Olga Syahputr a Sebagai Seorang Komedian)
SKRIPSI
Oleh:
Safa Tri Zamharira NPM. 0843010224
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
(Studi Deskriptif Kuantitatif Per sepsi Remaja Sur abaya Ter hadap Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian)
Disusun oleh : SAFA TRI ZAMHARIRA
NPM. 0843010224
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dra. Sumardjijati, MSi NIP. 196203231993092001
Mengetahui D E K A N
Oleh:
SAFA TRI ZAMHARIRA
0843010224
Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur Pada Ta nggal 10 J anuar i 2014
PEMBIMBING TIM PENGUJ I
1. Ketua
Dr a . Sumar djija ti, MSi Dr a . Suma r djijati, MSi NIP. 196203231993092001 NIP. 196203231993092001
2. Seker ta r is
Dr a . Dyva Clar etta, MSi NPT. 3 6601 94 00251
3. Anggota
Dr a. Diana Her ta ti, MSi NIP. 196309071991032001
Mengetahui,
D E K A N
Dr a. Ec. Hj. Supar wati, MSi
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “KREDIBILITAS OLGA
SYAHPUTRA SEBAGAI SEORANG KOMEDIAN” (studi deskriptif kuantitatif persepsi remaja Sur abaya terhadap kr edibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Sumardjijati, MSi selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual, maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Hj. Suparwati, MSi. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Juwito, S.Sos, MSi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Semua keluarga saya Ayah, Ibu, kakak, dan adik, serta teman-teman saya yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan, baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunanskripsi ini banyak terdapat
semua pihakumumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 1 November 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
ABSTRAK ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
1.4.1. Manfaat Teoritis ... 9
1.4.2. Manfaat Praktis ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Komunikasi Efektif ... 12
2.2.1.1. Unsur – Unsur Komunkasi ... 15
2.2.1.2. Model Berlo ... 16
2.2.3. Televisi sebagai Media Massa ... 26
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33
3.1.1. Definisi Operasional Variabel... 33
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 34
4.2. Penyajian Data ... 49
4.2.1. Deskripsi Responden ... 49
4.2.1.1. Jenis Kelamin Responden ... 50
4.2.1.2. Usia Responden ... 51
4.2.1.3. Pendidikan Responden ... 52
4.2.1.4 Pekerjaan Responden ... 53
4.2.2. Deskripsi Variabel ... 54
4.2.2.1. Kredibilitas Komunikator... 54
4.3. Analisis Data ... 82
4.4 Pembahasan ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
5.1. Kesimpulan ... 87
5.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Teori S-M-C-R ... 17
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 43
Tabel 4.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia ... 51
Tabel 4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 52
Tabel 4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 53
Tabel 4.5 Kecerdasan Komunikator ... 55
Tabel 4.6 Kelucuan Komunikator ... 57
Tabel 4.7 Pengalaman Komunikator ... 57
Tabel 4.8 Komponen Kompetensi ... 58
Tabel 4.9 Kejujuran Komunikator ... 59
Tabel 4.10 Kesopanan Komunikator... 60
Tabel 4.11 Etika Komunikator ... 61
Tabel 4.12 Komponen Kepercayaan ... 62
Tabel 4.13 Semangat Komunikator ... 63
Tabel 4.14 Keaktifan Komunikator ... 65
Tabel 4.15 Ketegasan Komunikator ... 66
Tabel 4.16 Komponen Dinamisme ... 67
Tabel 4.17 Ketampanan Komunikator ... 68
Tabel 4.19 Kepercayaan Diri Komunikator ... 70
Tabel 4.20 Komponen Daya Tarik ... 71
Tabel 4.21 Pribadi Hangat / Suka Menyapa Komunikator ... 72
Tabel 4.22 Keramahan Komunikator ... 73
Tabel 4.23 Keterbukaan Komunikator ... 75
Tabel 4.24 Komponen Kepribadian ... 76
Tabel 4.25 Keluar Biasaan Komunikator ... 77
Tabel 4.26 Ide-ide Brilian Komunikator ... 78
Tabel 4.27 Wibawa Komunikator ... 79
Tabel 4.28 Komponen Karisma ... 80
ABSTRAK
Safa Tri Zamharira, Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian (Studi Deskr iptif Kuantitatif Per sepsi Remaja Sur abaya Ter hadap Kredibilitas Olga Syahputr a Sebagai Seorang Komedian)
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian setelah mengalami berbagai kasus yang dianggap merugikan pihak-pihak tertentu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian.
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah komunikasi efektif, unsur-unsur komunikasi, teori S-M-C-R, kredibilitas komunikator, televisi sebagai media massa, infotainment, publik figur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yang menggunakan analisis isi dari James McCroskey. Populasi dalam penelitian adalah remaja Surabaya yang berusia 17-25 tahun.
Hasil dari penelitian ini adalah penjabaran secara rinci dari setiap item pertanyaan yang ada pada kuesioner. Yang telah digolongkan berdasarkan enam aspek, yaitu kompetensi, kepercayaan, dinamisme, daya tarik, kepribadian, karisma. Dari keenam aspek terebut, Olga Syahputra memiliki tingkat kredibilitas tinggi.
Kata Kunci : Olga Syahputra, kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian
ABSTRACT
Safa Tri Zamharira, Olga Syahputr a credibility as a comedian (quantitative descr iptive study of adolescent perceptions of the credibility of Sur abaya
Olga Syahputr a as a comedian)
The problem in this study is how the credibility of Olga Sahptra as a comedian after experiencing various cases that are considered detrimental to certain parties.
Purpose of this study is to determine how much credibility as a comedian Olga Syahputra.
Theoretical basis used in this study is effective communication, communication elements, S-M-C-R theory, communicator credibility, television as mass media, infotainment, public figures.
Methods used in this research is descriptive quantitative method, which uses content analysis of James McCroskey. Population in this study were adolescents aged 17-25 years Surabaya.
The result of this study are detailed elaboration of each item question on the questionnaire. Which has been classified based on six aspect, namely competence, confidence, dynamism, charm, personality, charisma. Of the sixth aspect, Olga Syahputra has a high level of credibility.
1 1.1.Latar Belaka ng Masa la h
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung di dalam
kehidupan sehari – hari. Komunikasi tidak hanya dijadikan sebagai sarana pertukaran
pesan dari seorang komunikator kepada komunikan namun juga untuk saling
berinteraksi dan berhubungan antara seseorang dengan orang yang lain. Jalinan
hubungan komunikasi antara satu dengan yang lainnya tidak terbatas pada
sekelompok orang tertentu saja, namun semua orang yang hidup di dunia saling
berhubungan dengan lingkungannya. Komunikasi yang tepat bukan hanya
komunikasi yang melibatkan komunikator dan komunikan sebagai pemberi dan
penerima pesan, namun juga bagaimana seorang komunikan dapat menafsirkan pesan
yang disampaikan oleh komunikator serta bagaimana seorang komunikator dapat
menyampaikan pesan yang dimengerti oleh komunikan. Seperti dikemukakan oleh
Thomas M. Scheidel, bahwa berkomunikasi adalah untuk menyatakan dan
mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar
dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir atau berprilaku seperti
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
pada orang lain sesuai dengan keinginan yang ingin diraih oleh komunikator. Tujuan
dari komunikasi efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami
pesan yang disampaikan antara komunikator dan komunikan sehingga bahasa yang
digunakan oleh komunikator lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh komunikan. Tujuan lain dari komunikasi efektif adalah
agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seimbang sehingga
tidak monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa
nonverbal secara baik.
Seperti dinyatakan Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1974 : 9 – 13)
komunikasi yang efektif menimbulkan lima hal. (1) pengertian : penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima
isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in
communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan psikologi komunikator
untuk menghindari hal tersebut. (2) kesenangan : tidak semua komunikasi ditujukan
untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi
yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan
untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan
hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini perlu mempelajari psikologi tentang
system komunikasi interpersonal. (3) mempengaruhi sikap : bisa dikatakan bahwa
komunikasi yang kita jalin kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama
memerlukan pemahaman tentang faktor – faktor pada diri komunikator, dan pesan
yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri sendiri didefinisikan
sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi
psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. (4)
hubungan sosial yang baik : sebagai makhluk social yang tak pernah bisa sendiri
dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan
menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain
dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control),
dan cinta serta kasih saying (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi
dengan komunikasi interpersonal yang efektif. (5) tindakan : menimbulkan tindakan
nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan
tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan
mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil
kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang
seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga
faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan yang
dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (Cangara, 2007:91).
Kredibilitas ditentukan oleh adanya kejujuran dan keahlian. Seorang yang memiliki
kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti dapat mempercayai karakter dan
kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah
"kejujuran" membantu dalam mengartikan kredibilitas. Citra diri (image) lebih
penting daripada karakter. Kredibilitas akan berkembang bila karakter lebih
dipentingkan dari citra diri. Kredibilitas akan rusak tanpa integritas. Dapat
berpura-pura jujur, tulus, dan kompeten untuk sementara waktu, namun adanya tekanan dan
masalah-masalah akan mengungkapkan karakter yang sebenarnya.
Faktor lain yang memengaruhi kredibilitas adalah tentang kepercayaan.
Kepercayaan bersifat rapuh dan peka, juga tidak datang dengan mudah maupun cepat.
Seseorang tidak akan memercayai orang lain sampai dia / seseorang tersebut merasa
nyaman berada di dekatnya dan dihargai. Seseorang menginginkan orang lain untuk
membuktikan dirinya sebelum kita menaruh kepercayaan pada mereka. Dan
kepercayaan itu dapat hancur hanya dengan satu kesalahan.
Membangun kepercayaan dan meningkatkan kredibilitas, bila menganggap
seseorang tidak bisa dipercaya, kecil peluangnya bagi suatu hubungan yang
berdasarkan kepercayaan untuk berkembang. Faktor pendukung lainnya, yaitu
kepekaan terhadap keperluan dan minat orang lain. Dengan cara menanyakan secara
langsung apa yang pengikut butuhkan, mendengarkan nada suara mereka, dan
mengajukan pertanyaan sebagai tanda kepedulian, orang akan menilai bahwa
pemimpin mereka tulus dalam memberi perhatian.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis memilih Olga Syahputra sebagai
objek penelitian, karena kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian sangat
Salah satu berita yang beberapa waktu lalu sempat diberitakan di situs online
Dikutip.com, yakni berita tentang kasus Olga Syahputra yang berawal dari lelucon
menjadi sebuah polemik. Dalam situs tersebut diberitakan bahwa komedian Olga
Syahputra tak bisa jauh dari masalah, setelah sebelumnya sering di tegur KPI karena
ulahnya, kali ini Olga Syahputra dianggap telah melecehkan Agama Islam, lelucon
Olga Syahputra dianggap telah menyakiti umat islam. Menurut Olga dirinya tidak
bermaksud melecehkan agama Islam, yang juga agama dirinya, tidak mungkin saya
ingin melecehkan agama saya sendiri, ujar Olga.
Olga Syahputra juga sempat diberitakan di situs online Okezone.com, yakni
berita tentang Olga Syahputra Yang Dilaporkan Ke Polisi Oleh Seorang Dokter.
Berita tersebut terlampir di situs online Okezone.com pada hari Sabtu 22 Juni 2013.
Dalam situs tersebut diberitakan bahwa komedian Olga Syahputra tak bisa jauh dari
masalah, setelah sebelumnya sering di tegur KPI karena ulahnya, kali ini dia
dikabakan telah diadukan ke Polda Metro Jaya pada Rabu 19 Juni 2013 kemarin oleh
seorang dokter bernama Febby Karina. Febby melaporkan Olga Syahputra karena
dianggap telah mencemarkan nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan. Hal
tersebut dibenarkan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto. Laporan
tersebut terdaftar dengan nomor LP/2077/IV/2013/PMJ/Dit reskrimun. ”Pelapor atas
nama Febby Karina melaporkan terlapor OG (Olga Syahputra) pada Rabu 19 Juni
2013 jam 01.38 WIB, dengan dugaan pencemaran nama baik, fitnah, perbuatan tidak
menyenangkan dan tindak pidana dalam UU ITE”, ucap Rikwanto di Polda Metro
perbuatan tidak menyenangkan, pencemaran nama baik, dan tindakan fitnah saat
syuting acara komedi ‘Pesbukers’ tayangan 23 Mei 2013. Kejadian berawal saat
pelapor selaku korban dipanggil untuk melakukan perawatan dia pun melakukan
kunjungannya secara profesionalnya sebagai dokter, kemudian pelapor ditarik paksa
oleh saksi 2 masuk ke areal set lokasi shooting acara pesbukers live. Dalam acara
tersebut, Olga mengatakan bahwa Febby adalah “milik” Yudi, karyawan ANTV.
Tidak sampai di situ, Olga juga menyebut bahwa Yudi dan Febby telah makan
bersama dan pulang bersama jam 11 malam. Kemudian, Olga juga memfitnah Febby
sebagai pembuat kacau rumah tangga orang. Febby pun menangis dalam acara live
Pesbukers dan membantah apa yang dikatakan Olga kepada dirinya tidaklah benar.
Tak terima dengan tuduhan Olga pun berujung pelaporan pelapor ke Polda Metro
Jaya.
Banyolan Olga Syahputra juga pernah menyinggung korban perkosaan di
ulang tahun Trans Corp tahun lalu sempat membuat heboh pemberitaan nasional.
Apalagi saat itu tengah marak kejahatan perkosaan di dalam angkutan umum.
Kejadian bermula saat Olga sedang bercanda dengan Sule, Olga mengucapkan
kalimat yang dianggap menyinggung korban perkosaan. "Olga, kenapa lu jadi suster
ngesot," pancing Sule. "Sepele, diperkosa supir angkot," jawab Olga. Banyolan
konyol tersebut membuat organisasi Lentera Merah melaporkan Olga ke KPI. Oleh
KPI, Olga kemudian dipanggil dan diberikan arahan untuk tidak melakukan hal
Jumat (23/12) tahun lalu. "Ini buku P3 (Pedoman Perilaku Penyiaran), gue disuruh
baca. Tadi gue dijelaskan tentang peraturan-peraturan penyiaran," ujar Olga saat itu.
Olga juga pernah melakukan pelecehan terhadap symbol umat Hindu di
Wayang Bandel. Di program yang ditayangkan Trans TV tersebut, Olga bermain
bersama Jessica Iskandar, Ayu Dewi dan Yadi Sembako. Para pemerannya
mendapatkan protes dari umat Hindu lantaran dianggap melecehkan simbol agama
mereka dengan kata-kata yang kasar dan visualisasi yang jauh dari nilai-nilai
kepatutan. The Hindu Center of Indonesia mengirimkan surat protes kepada pihak
lembaga penyiaran yang bersangkutan serta melaporkan hal tersebut ke KPI. Namun
KPI tidak memberikan teguran bagi artis termasuk Olga yang hanya mengikuti
skenario yang telah ditetapan. Salah satu yang mengundang ketersinggungan umat
Hindu adalah dialog antara Sang Dursasana ingin menawar Dewi Draupadi dengan
visualisasi pelecehan secara raga. Lalu ada juga dialog tentang keinginan menawar
harga Istana Indraprasta, itu hal yang sangat tidak patut menurut umat Hindu.
Masalah tersebut segera terselesaikan lantaran pihak Trans TV langsung menanggapi
somasi tersebut.
Olga juga pernah dianggap melecehkan ucapan “Assalammu’alaikum”. Pada
saat itu Olga yang menjadi pemandu acara program Pesbukers di ANTV melontarkan
kata-kata yang dianggap melecehkan ucapan salam umat Islam yakni
'Assalamualaikum'. Ceritanya bermula Selasa (19/6), saat itu Saat itu Julia Perez
sedang menerima telepon di studio. Jupe, sapaan akrab Julia Perez mengucapkan
Assalamualaikum terus ah, kayak pengemis lu." Secara tidak langsung, Olga
menyebut kalimat salam umat Islam tersebut sebagai ucapan pengemis. Mungkin
maksudnya adalah bergurau agar penonton tertawa, Namun Olga rupanya tidak sadar,
jika candaannya tersebut dianggap telah melecehkan salah satu umat. Banyak orang
yang langsung mengadu ke situs KPI dan mendesak agar Olga segera diberikan
tindakan tegas. Seperti yang ramai diberitakan, candaan Olga Syahputra tersebut juga
telah menuai protes dari Front Pembela Islam (FPI), sebuah organisasi
kemasyarakatan (ormas) berbasis agama yang kerapa bertindak keras terhadap hal-hal
yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut. Ketua DPD FPI
DKI Habib Salim Bin Umar Al Attos atau yang akrab disapa Habib Selon dengan
nada murka mengatakan jika Olga telah melecehkan Islam bahkan menganggap
sudah tidak berhak hidup di muka bumi. "Kami tidak akan tinggal diam, sebelum
Olga minta maaf kepada umat Islam," tegas Habib Selon seperti yang diberitakan
sejumlah media.
Dari berbagai kasus yang pernah dialami Olga Syahpura, maka hal ini
kredibilitas Olga Syahputra dipertaruhkan agar tetap eksis di dunia hiburan.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi
tentang bagaimana persepsi remaja Surabaya terhadap kredibilitas Olga Syahputra
sebagai seorang komedian. Penelitian ini dilakukan secara intensif melalui
wawancara dengan remaja yang ada di Surabaya serta penelaahan melalui literatur.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu
1.2.Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti jabarkan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Kredibilitas Olga Syahputra
Sebagai Seorang Komedian.
1.3.Tujua n Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian.
1.4.Manfaa t Penelitian
1.4.1. Manfaat Teor itis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi,
khususnya dapat dijadikan dasar pengembangan penelitian serupa dan sebagai
informasi terhadap pihak lain di masa – masa mendatang serta dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa – mahasiswi ilmu komunikasi yang tertarik dengan
penelitian persepsi masyarakat terhadap media massa pada khususnya yang
menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
1.4.2. Ma nfa at Pr aktis
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang bagaimana cara
menanggapi permasalahan perbuatan tidak menyenangkan, pelecehan, dan
hari. Serta peran aktif masyarakat sekitar dalam mengungkapkan sesuatu tanpa harus
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Ter dahulu
Suharyanti dengan judul Pengaruh Persepsi Kecocokan Dan Kredibilitas
Perusahaan Terhadap Asosiasi Merek Dan Intensi Membeli. Objek yang digunakan adalah PT. Multi Bintang Indonesia dengan salah satu strategi extension untuk memperkenalkan produk baru dengan memanfaatkan merek yang
sudah ada di pasar yaitu bintang zero sebagai sub brand dari bir bintang. Dalam penelitiannya secara keseluruhan, kredibilitas yang ditunjukkan adalah penerapan
strategi extension ini harus dipertimbangankan dengan hati – hati apabila jika produk yang menjadi parent brand adalah produk yang memiliki konotasi negatif semacam bir. Sedangkan yang menjadi sub brand adalah produk non alkohol.
Apalagi jika merek dan atribut parent brand sudah dikenal dengan baik oleh konsumen, maka kemungkinan besar transfer atribut negatif yang melekat pada
minuman jenis bir akan di transfer pada sub brandnya.
Selain Suharyanti ada juga penelitian yang dilakukan oleh Ida Wiendijarti
dengan judul Pengaruh Kredibilitas Narasumber Berita Politik Terhadap Internalisasi Nilai Berita Politik Pada Masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian
narasumber birokrat dengan internalisasi nilai berita dengan r sebesar 0,611. Sedangkan untuk koefisien korelasi narasumber intelektual dengan internalisasi nilai berita dengan r sebesar 0,672. Untuk koefisien korelasi narasumber
masyarakat dengan internalisasi nilai berita dengan r sebesar 0,557. Dan untuk koefisien korelasi narasumber tokoh politik dengan internalisasi nilai berita
dengan r sebesar 0,477. Ada perbedaan antara pengaruh kredibilitas narasumber berita politik dari masingmasing jenis narasumber yaitu kalangan birokrat, intelektual, masyarakat dan tokoh politik. Pengaruh terbesar dalam mempengaruhi
penerimaan berita politik adalah narasumber dari kalangan intelektual yaitu sebesar 45,1 %, kemudian kalangan birokrat sebesar 37,3 %, selanjutnya
narasumber dari kalangan masyarakat sebesar 31 % sedangkan yang paling kecil pengaruhnya dalam internalisasi nilai berita politik di masyarakat adalah naarsumber dari kalangan tokoh politik yaitu sebesar 22,8 %.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan pada orang lain sesuai dengan keinginan yang ingin diraih oleh
komunikator. Tujuan dari komunikasi efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara komunikator dan
balik atau feed back dapat seimbang sehingga tidak monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Seperti dinyatakan Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1974 : 9 – 13)
komunikasi yang efektif menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.
a. Pengertian :
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat
disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan psikologi
komunikator untuk menghindari hal tersebut. b. Kesenangan :
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan
membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini kita perlu mempelajari psikologi tentang system komunikasi interpersonal.
c. Mempengaruhi Sikap :
dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
d. Hubungan Sosial yang Baik :
Sebagai makhluk social yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.
e. Tindakan :
Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
suara/intonasi dalam menyampaikan pesan dan wahana bagaimana orang itu menyampaikan pesan. Jadi semakin seseorang tidak konsekuen dengan ketiga hal tersebut, maka akan menentukan kredibilitas sesorang, semakin tidak konsekuen akan menjadi semakin tidak dipercaya.
Menurut Thomas Leech dalam bukunya "Say it like Shakespeare", ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: (1) Pengirim pesan (sender), (2) Pesan yang dikirimkan (message), (3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), (4) Penerima pesan (receiver), (5) Umpan balik (feedback). Leech menambahkan, bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu membaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan).
Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
2.2.1.1. Unsur – Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi jika didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Laswell (Cangara,
channel to whom with what effect ?”. Dari pertanyaan tersebut lebuh lanjut dapat
diuraikan unsur-unsur komunikasi yaitu sumber (komunikator), pesan, media, penerima (komunikan), dan efek atau pengaruh yang terjadi pada penerima
setelah menerima pesan.
Miller dan Fleur dalam (Cangara, 2007:23) menambahkan bahwa dalam
unsur komunikasi, unsur efek dan umpan balik (feedback) merupakan pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Dalam perkembangan selanjutnya muncul pandangan yang mengemukakan bahwa terdapat unsur yang tidak kalah
penting dalam mendukung terjadinya proses komunikasi yaitu faktor lingkungan.
2.2.1.2. Model Ber lo
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan suatu teori komunikasi. Teori
komunikasi yang digunakan adalah teori komunikasi model David K. Berlo. Model komunikasi Berlo dikenal dengan model SMCR yaitu kepanjangan dari
Gambar 2.1
Teor i S-M-C-R
Sumber : http://www.managementstudyguide.com/berlo-model-of communication.htm
Menurut Berlo (Mulyana, 2007 : 162) mengemukakan bahwa sumber
adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat ; saluran adalah medium yang membawa pesan ; dan penerima adalah
orang yang menjadi sasaran komunikasi.
Berlo juga menggambarkan dalam (Mulyana, 2007 : 162), kebutuhan
penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk
pesan. Dalam situasi tatap muka, kelompok kecil dan komunikasi publik (pidato),
saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gelombang suara. Dalam komunikasi massa, terdapat banyak saluran : televisi, radio, surat kabar, buku, dan
Sedangkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, Source (sumber) berasal dari Olga Syahputra, Message (pesan) merupakan hiburan-hiburan yang diberikan kepada Olga Syahputra, Channel (saluran) melalui infotainment serta
program acara yang diikuti Olga Syahputra, sedangkan penerimanya adalah remaja yang ada di Surabaya.
2.2.2. Kredibilitas Komunikator
Secara umum komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Untuk menyampaikan pesan dengan baik
seorang komunikator harus memiliki kredibilitas, sehingga disebut sebagai krebilitas komunikator. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator (Rakhmat, 2005: 257). Ditinjau dari komponen
komunikator, untuk melaksanakan komunikasi yang efektif terdapat dua faktor penting yang ada pada diri komunikator, yaitu kepercayaan pada komunikator
(source credibility) dan daya tarik komunikator (source atractiveness). Kedua hal ini berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima pesan (Effendy, 2003:43): a. Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar, jadi
komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan, dan apa yang
dinyatakannya.
jadi komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila berhasil memikat perhatian komunikasi.
Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa dipengaruhi jika seorang
komunikator memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya sehingga ucapan-ucapannya dapat
dipercaya. Pathos adalah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan komunikan. Sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya (Cangara, 2007:87).
Tingkat kredibilitas seseorang ditentukan oleh pengaruh komunikan sebagai pelaku. Kredibilitas adalah persepsi sehingga kredibilitas seseorang belum
tentu sama pada masing-masing individu. Jadi kredibilitas bukan pada diri komunikator tetapi terletak pada persepsi komunikan. Oleh karena itu kredibilitas dapat berubah atau diubah. Kredibilitas seseorang dapat berubah bila terjadi
perubahan komunikan, topik dan waktu. Kredibilitas seseorang di satu tempat belum tentu sama di tempat lain jika komunikasinya berubah, demikian pula bila
terjadi perubahan topik dan waktu, artinya seorang komunikator yang menguasai suatu topik tertentu belum tentu pula menguasai topik yang lainnya.
Seorang komunikator dikatakan memiliki kredibilitas tinggi apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai komunikator yang kredibel. Dua diantara syarat yang penting adalah keahlian (expertise) dan kepercayaan (trustworthness).
cerdas, mampu, ahli, banyak tahu, berpengalaman dan terlatih. Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan watak. Komunikator yang dapat dipercaya adalah yang dianggap jujur, tulus dan
bermoral. Kesan yang ditimbulkan dari komponen kepercayaan meliputi moral yang baik (Rakhmat, 2005:260).
Berlo seorang pakar komunikasi menambahkan bahwa kredibilitas seorang komunikator bisa diperoleh bila komunikator tersebut memiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan dan tertulis (communications skill), pengetahuan yang
luas tentang apa yang dibahas (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude) serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (social and culture
system) dimana khalayaknya berada (Cangara, 2007:97).
Kredibilitas adalah alasan yang masuk akal untuk bisa dipercaya. Seorang yang memiliki kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti dapat mempercayai
karakter dan kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah membuat apa yang nampak dari diri kita menjadi kenyataan. "Istilah
"integritas" dan "kejujuran" membantu dalam mengartikan kredibilitas. Citra diri (image) lebih penting daripada karakter. Kredibilitas akan berkembang bila karakter lebih dipentingkan dari citra diri. Kredibilitas akan rusak tanpa integritas.
Dapat berpura-pura jujur, tulus, dan kompeten untuk sementara waktu, namun adanya tekanan dan masalah-masalah akan mengungkapkan karakter yang
sebenarnya.
cepat. Kita tidak akan memercayai seseorang sampai kita merasa nyaman berada di dekatnya dan dihargai. Kita menginginkan orang lain untuk membuktikan dirinya sebelum kita menaruh kepercayaan pada mereka. Dan kepercayaan itu
dapat hancur hanya dengan satu kesalahan.
Membangun kepercayaan dan meningkatkan kredibilitas, bila menganggap
seseorang tidak bisa dipercaya, kecil peluangnya bagi suatu hubungan yang berdasarkan kepercayaan untuk berkembang. Faktor pendukung lainnya, yaitu kepekaan terhadap keperluan dan minat orang lain. Dengan cara menanyakan
secara langsung apa yang pengikut butuhkan, mendengarkan nada suara mereka, dan mengajukan pertanyaan sebagai tanda kepedulian, orang akan menilai bahwa
pemimpin mereka tulus dalam memberi perhatian.
Hovland dan Weiss menyimpulkan bahwa komunikator dengan kredibilitas tinggi lebih efektif untuk merubah pandangan seseorang (Severin,
2007:184). Hovland dan Weiss juga menemukan sumber kredibilitas yaitu:
a. Komunikator dengan kredibilits tinggi lebih produktif dan atraktif, setelah
mempresentasikan pesan.
b. Kredibilitas sumber tidak mempengaruhi revisi pesan.
c. Keahlian memperbesar efek penyimpangan. Sumber ahli tidaklah menilai
untuk menjadi yang diinginkan, hanyalah efek penyimpangan yang lebih besar untuk sumber dari keahlian lebih besar. Secara umum, sumber yang dibiaskan
d. Sumber yang dibiaskan akan dipercaya jika pujian/rekomendasi mereka mendapatkan kepercayaan dari penerima. Secara ringkas, Birnbaum dan Stegner, menyediakan bukti bahwa orang yang ahli menjadi sumber lebih
berpengaruh dibanding non expert sumber.
Source credibility theory (teori kredibilitas sumber), dikembangkan oleh
Hovland, Janis, dan Kelley tahun 1953). Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dimungkinkan lebih mudah dibujuk (dipersuasi) jika sumber-sumber persuasinya (bisa komunikator itu sendiri) cukup kredibel. Cukup mudah untuk memahami
teori ini dalam konteks kasus. Kita akan lebih percaya dan cenderung menerima dengan baik pesan-pesan yang disampaikan oleh orang yang memiliki kredibilitas
di bidangnya. Credibility memang tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga sumber-sumber yang lain, misalnya jenis produk, atau jenis kelembagaan tertentu yang bukan orang secara perorangan. Setidaknya terdapat tiga model guna
mempersempit ruang lingkup teori kredibilitas sumber (source credibility theory) ini, juga sebagai strategi dalam memfokuskan studi komunikasi, yakni, factor
model (suatu pendekatan) membantu menetapkan sejauh mana pihak penerima
menilai suatu sumber itu kredibel. Sementara functional model, memandang kredibilitas sebagai tingkat di mana suatu sumber mampu memuaskan
kebutuhankebutuhan individu penerima. Sedangkan constructivist model menganalisis apa yang dilakukan penerima dengan adanya usulan-usulan sumber.
mana komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima. Hovland dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih
banyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah
(Severin, 2007: 190).
Untuk menjadi komunikator yang baik seseorang harus memiliki kredibilitas (credibility). Kredibilitas memiliki pengertian ”seperangkat persepsi
tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh khalayak (penerima” (Cangara, 2007:91). Jadi kredibilitas seseorang sebagai
komunikator merupakan kekuatan (power) yang dapat secara optimal mengubah sikap, perilaku, opini dan persepsi seseorang sesuai dengan kemauan komunikator.
Menurut Aristoteles dalam Cangara (2007:91), kredibilitas bisa diperoleh jika seorang komunikator mempunyai ethos, pathos dan logos. Ethos ialah
kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan - ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya. Logos ialah kekuatan yang
dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
James Mc Croskey dalam Cangara (2007:92) lebih jauh menjelaskan
bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari:
b. Sikap (character), menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip.
c. Tujuan (intention), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu
mempunyai maksud baik atau tidak.
d. Kepribadian (personality), menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi
yang hangat dan bersahabat.
e. Dinamika (dynamism), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.
Selain kelima komponen di atas, daya tarik merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki seorang komunikator. Faktor daya tarik memiliki empat komponen,
yaitu hal yang sama (similariy), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan penampilan fisik (physic).
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi yang dimiliki oleh khalayak,
artinya kredibilitas merupakan persepsi komunikan, sehingga tidak inheren dalam diri komunikator. Selain itu kredibilitas berkaitan dengan sifat-sifat komunikator
yang selanjutnya disebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Kredibilitas seseorang akan berbeda dan berubah sesuai dengan perubahan konteks dan situasi, karena kredibilitas seseorang di tempat yang satu belum tentu berlaku di tempat
yang lain dalam kerangka konteks dan situsi yang berbeda pula. Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam yaitu:
b. Kredibilitas yang diperolah seseorang pada saat komunikasi berlangsung antara komunikator dengan komunikan (derived credibility).
c. Kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau
pembaca mengikuti ulasannya, disebut juga dengan terminal credibility (Cangara: 2007:92-93).
Dalam Jalaluddin Rakhmat (2000:73-75), disebutkan ada lima komponen dalam membangun kredibilitas seorang komunikator. Lima komponen tersebut yaitu :
a. Otoritas
Salah satu komponen penting kredibilitas yaitu otoritas. Otoritas adalah
mempunyai keahlian yang diakui. Otoritas dibentuk karena orang melihat latar belakang pendidikan serta pengalaman.
b. Good Sense
Komponen kedua dalam kredibilitas adalah good sense, yaitu pendengar akan menyukai dan pada akhirnya menerima gagasan yang dikemukakan oleh
pembicara yang dipandang objektif. c. Good Character
Komponen ketiga dalam kredibilitas, yaitu good character (akhlak yang baik).
Akhlak yang baik adalah kejujuran, integritas, ketulusan. Orang akan tertarik pada tokoh yang terkenal jujur, tidak mudah dibeli serta telah berbuat banyak
yang sopan, menghindari omongan yang kasar, fulgar, atau menyinggung perasaan, serta tunjukkan hubungan anda dengan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik, tunjukkan ketidaksenangan anda kepada orang-orang yang
berperilaku jelek supaya anda tidak tercemar. d. Good will
Komponen keempat adalah good will, yaitu : bahwa para pendengar akan tertarik pada anda, jika mereka tahu anda berbicara untuk kepentingan, bahwa anda sedang ”berjuang” untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.
e. Dinamisme
Dinamisme merupakan komponen terakhir kredibilitas. Dinamisme adalah
ekspresi fisikal dari komitmen psikologis, komunikator terhadap topik. Sebagaimana yang dicontohkan bila komunikator berbicara dengan penuh semangat, maka pendengar pun akan ikut bersemangat pula.
2.2.3. Televisi sebagai Media Massa
Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan atau informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa
yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga. Media Massa harus diterbitkan atau disiarkan secara periodik, isi pesan
Media massa diyakini punya kekuatan yang maha dahsyat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media massa bisa menentukan perkembangan masyarakat seperti apa yang akan dibentuk di masa
yang akan datang. Media massa mampu mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan masa datang.
Djafar H. Assegaf mengatakan bahwa media massa memiliki lima ciri, yaitu Pertama, komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah di mana komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada
komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (Delay Feedback). Kedua, media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi
yang luas, bervariasi. Ini menunjukkan bahwa pesan yang ada dalam media massa berisi rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi khalayak atau para komunikannya. Ketiga, media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak.
Komunikan dalam media massa berjumlah besar dan menyebar dimana - mana, serta tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal. Keempat, media
massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek rata - rata. Pesan yang disajikan dengan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan intelektual baik komunikan dari kalangan bawah sampai kalangan atas.
Kelima, media massa diselenggarakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang terstruktur. Penyelenggara atau pengelola media massa adalah lembaga
2.2.4. Infotainment
infotainment merupakan kependekan dari istilah Inggris information-entertainment. Infotainment di Indonesia identik dengan acara televisi yang
menyajikan berita selebritis dan memiliki ciri khas penyampaian yang unik. Pada bagian lain, Wikipedia menyebutkan pula bahwa ”Infotainment is
information-based media content or programming that also includes entertainment content in
an effort to enhance popularity with audiences and consumers“.
Perkembangan infotainment di Indonesia tampaknya tidak bisa dilepaskan
dari pesatnya perkembangan industri penyiaran televisi, yang dimulai sejak akhir 80-an, yakni dengan diperkenankannya siaran televisi swasta di Indonesia.
Mungkin karena alasan kompetisi dan kepentingan komersial, selanjutnya infotainment terus berjalan dan seolah-olah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem pertelevisian di Indonesia. Namun belakangan ini kehadiran
infotainment di televisi sedang mendapat gugatan dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat awam, tokoh masyarakat, LSM, dan bahkan dari kalangan
jurnalistik itu sendiri. Ada yang mempertanyakan keabsahannya sebagai kegiatan jurnlistik, dan ada pula yang mempersoalkan konten tayangan yang dianggapnya telah kebablasan. (http://id.wikipedia.org/wiki/infotainment)
2.2.5. Publik Figur
kehidupannya. Dan masyarakat pun haruslah cerdas dalam menentukan siapakah publik figur yang seharusnya mereka tiru.
Belakangan ini muncul fenomena baru yang menunjukkan bobroknya
moral dan mental para publik figur. Beberapa contohnya adalah merebaknya peran antagonis dan peran pria yang berperilaku layaknya seorang wanita, begitu
pula sebaliknya. Menurut Sheldon dalam Sujanto dkk (2004), kepribadian seseorang dalam banyak hal berhubungan dengan keadaan jasmani yang nampak. Struktur jasmani merupakan hal yang utama, yang berpengaruh pada kepribadian
seseorang. Faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang penting dalam kepribadian seseorang.
Secara tidak langsung, tayangan-tayangan yang penuh dengan adegan kekerasan, perilaku yang antagonis, serta perilaku seks yang menyimpang akan memberikan dampak negatif yang cukup besar bagi masyarakat. Karena melalui
media elektronik tersebut, masyarakat akan dengan mudahmelihat dan menirunya. Di sinilah dituntut peran seorangpublik figur untuk memberikan nilai positif bagi
masyarakat, tidak hanya dengan mengekspos adegan-adegan yang berbau kekerasan untuk menarik perhatian masyarakat.
Karakter adalah aspek terpenting dalam kredibilitasyang harus dimiliki
oleh seorang publik figur. Karakter tersebut meliputi kemauan baik, kejujuran, dan moral yang bersih (Mulyana, 2008). Artinya seorang pubik figur yang baik
2.2.5.1. Pengertian Publik Figur
Selama ini kita sering menganggap publik figur adalah para pesohor atau
selebritis yang mukanya seringkali muncul di teve. Dan para artis pun tanpa malu-malu mengaku bahwa mereka adalah publik figur. Ini tentu saja keliru. Artis
bukanlah publik figur, mereka hanyalah figur yang dikenal publik. Publik figur yang sesungguhnya adalah pemimpin masyarakat. Menurut Ruslan (2005), publik figur adalah sosok yang mempunyai laku dan kebijakan yang berkaitan dengan
kehidupan umumnya publik.
2.2.5.2. Peranan Publik Figur
Tidak diragukan lagi bahwa kehadiran sosok publik figur di tengah-tengah masyarakat, memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat
itu sendiri. Ada sedikit kerancuan yang terjadi belakangan ini, banyak pihak keliru mengenai istilah publik figur yang seringkali diidentikkan dengan sosok selebritas, sehingga peranannya pun menjadi sangat terbatas.
Jika berpatokan kepada pengertian publik figur yang telah diutarakan oleh Ruslan, maka para pejabat negeri, para eksekutif, jelas mereka adalah para publik
2.2.6. Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang menvakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum mempunyai status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Sedangkan remaja menurut Zaklan Darajat (1990:23) adalah masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir / bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa adolescene diartikan sebagai
2.2.7. Komedian
Menurut Mahadev Apte dalam bukunya “Humor and Laughter” Humor adalah segala bentuk rangsangan, baik verbal maupun nonverbal berupa tingkah
laku manusia yang dapat menimbulkan rasa gembira, geli, dan lucu di pihak pendengar, penonton, maupun pembaca.
Menurut Tony Buzan, menyampaikan lelucon (dari kata lelucuan) atau humor merupakan bagian dari melatih kecerdasan seseorang. Humor pada dasarnya adalah imajinasi dan kemampuan otak menemukan asosiasi yang baru
dan menakjubkan. Humor yang masuk dalam kategori Buzan ini tidak termasuk humor berupa reaksi fisik atau persepsi belaka, atau humor slapstick.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa humor adalah imajinasi dan kemampuan otak seseorang yang dapat menimbulkan rasa gembira, geli, dan lucu di pihak pendengar, penonton, maupun pembaca.
Komedian adalah orang yang menghibur orang lain atau penonton dengan bantuan orang lain atau comedian lain bersamannya.
2.2.8. Kerangka Berpikir
Media massa merupakan alat penyampaian pesan dari narasumber kepada
khalayak. Di beberapa media sempat diberitakan mengenai kasus-kasus Olga Syahputra yang dianggap melakukan pelecehan, penghinaan, terhadap masyarakat
penelitian ini adalah bagaimana kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian .
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan
yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak. Kredibilitas ditentukan oleh adanya kejujuran dan keahlian (Cangara. 2007:91).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Oper asiona l dan Pengukur an Va r iabel
Definisi operasional variabel merupakan penentuan construct dengan berbagai
nilai untuk memberikan gambaran mengenai fenomena sehingga dapat diukur.
Construct merupakan abstraksi dari fenomena atau realitas yang untuk keperluan
penelitian harus dioperasionalisasikan dalam bentuk variabel yang diukur dengan
berbagai nilai (Indrianto dan Supomo, 1999:71). Definisi operasional variabel
bertujuan untuk mempermudah bagi penyusunan daftar pertanyaan (kuesioner).
3.1.1. Definisi Opera siona l Var iabel
Olga Syahputra adalah seorang aktor, pelawak dan pembawa acara indonesia,
olga syahputra pastinya sudah tidak asing lagi buat kalian. Salah satu pembawa acara
DAHSYAT di RCTI ini mempunyai nama asli Yoga Syahputra. Dia lahir di Jakarta,
8 Februari 1983. Olga Syahputra sering kali berperan sebagai waria, namun Olga
menampik kalau dirinya mempunyai orientasi seksual menyimpang. Seperti kita
ketahui, tingkah laku, cara berbicara, dan juga gerak gerik Olga memang seperti
sudah beberapa kali mendapatkan prestasi. Dan juga sempat beberapa kali menjadi
sorotan media karena candaan kasarnya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kredibilitas adalah “seperangkat
persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan
diikuti oleh khalayak” Cangara (2007:91). Lebih jauh pernyataan diatas dikuatkan
oleh Aristoteles dalam Cangara (2007:91), kredibilitas bisa diperoleh jika seorang
komunikator mempunyai etos, patos dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki
dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah
kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi
pendengarnya. Logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui
argumentasinya.
3.1.2. Pengukur an Var iabel
Kredibilitas komunikator diukur melalui beberapa indikator sebagai berikut:
a. Kompetensi
Merupakan penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang
dibahasnya. Dalam penelitian ini, Olga Syahputra dapat dikatakan memiiki
kredibilitas tinggi jika dalam setiap penampilannya Olga Syahputra sebagai
seorang komedian mampu menimbulkan suasana senang melalui tingkah lakunya
baik secara verbal maupun non verbal.
Merupakan kemampuan yang dimiliki komunikator ketika menyampaikan
informasi pada saat tatap muka (face to face). Dalam penelitian ini, Olga
Syahputra dapat dikatakan memiliki kredibilitas tinggi jika dalam setiap
penampilannya Olga Syahputra sebagai seorang komedian memiliki pribadi yang
tulus / jujur, bermoral, dan memiliki etika / sopan santun.
c. Dinamisme
Apakah hal-hal yang disampaikan Olga Syahputra itu menarik atau sebaliknya
yang justru membosankan. Dalam penelitian ini, Olga Syahputra dapat dikatakan
memiliki kredibilitas tinggi jika dalam setiap penampilannya Olga Syahputra
sebagai seorang komedian memiliki sikap yang bersemangat, aktif, tegas, dan
berani.
d. Daya tarik
Kemampuan komunikator (Olga Syaputra) untuk menarik perhatian komunikan
(masyarakat) / kondisi yang menyebabkan komunikan (masyarakat)
memperhatikan komunikator (Olga Syahputra). Dalam penelitian ini, Olga
Syahputra dapat dikatakan memiliki kredibilitas tinggi jika dalam setiap
penampilannya Olga Syahputra sebagai seorang komedian memiliki daya tarik
yang tampan, rapi, percaya diri tinggi.
e. Kepribadian
Kesan tentang pribadi komunikator (Olga Syahputra). Dalam penelitian ini, Olga
penampilannya Olga Syahputra sebagai seorang komedian memiliki pribadi yang
hangat, ramah, dan terbuka.
f. Karisma
kesan komunikan (masyarakat) tentang komunikator (Olga Syahputra) sebagai
pribadi yang luar biasa sehingga mampu mengendalikan komunikan
(masyarakat). Dalam penelitian ini, Olga Syahputra dapat dikatakan memiliki
kredibilitas tinggi jika dalam setiap penampilannya Olga Syahputra sebagai
seorang komedian memiliki karisma yang luar biasa, brilian, dan berwibawa.
3.2. Teknik Pengumpula n Data
3.2.1. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membuat seperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2003:135). Kuesioner ini
disampaikan secara langsung oleh peneliti kepada responden. Tujuan pembuatan
kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi, data yang reliabilitas dan
validitasnya tinggi. Kuesioner yang dibuat peneliti memfokuskan pada
pertanyaan-pertanyaan mengenai kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian.
Metode pengukuran kuesioner melalui Skala Perbedaan Sematik adalah
berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), skala bipolar adalah skala
semantik ini dapat digunakan untuk melihat pandangan seseorang terhadap suatu
konsep atau objek apakah sama atau berbeda tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang
selanjutnya disebut variabel penelitian.
Dalam skala perbedaan semantik, skala ini menunjukkan suatu keadaan yang
saling bertentangan (Riduwan dan Kuncoro, 2008, p25). Kemungkinan jawaban tidak
hanya “setuju” atau “tidak setuju” saja, melainkan dibuat dengan lebih banyak
kemungkinan jawaban (Rangkuti, 2005, p66).
Jawaban dari setiap skala instrument yang menggunakan perbedaan semantik
mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai dengan sangat positif yang dapat
berupa angka-angka antara lain:
a. Sangat tidak setuju = 1
b. Tidak setuju = 2
c. Ragu-ragu = 3
d. Setuju = 4
Untuk menentukan tingkat kredibilitas komunikator digunakan rumus:
Skor Tertinggi – Skor Terendah
Interval =
Jenjang Yang Diinginkan
Dalam penelitian ini terdapat 18 pertanyaan, yaitu 3 pertanyaan untuk
indikator kompetensi, 3 pertanyaan untuk indikator kepercayaan, 3 pertanyaan untuk
indikator dinamisme, 3 pertanyaan untuk indikator daya tarik, 3 pertanyaan untuk
indikator kepribadian, 3 pertanyaan untuk indikator karisma. Dengan demikian
pengkategorian jawaban responden untuk keseluruhan pertanyaan adalah sebagai
berikut:
Skor Tertinggi : 5 x 3 = 15
Skor Terendah : 3 x 1 = 3
( 5 x 3 ) – ( 3 x 1 ) 15 – 3
Interval = = = 4
3 3
Skor tertinggi antara : 11 – 15
Skor sedang antara : 7 – 10
3.2.2. Studi Pusta ka
Adalah memperoleh data yang masih relevan dengan cara membaca dan
mempelajari literatur-literatur, baik dari buku-buku acuan mata kuliah,
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, maupun laporan-laporan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari obyek penelitian (Bungin, 2001:101).
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya yang berusia 17 – 25 tahun.
Pemilihan remaja Surabaya yang berusia 17 – 25 tahun didasarkan pada pendapat
Hurlock (2001:213), bahwa usia 17 – 25 tahun termasuk dalam usia masa dewasa dini
dimana individu sudah mulai pemikiran dalam memahami masalah-masalah sosial.
Sedangkan pemilihan Surabaya menjadi lokasi penelitian dikarenakan remaja
Surabaya bersifat heterogen, sehingga nantinya diharapkan dapat memperkaya data
3.3.2. Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
random sampling dalam rangka penentuan wilayah.
1. Tahap pertama dilakukan pemilihan pada wilayah penelitian di kota Surabaya.
kota Surabaya memiliki lima bagian wilayah, yaitu Surabaya Timur, Surabaya
Selatan, Surabaya Barat, Surabaya Utara, dan Surabaya Pusat. Setelah
dilakukan pemilihan secara random (acak), terpilih wilayah Surabaya Pusat
dan Surabaya Selatan.
2. Tahap kedua dilakukan pemilihan pada daerah kecamatan. Wilayah Surabaya
Pusat terdiri dari empat kecamatan dan Surabaya Selatan memiliki delapan
kecamatan. Pemilihan dilakukan secara acak. Untuk Surabaya Pusat terpilih
kecamatan Simokerto dan kecamatan Genteng. Sedangkan untuk Surabaya
selatan terpilih kecamatan Karang Pilang dan kecamatan Sawahan.
3. Tahap ketiga dilakukan pemilihan pada daerah kelurahan. Kecamatan
Simokerto terdiri dari lima kelurahan, yaitu Kapasan, Tambakrejo, Simokerto,
Sidodadi, dan Simolawang diwakili oleh kelurahan Sidodadi dan Simolawang.
Kecamatan Genteng terdiri dari lima kelurahan, yaitu Embong Kaliasin,
Ketabang, Genteng, Peneleh, Kapasari diwakili oleh kelurahan Peneleh dan
Kapasari. Untuk kecamatan Gubeng terpilih kelurahan Pucang Sewu
Gunung, Karang Pilang, Kebraon, Kedurus diwakili kelurahan Kedurus dan
Kebraon. Sedangkan kecamatan Sawahan terdiri dari kelurahan Pakis, Putat
Jaya, Banyu Urip, Kupang Krajan, Petemon, dan Sawahan diwakili oleh
kelurahan Pakis dan Banyu Urip.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai teknik penarikan sampel yang digunakan
dalam penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:
Gamba r 3.1
Sistematika Pengambilan Sampel
N
Na
Nb
Na1
Na2
Nb1
Nb2
Keterangan :
N = Surabaya
Na = Surabaya Pusat
Nb = Surabaya Selatan
Na1 = Kecamatan Simokerto
Na2 = Kecamatan Genteng
Nb1 = Kecamatan Karang Pilang
Nb2 = Kecamatan Sawahan
n1 = Kelurahan Sidodadi
n2 = Kelurahan Simolawang
n3 = Kelurahan Peneleh
n4 = Kelurahan Kapasari
n5 = Kelurahan Kedurus
n6 = Kelurahan Kebraon
n7 = Kelurahan Pakis
Sedangkan jumlah populasi yang berusia 17 – 25 tahun untuk tiap kelurahan
berdasarkan data dari BPS tahun 2012 didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 3.1
J umla h Popula si
Wilayah Jumlah Populasi
Keca mata n Simoker to
Kelurahan Sidodadi 3.042 jiwa
Kelurahan Simolawang 4.227 jiwa
Keca mata n Genteng
Kelurahan Peneleh 2.748 jiwa
Kelurahan Kapasari 3.203 jiwa
Keca mata n Kara ng Pila ng
Kelurahan Kebraon 4.346 jiwa
Kelurahan Kedurus 5.014 jiwa
Keca mata n Sawa han
Kelurahan Pakis 7.926 jiwa
Kelurahan Banyu Urip 5.263 jiwa
Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan
rumus Yamane (Rahmat, 2001:82), sebagai berikut :
N
n =
N . d² +1
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d² = Derajat Kepercayaan (presisi)
Maka dengan perhitungan responden sebagai berikut:
35769 35769
n = = = 99,72 dibulatkan menjadi 100 orang
35769 . (0,1)² + 1 358,69
Untuk lebih rincinya, jumlah masyarakat yang akan diteliti tiap-tiap wilayah
kelurahan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ni = ( Ni : N ) . n
Keterangan :
Ni = Jumlah masing-masing populasi
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
Dengan demikian, jumlah sampel untuk masing-masing kelurahan adalah
sebagai berikut :
1. Kelurahan Sidodadi = ( 3042 : 35,769 ) x 100 = 8,5 = 9 orang
2. Kelurahan Simolawang = ( 4227 : 35,769 ) x 100 = 11,8 = 12 orang
3. Kelurahan Peneleh ( 2748 : 35,769 ) x 100 = 7,6 = 8 orang
4. Kelurahan Kapasari ( 3203 : 35,769 ) x 100 = 8,9 = 9 orang
5. Kelurahan Kebraon ( 4346 : 35,769 ) x 100 = 12,1 = 12 orang
6. Kelurahan Kedurus ( 5014 : 35,769 ) x 100 = 14,01 = 14 orang
7. Kelurahan Pakis ( 7926 : 35,769 ) x 100 = 22,1 = 22 orang
3.4. Teknik Analisis Data
Dari data-data yang diperoleh melalui penelitian, baik data primer maupun
sekunder kemudian di analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan
penelitian. Melalui pendekatan metodologi ini akan dapat menjangkau secara
komprehensif dengan tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis
pengaruh kredibilitas Olga Syahputra sebagai sebagai seorang komedian.
3.5. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat) bulan,
dimulai pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan September 2013 di Surabaya.
Alasan pada waktu itu dilakukan penelitian dikarenakan pada saat itu merupakan
waktu yang tepat, bagi peneliti waktu tersebut sudah tidak mengganggu aktivitas
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1. Gambar an Obyek Penelitian
4.1.1. Gambar an Umum Tempat Pengambilan Data
Posisi geografi sebagai permukiman pantai menjadikan Surabaya
berpotensi sebagai tempat persinggahan dan permukiman bagi kaum pendatang (imigran). Proses imigrasi inilah yang menjadikan kota Surabaya sebagai kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam migrasi, tidak saja dari berbagai
suku bangsa di nusantara, seperti Madura, Batak, Sunda, Borneo, Bali, Sulawesi, dan Papua, tetapi juga dari etnis-etnis diluar Indonesia, seperti etnis Melayu,
China, Arab, India, dan Eropa datang singgah dan menetap hidup bersama serta membaur dengan penduduk asli membentuk pluralism budaya yang kemudian menjadi cirri khas kota Surabaya.
Surabaya adalah ibukota propinsi Jawa Timur, merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta. Serta memiliki kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia.
Julukan yang paling terkenal adalah Kota Pahlawan, karena keberanian arek-arek Suroboyo dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan pada akhir perang dunia II.
Kini Surabaya adalah kota budaya, pendidikan, pariwisata, maritime, industry, dan perdagangan yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Surabaya memiliki masyarakat yang multi etnis, perguruan