• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREDIBILITAS OLGA SYAHPUTRA SEBAGAI SEORANG KOMEDIAN (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KREDIBILITAS OLGA SYAHPUTRA SEBAGAI SEORANG KOMEDIAN (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Remaja Surabaya Terhadap Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian)."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Olga Syahputr a Sebagai Seorang Komedian)

SKRIPSI

Oleh:

Safa Tri Zamharira NPM. 0843010224

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

(Studi Deskriptif Kuantitatif Per sepsi Remaja Sur abaya Ter hadap Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian)

Disusun oleh : SAFA TRI ZAMHARIRA

NPM. 0843010224

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati, MSi NIP. 196203231993092001

Mengetahui D E K A N

(3)

Oleh:

SAFA TRI ZAMHARIRA

0843010224

Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” J awa Timur Pada Ta nggal 10 J anuar i 2014

PEMBIMBING TIM PENGUJ I

1. Ketua

Dr a . Sumar djija ti, MSi Dr a . Suma r djijati, MSi NIP. 196203231993092001 NIP. 196203231993092001

2. Seker ta r is

Dr a . Dyva Clar etta, MSi NPT. 3 6601 94 00251

3. Anggota

Dr a. Diana Her ta ti, MSi NIP. 196309071991032001

Mengetahui,

D E K A N

Dr a. Ec. Hj. Supar wati, MSi

(4)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “KREDIBILITAS OLGA

SYAHPUTRA SEBAGAI SEORANG KOMEDIAN” (studi deskriptif kuantitatif persepsi remaja Sur abaya terhadap kr edibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Sumardjijati, MSi selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak

menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual, maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Hj. Suparwati, MSi. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Juwito, S.Sos, MSi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Semua keluarga saya Ayah, Ibu, kakak, dan adik, serta teman-teman saya yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan, baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunanskripsi ini banyak terdapat

(5)

semua pihakumumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 1 November 2013

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Komunikasi Efektif ... 12

2.2.1.1. Unsur – Unsur Komunkasi ... 15

2.2.1.2. Model Berlo ... 16

(7)

2.2.3. Televisi sebagai Media Massa ... 26

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

3.1.1. Definisi Operasional Variabel... 33

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 34

(8)

4.2. Penyajian Data ... 49

4.2.1. Deskripsi Responden ... 49

4.2.1.1. Jenis Kelamin Responden ... 50

4.2.1.2. Usia Responden ... 51

4.2.1.3. Pendidikan Responden ... 52

4.2.1.4 Pekerjaan Responden ... 53

4.2.2. Deskripsi Variabel ... 54

4.2.2.1. Kredibilitas Komunikator... 54

4.3. Analisis Data ... 82

4.4 Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1. Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Teori S-M-C-R ... 17

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 43

Tabel 4.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 52

Tabel 4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 53

Tabel 4.5 Kecerdasan Komunikator ... 55

Tabel 4.6 Kelucuan Komunikator ... 57

Tabel 4.7 Pengalaman Komunikator ... 57

Tabel 4.8 Komponen Kompetensi ... 58

Tabel 4.9 Kejujuran Komunikator ... 59

Tabel 4.10 Kesopanan Komunikator... 60

Tabel 4.11 Etika Komunikator ... 61

Tabel 4.12 Komponen Kepercayaan ... 62

Tabel 4.13 Semangat Komunikator ... 63

Tabel 4.14 Keaktifan Komunikator ... 65

Tabel 4.15 Ketegasan Komunikator ... 66

Tabel 4.16 Komponen Dinamisme ... 67

Tabel 4.17 Ketampanan Komunikator ... 68

(11)

Tabel 4.19 Kepercayaan Diri Komunikator ... 70

Tabel 4.20 Komponen Daya Tarik ... 71

Tabel 4.21 Pribadi Hangat / Suka Menyapa Komunikator ... 72

Tabel 4.22 Keramahan Komunikator ... 73

Tabel 4.23 Keterbukaan Komunikator ... 75

Tabel 4.24 Komponen Kepribadian ... 76

Tabel 4.25 Keluar Biasaan Komunikator ... 77

Tabel 4.26 Ide-ide Brilian Komunikator ... 78

Tabel 4.27 Wibawa Komunikator ... 79

Tabel 4.28 Komponen Karisma ... 80

(12)

ABSTRAK

Safa Tri Zamharira, Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian (Studi Deskr iptif Kuantitatif Per sepsi Remaja Sur abaya Ter hadap Kredibilitas Olga Syahputr a Sebagai Seorang Komedian)

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian setelah mengalami berbagai kasus yang dianggap merugikan pihak-pihak tertentu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian.

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah komunikasi efektif, unsur-unsur komunikasi, teori S-M-C-R, kredibilitas komunikator, televisi sebagai media massa, infotainment, publik figur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yang menggunakan analisis isi dari James McCroskey. Populasi dalam penelitian adalah remaja Surabaya yang berusia 17-25 tahun.

Hasil dari penelitian ini adalah penjabaran secara rinci dari setiap item pertanyaan yang ada pada kuesioner. Yang telah digolongkan berdasarkan enam aspek, yaitu kompetensi, kepercayaan, dinamisme, daya tarik, kepribadian, karisma. Dari keenam aspek terebut, Olga Syahputra memiliki tingkat kredibilitas tinggi.

Kata Kunci : Olga Syahputra, kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian

ABSTRACT

Safa Tri Zamharira, Olga Syahputr a credibility as a comedian (quantitative descr iptive study of adolescent perceptions of the credibility of Sur abaya

Olga Syahputr a as a comedian)

The problem in this study is how the credibility of Olga Sahptra as a comedian after experiencing various cases that are considered detrimental to certain parties.

Purpose of this study is to determine how much credibility as a comedian Olga Syahputra.

Theoretical basis used in this study is effective communication, communication elements, S-M-C-R theory, communicator credibility, television as mass media, infotainment, public figures.

Methods used in this research is descriptive quantitative method, which uses content analysis of James McCroskey. Population in this study were adolescents aged 17-25 years Surabaya.

The result of this study are detailed elaboration of each item question on the questionnaire. Which has been classified based on six aspect, namely competence, confidence, dynamism, charm, personality, charisma. Of the sixth aspect, Olga Syahputra has a high level of credibility.

(13)

1 1.1.Latar Belaka ng Masa la h

Komunikasi merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung di dalam

kehidupan sehari – hari. Komunikasi tidak hanya dijadikan sebagai sarana pertukaran

pesan dari seorang komunikator kepada komunikan namun juga untuk saling

berinteraksi dan berhubungan antara seseorang dengan orang yang lain. Jalinan

hubungan komunikasi antara satu dengan yang lainnya tidak terbatas pada

sekelompok orang tertentu saja, namun semua orang yang hidup di dunia saling

berhubungan dengan lingkungannya. Komunikasi yang tepat bukan hanya

komunikasi yang melibatkan komunikator dan komunikan sebagai pemberi dan

penerima pesan, namun juga bagaimana seorang komunikan dapat menafsirkan pesan

yang disampaikan oleh komunikator serta bagaimana seorang komunikator dapat

menyampaikan pesan yang dimengerti oleh komunikan. Seperti dikemukakan oleh

Thomas M. Scheidel, bahwa berkomunikasi adalah untuk menyatakan dan

mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar

dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir atau berprilaku seperti

(14)

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan

pada orang lain sesuai dengan keinginan yang ingin diraih oleh komunikator. Tujuan

dari komunikasi efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami

pesan yang disampaikan antara komunikator dan komunikan sehingga bahasa yang

digunakan oleh komunikator lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan

dipahami dengan baik oleh komunikan. Tujuan lain dari komunikasi efektif adalah

agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seimbang sehingga

tidak monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa

nonverbal secara baik.

Seperti dinyatakan Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1974 : 9 – 13)

komunikasi yang efektif menimbulkan lima hal. (1) pengertian : penerimaan yang

cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima

isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in

communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan psikologi komunikator

untuk menghindari hal tersebut. (2) kesenangan : tidak semua komunikasi ditujukan

untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi

yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan

untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan

hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini perlu mempelajari psikologi tentang

system komunikasi interpersonal. (3) mempengaruhi sikap : bisa dikatakan bahwa

komunikasi yang kita jalin kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama

(15)

memerlukan pemahaman tentang faktor – faktor pada diri komunikator, dan pesan

yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri sendiri didefinisikan

sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi

psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. (4)

hubungan sosial yang baik : sebagai makhluk social yang tak pernah bisa sendiri

dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan

menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain

dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control),

dan cinta serta kasih saying (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi

dengan komunikasi interpersonal yang efektif. (5) tindakan : menimbulkan tindakan

nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan

tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan

mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil

kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang

seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga

faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan yang

dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (Cangara, 2007:91).

Kredibilitas ditentukan oleh adanya kejujuran dan keahlian. Seorang yang memiliki

kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti dapat mempercayai karakter dan

kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah

(16)

"kejujuran" membantu dalam mengartikan kredibilitas. Citra diri (image) lebih

penting daripada karakter. Kredibilitas akan berkembang bila karakter lebih

dipentingkan dari citra diri. Kredibilitas akan rusak tanpa integritas. Dapat

berpura-pura jujur, tulus, dan kompeten untuk sementara waktu, namun adanya tekanan dan

masalah-masalah akan mengungkapkan karakter yang sebenarnya.

Faktor lain yang memengaruhi kredibilitas adalah tentang kepercayaan.

Kepercayaan bersifat rapuh dan peka, juga tidak datang dengan mudah maupun cepat.

Seseorang tidak akan memercayai orang lain sampai dia / seseorang tersebut merasa

nyaman berada di dekatnya dan dihargai. Seseorang menginginkan orang lain untuk

membuktikan dirinya sebelum kita menaruh kepercayaan pada mereka. Dan

kepercayaan itu dapat hancur hanya dengan satu kesalahan.

Membangun kepercayaan dan meningkatkan kredibilitas, bila menganggap

seseorang tidak bisa dipercaya, kecil peluangnya bagi suatu hubungan yang

berdasarkan kepercayaan untuk berkembang. Faktor pendukung lainnya, yaitu

kepekaan terhadap keperluan dan minat orang lain. Dengan cara menanyakan secara

langsung apa yang pengikut butuhkan, mendengarkan nada suara mereka, dan

mengajukan pertanyaan sebagai tanda kepedulian, orang akan menilai bahwa

pemimpin mereka tulus dalam memberi perhatian.

Sedangkan dalam penelitian ini penulis memilih Olga Syahputra sebagai

objek penelitian, karena kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian sangat

(17)

Salah satu berita yang beberapa waktu lalu sempat diberitakan di situs online

Dikutip.com, yakni berita tentang kasus Olga Syahputra yang berawal dari lelucon

menjadi sebuah polemik. Dalam situs tersebut diberitakan bahwa komedian Olga

Syahputra tak bisa jauh dari masalah, setelah sebelumnya sering di tegur KPI karena

ulahnya, kali ini Olga Syahputra dianggap telah melecehkan Agama Islam, lelucon

Olga Syahputra dianggap telah menyakiti umat islam. Menurut Olga dirinya tidak

bermaksud melecehkan agama Islam, yang juga agama dirinya, tidak mungkin saya

ingin melecehkan agama saya sendiri, ujar Olga.

Olga Syahputra juga sempat diberitakan di situs online Okezone.com, yakni

berita tentang Olga Syahputra Yang Dilaporkan Ke Polisi Oleh Seorang Dokter.

Berita tersebut terlampir di situs online Okezone.com pada hari Sabtu 22 Juni 2013.

Dalam situs tersebut diberitakan bahwa komedian Olga Syahputra tak bisa jauh dari

masalah, setelah sebelumnya sering di tegur KPI karena ulahnya, kali ini dia

dikabakan telah diadukan ke Polda Metro Jaya pada Rabu 19 Juni 2013 kemarin oleh

seorang dokter bernama Febby Karina. Febby melaporkan Olga Syahputra karena

dianggap telah mencemarkan nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan. Hal

tersebut dibenarkan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto. Laporan

tersebut terdaftar dengan nomor LP/2077/IV/2013/PMJ/Dit reskrimun. ”Pelapor atas

nama Febby Karina melaporkan terlapor OG (Olga Syahputra) pada Rabu 19 Juni

2013 jam 01.38 WIB, dengan dugaan pencemaran nama baik, fitnah, perbuatan tidak

menyenangkan dan tindak pidana dalam UU ITE”, ucap Rikwanto di Polda Metro

(18)

perbuatan tidak menyenangkan, pencemaran nama baik, dan tindakan fitnah saat

syuting acara komedi ‘Pesbukers’ tayangan 23 Mei 2013. Kejadian berawal saat

pelapor selaku korban dipanggil untuk melakukan perawatan dia pun melakukan

kunjungannya secara profesionalnya sebagai dokter, kemudian pelapor ditarik paksa

oleh saksi 2 masuk ke areal set lokasi shooting acara pesbukers live. Dalam acara

tersebut, Olga mengatakan bahwa Febby adalah “milik” Yudi, karyawan ANTV.

Tidak sampai di situ, Olga juga menyebut bahwa Yudi dan Febby telah makan

bersama dan pulang bersama jam 11 malam. Kemudian, Olga juga memfitnah Febby

sebagai pembuat kacau rumah tangga orang. Febby pun menangis dalam acara live

Pesbukers dan membantah apa yang dikatakan Olga kepada dirinya tidaklah benar.

Tak terima dengan tuduhan Olga pun berujung pelaporan pelapor ke Polda Metro

Jaya.

Banyolan Olga Syahputra juga pernah menyinggung korban perkosaan di

ulang tahun Trans Corp tahun lalu sempat membuat heboh pemberitaan nasional.

Apalagi saat itu tengah marak kejahatan perkosaan di dalam angkutan umum.

Kejadian bermula saat Olga sedang bercanda dengan Sule, Olga mengucapkan

kalimat yang dianggap menyinggung korban perkosaan. "Olga, kenapa lu jadi suster

ngesot," pancing Sule. "Sepele, diperkosa supir angkot," jawab Olga. Banyolan

konyol tersebut membuat organisasi Lentera Merah melaporkan Olga ke KPI. Oleh

KPI, Olga kemudian dipanggil dan diberikan arahan untuk tidak melakukan hal

(19)

Jumat (23/12) tahun lalu. "Ini buku P3 (Pedoman Perilaku Penyiaran), gue disuruh

baca. Tadi gue dijelaskan tentang peraturan-peraturan penyiaran," ujar Olga saat itu.

Olga juga pernah melakukan pelecehan terhadap symbol umat Hindu di

Wayang Bandel. Di program yang ditayangkan Trans TV tersebut, Olga bermain

bersama Jessica Iskandar, Ayu Dewi dan Yadi Sembako. Para pemerannya

mendapatkan protes dari umat Hindu lantaran dianggap melecehkan simbol agama

mereka dengan kata-kata yang kasar dan visualisasi yang jauh dari nilai-nilai

kepatutan. The Hindu Center of Indonesia mengirimkan surat protes kepada pihak

lembaga penyiaran yang bersangkutan serta melaporkan hal tersebut ke KPI. Namun

KPI tidak memberikan teguran bagi artis termasuk Olga yang hanya mengikuti

skenario yang telah ditetapan. Salah satu yang mengundang ketersinggungan umat

Hindu adalah dialog antara Sang Dursasana ingin menawar Dewi Draupadi dengan

visualisasi pelecehan secara raga. Lalu ada juga dialog tentang keinginan menawar

harga Istana Indraprasta, itu hal yang sangat tidak patut menurut umat Hindu.

Masalah tersebut segera terselesaikan lantaran pihak Trans TV langsung menanggapi

somasi tersebut.

Olga juga pernah dianggap melecehkan ucapan “Assalammu’alaikum”. Pada

saat itu Olga yang menjadi pemandu acara program Pesbukers di ANTV melontarkan

kata-kata yang dianggap melecehkan ucapan salam umat Islam yakni

'Assalamualaikum'. Ceritanya bermula Selasa (19/6), saat itu Saat itu Julia Perez

sedang menerima telepon di studio. Jupe, sapaan akrab Julia Perez mengucapkan

(20)

Assalamualaikum terus ah, kayak pengemis lu." Secara tidak langsung, Olga

menyebut kalimat salam umat Islam tersebut sebagai ucapan pengemis. Mungkin

maksudnya adalah bergurau agar penonton tertawa, Namun Olga rupanya tidak sadar,

jika candaannya tersebut dianggap telah melecehkan salah satu umat. Banyak orang

yang langsung mengadu ke situs KPI dan mendesak agar Olga segera diberikan

tindakan tegas. Seperti yang ramai diberitakan, candaan Olga Syahputra tersebut juga

telah menuai protes dari Front Pembela Islam (FPI), sebuah organisasi

kemasyarakatan (ormas) berbasis agama yang kerapa bertindak keras terhadap hal-hal

yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut. Ketua DPD FPI

DKI Habib Salim Bin Umar Al Attos atau yang akrab disapa Habib Selon dengan

nada murka mengatakan jika Olga telah melecehkan Islam bahkan menganggap

sudah tidak berhak hidup di muka bumi. "Kami tidak akan tinggal diam, sebelum

Olga minta maaf kepada umat Islam," tegas Habib Selon seperti yang diberitakan

sejumlah media.

Dari berbagai kasus yang pernah dialami Olga Syahpura, maka hal ini

kredibilitas Olga Syahputra dipertaruhkan agar tetap eksis di dunia hiburan.

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi

tentang bagaimana persepsi remaja Surabaya terhadap kredibilitas Olga Syahputra

sebagai seorang komedian. Penelitian ini dilakukan secara intensif melalui

wawancara dengan remaja yang ada di Surabaya serta penelaahan melalui literatur.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu

(21)

1.2.Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti jabarkan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Kredibilitas Olga Syahputra

Sebagai Seorang Komedian.

1.3.Tujua n Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar Kredibilitas Olga Syahputra Sebagai Seorang Komedian.

1.4.Manfaa t Penelitian

1.4.1. Manfaat Teor itis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi,

khususnya dapat dijadikan dasar pengembangan penelitian serupa dan sebagai

informasi terhadap pihak lain di masa – masa mendatang serta dapat menjadi

referensi bagi mahasiswa – mahasiswi ilmu komunikasi yang tertarik dengan

penelitian persepsi masyarakat terhadap media massa pada khususnya yang

menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

1.4.2. Ma nfa at Pr aktis

Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang bagaimana cara

menanggapi permasalahan perbuatan tidak menyenangkan, pelecehan, dan

(22)

hari. Serta peran aktif masyarakat sekitar dalam mengungkapkan sesuatu tanpa harus

(23)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu

Suharyanti dengan judul Pengaruh Persepsi Kecocokan Dan Kredibilitas

Perusahaan Terhadap Asosiasi Merek Dan Intensi Membeli. Objek yang digunakan adalah PT. Multi Bintang Indonesia dengan salah satu strategi extension untuk memperkenalkan produk baru dengan memanfaatkan merek yang

sudah ada di pasar yaitu bintang zero sebagai sub brand dari bir bintang. Dalam penelitiannya secara keseluruhan, kredibilitas yang ditunjukkan adalah penerapan

strategi extension ini harus dipertimbangankan dengan hati – hati apabila jika produk yang menjadi parent brand adalah produk yang memiliki konotasi negatif semacam bir. Sedangkan yang menjadi sub brand adalah produk non alkohol.

Apalagi jika merek dan atribut parent brand sudah dikenal dengan baik oleh konsumen, maka kemungkinan besar transfer atribut negatif yang melekat pada

minuman jenis bir akan di transfer pada sub brandnya.

Selain Suharyanti ada juga penelitian yang dilakukan oleh Ida Wiendijarti

dengan judul Pengaruh Kredibilitas Narasumber Berita Politik Terhadap Internalisasi Nilai Berita Politik Pada Masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian

(24)

narasumber birokrat dengan internalisasi nilai berita dengan r sebesar 0,611. Sedangkan untuk koefisien korelasi narasumber intelektual dengan internalisasi nilai berita dengan r sebesar 0,672. Untuk koefisien korelasi narasumber

masyarakat dengan internalisasi nilai berita dengan r sebesar 0,557. Dan untuk koefisien korelasi narasumber tokoh politik dengan internalisasi nilai berita

dengan r sebesar 0,477. Ada perbedaan antara pengaruh kredibilitas narasumber berita politik dari masingmasing jenis narasumber yaitu kalangan birokrat, intelektual, masyarakat dan tokoh politik. Pengaruh terbesar dalam mempengaruhi

penerimaan berita politik adalah narasumber dari kalangan intelektual yaitu sebesar 45,1 %, kemudian kalangan birokrat sebesar 37,3 %, selanjutnya

narasumber dari kalangan masyarakat sebesar 31 % sedangkan yang paling kecil pengaruhnya dalam internalisasi nilai berita politik di masyarakat adalah naarsumber dari kalangan tokoh politik yaitu sebesar 22,8 %.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Komunikasi efektif

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan pada orang lain sesuai dengan keinginan yang ingin diraih oleh

komunikator. Tujuan dari komunikasi efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara komunikator dan

(25)

balik atau feed back dapat seimbang sehingga tidak monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.

Seperti dinyatakan Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1974 : 9 – 13)

komunikasi yang efektif menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

a. Pengertian :

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat

disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan psikologi

komunikator untuk menghindari hal tersebut. b. Kesenangan :

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan

membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk

menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini kita perlu mempelajari psikologi tentang system komunikasi interpersonal.

c. Mempengaruhi Sikap :

(26)

dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

d. Hubungan Sosial yang Baik :

Sebagai makhluk social yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.

e. Tindakan :

Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

(27)

suara/intonasi dalam menyampaikan pesan dan wahana bagaimana orang itu menyampaikan pesan. Jadi semakin seseorang tidak konsekuen dengan ketiga hal tersebut, maka akan menentukan kredibilitas sesorang, semakin tidak konsekuen akan menjadi semakin tidak dipercaya.

Menurut Thomas Leech dalam bukunya "Say it like Shakespeare", ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: (1) Pengirim pesan (sender), (2) Pesan yang dikirimkan (message), (3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), (4) Penerima pesan (receiver), (5) Umpan balik (feedback). Leech menambahkan, bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu membaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan).

Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

2.2.1.1. Unsur – Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi jika didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Laswell (Cangara,

(28)

channel to whom with what effect ?”. Dari pertanyaan tersebut lebuh lanjut dapat

diuraikan unsur-unsur komunikasi yaitu sumber (komunikator), pesan, media, penerima (komunikan), dan efek atau pengaruh yang terjadi pada penerima

setelah menerima pesan.

Miller dan Fleur dalam (Cangara, 2007:23) menambahkan bahwa dalam

unsur komunikasi, unsur efek dan umpan balik (feedback) merupakan pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Dalam perkembangan selanjutnya muncul pandangan yang mengemukakan bahwa terdapat unsur yang tidak kalah

penting dalam mendukung terjadinya proses komunikasi yaitu faktor lingkungan.

2.2.1.2. Model Ber lo

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan suatu teori komunikasi. Teori

komunikasi yang digunakan adalah teori komunikasi model David K. Berlo. Model komunikasi Berlo dikenal dengan model SMCR yaitu kepanjangan dari

(29)

Gambar 2.1

Teor i S-M-C-R

Sumber : http://www.managementstudyguide.com/berlo-model-of communication.htm

Menurut Berlo (Mulyana, 2007 : 162) mengemukakan bahwa sumber

adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat ; saluran adalah medium yang membawa pesan ; dan penerima adalah

orang yang menjadi sasaran komunikasi.

Berlo juga menggambarkan dalam (Mulyana, 2007 : 162), kebutuhan

penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk

pesan. Dalam situasi tatap muka, kelompok kecil dan komunikasi publik (pidato),

saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gelombang suara. Dalam komunikasi massa, terdapat banyak saluran : televisi, radio, surat kabar, buku, dan

(30)

Sedangkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, Source (sumber) berasal dari Olga Syahputra, Message (pesan) merupakan hiburan-hiburan yang diberikan kepada Olga Syahputra, Channel (saluran) melalui infotainment serta

program acara yang diikuti Olga Syahputra, sedangkan penerimanya adalah remaja yang ada di Surabaya.

2.2.2. Kredibilitas Komunikator

Secara umum komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Untuk menyampaikan pesan dengan baik

seorang komunikator harus memiliki kredibilitas, sehingga disebut sebagai krebilitas komunikator. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator (Rakhmat, 2005: 257). Ditinjau dari komponen

komunikator, untuk melaksanakan komunikasi yang efektif terdapat dua faktor penting yang ada pada diri komunikator, yaitu kepercayaan pada komunikator

(source credibility) dan daya tarik komunikator (source atractiveness). Kedua hal ini berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima pesan (Effendy, 2003:43): a. Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar, jadi

komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan, dan apa yang

dinyatakannya.

(31)

jadi komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila berhasil memikat perhatian komunikasi.

Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa dipengaruhi jika seorang

komunikator memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya sehingga ucapan-ucapannya dapat

dipercaya. Pathos adalah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan komunikan. Sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya (Cangara, 2007:87).

Tingkat kredibilitas seseorang ditentukan oleh pengaruh komunikan sebagai pelaku. Kredibilitas adalah persepsi sehingga kredibilitas seseorang belum

tentu sama pada masing-masing individu. Jadi kredibilitas bukan pada diri komunikator tetapi terletak pada persepsi komunikan. Oleh karena itu kredibilitas dapat berubah atau diubah. Kredibilitas seseorang dapat berubah bila terjadi

perubahan komunikan, topik dan waktu. Kredibilitas seseorang di satu tempat belum tentu sama di tempat lain jika komunikasinya berubah, demikian pula bila

terjadi perubahan topik dan waktu, artinya seorang komunikator yang menguasai suatu topik tertentu belum tentu pula menguasai topik yang lainnya.

Seorang komunikator dikatakan memiliki kredibilitas tinggi apabila

memenuhi syarat-syarat sebagai komunikator yang kredibel. Dua diantara syarat yang penting adalah keahlian (expertise) dan kepercayaan (trustworthness).

(32)

cerdas, mampu, ahli, banyak tahu, berpengalaman dan terlatih. Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan watak. Komunikator yang dapat dipercaya adalah yang dianggap jujur, tulus dan

bermoral. Kesan yang ditimbulkan dari komponen kepercayaan meliputi moral yang baik (Rakhmat, 2005:260).

Berlo seorang pakar komunikasi menambahkan bahwa kredibilitas seorang komunikator bisa diperoleh bila komunikator tersebut memiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan dan tertulis (communications skill), pengetahuan yang

luas tentang apa yang dibahas (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude) serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (social and culture

system) dimana khalayaknya berada (Cangara, 2007:97).

Kredibilitas adalah alasan yang masuk akal untuk bisa dipercaya. Seorang yang memiliki kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti dapat mempercayai

karakter dan kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah membuat apa yang nampak dari diri kita menjadi kenyataan. "Istilah

"integritas" dan "kejujuran" membantu dalam mengartikan kredibilitas. Citra diri (image) lebih penting daripada karakter. Kredibilitas akan berkembang bila karakter lebih dipentingkan dari citra diri. Kredibilitas akan rusak tanpa integritas.

Dapat berpura-pura jujur, tulus, dan kompeten untuk sementara waktu, namun adanya tekanan dan masalah-masalah akan mengungkapkan karakter yang

sebenarnya.

(33)

cepat. Kita tidak akan memercayai seseorang sampai kita merasa nyaman berada di dekatnya dan dihargai. Kita menginginkan orang lain untuk membuktikan dirinya sebelum kita menaruh kepercayaan pada mereka. Dan kepercayaan itu

dapat hancur hanya dengan satu kesalahan.

Membangun kepercayaan dan meningkatkan kredibilitas, bila menganggap

seseorang tidak bisa dipercaya, kecil peluangnya bagi suatu hubungan yang berdasarkan kepercayaan untuk berkembang. Faktor pendukung lainnya, yaitu kepekaan terhadap keperluan dan minat orang lain. Dengan cara menanyakan

secara langsung apa yang pengikut butuhkan, mendengarkan nada suara mereka, dan mengajukan pertanyaan sebagai tanda kepedulian, orang akan menilai bahwa

pemimpin mereka tulus dalam memberi perhatian.

Hovland dan Weiss menyimpulkan bahwa komunikator dengan kredibilitas tinggi lebih efektif untuk merubah pandangan seseorang (Severin,

2007:184). Hovland dan Weiss juga menemukan sumber kredibilitas yaitu:

a. Komunikator dengan kredibilits tinggi lebih produktif dan atraktif, setelah

mempresentasikan pesan.

b. Kredibilitas sumber tidak mempengaruhi revisi pesan.

c. Keahlian memperbesar efek penyimpangan. Sumber ahli tidaklah menilai

untuk menjadi yang diinginkan, hanyalah efek penyimpangan yang lebih besar untuk sumber dari keahlian lebih besar. Secara umum, sumber yang dibiaskan

(34)

d. Sumber yang dibiaskan akan dipercaya jika pujian/rekomendasi mereka mendapatkan kepercayaan dari penerima. Secara ringkas, Birnbaum dan Stegner, menyediakan bukti bahwa orang yang ahli menjadi sumber lebih

berpengaruh dibanding non expert sumber.

Source credibility theory (teori kredibilitas sumber), dikembangkan oleh

Hovland, Janis, dan Kelley tahun 1953). Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dimungkinkan lebih mudah dibujuk (dipersuasi) jika sumber-sumber persuasinya (bisa komunikator itu sendiri) cukup kredibel. Cukup mudah untuk memahami

teori ini dalam konteks kasus. Kita akan lebih percaya dan cenderung menerima dengan baik pesan-pesan yang disampaikan oleh orang yang memiliki kredibilitas

di bidangnya. Credibility memang tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga sumber-sumber yang lain, misalnya jenis produk, atau jenis kelembagaan tertentu yang bukan orang secara perorangan. Setidaknya terdapat tiga model guna

mempersempit ruang lingkup teori kredibilitas sumber (source credibility theory) ini, juga sebagai strategi dalam memfokuskan studi komunikasi, yakni, factor

model (suatu pendekatan) membantu menetapkan sejauh mana pihak penerima

menilai suatu sumber itu kredibel. Sementara functional model, memandang kredibilitas sebagai tingkat di mana suatu sumber mampu memuaskan

kebutuhankebutuhan individu penerima. Sedangkan constructivist model menganalisis apa yang dilakukan penerima dengan adanya usulan-usulan sumber.

(35)

mana komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima. Hovland dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih

banyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah

(Severin, 2007: 190).

Untuk menjadi komunikator yang baik seseorang harus memiliki kredibilitas (credibility). Kredibilitas memiliki pengertian ”seperangkat persepsi

tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh khalayak (penerima” (Cangara, 2007:91). Jadi kredibilitas seseorang sebagai

komunikator merupakan kekuatan (power) yang dapat secara optimal mengubah sikap, perilaku, opini dan persepsi seseorang sesuai dengan kemauan komunikator.

Menurut Aristoteles dalam Cangara (2007:91), kredibilitas bisa diperoleh jika seorang komunikator mempunyai ethos, pathos dan logos. Ethos ialah

kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan - ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya. Logos ialah kekuatan yang

dimiliki komunikator melalui argumentasinya.

James Mc Croskey dalam Cangara (2007:92) lebih jauh menjelaskan

bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari:

(36)

b. Sikap (character), menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip.

c. Tujuan (intention), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu

mempunyai maksud baik atau tidak.

d. Kepribadian (personality), menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi

yang hangat dan bersahabat.

e. Dinamika (dynamism), menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

Selain kelima komponen di atas, daya tarik merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki seorang komunikator. Faktor daya tarik memiliki empat komponen,

yaitu hal yang sama (similariy), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan penampilan fisik (physic).

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi yang dimiliki oleh khalayak,

artinya kredibilitas merupakan persepsi komunikan, sehingga tidak inheren dalam diri komunikator. Selain itu kredibilitas berkaitan dengan sifat-sifat komunikator

yang selanjutnya disebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Kredibilitas seseorang akan berbeda dan berubah sesuai dengan perubahan konteks dan situasi, karena kredibilitas seseorang di tempat yang satu belum tentu berlaku di tempat

yang lain dalam kerangka konteks dan situsi yang berbeda pula. Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam yaitu:

(37)

b. Kredibilitas yang diperolah seseorang pada saat komunikasi berlangsung antara komunikator dengan komunikan (derived credibility).

c. Kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau

pembaca mengikuti ulasannya, disebut juga dengan terminal credibility (Cangara: 2007:92-93).

Dalam Jalaluddin Rakhmat (2000:73-75), disebutkan ada lima komponen dalam membangun kredibilitas seorang komunikator. Lima komponen tersebut yaitu :

a. Otoritas

Salah satu komponen penting kredibilitas yaitu otoritas. Otoritas adalah

mempunyai keahlian yang diakui. Otoritas dibentuk karena orang melihat latar belakang pendidikan serta pengalaman.

b. Good Sense

Komponen kedua dalam kredibilitas adalah good sense, yaitu pendengar akan menyukai dan pada akhirnya menerima gagasan yang dikemukakan oleh

pembicara yang dipandang objektif. c. Good Character

Komponen ketiga dalam kredibilitas, yaitu good character (akhlak yang baik).

Akhlak yang baik adalah kejujuran, integritas, ketulusan. Orang akan tertarik pada tokoh yang terkenal jujur, tidak mudah dibeli serta telah berbuat banyak

(38)

yang sopan, menghindari omongan yang kasar, fulgar, atau menyinggung perasaan, serta tunjukkan hubungan anda dengan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik, tunjukkan ketidaksenangan anda kepada orang-orang yang

berperilaku jelek supaya anda tidak tercemar. d. Good will

Komponen keempat adalah good will, yaitu : bahwa para pendengar akan tertarik pada anda, jika mereka tahu anda berbicara untuk kepentingan, bahwa anda sedang ”berjuang” untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.

e. Dinamisme

Dinamisme merupakan komponen terakhir kredibilitas. Dinamisme adalah

ekspresi fisikal dari komitmen psikologis, komunikator terhadap topik. Sebagaimana yang dicontohkan bila komunikator berbicara dengan penuh semangat, maka pendengar pun akan ikut bersemangat pula.

2.2.3. Televisi sebagai Media Massa

Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan atau informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa

yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga. Media Massa harus diterbitkan atau disiarkan secara periodik, isi pesan

(39)

Media massa diyakini punya kekuatan yang maha dahsyat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media massa bisa menentukan perkembangan masyarakat seperti apa yang akan dibentuk di masa

yang akan datang. Media massa mampu mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan masa datang.

Djafar H. Assegaf mengatakan bahwa media massa memiliki lima ciri, yaitu Pertama, komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah di mana komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada

komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (Delay Feedback). Kedua, media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi

yang luas, bervariasi. Ini menunjukkan bahwa pesan yang ada dalam media massa berisi rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi khalayak atau para komunikannya. Ketiga, media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak.

Komunikan dalam media massa berjumlah besar dan menyebar dimana - mana, serta tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal. Keempat, media

massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek rata - rata. Pesan yang disajikan dengan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan intelektual baik komunikan dari kalangan bawah sampai kalangan atas.

Kelima, media massa diselenggarakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang terstruktur. Penyelenggara atau pengelola media massa adalah lembaga

(40)

2.2.4. Infotainment

infotainment merupakan kependekan dari istilah Inggris information-entertainment. Infotainment di Indonesia identik dengan acara televisi yang

menyajikan berita selebritis dan memiliki ciri khas penyampaian yang unik. Pada bagian lain, Wikipedia menyebutkan pula bahwa ”Infotainment is

information-based media content or programming that also includes entertainment content in

an effort to enhance popularity with audiences and consumers“.

Perkembangan infotainment di Indonesia tampaknya tidak bisa dilepaskan

dari pesatnya perkembangan industri penyiaran televisi, yang dimulai sejak akhir 80-an, yakni dengan diperkenankannya siaran televisi swasta di Indonesia.

Mungkin karena alasan kompetisi dan kepentingan komersial, selanjutnya infotainment terus berjalan dan seolah-olah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem pertelevisian di Indonesia. Namun belakangan ini kehadiran

infotainment di televisi sedang mendapat gugatan dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat awam, tokoh masyarakat, LSM, dan bahkan dari kalangan

jurnalistik itu sendiri. Ada yang mempertanyakan keabsahannya sebagai kegiatan jurnlistik, dan ada pula yang mempersoalkan konten tayangan yang dianggapnya telah kebablasan. (http://id.wikipedia.org/wiki/infotainment)

2.2.5. Publik Figur

(41)

kehidupannya. Dan masyarakat pun haruslah cerdas dalam menentukan siapakah publik figur yang seharusnya mereka tiru.

Belakangan ini muncul fenomena baru yang menunjukkan bobroknya

moral dan mental para publik figur. Beberapa contohnya adalah merebaknya peran antagonis dan peran pria yang berperilaku layaknya seorang wanita, begitu

pula sebaliknya. Menurut Sheldon dalam Sujanto dkk (2004), kepribadian seseorang dalam banyak hal berhubungan dengan keadaan jasmani yang nampak. Struktur jasmani merupakan hal yang utama, yang berpengaruh pada kepribadian

seseorang. Faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang penting dalam kepribadian seseorang.

Secara tidak langsung, tayangan-tayangan yang penuh dengan adegan kekerasan, perilaku yang antagonis, serta perilaku seks yang menyimpang akan memberikan dampak negatif yang cukup besar bagi masyarakat. Karena melalui

media elektronik tersebut, masyarakat akan dengan mudahmelihat dan menirunya. Di sinilah dituntut peran seorangpublik figur untuk memberikan nilai positif bagi

masyarakat, tidak hanya dengan mengekspos adegan-adegan yang berbau kekerasan untuk menarik perhatian masyarakat.

Karakter adalah aspek terpenting dalam kredibilitasyang harus dimiliki

oleh seorang publik figur. Karakter tersebut meliputi kemauan baik, kejujuran, dan moral yang bersih (Mulyana, 2008). Artinya seorang pubik figur yang baik

(42)

2.2.5.1. Pengertian Publik Figur

Selama ini kita sering menganggap publik figur adalah para pesohor atau

selebritis yang mukanya seringkali muncul di teve. Dan para artis pun tanpa malu-malu mengaku bahwa mereka adalah publik figur. Ini tentu saja keliru. Artis

bukanlah publik figur, mereka hanyalah figur yang dikenal publik. Publik figur yang sesungguhnya adalah pemimpin masyarakat. Menurut Ruslan (2005), publik figur adalah sosok yang mempunyai laku dan kebijakan yang berkaitan dengan

kehidupan umumnya publik.

2.2.5.2. Peranan Publik Figur

Tidak diragukan lagi bahwa kehadiran sosok publik figur di tengah-tengah masyarakat, memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat

itu sendiri. Ada sedikit kerancuan yang terjadi belakangan ini, banyak pihak keliru mengenai istilah publik figur yang seringkali diidentikkan dengan sosok selebritas, sehingga peranannya pun menjadi sangat terbatas.

Jika berpatokan kepada pengertian publik figur yang telah diutarakan oleh Ruslan, maka para pejabat negeri, para eksekutif, jelas mereka adalah para publik

(43)

2.2.6. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi

yang menvakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak

termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja

belum mempunyai status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak

dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Sedangkan remaja menurut Zaklan Darajat (1990:23) adalah masa

peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun

perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir / bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa adolescene diartikan sebagai

(44)

2.2.7. Komedian

Menurut Mahadev Apte dalam bukunya “Humor and Laughter” Humor adalah segala bentuk rangsangan, baik verbal maupun nonverbal berupa tingkah

laku manusia yang dapat menimbulkan rasa gembira, geli, dan lucu di pihak pendengar, penonton, maupun pembaca.

Menurut Tony Buzan, menyampaikan lelucon (dari kata lelucuan) atau humor merupakan bagian dari melatih kecerdasan seseorang. Humor pada dasarnya adalah imajinasi dan kemampuan otak menemukan asosiasi yang baru

dan menakjubkan. Humor yang masuk dalam kategori Buzan ini tidak termasuk humor berupa reaksi fisik atau persepsi belaka, atau humor slapstick.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa humor adalah imajinasi dan kemampuan otak seseorang yang dapat menimbulkan rasa gembira, geli, dan lucu di pihak pendengar, penonton, maupun pembaca.

Komedian adalah orang yang menghibur orang lain atau penonton dengan bantuan orang lain atau comedian lain bersamannya.

2.2.8. Kerangka Berpikir

Media massa merupakan alat penyampaian pesan dari narasumber kepada

khalayak. Di beberapa media sempat diberitakan mengenai kasus-kasus Olga Syahputra yang dianggap melakukan pelecehan, penghinaan, terhadap masyarakat

(45)

penelitian ini adalah bagaimana kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian .

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan

yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak. Kredibilitas ditentukan oleh adanya kejujuran dan keahlian (Cangara. 2007:91).

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Oper asiona l dan Pengukur an Va r iabel

Definisi operasional variabel merupakan penentuan construct dengan berbagai

nilai untuk memberikan gambaran mengenai fenomena sehingga dapat diukur.

Construct merupakan abstraksi dari fenomena atau realitas yang untuk keperluan

penelitian harus dioperasionalisasikan dalam bentuk variabel yang diukur dengan

berbagai nilai (Indrianto dan Supomo, 1999:71). Definisi operasional variabel

bertujuan untuk mempermudah bagi penyusunan daftar pertanyaan (kuesioner).

3.1.1. Definisi Opera siona l Var iabel

Olga Syahputra adalah seorang aktor, pelawak dan pembawa acara indonesia,

olga syahputra pastinya sudah tidak asing lagi buat kalian. Salah satu pembawa acara

DAHSYAT di RCTI ini mempunyai nama asli Yoga Syahputra. Dia lahir di Jakarta,

8 Februari 1983. Olga Syahputra sering kali berperan sebagai waria, namun Olga

menampik kalau dirinya mempunyai orientasi seksual menyimpang. Seperti kita

ketahui, tingkah laku, cara berbicara, dan juga gerak gerik Olga memang seperti

(47)

sudah beberapa kali mendapatkan prestasi. Dan juga sempat beberapa kali menjadi

sorotan media karena candaan kasarnya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kredibilitas adalah “seperangkat

persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan

diikuti oleh khalayak” Cangara (2007:91). Lebih jauh pernyataan diatas dikuatkan

oleh Aristoteles dalam Cangara (2007:91), kredibilitas bisa diperoleh jika seorang

komunikator mempunyai etos, patos dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki

dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos ialah

kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi

pendengarnya. Logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui

argumentasinya.

3.1.2. Pengukur an Var iabel

Kredibilitas komunikator diukur melalui beberapa indikator sebagai berikut:

a. Kompetensi

Merupakan penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang

dibahasnya. Dalam penelitian ini, Olga Syahputra dapat dikatakan memiiki

kredibilitas tinggi jika dalam setiap penampilannya Olga Syahputra sebagai

seorang komedian mampu menimbulkan suasana senang melalui tingkah lakunya

baik secara verbal maupun non verbal.

(48)

Merupakan kemampuan yang dimiliki komunikator ketika menyampaikan

informasi pada saat tatap muka (face to face). Dalam penelitian ini, Olga

Syahputra dapat dikatakan memiliki kredibilitas tinggi jika dalam setiap

penampilannya Olga Syahputra sebagai seorang komedian memiliki pribadi yang

tulus / jujur, bermoral, dan memiliki etika / sopan santun.

c. Dinamisme

Apakah hal-hal yang disampaikan Olga Syahputra itu menarik atau sebaliknya

yang justru membosankan. Dalam penelitian ini, Olga Syahputra dapat dikatakan

memiliki kredibilitas tinggi jika dalam setiap penampilannya Olga Syahputra

sebagai seorang komedian memiliki sikap yang bersemangat, aktif, tegas, dan

berani.

d. Daya tarik

Kemampuan komunikator (Olga Syaputra) untuk menarik perhatian komunikan

(masyarakat) / kondisi yang menyebabkan komunikan (masyarakat)

memperhatikan komunikator (Olga Syahputra). Dalam penelitian ini, Olga

Syahputra dapat dikatakan memiliki kredibilitas tinggi jika dalam setiap

penampilannya Olga Syahputra sebagai seorang komedian memiliki daya tarik

yang tampan, rapi, percaya diri tinggi.

e. Kepribadian

Kesan tentang pribadi komunikator (Olga Syahputra). Dalam penelitian ini, Olga

(49)

penampilannya Olga Syahputra sebagai seorang komedian memiliki pribadi yang

hangat, ramah, dan terbuka.

f. Karisma

kesan komunikan (masyarakat) tentang komunikator (Olga Syahputra) sebagai

pribadi yang luar biasa sehingga mampu mengendalikan komunikan

(masyarakat). Dalam penelitian ini, Olga Syahputra dapat dikatakan memiliki

kredibilitas tinggi jika dalam setiap penampilannya Olga Syahputra sebagai

seorang komedian memiliki karisma yang luar biasa, brilian, dan berwibawa.

3.2. Teknik Pengumpula n Data

3.2.1. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membuat seperangkat pertanyaan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2003:135). Kuesioner ini

disampaikan secara langsung oleh peneliti kepada responden. Tujuan pembuatan

kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi, data yang reliabilitas dan

validitasnya tinggi. Kuesioner yang dibuat peneliti memfokuskan pada

pertanyaan-pertanyaan mengenai kredibilitas Olga Syahputra sebagai seorang komedian.

Metode pengukuran kuesioner melalui Skala Perbedaan Sematik adalah

berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), skala bipolar adalah skala

(50)

semantik ini dapat digunakan untuk melihat pandangan seseorang terhadap suatu

konsep atau objek apakah sama atau berbeda tentang fenomena sosial. Dalam

penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang

selanjutnya disebut variabel penelitian.

Dalam skala perbedaan semantik, skala ini menunjukkan suatu keadaan yang

saling bertentangan (Riduwan dan Kuncoro, 2008, p25). Kemungkinan jawaban tidak

hanya “setuju” atau “tidak setuju” saja, melainkan dibuat dengan lebih banyak

kemungkinan jawaban (Rangkuti, 2005, p66).

Jawaban dari setiap skala instrument yang menggunakan perbedaan semantik

mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai dengan sangat positif yang dapat

berupa angka-angka antara lain:

a. Sangat tidak setuju = 1

b. Tidak setuju = 2

c. Ragu-ragu = 3

d. Setuju = 4

(51)

Untuk menentukan tingkat kredibilitas komunikator digunakan rumus:

Skor Tertinggi – Skor Terendah

Interval =

Jenjang Yang Diinginkan

Dalam penelitian ini terdapat 18 pertanyaan, yaitu 3 pertanyaan untuk

indikator kompetensi, 3 pertanyaan untuk indikator kepercayaan, 3 pertanyaan untuk

indikator dinamisme, 3 pertanyaan untuk indikator daya tarik, 3 pertanyaan untuk

indikator kepribadian, 3 pertanyaan untuk indikator karisma. Dengan demikian

pengkategorian jawaban responden untuk keseluruhan pertanyaan adalah sebagai

berikut:

Skor Tertinggi : 5 x 3 = 15

Skor Terendah : 3 x 1 = 3

( 5 x 3 ) – ( 3 x 1 ) 15 – 3

Interval = = = 4

3 3

Skor tertinggi antara : 11 – 15

Skor sedang antara : 7 – 10

(52)

3.2.2. Studi Pusta ka

Adalah memperoleh data yang masih relevan dengan cara membaca dan

mempelajari literatur-literatur, baik dari buku-buku acuan mata kuliah,

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, maupun laporan-laporan

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari obyek penelitian (Bungin, 2001:101).

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya yang berusia 17 – 25 tahun.

Pemilihan remaja Surabaya yang berusia 17 – 25 tahun didasarkan pada pendapat

Hurlock (2001:213), bahwa usia 17 – 25 tahun termasuk dalam usia masa dewasa dini

dimana individu sudah mulai pemikiran dalam memahami masalah-masalah sosial.

Sedangkan pemilihan Surabaya menjadi lokasi penelitian dikarenakan remaja

Surabaya bersifat heterogen, sehingga nantinya diharapkan dapat memperkaya data

(53)

3.3.2. Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster

random sampling dalam rangka penentuan wilayah.

1. Tahap pertama dilakukan pemilihan pada wilayah penelitian di kota Surabaya.

kota Surabaya memiliki lima bagian wilayah, yaitu Surabaya Timur, Surabaya

Selatan, Surabaya Barat, Surabaya Utara, dan Surabaya Pusat. Setelah

dilakukan pemilihan secara random (acak), terpilih wilayah Surabaya Pusat

dan Surabaya Selatan.

2. Tahap kedua dilakukan pemilihan pada daerah kecamatan. Wilayah Surabaya

Pusat terdiri dari empat kecamatan dan Surabaya Selatan memiliki delapan

kecamatan. Pemilihan dilakukan secara acak. Untuk Surabaya Pusat terpilih

kecamatan Simokerto dan kecamatan Genteng. Sedangkan untuk Surabaya

selatan terpilih kecamatan Karang Pilang dan kecamatan Sawahan.

3. Tahap ketiga dilakukan pemilihan pada daerah kelurahan. Kecamatan

Simokerto terdiri dari lima kelurahan, yaitu Kapasan, Tambakrejo, Simokerto,

Sidodadi, dan Simolawang diwakili oleh kelurahan Sidodadi dan Simolawang.

Kecamatan Genteng terdiri dari lima kelurahan, yaitu Embong Kaliasin,

Ketabang, Genteng, Peneleh, Kapasari diwakili oleh kelurahan Peneleh dan

Kapasari. Untuk kecamatan Gubeng terpilih kelurahan Pucang Sewu

(54)

Gunung, Karang Pilang, Kebraon, Kedurus diwakili kelurahan Kedurus dan

Kebraon. Sedangkan kecamatan Sawahan terdiri dari kelurahan Pakis, Putat

Jaya, Banyu Urip, Kupang Krajan, Petemon, dan Sawahan diwakili oleh

kelurahan Pakis dan Banyu Urip.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai teknik penarikan sampel yang digunakan

dalam penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:

Gamba r 3.1

Sistematika Pengambilan Sampel

N

Na

Nb

Na1

Na2

Nb1

Nb2

(55)

Keterangan :

N = Surabaya

Na = Surabaya Pusat

Nb = Surabaya Selatan

Na1 = Kecamatan Simokerto

Na2 = Kecamatan Genteng

Nb1 = Kecamatan Karang Pilang

Nb2 = Kecamatan Sawahan

n1 = Kelurahan Sidodadi

n2 = Kelurahan Simolawang

n3 = Kelurahan Peneleh

n4 = Kelurahan Kapasari

n5 = Kelurahan Kedurus

n6 = Kelurahan Kebraon

n7 = Kelurahan Pakis

(56)

Sedangkan jumlah populasi yang berusia 17 – 25 tahun untuk tiap kelurahan

berdasarkan data dari BPS tahun 2012 didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.1

J umla h Popula si

Wilayah Jumlah Populasi

Keca mata n Simoker to

Kelurahan Sidodadi 3.042 jiwa

Kelurahan Simolawang 4.227 jiwa

Keca mata n Genteng

Kelurahan Peneleh 2.748 jiwa

Kelurahan Kapasari 3.203 jiwa

Keca mata n Kara ng Pila ng

Kelurahan Kebraon 4.346 jiwa

Kelurahan Kedurus 5.014 jiwa

Keca mata n Sawa han

Kelurahan Pakis 7.926 jiwa

Kelurahan Banyu Urip 5.263 jiwa

(57)

Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan

rumus Yamane (Rahmat, 2001:82), sebagai berikut :

N

n =

N . d² +1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d² = Derajat Kepercayaan (presisi)

Maka dengan perhitungan responden sebagai berikut:

35769 35769

n = = = 99,72 dibulatkan menjadi 100 orang

35769 . (0,1)² + 1 358,69

Untuk lebih rincinya, jumlah masyarakat yang akan diteliti tiap-tiap wilayah

kelurahan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

ni = ( Ni : N ) . n

Keterangan :

(58)

Ni = Jumlah masing-masing populasi

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

Dengan demikian, jumlah sampel untuk masing-masing kelurahan adalah

sebagai berikut :

1. Kelurahan Sidodadi = ( 3042 : 35,769 ) x 100 = 8,5 = 9 orang

2. Kelurahan Simolawang = ( 4227 : 35,769 ) x 100 = 11,8 = 12 orang

3. Kelurahan Peneleh ( 2748 : 35,769 ) x 100 = 7,6 = 8 orang

4. Kelurahan Kapasari ( 3203 : 35,769 ) x 100 = 8,9 = 9 orang

5. Kelurahan Kebraon ( 4346 : 35,769 ) x 100 = 12,1 = 12 orang

6. Kelurahan Kedurus ( 5014 : 35,769 ) x 100 = 14,01 = 14 orang

7. Kelurahan Pakis ( 7926 : 35,769 ) x 100 = 22,1 = 22 orang

(59)

3.4. Teknik Analisis Data

Dari data-data yang diperoleh melalui penelitian, baik data primer maupun

sekunder kemudian di analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kuantitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan

penelitian. Melalui pendekatan metodologi ini akan dapat menjangkau secara

komprehensif dengan tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis

pengaruh kredibilitas Olga Syahputra sebagai sebagai seorang komedian.

3.5. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat) bulan,

dimulai pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan September 2013 di Surabaya.

Alasan pada waktu itu dilakukan penelitian dikarenakan pada saat itu merupakan

waktu yang tepat, bagi peneliti waktu tersebut sudah tidak mengganggu aktivitas

(60)

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Gambar an Obyek Penelitian

4.1.1. Gambar an Umum Tempat Pengambilan Data

Posisi geografi sebagai permukiman pantai menjadikan Surabaya

berpotensi sebagai tempat persinggahan dan permukiman bagi kaum pendatang (imigran). Proses imigrasi inilah yang menjadikan kota Surabaya sebagai kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam migrasi, tidak saja dari berbagai

suku bangsa di nusantara, seperti Madura, Batak, Sunda, Borneo, Bali, Sulawesi, dan Papua, tetapi juga dari etnis-etnis diluar Indonesia, seperti etnis Melayu,

China, Arab, India, dan Eropa datang singgah dan menetap hidup bersama serta membaur dengan penduduk asli membentuk pluralism budaya yang kemudian menjadi cirri khas kota Surabaya.

Surabaya adalah ibukota propinsi Jawa Timur, merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta. Serta memiliki kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia.

Julukan yang paling terkenal adalah Kota Pahlawan, karena keberanian arek-arek Suroboyo dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan pada akhir perang dunia II.

Kini Surabaya adalah kota budaya, pendidikan, pariwisata, maritime, industry, dan perdagangan yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Surabaya memiliki masyarakat yang multi etnis, perguruan

Gambar

Gambar 3.1 Sistematika Pengambilan Sampel
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran Picture and Picture , peserta didik akan menulis karangan berdasarkan alur cerita yang ada pada gambar berseri dengan menuliskan kalimat pokok pada setiap

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa pengawasan internal inspektorat dalam pelaksanaan good governance di Kabupaten Waropen Provinsi

6 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi manual atau tidak ada proses yang baku untuk mengetahui, sehingga ketahuan karena kebetulan. Berpeluang sedang untuk

Menyusun rencana kerja sama Daerah sesuai dengan lingkup tugas Seksi berpedoman pada ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

Apabila EBBWT yang akan datang terjadi pada setelah titik potong EBBWT Rp 1.154.633.074.465,- sampai pada titik potong EBBWT Rp 1.201.109.320.508,- maka perusahaan lebih baik

walaupun diketahui umum n diketahui umum setiap guru mempunyai kaedah dan setiap guru mempunyai kaedah dan cara tersendiri dalam cara tersendiri dalam menyampaikan

Selain Tuan Guru Sheikh Ahmad, Tuan Guru Abdul Qosim juga mempunyai dua orang anak murid yang bijaksana dan membuka kawasan baru untuk mengajar (selepas beliau