• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Konstitusi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Konstitusi."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DITERBITKAN OLEH :

MAH KAMAH KON S TITU S I REP U B LIK IN D ON ES IA

J l. Medan Merdeka Barat No. 6 J akarta Pusat Telp. (0 21) 2352 90 0 0

Fax. (0 21) 3520 177 PO BOX 999 J akarta 10 0 0 0 Me m b a n gu n ko n s titu s io n a lita s In d o n e s ia

Me m b a n gu n b u d a ya s a d a r b e rko n s titu s i

Volume I Nomor 1 November 2009

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara pengawal konstitusi dan penafsir konstitusi demi tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi untuk kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat. Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu wujud gagasan modern dalam upaya memperkuat usaha membangun hubungan-hubungan yang saling mengendalikan dan menyeimbangkan antar cabang-cabang kekuasaan negara.

JURNAL KONSTITUSI

(2)

Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak mewakili pendapat resmi MK & Pengelola Jurnal

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

Mitra Bestari:

Prof. Dr. Satya Arinanto, S.H., M.H. (UI ) Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, S.H., M.H. (Unpar)

Dr. Efi k Yusdiansyah, S.H., M.H. (Unisba)

Penanggung Jaw ab:

Dekan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran

Redaktur:

Ali Abdurrahman, S.H., M.H.

Editor:

Hernadi Affandi, S.H., L.LM. Lailani Sungkar, S.H.

Redaktur Pelaksana:

I nna Junaenah, S.H.

Sekretaris Redaksi:

Bilal Dewansyah, S.H.

Diterbitkan oleh:

Mahkamah Konstitusi Republik I ndonesia

Website: http: / / www.mahkamahkonstitusi.go.id

KONSTITUSI

(3)

Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak mewakili pendapat resmi MK & Pengelola Jurnal JURNAL KONSTITUSI

Vol. I, No. 1, November 2009

PSKN-FH UNIVERSITAS PADJAJARAN

Pengantar Redaksi ... 5

Reformasi Sistem Perwakilan Indonesia

Susi Dwi Harijanti ... 9

Kaji Ulang Tolok Ukur Penetapan Daerah Pemilihan Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah

H. Rosjidi Ranggawidjaja ... 27

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi Sebagai Upaya Hukum Terakhir dalam Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum

Rahayu Prasetianingsih ... 37

Kedudukan Komisi Independen Sebagai State Auxiliary Institutions dan Relevansinya dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia

Miranda Risang Ayu ... 53

Disparitas Suatu Peraturan Daerah Dinyatakan Batal dan Tidak Mempunyai Kekuatan Hukum dengan Dapat Dibatalkan dan Batal Demi Hukum

H. Kuntana Magnar ... 73

Implikasi Hukum dari Eksistensi Peraturan Menteri Terhadap Peraturan Daerah dalam Pemberlakuan Prinsip Hierarki Peraturan Perundang-Undangan

Agus Kusnadi ... 81

Biodata Penulis ... 97

Ketentuan Penulisan Jurnal Konstitusi ... 99

(4)
(5)

P EN GAN TAR RED AKS I

Agen da Pem ilihan Um um un tuk m en em patkan wakil-wakil rakyat baik di tin gkat pusat m aupun di daerah cukup m en arik perhatian un tuk dian gkat beberapa diskusi baik yan g berkaitan lan gasun g m aupun tidak. Setidakn ya pem bahasan tersebut ditem ukan dalam tiga tulisan pertam a yan g dim uat dalam J urn al Kon stitusi edisi perdan a in i.

Tulisan pertam a dari Susi Dwi H arijan ti m en gawali seran gkaian tulisan dalam J urn al in i den gan judul ”Reform asi Sistem Perwakilan In don esia”. Dalam tulisan in i, Susi Dwi H arijan ti berkesim pulan bahwa sistem perwakilan In don esia dalam UUD 1945 setelah perubahan tidak m en gan ut sistem perwakilan un ikam eral dan bikam eral, sehin gga m en im bulkan m asalah baik secara n orm atif m aupun praktik.

Men yam bun g tulisan pertam a, Rosjidi Ran ggawidjaja m en geten gahkan tulisan berjudul ten tan g ”Kaji Ulan g Tolok Ukur Pen etapan Daerah Pem ilihan Calon An ggota Dewan Perwakilan Daerah”. Di dalam n ya terdapat pen yam paian bahwa perlu dilakukan revisi terhadap keten tuan dalam un dan g-un dan g susun an dan kedudukan MPR,DPR, DPD, dan DPRD serta un dan g-un dan g ten tan g pem ilihan um um , khususn ya m en gen ai kriteria daerah pem ilihan .

(6)

oleh para peserta pem ilu. Proses peradilan tersebut harus dapat m en yelesaikan pem eriksaan dan m em berikan putusan PH PU dalam waktu sesin gkat-sin gkatn ya karen a m en yan gkut agen da ketatan egaraan .

Warn a pem bahasan yan g sedikit berbeda dari tulisan -tulisan sebelum n ya disam paikan oleh Miran da Risan g Ayu den gan judul “Pertum buhan Kom isi In depen den Sebagai State Auxiliary In stitution s Dalam Struktur Ketatan egaraan In don esia: Eksisten si Dan Relevan sin ya”. Salah satu yan g cukup m en arik dari tulisan in i adalah bahwa State auxiliary in stitution s yan g tidak m em iliki ketegasan in depen den si m en jadi tidak m em iliki posisi jelas dalam struktur ketatan egaraan In don esia. H al in i m em buat pertum buhan State auxiliary in stitution s di In don esia saat in i m en jadi tidak relevan den gan kedudukan n ya dalam struktur ketatan egaraan .

Tulisan berjudul ”Disparitas Suatu Peraturan Daerah Din yatakan Batal Dan Tidak Mem pun yai Kekuatan H ukum Den gan Dapat Dibatalkan Dan Batal Dem i H ukum ” yan g ditulis oleh Kun tan a Magn ar m en guraikan kekisruhan pen ggun aan kon sep dalam pem batalan peraturan daerag. Kun tan a Magn ar m en yaran kan sebaikn ya dalam Un dan g-Un dan g Pem erin tahan Daerah, terhadap “pem batalan ” oleh Mahkam ah Agun g (m elalui pen gujian ), diadakan keten tuan terdapat dua kem un gkin an sifat putusan , yaitu “dapat dibatalkan ” dan “batal dem i hukum ”.

(7)

Dem ikian ulasan sin gkat m en gen ai m uatan J urn al in i, sem oga sem akin m em perkaya khasan ah perkem ban gan keilm uan terkait den gan kajian -kajian kon stitusi.

(8)
(9)

REFORMAS I S IS TEM PERW AKILAN

IN D ON ES IA

1

S u s i D w i H a rija n ti2

A b s t r a c t

After the am en dm en ts of In don esia’s Con stitution of 1945, com plication problem in In don esia’s represen tativ e sy stem has occurred. This paper aim to show that the represen tation sy stem in In don esia after the Am en dm en ts of Con stitution of 1945 does n ot adopt un icam eral or bicam eral sy stem . In the n orm ativ e sen se, the presen t represen tativ e sy stem has put DPD on ly as a com plem en t to DPR , both in the fun ction s of legislation m akin g an d con trollin g. Although the DPD has m ore legitim acy than DPR because the DPD election process requirem en ts are heav ier than DPR , the fun ction s of DPD con sider n ot bein g equal to the legitim acy that they hav e. In practical sen se, all the legislation s w ere suggested by DPD an d the result of con trol fun ction of DPD are on ly used as recom m en dation by the DPR , an d it w as n o follow up. This paper offered a stron g bicam eral sy stem (sy m m etrical-in con gruen t) as an altern ativ e m odel for In don esia’s represen tativ e sy stem . W ith this m odel, M PR position ed as represen tativ e body , w hich con sists of tw o cham bers. The fi rst cham ber is DPR an d secon d cham ber is DPD. Both hav e equal (sy m m etrical) pow ers in legislation m akin g an d con trollin g. The reason is because; presen ts

1 Pen ulis m en gucapkan terim a kasih kepada Sdr. Bilal Dewan syah, S.H ., yan g telah m em ban tu m em persiapkan tulisan in i.

(10)

election process of DPR an d DPD m em bers hav e refl ected stron g bicam eral sy stem . The in dication for this is that both DPR an d DPD hav e its ow n election process, w hich is differen t from on e to an other (in con gruen t). The con sequen ces for choosin g stron g bicam eral sy stem are: all the pow ers of represen tativ e body are tran sferred to M PR ; an d to execute equal pow ers sharin g effectiv ely betw een DPD an d DPR , the m em bership of DPR m ust refl ect the existen ce political pattern s. This can be on ly happen if the election sy stem applied district sy stem an d dual party sy stem .

Key w ords: Con stitution of 1945, represen tation , reform .

A. Pendahuluan

Perdebatan sistem ketatan egaraan In don esia m asih m an jadi isu yan g han gat hin gga saat. Perubahan UUD 1945 yan g dilakukan sepan jan g tahun 1999 – 20 0 2 m en yisakan sejum lah persoalan terkait perubahan dan pen am bahan pasal-pasal dalam UUD 1945 hasil perubahan .

Salah satu m asalah yan g hin gga kin i m en cuat kem bali adalah persoalan sistem perwakilan . Kehadiran DPD m en gubah sistem perwakilan yan g dian ut In don esia yan g dahulu han ya terdiri dari Majelis Perm usyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Saat in i, elem en sistem perwakilan In don esia terdiri dari MPR, DPR dan DPD.

(11)

UUD, m en gadakan sidan g un tuk m em utuskan pen dapat DPR dalam pem berhen tian Presiden dan / atau Wakil Presiden dalam m asa jabatan , atau m em ilih Wakil Presiden dalam hal terjadi kekoson gan jabatan . Selebihn ya, fun gsi MPR han ya m en jalan kan tugas-tugas serem on ial seperti m elan tik Presiden dan / atau Wakil Presiden .

Berbagai kritik terhadap sistem perwakilan In don esia m em un culkan gagasan un tuk m elakukan perubahan UUD 1945 un tuk yan g kelim a kali. Pihak yan g gen car un tuk m en gusulkan perubahan sistem perwakilan In don esia adalah DPD. Pada tahun 20 0 7 yan g lalu, para an ggota DPD m en gusulkan perubahan

UUD 1945 kepada MPR3, walaupun pada akhirn ya usul tersebut

tidak dapat ditin daklan juti karen a tidak m em en uhi syarat yan g

diten tukan dalam UUD 1945.4

Gagasan un tuk m en yem purn akan sistem perwakilan khususn ya dan sistem ketatan egaraan In don esia pada um um n ya, m asih bergulir setelah usulan perubahan UUD 1945 oleh DPD tidak dapat diteruskan . Kelom pok DPD di MPR RI m en coba un tuk m en gusulkan percepatan pem ben tukan sebuah kom isi yan g kuran g lebih serupa den gan Kom isi Kon stitusi (KK) yan g

diben tuk pada tahun 20 0 35. Tulisan in i m en gkaji altern atif

m odel sistem perwakilan yan g m un gkin diterapkan di In don esia, term asuk segala kon sekuen si yan g akan m un cul dari m odel altern atif tersebut.

3 Men urut Ketua DPD, Gin an jar Kartasasm ita, alasan pem berdayaan DPD m elalui Am an dem en UUD 1945 adalah “un tuk m em perkuat dem okrasi di In don esia, serta un tuk lebih m em perkokoh pen yelen ggaraan oton om i daerah. Gin an jar Kartasasm ita, “Kedudukan , Fun gsi dan Peran DPD Dalam Perspektif Ketetan egaran In don esia”, m akalah disam paikan pada Focus Group Disussion (FGD) den gan tem a “Peran DPD Dalam Sistem Ketetan egaraan In don esia”, (Ban dun g: Un iversitas Padjadjaran , 6 Agustus, 20 0 7), hlm . 22.

(12)

B. Pembahasan

1. S is te m P e rw a kila n B e rd a s a rka n U U D 19 4 5 P e ru b a h a n

Men dahului perubahan UUD 1945 yan g dilakukan oleh MPR, sejum lah ahli H ukum Tata Negara telah m em aparkan sejum lah ide kon septual m en gen ai perubahan UUD 1945. Salah satu pem ikiran dihasilkan oleh sebuah pan el yan g diben tuk berdasarkan Keputusan Presiden H abibie di bawah koordin asi

J im ly Asshidiqie.6 Dalam berbagai kesem patan , Bagir Man an

juga m en gem ukakan gagasan n ya m en gen ai perubahan UUD, term asuk kon sep sistem perwakilan yan g m en urutn ya adalah

sistem perwakilan dua kam ar.7 Beberapa pertim ban gan

pen erapan sistem dua kam ar adalah sebagai berikut:8 terciptan ya

m ekan ism e checks an d balan ces an tara kam ar-kam ar dalam satu badan perwakilan , pen yederhan aan sistem badan perwakilan karen a pen ghapusan utusan golon gan , wakil daerah m en jadi bagian dari pelaksan aan fun gsi parlem en sehin gga kepen tin gan daerah dapat terin tegrasi dan dapat dilaksan akan sehari-hari dalam kegiatan parlem en , m en ciptakan produktivitas karen a tugas dan wewen an g dapat dilakukan setiap un sur. Den gan dem ikian dari aspek akadem is terlihat bahwa reform asi sistem perwakilan ditujukan ke arah bicam eral sy stem .

Dalam tataran real politic, ide bikam eral tidak terwujud. H al in i dapat dibaca dari risalah rapat-rapat yan g diadakan oleh MPR. Dari pem bicaraan yan g dikutip, an ggota-an ggota MPR m en ghen daki pem baharuan sistem perwakilan m elalui perubahan susun an MPR. Nam un dem ikian , dari perdebatan yan g dilakukan tam pak beberapa hal, yakn i pertam a, para an ggota terkesan m em baurkan kon sep bicam eral sy stem den gan pem ben tukan badan perwakilan tam bahan . Kedua, tidak m en ghen daki bicam eral sy stem . Ketiga, an ggota-an ggota MPR kuran g m em aham i m akn a sistem bikam eral. H al in i terlihat dari

6 Bagir Man an , DPR , DPD dan M PR dalam UUD 1945 Baru, (Yogyakarta: FH -UII Press, 20 0 3), hlm ix

7 Bagir Man an , Teori dan Politik Kon stitusi, (Yogyakarta: FH -UII Press, 20 0 3), hlm . 57.

(13)

beberapa pem bicaraan yan g terjadi dalam rapat dalam Rapat

BP MPR.9 H asiln ya, beberapa usulan yan g berkem ban g di MPR

sam a sekali tidak m en cerm in kan gagasan sistem bikam eral.10

Den gan dem ikian , sistem perwakilan yan g dian ut oleh In don esia m akin tidak jelas karen a secara teori tidak dapat dikategorikan sebagai un ikam eral m aupun bikam eral, m elain kan terdapat tiga badan perwakilan yan g juga tidak dapat disebut sebagai sistem perwakilan tiga kam ar.

Dalam UUD 1945, kekuasaan pem ben tukan UU secara

n orm atif m erupakan kekuasaan DPR dan Presiden .11 Sem en tara

itu, DPD diberikan kewen an gan dapat m en gajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat ran can gan un dan g-un dan g yan g

berkaitan den gan daerah.12 Kewen an gan DPD lain n ya adalah

ikut m em bahas ran can gan un dan g-un dan g yan g berkaitan den gan daerah serta m em berikan pertim ban gan kepada DPR atas ran can gan un dan g-un dan g an ggaran pen dapatan dan belan ja n egara dan ran can gan un dan g-un dan g yan g berkaitan

den gan pajak, pen didikan , dan agam a.13 Fun gsi pen gawasan

DPD berdasarkan Pasal 22 D ayat (3) UUD 1945 perubahan

9 Misaln ya, pada tan ggal 6 Oktober 1999, FPDKB m elalui juru bicaran ya, yakn i Gregorius Seto H arian to, berpen dapat MPR terdiri dari DPR dan ditam bah utusan daerah sem en tara Utusan Golon gan dihapuskan . Nam un dem ikian , pada kesem patan lain MPR terdiri atas an ggota-an ggota DPR dan Dewan Utusan Daerah yan g dipilih m elalui pem ilihan um um dan diatur den gan un dan g-un dan g. Sebalikn ya, terdapat pula an ggota MPR yan g m em akn ai bikam eral secara tepat. Misaln ya, pen dapat dari F-PBB yan g dijelaskan oleh H am dan Zoelva pada tan ggal 8 Oktober 1999 yan g berpen dapat bahwa Majelis itu (MPR) ada dua, satu Dewan Perwakilan Rakyat, yan g kedua Dewan Daerah. Lihat Mahkam ah Kon stitusi Republik In don esia, N askah Kom prehen sif Perubahan Un dang-Un dang Dasar N egara R epublik Indonesia Tahun 1945 Buku III Lem baga Perm usy aw aratan dan Perw akilan Jilid 1, (J akarta: Sekretariat J en deral dan Kepan iteraan Mahkam ah Kon stitusi, 20 0 8 ), hlm . 53, 67.

10 Terdapat dua rum usan yan g dihasikan :pertam a, MPR terdiri atas an ggota DPR dan an ggota DPD yan g dipilih m elalui pem ilihan um um , ditam bah den gan Utusan Golon gan yan g diatur m en urut keten tuan un dan g-un dan g; kedua, MPR terdiri atas an ggota DPR dan an ggota DPD yan g dipilih m elalui pem ilihan um um dan diatur lebih lan jut den gan un dan g-un dan g. Ibid, hlm . 326.

11 Lihat Pasal 5 ayat (1) , Pasal 20 UUD 1945 perubahan . 12 Pasal 22 D ayat (1) UUD 1945 Perubahan

(14)

juga bersifat terbatas dan hasiln ya diserahkan sepen uhn ya

kepada DPR.14 H al in i m en un jukkan bahwa kewen an gan DPD

un tuk m elakukan pen gawasan tidak bersifat m an diri. Fun gsi pen gawasan yan g tidak m an diri tersebut juga diperkuat den gan

tidak dican tum kan n ya hak-hak DPD dalam UUD 1945.15 H al-hal

tersebut m en cerm in kan bahwa DPD tidak m em iliki kewen an gan m an diri, m elain kan san gat bergan tun g pada DPR sebagai salah

satu pem egan g kekuasaan pem ben tuk UU16 dan san gat kon tras

den gan cara pem ilihan DPD den gan sistem distrik yan g syaratn ya lebih berat dari pada DPR den gan sistem proporsion al.17

Secara praktek, pelaksan aan fun gsi-fun gsi DPD tidak berjalan secara efektif. Misaln ya pada tahun 20 0 5, DPD m em buat 24 keputusan un tuk disam paikan kepada DPR yan g jum lahn ya m en in gkat m en jadi 44 keputusan pada tahun 20 0 6.18 Keputusan

itu terdiri dari atas usul ran can gan UU yan g berasal dari DPD, serta pertim ban gan DPD yan g berkaitan den gan an ggaran , m isaln ya RUU Kepelabuhan , dan RUU Pem erin tahan Daerah Khusus Ibu Kota J akarta yan g keduan ya m erupakan Program Legislasi Nasion al (Prolegn as).19 Dem ikian juga haln ya den gan

14 Pasal 22 D ayat (3) UUD 1945 perubahan m en gatakan bahwa DPD dapat m elakukan pen gawasan atas pelaksan aan un dan g-un dan g m en gen ai: oton om i daerah, pem ben tukan , pem ekaran dan pen ggabun gan daerah, hubun gan pusat dan daerah pen gelolaan sum ber daya alam dan sum ber daya ekon om i lain n ya, pelaksan aan an ggaran pen dapatan dan belan ja n egara, pajak, pen didikan , dan agam a serta m en yam paikan hasil pen gawasan n ya itu kepada DPR sebagai bahan pertim ban gan un tuk ditin daklan juti.

15 H al in i berbeda den gan DPR yan g Dalam m elaksan akan fun gsin ya, selain hak yan g diatur dalam pasal-pasal lain Un dan g-Un dan g Dasar in i, Dewan Perwakilan Rakyat m em pun yai hak in terpelasi, hak an gket, dan hak m en yatakan pen dapat (Pasal 20 A UUD 1945 perubahan ).

16 Men urut Bagir Man an , hal in i m en un jukkan bahwa DPD bukan badan legislatif pen uh. Bagir Man an , DPR , DPD…,op.cit, hlm . 62.

17 Den gan sistem distrik berwakil ban yak, setiap calon an ggota DPD m in im al harus m en duduki perin gkat em pat besar dalam keten tuan UU No. 12 Tahun 20 0 3 ten tan g Pem ilu yan g kem udian digan tikan den gan UU No. 10 Tahun 20 0 8 . Sem en tara itu, pem ilihan an ggota DPR berdasarkan peraturan perun dan g-un dan gan yan g sam a, diten tukan didasarkan pada bilan gan pem bagi, juga dapat diten tukan berdasarkan sisa suara.

(15)

kegiatan pen gawasan terhadap pelaksan aan UU yan g dikerjakan

oleh DPD.20 Persoalaan n ya, tidak ada kejelasan atas produk yan g

telah dihasilkan oleh DPD setelah disam paikan kepada DPR.

2 . Alte rn a tif S is te m P e rw a kila n In d o n e s ia d a n Ko n s e ku e n s in ya

Secara um um terdapat dua m odel sistem perwakilan yan g berkem ban g dalam praktek bern egara, yaitu sistem satu m ajelis

(kam ar) dan sistem dua m ajelis (kam ar)21. Sistem satu kam ar

biasa juga disebut sebagai un icam eral legislature dan sistem

dua kam ar disebut juga bicam eral legislature22. Dalam sistem

perwakilan satu kam ar (un icam eral), m en gutip pen dapat Aren d Lijphart, bahwa “legislativ e pow er should be con cen trated in a

sin gle house or cham ber23”. Sem en tara itu, sistem perwakilan

dua kam ar m en un jukkan bahwa dalam satu badan perwakilan terdiri dari dua un sur yan g sam a-sam a m en jalan kan segala

wewen an g badan perwakilan .24

Pen erapan kedua m odel sistem perwakilan di atas di berbagai n egara tidak sepen uhn ya dian ut secara m urn i. Terdapat berbagai variasi pen erapan kedua m odel tersebut, bergan tun g pada sejarah atau kebutuhan tiap n egara yan g khas. Misaln ya, sem ua n egara federal m en erapkan sistem bikam eral, di m an a kam ar kedua Parlem en digun akan un tuk m ewadahi perwakilan

n egara bagian , kecuali n egara Com oros.25 Negara kesatuan lebih

m em iliki kebebasan un tuk m em ilih m odel sistem perwakilan , baik bikam eral m aupun un ikam eral. Nam un dem ikian , tidak sedikit n egara kesatuan yan g m en gan ut sistem bikam eral den gan berbagai variasi, m isaln ya, In ggris.26

20 Ibid, hlm . 10 .

21 Bagir Man an , DPR , DPD...,op.cit, hlm . 18 0 .

22 Lihat Lijphart, Arend, Pattern of Dem ocracy : Governm ent Form s and Perform ance in Thirty -Six Countries, (New Heaven and London: Yale University Press, 1999), hlm . 18 . 23 Ibid.

24 Bagir Man an , DPR …,op.cit, hlm . 4.

25 Ren i Dwi Pun om owati, Im plem en tasi Sistem Bikam eral dalam Parlem en In don esia, (J akarta: Raja Grafi n do Persada, 20 0 5), hlm . 35.

(16)

Dalam kon teks reform asi sistem perwakilan In don esia, jika sistem un ikam eral yan g dipilih den gan DPR atau MPR sebagai satu-satun ya badan perwakilan m aka han ya ada satu jen is keterwakilan , yaitu perwakilan politik (political represen tation ). Nam un dem ikian , jika keberadaan DPD dihilan gkan m aka keterwakilan teritorial juga hilan g.

Seben arn ya dalam sistem un ikam eral, pen gisian kean ggotan tidak m em bedakan jen is perwakilan , sehin gga dim un gkin kan un tuk m en gakom odasi perwakilan fun gsion al.27 H al in i m un gkin

dapat diterapkan di In don esia den gan m em odifi kasi DPR den gan cara m em berikan perwakilan bagi kelom pok-kelom pok

khusus, seperti dalam DPR m asa UUDS 1950 .28 Nam un

dem ikian , jum lah an ggota perwakilan khusus tersebut lebih kecil jum lahn ya diban din gkan jum lah perwakilan politik yan g secara um um dipilih dalam Pem ilu dari partai politik, karen a dian ggap sebagai pelen gkap perwakilan yan g telah ada. Altern atif sistem un ikam eral un tuk In don esia juga dipan dan g tidak sesuai den gan populasi pen duduk In don esia yan g besar dan kon disi m asyarakat yan g heterogen dan juga m en un jukkan kem un duran , karen a UUD yan g saat in i berlaku berm aksud m en gakom odasikan jen is perwakilan lain , yaitu perwakilan teritorial, selain perwakilan politik.

J ika sistem bikam eral yan g dipilih, m aka harus ada satu badan perwakilan yan g terdiri dari dua kam ar: MPR sebagai badan perwakilan yan g terdiri dari DPR sebagai kam ar pertam a

dipertahan kan n ya H ouse of Lord dim aksudkan un tuk tetap m em elihara kehadiran perwakilan kaum ban gsawan di sam pin g rakyat secara um um . Tim Fakultas H ukum UII, “Usulan Perubahan Kelim a UUD Negara Republik In don esia Tahun 1945”, dalam Kom isi H ukum Nasion al, Peny em purn aan Am an dem en UUD 1945, M asihkah Perlu? Kum pulan M akalah Sem inar Pengkajian H ukum N asion al, (J akarta: Kom isi H ukum Nasion al, 25 – 26 Agustus 20 0 8 ), hlm . 20 7.

27 Kon stitusi Sloven ia juga m en jam in bahwa etn is m in oritas terten tu m em peroleh satu kursi pada N ational Assem bly . Di Ugan da, satu kursi parlem en un tuk 39 distrik adalah diperun tukkan un tuk perem puan dan juga kursi-kursi parlem en adalah diperun tukkan un tuk kelom pok terten tu seperti ”han dicapped” dan kelom pok buruh. Radian Salm an , ”Stuktur Badan Perwakilan dan Check an d Balan ces Dalam Fun gsi Legislasi”, dalam Kom isi H ukum Nasion al, Peny em purn aan ..,op.cit, hlm . 158 .

(17)

(perwakilan politik) dan DPD sebagai kam ar kedua (perwakilan teritorial). Kam ar kedua, secara sim ultan juga m en gakom odasi perwakilan golon gan yan g pada m asa lalu m en im bulkan praktek

yan g tidak m em iliki kejelasan .29 Oleh karen a itu, adan ya DPD

diharapkan dapat m ewadahi pluralitas yan g ada dalam suatu daerah provin si. Sistem in i juga lebih m en dekati pikiran foun din g fathers In don esia ketika m en egaskan pen tin gn ya perwakilan rakyat seluruh In don esia, khususn ya perwakilan teritorial den gan

adan ya Utusan Daerah dalam UUD 1945 sebelum perubahan .30

Terdapat 2 variasi dari sistem bikam eral: strong bicam eralism (sistem bikam eral kuat), m edium -stren gth bicam eralism (sistem bikam eral sedan g) atau w eak bicam eralism (sistem bikam eral lem ah). Bikam eral kuat terjadi jika kekuasaan m asin g-m asin g kam ar seim ban g (sim etris) dan kom posisi kedua kam ar terdiri dari perwakilan yan g berbeda den gan cara pen gisian yan g

berbeda pula.31 J ika kekuasaan kedua kam ar tidak seim ban g,

n am un kom posisi dan cara pen gisian n ya berbeda atau sebalikn ya disebut sebagai bikam eral sedan g. Sem en tara itu, bikam eral lem ah jika kedua kam ar m em iliki kekuasaan yan g tidak seim ban g dan kom posisi serta cara pen gisian kedua kam arn ya sam a.

Sistem bikam eral kuat terjadi jika MPR terdiri dari DPR dan DPD den gan kekuasaan yan g sim etris (sam a kuat) serta cara (sistem ) pem ilihan yan g berbeda. Misaln ya dalam hal pem ben tukan UU, baik DPR m aupun DPD berwen an g un tuk m en gusulkan ran can gan UU. Den gan kekuasaan yan g sim etris,

29 Praktekn ya, terjadi perluasan m akn a ”golon gan ” tidak han ya badan -badan kolektif di bidan g ekon om i, tetapi juga m en cakup perwakilan ABRI. H al in i tidak sesuai den gan m akn a ”golon gan ” dalam UUD 1945. Men urut Bagir Man an , dihapuskan n ya Utusan Golon gan dalam UUD 1945 setelah perubahan didasari dua hal, yaitu: pertam a, tidak m udah m en en tukan golon gan yan g diwakili; dan kedua, cara pen gisian n ya m udah m en im bulkan kolusi an tara golon gan yan g dian gkat den gan yan g m en gan gkat. Lihat Bagir Man an , DPR , DPD…,op.cit, hlm 8 1

30 Muh. Yam in m en gatakan bahwa ”kekuasaan yan g dipegan g oleh perm usyawaratan seluruh rakyat In don esia diduduki tidak saja oleh wakil daerah – daerah In don esia, tetapi sem ata-m ata pula wakil dari ban gsa atau rakyat In don esia seluruhn ya yan g dipilih den gan bebas”. A.B. Kusum a, Lahirn y a Un dan g-Un dan g Dasar 1945, (J akarta: Badan Pen erbit Fakultas H ukum Un iversitas In don esia, 20 0 4), hlm . 278 .

(18)

suatu UU m elalui pem bahasan dua tahap dalam MPR, baik ketika di bahas di DPR m aupun di DPD (double check). Begitu pula dalam fun gsi pen gawasan , baik DPR m aupun DPD harus m em iiki hak-hak yan g sam a, seperti hak in terpelasi, hak an gket m aupun hak m en yatakan pen dapat. Den gan den gan dem ikian , pen gawasan terhadap eksekutif (Presiden ) dapat lebih efektif karen a dilakukan baik terhadap DPR m aupun DPD den gan kewen an gan yan g sim etris.

J ika DPR dan DPD saat in i m en jadi kam ar-kam ar MPR, yan g terjadi adalah sistem bikam eral sedan g. J ika sistem in i diterapkan m aka kekuasaan kam ar kedua (DPD) m en jadi lebih lem ah, terbatas pada hal-hal yan g berkaitan den gan daerah. Nam un dem ikian , hal tersebut han ya beran gkat bahwa DPD han ya m en gurusi kebijakan m en gen ai daerah di tin gkat pusat.32

Men urut Bagir Man an hal tersebut m erupakan sesuatu yan g gan jil ditin jau dari kon sep dua kam ar.33 Dilihat dari kom posisi dan cara

pen gisian DPR dan DPD, m en cerm in kan pola yan g in con gruen t (tidak sam a), DPR dipilih den gan sistem proporsion al dan DPD dipilih den gan sistem distrik. Den gan dem ikian , alasan adan ya kedua kam ar tersebut san gat kuat, karen a m en cerm in kan fun gsi represen tasi yan g ben ar-ben ar berbeda.

Pilihan ketiga, bikam eral lem ah (asy m etrical-con gruen t) tidak m en jadi pilihan yan g tepat bagi sistem perwakilan In don esia.34 H al in i disebabkan karen a dua hal. Pertam a, jika

kekuasaan an tara kedua kam ar tidak seim ban g, m aka m an faat dari keberadaan kam ar kedua tidak optim al dan biaya yan g

32 Kon sep in i ham pir sam a den gan keberadaan Sen at pada m asa dalam Kon stitusi RIS 1949 yan g m em batasi Sen at dalam hal-hal yan g berkaitan den gan daerah bagian , hubun gan an tar daerah bagian dan hubun gan an tara daerah bagian den gan pem erin tah federal. Lihat pem bahasan dalam sub bab A Bab in i.

33 Bagir Man an , DPR , DPD…,op.cit, hlm 60 . Di sam pin g itu, alasan kuat un tuk m elibatkan daerah dalam seluruh praktek kekuasaan legislatif adalah bahwa sem ua pelaksan aan kekuasaan legislatif berpen garuh pada daerah, baik secara lan gsun g m aupun tidak lan gsun g.

(19)

dikeluarkan den gan adan ya kam ar kedua tidak seban din g den gan m an faat tersebut. Kedua, jika kom posisi perwakilan dan cara pen gisian kedua kam ar sam a, m aka tidak ada lagi alasan keberadaan bagi kam ar kedua karen a m ewakili m asyarakat den gan jen is perwakilan dan cara yan g sam a.

Dalam sistem bikam eral sedan g, kekuasaan DPD dan DPR yan g tidak sim etris atau kewen an gan DPD yan g han ya berkaitan den gan kepen tin gan daerah berten tan gan den gan gagasan m en gikutsertakan daerah dalam seluruh pen yelen ggaraan pem erin tahan di pusat. Dalam bikam eral kuat, kewen an gan yan g sim etris an tara DPR dan DPD m ewujudkan gagasan tersebut. Dalam hal pem ben tukan UU, kualitas suatu UU dapat lebih terjam in , karen a telah dibahas baik oleh DPR m aupun DPD. Di bidan g pen gawasan , m aka hasil pen gawasan DPD terhadap pen yelen ggaraan pem erin tahan m em iliki kedudukan yan g kuat, karen a dapat ditin daklan juti oleh DPD den gan persetujuan DPR m en ggun akan hak-hak pen gawasan legislatif. Den gan dem ikian , sistem bikam eral kuat lebih tepat diterapkan diban din gkan sistem bikam eral sedan g.

Pen erapan sistem bikam eral kuat m em iliki beberapa kon sekuen si yuridis dalam UUD 1945. Pertam a, segala kekuasaan badan perwakilan han ya ada pada MPR, sem en tara kedua kam arn ya m em ilki kewen an gan terten tu dalam m elaksan akan kekuasaan MPR. Den gan dem ikian , segala kekuasaan DPR, seperti dalam pem ben tukan UU, pem berian persetujuan atas beberapa kewen an gan Presiden , pem ilihan tiga oran g hakim Mahkam ah Kon stitusi, m en jadi kekuasaan MPR. Khusus bagi kewen an gan ”m en gubah dan m en etapkan UUD” dapat tetap m en jadi kewen an gan MPR den gan syarat keten tuan perubahan n ya tetap dibedakan den gan keten tuan pem ben tukan UU sehin gga m aksud un tuk m en jadikan UUD 1945 sebagai kon situsi yan g suprem e tetap terjaga. Kedua, sistem pen gisian kean ggotaan DPR dan DPD perlu dipertegas, tidak han ya dilihat dari pem bedaan sistem pem ilihan , n am un juga diarahkan un tuk m en jam in efektifi tas bikam eral kuat.

(20)

den gan caban g kekuasaan lain n ya. DPR dan DPD m en jalan kekuasaan tersebut dalam hubun gan kewen an gan terten tu. Perubahan kedudukan in i akan m em bawa pen garuh terhadap tugas dan wewen an g yan g dim iliki oleh MPR. MPR akan serupa den gan ’Con gress’ (Am erika Serikat), ’Parliam en t’ (In ggris), atau ’Staten Gen eraal’ (Belan da).35 Den gan dem ikian , MPR akan

bertin dak sebagai badan legislatif seperti DPR yan g sekaran g

den gan kewen an gan yan g diperluas.36 Den gan kekuasaan MPR

tersebut, DPR dan DPD baik secara sen diri-sen diri m aupun bersam a-sam a m em iliki hak – hak un tuk m elaksan akan

kekuasaan MPR tersebut.37

Mekan ism e pen yelesaian deadlock an tara DPR dan DPD m en jadi pen tin g un tuk dilem bagakan terutam a dalam

pem ben tukan un dan g-un dan g.38 Misaln ya berkaitan den gan

m ateri m uatan RUU yan g m en jadi exclusiv e pow er m asin g-m asin g badan . Misaln ya, kata akhir (fi n al say ) RUU APBN dan ratifi kasi perjan jian in tern asion al diputuskan oleh DPR, sedan gkan RUU yan g berkaitan den gan kepen tin gan daerah akan diputus oleh DPD.

Kon sekuen si lain n ya yan g perlu dilem bagakan adalah dalam hal fun gsi pen gawasan di m an a setiap kam ar MPR, baik DPR dan DPD harus m em iliki hak-hak pen gawasan yan g sam a,

35 Bagir Man an , Teori..., op. cit, hlm 60 .

36 m em ben tuk un dan g-un dan g, m en gawasi jalan n ya pem erin tahan ; m en etapkan APBN, m en gesahkan perjan jian in tern asion al, m em berikan persetujuan un tuk m en yatakan peran g dan perdam aian den gan n egara lain , m em berhen tikan Presiden dan / atau wakil Presiden dalam m asa jabatan karen a terbukti m en erim a suap, korupsi, terlibat dalam kon spirasi yan g m erugikan ban gsa dan n egara, m elan ggar UUD, atau tin dak pidan a berat lain n ya, m en gubah UUD den gan tata cara yan g ditetapkan dalam UUD. Ibid, hlm 61. 37 An tara lain : hak m en gajukan ran can gan un dan g-un dan g; m em in ta keteran gan (in terpelasi); m elakukan pen yelidikan (an gket); m elakukan perubahan atas ran can gan un dan g-un dan g; m en gajukan pern yataan pen dapat, dan lain -lain hal yan g diatur dalam un dan g-un dan g.

(21)

seperti hak in terpelasi, m en yatakan pen dapat dan hak an gket.39

Begitu pula dalam hal pem berhen tian Presiden dan / Wakil

Presiden dalam m asa jabatan , perlu m elibatkan DPR.40 Terhadap

pertim ban gan dalam pem berian am en esti, abolisi, pen gan gkatan duta dan pen em patan duta n egara lain , kewen an gan akhir dapat

dilakukan den gan m en em patkan DPR sebagai pem utus akhir.41

Dalam hal pen gajuan 3 calon hakim MK, usulan kean ggotaan diajukan dan diputuskan oleh an ggota-an ggota DPR dan DPD dalam sidan g MPR. Proses in tern al, seperti fi t an d proper test dilakukan bersam a-sam a oleh DPR dan DPD.

Berdasarkan pem bahasan di atas, m aka kon sekuen si tran sform asi kewen an gan dari DPR, DPD ke MPR m em erlukan perubahan terhadap UUD 1945. Perubahan tersebut harus dilakukan den gan gran d design yan g jelas dan m em egan g prin sip-prin sip um um perubahan UUD, seperti sip-prin sip kehati-hatian dan tidak ceroboh (w ith deliberation , n ot lightly or w on ton ly ), m em berikan kesem patan bagi rakyat un tuk m en gun gkapkan

pan dan gan n ya sebelum perubahan dilakukan , dan sebagain ya.42

Kon sekuen si kedua m en gen ai sistem pem ilihan , perbedaan

39 Usulan pelaksan aan hak-hak tersebut dapat berasal dari an ggota-an ggota kedua kam ar yan g disetujui oleh satu kam ar yan g m en gusulkan . Usulan tersebut diajukan pada kam ar lain n ya un tuk setujui atau ditolak. J ika ditolak, m aka usul tersebut dikem balikan pada kam ar yan g m en gusulkan un tuk dilakukan pem un gutan suara den gan prin sip single m ajority (1/ 2 + 1). J ika hal itu tercapai, m aka hak tersebut dapat dilaksan akan oleh MPR dan sebalikn ya.

40 Misaln ya den gan m em berikan kewen an gan yan g sam a un tuk m en gusulkan pem berhen tian tersebut, baik DPR m aupun DPD berdasarkan alasan dalam Pasal 7A. J ika tetap m elibatkan MK dalam m em eriksa, m en gadili dan m em utuskan perkara tersebut, m aka putusan MK tersebut juga harus bersifat fi n al an d bin din g. Den gan putusan MK tersebut Sidan g MPR harus dilaksan akan han ya un tuk m en gesahkan putusan tersebut. 41 Nam un dem ikian , sebagai sebuah pertim ban gan hal tersebut tidak bersifat m en gikat keputusan yan g diam bil Presiden . H al in i disebabkan kedua kewen an gan m erupakan dom ain kekuasaan eksekutif (pardon in g pow er dan diplom atic pow er). Lihat Bagir Man an , Lem baga Kepresiden an, (Yogyakarta: FH UII Press, 20 0 3), hlm . 161 – 163, 177 – 179.

(22)

sistem Pem ilu an ggota DPR dan DPD telah sesuai den gan ciri incon gruen t sebagai salah ciri bikam eral kuat. Nam un dem ikian , perlu dipikirkan un tuk m en erapkan sistem distrik bagi pem ilihan an ggota DPR. Un tuk m en ghin dari kesam aan perwakilan den gan pem ilihan an ggota DPD, m aka distrik sebagai daerah pem ilihan an ggota DPR harus lebih kecil wilayahn ya, m isaln ya distrik diwujudkan den gan wilayah kecam atan . Urgen si sistem distrik bagi pen gisian kean ggotaan DPR adalah un tuk m en ciptakan persain gan yan g wajar, karen a dalam sistem (satu) distrik pem ilihan in i han ya akan terdapat ”satu tiket” saja un tuk dapat m en gan tarkan ke lem baga-lem baga perwakilan rakyatn ya.43 Den gan dem ikian , partai-partai politik

akan didoron g secara ”n atural” un tuk bergabun g satu sam a lain (gejala ”sen tripetal”).44

E. Kesimpulan dan Saran

Kesim pulan yan g dapat ditarik dari pem bahasan di atas: pertam a, sistem perwakilan In don esia dalam UUD 1945 setelah perubahan tidak m en gan ut sistem perwakilan un ikam eral dan bikam eral, sehin gga m en im bulkan m asalah baik secara n orm atif m aupun praktik. Kedua, Sistem perwakilan yan g lebih sesuai den gan kon disi m asyarakat In don esia adalah sistem bikam eral, terutam a un tuk m en gakom odasikan perwakilan teretorial, selain perwakilan politik. Sistem bikam eral yan g lebih tepat In don esia adalah sistem bikam eral kuat (sy m etrical-in con gruen t). H al in i sesuai den gan m aksud kehadiran kam ar kedua yaitu un tuk m elibatkan daerah dalam seluruh praktek pen gelolaan n egara di bidan g kekuasaan legislatif, m en gim ban gi kam ar pertam a yan g m erupakan pewakilan politik. Ketiga, terdapat dua kon sekuen si dari pilihan sistem bikam eral kuat, yaitu m en em patkan seluruh kekuasaan badan perwakilan ditran sform asikan m en jadi kewen an gan MPR den gan m elakukan perubahan (kelim a)

(23)

terhadap UUD 1945 yan g ten tun ya harus disertai gran d design yan g jelas.

Sebagai saran , perlu dilakukan perubahan sistem Pem ilu m en jadi sistem distrik yan g didukun g den gan pen yederhan aan partai politik m en uju sistem dua partai m erupakan prasyarat

bagi efektifi tas sistem bikam eral. Selain itu, kewen an gan

(24)

Daftar Pustaka

Bu ku d a n Ma ka la h

Kartasasm ita, Gin an jar, 20 0 7. ”Kedudukan , Fun gsi dan Peran DPD Dalam Perspektif Ketetan egaran In don esia”, m akalah disam paikan pada Focus Group Disussion (FGD) den gan tem a “Peran DPD Dalam Sistem Ketetan egaraan In don esia”, Ban dun g: Un iversitas Padjadjaran , 6 Agustus.

Kan taprawira, Rusadi, “Men em ukan Sistem Perwakilan di In don esia”, m akalah, disam paikan pada acara Focus Group Discussion (FGD) Sistem Perwakilan di In don esia, Ban dun g: Bagian H TN FH Un pad - Yayasan Sri Soem an tri, 16 J un i. Kusum a, A.B., 20 0 4. Lahirn y a Un dan g-Un dan g Dasar 1945,

J akarta: Badan Pen erbit Fakultas H ukum Un iversitas In don esia.

Kom isi H ukum Nasion al, 20 0 8 . Pen y em purn aan Am an dem en UUD 1945, M asihkah Perlu? Kum pulan M akalah Sem in ar Pen gkajian H ukum N asion al, J akarta:Kom isi H ukum Nasion al, 25 – 26 Agustus.

Lipjhart, Arren d, 1999. Pattern of Dem ocracy : Gov ern m en t Form s an d Perform an ce in Thirty -Six Coun tries, New H eaven an d Lon don : Yale Un iversity Press.

Man an , Bagir, 20 0 3. Lem baga Kepresiden an , Yogyakarta: FH UII Press.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ , 20 0 3. DPR , DPD dan M PR dalam UUD 1945 Baru, Yogyakarta: FH -UII Press.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ , 20 0 3. Teori dan Politik Kon stitusi, Yogyakarta: FH -UII Press.

Mahkam ah Kon stitusi Republik In don esia, 20 0 8 . N askah Kom prehen sif Perubahan Un dan g-Un dan g Dasar N egara R epublik In don esia Tahun 1945 Buku III Lem baga Perm usy aw aratan dan Perw akilan Jilid 1, J akarta: Sekretariat J en deral dan Kepan iteraan Mahkam ah Kon stitusi.

(25)

dalam Parlem en In don esia, J akarta: Raja Grafi n do Persada.

Susan ti, Bivitri, (et al), 20 0 7. Bobot Kuran g Jan ji M asih Terutan g, Catatan PSH K Ten tan g Kualitas Legislasi 20 0 6, J akarta: PSH K – Kon rad Aden aeur Stiftun g.

Wheare, K.C., 1975. M odern Con stitution s, Lon don : Oxford Un iversity Press.

W e b s ite s

http:/ / www.detikn ews.com / in dex.php/ detik.read/ tahun / 20 0 7/ b u l a n / 0 8 / t g l / 0 7 / t i m e / 13 2 9 4 8 / i d n e w s / 8 14 2 6 8 / idkan al/ 10 , diakses tan ggal 25 Agustus 20 0 8 .

(26)
(27)

KAJ I U LAN G TOLOK U KU R PEN ETAPAN

D AERAH PEMILIH AN CALON AN GGOTA

D EW AN PERW AKILAN D AERAH

H . Ro s jid i Ra n gga w id ja ja1

A b s t r a c t

The Third Am en dm en t of Con stitution of the R epublic of In don esia 1945, determ in ed that the R egion al R epresen tativ e Coun cil (DPD) shall be elected from ev ery prov in ce through a gen eral election . The total n um ber of m em bers of the R egion al R epresen tativ e Coun cil in ev ery prov in ce shall be the sam e. There are com prises 4(four) m em bers ev ery prov in ce. They are elected by the people of from ev ery prov in ce through a gen eral election . The participan ts in the gen eral election for the election of the m em bers of the R egion al R epresen tativ e Coun cil are in div iduals. The structure an d com position of the R egion al R epresen tativ e Coun cil shall be further regulated by law .

The Act N o. 22, 20 0 3 about the structure an d com position of M PR , DPR , DPD an d DPR D an d The Act N o. 10 , 20 0 8 about Gen eral Election ; stated that the election territorial of the R egion al R epresen tativ e Coun cil is prov in ce an d the election territorial of the H ouse of R epresen tativ e is prov in ce or the part of the prov in ce. Actually , the election territorial of the H ouse of R epresen tativ e is the part of the prov in ce, n am ely tw o or m ore districts/ cities. That criterion is un fair.

The election territorial of the R egion al R epresen tativ e Coun cil m ust be rev ised. The participan ts for the election of

(28)

the m em bers of the R egion al R epresen tativ e Coun cil an d the participan ts for the election of the m em bers of the H ouse of R epresen tativ es m ust be the sam e, they hav e the sam e rights. If the prov in ce are con sist of 10 districts/ cities or m ore, an d the n um ber of population are fi v e m illion s or m ore, the criteria of the election territorial of the R egion al R epresen tativ es Coun cil, m ust be sim ilar w ith the H ouse of R epresen tativ es.

Key w ord: DPD, gen eral election , rev ised.

A. PENDAHULUAN.

H in gar-bin gar pen calon an , kam pan ye, dan pen con tren gan calon an ggota badan legislatif dalam pem ilihan um um 9 April 20 0 9 telah berlalu. H am pir setiap m en it bahkan detik, perkem ban gan perolehan suara sem en tara dari m asin g-m asin g partai politik diberitakan dalam m edia, terutam a m edia elektron ik. Nam un , keadaan tersebut tidak dem ikian haln ya den gan pem beritaan calon an ggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pen gisian kean ggotaan DPD un tuk kedua kalin ya tersebut kuran g atau bahkan tidak ban yak diketahui oleh m asyarakat pada um um n ya, tidak jauh berbeda den gan keadaan pem ilihan um um tahun 20 0 4. Keban yakan oran g tidak tahu apa itu DPD. H an ya sebagian kecil golon gan m asyarakat m en getahui keberadaan DPD, tugas dan wewen an g, fun gsi serta peran n ya dalam sistem ketatan egaraan In don esia. Padahal keberadaan DPD diatur dalam UUD 1945 Perubahan Ketiga, yaitu sebagaim an a ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (1); Pasal 22C; Pasal 22D, Pasal 22E; Pasal 23 ayat (2); Pasal 23E ayat (2); dan Pasal 23F ayat (1).

(29)

g-un dan g ten tan g pem ilihan um um ditetapkan pula beberapa hal yan g berkaitan den gan tata cara pen gisian an ggota DPD (khususn ya). Peserta pem ilihan um um un tuk an ggota DPD adalah perseoran gan (Pasal 11 UU No. 10 Tahun 20 0 8 ). Mereka adalah perseoran gan warga n egara In don esia yan g berdom isili di provin si ybs, den gan persyaratan -persyaratan terten tu lain n ya dan sebelum m en calon kan harus m en dapat dukun gan dari rakyat dalam provin si ybs. Persyaratan dukun gan tersebut sebagaim an a ditetapkan dalam Pasal 13 UU No. 10 Tahun 20 0 8 harus disertai den gan tan da tan gan dan atau cap jem pol serta fotocopy KTP pen dukun g. KTP pen dukun g harus m asih berlaku. Sesudah disam paikan ke KPU Provin si di m an a calon m en daftarkan diri, dilakukan verifi kasi oleh KPU.2 J um lah kursi an ggota DPD un tuk

setiap provin si ditetapkan 4 (em pat). Den gan dem ikian setiap provin si diwakili oleh 4 (em pat) oran g wakil, sedan gkan daerah

pem ilihan un tuk an ggota DPD adalah provin si.3 J adi sistem

pem ilihan n ya adalah sistem distrik berwakil ban yak.

Berbeda den gan DPD, kean ggotaan DPR ditetapkan berdasarkan peroleh suara secara berim ban g dan didasarkan kepada Bilan gan Pem bagi Pem ilihan (BPP). Daerah pem ilihan

an ggota DPR adalah provin si atau bagian provin si.4 Daerah

pem ilihan an ggota DPRD provin si adalah kabupaten / kota atau gabun gan kabupaten / kota, sedan gkan daerah pem ilihan an ggota DPRD kabupaten / kota adalah kecam atan atau gabun gan kecam atan .5

Oleh karen a sistem pem lihan um um an ggota DPD tahun 20 0 9 tidak jauh berbeda den gan keadaan sistem pem ilihan um um tahun 20 0 4, m aka perlu dikaji ulan g m en gen ai bagaim an a tolak ukur pen etapan daerah pem ilihan an ggota DPD diban din gkan den gan DPR?

2 Pasal 11 s/ d 13 UU No. 10 Tahun 20 0 8 ten tan g Pem ilihan Um um . 3 Pasal 30 dan 31 UU No. 10 Tahun 20 0 8 ten tan g Pem ilihan Um um .

4 Dalam praktikn ya adalah bagian dari propin si, yaitu kabupaten dan atau kota atau bagian dari kabupaten .

(30)

B. PEMBAHASAN

a . Ke d u d u ka n , Fu n gs i, D a n W e w e n a n g D P D

DPD diben tuk un tuk m en in gkatkan peran serta daerah dalam pen gelolaan n egara khususn ya pem ben tukan un dan g-un dan g dan pen gawasan terhadap jalan n ya pem erin tahan , term asuk

gagasan m em ben tuk sistem dua kam ar.6 Den gan dem ikian

m aka DPD m em iliki tugas berkaitan den gan pem ben tukan un dan un dan g dan tugas supervisi atas pelaksan aan un dan g-un dan g m en gen ai m ateri terten tu. Tugas DPD berkaitan den gan pem ben tukan un dan g-un dan g ialah m en gajukan RUU kepada DPR dan ikut m em bahas RUU m en gen ai m ateri terten tu. Adapun yan g dim aksud RUU den gan m ateri terten tu tersebut adalah yan g berkaitan den gan oton om i daerah, hubun gan pusat dan daerah, pem ben tukan dan pem ekaran serta pen ggabun gan daerah, pen gelolaan sum ber daya alam dan sum ber daya ekon om i lain n ya, serta yan g berkaitan den gan perim ban gan keuan gan pusat dan daerah. DPD dapat ikut m em bahas RUU berkaitan den gan oton om i daerah, hubun gan pusat dan daerah, pem ben tukan , pem ekaran dan pen ggabun gan daerah, pen gelolaan sum ber daya alam dan sum ber daya ekon om i lain n ya, serta perim ban gan keuan gan pusat dan daerah, serta m em berikan pertim ban gan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas ran can gan un dan g-un dan g an ggaran pen dapat dan belan ja n egara dan ran can gan un dan g-un dan g yan g berkaitan den gan pajak, pen didikan dan agam a.7 Perkataan ”dapat ikut m em bahas”

6 Bagir Man an , D P R , D P D d a n M P R d a la m U U D 19 4 5 B a r u , (Yogyakarta: FH UII Press, 20 0 3), hlm 3.

7 Pasal 22D m en yatakan :

(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat m en gajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat ran can gan un dan g-un dan g yan g berkaitan den gan oton om i daerah, hubun gan pusat dan daerah, pem ben tukan dan pem ekaran serta pen ggabun gan daerah, pen gelolaan sum ber daya alam dan sum ber daya ekon om i lain n ya, serta yan g berkaitan den gan perim ban gan keuan gan pusat dan daerah.

(31)

m en gan dun g m akn a bahwa apabila DPR tidak m en gun dan gn ya, karen a yan g m en yelen ggaran sidan g un tuk m em bahas RUU adalah DPR, m aka DPD tidak dapat m em berikan ”m asukan” dan atau m em berikan pen jelasan , walaupun RUU tersebut berasal dari DPD. Dem ikian pula tugas pen gawasan yan g dilakukan oleh DPD terbatas pada m ateri terten tu, sebagaim an a ditetapkan dalam UUD 1945 Perubahan Ketiga Pasal 22D ayat (3), yan g m en yatakan : Dewan Perwakilan Daerah dapat m elakukan pen gawasan atas pelaksan aan un dan g-un dan g m en gen ai oton om i daerah, pem ben tukan , pem ekaran , dan pen ggabun gan daerah, hubun gan pusat dan daerah, pen gelolaan sum ber daya alam dan sum ber daya ekon om i lain n ya, pelaksan aan an ggaran pen dapatan dan belan ja n egara, pajak, pen didikan dan agam a serta m en yam paikan hasil pen gawasan n ya kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertim ban gan un tuk ditin dak lan juti.

Kedudukan , fun gsi, tugas dan wewen an g DPD diatur lebih lan jut dalam UU No. 22 Tahun 20 0 3 Pasal 40 hin gga Pasal 47. Men gen ai kedudukan DPD disebutkan dalam Pasal 40 , yan g m en yatakan sebagai berikut: DPD m erupakan lem baga perwakilan daerah yan g berkedudukan sebagai lem baga n egara. Betapa lem ahn ya kedudukan DPD tergam bar dari rum usan

Pasal 43 dan Pasal 44.8 DPD han ya berfun gsi kom plem en ter

an ggaran pen dapat dan belan ja n egara dan ran can gan un dan g-un dan g yan g berkaitan den gan pajak, pen didikan dan agam a.

8 Pasal 42 m en yatakan :

(1) DPD dapat m en gajukan kepada DPR ran can gan un dan g-un dan g yan g berkaitan den gan oton om i daerah, hubun gan pusat dan daerah, pem ben tukan dan pem ekaran , dan pen ggabun gan daerah, pen gelolaan sum ber daya alam , dan sum ber daya ekon om i lain n ya serta yan g berkaitan den gan perim ban gan keuan gan pusat dan daerah.

(2) DPD m en gusulkan ran can gan un dan g-un dan g sebagaim an a dim aksud pada ayat (1) kepada DPR dan DPR m en gun dan g DPD un tuk m em bahas sesuai tata tertib DPR.

(3) Pem bahasan ran can gan un dan g-un dan g sebagaim an a dim aksud pada ayat (2) dilakukan sebelum DPR m em bahas ran can gan un dan g-un dan g dim aksud pada ayat (1) den gan pem erin tah.

Pasal 43

(32)

(pelen gkap) terhadap DPR9, dia tidak m em iliki fun gsi un tuk

m em utus.

b . P e rs ya ra ta n P e n ca lo n a n Me n ja d i An ggo ta D P D .

Un tuk dapat m en jadi calon an ggota DPD, peserta Pem ilihan Um um dari perseoran gan harus m em en uhi syarat dukun gan den gan keten tuan :

a. provin si yan g berpen duduk sam pai den gan 1.0 0 0 .0 0 0 (satu juta) oran g harus didukun g sekuran g-kuran gn ya oleh 1.0 0 0 (seribu) oran g pem ilih;

b. provin si yan g berpen duduk lebih dari 1.0 0 0 .0 0 0 (satu juta) sam pai den gan 5.0 0 0 .0 0 0 (lim a juta) oran g harus didukun g sekuran g-kuran gn ya oleh 2.0 0 0 (dua ribu) oran g pem ilih;

c. provin si yan g berpen duduk lebih dari 5.0 0 0 .0 0 0 (lim a juta) sam pai den gan 10 .0 0 0 .0 0 0 (sepuluh juta) oran g harus didukun g sekuran g-kuran gn ya oleh 3.0 0 0 (tiga ribu) oran g

daerah; hubun gan pusat dan daerah; pem ben tukan , pem ekaran , dan pen ggabun gan daerah; pen gelolaan sum ber daya alam , dan sum ber daya ekon om i lain n ya serta yan g berkaitan den gan perim ban gan keuan gan pusat dan daerah, yan g diajukan baik oleh DPR m aupun oleh pem erin tah.

(2) DPD diun dan g oleh DPR un tuk m elakukan pem bahasan ran can gan un dan g-un dan g sebagaim an a dim aksud pada ayat (1) bersam a den gan pem erin tah pada awal Pem bicaraan Tin gkat I sesuai Peraturan Tata Tertib DPR.

(3) Pem bicaraan Tin gkat I sebagaim an a dim aksud pada ayat (2) dilakukan bersam a an tara DPR, DPD dan pem erin tah dalam hal pen yam paian pan dan gan dan pen dapat DPD atas ran can gan un dan g-un dan g, serta tan ggapan atas pan dan gan dan pen dapat dari m asin g-m asin g lem baga.

(4) Pan dan gan , pen dapat, dan tan ggapan sebagaim an a dim aksud pada ayat (3) dijadikan sebagai m asukan un tuk pem bahasan lebih lan jut an tara DPR dan pem erin tah.

Pasal 44:

(1) DPD m em berikan pertim ban gan kepada DPR atas ran can gan un dan g-un dan g APBN dan ran can gan un dan g-un dan g yan g berkaitan den gan pajak, pen didikan , dan agam a.

(2) Pertim ban gan sebagaim an a dim aksud pada ayat (1) diberikan dalam ben tuk tertulis sebelum m em asuki tahapan pem bahasan an tara DPR dan pem erin tah. (3) Pertim ban gan sebagaim an a dim aksud pada ayat (1) m en jadi bahan bagi DPR

(33)

pem ilih;

d. provin si yan g berpen duduk lebih dari 10 .0 0 0 .0 0 0 (sepuluh juta) sam pai den gan 15.0 0 0 .0 0 0 (lim a belas juta) oran g harus didukun g sekuran g-kuran gn ya oleh 4.0 0 0 (em pat ribu) oran g pem ilih;

e. provin si yan g berpen duduk lebih dari 15.0 0 0 .0 0 0 (lim a belas juta) oran g harus didukun g sekuran g-kuran gn ya oleh 5.0 0 0 (lim a ribu) oran g pem ilih.

Dukun gan sebagaim an a dim aksud di atas harus tersebar di sekuran g-kuran gn ya 25% (dua puluh lim a persen ) dari jum lah kabupaten / kota di provin si yan g bersan gkutan . Persyaratan sebagaim an a dim aksud dibuktikan den gan daftar n am a disertai tan da tan gan atau cap jem pol dan fotocopy Kartu Tan da Pen duduk atau iden titas lain yan g sah. Seoran g pen dukun g tidak diperbolehkan m em berikan dukun gan kepada lebih dari satu oran g calon an ggota DPD. Dukun gan yan g diberikan kepada lebih dari satu oran g calon an ggota DPD din yatakan batal.10

c. P e rb a n d in ga n D a e ra h P e m ilih a n a n ggo ta D P D d a n a n ggo ta D P R.

Ada perbedaan yan g san gat m en colok m en gen ai pen etapan daerah pem ilihan un tuk an ggota DPD diban din gkan den gan daerah pem ilihan un tuk an ggota DPR. Bagi calon an ggota DPD yan g berdom isili di provin si yan g wilayahn ya san gat luas dan jum lah pen dudukn ya yan g padat, dirasakan san gat berat un tuk m en dapatkan dukun gan . Dem ikian juga dalam m elakukan sosialisasi dan kam pan ye. Faktan ya pen etapan daerah pem ilihan un tuk an ggota DPR jauh lebih sem pit diban din gkan

den gan pen etapan daerah pem ilihan un tuk kean ggotaan DPD11.

Con tohn ya, pen etapan kean ggotaan DPR un tuk daerah pem ilihan

10 Pasal 15 UU No. 10 Tahun 20 0 8 ten tan g Pem ilihan Um um jo. Pasal 11 UU No. 22 Tahun 20 0 3 ten tan g Susun an dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.

11 Pasal 22 m en yatakan :

(1) Daerah pem ilihan an ggota DPR adalah provin si atau bagian provin si.

(34)

Kota Ban dun g dan Cim ahi den gan jum lah kursi 3 (m in im al), san gat kon tras perbedaan n ya den gan kean ggotaan DPD un tuk wilayah Provin si J awa Barat den gan jum lah kursi 4 (m aksim al). Akan lebih adil apabila daerah pem ilihan kean ggotaan DPD un tuk provin si yan g m em iliki luas wilayah terten tu (m isaln ya m em iliki lebih dari 10 kabupaten / kota ) den gan jum lah pen duduk lebih dari lim a juta oran g, daerah pem ilihan n ya ditetapkan berdasarkan bagian provin si atau terdiri atas beberapa kabupaten / kota saja. Con tohn ya, un tuk wilayah Provin si J awa Barat, dapat dibagi dalam 4 bagian / daerah pem ilihan , yaitu:

a. J awa Barat bagian Barat (daerah pem ilihan I) yan g m eliputi:

Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabum i, Kota Sukabum i, Kabupaten Cian jur, dan Kab.Ban dun g Barat;

b. J awa Barat bagian Utara (daerah pem ilihan II) yan g m eliputi: Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Suban g, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Ban dun g Barat dan Karawan g;

c. J awa Barat bagian Tim ur (daerah pem ilihan III) yan g m eliputi: Kabupaten .In dram ayu, Kota Cirebon , Kabupaten Cirebon , Kabupaten Majalen gka, Kabupaten Kun in gan dan Kabupaten Sum edan g;

d. J awa Barat bagian Selatan / Ten gah (daerah pem ilihan IV) yan g m eliputi: Kota Ban dun g, Kabupaten Ban dun g, Kabupaten Garut, Kota Tasikm alaya, Kabupaten Tasikm alaya, Kabupaten Ciam is, Kota Ban jar.

Setiap bagian provin si m em perebutkan satu kursi. Dem i keadilan pen etapan calon -salon un tuk bagian provin si dilakukan den gan cara diun di. Pen yem pitan daerah pem ilihan tersebut dim aksudkan agar tidak terlalu luas dan para calon m em butuhkan biaya yan g relatif kecil, sehin gga calon an ggota DPD tidak didom in asi oleh m ereka yan g berduit tebal. J ika hal tersebut diban din gkan den gan daerah pem ilihan bagi an ggota DPR tidak terdapat perbedaan yan g m en colok, sehin gga hukum akan berpihak pula kepada ”keadilan” bukan sem ata dem i

”ketertiban”.12

(35)

C. Kesimpulan dan Saran

Ke s im p u la n

Tolak ukur pen etapan daerah pem ilihan un tuk kean ggotaan DPD sebaikn ya berdasarkan bagian dari wilayah provin si. Den gan dem ikian m aka ”perjuan gan” calon an ggota DPD akan berban din g lurus den gan ”perjuan gan” calon an ggota DPR, sehin gga tidak m en im bulkan ”kecem buruan”. Dem ikian pula calon an ggota DPD tidak terlalu ”berat” m en an ggun g beban biaya, ten aga, waktu dan berbagai resiko lain n ya dalam bersosialisasi (berkam pan ye). Pada sisi lain , calon an ggota DPD akan lebih in ten sif berkom un ikasi den gan rakyat dan pada akhirn ya relatif m udah diken al dan efektif dalam ”m en y erap” aspirasi m asyarakat.

S a ra n

Sebagai kon sekuen si dari pen erapan ”tolok ukur” tersebut, m aka perlu dilakukan revisi terhadap keten tuan dalam un dan g-un dan g susg-un an dan kedudukan MPR,DPR, DPD, dan DPRD serta un dan g-un dan g ten tan g pem ilihan um um , khususn ya m en gen ai kriteria daerah pem ilihan . Bagi provin si yan g m em iliki jum lah pen duduk di bawah lim a jutaan dan ban yakn ya daerah kabupaten atau kota di dalam wilayah provin si tersebut lebih dari l0 , pen etapan daerah pem ilihan didasarkan kepada kriteria tersebut. Den gan dem ikian m aka daerah pem ilihan un tuk pen etapan an ggota DPD didasarkan pada wilayah prosin si dan atau bagian dari propin si. H al ytersebut dapat diatur dalam un dan g-un dan g, seperti haln ya pen gaturan m en gen ai daerah pem ilihan un tuk an ggota DPR.

(36)

Daftar Pustaka

Bu ku

Kusum aatm adja, Mochtar tan pa tahun . Fun gsi dan Perkem ban gan H ukum dalam Pem ban gun an N asion al, Ban dun g: Bin acipta.

Man an , Bagir 20 0 3. DPR , DPD dan M PR dalam UUD 1945 Baru, Yogyakarta: UII Press.

Ran awidjaja, Usep 198 3. H ukum Tata N egara In don esia, Dasar-dasarn y a, J akarta: Ghalia In don esia.

Soem an tri, Sri 1979.Prosedur dan Sistem Perubahan Kon stitusi, Ban dun g: Pen erbit Alum n i.

Stron g C.F., 1966. M odern Political Con stitution s, Lon don : Sidgwick & J ackson Lim ited.

P e ra tu ra n P e ru n d a n g-u n d a n ga n

In don esia, Perubahan Pertam a, Kedua, Ketiga, Keem pat UUD 1945.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ Un dan g-Un dan g N om or 22 Tahun 20 0 3 ten tan g Susun an dan Kedudukan M PR , DPR , DPD dan DPR D.

(37)

PERS ELIS IH AN H AS IL P EMILIH AN U MU M

( PH PU ) D I MAH KAMAH KON S TITU S I

S EBAGAI U P AYA H U KU M TERAKH IR

D ALAM P EN YELES AIAN S EN GKETA

P EMILIH AN U MU M

Ra h a yu Pra s e tia n in gs ih1

A b s t r a c t

In don esian Con stitution al Court reach to 40 0 cases. The Con stitution al Court only accept the registration if the appeal in fl uen ce the seat in parliam en t the lim itation of the appeal of the case is the effort of the court to decrease the n um ber of the appeal. Con stitution al Court decision is the fi n al legal effort for the political party an d person al election participan t. Judicial procedure dispute of gen eral election in Con stitution al Court is start from the registration w ith adm in istrativ e requirem en t, exam in ation of ev iden ce an d the w itn ess through the decision . Con stitution al Court only hav e 30 day to exam in e the case. The lim itation of the tim e to exam in e dispute of gen eral election m ade Con stitution al Court should w ork extra hard on it. On e of solution to decrease of the dispute is to decrease the n um ber of gen eral election participan t w ith the tight requirem en t.

Key w ords: Con stitution al Court, Gen eral Election , Dispute.

(38)

A. Pendahuluan

Salah satu kewen an gan Mahkam ah Kon stitusi (MK)2

adalah un tuk m em eriksa perselisihan hasil Pem ilu, baik pem ilu legislatif (pem ilu DPR, DPD dan DPRD), pem ilu presiden hin gga

pem ilihan Kepala Daerah3

Pasca pem ilu legislatif 20 0 9 MK m em eriksa ratusan4 perkara

Perselisihan H asil Pem ilihan Um um (PH PU) yan g diajukan oleh partai politik m aupun peroran gan calon an ggota DPD, ratusan perkara tersebut diajukan oleh berbagai partai politik yan g m erasa bahwa berdasarkan perhitun gan n ya seharusn ya m em peroleh kursi, baik itu berdasarkan bilan gan pem bagi pem ilih m aupun berdasarkan suara sisa.

Walaupun sen gketa secara form al an tara partai politik den gan Kom isi Pem ilihan Um um (KPU) - karen a yan g dim ohon kan un tuk dibatalkan adalah Keputusan KPU – tetapi pada praktekn ya yan g berhadapan adalah an tar partai politik yan g m em ohon pem batalan Keputusan KPU (Pem ohon ) dan partai politik yan g m em pertahan kan kursi yan g digugat.

Seben arn ya MK sudah m em batasi agar jum lah perm ohon an yan g m asuk tidak terlalu ban yak den gan han ya m en erim a perkara hasil pen ghitun gan / jum lah suara hasil pem ilihan um um yan g

m em pen garuhi perolehan kursi saja.5

Walaupun MK m em batasi han ya suara yan g m em pen garuhi perolehan kursi yan g dapat dim ohon kan pem batalan n ya, tetap saja jum lah perkara yan g m asuk cukup ban yak, dan kesem uan ya harus diperiksa dan diputus oleh MK dalam waktu 30 hari kerja, sehin gga MK harus kerja ekstra keras un tuk m em eriksa dan

2 Pasal 24C ayat (1) dan (2) Un dan g-Un dan g Dasar Negara Republik In don esia Tahun 1945

3 berdasarkan UU No. 32 Tahun 20 0 4 ten tan g Pem erin tahan Daerah.

4 Ketua Mahkam ah Kon stitusi m en gatakan , “dari 40 perkara partai politik, terdapat 40 0 kasus. 10 0 kasus di an taran ya dari tin gkat dewan pim pin an pusat (DPP)”, Okezon e.com , “Perkara Pem ilu di MK Alam i Ken aikan ”, 13 Mei 20 0 9, http:/ / pem ilu.okezon e.com / read/ 20 0 9/ 0 5/ 13/ 267/ 21938 4/ perkara-pem ilu-di-m k-alam i-ken aikan , diakses tan ggal 9 J un i 20 0 9.

(39)

m em utus perm ohon an -perm ohon an yan g diajukan oleh peserta pem ilu.6 Isi tun tutan perm ohon an berm acam -m acam dan yan g

palin g um um adalah perm in taan perubahan jum lah hasil suara berdasarkan rekap dari bukti-bukti yan g diberikan , ada juga perm ohon an un tuk pem ilihan ulan g atau pen ghitun gan ulan g di daerah pem ilihan terten tu.

B. Pembahasan

1. P e m ilih a n U m u m S e b a ga i P ro s e s p e la ks a n a a n D e m o kra s i D i In d o n e s ia

Pem ilihan um um sebagai salah satu pelaksan aan dem okrasi, pem ilu m en jadi proses un tuk m en getahui apa yan g m en jadi kehen dak rakyat dalam m en en tukan siapa yan g m en jadi pem egan g pem erin tahan n egara, dan m en un jukan kehen dak rakyat ten tan g bagaim an a n egara in i dijalan kan .

Dem okrasi m en urut Polybios m erupakan pen olakan terhadap m on archie yan g m en in das rakyatn ya. Dem okrasi berasal dari kata “dem ocratie” terdiri dari kata “dem os” yan g berarti rakyat dan “cratos” yan g berarti kekuatan atau kekuasaan . Maka dem ocratie berarti kekuasaan yan g ada pada rakyat seluruhn ya.7

Dem okrasi dalam arti yan g san gat tepat, yaitu Pem erin tahan oleh rakyat sen diri, han ya ada, apabila berwujud dem ikian rupa, bahwa segala putusan pem erin tahan selalu diam bil oleh rakyat seluruhn ya, yan g un tuk itu setiap kali berkum pul dalam suatu

rapat raksasa. 8 Tern yata wujud dem okrasi sem acam in i han ya

m un gkin , kalau suatu n egara berwilayah kecil sekali dan jum lah an ggota m asyarakatn ya juga am at sedikit. Un tuk m en capai

6 Mahkam ah Kon stitusi, “PH PU PKS: Sidan g Berlan gsun g 17 J am , Terlam a dalam Sejarah MK”, “…Sidan g dibuka pada Kam is pukul 14.0 0 WIB dan berlan gsun g hin gga J um at pagi pukul 0 7.0 0 WIB pada hari berikutn ya den gan waktu kuran g lebih selam a 17 jam . In ilah sidan g terpan jan g dalam sejarah berdirin ya MK…”, http:/ / www.m ahkam ahkon stitusi. go.id/ in dex.php?page=website.BeritaIn tern alLen gkap&id=3164 diakses tan ggal 9 J un i 20 0 9.

7 Wirjon oProdjodikoro, Asas-asas Ilm u N egara dan Politik, (J akarta: Eresco, 198 1), hlm . 22

(40)

efi sien si pen gam bilan keputusan seperti itu han ya dilakukan un tuk hal-hal yan g terkait den gan garis-garis besar dari cara m en jalan kan pem erin tahan sedan gkan pelaksan aan garis-garis besar pem erin tahan tersebut diserahkan pada segelin tir oran g saja.

Pem ilihan Um um adalah saran a pelaksan aan kedaulatan rakyat yan g dilaksan akan secara lan gsun g, um um , bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik In don esia berdasarkan Pan casila dan Un dan g-Un dan g Dasar Negara

Republik In don esia Tahun 1945.9

Tata cara pelaksan aan pem ilu pada dasarn ya san gat diten tukan oleh ben tuk Lem baga Perwakilan , parpol yan g ada

serta sistem politik pada suatu n egara.10 Sistem pem ilu berbeda

satu sam a lain karen a perbedaan sistem politik yan g berpen garuh pada pan dan gan terhadap pem ilih . Oleh karen a itu diken al dua sistem pem ilu, yaitu :11

1. Sistem pem ilihan organ is;

2. Sistem pem ilihan m ekan is.

Sistem pem ilihan um um dapat dibedakan m en jadi dua m acam , yaitu sistem pem ilihan m ekan is dan sistem pem ilihan organ is. Pan dan gan m ekan is m en em patkan rakyat sebagai suatu m assa in dividu-in dividu yan g sam a. Men gutam akan in dividu sebagai pen gen ali hak pilih aktif dan m em an dan g rakyat (korps pem ilih) sebagai suatu m assa in dividu-in dividu yan g m asin g-m asin g g-m en geluarkan satu suara (suara dirin ya sen diri) dalag-m setiap pem ilihan . Sistem pem ilihan organ is m en em patkan rakyat sebagai sejum lah in dividu-in dividu yan g hidup bersam a dalam berbagai m acam persekutuan hidup berdasarkan : gen eologis (rum ah tan gga, keluarga), fun gsi terten tu (ekon om i, in dustri), lapisan -lapisan sosial (buruh tan i, cen dikiawan ) dan lem baga-lem baga sosial (un iversitas). Masyarakat dipan dan gn ya sebagai

9 Pasal 1 An gka 1 UU No. 10 Tahun 20 0 8 ten tan g Pem ilihan Um um

10 Morissan , H ukum Tata N egara R I Era R eform asi, (J akarta: Ram dika Prakarsa, 20 0 5), hlm . 220

(41)

suatu organ ism e yan g terdiri atas organ -organ yan g m em pun yai kedudukan dan fun gsi terten tu dalam totalite organ ism e itu,

seperti persekutuan -persekutuan hidup tersebut diatas.12

In don esia m en jadikan sistem pem ilun ya dalam ben tuk sistem pem ilu organ is karen a den gan pem ilu legislatif, pem ilihan presiden dan pem ilihan kepala daerah secara lan gsun g.

Pem ilu san gat besar artin ya bagi kelom pok wargan egara yan g tergabun g dalam suatu organ isasi Partai politik (Parpol). Sistem kepartaian dun ia um um n ya terdiri atas tiga sistem partai yaitu, sistem satu partai (m on oparty sy stem ), sistem dua partai (duoparty sy stem ) dan sistem m ulti partai (m ulty party sy stem ).13

Dalam Pem ilu 20 0 9 In don esia m em pergun akan sistem m ulti partai den gan 42 partai politik yan g m en jadi peserta pem ilu baik partai politik n asion al m aupun partai politik lokal di Aceh.14

J um lah partai politik peserta pem ilu yan g san gat ban yak tersebut ten tun ya m em buat proses pem ilu berjalan lebih rum it, term asuk dalam hal pen yelesaian berbagai sen gketa yan g m un cul.

Men urut Miriam Budiardjo15, secara um um dapat dikatakan

bahwa partai politik adalah suatu kelom pok yan g terorgan isir yan g an ggota-an ggotan ya m em pun yai orien tasi n ilai-n ilai dan cita-cita yan g sam a. Tujuan kelom pok in i ialah un tuk m em peroleh kekuasaan politik dan m erebut kedudukan politik- (biasan ya) den gan cara kon stitusion il – un tuk m elaksan akan

kebijaksan aan -kebijaksan aan m ereka.16 Sedan gkan Carl J .

Frederich m en defi n isikan partai politik sebagai:

“A Political Party is a group of hum an bein gs, stably organ ized w ith the objectiv e of securin g or m ain tain in g for its leaders the con trol of a gov ern m en t, w ith the

12 Moh Kusn ardi & H arm aily Ibrahim , H ukum Tata N egara In don esia, Cet. Ke-5, (J akarta PSH TN-UI & CV Sin ar Bakti, 198 3), hlm . 333-334

13 Ibid, hlm . 219

14 Terdapat 6 partai lokal khusus di NAD yan g ikut m en jadi perserta dalam Pem ilu. Kom pas, “Daftar Parpol Peserta Pem ilu 20 0 9”, Sen in , 7 J uli 20 0 8 , http:/ / www.kom pas. com / read/ xm l/ 20 0 8 / 0 7/ 0 7/ 23212471/ daftar.parpol.peserta.pem ilu.20 0 9, diakses pada 9J un i 20 0 9.

15 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilm u Politik, (J akarta: Gram edia Pustaka, 1993), hal. 161

(42)

further objectiv e of giv in g to m em bers of the party , through such con trol ideal an d m aterial ben efi ts an d adv an tages”

Pasal 1 UU No. 2 Tahun 20 0 817 ten tan g Partai Politik,

m en defi n isikan Partai Politik sebagai organ isasi yan g bersifat n asion al dan diben tuk oleh sekelom pok warga n egara In don esia secara sukarela atas dasar kesam aan kehen dak dan cita-cita un tuk m em perjuan gkan dan m em bela kepen tin gan politik an ggota, m asyarakat, ban gsa dan n egara, serta m em elihara keutuhan Negara Kesatuan Republik In don esia berdasarkan Pan casila dan Un dan g-Un dan g Dasar Negara Republik In don esia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).

Dalam sejarah pem ilu In don esia baru pada pem ilu 20 0 9 Partai politik lokal dapat m en jadi peserta pem ilu legislatif, setelah sebelum n ya partai politik lokal in i dapat m en gikuti pem ilihan

Kepala Daerah di Aceh berdasarkan UU Pem erin tahan Aceh.18

2 . B e rb a ga i P e rm a s a la h a n D a la m P e m ilu 2 0 0 9

Proses pem ilu sebagai sebuah proses politik bukan berarti tan pa perm asalahan -perm asalahan , den gan diben tukn ya lem baga pen gawas pem ilu (Badan Pen gawas Pem ilu/ Bawaslu pada tin gkat pusat dan Pan itia Pen gawas Pem ilu/ Pan was pada tin gkat Provin si dan Kabupaten / Kota) m erupakan suatu in dikasi bahwa pelan ggara-pelan ggaran pem ilu sudah m en jadi suatu hal yan g tidak dapat dihin dari. Pelan ggaran terban yak yan g dilakukan pad

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Perusahaan BUMN terbesar di Indonesia yang ingin menjadi perusahaan energi kelas dunia, Pertamina terus berupaya mengembangkan perusahaan dengan berpegang teguh pada

Pembelajaran PAI terpadu dapat diartikan juga sebagai pembelajaran yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan pendidikan dengan memadukan pendidikan agama Islam dengan

Fermentasi dengan minyak kelapa sawit sebagai sumber karbon dan menggunakan alat fermentor (bioreaktor) dengan kapasitas 15 liter ternyata menghasilkan P(3HB) dalam

Berdasarkan hasil pembahasan, berikut ini dikemukakan simpulan penelitian yang relevan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah implikasi kepemimpinan distributed

[r]

memberikan model yang tepat bagi siswa dalam memajukan pendidikan. Bagi siswa. 1) Sebagai masukan agar lebih bersungguh-sungguh dan aktif

Prinsip perkembangan yaitu meliputi, adanya perubahan, perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya, perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan

Dalam penetapan tujuan penyelenggaraan penanggulangan bencana tahun 2015, hal-hal yang menjadi perhatian adalah mengidentifikasi pernyataan tujuan dan