• Tidak ada hasil yang ditemukan

“RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR ( Studi Deskriptif Kualitatif Analisis Resepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Tayangan Kekerasan Di Film Televisi ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI TELEVISI INDOSIAR ( Studi Deskriptif Kualitatif Analisis Resepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap Tayangan Kekerasan Di Film Televisi )."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Kekerasan Di Film Televisi ) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada FISIP UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Oleh :

SANTI RACHMAWATI NPM : 1043010008

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

▸ Baca selengkapnya: kumpulan angka hitungan mundur untuk mengawali sebuah tayangan film disebut

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

petunjuk serta kemudahan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

SKRIPSI yang berjudul “ “RECEPTION ANALYSIS” IBU RUMAH TANGGA

DALAM MENONTON FILM TELEVISI “SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” DI

TELEVISI INDOSIAR.

Dalam penyusunan SKRIPSI ini penulis menggunakan atau mengerahkan

pengetahuan dan kemampuan yang di miliki dalam menulis, akan tetapi tentunya

masih terdapat kesalahan baik besar maupun kecil. Selesainya kegiatan hingga

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan dan bimbingan dari Ibu Dra.

Herlina Suksmawati,M.Si yang dengan segala perhatian dan kesabarannya rela

meluangkan waktu untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga banyak menyampaikan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang membantu dan member dukungan penulis dalam

menyelesaikan SKRIPSI, diantaranya :

1. Ibu Hj. SUPARWATI, Dra.MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak JUWITO S.SOS, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

UPN “Veteran” Jawa Timur

3. Ayah, Mama yang selalu mendukung, membantu, mengingatkan dan

(5)

4. Nia sahabatku yang ikut memberi Support penulis untuk mengerjakan

skripsi dan selalu setia mengantarkan penulis kemana saja.

5. Sahabat sahabat terbaik, Niken Kumalasari, Quintharia, Mentari, Yunita

Mariana, Roz Dima, Shintanovita, Arinda, Tiara, Noby, Kharin, yang tak

berhenti memberi semangat, masukan untuk kelancaran skripsi ini.

6. Wafi molla yang selalu memberikan support, semangat, dan menghibur

ketika penulis jenuh, serta sodara terbaikku yang selalu memberi semangat

Nia, Ifa,Devita, Kak Toink terima kasih.

7. Ilmiah angkasawati dan mbak indra sahabat satu kamar yang selalu

mengingatkan untuk mengerjakan skripsi dan menemani lembur.

8. Pihak pihak yang tidak dapat disebutkan satu satu oleh penulis,yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak segala bentuk perbaikan, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kebaikan Skripsi ini.

Surabaya, 23 juli 2014

(6)

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATAPENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 9

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Televisi Dalam Komunikasi ... 14

2.2.1 Komunikasi Massa Dan Khalayak ... 16

2.2.2 Media Massa Televisi ... 19

2.2.3 Khalayak Media Massa ... 21

2.2.4 Televisi Di Indonesia ... 23

(7)

2.2.6 Budaya Dan Media ... 29

2.3 Ibu Rumah Tangga Sebagai Khalayak Aktif ... 33

2.4 FTV (Film Televisi) Indonesia ... 36

2.4.1 film televisi sinema pintu taubat ... 38

2.5 Reception Analysis ... 39

2.6 FTV (Film Televisi) Indonesia ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Devinisi Penelitian ... 45

3.2.1 Reception Analysis ... 45

3.2.1 Ftv (Sinema Pintu Taubat Siang Indosiar) ... 47

3.3 Kriteria Informan ... 49

3.4 Jenis Sumber Data ... 50

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 51

3.6 Metode Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 58

4.1. Gambaran Umum... 58

4.2 Identitas Informan... 60

4.3 Penyajian Data... 62

(8)

4.3.2 Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga... . 68

2.3.3 Perilaku Negatif Dalam Film... 69

2.3.4 Perilaku Positif Dalam Film... 71

4.4 Analisis Data ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

1.1. Kesimpulan... 80

1.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(9)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

LAMPIRAN 1. ... 86

LAMPIRAN 2. ... 88

LAMPIRAN 3. ... 89

(10)

ABSTRAKSI

“RECEPTION ANALYSIS” HOUSEWIFE IN WATCHING TELEVISION FILM

“SINEMA PINTU TAUBAT SIANG” IN INDOSIAR

Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan masyarakat atas film. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan. Hampir semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk penayangan film televisi. Di Indonesia sendiri film televisi sangat digemari terutama film televisi dengan tema percintaan remaja dan film televisi dengan tema religius. Peneliti memilih meneliti bagaimana penerimaan Ibu Rumah Tangga terhadap film televisi religi sinema pintu taubat siang di indosiar atas tayangan kekerasan yang ditampilkan dari isi cerita film ini, dengan mengunakan metode kualitatif dan menggunakan teori Reception Analysis. Ibu rumah tangga dipilih sebagai informan karena ibu rumah tangga domestik merupakan khalayak aktif yang sebagian besar beraktifitas dirumah. Karena film religi ini mengandung cerita kekerasan dalam rumah tangga, peneliti menggunakan teknik in depth interview dan di perkuat oleh teknik focus group discussion guna untuk memperoleh data. Dari penelitian ini peneliti dapat mengkelompokan informan dalam tiga kategori yaitu Dominant-Hegemonic Position, Negotiated Position, oppositional position untuk mengetahui bagaimana khalayak menerima terpaan teks media.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media menjadi hal yang penting bagi kehidupan manusia untuk mengetahui

informasi apa saja yang sedang terjadi di dalam maupun diluar negeri. Media

dianggap sebagai alat komunikasi yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi

secara cepat. Melalui media, manusia mampu belajar tentang dunia. Karena pada

dasarnya media memberikan pendidikan, informasi, maupun hiburan.

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media mass

(media cetak dan elektronik). Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata

media of mass communication (media komunikasi massa). Jelas bahwa media massa

menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi

massa. Berikut adalah media yang termasuk ke dalam komunikasi massa, antara lain:

televisi, radio, internet, majalah, Koran, tabloid, buku, dan film (film di bioskop).

Perkembangan pertelivisian nasional di Indonesia dimulai sejak pemerintah membuka

TVRI yang pada waktu itu merupakan satu-satunya stasiun televisi bertaraf nasional

di Indonesia. Baru kemudian pada tahun 1989 lahirlah RCTI sebagai stasiun televisi

swasta nasional pertama di Indonesia dan disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar,

(12)

lima stasiun televisi swasta baru, yaitu Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global.

Kemudian setelah undang-undang penyiaran disahkan oleh pemerintah pada tahun

2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan,

khususnya di daerah.sepuluh stasiun televisi swasta nasional dan puluhan stasiun

televisi swasta lokal telah hadir ditengah masyarakat, belum lagi televisi

berlangganan dan televisi komunitas. Kondisi ini semakin memicu iklim komersial di

industri media televisi. Hal ini mendorong media televisi bekerja lebih keras dalam

membuat suatu program yang kreatif dan inovatif, sehingga memiliki daya tarik yang

tinggi terhadap audiensnya.(httpe-journal.uajy.ac.id228121KOM02023.pdf)

Di zaman seperti ini, bukan mustahil apabila kegiatan manusia tidak lepas dari

media massa. Media memberikan banyak pengetahuan untuk penontonnya. Bahkan

bukan hanya sekedar pengetahuan, manusia juga mendapatkan hiburan yang tak

terbatas.Mulai dari membuka mata sampai kembali memejamkan mata, semuanya

saling berhubungan. Pada pagi hari, biasanya kebanyakan orang membaca koran atau

menonton berita di televisi.

Media elektronik televisi termasuk ke dalam media massa karena sifat

informasinya yang konvergen. Informasi dapat diterima secara bersamaan oleh

reseptor lebih dari satu orang. Menurut Jalaluddin Rakhmat, di dalam buku Psikologi

Komunikasi, definisi komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada

sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau

(13)

Media massa merupakan dasar bagi apa yang disebut sebagai “industri

budaya” (Max Horkheimer dan Theodore Adorno, “The Culture Industry :

Englightenment as Mass Deception”.) Semua pesan yang dipropagandakan oleh

media massa membentuk kesadaran manusia dan membagi arti pesan tersebut kepada

mereka, sehingga manipulasi pesan dalam media massa merupakan strategi yang

efektif untuk menasehati dan memberikan pengawasan.

Televisi merupakan media komunikasi paling efektif untuk menyampaikan

pesan dan mempengaruhi orang lain. Jika mengamati setiap keluarga yang ada, maka

salah satu barang pokok yang ada di setiap keluarga adalah televisi. Saat ini, hampir

seluruh keluarga memiliki televisi. Dengan kata lain, akses informasi melalui televisi

mampu diterima oleh hampir setiap keluarga yang memiliki televisi.

Film merupakan komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagai

bagian kebudayaan massa yang muncul seiring dengan perkembangan masyarakat

perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya massa yang populer. Sebagai

media, film tidak bersifat netral, pasti ada pihak-pihak yang mendominasi atau

terwakili kepentingannya dalam film tersebut. Film adalah seni yang sering dikemas

untuk dijadikan komoditi dagang, karena film adalah potret dari masyarakat dimana

film itu dibuat. Sebagai bagian dari media massa, film seringkali dicurigai sebagai

agen perubahan sosial. Akibat dampak pemutaran sebuah film menyebakan

perubahan dalam masyarakat misalnya, secara serentak masyarakat mengikuti gaya

(14)

menontonnya, sehingga terjadi sebuah trend baru karena digemari banyak orang pada

waktu tertentu. Film Indonesia dilihat dari berbagai segi belum mampu menghasilkan

keseluruhan nilai yang ada. Film nasional cenderung terbatas, mengacu pada selera

pasar, dan belum mampu menghadirkan nilai perenungan dan pembelajaran bagi

penikmatnya. Film nasional cenderung mengarah pada mengejar keuntungan

financial daripada tanggung jawab moral. Kondisi ini dapat saja terjadi karena

orientasi film Indonesia masih mengarah pada selera rendah pasar, daripada

menggugah kesadaran atau pencerahan batin.memang sebuah film bersifat menghibur

namun tentu lebih baik apabila sifat hiburan itu mengarah pada rekreatif (penciptaan

kembali), daripada sekedar rekreasi. Untuk mengembangkan budaya intelektual

dalam film, memerlukan proses. Proses itu melibatkan sumber daya manusia, sumber

dana, dan penguasaan teknologi di luar proses pembuatan film itu sendiri. Hal ini bisa

terwujud dalam sebuah tema yang diangkat oleh para insan film dan bagaimana

mewujudkan tema itu sebagai sebuah film yang bermutu, sehingga penikmat film bisa

mendapatkan nilai budaya dan sosial yang tersirat didalamnya.

( http://id.wikipedia.org/wiki/perempuanberkalungsorban)

Salah satu program yang selalu bisa menarik banyak audiens adalah program

hiburan. Maka tidak heran jika program hiburan selalu menjadi senjata bagi stasiun

televisi swasta. Program jenis ini selalu mendapat porsi yang lebih dibanding

program televisi lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai jenis program

hiburan telah dibuat. Seperti tren mode pada dunia fashion, media televisi pun

(15)

yang merupakan acara unggulan favorit pemirsa pada awal perkembangan

pertelevisian nasional, hingga film televisi yang perolehan ratingnya dari dulu hingga

sekarang masih tetap stabil. Film televisi adalah film feature yang didanai stasiun

televisi atau jaringan TV yang sejak awal dimaksudkan untuk tayang di televisi

bukan bioskop.Film televisi sangat berbeda dengan film layar lebar. Jika

dibandingkan dengan layar lebar, biaya produksi film televisi relatif lebih kecil.

Proses produksinya pun jauh lebih mudah dibanding dengan proses produksi layar

lebar, karena dalam pembuatan film televisi tidak memerlukan teknologi yang terlalu

canggih seperti dalam produksi film layar lebar. Film jenis ini biasanya diproduksi

pada pita film 35 mm sehingga tidak terlalu banyak efek film yang bisa dimasukan.

Kebanyakan film televisi memang diproduksi dengan biaya rendah dan berorientasi

pada profit sehingga secara teknis penggarapannya kurang maksimal. Oleh karena itu,

untuk menarik perhatian, alur cerita dan judul dalam film televisi biasanya dibuat

seunik mungkin. (httpeprints.uns.ac.id4.pdf)

FTV adalah FILM TELEVISI, tayangan yang berupa film atau sebuah

program yang digambarkan melalui visual media massa dengan teknologi untuk

menceritakan sebuah cerita yang telah dibuat dan diolah oleh penulis cerita tersebut.

Film is a term that encompasses individual motion pictures, the field of film as an art

form, and the motion picture industry 5. Film merupakan sebuah karya dari olahan

gambar visual dan audio yang digabungkan untuk membantuk suatu jalinan cerita

dari naskah yang telah dibuat. Film Televisi merupakan sebuah program yang dibuat

(16)

dari pembuatan dan proses tersebut ditayangkan dalam sebuah stasiun televisi

tertentu. Walaupun FTV bukan merupakan sebuah hal yang baru dalam Trans TV,

karena sebelumnya Divisi Drama juga telah membuat format FTV Religi Hikayah.

Namun dengan tampilan FTV dan konsep yang benar-benar baru, strategi

pengembangan program dan cara yang dipergunakan serta proses didalam

produksinya merupakan hal-hal yang sangat menarik untuk diteliti.

Berbagai macam program acara terlahir dari beberapa stasiun televisi yang

saling bersaing dalam merebut hati pemirsanya, seperti Trans TV dengan progam

pemutaran film-film produksi Hollywood serta program film Oh Ternyata lebih

memerankan tayangan horor dan drama percintaan , SCTV dengan FTV nya yang

melantunkan gelora asmara anak muda dalam biasan cerita film yang menceritakan

kisah anak remaja yang romantis, ada juga yang menggambarkan anak muda yang

kaya dan ganteng, memiliki kecanggihan gadget terbaru di era terkini begitu juga

dengan FTV RCTI, Pada dasarnya film remaja banyak menampilkan remaja yang

hidup di kalangan kelas atas dan selalu mempunyai konflik utama yang sama yaitu

problema cinta. Tayangan film remaja di televisi swasta kita banyak mengambarkan

gaya hidup metropolitan, sedangkan MNCTV jua menayangkan sinema religi ,yang

mengambarkan manusia ketika berbuat jahat akan mendapat azab ketika ajal atau

akan meninggal, Begitu juga Indosiar juga menampilkan sinema religi yaitu sinema

pagi dan sinema pintu taubat.

Beberapa jenis film yang ada di TV Indonesia saat ini membawa dampak bagi

(17)

resepsi ibu rumah tangga tentang kekerasan dalam rumah tangga (keluarga) film

televisi Indosiar “ SINEMA PINTU TAUBAT SIANG ” Film tersebut

menggambarkan peran religi dan menampilkan adegan kekerasan di dalam rumah

tangga, peran seorang muslimah yang tertindas,teraniyaya,didzalimi, peran wanita

dan laki-laki yang bukan mukhrim dan balasan terhadap orang-orang yang telah

berbuat kemungkaran di dunia. Artinya apa yang terjadi di dunia merupakan ujian

dan azab dan tidak azab tersebut tidak selalu sebuah hubungan sebab akibat.

Sinema Pintu Taubat siang salah satu progam film televisi Indosiar siang yang

tergolong film bernuansa religi yang merangkup kehidupan di dalam rumah tangga

yang menggambarkan kisah anak-anak, sampai film yang seringkali menggambarkan

tindakan kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga. Seringkali tayangan

film yang menggambarkan tentang kekerasan menjadi perdebatan di kalangan

masyarakat yang menontonnya. Apalagi tayangan kekerasan tersebut adalah

kekerasan yang terjadi dalam keluarga (Rumah Tangga). Karena ini bisa saja

berdampak positif atau bahkan berdampak negatif terhadap yang menontonnya. Pesan

dari kisah-kisah yang diangkat. Bagi saya, yang diperlihatkan hanya perkelahian,

pertengkaran, saling rebut hak asuh anak, rebutan suami, pembunuhan, Ceritanya

selalu, ada mertua yang jahat, menantu yang jahat, istri yang jahat atau suami yang

jahat. Dan, semuanya selalu jahatnya menggunakan kekerasan dan adu mulut. Jahat

yang jahat sekali ,dan banyak kisah aneh lainnya. Film merupakan perwujudan dari

seluruh realitas kehidupan dunia yang begitu luas dalam masyarakat, oleh karenanya,

(18)

khalayak penonton, seolah mereka ikut merasakan dan menjadi bagian dari cerita film

tersebut. Selain itu isi pesan film dapat menimbulkan aspek kritik sosial, pendidikan,

ilmu pengetahuan, norma kehidupan dan hiburan bagi khalayak penonton. Dalam

penelitian berjudul “receptions analysis ibu rumah tangga dalam film sinema pintu

taubat siang di indosiar ” bertujuan untuk mengetahui bagaimana resepsi penonton

terhadap konstruksi dan representasi identitas kultural yang dibangun dalam film

televisi sinema pintu taubat.

Film televisi sinema pintu taubat ini jenis film indosiar bertema religi dengan

judul berbagai macam sebagian misalkan, suami cacat teraniyaya, anak korban harta

gono gini, mantuku budakku, suami istri yang tak tu diri, merebut suami majikan,

akibat merebut suami kakak tiri, ayah”maafkan anakmu, dll. Semua tema dalam film

tersebut mencangkup kehidupan rumah tangga yang bermasalah ataupun memiliki

konflik negatif dan positif . dalam semua judul film televisi tersebut sesorang yang

berbuat jahat pasti akan mendapatkan balasan setimpal sesuai perbuatannya (azab)

dan sebaliknya yang berbuat baik akan mendapatkan hikma dan anugerah yang

digambarkan dalam film tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas timbul ketertarikan peneliti untuk

mengetahui bagaimana penerimaan ibu rumah tangga terhadap adanya film religi

yang menceritakan kehidupan sehari-hari yang terdapat hal positif dan negatif di

dalam rumah tangga. Peneliti memilih responden ibu-ibu rumah tangga dikarenakan

film sinema pintu taubat tersebut tayang pada pukul 12.00 WIB siang yang pasti

(19)

tersebut dianggap mampu bercerita dan menjelaskan tentang penerimaan isi film

sinema pintu taubat guna mendapat data sesuai tujuan dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan analisis resepsi.

Teori dasar yang digunakan teori encoding – decoding yang di kemukakan oleh

Stuart Hall tentang bagaimana khalayak memproduksi sebuah pesan dari suatu teks

media. Proses tersebut akan menghasilkan makna yang tidak selalu sama karena di

pengaruhi oleh kapasitas setiap penonton. Data dieproleh dari in-depth interview

terhadap ibu rumah tangga dengan latar belakang berbeda.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti menetapkan suatu

perumusan masalah, yaitu : “ bagaimana penerimaan khalayak (ibu rumah tangga)

dalam menonton film televisi “sinema pintu taubat siang? ” di Indosiar.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari latar belakang permasalahan dan perumusan masalah diatas, tujuan

penelitin ini adalah untuk melihat bagaimana penerimaan khalayak mengenai

kehidupan antarumat beragama didalam kehidupan sehari-hari rumah tangga yang

(20)

1.4 Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini di harapkan dapat memberi andil dalam upaya

memperkaya sumber ilmu pengetahuan pada umumnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan wawasan pada

perkembangan dan pendalaman ilmu Komunikasi dalam bidang Komunikasi

Massa dan penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa yang

mengadakan penelitian serupa di masa akan datang.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penelitian sebagai

masukan dalam perencanaan, evaluasi dan mengetahui tingkat penerimaan ibu

(21)

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitian, penulis mencari jurnal penelitian ilmu

komunikasi yang relevan dengan penelitian. Dengan adanya jurnal tersebut

diharapkan dapat digunakan dalam referensi penyusunan penelitian. Jurnal penelitian

pertama ditulis oleh Ido Prijana Hadi , dengan judul “ Penelitian Khalayak Dalam

Perspektif reception analysis ”. Penelitian ini di terbitkan oleh jurusan Ilmu

Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya.

Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana penelitian reception

analysis. Saat ini salah satu standart untuk mengukur khalayak media adalah

menggunakan reception analysis, yang mana analysis ini mencoba memberikan

sebuah makna atas teks media atau pemahaman teks media (cetak, elektronik,

internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak.

Dalam jurnal penelitian ini, juga di sampaikan bahwa teori reception

mempunyai mempunyai argumen bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara

khalayak memirsa atau membaca media, misalnya film atau program televisi. Faktor

kontekstual termasuk elemen identitas khalayak, persepsi penonton atas film atau

genre program televisi dan produksi, bahkan termasuk latarbelakang sosial, sejarah

dan isu politik. Singkatnya, teori reception menempatkan penonton/ pembaca dalam

konteks berbagai macam faktor yang turut mempengaruhi bagaimana menonton atau

(22)

mengkonsumsi media dalam berbagai cara dan kebutuhan. Artikel ini merujuk pada

pemikiran interpretif yang menekankan pada pengalaman subyektif

(meaning-contruction) seseorang dalam memahami suatu fenomena. Dalam konteks ini, melihat

lebih dekat apa yang sebenarnya terjadi pada individu sebagai pengonsumsi teks

media dan bagaimana mereka memandang dan memahami teks media ketika

berhubungan dengan media.

Metode yang digunakan oleh penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan

dan menjadi poin penting dalam studi media dn budaya. Selin itu dijelaskan bahwa

Secara metodologi, reception analysis termasuk dalam paradigma interpretive

konstruktivis. Dijelaskan juga teknik pengumpulan data yang bisa digunakan yakni

In depth interview dan juga yang jadi pertimbangan oleh peneliti sebelumnya yakni

melakukan Focus Group Discussion (FGD/ Diskusi Kelompok Terarah) untuk

mendapatkan kedalaman data. Sehingga lewat FGD dapat diketahui alasan, motivasi

argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang. Kesimpulan dari peneliti terdahulu

ini adalah yang terpenting dalam melakukan penelitian khalayak dengan pendekatan

kualitatif menggunakan reception analysis. Jurnal ilmiah yang menjadi penelitian

terdahulu bagi peneliti adalah jurnal dari Universitas Putera Batam oleh Desliana

Dwita yang berjudul “RESEPSI MASYARAKAT TERHADAP SIARAN

TELEVISI ASING ” (Analisis Resepsi Khalayak di Batam Tentang Isi Siaran

Televisi Singapura dan Malaysia).

Dalam jurnal ini mengkaji tentang bagaimana resepsi khalayak di Batam

tentang isi siaran televisi Singapura dan Malaysia Dalam penelitian ini akan digali

(23)

Analisis resepsi merujuk pada sebuah komparasi antara analisis tekstual wacana

media dan wacana khalayak, yang hasil interpretasinya merujuk pada konteks seperti

cultural setting dan context atas isi media lain.

Paradigma yang mendasari penelitian ini adalah paradigma konstruktivis.

Konstruktivis menempatkan ilmu sosial sebagai analis sistematis terhadap socially

meaningfull action melalui pengamatan langsung, alamiah, penafsiran tentang pelaku

sosial dalam mengelola dunia sosial mereka. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Analisis Resepsi (Reception Analysis). Dimana dalam penelitian

ini informan mempunyai kesempatan yang terbuka dalam menentukan dan

mendefinisikan batasan-batasan konsep yang akan dipakai dalam menginterpretasi

teks media. Dalam penelitian ini dibutuhkan kedalaman penerimaan yang subyektif

dari para informan atas teks media berdasarkan konteks.

Dalam penelitian ini sumber data utama ialah kata-kata yang didapat dari

sumber informasi yaitu informan. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan

dengan memilih secara purposive berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan

penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

pendekatan Analisis Resepsi Model Encoding/Decoding Stuart Hall.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya. Fenomena ini kemudian ditulis dalam suatu

konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah, dengan

(24)

Peneliti terdahulu menggunakan model encoding/decoding Struart Hall karena

penulis terdahulu karena penulis ingin mengungkap fenomena tentang keberagaman

penerimaan khalayak di Batam terhadap isi siaran televisi Singapura dan Malaysia.

Dikarenakan keberagaman khalayak, model encoding/decoding Stuart Hall terbagi

menjadi tiga bagian yang mungkin timbul dari proses decoding, yaitu posisi

hegemoni dominan, posisi oposisi dan posisi dinegosiasikan.

Kedua peneliti terdahulu diatas sama-sama membahas tentang reception

analysis. Namun jurnal “ Penelitian Khalayak Dalam Perspektif Reception

Analysis” membahas secara konseptual teori dan penggunaan reception analysis.

Sedangkan penelitian yang kedua “ Resepsi Masyarakat Terhadap Siaran Televisi

Asing (Analisis Resepsi Khalayak di Batam Tentang Isi Siaran Televisi Singapura

dan Malaysia)” membahas implikasi dari penggunaan reception analysis. Hal

tersebut yang menjadi alasan peneliti saat ini mengambil reception analysis. Karena

sesuai dengan permasalahan yang dibahas yakni teks media dalam tayangan FTV

(Sinema Pintu Taubat di Indosiar).

2.2 Televisi dalam komunikasi

Komunikasi dapat dikategorikan dalam tiga konseptual yaitu: (1) Komunikasi

Sebagai Tindakan Satu Arah, yaitu suatu pemahaman komunikasi sebagai

penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang

(sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui

media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam

(25)

menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan

sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.

(2) Komunikasi Sebagai Interaksi, dalam pandangan ini menyetarakan komunikasi

dengan suatu proses sebab-akibat atau aksireaksi,yang arahnya bergantian. Seseorang

menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan

memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi

setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.

(3) Komunikasi Sebagai Transaksi, pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi

adalah proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah pihak-pihak

yang berkomunikasi.

Menurut Janowitz, 1968, komunikasi massa terdiri dari atas lembaga dan

teknik dari kelompok tertentu yang menggunakan alat teknologi (pers, film, dan

sebaginya) untuk menyebarkan konten simbolis kepada khalayak besar, heterogen,

dan sangat tersebar. Dalam definisi ini kata komunikasi sering disamakan dengan

Transmisi(Transmission) seperti pandangan pengirim dari pada makna utuh yang

mencakup pengertian respons, berbagi, dan interaksi. Definisi komunikasi massa juga

dibatasi oleh penyamaan dari peroses komunikasi massa dengan alat penyiaran. Kita

juga melihat media massa yang sesungguhunya juga memiliki fungsi yang tidak bisa

disamakan dengan komunikasi massa (sebaga alat untuk mengisi waktu, sebagi

teman, dan sebaginya).

Televisi merupakan salah satu media massa yang paling dikenal oleh masyarakat. Di

televisi, masyarakat bisa melihat dan memilih beraneka ragam tayangan dan program

(26)

semenarik mungkin oleh stasiun TV supaya mendapatkan perhatian dari masyarakat.

Dari sinilah lahir berbagai macam jenis program yang menjadi unggulan di setiap

stasiun televisi. Setiap stasiun televisi memaksimalkan setiap perkembangan

teknologi yang ada untuk meningkatkan tayangan dan programnya, sehingga nantinya

program itu akan menarik dan bermanfaat bagi masyarakat. Di sinilah timbul adanya

persaingan antar stasiun televisi di Indonesia yang menuntut penampilan yang bagus

dan layak dari setiap tayangan dan program stasiun televisi itu sendiri. Lahirnya

puluhan stasiun televisi baru membuat persaingan bisnis televisi menuntut strategi

kompetisi yang dibangun berdasarkan pemahaman selera pasar dan idealisme

masing-masing stasiun TV. Bisnis televisi ini cukup menjanjikan, walaupun sekarang setiap

stasiun TV harus berebutan iklan dengan stasiun TV lain. Televisi sendiri merupakan

alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata Tele dan Vision, yang

mempunyai arti jauh (tele) dan tampak (vision). Televisi berarti melihat dari jarak

jauh1. Kemajuan dan perkembangan pertelevisian terkait dengan kebutuhan manusia

akan hiburan, informasi dan pendidikan. Dengan keberadaannya sekarang, TV

menjadi salah satu bentuk dari media massa yang paling efektif dibandingkan dengan

media massa yang lain. Dengan televisi, manusia mampu mempersingkat ruang dan

waktu dalam menyampaikan informasi.( http://id.wikipedia.org/wiki/NTSC )

2.2.1. Komunikasi massa dan khalayak

Komunikasi dalam konteks massa tersebut dilakukan dengan atau tanpa

media. Namun, seperti dikatakan Littlejohn, biasanya ini dilakukan dengan

(27)

elektronik (televisi,radio), cetak (press, misal suratkabar,majalah) dan belakangan ada

yang melalui media on line. Komunikasi dalam konteks massa, atau lazim dikenal

dengan komunikasi massa, telah banyak didefinisikan akademisi. Diantaranya

dikemukakan Bittner, bahwa komunikasi massa yaitu pesan yang dikomunikasikan

melalui media massa pada sejumlah besar orang (dalam Rakhmat 1985,176). Definisi

ini menyiratkan makna bahwa komunikasi massa pada hakikatnya adalah sebuah

proses komunikasi yang dilakukan oleh suatu organisasi media massa kepada

khalayak luas yang anonim. Littlejohn menyebut proses komunikasi yang demikian

dengan konsep media encoding, yaitu proses dimana organisasi media memediakan

pesannya kepada khalayak.

Komunikasi merupakan salah satu topik diantara sekian banyak topik lainnya

dalam ilmu sosial. Komunikasi massa merupakan bagian dari ilmu komunikasi yang

lebih luas, yaitu komunikasi manusia (human communication). Berger dan Chaffe

(1987:17) mendefinisikan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan yang berupa

memahami produksi, proses dan efek dari sistem simbol dan tanda dengan

mengembangkan teori-teori yang dapat diuji, berisi generalisasi hukum yang

menjelaskan gejala-gejala yang berhubungan dengan produksi, proses dan efek.

(McQuail 2000 : 9)

Efek komunikasi massa terhadap khlayak terdiri dari tiga macam, yaitu

pertama, komunikasi massa akan mempengaruhi kognisi dari khalayak yang berupa

pengetahuan. Efek kedua, adalah afeksi yang meliputi perasaan seseorang mengenai

sesuatu. Efek ketiga, adalah konasi yang meliputi kecenderungan atau keinginan

(28)

Mar’at ( dalam Effendy, 1986: 209) menyatakan bahwa cara televisi pada

umumnya mempengaruhi sikap ,pandangan, persepsi, dan perasaan penonton, sikap

menurut Mar’at (1981 : 21 ) merupakan suatu predisposisi kecenderungan, kesedihan

seseorang untuk bereaksi atau bertingkah laku terhadap suatu objek di lingkungan

sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek tersebut oleh karena itu, dalam

Mar’at ( 1981: 13) menjelaskan bahwa komponen sikap terdiri dar aspek

kognisi,afektif dan konasi.

Pemahaman tentang konsep dasar “the act of communication” dan

“communication research” sangat dibantu oleh “rangkaian pertanyaan klasik” dari

Harold D. Lasswell yang kemudian menjadi tersohor dengan sebutan Model Lasswell

(1948). Model Lasswell meliput lima buah pertanyaan sebagai berikut yaitu:

2. Who, yakni berkenan dengan siapa yang mengatakannya

3. Say What, yakni berkenaan dengan menyatakan apa

4. In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa

5. To Whom, yakni berkenaan dengan ditujukan kepada siapa

(29)

Tabel 2.2.1 Proses Komunikasi Massa

Who Say what In which

channel

To whom With what effect

Siapa Berkata apa Melalui

saluran apa

Kepada siapa Dengan efek apa

Komunikator Pesan Media Penerima Efek

Control studies Analisis pesan Analisis media Analisi

khalayak

Analisis efek

Model Transmisi memiliki pandangan bahwa komunikasi adalah proses

pengiriman atau transmisi sejumlah informasi atau pesan kepada penerima,dalam hal

ini pesan sangat ditentukan oleh pengirim atau sumber pesan,model seperti ini

menggunakan definisi sederhana seringkali mengikuti pengamatan Lasswell(1948).

( McQuail 2000 : 52)

2.2.2 Media massa “Televisi”

Pada dasarnya media massa merupakan sesuatu yang dapat digunakan oleh

segala bentuk komunikasi, baik komunikasi personal, komunikasi kelompok dan

komunikasi massa. Pada saat ini media masa telah menjadi suatu kebutuhan hampir

pada seluruh masyarakat berbagai lapisan baik pada lapisan atas, tengah, dan bawah.

Kebutuhan tersebut bertambah seiring dengan perkembangan informasi yang sedang

(30)

salah satu sarana untuk menyampaikan berita (pesan) yang paling diminati

masyarakat pada umumnya. Penyampaian pesan yang disampaikan kepada penerima

pesan (penonton) dengan cara yang lebih menarik yaitu dengan adanya tampilan

audio visual sehingga terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang

sangat luas, sehingga hal ini merupakan salah satu nilai positif yang dimiliki media

masa televisi.

Akan tetapi, hal tersebut tidak hannya memberikan dampak yang positif

terhadap masyarakat (penonton). Jika pesan-pesan yang disampaikan oleh media

masa televisi tidak sesuai dengan aturan-atuaran penyiaran yang telah ditetapkan dan

dikemas dengan baik, maka hal tersebut akan memberikan implikasi yang negatif

terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah

peningkatan tindak kriminalitas yang terjadi di masyarakat.

Dengan bertambah banyaknya stasiun televisi, pihak-pihak pengusaha televisi

menganggap tentunya hal ini akan memunculkan persaingan dan situasi yang

kompetitif antar media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara

menyuguhkan acara-acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk

dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik

mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan

unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru

menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang

hannya mementingkan ratting. Program acara-acara yang sering muncul di layar kaca

justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan

(31)

berbagai jenis tayangan yang dikemas dalam film, film, dan berita. Salah satu bentuk

pemberitaannya adalah pemberitaan kasus kriminalitas seperti Patroli, Buser, Sergap,

dan sejenisnnya. Penayangan adegan kekerasan semacam ini disinyalir termasuk

kekerasan media (media violence).

Teori kultivasi (cultivation) dikembangkan untuk menjelaskan dampak

menyaksikan televisi pada persepsi, sikap, dan nilai-nilai orang. Teori ini berasal dari

program riset jangka panjang dan ekstensif yang dilakukan oleh George Gerbner

beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di University of

Pennsylvania (Gerbner, Gross, Morgan, dan Signorielli, 1980). Menurut Gabner

dalam penelitiannya bahwa masyarakat terbagi menjadi dua yaitu pemirsa penonton

TV “berat” dan “ringan”. Pemirsa berat adalah mereka yang menonton TV lebih dari

4 jam dalam sehari, sedangkan pemirsa penonton TV ringan adalah mereka yang

menonton TV kurang dari satu hari. Riset awal yang mendukung teori kultivasi

didasarkan pada perbandingan antar pemirsa “berat” televisi dan pemirsa “ringan”

televisi. Tim Gerbner menganalisis jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan

dalam survey dan menemukan bahwa pemirsa “berat” televisi dan pemirsa “ringan”

televisi pada umumnya memberikan jawaban yang berbeda. Selanjutnya, pemirsa

“berat” televisi sering memberikan jawaban yang lebih dekat dengan dunia yang

digambarkan dalam televisi. (http://Eprint.undip.ac.id )

2.2.3 Khalayak Media Massa

kalayak media berlaku universal dan secara sederhana diartikan sekumpulan

(32)

disebut sebagai khalayak dalam bentuk yang paling dikenalidan versi yag diterapkan

dalam hampir seluruh penelitian media itu sendiri. Calusse (1968) menunjukkan

beberapa kerumitan untuk membedakan beberapa kadar keikutsertaan dan

keterlibatan khalayak.

1. Khalayak pertama dan tersebar adalah populasi yang tersedia untuk menerima

tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian semua yang memiliki pesawat

televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu.

2. Khalayak kedua merupakan khalayak yang menerima hal-hal yang ditawarkan

dengan kadar yang berbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler. Pembeli surat

kabar dan sebagainya.

3. Khalayak ketiga adalah khalayak yang mencatat penerimaan isi pesan masih

dalam bagian lebih kecil yang mengedepankan pesan yang ditawarkan .

Teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak

tergantung pada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi

kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi

media massa. Namun perlu digaris bawahi bahwa khalayak tidak memiliki

ketergantungan yang sama terhadap semua media .

Menyimak bagaimana organisasi media berhubungan melalui proses encoding

media dengan khalayak berdasarkan penjelasan teori agenda setting di atas, kiranya

memberikan pengertian bahwa khalayak media diasumsikan organisasi media

sebagai individu pasif dalam proses komunikasi massa; dengan kepasifannya individu

public dengan sendirinya terarahkan mengkonsumsi pada isi media tertentu yang

(33)

mencerminkan penjelasan mengenai bagaimana fenomena tentang the relationship

between audience and text dalam keterkaitannya dengan organisasi redaksi media.

2.2.4 Televisi di Indonesia

Media massa merupakan salah satu alat pendukung masyarakat dalam

mendapatkan informasi, edukasi, opini hiburan dan ilmu pengetahuan. Dalam

mencukupi kebutuhan khalayak tersebut, media massa umumnya selalu aktif dalam

memproduksi informasi yang cepat, hangat dan orisinil.

Melalui komunikasi massa, pesan-pesan komunikasi dapat disampaikan

kepada orang banyak di tempat yang berbeda-beda dan pada waktu yang bersamaan.

Untuk sampai ke khalayak, pesan-pesan komunikasi tersebut harus melalui

saluran-saluran yang disebut dengan istilah media massa. Media massa dibagi menjadi dua

bagian yaitu media cetak dan media elektronik (Ardiyanto&Erdiana, 2005:98).

Media massa cetak terdiri dari surat kabar, tabloid dan lain-lain. Sedangkan

media massa elektronik terdiri dari radio, film, televisi dan lain-lain. Dari berbagai

jenis media massa di atas, media televisi yang menjadi media massa yang sangat

berpengaruh bagi masyarakat Indonesia. Dewasa ini industri penyiaran

(Broadcasting) televisi di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat.

Saat ini sudah banyak perusahaan televisi yang ada di Indonesia yaitu pada tahun

2011 sebanyak 11 stasiun televisi swasta nasional dan 157 stasiun televisi swasta

lokal. Hal tersebut membuat Industri penyiaran televisi di Indonesia telah mencapai

(34)

memenangkan persaingan. Keberhasilan dan kesuksesan media penyiaran ditopang

oleh tiga pilar utama yaitu program, pemasaran dan teknik produksi.

Kehadiran televisi telah membawa dampak yang besar bagi masyarakat.

Televisi merupakan salah satu media yang memiliki kecepatan yang tinggi dalam

menyebarkan pesan dan informasi Televisi saat ini digunakan untuk menyampaikan

pesan kepada semua kalangan masyarakat. Setiap masyarakat secara langsung akan

mendapatkan informasi yang dibutuhkan tanpa membutuhkan waktu yang lama. Di

sinilah peranan televisi demikian penting dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Televisi merupakan konsumsi masyarakat luas, baik kalangan atas, menegah

hingga bawah sekalipun. Media ini bersifat adaptif, yang artinya program yang

ditayangkan di televisi selalu mengadaptasi dengan kondisi dan keinginan

masyarakat. Tidak dipungkiri program yang ditayangkan memiliki dampak yang

cepat dan besar bagi kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya

konsumsi masyarakat akan media ini setiap harinya. Segala jenis program yang dicari

oleh masyarakat ada dalam setiap tayangan televisi setiap harinya. Saat ini televisi

bukan hanya merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi

masyarakat itu sendiri yang membutuhkan televisi untuk memenuhi kebutuhanya

setiap hari. Setiap orang seperti “terhipnotis” seketika untuk menyaksiksan program

yang ada di televisi. Bahkan hal ini berdampak pada kebiasaan ibu rumah tangga

menonton televisi yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan sehari-harinya.

Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini semakin berkembang

pesat. Dunia pertelevisian telah memberikan pengaruh terhadap system kehidupan

(35)

memiliki sebelas stasiun televisi nasional yang terdiri dari, Rajawali Citra Televisi

Indonesia(RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)

yang sekarang menjadi MNCTV, Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar

Visual Mandiri (Indosiar), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Global TV,

Trans7, Metro TV, Tv One dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain televisi

nasional, saat ini hampir setiap daerah (terutama kota-kota besar) di Indonesia telah

memiliki stasiun televisi lokal.

Televisi merupakan salah satu media yang menampilkan audio dan visual

yang merupakan salah satu kelebihan dari media ini menjadi lebih mudah dipahami

setiap program yang ditampilkann. Selain mempunyai unsur visual berupa gambar

hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsanya yang

sehingga seolah-olah khalayak berada ditempat peristiwa yang disiarkan oleh

pemancar televisi itu.

Tingginya minat masyarakat Indonesia untuk menonton program-program

acara televisi merupakan salah satu factor utama setiap stasiun televisi

berlomba-lomba memberikan sebuah tayangan yang dapat menarik masyarakat untuk

menonton. Setiap harinya, masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam

program acara yang ditawarkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta tersebut. Berbagai

macam program acara televisi telah ditayangkan oleh stasiun televisi bagi

pemirsanya, mulai dari film, kuis, talkshow, variety show, komedi situasi (sitkom),

program berita, program olahraga, infotainment sampai reality show. Program-

(36)

terus menerus di depan televisi menunggu program kesayangannya.

(http://eprints.undip.ac.id)

2.2.5 Dampak kehadiran televisi

Perkembangan teknologi telah membawa kita pada era komunikasi massa

sejak ditemukannya mesin cetak Guttenberg efefyang memungkinkan diproduksinya

buku-buku secara massal sampai mencapai puncaknya setelah ditemukannya internet.

Penemuan Guttenberg mendorong terbitnya surat kabar pertama. Setelah revolusi

industri dan teknologi, listrik yang memacu energi pabrik dan transportasi, melandasi

muncul dan berkembangnya radio, film, dan televisi yang pada perkembangan

selanjutnya menciptakan teknologi informasi yang multimedia seperti jaringan

internet.

Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara

langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini kita dimungkinkan

untuk menyampaikan informasi (pesan) berupa data, gambar, maupun suara kepada

jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak. Perkembangan teknologi

komunikasi/informasi yang bergerak cepat membawa kita menuju era masyarakat

informasi, dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh keberadaan

media yang semakin jauh memasuki ruang kehidupan manusia.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa luas sempitnya ruang kehidupan

seseorang, yang awalnya ditentukan pada kemampuan baca tulis, selanjutnya

ditentukan oleh seberapa banyak ia bergaul dengan media massa. Artinya media

(37)

Sejauh mana dampak media terhadap khalayaknya memang masih menjadi

bahan perdebatan. Elisabeth Noelle-Neumann adalah salah satu sarjana yang

menganut konsep efek perkasa media massa. Ia menyebutkan bahwa media massa

bersifat ubiquity, artinya serba ada. Media massa mampu mendominasi lingkungan

informasi dan berada di mana-mana. Karena sifatnya yang serba ada, agak sulit orang

menghindari pesan media massa. Sementara Richard T. La Pierre berpendapat bahwa

media massa baru akan benar-benar berpengaruh jika sebelumnya ia berhasil

menjalin kedekatan dengan khalayaknya.

Untuk itu diperlukan pendekatan lain dalam melihat efek (dampak) media

massa. Selain berkaitan dengan pesan dan media itu sendiri, menurut Steven M.

Chaffee, pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri

khalayak komunikasi massa – penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap,

dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan

behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek

komunikasi massa – individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.

Mahasiswa sebagai bagian dari kalangan muda dan terpelajar pada umumnya

dianggap memiliki akses terhadap media lebih banyak dibandingkan masyarakat

biasa. Berbagai studi juga berkesimpulan bahwa secara umum orang berpendidikan

lebih banyak menggunakan media, meskipun ada variasi untuk media tertentu.

Penggunaan koran berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, demikian pula

dengan majalah dan buku. Meskipun demikian, tingkat pendidikan ternyata tidak

(38)

Namun harus diakui bahwa budaya minat baca di Indonesia masih tergolong

rendah, apalagi buku lebih mahal dibandingkan media jenis lainnya. Media elektronik

lebih dekat dengan masyarakat kita, tak terkecuali mahasiswa, yang menyebabkan

pengaruhnya jauh lebih besar dibandingkan media cetak.

Fakta yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa khalayak tidaklah

pasif. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya

(uses and gratification).

Temuan lain yang tak kalah menarik adalah di pedesaan dengan penerimaan

sinyal televisi yang lebih bagus menunjukkan adanya tingkat partisipasi kegiatan

sosial yang lebih rendah. Artinya, orang lebih suka menonton televisi daripada

terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Lebih dari itu, di pedesaan tersebut

juga terlihat adanya tingkat ketidakpercayaan yang lebih tinggi di antara penduduk

yang berakibat pada lesunya kerjasama perekonomian dan perdagangan.

Rumah produksi ingin membuat acara berbiaya rendah tapi laku keras.

Orientasi komersial jadi prioritas ketimbang kualitas acara. Karenanya wajar jika film

dan (un)reality show masih menjadi primadona. Sekali film digemari, sekuelnya

segera dibuat—-karena risikonya lebih kecil daripada harus membuat judul baru.

Ketika Playboy Kabel dianggap sukses, maka Katakan Cinta, Truk Cinta, Cinta

Monyet, Mak Comblang, Cinta Lokasi, Backstreet, Pacar Pertama, Harap-harap

Cemas, Termehek-mehek, dan sebagainya langsung mencuat.

Jadilah kemudian lingkaran setan yang susah diputus. Produser membuat

acara berdasar rating. Rating dibuat karena basis jumlah penonton. Rating acara-acara

(39)

Indonesia yang “bandel” menonton acara semacam itu. Kalau acara-acara semacam

itu masih menjamur, artinya harus diakui bahwa selera mayoritas masyarakat kita

masih begitu rendah.

Sebaliknya, mungkin ada juga orang-orang dunia hiburan yang ingin membuat

tayangan berkualitas namun lagi-lagi terbentur rating. Serial Arisan atau Jomblo

mungkin cukup seru dan bermutu, namun harus bubar jalan. Barangkali ada yang

pernah berniat membuat acara seperti Animal Planet atau National Geography namun

terbentur biaya tinggi dan rating yang rendah.

Ini memang sudah menjadi pembodohan terselubung yang dilakukan secara

berjamaah. Kalau sudah begini, solusinya cuma dua. Pertama, sebisa mungkin

minimalkan waktu Anda dan keluarga untuk menonton televisi dan batasi hanya

untuk program-program tertentu saja. Kedua, pemerintah mustinya lebih keras

membatasi tayangan televisi. Misal, 40% tayangan televisi harus bersifat edukatif dan

film dan infotainment masing-masing hanya boleh 20% dan 5% saja.

( http://pran/media/470-kehadiran-mediadampaknya.htmlomosinet.com/hiburan )

2.2.6 Budaya Dan Media

Ada sejumlah besar karya dalam kajian budaya dan media yang teoretis dan

tidak empiris. Teori dipahami sebagai narasi yang bertujuan memilah-milah dan

menguraikan ciri-ciri umum yang mendeskripsikan, mendefinisikan dan menjelaskan

kejadian-kejadian yang terus-menerus muncul. Teori tidak bisa memotret dunia

realitas secara akurat,teori hanyalah sebuah alat, instrumen atau logika untuk

(40)

Konstruksi teori adalah usaha diskursif yang sadar-diri (self-reflexive) yang bertujuan

menafsirkan dan mengintervensi dunia realitas. Konstruksi teori melibatkan

pengkajian konsep dan argumen-argumen, seringkali juga pendefinisian-ulang dan

mengkritik hasil kerja sebelumnya, untuk mencari alat-alat baru yang digunakan

untuk berpikir/memahami dunia realitas. Hal ini mendapat tempat yang tinggi dalam

kajian budaya dan media.

Studi kultural atau cultural studies merupakan kelompok pemikiran yang

memberikan perhatian pada cara-cara bagaimana budaya dihasilkan melalui

perjuangan di antara berbagai ideologi (littlejohn, 2005:324 ). Studi kultural

memberikan perhatiannya pula pada bagaimana budaya dipengaruhi oleh berbagai

kelompokdominan dan berkuasa.

Tradisi pemikiran cultural studies bermula berkarya Richard Hoggrat dan juga

Raymond Williams pada tahun 1950-an, yang meneliti kaum pekerja di ingris usai

perang Dunia II (Richard, 1957). Namun, dewasa ini, nama Stuart Hall adalah adalah

yang paling sering diasosiasikan dengan aliran pemikiran ini (Hall, 1981). Menurut

Hall, media adalah instrumen kekuasaan kelompok elit dan media berfungsi

menyampaikan pemikiran kelompok yang mendominasi masyarakat, terlepas apakah

pemikiran itu efektif atau tidak. Studi kultural menekankan pada gagasan bahwa

media menjaga kelompok yang berkuasa untuk tetap memegang kontrol atas

masyarakat, sementara mereka yang kurang berkuasa menerima apa saja yang

disisakan kepada merfeka oleh kelompok yang berkuasa.

Kajian budaya dan media dalam ranah efistimologi masih bersifat umum.Ia

(41)

ini berupaya menggabungkan teori-teori budaya dan media secara kritis. Membahas

media dalam perspektif budaya, adalah memahami cara-cara produksi budaya dalam

pertarungan ideologi. Sebagai kajian lintas disiplin dan bertolak dari perspektif

ideologis, maka kajian budaya dan media (cultural studies and media) secara kritis

akan mengkaji proses-proses budaya alternatif pada media dalam menghadapi arus

budaya. Secara lebih spesifik adalah untuk memahami apa yang menyebabkan

budaya alternatif itu tumbuh atau atas ketidak berdayaan dalam menerima arus

budaya global, dari kemajuan teknologi informasi.

Kajian budaya dan media (cultural studies and media) sering disebut sebagai

wilayah kajian multi-disiplin. Artinya kajian yang dimaksud lebih mengakar pada

lintas disiplin ilmu humaniora. Kajian tersebut merupakan sebuah fenomena

pascamodern dalam dunia akademis tentang mengaburnya batas-batas antar-disiplin

ilmu.Jika dilihat dari sudut pandang nominalis disiplin’sebenarnya konsep ini

hanyalah merupakan istilah untuk melegitimasi metode dan teori-teori dalam kajian

yang bersangkutan.Kajian ini lebih melihat berbagai persoalan media dari perspektif

budaya. Relasi kajian budaya dan media dengan kekuasaan dan politik, dengan

keinginan akan perubahan lebih banyak merepresentasikan kondisi

kelompok-kelompok sosial masyarakat yang terpinggirkan. Terutama kelompok-kelompok kelas, gender

dan ras (tapi juga kelompok usia, kecacatan, kebangsaan, dsb) pada kultur tertentu.

Kajian budaya dan media (cultural studies and media) merupakan sebuah bangunan

teori yang dihasilkan para pemikir yang menganggap produksi pengetahuan teoritis

sebagai suatu praktik politis. Pada konstelasi ini pengetahuan tidak pernah dipandang

(42)

senantiasa di lihat sebagai persoalan posisional, yaitu persoalan dari mana, kepada

siapa dan dengan tujuan apa seseorang bicara. Ciri kajian budaya dan media yang di

anggap menonjol, di antaranya persoalan diskursif yang selalu mengedepan di

lingkungan masyarakat kontemporer. Apa yang dimaksud dengan kajian budaya dan

media adalah sebuah medan nyata di mana praktik dan representasi ”media” selalu di

lihat dari sudut pandang perspektif budaya popular. Budaya itu sendiri merupakan

bentukbentuk kontradiktif akal sehat yang sudah mengakar pada dan ikut membentuk

kehidupan sehari-hari (Hall, 1996: 439). Budaya berkaitan dengan makna-makna

sosial, yaitu beragam cara yang lazim di gunakan untuk memahami dunia. Meski

demikian, maknamakna sosial itu tidak dengan sendirinya berada di luar konteksnya.

Melainkan makna-makna itu muncul lewat tanda,maupun petanda dalam bahasa.

Dalam kajian budaya dan media selalu berargumen bahwa bahasa bukan

sebuah medium yang netral tempat dibentuknya makna yang bersifat objektif dan

independen. Bahasa justru terlibat dalam pembentukan makna dan pengetahuan

tersebut. Bahasa memberi makna pada objek-objek material dan praktik-praktik sosial

yang dibuat menjadi tampak. Dari bahasa tersebut bisa kita pahami berbagai

istilah-istilah dan simbol simbol lainnya guna mereproduksi makna makna. Proses-proses

produksi makna ini disebut praktik-praktik penandaan (signifying practices),

mempelajari kajian budaya dan media sama halnya dengan meneliti bagaimana

makna diproduksi secara simbolik dalam bahasa sebagai ‘sistem penandaan’ dalam

budaya popular. Media sebagai sebuah industri budaya modern yang di dalamnya

mengandung makna komodifikasi ekonomi komersial sudah memenuhi katagori

(43)

perhatian lebih dalam kajian budaya dan media, maka ”media” merupakan salah satu

medan di mana budaya popular itu terbentuk. Untuk memahami kekuasaan dan

kesadaran terbentuknya budaya media, ada dua konsep yang sering digunakan dalam

teksteks kajian budaya dan media.

2.3 Ibu Rumah Tangga Sebagai Khalayak Aktif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan

sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan

rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri

(ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di

kantor). Ibu Rumah Tangga memiliki lebih banyak waktu di rumah sambil

mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ibu rumah tangga merupakan pendidik pertama

dan utama dalam keluarga. Sekarang ini di tiap rumah hampir selalu ada minimal satu

unit televisi. Bisa diletakkan di kamar, ruang keluarga, bahkan di dapur. Televisi juga

menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari audiensnya. Konten atau tayangan televisi

juga seringkali menjadi bahan obrolan di saat audiens sedang berkumpul dengan

keluarga juga dalam lingkungan lainnya.

Hal yang sangat berbeda dengan saat ini. Sekarang, televisi bukanlah hal yang

mahal lagi. Setiap orang mampu membelinya. Hampir di setiap rumah saat ini

terdapat televisi di dalamnya. Bahkan tak hanya satu. Beberapa darinya memiliki dua

hingga tiga televisi di dalamnya, atau mungkin ada yang memiliki lebih dari jumlah

(44)

Manusia sebagai makhluk sosial diciptakan dalam dua jenis kelamin yaitu

laki-laki dan perempuan. Dikatakan laki-laki karena secara struktur fisik lebih kuat

dibandingkan dengan perempuan sedangkan perempuan karena secara struktur fisik

lebih lemah.

Perempuan dalam struktur fisik mempunyai ciri seksual tertentu yang paling

utama adalah bahwa perempuan mengalami haid, mengandung dan melahirkan anak.

Karena adanya faktor fisik inilah pada akhirnya seorang perem,puan akan menjadi

seorang ibu bagi anak-anaknya. Di dalam suatu keluarga masing-masing anggota

keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran-peran dalam keluarga ini terdiri

dari bapak,ibu dan anak.

Salah satu peran dari anggota keluarga sebagai ibu rumah tangga dan ibu bagi

anak-anak. Ibu merupakan sebutan bagi p;erempuan yang telah melahirkan seorang

anak. Peran ibu merupakan salah satu dari peran seorang perempuan dalam

kehidupan. Ibu dalam suatu keluarga mempunyai tugas membesarkan, mendidik

seorang anak. Ibu adalah sosok yang berinteraksi dan berhubungan dengan seorang

anak kedunia. Kata-kata pertama kali bahkan kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku

yang dilakukan oleh seorang anak dalah cerminan dari ajaran seorang ibu.

Sebagai perempuan seorang ibu dalam kehidupan rumah tangga mempunyai

peran sebagai ibu rumah tangga yang tugas pokoknya adalah mengurus rumah tangga

saja, dimana secara umum ibu mempunyai fungsi sebagai pengasuh dan mendidik

anak-anaknya. Menurut Mulyana (1997 : 115). Ibu rumah tangga adalah wanita yang

sudah bersuami (menikah) yang mengatur penyelenggaraan rumah tangga. Pekerjaan

(45)

lain sebagainya. Dapat disimpulakan bahwa ibu rumah tangga dapat berjalan secara

baik dan harmonis.

Pada setiap proses komunikasi selalu ditunjukan kepada pihak tertentu sebagai

penerima pesan disampaikan oleh komunikator. Komunikator atau penerima

merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi

massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam

keberadaannya secara terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling

mengenal dan tidak memiliki kontrak pribadi, masing-masing berbeda dalam

berbagai jenis, anatara lain : jenis kelamin, usia, agama, ideology, pekerjaan,

pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan lain

sebagainnya.(effendy, 1993 : 25)

Ibu rumah tangga dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Ibu rumah tangga biasa, tidak memiliki kesibukan selain kegiatan rumah tangga.

2. Ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu dan/atau aktif dalam kegiatan lain

(sosial).

3. Ibu rumah tangga yang bekerja full-time dan/atau aktif dalam kegiatan lain (sosial).

Ibu rumah tangga masih merupakan khalayak potensial terbesar bagi televisi.

Sebelumnya khalayak ini dibidik karena posisinya sebagai penentu pembelian produk

yang diiklankan televisi dan lebih banyak di rumah mengerjakan pekerjaan domestik

sambil ‘menonton’ televisi (Nielsen Media Research, Media Index 2004). 50 Saat ini

ibu rumah tangga yang aktif di luar rumah juga dianggap berpotensi. Kebutuhan

mereka akan hiburan dan informasi sepulang beraktivitas menjadi potensi tersendiri

(46)

Konteks sosial khalayak berperan penting dalam proses penerimaan. Dalam

hal ini perempuan dalam kondisi sosial yang mengabdi pada suami dan keluarga

merasa bahwa dengan membaca novel maka mereka memiliki ruang tersendiri.

Mereka membaca novel roman sebagai pengakuan atas hak-hak dan harga diri

mereka, sehingga mendapatkan kepercayaan diri agar lebih berani dalam menghadapi

tuntutan suami (keluarga) dan mengemukakan keinginannya atas posisi yang

seimbang dalam perkawinan maupun keluarga.

Komunikasi dapat berjalan efektif apabila ibu rumah tangga terpikat

perhatianya, tertarik minatnya , dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh

komunikator. Dalam hal ini juga tidak lepas dari keaktifan komunikator dalam

memilih media sebagai acuan alternatifnya.

2.4 FTV (Film Televisi) Indonesia

Dunia pertelevisian di Indonesia, dalam dua dasawarsa terakhir mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Dimulai oleh RCTI sebagai stasiun televise swasta

pertama di Indonesia (24 Agustus 1989) mendampingi stasiun pemerintah TVRI yang

sudah ada sejak 17 Agustus 1962, hingga kini Indonesia memiliki 10 stasiun telivisi

swasta nasional serta tidak menutup kemungkinan munculnya TV-TV swasta baru di

masa yang akan datang. Munculnya TV-TV swasta baru juga berimbas pada semakin

menjamurnya rumah-rumah Produksi (Production House) yang menjadi pemasok

acara bagi TV swasta tersebut. Setidaknya terdapat 500 Rumah Produksi tersebar di

seluruh Indonesia, dimana 317 diantaranya tergabung dalam Asosiasi Rumah

(47)

Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995

yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan

masyarakat atas film. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan. Hampir

semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk penayangan film

televisi. Contohnya di SCTV terdapat plot acara Gala sinema, di Trans TV ada plot

Bioskop Trans TV dalam negeri dan masih banyak plot acara lain yang sejenis di

stasiun televisi di Indonesia. Di Indonesia sendiri film televisi sangat digemari

terutama film televisi dengan tema percintaan remaja dan film televisi dengan tema

religius.

Perbedaan film televisi (FTV) dengan film layar lebar adalah:

1. Film televisi diproduksi oleh stasiun televisi ataupun rumah produsi untuk

disiarkan melalui televisi, film bioskop dibuat untuk ditayangkan di bioskop.

2. Proses pembuatan film televisi lebih singkat daripada film layar lebar.

3. Biaya pembuatan film televisi lebih murah daripada film layar lebar.

4. Cara menonton film televisi berbeda dengan film layar lebar karena saat

menonton film layar lebar tidak terdapat iklan seperti halnya saat menonton

film televisi.

Di Indonesia telah diproduksi banyak film televisi (FTV) yang diproduksi

dalam kurun waktu tahun 1995 sampai sekarang. Kebanyakan tema yang diangkat

(48)

2.4.1 Film Televisi Sinema Pintu Taubat

Sebuah film bertajuk FTV selama 2 jam ini merupakan drama tentang

kehidupan kisah nyata dari sebuah keluarga dimana didalamnya penuh dengan pesan

moral yang disuguhkan dengan tema religi nya yang kental , menemani istirahat

pemirsa indosiar "Sinema Pintu Taubat" dengan episode episodenya yang setiap

harinya berganti judul dan tayang pada pukul 12.00 WIB.

Sinema pintu taubat siang ini banyak menceritakan kehidupan rumah tangga

yang penuh konflik dan menciptakan dampak. Dimana judul-judul tersebut bertema

religi , penganiyayaan dan kekerasan dalam rumah tangga seperti sebagian judul

sebagai berikut :

Dan ada juga, Anakku Ditukar Anak Cacat, Tukang Odong-Odong Naik Haji,

Ibu, Kenapa Benci Aku,Ayah, Jangan Ajari Aku Mencuri, Aku Pembantu Ayahku,

Anakku Musuhku, Suami Cacat Yang Teraniaya, Menantuku Budakku, dll.

Singkat cerita, film televisi ini bernilai religi yang menggambarkan kehidupan

dalam sehari-hari rumah tangga contohnya poligami, selingkuh, hamil diluar nikah,

perceraian, kekerasan, kriminal, pembunuhan, penganiyayaan. Dan juga adanya

perbandingan duniawi atau materi dimana perbedaan kehidupan orang kaya dan

orang miskin sangat terlihat perbedaannya.

Dalam cerita film ini setiap harinya berbeda judul namun isi alur ceritanya

terkadang sama dimana dari akhir cerita dalam perannya sesorang akan

mempertanggung jawabkan atas semua perbuatannya,maka seseorang yang berbuat

(49)

dan baik akan mendapatkan hikma dan balasan yang baik pula. Banyak pesan moral

yang terkandung di dalam film sinema pintu taubat siang.

2.5 Reception Analysis

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah RECEPTION ANALYSIS

Meskipun teori uses and gratification menyimpulkan bahwa khalayak bukan hanya

aktif namun teori ini mengabaikan fakta tentang masyarakat memilih media sesuai

dengan kebutuhan, tetapi juga aktif memberi makna pada seluruh isi materi pesan

media (meaning making). Akibat terabaikannya fakta tentang pemberian makna

terhadap isi pesan media, maka pendekatan baru terhadap menganalisa masyarakat.

Reception Analysis adalah sebuah istilah untuk melingkupi beragam bentukdari studi

kualitatif dari penelitian khalayak, yang menyatukan ilmu sosial dan perspektif

kemanusiaan pada penerimaan. Analisis resepsi merupakan sebuah “pendekatan

kulturalis” dimana makna media dinegosiasikan oleh individual berdasarkan

pengalaman hidup mereka. Dengan kata lain pesan-pesan media secara subjektif

dikonstruksikan khalayak secara individual.

Penelitian resepsi merupakan perbandingan antara diskursus media dengan

diskursus khalayak. Penelitian ini mempertimbangkan setting “context” historis dan

kultural yang mempengaruhi penerimaan. Sebagai respon dari studi tekstual,

penelitian resepsi berpendapat bahwa khalayak media massa harus diteliti sebagai

suatu kondisi sosial yang spesifik untuk dianalisis.

Reception Analysis digunakan untuk memaknai pendapat khalayak media.

(50)

media(cetak,elektronik,internet), dengan mengetahui dan memahami apa sebenarnya

karakter dari teks media yang dibaca masyarakat itu sendiri.

Menurut reception analysis, khalayak adalah partisipan aktif dalam

membangun dan menginterprestasikan makna atas apa yang mereka baca, dengar dan

lihat sesuai dengan konteks budaya. Isi media dipahami sebagai bagian dari sebuah

proses. Menurut riset khalayak dari struart Hall (1973) seperti yang dikutip oleh

Baran (2003 ; 269) reception analysis ini memiliki perhatian secara langsung dalam

analisi konteks sosial dan politik dimana encoding serta decoding merupakan

kehidupan sehari-hari. Analisis ini mengfokuskan terhadap proses ini seorang

individu mencoba memaknai dan memahami makna atas text media dan

menginterprestasikan isi medianya.

Teks media biasanya mengarahkan penerimaan khalayak ke arah yang

diinginkan. Untuk mengetahui makna dominan yang ditawarkan oleh media, kita bisa

melakukan analisis struktur internal dari teks. Khalayak mungkin melakukan

pembacaan alternatif yang berbeda dengan penerimaan yang ditawarkan oleh media.

Biasanya perbedaan penerimaan muncul karena perbedaan posisi sosial dan/atau

pengalaman budaya antara pembaca dan produsen media. Menurut Hall (di dalam

O’sullivan et al. 1994), terdapat tiga tipe utama dari penerimaan atau pembacaan

khalayak terhadap teks media:

1. The dominant-hegemonic; terjadi jika seseorang atau sekelompok orang

melakukan penerimaan sesuai dengan makna dominan (preferred reading)

(51)

Pembaca dikatakan the dominant-hegemonic apabila pemakna program

acara tersebut sejalan dengan kode-kode program (yang didalamnya

terkandung nilai-nilai, sikap, keyakinan dan asumsi) dan secara penuh

menerima makna yang disodorkan dan dikehendaki oleh si pembuat

peogram.

2. The negotiated reading; mengakui legitimasi dari kode dominan, tapi

mengadaptasi pembacaan sesuai kondisi sosial mereka.

Pembaca dikatakan negotiated reading a

Gambar

Tabel 2.2.1 Proses Komunikasi Massa
gambar lampiran 1 (cover tayangan film sinema pintu taubat di indosiar)
GAMBAR 1. LAMPIRAN 3
GAMBAR 3. LAMPIRAN 3

Referensi

Dokumen terkait

diEon tuno turcre Atuq

Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendiri kan bangunan dan/atau sarana beri kut fasilitasnya,

PT AACS 3 Mencatat Presensi Pulang 4 Revisi Presensi 1 Mengelola Data Pegawai 2 Mencatat Presensi Masuk 7 Penilaian kinerja 5 Ijin Pegawai 6 Cuti Pegawai 1 Mengelola Data

frequently used by students in Critical Reading class?” This study used questionnaire as the research method and the result of this study is Activation strategy is the most

- Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak ekonomi dari pencemaran udara terhadap kesehatan di Indonesia menggunakan data tahun 2011.. Indikator pencemaran udara

Tongkol jagung yang sudah Gambar 2. Pengayakan

Dapat dikatakan bahwa strategi pesantren adalah taktik atau rencana yang ditentukan khusus oleh pesantren. Jadi strategi pesantren dalam mengatasi gangguan kejiwaan adalah

Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang dominan terhadap kejadian stroke adalah pola konsumsi minuman berkafein dengan OR 2,344 yang artinya orang yang