• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Penilaian Beban Kerja Dosen Terhadap Pengembangan Karier Dosen Di UPN “Veteran” Jawa Timur (Dengan Metode SEM “Structural Equation Modeling”).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Penilaian Beban Kerja Dosen Terhadap Pengembangan Karier Dosen Di UPN “Veteran” Jawa Timur (Dengan Metode SEM “Structural Equation Modeling”)."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Model Penilaian Beban Ker ja Dosen Ter hadap Pengembangan

Kar ier Dosen Di UPN “Veter an” J awa Timur

(Dengan Metode SEM “Str uctural Equation Modeling”)

SKRIPSI

Oleh :

Muhammad Rachman Waluyo

NPM : 1032010021

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

MODEL PENILAIAN BEBAN KERJ A DOSEN TERHADAP PENGEMBANGAN KARIER DOSEN DI UPN “VETERAN” J AWA TIMUR

(DENGAN METODE SEM “STRUCTURAL EQUATION MODELING”)

OLEH :

MUHAMMAD RACHMAN WALUYO NPM : 1032010021

Telah Di Per tahankan Di Hadapan Dan Di Ter ima Oleh Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik I ndustr i Fakultas Teknologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 29 November 2013

Dosen Penguji NIP : 19630125 198803 2 001

2.

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Model Penilaian Kinerja Dan Pengembangan Karier Dosen UPN “Veteran” Jawa Timur Dengan Metode SEM (STRUCTURAL EQUOATION MODELLING), yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Dosen Pembimbing 1 dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang bapak berikan kepada penulis.

(4)

6. Bapak dan Ibu Dosen UPN “Veteran” Jatim. Terima kasih atas kesedianya dalam mengisi kuisioner yang diberikan oleh penulis guna mendapatkan data untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Kepada kedua orang tua, yang selalu memberikan dukungan baik moril atau materil serta spiritual.

8. Semua pihak yang telah mendukung dan menyemangati kami yang tak dapat disebutkan satu persatu sehingga terwujudlah laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menyampaikan permahonan maaf apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Hormat Kami,

(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PE NGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRAKSI xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Asumsi – asumsi 3

1.5 Tujuan Penelitian 4

1.6 Hipotesis Penelitian 4

1.7 Manfaat Penelitian 5

1.8 Sistematika Penulisan 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian Kinerja 7

(6)

2.1.3 Jenis - Jenis Penilaian Kinerja 13 2.1.4 Kegunaan Penilaian Kinerja 14

2.2 Pengembangan Karir 34

2.2.1. Pengertian Pengembangan Karir 34 2.2.2. Tujuan Pengembangan Karier 35 2.2.3. Pengembangan Karir Individu 36 2.2.4. Penyusunan Program Pengembangan Karir 39 2.3. Pengaruh BKD Terhadap Penilaian Kinerja Dosen 41 2.4. Pengaruh SKD Terhadap Penilaian Kinerja Dosen 41 2.5. Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Pengembangan Karir 42 2.6. Struktura Equation Model (SEM) 44 2.7. Langkah – Langkah SEM 51 2.8. Penelitian Terdahulu 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(7)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data 76

4.2. Pengolahan Data 76

4.2.1. Karakteristik Data Penelitian 76

4.2.2. Konversi Path Diagram Persamaan Pengukuran (Measurement Model) dan (Structural Model) 86 4.2.2.1 Persamaan Pengukuran (Measurment) 86 4.2.2.2.1 Uji Kesesuaian Model 86

4.2.4.2.2 Persamaan Pengukuran 87

4.2.2.2.3 Uji Validitas 91 4.2.2.2.4 Uji Signifikansi 92

4.2.2.2.5 Persamaan Structural 92 4.2.2.2.6 Memilih Matriks Input & Teknik Estimasi 93 4.2.2.2.7 Uji Kesesuaian Model 96

4.2.2.2.8 Uji Validitas 96 4.2.2.2.9 Uji Signifikansi 98

4.2.2.2.10 Menilai Kemungkinan Munculnya Identification Problem 100

4.2.2.2.11 Evaluasi Model 100

4.2.2.2.12 Modifikasi Model 102

4.2.2.2.13 Persamaan Modifikasi Model 103

4.2.2.2.14 Memilih Matrik Input & Teknik Estimasi 103

(8)

4.2.2.2.16 Uji Validitas 105

4.2.2.2.17 Uji Signifikasi 107

4.2.2.2.18 Menilai Kemungkinan Munculnya Identification Problem 108

4.2.2.2.19 Evaluasi Model 108

4.2.2.2.20 Uji Reabilitas 110

4.3. Pembahasan 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 119

5.2. Saran 119 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme Penilaian Kinerja 16 Gambar 2.2. Model Konsep Penelitian 17 Gambar 2.3. Diagram Jalur dan Hubungan Kausalitas 52 Gambar 2.4. Kesimpulan Beban Kerja Dosen Biasa (DS) dan Dosen

Dengan Tugas Tambahan (DT) 64 Gambar 3.1. Model Penilaian Beban Kerja Dosen Terhadap Pengembangan

Karier Dosen Di UPN “Veteran” Jawa Timur 67 Gambar 3.2. Flow Chart Pemecahan Masalah 70 Gambar 4.1. Model Measurment Faktor – Faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Kinerja BKD Dan

Pengembangan Karier 88

Gambar 4.2. Model Structural Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja BKD Dan

Pengembangan Karier 95

Gambar 4.3. Model Modifikasi Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja BKD Dan

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Goodnes Of Fit Indices 55 Tabel 4.1 Frekuensi Bidang Pendidikan & Pengajaran 77 Tabel 4.2 Frekuensi Bidang Penelitian 78 Tabel 4.3 Frekuensi Bidang Pengabdian 78 Tabel 4.4 Frekuensi Bidang Penunjang 79 Tabel 4.5 Frekuensi Bidang Pendidikan & Pelatihan 80 Tabel 4.6 Frekuensi Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat 80 Tabel 4.7 Frekuensi Bidang Penunjang 81 Tabel 4.8 Frekuensi Bidang Sesuai Standard 82 Tabel 4.9 Frekuensi Bidang Tidak Sesuai Standard 83 Tabel 4.10 Frekuensi Bidang Sertifikasi 84 Tabel 4.11 Frekuensi Bidang Jabatan Fungsional 84 Tabel 4.12 Frekuensi Bidang Pendidikan Lanjut 85 Tabel 4.13 Goodnes Of Fit dan Cut Off Value 86 Tabel 4.14 Standardized Regression Weight 87 Tabel 4.15 Regresision Weight 91 Tabel 4.16 Standardized Regression Weight 92 Tabel 4.17 Goodnes Of Fit dan Cut Off Value 96

Tabel 4.18 Regression Weight 97

(11)

Tabel 4.20 Covariances 102

Tabel 4.21 Variances Regresion Weight 102

Tabel 4.22 Standardized Regression Weight 103

Tabel 4.23 Goodnes Of Fit dan Cut Off Value 105

Tabel 4.24 Regression Weight 105

Tabel 4.25 Reabilitas Output Modifikasi Model 112

Tabel 4.26 Goodnes Of Fit dan Cut Off Value 113

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

Model Penila ian Beban Ker ja Dosen Ter hadap Pengembangan Kar ier Dosen Di UPN “Veter an” J awa Timur

(Dengan Metode SEM “Str uctur a l Equation Modeling”) Muhamma d Rachman Wa luyo

J ur usan Teknik Industr i UPN “Veter an” J atim Indonesia Univer sitas pembangunan Nasiona l “Veter an” J awa Timur

J l. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar , Sur abaya 60924 E-mail : [email protected]

Abstr aksi

Selama ini proses pengembangan karier dan kenaikan pangkat dosen begitu berat yang mana harus mengerjakan Tridharma Perguruan Tinggi dan Penunjang, dibuktikan banyak dosen baru yang sampai sekarang ini sudah bekerja 8 Tahun belum punya jabatan fungsional. Dengan adanya beban kerja dosen diharapkan dapat membantu dosen untuk kelancaran proses kariernya kedepanya oleh karena itu saya berusaha untuk menulis penelitian ini apakah Beban Kerja Dosen berpengaruh terhadap pengembangan karier dosen dengan 2 variabel bebasnya yakni Beban Kerja Dosen (BKD) dan Standard Kinerja Dosen (SKD). Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru, Dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mentransformasi, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen diartikan sebagai seperangkat pengetahaun, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dikuasai sehingga dapat diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi kepribadian dan kompetensi diri.metode regresi tersusun dengan tool yang tepat menggunakan Structural Equation Modelling (SEM)

Penelitian ini menghasilkan model yang bagus dengan melakukan modifikasi dengan hasil Goodness of fit : Chi Square = 55.599, df = 45, Cmin/df = 1.235, probabilitas = 0.134, RMSEA = 0.049, GFI = 0.912, AGFI = 0.850, CFI = 0.977, TLI = 0.955. Dengan hasil Beban Kerja Dosen (BKD) berpengaruh langsung, positif dan tidak signifikan terhadap Penilaian Kinerja Dosen (PKD) dengan nilai 0,039. Standard Kinerja Dosen (SKD) berpengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap Penilaian Kinerja Dosen (PKD) dengan nilai 0,774, dan Penilaian Kinerja Dosen (PKD) berpengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap Pengembangan Karier (PK) dengan nilai 0.357.

(14)

Wor kload Assessment Model Lectur er s Lectur er s Against Car eer Development At UPN " Veter an" East J ava

(SEM Methods " Structur al Equa tion Modeling" )

Muhamma d Rachman Wa luyo

J ur usan Teknik Industr i UPN “Veter an” J atim Indonesia Univer sitas pembangunan Nasiona l “Veter an” J awa Timur

J l. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar , Sur abaya 60924 E-mail : [email protected]

Abstr aksi

During this process of career development which is so heavy that which have to do Tridharma Perguruan Tinggi and support proven many instructor new which to date already work 8 years not have position functional. With the faculty workload is expected to help lecturers to smooth the process of career kedepanya therefore I am trying to write this research is Lecturer Workload effect on faculty career development with 2 independent variables namely Workload Lecturer (BKD) and Standard Performance Lecturer (SKD) . As mandated by the Act No. 14 Year 2005 on Teachers, Lecturers expressed as professional educators with the primary task of transforming, developing and disseminating science, technology through education, research and community service (Chapter 1 Article 1 Paragraph 2. Competence of teachers, especially professors is defined as a set of knowledge, skills and behaviors that must be owned, controlled so that it can be realized by a lecturer in performing their duties. The competencies include personal competence and competence-structured regression diri.metode proper tool using Structural Equation Modeling (SEM)

The study produced a good model by modifying the results of Goodness of fit: Chi Square = 55 599, df = 45, Cmin / df = 1.235, probability = 0.134, RMSEA = 0.049, GFI = 0.912, AGFI = 0.850, CFI = 0.977, TLI = 0.955. With results Workload Lecturer (BKD) has a direct, positive and significant impact on Performance Assessment Lecturer (PKD) with 0,039. Standard Performance Lecturer (SKD) has direct, positive and significant impact on Performance Assessment Lecturer (PKD) with a value of 0.774, and a Lecturer in Performance Assessment (PKD) has direct, positive and significant for Career Development (OD) with a value of 0.357.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini proses pengembangan karier dan kenaikan pangkat dosen

begitu berat yang mana harus mengerjakan Tridharma Perguruan Tinggi dan

Penunjang, dibuktikan banyak dosen baru yang sampai sekarang ini sudah bekerja

8 Tahun belum punya pangkat fungsional. Dengan adanya beban kerja dosen

diharapkan dapat membantu dosen untuk kelancaran proses kariernya kedepanya

oleh karena itu saya berusaha untuk menulis penelitian ini apakah BKD

berpengaruh terhadap pengembangan karier dosen dengan 2 variabel bebasnya

yakni BKD dan standard kinerja dosen yang dimodelkan seperti gambar 3.1

Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru, Dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama

mentransformasi, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,

teknologi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Bab

1 Pasal 1 Ayat 2. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen diartikan sebagai

seperangkat pengetahaun, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dikuasai

sehingga dapat diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugasnya.

(16)

Tugas utama dosen adalah melaksanakan Tridharma perguruan tinggi

dengan beban kerja paling sedikit 12 SKS dan paling banyak 16 SKS dan bisa

beban lebih untuk bidang penelitian pada setiap semester sesuai dengan

kualifikasi akademik. Pelaksanaan tugas utama dosen ini perlu dievalusi dan

dilaporkan secara periodik sebagai bentuk akuntabilitas kinerja dosen (Pedoman

Beban Kerja Dosen 2010).

Penilaian BKD tidak saja dianggap sebagai sumber penghasilan, tetapi

juga sebagai sesuatu yang dapat memuaskan keinginan-keinginan lain, seperti

penghargaan dari orang lain, persaingan terhadap kekuasaan serta jabatan yang

lebih tinggi dan lain-lain. Sehubungan dengan ini, maka setiap dosen harus diberi

kesempatan untuk mengembangkan kariernya, yakni sebagai alat untuk

memotivasi mereka agar dapat berprestasi lebih baik. Namun kenyataanya selama

ini di UPN ”Veteran” Jawa Timur belum dilakukan penilaian terhadap BKD yang

diterapkan selama ini sudah efektif apa belum.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian untuk

membuat model Penilaian Beban Kerja Dosen Terhadap Pengembangan Karier

Dosen Di UPN “Veteran” Jawa Timur, dengan variabel bebasnya (Eksogen

“Beban Kerja Dosen dan Standard Kinerja Dosen). Sekaligus untuk dilakukan uji

model karena model ini masih relatif baru diharapkan penilaian kinerja yang

secara berkala dan berkelanjutan dapat sebagai modal untuk pengembangan karier

(17)

1.2 Perumusan Masalah

Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan pada latar belakang

maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam penelitian ini adalah :

“Seberapa Baik Model Penilaian Beban Kerja Dosen Terhadap

Pengembangan Karier Dosen di UPN “Veteran” Jawa Timur ?”

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kuisioner hanya diberikan kepada dosen yang pangkat maksimalnya lektor

kepala.

2. Kuisioner ini diberikan kepada dosen S-1

3. Kuisioner ini hanya diberikan kepada dosen yang mendapat sertifikasi.

4. Dosen yang diteliti PNS Dephan, DPK Dikti, dan PTY UPN “Veteran”

Jatim.

1.4 Asumsi – Asumsi

Adapun asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Responden dapat mengerti isi kuisioner dan dapat memberikan penilaian

terhadap isi kuisioner.

2. Indikator–indikator yang ditentukan sesuai dengan teori dan keadaan yang

(18)

3. Dosen yang diteliti adalah dosen yang mengikuti upacara, senam dan

absensinya baik (Lengkap).

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa baik

model Penilaian Beban Kerja Dosen Terhadap Pengembangan Karier Dosen di

UPN “Veteran” Jawa Timur.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

Bagi Institusi diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan kedepanya agar

lebih baik serta untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.

2. Bagi Dosen

Sebagai masukan untuk dosen guna mengembangan diri untuk mencapai

pengembangan pangkat fungsional yang lebih tinggi.

3. Bagi Penulis

Memberikan tambahan pengalaman dalam mengaplikasikan teori dengan

memberikan ide guna memperdalam ilmu pengetahuan untuk

pengembangan lebih lanjut.

1.7 Sistematika Penulisan

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian.

Selain itu juga dijelaskan mengenai perumusan masalah dan batasan

masalah, tujuan penelitian, asumsi-asumsi, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas metode yang digunakan dalam penelitian dan teori

lain yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian. Teori tersebut akan

menjelaskan konsep pemikiran yang digunakan dalam penelitian

sehingga dapat memahami konsep penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan

dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian memberikan

gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan Prosedur penelitian

secara sistematis untuk memperhatikan tahap yang dilalui dalam

melakukan kegiatan penelitian.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan pengolahan dari data yang telah dikumpulkan dan

melakukan analisis, evaluasi data yang telah diolah untuk

menyelesaikan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran mengenai model Penilaian

(20)

“Veteran” Jawa Timur serta mengetahui pengaruh variabel, standard

kerja dosen terhadap penilaian kinerja dan pengembangan karier dosen

itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian Kinerja

2.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan

kemampuan. Untuk menyelelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya

memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan

keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana

mengerjakannya. Kinerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap

orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan

perannya dalam perusahaan. Berikut ini ada beberapa pengertian penilaian

kinerja yang dikemukakan oleh para ahli :

Malayu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan kinerja (prestasi

kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Andrew F. Sikula yang di kutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2001:87)

Penilaian Kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah

dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.

(22)

Tentang penilaian kinerja ditengah kompetisi yang global perusahaan

menuntut kinerja yang tinggi dari setiap karyawan hal ini dinyatakan oleh :

Henry Simamora, (2004:338)

Penilaian Kinerja (performance appraisal) adalah proses yang dipakai

oleh perusahaan/ organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu

karyawan untuk lebih memperjelas bagaimana penilaian kinerja dalam sebuah

organisasi untuk dapat menghasilkan individu-individu yang berkualiatas dan

kuantitas yang dihasilkan oleh :

Malayu S.P Hasibuan ( 2001 : 87) menyatakan bahwa :

Penilaian Kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar

kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.

Dalam hal ini juga Mondy dan Noe yang di kutip oleh Marwansyah

dan Mukaram (2003:103) menyatakan bahwa :

Penilaian Kinerja adalah sebuah sistem formal untuk memeriksa/

mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seseorang. Berdasarkan

pengertian penilaian kinerja di atas dapat ditarik kesimpulan yang menerangkan

bahwa penilaian kinerja di dalam sebuah organisasi modren, penilaian kinerja

merupakan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan dan standar kinerja dan memotivasi kinerja individudi

waktu berikutnya.penilaian kinerja menjadi basis bagi keputusan-keputusan

yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan,transfer, dan

(23)

Dari hasil studi Lazer and Wikstrom (2000) terhadap penilaian dari 125

perusahaan yang ada di USA, yang dikutip oleh Veithzal Rivai (2004:324),

aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja adalah :

1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode,

teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta

pengalaman serta pelatihan yang diperoleh.

2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas

perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing

kedalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada

intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung

jawabnya sebagai seorang karyawan.

3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain untuk bekerja sama

dengan orang lain, memotivasi karyawan/ rekan, melakukan negosiasi dan

lain lain

.

2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja

Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua

alasan pokok, yaitu : (1) manajer memerlukan avaluasi yang obyektif terhadap

kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di

bidang SDM di masa yang akan datang ; dan (2) manajer memerlukan alat yang

memungkinan untuk membantu karyawan memperbaiki kinerja, merencanakan

pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk perkembangan

(24)

Berdasarkan uraian di atas, tujuan penilaian kinerja karyawan pada

dasarnya meliputi :

1. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini.

2. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk kenaikan gaji, gaji pokok,

kenaikan gaji istimewa, insentif uang.

3. Mendorong pertanggung jawaban dari karyawan.

4. Untuk pembeda antar karyawan satu dengan yang lain.

5. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam :

a. Penugasan kembali, seperti mutasi atau transfer, rotasi pekerjaan.

b. Promosi, kenaikan jabatan.

c. Training dan latihan.

6. Meningkatkan motivasi kerja.

7. Meningkatkan etos kerja.

8. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi

tentang kemauan kerja mereka.

9. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan umtuk

memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karir

selanjutnya.

10. Riset seleksi sebagai kriteria keberhasilan/ efektivitas.

11. Sebagai salah satu sumber informasi untuk perncanaan SDM, karir dan

keputusan perencanaan suksesi.

12. Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai untuk

(25)

13. Sebagi sumber informasi untuk mengambil keputusan yang berkaitan

dengan gaji-upah-intensif-kompemsasi dan sebagai imbalan lainya.

14. Sebagai penyalur keluhan yang berkaitan dengan masalah pribadi maupun

pekerjaan.

15. Sebagai alat untuk menjaga tingkat kinerja.

16. Sebagai alat untuk membantu mendorong karyawan mengambil inisiatif

dalam rangka memperbaiki kinerja.

17. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan SDM, seperti seleksi, rekrutmen,

pelatihan dan analisis pekerjaan sebagai komponen yang saling

ketergantungan diantara fungsu-fungsi SDM.

18. Mengindentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja

menjadi baik.

19. Mengembangkan dan menetapkan kompensasi pekerjaan.

20. Pemutusan hubungan kerja, pemberian sangsi ataupun hadiah.

Setiap pekerja termasuk para manajer dalam bekerja selalu dihadapkan

dengan keharusan mengambil keputusan, yang berhubungan dengan bidang

bisnis organisasi/ perusahaan. Keputusan itu hanya akan dirumuskan secara

tepat untuk dilaksanakan, apabila didasarkan pada informasi-informasi yang

cukup dan benar. Informasi penting yang di dapat hanya dari penilaian pekerja

adalah data tentang tugas-tugas yang dilaksanakan dan cara melaksanakanya

dalam hubungannya dengan usaha untuk mencapai tujuan. Dengan

menggunakan informasi itu harus diambil keputusan, tentang perlu atau tidak

(26)

melaksanakanya agar lebih efektif dan efisien bagi pencapaian tujuan

organisasi/ perusahaan.

Tujuan umum tersebut diatas menitikberatkan pada penilaian kinerja

sebagai usaha investarisasi masalah-masalah SDM, yang hasilnya harus

digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan kerjasama antara manajer

dan pekerja. Kerjasama sebagai satu tim dalam suatu unit kerja atau

dilingkungan organisasi/ perusahaan secara keseluruan, tidak mungkin

terwujud tanpa saling pengertian dan saling menghargai. Dengan demikian

berarti manajer harus memahami keinginan pekerja secara individual, yang jika

mendapat perhatian akan meningkatkan motivasinya dalam melaksanakan

tugas-tugasnya. Dari sis lain informasi hasil penilaian kinerja dapat digunakan

untuk melaksanakan berbagai kegiatan Manajemen SDM yang lainya. Untuk

itu hasil penilaian kinerja perlu diketahui oleh para pekerja. Dari satu sisi

pengetahuan tentang keberhasilannya, akan menjadi motivasi untuk

mempertahankan dan bahkan lebih meningkatkanya di masa depan. Sebaliknya

informasi kegagalan dapat digunakan oleh organisasi/ perusahaan dalam usaha

untuk mendorong pekerja memperbaiki kekurangan atau kelemahanya agar di

masa depan prestasi kerjanya lebih meningkat. Dengan kata lain penilaian

kinerja bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja SDM.

2.1.3 J enis - J enis Penilaian Kinerja

Jenis-jenis penilian kinerja terdiri dari :

1. Penilaian hanya oleh atasan

(27)

b. Dapat mengarah ke distorsi karena pertimbangan-pertimbangan pribadi.

2. Penilaian oleh kelompok lini : atasan dan atasannya lagi bersama –sama

membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai.

a. Obyektifitas lebih lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh

atasannya sendiri.

b. Individu yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.

3. Penilaian oleh kelompok staf : atasan meminta satu atau lebih individu

untuk bermusyawarah dengannya; atasan langsung yang membuat

keputusan akhir.

4. Penilaian melalui keputusan komite : sama seperti pada pola sebelumnya

kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi mengambil

keputusan akhir : hasil didasarkan pada pilihan mayoritas.

5. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan : sama sepeti kelompok staf,

namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan atau departemen

SDM yang bertindak sebagai peninjau independen

6. Penilaian yang dilakukan oleh bawahan dan sejawat.

2.1.4 Kegunaan Penilaian Kinerja

Kegunaan penilaian kinerja sebagai berikut :

1. Posisi tawar. Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang

obyektif dan rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau langsung

(28)

2. Perbaikan Kinerja. Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi

karyawan, manajer dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan untuk

meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan.

3. Penyesuaian Kompensasi. Penilaian kinerja membantu pengambilan

keputusan dalam penyesuaian laba/rugi, menetukan siapa yang perlu

dinaikan upah/bonusnya atau kompensasi lainnya.

4. Keputusan Penempatan. Membantu dalam promosi, keputusan penempatan,

dan pemindahan dan penurunan pangkat pada umumnya didasrkan pada

masa lampau atau mengantisipasi kinerja. Sering promosi adalah

penghargaan untuk kinerja yang lalu.

5. Pelatihan dan pengembangan. Kinerja yang buruk mengindikasikan adanya

suatu kebutuhan untuk latihan.

6. Perencanaan dan pengembangan karier. Umpan balik penilaian kinerja

dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan dan pengembangan

karier karyawan, penyusunan program pengembangan karier yang tepat

dapat menyelaraskan antara kebutuhan karyawan dengan kepentingan

karyawan.

7. Evaluasi proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan

kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen SDM.

8. Defisiensi proses penempatan karyawan. Kinerja yang baik atau buruk

mengisyaratkan kekuatan atau kelemahan dalam prosedur penempatan

(29)

9. Ketidak akuratan informasi. Kinerja lemah menandakan adanya kesalahan

di dalam informasi analisis pekerjaan, perncanaan SDM atau sistem

informasi SDM.

10.Kesalahan dalam merancang pekerjaan. Kinerja yang lemah mungkin

merupakan gejala dari rancangan pekerjaan yang kurang tepat.

11.Kesempatan kerja yang adil. Penilaian kinerja yang akurat terkait dengan

pekerjaan dapat memastikan bahwa keputusan penempatan internal tidak

bersifat diskriminatif.

12.Mengatasi tantangan-tantangan eksternal. Kadang-kadang kinerja

dipengaruhi oleh faktor di luar lingkungan kerja. Jika faktor ini tidak dapat

diatasi karyawan bersangkutan, departemen SDM mungkin mampu

menyediakan bantuan.

13.Elelem-elemen pokok sistem penilaian kinerja. Departemen SDM biasanya

mengembangkan penilaian kinerja bagi karyawan di semua departemen.

Elemen-elemen pokok sistem penilaian ini mencakup kriteria yang ada

hubungan dengan pelaksanaan kerja dan ukuran-ukuran kriteria.

14.Umpan balik ke SDM. Kinerja baik atau buruk din seluruh perusahaan

mengindikasikan seberapa baik departemen SDM berfungsi.

Pada penelitian ini, peneliti harus menyesuaikan dengan kondisi

lingkungan yang diteliti yakni mengenai penilaian dosen. Data penelitian yang

dimasukkan dibatasi sampai pangkat lektor kepala karena Profesor mempuyai

tugas khusus, sehingga ukuran kerjannya sama yakni beban kerja dosennya 12

(30)

Sedangkan penelitian hanya variabel kinerja dosen, standard kinerja dosen

sebagai variabel eksogen (Bebas), sedangkan penilaian kinerja dosen sebagai

variabel intevening, dan pengembangan karier sebagai variabel endogen

(Terikat).

---

Sumber : Veithzal Rivai (2004:317)

Gambar 2.2 Model Konsep Penelitian

Di era sekarang ini dosen mempuyai hak untuk mendapatkan sertifikasi

dosen. Dasar hukumnya adalah Permendiknas No 42 Tahun 2007 .

Penilaian kinerja dosen (Sebagai variabel endogen) dan variabel beban

kinerja dosen dan standard kinerja dosen, sebagai variabel eksogen (bebas) dan

variabel pengembangan karier dosen dapat digunakan sebagai pengembangan

karier setiap dosen. Arah Kebijakan Sertifikasi dosen merupakan amanah

undang-undang No. 14/ 2005. Selain itu ada dua amanah penting dalam

undang-undang tersebut, yaitu :

Variabel Penelitian Kinerja Dosen Penilaian

Kinerja Dosen

Pengembangan Karier

Standard Kinerja Dosen

(31)

1. Amanah kesejahteraan

2. Amanah kualitas

Amanah Kesejahteraan

Di usahakan peningkatan kesejahteraan melalui penerimaan tunjangan

profesi pendidik dan tunjangan kehormatan bagi profesor.

Besarnya satu kali gaji pokok untuk Tupropen dan dua kali untuk Tukehor

Merupakan domain kewajiban pemerintah.

Penyaluran tunjangan diatur oleh PP 41/ 2009 yang dijabarkan menjadi

Permenkeu No. 101 Tahun 2010 yang kemudian diubah menjadi

Permenkeu No. 164 Tahun 2010.

Amanah Kualitas

Untuk menghadapi tantangan perkembangan Ipteks dalam era globalisasi

yang semakin kompetitif

Merupakan domain yang diserahkan oleh pemerintah kepada perguruan

tinggi.

UU 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 2

Dosen adalah pendidikan profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat.

UU No. 14/ 2005 Tentang Gur u Dan Dosen

(32)

Beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan

pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan

melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta

melakukan pengabdian kepada masyarakat.

Beban kerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 satuan kredit semester dan

sebanyak-banyaknya 16 SKS

Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja dosen sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) yang diatur oleh setiap satuan

pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Penjabaran BKD : PP 37 Tahun 2009 Pasal 8

Melaksanakan Tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling

sedikit 12 SKS dan paling banyak 16 SKS pada setiap semester sesuai

dengan kualifikasi akademiknya dengan ketentuan :

Beban kerja pendidikan dan penelitian paling sedikit 9 SKS yang

dilaksanakan di Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

Beban kerja pengabdian kepada masyarakat dapat dilaksanakan melalui

kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh

Perguruan Tinggi yang bersangkutan atau melalui lembaga lain.

Mekanisme Kendali Dosen (Bagaimana Bila Dosen Tidak Memenuhi

BKD)

Menurut PP No. 41 Tahun 2009

(33)

Memiliki sertifikat pendidik

Memenuhi persyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9, Pemberian tunjangan profesi dihentikan apabila guru/ dosen

tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Siapa Bertanggung J awab Mengendalikan

Check lampiran II permenkeu 101/ PMK 05/ Tahun 2010

Check lampiran II permenkeu 164/ PMK 05/ Tahun 2010

Check pasal 12 permenkeu 164/ PMK 05/ Tahun 2010

Terminologi pembayaran dan pertanggung jawaban pembayaran mengikuti

mekanisme menteri keuangan

Di perguruan tinggi negeri dialokasikan melalui Dipa PT dan PT. Swasta

melalui Kopertis.

Pasal 12 Permenkeu 164/ PMK 05/ Tahun 2010

Pasal 12 : Permintaan pembayaran tunjangan profesi bagi guru dan

dosen dan tunjangan khusus bagi guru dan dosen serta tunjangan kehormatan

bagi profesor diajukan secara terpisah dari gaji induk.

Tata Car a Pelaksanaan

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi menerbitkan Buku Pendoman Tentang

Beban Kerja Dosen Dan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan

Tinggi.

Untuk tahun 2010 sudah diterbitkan dan dikirim surat edaran Dirjen Dikti

(34)

Untuk lebih jelasnya penelitian ini bisa dilihat pada gambar 3.1 yakni

variabel beban kerja dosen mempuyai empat (4) indikator yakni beban kerja

dosen mempuyai 4 indikator yaitu bidang pendidikan, bidang penelitian,

pengabdian dan penunjang, sedangkan variabel eksogenya lain adalah standard

kerja dosen terdiri dari bidang pendidikan minimal 3 SKS dan pendidikan dan

penelitian maks. 9 SKS, bidang pengabdian masyarakat minimum 1 SKS

Maksimal 2.4 SKS dan penunjang Minimum 2.4 SKS, Maksimal 3.2,

sedangkan untuk variabel endogenya sebagai variabel intervening adalah

penilaian kinerja dosen yang indikatornya terdiri dari elemen Lulus (12 – 16

SKS) dan tidak lulus (< 12 SKS) sedangkan variabel endogenya adalah

pengembangan karier dosen dengan indikatornya terdiri dari mendapat

(35)

2.2 Pengembangan Karir

2.2.1 Pengertian Pengembangan Karir

Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan

memiliki pengetahuan yang berbeda tentang pekerjaan jika dibandingkan

dengan individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

berpandangan lebih luas dan bermakna. Anggapan tentang kerja tersebut

berubah. Kerja tidak saja dianggap sebagai sumber penghasilan, tetapi juga

sebagai sesuatu yang dapat memuaskan keinginan-keinginan lain, seperti

penghargaan dari orang lain, persaingan terhadap kekuasaan serta jabatan yang

lebih tinggi dan lain-lain.

Sehubungan dengan ini, maka setiap karyawan harus diberi kesempatan

untuk mengembangkan kariernya, yakni sebagai alat untuk memotivasi mereka

agar dapat berprestasi lebih baik. Pengembangan itu sendiri menurut Malayu

S.P Hasibuan (2001:69) adalah suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan

teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Pengembangan biasanya berhubungan dengan peningkatan kemampuan

intelektual atau emosional yang di perlukan untuk menunaikan pekerjaan yang

lebih baik. Biasanya dalam sebuah organisasi seseorang akan mengalami

tingkat kesusksesan dimana seseorang karyawan tersebut memilii peluang

untuk mendapatkan karir yang di inginkannya di sini Wayne F. Casio yang di

(36)

promosi jabatan atau mutasi ke jabatan yang lebih tinggi dalam jenjang hirarki

yang dialami oleh seorang tenaga kerja selama masa dinasnya.

Maka disini dapat kita simpulkan bahwa pengembangan karir sesorang

di dorong oeh keinginan yang kuat untuk dapat menempati kedudukan yang

lebih tinggi dalam suatu organisasi yang didukung dengan kemampuan individu

dan tingkat emosiaonal yang di milikinya diatas rata-rata karyawan lainya.

2.2.2 Tujuan Pengembangan Karir

Tujuan dari seluruh program pengembangan karier adalah untuk

menyesuaikan antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir

yang tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Karena itu, usaha

pembentukan pengembangan karier yang dirancang secara baik akan dapat

membantu karyawan dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri, dan

menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan tujuan perusahaan.

Walaupun perencanaan karir penting dalam fase sebuah karir, namun terdapat 3

poin dalam perjalanan karier yang krusial. Pertama, pada saat karyawan mulai

dikontrak. Pengalaman kerja di awal-awal pekerjaan memiliki pengaruh yang

penting dalam membentuk karir mereka. Kedua, Mid-career (pertengahan

karier), yaitu kondisi di mana karyawan sudah mulai menghadapi tekanan dan

tanggung jawab pekerjaan yang berbeda pada saat yang bersangkutan mulai

dikontrak. Namun, pada pertengahan karir ini, karyawan berada pada turning

point, yaitu posisi dimana kemandekan karir menjadi perhatian yang serius.

Ketiga, masa prapensiun, pekerja menghadapi ketidakpastian akibat kondisi

(37)

2.2.3 Pengembangan Karir Individu

Beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan karir individu

seorang karyawan adalah :

1. Prestasi Kerja (job performance)

Prestasi kerja merupakan faktor yang paling penting untuk meningkatkan

dan mengembangkan karier seorang karyawan. Kemajuan karier sebagian

besar tergantung pada prestasi kerja yang baik dan etis. Asumsi kinerja

yang baik melandasi seluruh aktivitas pengembangan karir. Ketika

kinerjanya dibawah setandar, dengan mengabaikan upaya-upaya

pengembangan karier lain,bahkan tujuan karir sederhana sekalipun biasanya

tidak bisa dicapai. Kemajuan karier umumnya terletak pada kinerja dan

prestasi.

2. Eksposur (exposure)

Kemajuan karir juga dapat dikembangkan melalui eksposur. Eksposur

menjadi paham (dan diharapkan dapat dipertahankan setinggi mungkin).

Mengetahui apa yang diharapkan dari promosi, pemindahan ataupun

kesempatan karir lainnya dengan melakukan kegiatan yang kondusif. Tanpa

eksposur, maka karyawan yang baik kemungkinan tidak mendapatkan

peluang-peluang yang diperlukan guna mencapai tujuan tujuan karier

mereka.manajer memperoleh eksposur utamanya melalui kinerja dan

prestasi mereka, laporan tertulis, presentasi lisan,pekerjaan komite dan

(38)

asosiasi profesi dan kelompok komunitas nirlaba, misalnya kadin, dan

kelompok-kelompokmyang berintasi sipil lainnya.

3. Jaringan Kerja (net working)

Jaringan kerja berarti perolehan eksposur di luar perusahaan. Kontak

pribadi dan professional, utamanya melalui asosiasi profesi akan

memberikan kontak kepada seseorang yang bisa lebih baik. Kemudian

apabila karir seorang karyawan mengalami jalan buntu atau pemecatan

mendorong seseorang masuk ke dalam kelompok paruh waktu, maka

kontak-kontak ini bisa membantu tujuan seseorang menuju pada

peluang-peluang pekerjaan.

4. Pengunduran Diri (resignations)

Apabila perusahaan tempat seorang karyawan bekerja tidak memberikan

kesempatan berkarier yang banyak dan ternyata di luar perusahaan terbuka

kesempatan yang cukup besar untuk berkarir, untuk memenuhi tujuan

kariernya karyawan tersebut akan mengundurkan diri.

5. Kesetiaan Pada Organisasi (organizational loyality)

Pada sejumlah perusahaan, orang menempatkan loyalitas pada karier di atas

loyalitas perusahaan. Level loyalitas perusahaan rendah merupakan hal

yang umum terjadi di kalangan lulusan perguruan tinggi terkini (yang

ekspektasi tinnginya seringkali menyebabkan kekecewaan pada

perusahaan) dan para professional (yang loyalitas pertamanya seringkali

(39)

6. Pembimbing dan Sponsor (mentors and sponsors)

Banyak karyawan yang segera mempelajari bahwa mentor bisa membantu

pengembangan karier mereka. Pembimbing adalah orang yang memberikan

nasihat-nasihat atau saran-saran kepada karyawan di dalam upaya

mengembangkan kariernya. Pembimbing tersebut berasal dari perusahaan

itu sendiri. Sedangkan sponsor adalah seseorang di dalam perusahaan yang

dapat menciptakan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan

kariernya.

7. Bawahan Yang Mempunyai Peranan Kunci (key subordinates)

Manajer-manajer yang berhasil bersandarkan pada bawahan-bawahan yang

membantu kinerja mereka. Bawahan bisa mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang sangat khusus sehingga manajer bisa belajar darinya,

atau bawahan bisa melaksanakan peranan kunci dalam membantu manajer

dalam menjalankan tugas-tugasnya.

8. Peluang Untuk Tumbuh (growth oppoetunities)

Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan

kemampuannya, misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus, dan juga

melanjutkan jenjang pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan

kepada karyawan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kariernya.

Disamping itu, kelompok-kelompok di luar perusahaan bisa membantu

karier seseorang.

(40)

Untuk orang-orang yang mendekati posisi operasional atau staf senior,

maka pengalaman internasional menjadi peluang pertumbuhan yang

penting. Boleh jadi, pengalaman intenasional menjadi salah satu prasyarat

menduduki beberapa posisi di perusahaan tersebut.

2.2.4 Penyusunan Progr am Pengembangan Karier

Dengan memperhatikan pengertian dan arti penting dari pengembangan

karier diatas, maka di dalam organisasi/ perusahaan selalu harus dikembangkan

dan disusun program pengembangan karier bagi karyawannya.

Bagi individu tenaga kerja diharapkan pengembangan karier akan

mampu memperbaiki kualitas kehidupannya dari masa ke masa, sedangkan

bagi perusahaan keuntungan yang diharapkan adalah terjaminnya kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki serta pemanfaatannya secara optimal untuk

mewujudkan tujuan perusahaan.

Dalam kaitan ini, Edwin B. Flippo yang dikutip oleh Bambang

Wahyudi (2002:163), menyebutkan adanya 3 (tiga) unsur yang harus

diperhatikan dalam langkah penyusunan program pengembangan karir yaitu :

1. Menaksir Kebutuhan Karir (career need assessment)

Karier bagi seseorang merupakan suatu unsur yang sangat penting dan

bersifat sangat pribadi dalam kehidupannya. Setiap orang harus mempunyai

kesempatan dan memiliki kemampuan untuk merencanakan pengembangan

dirinya. Demikian pula halnya dengan tenaga kerja yang berada dalam

suatu organisasi. Dalam penyusunan program pengembangan karier,

(41)

yang dikatakan lebih dahulu, karena unsur inilah sebenarnya yang akan

berpengaruh terhadap terwujudnya sasaran utama dari program

pengembangan karier ini, yaitu memelihara sumber daya manusia yang ada

agar tetap memiliki kemauan kerja dalam organisasi dengan intensitas yang

cukup tinggi.

2. Kesempatan Karir (career opportunity)

Setelah tenaga kerja didorong untuk menentukan kebutuhan karirnya, maka

sudah sewajarnya apabila diikuti dengan tanggung jawab untuk

menggambarkan kesempatan karier yang ada di dalam organisasi yang

bersangkutan. Informasi ini sangat penting tidak saja bagi tenaga kerja yang

sudah berada dalam organisasi tetapi juga bagi calon tenaga kerja. Dengan

informasi tentang kesempatan karier yang ada dalam organisasi, maka

setiap tenaga kerja dan calon tenaga kerja mengetahui dengan jelas berbagai

kemungkinan jabatan yang dapat didudukinya. Para pekerja juga perlu

mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang tersedia, baik untuk masa sekarang

maupun untuk masa yang akan datang.

3. Penyesuaian Kebutuhan Dan Kesempatan Karir (need opportunity

alignment)

Apabila kedua unsur diatas yang tersedia telah dapat ditetapkan, maka yang

harus dilakukan adalah mengadakan penyesuaian diantara kedua

kepentingan tersebut. Dalam pelaksanaannya, penyesuaian tersebut dapat

dilakukan dengan bantuan program mutasi tenaga kerja atau program

(42)

unsur dasar dalam langkah penyusunan rencana pengembangan karier,

kemudian disusun suatu rencana jenjang karier yang meliputi beberapa

aspek, seperti sasaran, strategi mencapai sasaran, evaluasi perkembangan

pelaksanaan, dan tindakan koreksi yang perlu dilakukan.

2.3 Pengaruh Beban Kerja Dosen Ter hadap Penilaian Kinerja Dosen

Beban kerja dosen berpengaruh signifikan terhadap penilaian kinerja

dosen, untuk dosen biasa (DS) harus lengkap nilai Tridharma Perguruan

Tingginya (Pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat) dan untuk dosen

dengan tugas tambahan (DT) untuk penelitian dan pengabdian masyarakat

boleh tidak dikerjakan/ dilakukan tetapi total Tridharma Perguruan Tinggi dan

penunjangnya total 12 sampai 16 SKS. Apabila beban kerja dosen (DS) lebih

besar dari yang di tentukan dan ternyata kelebihanya ada pada variabel

penelitian bisa disimpan seperti yang tertuang pada Software BKD Microsoft

Access sebagai simpanan data untuk pengembangan kariernya.

2.4 Pengaruh Standar d Kerja Dosen Ter hadap Penilaian Kinerja

Dosen

Standard kerja dosen berpengaruh signifikan terhadap penilaian kinerja

dosen, untuk dosen biasa (DS) harus lengkap nilai Tridharma Perguruan

Tingginya (Pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat), dengan ketentuan

pendidikan dan penelitian minimal 3 SKS dan maksimal 9 SKS, sedangkan

bidang pengabdian masyarakat dan penunjang/ tambahan minimal 3 SKS dan

(43)

penelitian dan pengabdian masyarakat boleh kosong, pendidikan dan penelitian

minimal 3, pengabdian dan penunjang (Tambahan) boleh kosong total kerja

beban kerja dosen 12 sampai 16 SKS. Apabila beban kerja dosen (DT) lebih

besar dari yang di tentukan dan ternyata kelebihanya ada pada variabel

penelitian bisa disimpan seperti yang tertuang pada Software BKD Microsoft

Access sebagai simpanan data untuk pengembangan kariernya (Lihat

kesimpulan Beban Kerja Dosen DS & DT).

2.5 Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Pengembangan Karir

Salah satu tujuan pentingnya dari organisasi dinamis dimanapun adalah

memastikan bahwa orang-orang mampu melaksanakan bermacam-macam tugas

yang berkaitan dengan kedudukan dan peran mereka untuk mencapai tujuan

tersebut. Organisasi harus peka terhadap kemampuan dan keahlian karyawan.

Oleh karena itu perlu diadakannya kemampuan dan keahlian yang dimiliki

sehingga mengakibatkan pengembangan karir karyawan akan terpenuhi

tersebut. Hal ini dikemukakan oleh Viethzal Rivai (2004:291) yang

menyatakan bahwa : Penilaian kinerja merupakan faktor penting untuk

meningkatkan dan mengembangkan karier seorang karyawan. Asumsi kinerja

yang baik melandasi seluruh aktifitas perkembangan karier. Kemajuan karier

umumnya terletak pada kinerja dan prestasi.

Pernyataan tesebut di perkuat oleh Henry Simamora (2004:337) yang

(44)

Penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk

mengevaluasi kerja para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan karier

dan memotivasi kalangan karyawan

Melalui penilaian kinerja karyawan akan membantu karyawan dalam

meningkatkan kebutuhan karir internal mereka sendiri. Dengan penilaian

kinerja ini dapat diketahui ciri-ciri positif dan negative yang ada pada diri

seseorang untuk lebih meningkatkan kemampuan kerja, baik dengan

menggunakan ciri-ciri positif sebagai modal maupun dengan usaha yang

sistematik untuk menghilangkan atau paling sedikit mengurangi ciri-ciri

negative.

2.6 Struktur Equation Model (SEM)

SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan

pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan.

a. Hubungan yang rumit ini dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel

dependen dengan satu atau beberapa variabel independen.

b. Masing-masing variabel dependen dan independen dapat berbentuk faktor

(konstruk yang dibangun dari beberapa variabel indikator) dan variabel –

variabel itu dapat berbentuk sebuah variabel tunggal yang diobservasi atau

yang diukur langsung dalam sebuah proses penelitian.

c. Indikator atau observed variable digambarkan dengan bentuk persegi

sedangkan konstruk/ faktor/ latent variabel/ unobserved variable

digambarkan dengan bentuk oval atau elips. Konstruk eksogen adalah

(45)

endogen adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa

konstruk. Di dalam SEM analisa regresi ditunjukkan dengan garis anak

panah satu arah yang menunjukkan adanya hubungan kausal dimana yang

ditunjuk oleh anak panah merupakan variabel dependen dan analisa korelasi

ditunjukkan dengan garis anak panah dua arah.

SEM digunakan karena keunggulannya yang mempunyai kemampuan

untuk menampilkan sebuah model komprehensif bersamaan dengan

kemampuan untuk mengkonfirmasikan dimensi atau faktor dari sebuah konsep

melalui indikator-indikator empiris serta kemampuannya untuk mengukur

pengaruh antar faktor yang secara teoritis ada. Oleh karena itu SEM biasanya

dipandang sebagai kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi, dan

tentu saja dapat diaplikasikan secara terpisah hanya dalam analisis faktor (yaitu

Confirmatory Factor Analysis) ataupun hanya dalam analisis regresi.

Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan

pengolahan data yang dianalisis dengan pemodelan SEM adalah sebagai

berikut:

a. Ukuran Sampel

Besarnya sampel didasarkan pada minimal 5 x n sampai 10 x n (jumlah

data observasi). Karena n dalam pemodelan ini adalah 48 maka didapatkan

sampel minimum sebesar 240 dan sampel maksimum sebesar 480. Asumsi

SEM harus dipenuhi yaitu sampel yang harus dianalisis adalah lebih besar

atau sama dengan 100, jadi sampel yang diolah sebagai input adalah 100

(46)

b. Normalitas atau Linearitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

dipenuhi sehingga data dapat diperoleh lebih lanjut untuk pemodelan SEM

ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat

diuji dengan metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik

untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivariat

dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Uji

linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu

dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk

menduga ada tidaknya linearitas.

c. Outlier

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers

ini asal diketahui bagaimana munculnya outliers itu. Outlier pada dasarnya

dapat muncul dalam empat kategori :

1) Pertama, outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan

dalam memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data.

Misalnya, nilai 7 diketik 70 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai

lainnya dalam sebuah rentang jawaban responden antara 1 – 10. Bila hal

semacam ini lolos supervisi pengetikan data untuk pengolahan melalui

(47)

2) Kedua, outlier dapat saja muncul karena keadaan yang benar – benar

khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain,

tetapi peneliti mempunyai penjelasan mengenai apa penyebab

munculnya nilai ekstrim itu. Misalnya pertanyaan mengenai pandangan

ibu yang sedang hamil terhadap asap rokok dari sesama penumpang bis,

dimana diperoleh bahwa rata-rata mempunyai pandangan yang negatif.

Tetapi dari 105 (seratus lima) responden, ternyata diketahui bahwa

terdapat 2 (dua) orang ibu dijelaskan. Jawaban yang positif ini dapat

menjadi outliers dalam panel data.

3) Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi

peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebab atau tidak ada penjelasan

mengenai sebab-sebab munculnya nilai ekstrim itu. Contohnya, sama

dengan survei pendapat mengenai, dimana datanya menunjukkan hanya

ada 1 (satu) orang ibu yang sangat senang. Jawaban ini akan menjadi

outliers, dimana peneliti tidak tahu penyebab munculnya nilai ekstrim

itu.

4) Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila

dikombinasi dengan variabel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim

atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut dengan multivariate outliers.

d. Multicollinearity Dan Singularity

Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai

determinan matriks kovarians yang sangat kecil (extremely small) memberi

(48)

program-program komputer SEM telah menyediakan fasilitas “warning”

setiap kali terdapat indikasi multikolinearitas atau singularitas. Bila muncul

pesan itu, telitilah ulang data yang digunakan untuk mengetahui apakah

terdapat kombinasi linear dari variabel yang dianalisis. Perlakuan data (data

treatment) yang dapat diambil adalah keluarkan variabel yang menyebabkan

singularitas itu. Bila singularitas dan multikolinearitas ditemukan dalam

data yang dikeluarkan itu, salah satu treatment yang dapat diambil adalah

dengan menciptakan “composite variables”, lalu gunakan composite

variable itu dalam analisis selanjutnya (Augusty, 2002 : 51 – 54). SEM

menampilkan model yang relatif rumit. Yang dimaksudkan dengan model

yang rumit adalah model-model simultan yang dibentuk melalui lebih dari

satu variabel dependen yang dijelaskan oleh satu atau beberapa variabel

independen, dan dimana sebuah variabel dependen pada saat yang sama

berperan sebagai variabel independen bagi hubungan berjenjang lainnya,

yang dikenal sebagai variabel intervening dan variabel moderating. Model

yang rumit adalah juga model yang dikembangkan dengan alur anteseden

dan konsekuensi atau model sebab akibat atau causal model. Itulah

sebabnya structural equation model disebut juga sebagai causal model.

Kalau alat multivariat yang lain mempunyai kelemahan pada

keterbatasan pada pengoperasiannya yang hanya dapat menganalisis satu

hubungan pada suatu waktu. Secara teknisnya hanya dapat menguji satu

variabel dependen melalui beberapa variabel independen. Sedangkan kenyataan

(49)

yang dimiliki SEM. Jika asumsi telah terpenuhi, maka model kemudian diuji

melalui uji kesesuaian dan uji statistik yang meliputi :

1. Chi – square statistic (X2)

Model yang diuji dipandang baik dan memuaskan bila nilai chi-square-nya

rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu dan diterima

berdasarkan probabilitas cut-off sebesar p > 0,05 atau p > 0,10.

2. Significance probability

Merupakan uji signifikansi terhadap perbedaan matriks kovarian data

dengan matriks kovarian yang diestimasi. Jika nilai probabilitas signifikansi

> 0,05 mengindikasikan bahwa model dapat diterima.

3. Relative chi-square

Merupakan the minimum sample discrepance function (CMIN) dibagi

dengan degree of freedom yang akan menghasilkan CMIN/DF dan pada

umumnya digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat

kelayakan suatu model. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang

dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit model dengan data (Arbucle dan

Wothke, 1999 : 399).

4. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengompensasi chi

– square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness of fit yang dapat digunakan bila model diestimasi dalam populasi.

Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks

(50)

5. Comparative Fit Index (CFI)

Merupakan besaran indeks untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah

model. Keunggulan dari indeks ini adalah tidak dipengaruhi ukuran sampel.

Rentang nilai dari indeks ini adalah 0 – 1, dimana semakin mendekati 1

menunjukkan tingkat fit yang paling tinggi.

6. Tucker Lewis Index (TLI)

Merupakan sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,95

dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan kesesuaian yang sangat

bagus (Arbuckle dan Wothke, 2000).

7. Goodness of Fit Index (GFI)

GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai rentang nilai

antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam

index ini menunjukkan sebuah “better fit”.

8. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

AGFI merupakan GFI yang di-adjust terhadap degress of freedom yang

tersedia untuk menguji diterima tidaknya model. Tingkat penerimaan yang

direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau

lebih besar dari 0,9.

Apabila pengujian terhadap asumsi SEM, kesesuaian dan uji statistik

telah dilakukan, kemudian dilakukan modifikasi terhadap model yang tidak

(51)

mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi terhadap model, yaitu dengan

melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model. Apabila ditemukan nilai

residual yang dihasilkan oleh model cukup besar (≥ ± 2,58), maka cara lain

dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah alur

baru terhadap model yang diestimasi. Nilai residual lebih besar atau sama

dengan ± 2,58 diintepretasikan sebagai signifikan secara statistik pada tingkat

5% dan residual yang signifikan.

2.7 Langkah – Langkah Structural Equation Modelling

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini

perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut:

a. Pengembangan model berbasis teori

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teorities yang

kuat. Setelah itu model tersebut divalidasi secara empirik melalui

komputasi program SEM. Oleh karena itu dalam pengembangan model

teorities, seorang peneliti harus melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah

melalui telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model

teorities yang dikembangkannya. Dengan perkataan lai, tanpa dasar teorities

yang kuat, SEM tidak dapat digunakan.

b. Penyusunan Path Diagram

Model teoritis yang telah dibangun akan digambarkan dalam sebuah path

(52)

kausal biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan tetapi dalam SEM

hubungan kausalitas itu cukup digambarkan dalam sebuah path diagram dan

selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar menjadi persamaan

dan persamaan menjadi estimasi.

Dalam membangun diagram jalur (path diagram), hubungan antar

konstruk ditunjukkan dengan garis dengan satu anak panah yang menunjukkan

hubungan kausalitas (regresi) dari satu konstruk ke konstruk yang lain. Garis

dengan dua anak panah menunjukkan hubungan korelasi antar konstruk.

Di dalam pemodelan SEM peneliti akan bekerja dengan “konstruk” atau

“faktor” yaitu konsep – konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup

untuk menjelaskan berbagai hubungan. Cara membangun diagram jalur dapat

dijelaskan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.3 Diagram Jalur dan Hubungan Kausalitas

Konstruk – konstruk yang dibangun dalam diagram jalur di atas dapat

dibedakan dalam 2 kelompok konstruk, yaitu konstruk eksogen dan konstruk

endogen yang diuraikan sebagai berikut :

(53)

Konstruk eksogen (exogenous construct) dikenal juga sebagai source

variable atau independent variable yang tidak diprediksi oleh variabel lain

dalam model. Secara diagramatis, konstruk eksogen adalah konstruk yang

dituju oleh garis dengan satu ujung panah. Dalam gambar terlihat adanya

sebuah garis lengkung dengan anak panah 2 ujung. Garis lengkung ini tidak

menjelaskan sebuah kausalitas melainkan untuk mengindikasikan adanya

korelasi, karena syarat yang harus dipenuhi dalam uji regresi adalah tidak ada

korelasi antar variabel independen dalam sebuah model. Dengan garis lengkung

ini, peneliti dapat mengamati berapa kuatnya tingkat korelasi antar kedua

konstruk yang akan digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Konstruk endogen (endogenous construct) adalah faktor yang diprediksi

oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu

atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat

berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Berdasarkan pijakan teoritis

yang cukup, seorang peneliti dapat menentukan mana yang akan diperlakukan

sebagai konstruk endogen dan mana sebagai konstruk eksogen. Konversi

diagram alur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model

pengukuran. Setelah teori atau model teorities dikembangkan dan digambarkan

dalam sebuah alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model

tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri

dari:

a. Persamaan Struktural (Struktural Equation). Persamaan ini dirumuskan

(54)

b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (Measuement Model). Pada

spesifikasi itu peneliti menentukan variabel mana mengukur konstruk mana,

serta menentukan variabel serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi

yang dihipotesiskan antar konstruk atau variabel.

Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun.

Setelah model dispesifikasikan secara lengkap, selanjutnya dipilih jenis input

(kovarians atau korelasi). Bila yang diuji adalah hubungan kausalitas maka

disarankan input yang digunakan adalah kovarians. (Hair dkk,2000).

Teknik estimasi yang dipakai peneliti yang tersedia dalam AMOS 6.0

adalah Maximum Likelihood Estimation (ML) yang telah menjadi default dari

program ini. Estimasi akan dilakukan secara bertahap yaitu:

Teknik ini untuk mengestimasi measurement model menguji

undimensionalitas dari konstruk-konstruk eksogen dan endogen. Disebut

sebagai teknik analisis faktor konfimatori, sebab pada tahap ini model akan

mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang

dianalisis. Terdapat dua uji dasar dalam Confirmatory Factor Analysis yaitu:

1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)

Pengujian dilakukan menggunakan parameter yang disajikan pada tabel.

Tabel 2.1 Goodness Of Fit Indices

Goodness of Fit Indices Cut – Off Value

X2 Chi Square Diharapkan kecil

Probabilitas ≥ 0,05

CMIN/DF ≤ 2,00

RMSEA ≤ 0,08

Gambar

Gambar 2.2 Model Konsep Penelitian
Gambar 2.3 Diagram Jalur dan Hubungan Kausalitas
Tabel 2.1 Goodness Of Fit Indices
Gambar 2.4 Kesimpulan Beban Kerja Dosen Biasa (DS) dan Dosen Dengan Tugas Tambahan (DT)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh dari motivasi, kualitas dosen pengajar, dan minat belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi

Dengan beratnya dan mulianya tugas dosen tersebut maka diperlukan suatu sistem yang dapat mengukur kinerja dosen yang nantinya dapat digunakan untuk bahan

Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah ter- struktur dengan tujuan untuk mengumpulkan jawaban kuesioner dari dosen akuntansi yang bekerja

Dengan beratnya dan mulianya tugas dosen tersebut maka diperlukan suatu sistem yang dapat mengukur kinerja dosen yang nantinya dapat digunakan untuk bahan

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh dari motivasi, kualitas dosen pengajar, dan minat belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi