitian ... 5
1.6 Sistematika Penulisan …... 6
BAB II Landasan Teori ... 8
2.1 Pengertian Bank ... 8
2.2 Jenis-Jenis Bank ... 8
2.3 Pengertian Kredit……… 10
2.4 Tujuan dan Fungsi Kredit...……… 12
2.5 Jenis Kredit …..……….. 15
2.6 Aspek-Aspek Penilaian Kredit...……… 19
2.7 Analisa Kebijakan Pemberian Kredit ..………. 21
BAB III Gambaran Umum Bank Nagari... 25
3.1 Sejarah Perusahaan ... 25
3.2 Visi & Misi ………... 26
3.3 Struktur Organisasi ..……….. 28
BAB IV Prosedur Pemberian KUR Pada Bank Nagari Cabang Utama Padang . 29 4.1 Sumber Dana Kredit Usaha Rakyat pada Bank Nagari ... 29
4.1.1 Tujuan Penggunaan Kredit ..……… 31
4.1.2 Jenis KUR Berdasarkan Jumlah Kredit/Pembiayaan……… 32
4.1.3 Struktur dan Ketentuan Kredit ……….. 33
4.1.4 Sifat Kredit ...……… 34
4.1.5 Kriteria Calon Debitur...……….. 34
4.1.6 Suku Bunga ...……….. 41
4.1.7 Biaya-Biaya Kredit ..………... 42
4.1.8 Penarikan Kredit...……… 43
4.1.9 Angsuran Kredit ...……… 43
4.1.10 Pelunasan Kredit/Pembiayaan ...……… 45
4.1.12 Jaminan dan Agunan ……….. 46
4.1.13 Asuransi ……… 50
4.1.14 Hak dan Kewajiban Debitur ………. 50
4.2 Prosedur Pemberian KUR pada Bank Nagari ... 51
4.2.1 Permohonan ……… 51
4.2.2 Identifikasi.………. 52
4.2.3 Analisi Kelayakan Kredit/Pembiayaan.……….. 52
4.2.4 Pemeringkatan Kredit ……… 53
4.2.5 Wewenang dan Keputusan Pemberian Kredit/Pembiayaan …53 4.2.6 Perjanjian Kredit atau Akad Pembiayaan ……….. 53
4.2.7 Realisasi Kredit/Pembiayaan ………. 54
4.2.8 Pembukuan ………. 55
4.3 Pengawasan dan Pembinaan Kredit pada Bank Nagari………. 55
4.3.1 Pengawasan ...………... 55
4.3.2 Pembinaan ……….. 57
BAB V PENUTUP ... 59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam memajukan perekonomian suatu Negara peranan Perbankan sangat
penting dalam mewujudkan perekonomian yang maju. Sebagai perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan, perbankan menempati posisi yang strategis
dalam pembangunan perekonomian. Seperti yang kita ketahui semua sektor
yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan
jasa bank. Salah satu dari peranan bank adalah sebagai lembaga kepercayaan
yang menghimpun dana yang bersal dari masyarakat dan disalurkan kembali
kepada masyarakat semata-mata hanya untuk meningkatkan pembangunan.
Dana yang disalurkan kepada masyarakat berupa kredit ini diharapkan mampu
meningkatkan perekonomian, khususnya pada masyarakat yang taraf
perekonomiannya menengah – kebawah kredit ini sangat membantu untuk
membiayai usahanya.
Pada tanggal 5 November 2007, Bapak Presiden Republik Indonesia
meluncurkan Kredit Usah Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit
dari Pemerintahan melalui Perusahaan Penjamin. KUR dengan fasilitas
Koperasi (UMKMK) yang memiliki usaha yang layak termasuk usaha layak
namun belum bankable.Usaha UMKMK tersebut memiliki prospek bisnis
yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan kredit, namun
mengalami keterbatasan dalam hal memenuhi persyaratan agunan, perizinan,
formal dan sebagainya. UMKMK yang diharapkan dapat mengakses KUR
adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain : pertanian,
perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan dan jasa keuangan simpan
pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukanlangsung yaitu UMKMK dapat
langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu
Bank Pelaksana dan dapat juga dilakukan secara tidak langsung yaitu
UMKMK dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan
KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang
bekerja sama dengan Bank Pelaksana.
Pada awal-awal diluncurkan pemerintah, Bank Pelaksanaannya adalah
Bank BRI, kemudian Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Bukopin. Untuk lebih meningkatkan penyaluran KUR
tersebut agar lebih cepat dapat disalurkan secara lebih merata ke
daerah-daerah, maka berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor KEP-07/M.EKON/01/2010 tanggal 26 Januari 2010
dilakukan penambahan Bank pelaksana sebanyak 13 (tiga belas) Bank
Pembangunan Daerah dan salah satunya adalah PT. Bank Nagari.
PT. Bank Nagari sebagai Bank Pelaksana KUR diharapkan mampu
program-program pengentasan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran dan
perluasan lapangan pekerjaan serta peningkatan taraf hidup masyarakat.
Dalam penyaluran KUR ini, PT. Bank Nagari akan memberikan perhatian
yang lebih kepada jumlah usaha mikro yang dapat diakses atau dilayani.
Perhatian lebih tersebut antara lain akan diwujudkan dalam bentuk keringanan
persyaratan agunan, dokumen persyaratan kredit, proses yang lebih cepat,
pelayanan jemput-antar, pemberian tarif, yang ringan dan lainnya. Disamping
KUR Mikro, maka juga diberikan dalam kelompok KUR Ritel dan KUR
Linkage.
Agar penyaluran KUR di PT. Bank Nagari dapat berjalan optimal, maka
beberapa kebijakan pendukung disamping Peraturan Pelaksanaan ini telah
dipersiapkan dan ditetapkan, menurut Keputusan Direksi Nomor
SK/139/DIR/10-2010 diantaranya :
- Penunjukan petugas khusus yang fokus untuk penyaluran, pemungutan
setoran, pembinaan nasabah, penagihan dan pengelolan KUR. Petugas
khusus ini akan ditempatkan di kantor-kantor yang potensial untuk
penyaluran KUR, pemberian reward/punishment dan mereka
dilengkapi dengan sarana pendukung seperti seragam, sepeda motor,
dan lainnya.
- Pemberian pendidikan kepada petugas khusus dan pejabat /staf Kantor
- Melakukan program promosi KUR seperti dalam bentuk spanduk,
baliho, stiker, media iklan, bantuan kepada usaha mikro dalam bentuk
tempat berdagang, tenda dagang, merk took dan lainnya.
Dengan ditetapkannya Peraturan Pelaksanaan ini berikut dengan
beberapa kebijakan pendukungnnya, maka diharapkan penyaluran KUR oleh
PT. Bank Nagari dapat berjalan dengan baik dan didukung serta dilaksanakan
sepenuhnya oleh setiap pelaksana/pejabat perkreditan sehingga rencana
penyaluran KUR tersebut dapat direalisir sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis
tertarik menulis dengan judul :“Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pada PT. Bank Nagari Cabang Utama Padang”
1.2 Perumusan Masalah
PT. Bank Nagari memiliki beberapa macam produk diantaranya tabungan,
deposito, giro, kredit dan jasa lainnnya.Dari berbagai macam produk tersebut
yang menjadi perhatian penulis adalah produk kredit khususnya Kredit Usaha
Rakyat. Maka dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat maka terdapat beberapa
masalah yang akan penulis bahas antara lainnya :
1. Darimana Sumber dana Kredit Usaha Rakyat/ (KUR) yang disalurkan
2. Bagaimana Prosedur Pemberian Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank
Nagari Cabang Utama Padang.
3. Bagaimana Pengawasan dan Pembinaan Kredit pada PT. Bank Nagari
Cabang Utama Padang.
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan magang ini
diantaranya adalah :
1. Menjelaskan Sumber dana Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank
Nagari.
2. Mengetahui prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank
Nagari.
3. Mengetahui pengawasan dan pembinaan Kredit Usaha Rakyat pada
PT. Bank Nagari.
1.4 Tempat dan Waktu Magang
Sesuai mata kuliah yang harus di ikuti oleh penulis, maka penulis
berencana untuk melaksanakan magang yang sesuai dengan judul tugas akhir
yang di ajukan oleh penulis.Dalam pelaksanaan magang ini saya sebagai
penulis memilih tempat magang yaitu pada PT. Bank Nagari Cabang Utama
Padang di, kegiatan magang ini dilakukan selama 40 hari kerja dari tanggal 3
1.5 Metode Penelitian
1. Data yang di perlukan
a. Data Sekunder
Yang dimaksud data sekunder adalah data yang diperoleh dari
bahan-bahan pustaka.
b. Data Primer
Yang dimaksud data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
nara sumber pertama, yakni perilaku masyarakat melalui pengamatan
dan penelitian.
2. Alat pengumpulan data
Untuk memperoleh data sekunder penulis mengadakan penelitian ke
beberapa pustaka antara lain:
a. Perpustakaan Universitas Andalas
b. Perpustakaan Ekonomi Universitas Andalas
1.6 Sistematika Penulisan
Sesuai dengan judul laporan akhir ini, maka penulis memberikan batasan
pada pembahasannya sesuai dengan pokok persoalan . Dalam sistematika
penulisannya antara lain
BAB I Pendahuluan, Bab ini berisi uraian tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
BAB II Landasan Teori, Menguraikan mengenai tinjauan pustaka
yang berhubungan dengan teori yang menjadi dasar
pembuatan laporan akhir ini.
BAB III Pada Bab ini dibahas mengenai tinjauan umum PT. Bank
Nagari yaitu sejarah berdirinya dan tujuan berdirinya, serta
struktur organisasi yang ada pada PT. Bank Nagari. Visi
Misi PT. Bank Nagari, filosofi logo serta bentuk aktifitas
usaha bank.
BAB IV Kebijaksanaan KUR pada PT. Bank Nagari. Pada Bab IV
ini dibahas studi penulis selama di PT. Bank Nagari yang
menguraikan tentang kredit yang disalurkan oleh PT. Bank
Nagari, kebijaksanaan penyaluran kredit usaha kecil,
Perkembangan Dana kredit usaha kecil, masalah kredit
usaha kecil dan usaha mengatasinya, serta upaya dalam
meningkatkan penyaluran kredit usaha kecil.
BAB V Penutup, Bab ini merupakan bab terakhir yang memberikan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanaya menerima
simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito dan tabungan serta
bank juga menyalurkan lagi pada masyarakat dalam bentuk kredit (Kasmir,
2002)
Bank menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan :
Bank adalahbadan usaha yang menghimpundana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
2.2 Jenis-Jenis Bank
Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998, Jenis – jenis Bank antara
lain :
a. Bank Umum
Bank yang melakukan kegiatan operasionalnya baik secara konvensional
maupun secara syariah dan melakukan pemberian jasa dengan lalu lintas
pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank dari segi kepemilikan :
a. Bank Milik Pemerintah
Bank yang akte pendiriannya, saham – saham dimiliki oleh pemerintah
serta keuntungannya juga diambil oleh pemerintah.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank yang akte pendiriannya, modalnya dimiliki oleh swasta serta
keuntungannya dimiliki oleh pihak swasta .
c. Bank Milik Koperasi
Bank yang badan usahanya dimilki oleh perusahaan yang berbadan hukum
koperasi.
Bank yang merupakan cabang dari bank yang ada di Luar Negeri baik
milik Pemerintah maupun Swasta.
3. Bank dari segi status :
a. Bank Devisa
Bank yang dapat melakukan kegiatan Luar Negeri.
b. Bank Non Devisa
Bank yang tidak dapat melakukan kegiatan Luar Negeri.
4. Bank dari cara penetapan harga
a. Bank Konvensional
Bank dengan system imbalan bunga dalam pemberian kredit.
b. Bank Syariah
Bank dengan sistem bagi hasil dalma melakukan pembiayaan.
2.3 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ‘credere’ yang
berarti kepercayaan. Dalam bahasa latin, kredit berasal dari kata ‘creditum’
yang artinya kepercayaan akan suatu kebenaran. Dalam bahasa Inggris ‘credit’
dapat berarti penghargaan, pujian kebanggan, mata ujian, kepercayaan, dan
juga berarti piutang.Dalam bahasa Indonesia kata kredit dapat berarti
Di dalam UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang telah dirubah
menjadi UU Pokok Perbankan No.10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan
kredit adalah ‘ penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersembahkan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan’
Menurut Hasibuan (2001) kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus
dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan
perjanjianyang disepakati. Selain itu menurut Bymont P. Kent, dikutip oleh
Thomas Suyatno dkk (1990:15) kredit adalah hak untuk menerima
pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu
diminta atau pada waktu yang akan dating karena penyerahan barang barang
sekarang.
Adapun unsur – unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit menurut Hasibuan (2001) adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan, merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan
dating sesuai jangka waktu kredit.
2. Kesepakatan, merupakan suatu perjanjian dimana masing – masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing – masing yang
3. Jangka waktu, merupakan batas waktu pengembalian kredit yang telah
disepakati kedua belah pihak.
4. Resiko, yang akan dihadapi sebagai akibat adanya jangka waktu yang
akan memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi
yang akan diterima dikemudian hari.
5. Balas jasa, merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian
suatu kredit.
2.4 Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan pemberian suatu kredit oleh bank tidak terlepas dari tujuan bank
tersebut didirikan. Tujuan pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :
(Kasmir, 2002)
1. Mencari keuntungan
Hasil keuntungan yang diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh
bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah
2. Membantu usaha nasabah
Salah satu tujuan kredit adalah membantu usaha nasabah yang
memerlukan dan dan dengan dana tersebut maka pihak debitur akan
mengembangkan memperluas usahanya.
a. meningkatkan penerimaan pajak
b. membuka kesempatan kerja
c. meningkatkan jumlah barang dan jasa
d. menghemat devisa negara
e. meningkatkaan penerimaan devisa
Pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi kredit yang sangat
luas. Fungsi kredit tersebut antara lain :
(Kasmir, 2002)
1. Meningkatkan daya guna uang
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan
menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan pemberian kredit, uang
tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa oleh si
penerima kredit.
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang
dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh
tambahan uang dari daerah lainnya.
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur
untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau
bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran uang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari
satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang
diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor
barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga dapatmeningkatkan
devisa negara.
6. Meningkatkan kegairahan berusaha
Dengan memperoleh kredit tentunya akan meningkatkan kegairahan
nasabah untuk memperbesar atau memperluas usahanya.
7. Meningkatkan pemerataan pendapataan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka semakin baik, terutama
dalam hal meningkatkan pendapatan.
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara si penerima kredit oleh negara lain akan
meningkatkan kerjasama di bidang lainnya, sehingga dapat tercipta
perdamaian dunia.
2.5 Jenis Kredit
Kredit yang diberikan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis – jenis kredit dapat
dilihat dari berbagai segi antaralain :
(Kasmir, 2001:76)
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit Investasi
Merupakan kredit jangka panjang yang bisanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau pembangunan proyek/pabrik baru
atau untuk keperluan rehabilitasi.
b. Kredit Modal Kerja
Yaitu kredit yang diberikan oleh pihak bank untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja atau untuk meningkatkan produksi dalam
operasionalnya.
2. Dilihat dari segi tujuan
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi.Kredit ini diberikanuntuk menghasilkan barang atau jasa.
b. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi atau
dipakai oleh seseorang.Dalam kredit ini tidak ada penambahan
barang dan jasa yang dihasilkan.
c. Kredit Perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk
membeli barang dagangan.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun
atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan
modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kredit berkisar
antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya digunakan
untuk melakukan investasi.
Kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas 3
tahun atau 5 tahun ke atas.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan (secured loans)
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan.Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau
jaminan orang.
b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loans)
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama
berhubungan baik dengan bank atau pihak lain.
5. Dilihat dari sektor usaha
a. Kredit pertanian
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai sektor
perkebunan atau sektor pertanian rakyat.
b. Kredit peternakan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai sektor
peternakan, untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam untuk
c. Kredit industri
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai sektor industri
baik industri kecil, menengah, atau besar.
d. Kredit pertambangan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai beraneka
macam pertambangan.
e. Kredit pendidikan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk
mahasiswa.
f. Kredit profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan
professional seperti dosen, dokter, pengacara dll.
g. Kredit perumahan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai pembangunan
2.6 Aspek – Aspek Penilaian Kredit
Suatu kredit layak atau tidak penilainnya dapat diberikan dengan menilai
suatu aspek yang ada. Aspek – aspek yang dinilai antara lain meliputi :
(Hasibuan, 2001)
1. Aspek yuridis (hukum)
Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta
izin – izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit, mulai dari
keabsahan dan kesempurnaan akta pendirian perusahaan sampai kepada
dokumen atau surat – surat penting lainnya.
2. Apek pasar dan pemasaran
Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah :
a. Hasil penjualan atau produksi minimal 3 bulan atau 3 tahun yang lalu
b. Rencana penjualan dan produksi 3 bulan atau 3 tahun yang akan datang.
c.Peta kekuatan yang ada.
d. Prospek produk secara keseluruhan.
3. Aspek keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber – sumber dana yang dimiliki untuk
membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu
memperlihatkan pendapatan dan biaya – biaya sehingga dapat dinilai layak
atau tidaknya usaha tersebut, termasuk keuntungan yang diharapkan.
4. Aspek teknis/operasi
Merupakan aspek yang membahas masalah yang berkaitan dengan
produksi, lokasi, dan lay out seperti kapasitas mesin yang digunakan.
5. Aspek manajemen
Aspek ini digunakan untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber
daya manusia yang dimiliki serta latar belakang dan pendidikan dan
pengalaman sumber daya manusianya.
6. Aspek sosial ekonomi
Merupakan aspek yang menganalisis dampak yang timbul akibat adanya
proyek terhadap perekonomian masyarakat secara umum seperti :
a. Meningkatkan ekspor barang atau mengurangi ketergantungan terhadap
impor
b. Mengurangi pengangguran.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
d. Tersedianya sarana dan prasarana.
e. Membuka isolasi daerah tertentu.
Merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara
termasuk kesehatan manusia apabila proyek tersebut dijalankan. Analisis ini
dilakukan secara mendalam sebelum kredit tersebut disalurkan, sehingga
proyek yang dibiayai tidak akan mengakibatkan pencemaran lingkungan
sekitarnya.
2.7 Analisa Kebijakan Pemberian Kredit
Dalam pemberian kredit dikenal prinsip dimana permohonan kredit harus
dinilai oleh bank atas dasar syarat – syarat bank teknis dimana prinsip ini
dikenal dengan 5C : (Kasmir, 2002)
a. Watak/Character
Penilaian karakter nasabah/calon nasabah didasarkan hubungan yang telah
terjalin antara nasabah/calon nasabah.Bank atau pihak ketiga lainnya melalui
informasi yang didapat dari berbagai pihak yang dapat dipercaya, sehingga
bank dapat menyimpulkan bahwa nasabah/calon nasabah adalah berkarakter
baik dan tidak menyulitkan bank kemudian hari.
b. Kemampuan/Capacity
Unsur yang akan dinilai terutama adalah kemampuan manajemen, teknis,
pemasaran dan unsur lainnya sehingga Bank merasa yakin bahwa usaha yang
sedang dikelola oleh nasabah/calon nasabah mampu dikelola oleh
nasabah/calon nasabah.
Penilaian terhadap permodalan nasabah/calon nasabah dapat diketahui
melalui analisa laporan keuangan nasabah/calon nasabah, baik pada kondisi
beberapa tahun yang lalu, saat ini dan kemungkinan atau proyeksi masa
dating.
d. Kondisi Usaha/Condition
Penilaian melalui analisa terhadap keadaan Pasar Regional, Nasional
maupun internasional pada masa lalu, saat ini dan kemungkinan masa dating.
Juga dilihat dari bagaimana keadaan usaha terhadap lingkungan dan
pemerintah.
e. Agunan/Collateral
Agunan dibutuhkan untuk berjaga – jaga kemungkinan terjadinya
penyimpangan terhadap penilaian atas faktor diatas yang mengakibatkan tidak
sanggupnya nasabah untuk membayar kembali kreditnya.Penilaian agunan ini
berupa bentuk barang agunan, bukti kepemilikan, nilai agunan dan
pengikatannya.
2.7.1 Syarat – Syarat Agunan Kredit
Agunan kredit harus memnuhi persyaratan hukum (yuridis) dan ekonomis
yang baik dan benar.
1. Syarat – syarat hukum (yuridis) agunan
b. Agunan harus merupakan milik debitur dengan bukti surat – surat
autentiknya.
c. Jika agunan berupa barang yang dikuasakan, pemiliknya harus ikut
menandatangani akad kredit.
d. Agunan tidak sedang dalam proses pengadilan.
e. Agunan bukan sedang dalam keadaan sengketa.
f. Agunan bukan yang terkena proyek pemerintah.
2. Syarat – syarat ekonomis agunan
a. Agunan harus mempunyai nilai ekonomis pasar.
b. Nilai agunan kredit harus lebih besar dari pada plafond kreditnya.
c. Marketability, yaitu agunan harus mempunyai pasaran yang cukup luas
atau mudah dijual.
d. Accertainubility of value, yaitu agunan kredit yang diajukan oleh
debitur harus mempunyai standar harga tertentu (harga pasar).
e. Transferable, yaitu agunan kredit yang diajukan debitur harus mudah
dipindahtangankan baik secara fisik maupun secara hukum.
Penilaian agunan kredit terdiri dari dua tahap, yaitu : (Manajemen
1. Tahap mendapatkan nilai pasar.
2. Tahap mendapatkan nilai agunan
Sebelum penilaian agunan dilakukan terlebih dahulu diadakan penilaian
beberapa aspek dari barang-barang agunan, yaitu :
1. Aspek nilai pasar dari barang-barang agunan.
2. Aspek kesempurnaan agunan (kelengkapan dokumen dan integritas
agunan).
3. Aspek hukum dari agunan.
4. Aspek teknis dan fisik dari agunan.
Prof. Dr. R. Subekti. S.H. (1996), mengemukakan bahwa jaminan
kredit yang ideal adalah :
a. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang
memerlukan kredit.
b. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk
melakukan atau meneruskan usahanya.
c. memberikan kepastian kepada si pemberi kredit bahwa barang jaminan
setiap waktu tersedia untuk dieksekusi dan mudah dituangkan untuk
BAB III
GAMBARAN UMUM PT. BANK NAGARI
3.1 Sejarah Perusahaan
PT. Bank Nagari secara resmi berdiri pada tanggal 12 Maret 1962 yang
disahkan melalui akta notaries Hasan Qalbi di Padang. Pendirian tersebut
dipelopori oleh Pemerintah Daerah beserta tokoh masyarakat dan tokoh
pengusaha swasta di Sumatera Barat atas dasar pemikirannya perlunya suatu
lembaga keuangan yang berbentuk Bank, yang secara khusus membantu
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di daerah. Disahkan melalui
Surat Keputusan Wakil Menteri Pertama Bidang Keuangan Republik
Indonesia No. BUM/9-44/II tentang izin usaha PT. Bank Pembangunan
Dearah Sumatera Barat, dan dimulailah opersional kegiatan di padang.
Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, maka dasar hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat diganti dengan Peraturan Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Barat No. 4. Sehingga PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dirubah menjadi “BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT”. Dalam perjalanan-nya tahun 1996 melalui Perda No. 2 / 1996
disahkan penyebutan nama (Call Name) sebagai “ Bank Nagari ” dengan maksud untuk lebih dikenal, membangun brand image sekaligus mengimpresikan tatanan system pemerintahan.
Daerah Sumatera Barat berubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas, yang didirikan berdasarkan akta Pendirian Perseroan Nomor 1 Tanggal 1 Februari 2007 dihadapan Notaris H. Hendri Final, S.H. dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia Republik Indonesia dengan Keputusan Nomor W3-00074 HT.01.01-TH.2007 tanggal 4 April 2007. Saat ini PT. Bank Nagari telah berstatus sebagai Bank Devisa serta telah memiliki Unit Usaha Syariah. PT. Bank Nagari juga merupakan Bank Pembangunan daerah pertama yang membuka Kantor Cabang di Luar Daerah.
3.2 Visi & Misi
Puncak perubahan (Moment of Change) PT. Bank Nagari ditandai dengan launching logo baru beserta visi dan misi baru PT. Bank Pembangunan Daerah pada tanggal 27 November 2008 dan dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat yaitu Bapak Gamawan Fauzi.
Menjadi Bank Pembangunan Daerah yang terkemuka dalam arti dikenal dan menonjol di Indonesia. Terpercaya member arti bahwa bank sudah menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik, memberikan layanan yang memuaskan dan kepatuhan terhadap peraturan dengan kejujuran. Hal tersebut dituangkan kedalam Visi PT. Bank Nagari yaitu :
“Menjadi Bank Pembangunan Daerah Terkemuka dan Terpercaya di
Indonesia”
Sedangkan Misi PT. Bank Nagari adalah :
1. Memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
2. Memenuhi dan menjaga kepentingan stakeholder secara konsisten dan seimbang. Bank akan senantiasa dijalankan dengan prinsip untuk memenuhi taanggung jawab kepada pemilik, nasabah, karyawan dan masyarakat.
- Menjaga agar bank ini bertumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat
- Memberikan pelayanan yang prima
- Memberikan keuntungan yang memadai bagi pemegang saham
- Memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat
Dari Visi dan Misi tersebut lahirlah Statement sebagai berikut :
“Bersama Membina Citra Membangun Negeri”
Ruang lingkup kegiatan operasional yang dapat dilakukan oleh Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat yakni sebagai berikut :
a. Memberikan berbagai fasilitas perkreditan kepada dunia usaha dan pihak lain yang membutuhkannya.
b. Melakukan penyertaan modal pada perusahaan-perusahaan yang dinilai layak untuk dikembangkan melalui aktifitas modal tersebut
c. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito.
d. Melakukan pemberian jasa perbankan lainnya seperti kiriman uang, inkaso, bank garansi, kliring, safe deposit box dan lain sebagainya.
f. Melakukan pengembangan sarana perbankan melalui pembukaan Kantor Cabang dan pembinaan Lumbung Pitih Nagari (LPN)
BAB IV
PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA
PT. BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG
4.1 Sumber Dana Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank Nagari
Di dalam aktivitasnya menyalurkan kredit Bank tentunya membutuhkan dana untuk sumber dana kredit/pembiayaan bank pada umumnya bersumber dari dua sumber utama yaitu : Pertama dari dana sendiri yang dikumpulkan baik dari tabungan, atau sumber lainnya. Sumber kedua, dari kredit Likuiditas Bank Indonesia dengan tingkat bunganya yang disubsidi sehingga lebih rendah.
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Dana untuk membiayai operasionalnya diperoleh dari berbagai sumber, sebagai lembaga keuangan, dana merupakan persoalan bank yang paling utama, tanpa adanya dana yang cukup, bank tidak dapat berfungsi secara baik. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancer yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Adapun sumber dana bank menurut Kasmir (2002) adalah :
1. Dana pihak pertama
Dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri yaitu modal setoran dari para pemegang saham
Dana Pihak Pertama terdiri dari :
a. Setoran Modal dari para pemegang saham.
c. Laba yang belum dibagi yaitu laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham, sehingga dapat dimanfaatkan sebagaimana modal untuk sementara waktu.
2. Dana pihak kedua
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencairan dana pihak pertama dan dana pihak ketiga. Dana ini diperoleh dari :
a. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yaitu kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan Likuiditas. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaaan sektor – sektor tertentu.
b. Call Money, yaitu pinjaman antar bank yang diberikan kepada bank – bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan harga yang relative tinggi.
c. Pinjaman dari bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh dari luar negeri.
d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.
3. Dana pihak ketiga
a. Simpanan Giro (Demand Deposit), yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan sarana perintah bayar lainnya.
b. Simpanan Tabungan (Serving Deposit), yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat – syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro dan atau aalat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
c. Simpanan Deposito (Time Deposit), yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
Adapun sumber dana KUR bagi PT. Bank Nagari adalah
1. Dana KUR berasal dari dana Bank sendiri.
2. Pemerintah membantu dalam hal pembayaran premi penjaminan KUR kepada Perusahaan Penjamin.
Pengumpulan sumber dana pada PT. Bank Nagari sangat penting artinya, karena dana yang terkumpul mempengaruhi kemampuan Bank untuk menyalurkan kredit serta menjaga tingkat likuiditas Bank.
4.1.1 Tujuan Penggunaan Kredit
1. Investasi
2. Modal Kerja
KUR untuk tujuan modal kerja adalah KUR yang digunakan untuk tambahan modal kerja usaha, seperti penambahan persediaan barang dagang, kebutuhan biaya untuk operasional usaha, pembelian/pengadaan bahan mentah atau bahan baku usaha dan lain-lain.
4.1.2 Jenis KUR Berdasarkan Jumlah Kredit/Pembiayaan
1. KUR Mikro yaitu KUR yang diberikan kepada usaha mikro dengan plafond maksimal Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).
2. KUR Ritel yaitu KUR yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan Koperasi dengan plafond diatas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp 500.000.00,- (lima ratus juta rupiah).
3. KUR LinkagePola Executing yaitu KUR yang diberikan Bank kepada lembaga Linkage dengan Plafond kredit maksimal Rp 2.000.000.000,-(dua milyar rupiah). Sedangkan plafond dari Lembaga Linkage kepada end user dipersyaratkan tidak melebihi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk setiap end user.
4.1.3 Struktur Dan Ketentuan Kredit
1. Plafond Kredit/Pembiayaaan
Ketentuan plafond kredit/pembiayaan adalah sebagai berikut :
a. KUR Mikro :
Plafond untuk kredit/pembiayaan modal kerja, investasi atau modal kerja+investasi secara bersamaan adalah maksimal Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).
b. KUR Ritel :
Plafond untuk kredit/pembiayaan modal kerja, investasi atau modal kerja+investasi secara bersamaan adalah diatas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
c. KUR Linkage
1) Apabila penyaluran dengan pola Linkage Executing, plafond yang dapat diberikan untuk setiap lembaga linkage adaalah maksimal Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) dengan persyaratan bahwa penerusan kredit/pembiayaan kepada end user (debiturnya lembaga linkage) tidak melebihi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per end user dengan tingkat suku bunga/margin maksimal kepada end user tersebut tidak melanggar ketentuan KUR yang ditetapkan pemerintah.
oleh lembaga linkage serta suku bunga/margin sesuai ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel.
4.1.4 SIFAT KREDIT
1.Kredit ditetapkan hanya untuk kategori Pinjaman dan Piutang (tidak untuk kategori lainnya berdasarkan kategori kredit menurut PAPI-revisi 2008).
2. Bersifat term loan (pinjaman berjangka) yang diberikan dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan.
3.Bersifat non revolving atau tidak berulang-ulang.
4. Kredit dapat diperbarui atau diperpanjang, sepanjang sesuai dengan persyaratan criteria batasan pola pemberian, plafond, jangka waktu dan lainnya yang diatur dalam peraturan pelaksanaan ini.
4.1.5 Kriteria Calon Debitur
Calon debitur yang dapat diberikan KUR harus dilaksanakan secara tertulis dan ditandatangani oleh Calon Debitur dan ahli waris. Kriteria yang harus dipenuhi Calon Debitur sebagai berikut :
1. Perorangan :
a. Warga Negara Indonesia yang cakap melakukan perbuatan hukum (berusia minimal 21 tahun atau telah menikah, berakal sehat dan tidak berada dalam pengampuan/curatele).
b. Mempunyai usaha atau objek pembiayaan yang jelas dan dapat diyakini bank.
d. Domisili dan tempat usaha relatif mudah untuk di supervisi Bank.
e. Debitur tidak termasuk dalam Debitur Kredit bermasalah di Bank.
f. KUR dapat diberikan kepada debitur yang sedang menerima kredit konsumtif seperti kredit KPR, Kredit kendaraan bermotor, kartu kredit dan kredit konsumtif lainnya.
g. Khusus untuk permohonan kredit yang tergolong KUR Ritel, maka debitur dipersyaratkan tidak sedang menerima kredit /pembiayaan komersil (investasi dan /atau kredit/pembiayaan modal kerja) dan/atau tidak sedang menerima kredit program dari pemerintah, yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan. Dalam hal pemohon masih memiliki baki debet yang tercatat dalam SID tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka pemohon harus membuktikan dan menyerahkan Surat Keterangan Lunas dengan lampiran cetakan rekeningnya.
h. Khusus untuk permohonan kredit yang tergolong KUR Mikro, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan melalui SID.
2. Badan Usaha (termasuk Koperasi) :
a. Berbadan hukum Indonesia.
b. Mempunyai anggaran dasar, memenuhi syarat legalitas operasional dan ketentuan yang berlaku tentang badan usaha tersebut.
d. Memenuhi kriteria sebagai Usaha Mikro atau Usaha Kecil atau Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam pengertian yang terdapat dalam peraturan pelaksanaan ini.
e. Domisili dan tempat usaha relatif mudah untuk di supervisi Bank.
f. Debitur tidak termasuk dalam Debitur Kredit bermasalah di Bank.
g. KUR dapat diberikan kepada debitur yang sedang menerima kredit konsumtif seperti kredit KPR, Kredit kendaraan bermotor, kartu kredit dan kredit konsumtif lainnya.
h. Khusus untuk permohonan kredit yang tergolong KUR Ritel, maka debitur dipersyaratkan tidak sedang menerima kredit /pembiayaan komersil (investasi dan /atau kredit/pembiayaan modal kerja) dan/atau tidak sedang menerima kredit program dari pemerintah, yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan. Dalam hal pemohon masih memiliki baki debet yang tercatat dalam SID tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka pemohon harus membuktikan dan menyerahkan Surat Keterangan Lunas dengan lampiran cetakan rekeningnya.
i. Khusus untuk permohonan kredit yang tergolong KUR Mikro, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan melalui SID.
3. Lembaga Linkage
a. Memennuhi syarat dan termasuk kepada salah satu criteria Lembaga Linkage berikut ini:
(KK-BPR) sesuai SK Direksi nomor SK/038/DIR/01-2009 tanggal 30 Januari 2009 berikut perubahannya, atau ;
2) Koperasi sekunder, atau;
3) Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi), atau:
4) Lembaga Keuangan Non Bank, atau;
5) Kelompok Usaha, atau;
6) Lembaga Keuangan Mikro (LKM,atau;
7) Badan Kredit Desa (BKD), atau;
8) Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), atau;
9) Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) yang bukan Bank dan bukan Koperasi.
b. Mempunyai kepengurusan.
c. Mempunyai anggaran dasar dan legalitas sesuai ketentuan berlaku atau aturan tertulis yang disepakati oleh seluruh anggota.
d. Mempunyai usaha yang jelas dan sehat, serta dinilai mampu berperan dan menjalankan tanggung jawab sebagai Lembaga Linkage dalam penyaluran KUR.
e. Domisili dan tempat usaha relative mudah untuk disupervisi oleh Bank.
f. Tidak termasuk dalam debitur kredit bermasalah di bank.
g. Mempunyai perjanjiang kerjasama dengan Bank dalam penyaluran KUR melalui Lembaga Linkage.
diperbolehkan sedang memperoleh kredit/pembiayaan dari perbankan. Informasi tersebut dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan. Dalam hal pemohon masih memiliki baki debet kredit program pemerintah yang tercatat dalam SID tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka pemohon harus membuktikan dan menyerahkan Surat Keterangan Lunas dengan lampiran cetakan rekeningnya.
i. Khusus KUR Linkage dengan pola chanelling maka Lembaga Linkage tersebut diperbolehkan sedang memperoleh kredit/pembiayaan dari perbankan dan kredit program pemerintah.
4. End User Lembaga Linkage :
a. Kriteria end user (calon debitur lembaga linkage) adalah sesuai dengan criteria debitur perorangan atau badan usaha sebagaimana tercantum pada huruf D tentang criteria calon debitur yaitu pada angka 1 dan angka 2 tersebut diatas.
Debitur yang telah memenuhi kriteria untuk diberikan kredit KUR harus memenuhi dokumen persyaratan permohonan kredit/pembiayaan. Dokumen yang harus dipenuhi oleh calon debitur sebagai lampiran dan kelengkapan permohonan kredit /pembiayaan adalah sebagai berikut :
1. Perorangan :
a. Photo copy Kartu Identitas Diri (KTP/SIM) yang masih berlaku.
b. Photo copy Kartu Identitas Diri (KTP/SIM) yang masih berlaku dari penjamin atau pemilik agunan (dikecualikan bagi KUR yang tanpa agunan)
c. Foto Debitur (suami/istri) dan usaha sebanyak 2 (dua) lembar.
e. Photo copy bukti kepemilikan agunan (dikecualikan baagi KUR yang tanpa agunan)
f. Photo copy perizinan usaha sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Dikecualikan dari huruf f) diatas, maka untuk plafond kredit kecil dari Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah), maka perizinan usaha dapat berupa salah satu dari :
1) Surat Keterangan Usaha dari dinas/instansi/pengelola pasar (jika usaha berada di lingkungan pasar-pasar), atau,
2) Surat Keterangan Ketua RT atau ketua RW atau Lurah atau Waali Nagari (untuk usaha diluar huruf g angka 1) diatas).
h. Untuk plafond diatas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), debitur wajib mempunyai laporan keuangan (minimal neraca, laba/rugi dan rasio keuangan), baik yang dibuat sendiri oleh debitur maupun yang dibantu pembuatannya oleh Bank berdasarkan wawancara dan on the spot (OTS), dan laporan keuangan tersebut ditandatangani oleh debitur.
i. Bukti print out SID atau surat lunas (bagi KUR Ritel dan KUR Linkage). Dokumen ini dilakukan oleh Bank.
2. Badan Usaha (termasuk Koperasi)
a. Photo copy Kartu Identitas Diri (KTP/SIM) pengurus.
b. Photo copy Kartu Identitas Diri (KTP/SIM) yang masih berlaku dari penjamin atau pemilik agunan (dikecualikan bagi KUR yang tanpa agunan)
d. Photo copy NPWP.
e. Laporan Keuangan (Neraca,Rugi/Laba dan sebagainya).
f. Photo copy perizinan usaha sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Bukti print out SID atau surat lunas (bagi KUR Ritel dan KUR Linkage). Dokumen ini dilakukan oleh Bank.
i. Khusus untuk koperasi, menyerahkan keputusan Rapat Anggota.
3. Lembaga Linkage :
a. Photo copy Kartu Identitas Diri (KTP/SIM) pengurus.
b. Photo copy Kartu Identitas Diri (KTP/SIM) yang masih berlaku dari penjamin atau pemilik agunan (dikecualikan bagi KUR yang tanpa agunan)
c. Photo copy Anggaran dasar dan akta perubahan atau aturan tertulis yang disepakati oleh seluruh anggota.
d. Photo copy NPWP, untuk plafond kredit tertentu yang mempersyaratkannya..
e. Laporan Keuangan (Neraca,Rugi/Laba dan sebagainya).
f. Photo copy perizinan usaha sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Bukti print out SID atau surat lunas (bagi KUR Ritel dan KUR Linkage). Dokumen ini dilakukan oleh Bank.
h. Photo copy Perjanjian Kerjasama dengan Bank.
dalam Peraturan Pelaksanaan Kredit Kepada BPR (KK-BPR) sesuai SK Direksi nomor SK/038/DIR/01-2009 tanggal 30 Januari 2009 berikut perubahannya.
4. End User Lembaga Linkage :
Dokumen persyaratan permohonan kredit/pembiayaan yang harus dipenuhi end user (calon debitur lembaga linkage) adalah sesuai dengan dokumen persyaratan permohonan kredit/pembiayaan oleh debitur perorangan atau badan usaha sebagaimana tercantum pada huruf e. tentang dokumen persyaratan permohonan kredit/pembiayaan yaitu pada angka 1 dan angka 2 tersebut diatas..
Permohonan kredit tersebut kemudian di registrasi di dalam buku, kemudian didisposisi oleh pejabat yang berwenang untuk kemudian didistribusikan kepada unit kerja atau petugas yang ditunjuk untuk memprosesnya.
4.1.6 Suku Bunga
a. Jenis bunga dan besaran suku bunga KUR berikut perubahannya ditetapkan dengan Surat Direksi.
b. Besaran margin pembiayaan KUR dengan pola syariah berikut perubahannya ditetapkan dengan Surat Direksi.
c. Atas tunggangan pokok dan bunga, kepada debitur dikenakan denda yang dihitung setiap bulan yaitu sebesar 1,00% (satu persen) daari total tunggakan.
4.1.7 Biaya – Biaya Kredit
a. Biaya Provisi
1) Provisi untuk KUR dengan plafond sampai dengan rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), tidak dipungut.
2) Provisi untuk KUR dengan plafond diatas 20.000.00,- (dua puluh juta rupiah) adalah sebesar 1,00% (satu persen) dari plafond kredit dan dibayar saat realisasi kredit.
3) Debitur yang mempunyai KUR sedang berjalaan dengan plafond diatas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dan kemudian melakukan penambahan plafond, maka provisi sebagaimana angka 2) diatas, dihitung dari tambahan plafond tersebut.
4) Provisi untuk perpanjangan jangka waktu kredit, tidak dipungut.
5) Apabila dilakukan perubahan ketentuan provisi, ditetapkan dengan Surat Direksi tersendiri.
6) Ketentuan biaya provisi dari lembaga linkage kepada end user-nya adalah mempedomani pengaturan sebagaaimana angka 1) sampai dengan angka 5) diatas.
b. Biaya Administrasi
1) Biaya administrasi untuk KUR dengan plafond sampai dengan Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), tidak dipungut.
2) Biaya administrasi untuk KUR dengan plafond diatas Rp 20.000.000,-(dua puluh juta rupiah) adalah sebesar 1,00‰ (satu permil) dari plafond kredit dan dan dibayar saat realisasi kredit.
penambahan plafond, maka biaya administrasi sebagaimana angka 2) diatas, dihitung dari tambahaan plafond tersebut.
4) Biaya administrasi untuk perpanjangan jangka waktu kredit, tidak dipungut.
5) Apabila dilakukan perubahan ketentuan biaya administrasi, ditetapkan dengan Surat Direksi tersendiri.
6) Ketentuan biaya administrasi dari lembaga linkage kepada end user-nya adalah mempedomani pengaturan sebagaimana angka 1) sampai dengan angka 5) diatas.
c. Biaya Lainnya
Biaya meterai perjanjian kredit, pengikatan agunan, asuransi dan lainnya sehubungan dengan fasilitas kredit dibebankan kepada debitur dan dibayar sekaligus saat reaalisasi.
4.1.8 Penarikan Kredit
a. Bagi KUR dengan system bunga flat, penarikan kredit dilakukan sekaligus.
b. Bagi KUR dengan sistem suku bunga sliding harian, penarikan kredit dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap sesuai kebutuhan sampai batas maksimal plafond yang disetujui.
4.1.9 Angsuran Kredit
a. Untuk kredit dengan system bunga flat :
1) Pokok dan bunga dibayar setiap bulan dengan jumlah tetap setiap bulannya.
b.Untuk kredit dengan system bunga sliding harian :
1) Bunga:
a) Bunga dibayar setiap bulan
b) Dikecualikan dari huruf a) diatas, maka khusus KUR kepada usaha ternak sapi dengan pola “nenas” (saat panen lunas), pembayaran bunga dapat dilakukan sekaligus pada saat panen.
2) Angsuran pokok, dapat dipilih dari salah satu periode berikut :
a) Bulanan
b) Dua bulanan
c) Triwulan
d) Empat bulanan
e) Semester
f) Tahunan
g) Dikecualikan dari huruf a) sampai dengan f) diatas, maka khusus untuk KUR kepada usaha ternak sapi dengan pola “nenas” (saat panen lunas), pembayaran pokok dapat dilakukan sekaligus pada saat panen.
h) Pemilihan pola angsuran pokok dari salah satu pilihan diatas, disesuaikan dengan jenis, sifat, siklus usaha yang dibiayai dan kemampuan membayar debitur.
d. Jadwal angsuran kredit/pembiayaan dibuatkan dalam bentuk daftar atau tabel angsuran kredit/pembiayaan dan merupakan dokumen yang tidak terpisah dari Perjanjian Kredit/Pembiayaan.
e. Untuk kelancaran pembayaran kewajiban secara tepat waktu, maka debitur dapat melakukan cicilan secara teratur baik secara harian maupun mingguan ke rekening tabungan debitur untuk kemudian akan dibebankan pada saat jatuh tempo pembayaran angsuran. Pemungutan dan penyetoraan dapat dilakukan melalui Petugas Khusus KUR, pemungutan oleh analis/petugas kredit Bank atau debitur menyetorkan langsung ke Kantor Cabang/Cabang Pembantu/Kantor Kas terdekat.
4.1.10 Pelunasan Kredit/Pembiayaan
a. Kredit dengan system bunga flat :
1) Pokok dibayar sebesar baki debet saat pelunasan.
2) Bunga pelunasan dibebankan sebesar jumlah kewajiban bunga saat pelunasan tersebut dilakukan.
b. Kredit dengan system bunga sliding :
1) Pokok dibayar sebesar baki debet saat pelunasan.
2) Bunga pelunasan dihitung secara haarian dari tanggal terakhir pembayaran bunga sampai dengan tanggal saat pelunasan.
c. Pelunasan kredit untuk pembiayaan syariah mempedomani ketentuan yang berlaku pada usaha syariah.
4.1.11 Kompensasi atau Pinalti Bunga atas Pelunasan Kredit Sebelum Jatuh
Tempo
b. Besarnya kompensasi atau pinalti bunga atas pelunasan kredit sebelum jatuh tempo, ditetapkan dengan Surat Direksi tersendiri.
c. Untuk KUR dengan pola pembiayaan syariah dapat diberikan discount dengan formula perhitungan yang ditetapkan.
4.1.12 Jaminan dan Agunan
a. Jaminan :
Jaminan kredit ini keyakinan Bank atas kesanggupan debitur untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan setelah melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan membayar dan prospek debitur.
b. Agunan
1) Untuk kredit investasi, maka barang modal atau objek pembiayaan yang dapat diterima sebagai agunan (insurable) tersebut dilakukan taksasi dan diberikan nilai likuidasi serta dilakukan pengikatan dengan nilai sebesar harga pasar.
2) Untuk KUR Mikro atau KUR dengan plafond sampai dengan Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), dapat diberikan tanpa agunan.
3) Bagi debitur yang menyerahkan gaji/penghasilan/pensiunanya atau gaji/penghasilan/pensiunan istri/suami debitur yang berprofesi sebagai Pegawai/Pensiunan PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD sebagai sumber pembayaran kredit. ,maka KUR dapat diberikan tanpa agunan sepanjang terpenuhi seluruh criteria sebagai berikut :
b) Gaji/penghasilan/pensiunan tersebut dibayarkan melalui Bank.
c) Menyerahkan Surat Kuasa Memotong penghasilan tersebut.
4) Untuk KUR Ritel atau KUR Linkage dengan plafond diatas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dampai dengan Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah), debitur wajib menyerahkan harta/benda yang memenuhi syarat diterima sebagai agunan sesuai ketentuan agunan yang berlaku, dengan nilai likuidasi minimal 30% (tiga puluh persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
5) Untuk KUR Ritel atau KUR Linkage dengan plafond diatas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah), debitur wajib menyerahkan harta/benda yang memenuhi syarat diterima sebagai agunan sesuai ketentuan agunan yang berlaku, dengan nilai likuidasi minimal 40% (empat puluh persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
6) Untuk KUR Ritel atau KUR Linkage dengan plafond diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,-(dua ratus lima puluh juta rupiah), ketentuan agunannya adalah sebagai berikut :
a) Untuk Linkage secara executing dengan BPR/BPRS, maka agunan adalah berupa surat sanggup (aksep/promes) dengan jumlah senilai kredit/pembiayaan.
b) Untuk Linkage secara executing dengan Lembaga Keuangan Non Bank dan Koperasi, agunannya dapat berupa surat sanggup (aksep/promes) dengan jumlah senilai kredit/pembiayaan dan persetujuan kredit/pembiayaan diberikan oleh 2 (dua) anggota Direksi.
memenuhi syarat diterima sebagai agunan sesuai ketentuan agunan yang berlaku, dengan nilai likuidasi minimal 50.00% (lima puluh persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
7) Untuk KUR Ritel atau KUR Linkage dengan plafond diatas Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) samapai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), ketentuan agunannya adalah sebagai berikut :
a) Untuk linkage secara executing dengan BPR/BPRS, maka agunan adalah berupa surat sanggup (aksep/promes) dengan jumlah senilai kredit/pembiayaan.
b) Untuk linkage secara executing dengan Lembaga Keuangan Non Bank dan Koperasi, agunanya dapat berupa surat sanggup (aksep/promes) dengan jumlah senilai kredit/pembiayaan dan persetujuan kredit/pembiayaan diberikan oleh 2 (dua) anggota Direksi.
c) Untuk KUR Ritel dan KUR kepada lembaga linkage selain huruf a) dan b) diatas, debitur wajib menyerahkan harta/benda yang memenuhi syarat diterima sebagai agunan sesuai ketentuan agunan yang berlaku, dengan nilai likuidasi minimal 60,00% (enam puluh persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
8) Untuk KUR Linkage pola executing dengan plafond diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah), ketentuan agunannya sebagai berikut :
b) Untuk linkage secara executing dengan Lembaga Keuangan Non Bank dan Koperasi, agunannya dapat berupa surat sanggup (aksep/promes) dengan jumlah senilai kredit/pembiayaan dan persetujuan kredit/pembiayaan diberikan oleh 2 (dua) anggota Direksi.
c) Untuk lembaga linkage selain huruf a) dan b) diatas, debitur wajib menyerahkan harta/benda yang memenuhi syarat diterima sebagai agunan sesuai ketentuan agunan yang berlaku, dengan nilai likuidasi minimal 75,00% (tujuh puluh lima persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
c. Untuk KUR Linkage dengan pola chanelling, maka ketentuan agunan yang diberlakukan kepada end user (debiturnya Lembaga Linkage) adalah :
1) Untuk KUR Mikro atau KUR dengan plafond sampai dengan Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), dapat diberikan tanpa agunan.
2) Untuk KUR dengan plafond diatas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), dapat diberikan tanpa agunan.
3) Untuk KUR dengan plafond diatas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah), end user harus menyerahkan agunan minimal 40,00% (empat puluh persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
4) Untuk KUR dengan plafond diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah), end user harus menyerahkan agunan minimal 50,00% (lima puluh persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
rupiah), end user harus menyerahkan agunan minimal 60,00% (enam puluh persen) dari plafond kredit/pembiayaan.
d. Untuk KUR Linkage dengan pola executing, maka ketentuan agunan yang diberlakukan kepada end user (debiturnya Lembaga Linkage) adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada lembaga linkage tersebut sepanjang tidak melanggar ketentuan KUR yang berlaku sebagaimana diatur oleh pemerintah.
e. Status kepemilikan, tata cara dan mekanisme penilaian serta pengikatan agunan mempedomani ketentuan agunan yang berlaku.
4.1.13 Asuransi
a. Agunan yang dapat diasuransikan atau insurable ditutup pertanggungannya kepada perusahaan asuransi dengan syarat banker’s clause.
b. Premi asuransi atas beban debitur.
c. Untuk KUR Linkage dengan pola executing, maka ketentuan asuransi yang diberlakukan kepada end user (debiturnya Lembaga Linkage) adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada lembaga linkage tersebut sepanjang tidak melanggar ketentuan KUR yang berlaku sebagaimana diatur oleh pemerintah.
4.1.14 Hak dan Kewajiban Debitur
a. Hak Debitur :
1) Debitur berhak memperoleh catatan pembayaran yang berisi catatan baki debet kredit/pembiayaannya.
berhak mengajukan klaim kepada Bank disertai bukti-bukti pembayaran yang sah.
3) Debitur berhak meminta/memperoleh kembali seluruh dokumen pokok yang disimpan Bank sebagai agunan apabila kredit/pembiayaan telah dinyatakan lunas oleh Bank.
b. Kewajiban Debitur :
1) Kredit/pembiayaan yang diberikan Bank kepada debitur harus dipergunakan untuk dan atas keperluan usaha atau objek yang dibiayai dengan kredit/pembiayaan.
2) Debitur wajib mematuhi sepenuhnya Perjanjian Kredit/Pembiayaan dan Ketentuan Umum Pemberian Kredit (KUPK) Bank yang berlaku.
4.2 Prosedur Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada PT. Bank Nagari
Setelah permohonan kredit/pembiayaan diterima oleh Account Officer (AO) yang ditunjuk, kegiatannya adalah melakukan analisis atau identifikasi permohonan tersebut dengan cara :
4.2.1 Permohonan
1. Berkas permohonan sekurang-kurangnya terdiri dari Surat Permohonan dan dokumen persyaratan permohonan kredit/pembiayaan.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap pelaksana kredit/pembiayaan dalam hal menerima suatu permohonan kredit adalah :
b. Penerimaan permohonan dicatat pada buku registrasi dan diberikan nomor register, serta didisposisi oleh Pejabat Bank berwenang untuk tindak lanjut atas surat permohonan tersebut.
c. Hal-hal lainnya agar mempedomani Pedoman Pelaksanaan Kredit (PPK) tentang Proses Persetujuan Kredit dan Dokumentasi dan Administrasi Kredit pedoman pembiayaan syariah.
4.2.2 Identifikasi
Identifikasi permohonan kredit/pembiayaan dilakukan dengan mempedomani Pedoman Pelaksanaan Kredit (PPK) tentang Proses Persetujuan Kredit atau pedoman pembiayaan syariah.
4.2.3 Analisis Kelayakan Kredit/Pembiayaan
Analisis kelayakan kredit/pembiayaan untuk KUR menggunakan formulir penilaian sebagaimana lampiran Peraturan Pelaksanaan. Apabila diperlukan sektor kredit/pembiayaan tertentu, maka dapat dibuatkan formulir penilaian khusus dalam petunjuk teknis dan/atau surat yang terpisah dari peraturan pelaksanaan ini. Analisis kredit dapat menambahkan informasi dalam formulir tersebut apabila terdapat beberapa data lain yang perlu ditambahkan.
Analisi kelayakan kredit/pembiayaan secara executing kepada BPR/BPRS, maka analisis kelayakannya dilakukan sebagaimana lazim dilakukan pada pemberian skim Kredit kepada BPR (KK-BPR).
4.2.4 Pemeringkatan Kredit
Berdasarkan analisi kredit/pembiayaan, maka dilakukan pemeringkatan kredit dengan mempedomani Keputusan Direksi tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen Resiko Kredit. Dalam proses pemeringkatan kredit/pembiayaan termasuk pengoperasiaanya dalam aplikasi rating system adalah unit kerja Kantor Cabang/ Cabang Pembantu terkait yang mempunyai tugas untuk itu. Kemudian Pejabat Pemutus Kredit wajib mempertimbangkan hasil pemeringkatan kredit dalam membuat Keputusan Kredit.
4.2.5 Wewenang dan Keputusan Kredit/Pembiayaan
1. Wewenang keputusan kredit/pembiayaan mengacu kepada ketentuan yang berlaku sesuai dengan tingkat kewenangan yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi.
2. Keputusan kredit/pembiayaan oleh Pejabat Pemutus Kredit/Pembiayaan adalah berupa keputusan DISETUJUI atau DITOLAK.
3. Keputusan kredit/pembiayaan yang disetujui diberitahukan/disampaikan melalui Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPKK) atau Surat Pemberitahuan Persetujuan Pembiayan (SPPP) yang ditandatangani oleh pejabat kredit.
4. Keputusan kredit/pembiayaan yang ditolak disampaikan kepada debitur secara tertulis dengan memberikan alasan yang jelas dan bijaksana.
4.2.6 Perjanjian Kredit atau Akad Pembiayaan
SPKK atau SPPP bermeterai cukup dan telah diserahkan kembali kepada Bank.
2. Dalam hal tertentu menurut pertimbangan Bank seperti nominal kredit yang relative besar dan/atau permasalahan hukum yang relatif kompleks, maka perjanjian kredit atau akad pembiayaan dapat dilakukan secara Notarial Akta.
3. Dokumen perjanjian kredit atau akad pembiayaan minimal dibuat 2 (dua) rangkap :
a. Rangkap pertama untuk Bank.
b. Rangkap kedua untuk debitur dan diserahkan dengan memakai tanda terima.
4.2.7 Realisasi Kredit/Pembiayaan
1. Realisasi kredit/pembiayaan dilakukan setelah debitur menandatangani Surat SPKK atau SPPP diatas materai, menandatangani perjanjian kredit atau akad pembiayaan berikut turutannya, melengkapi dokumen yang dipersyaratkan dan membayar biaya-biaya sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Realisasi kredit/pembiayaan dilakukan dengan cara pemindahbukuan ke rekening debitur dengan menggunakan warkat atau bukti cetakan transaksi dari computer.
3. Terhadap kredit/pembiayaan yang memerlukan penarikan secara bertahap, maka penarikan kredit/pembiayaan diajukan oleh debitur secara tertulis sesuai kebutuhan dan disetujui oleh Bank.
a. Apabila KUR Linkage diberikan dengan pola chanelling, maka realisasi kredit/pembiayaan kepada end user dilakukan dengan mempedomani pengaturan pada angka 1 sampai angka 3 diatas.
b. Apabila KUR Linkage diberikan dengan pola executing, maka untuk setiap penarikan kredit /pembiayaan, Lembaga Linkage harus menyerahkan daftar nominatif end user yang telah disetujui kredit/pembiayaannya oleh lembaga linkage tersebut.
4.2.8 Pembukuan
Proses Pembukuan bertujuan untuk mencatat semua data-data nasabah.
4.3 Pengawasan dan Pembinaan Kredit pada PT. Bank Nagari.
Setelah kredit diberikan kepada nasabah PT. Bank Nagari melakukan kegiatan pengawasan dan pembinaan supaya kredit yang diberikan memberikan hasil yang positif dan tidak menimbulkan resiko pada Bank.
4.3.1 Pengawasan
Suatu pemberian kredit akan dianggap sukses apabila debitur yang bersangkutan dapat melunasi pinjaman berikut bunga tepat pada waktu yang telah disetujui, dengan tidak mengganggu ketersambungan dan perkembangan usahanya agar setiap perkembangan kredit sesuai dengan rencana, maka sangat diperlukan alat – alat atau fungsi manajemen yang lengkap yaitu pengawasan dibidang perkreditan sehingga setiap pemberian kredit betul – betul terarah dan dapat mencapai tujuannya tanpa menimbulkan resiko bagi bank.