viii
PENERAPAN SISTEM MOVING CLASS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN
Studi Kasus: Siswa Kelas X SMA St. Bernardus Jl Patriot 14 Pekalongan
Tahun Ajaran 2011/2012
Priska Dwi Harsanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Sistem moving class pada: (1) peningkatan motivasi belajar siswa, (2) peningkatan partisipasi belajar siswa, (3) peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2011/2012.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan yang berjumlah 96 responden. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) tidak terdapat peningkatan motivasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,116 >
ix
ABSTRACT
APPLICATION OF MOVING CLASS SYSTEMS TO INCREASE MOTIVATION, PARTICIPATION, AND STUDENT ACHIEVEMENT
IN St. BERNARD SENIOR HIGH SCHOOL PEKALONGAN
A Case Study on : Students of the 10th Grade, St. Bernard Senior High School
14, Jl. Patriot Pekalongan
Priska Dwi Harsanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
This research aims to determine the effect of the application of moving class systems in (1) increasing student motivation, (2) student participation, (3) student
achievement of the 10th grade students of, St. Bernard Senior High School
Pekalongan, 2011/2012 Academic Year.
The popoulation of this research were 96 student of the 10th grade, St.
Bernard Senior High School Pekalongan. The data were collected by using questionnaire and documentation techniques. Data were analysed by using paired samples T-Test.
The result can be concluded: (1) there is no improvement of student
motivation after the implementation of moving class system (sig. = 0,116 > α =
0,05), (2) there is no improvement of student participation after the
implementation of moving class system (sig. = 0,125 > α = 0,05), (3) there is no
improvement of student achievement after the implementation of moving class
system (sig. = 0,089 > α = 0,05).
MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Priska Dwi Harsanti 061334008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Priska Dwi Harsanti 061334008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :
Universitas Sanata Dharma
Serta
Papa dan Mama yang tercinta yang selalu memberikan
nasehat, dukungan serta doa yang tidak pernah putus
untukku.
Kakakku yang tersayang, terima kasih untuk dukungan dan
doanya.
Romo Untung untuk motivasinya yang diberikan untukku.
Serta seluruh keluarga besar Hardjo Soeharno dan Dermo
Karyo yang selalu memberikan dukungannya dan doanya
untukku.
Orang-orang yang aku sayanngi, terima kasih atas
v MOTTO
“TUHAN TIDAK AKAN MEMBAWAMU SAMPAI SEJAUH INI HANYA UNTUK MENINGGALKANMU”
“Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak
viii
PENERAPAN SISTEM MOVING CLASS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DI SMA St. BERNARDUS PEKALONGAN Studi Kasus: Siswa Kelas X SMA St. Bernardus
Jl Patriot 14 Pekalongan Tahun Ajaran 2011/2012
Priska Dwi Harsanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Sistem
moving class pada: (1) peningkatan motivasi belajar siswa, (2) peningkatan partisipasi belajar siswa, (3) peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2011/2012.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA St. Bernardus Pekalongan yang berjumlah 96 responden. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) tidak terdapat peningkatan motivasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,116 > α = 0,05), (2) tidak terdapat peningkatan partisipasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class (sig. = 0,125 > α = 0,05), (3) tidak terdapat peningkatan prestasi belajar siswa sesudah diterapkannya sistem moving class
ix
ABSTRACT
APPLICATION OF MOVING CLASS SYSTEMS TO INCREASE MOTIVATION, PARTICIPATION, AND STUDENT ACHIEVEMENT
IN St. BERNARD SENIOR HIGH SCHOOL PEKALONGAN A Case Study on : Students of the 10th Grade, St. Bernard Senior High School
14, Jl. Patriot Pekalongan
Priska Dwi Harsanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
This research aims to determine the effect of the application of moving class systems in (1) increasing student motivation, (2) student participation, (3) student achievement of the 10th grade students of, St. Bernard Senior High School Pekalongan, 2011/2012 Academic Year.
The popoulation of this research were 96 student of the 10th grade, St. Bernard Senior High School Pekalongan. The data were collected by using questionnaire and documentation techniques. Data were analysed by using paired samples T-Test.
The result can be concluded: (1) there is no improvement of student motivation after the implementation of moving class system (sig. = 0,116 > α = 0,05), (2) there is no improvement of student participation after the implementation of moving class system (sig. = 0,125 > α = 0,05), (3) there is no improvement of student achievement after the implementation of moving class system (sig. = 0,089 > α = 0,05).
x
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak bantuan, bimbingan, semangat,
kritik, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hungga
tersusunnya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengtahuan Sosial.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi.
4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan masukan, saran dan semangat selama penulisan skripsi.
5. Dosen-dosen Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberi banyak pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
6. Staff sekretariat, Mbak Aris yang telah banyak membantu dan melayani
penulis selama duduk di bangku kuliah.
7. Bapak dan Ibu guru SMA St. Benardus Pekalongan khususnya Ibu Lani dan
xi
sangat kusayangi, terima kasih telah melahirkanku dan membesarkanku
hingga sekarang. Terima kasih atas doa yang tak pernah putus, semangat,
dukungannya untukku sehingga akhirnya “aku lulus”. Mas Arief kakak
tercinta dan tersayang, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, doa, dan
semangatnya untukku menyelesaikan skripsiku ini.
9. Keluarga besar Hardjo Soeharno, Alm. Budhe Rathi, Om Slamet, Pakde Mur,
Pakde Win, Romo Untung, Romo Heri, Romo Wanto, Mas Yun, Mas Han,
Mas Didik, Sr. Vianita, Mas Sugeng, Mbak Wur, Mas Mul, Mas Nunu, Mas
Yoyok, Mbak Marsini, Mbak Susi, Mas Cahyo, Mbak Marya, Mas Anto, Kak
Mel, Ria, Saras, Heri, Yoga, Jalu, Niken, Agung, Leo, Lia dan seluruh
keluarga besar, terima kasih atas doa, dukungan, semangat yang terkadang
kalo orang lain dengar jadi seperti ejekan tapi selalu membuat aku semangat
untuk terhindar dari ejekan itu dan akhirnya “Aku Lulus”.
10. Keluarga besar Dermo Karyo, Pakde Parman, Alm. Om Tomo, Bulek Budhi,
Mas Kus, Mas Pri, Mas Didik, Mbak Tri, Retno, Agung, Fitra, Yola, Dhila,
dan seluruh keluarga besar. Terima kasih atas doa dan dukungannya.
11. Mama Yus, Tante Parmi, Mas Yuli, Mela makasih atas doa, semangat dan
dukungannya.
12. Missi, Lia, Putri, Mas Dhana, Mas Dika, Dwi, Yesi, Tomex dan seluruh
xiii
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL...xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
xiv
A. Moving Class... 10
1. Pengertian Moving Class ... 10
2. Alasan Penerapan Moving Class... 10
3. Tujuan Penerapan Moving Class... 11
4. Sistem Pembelajaran Moving Class... 12
5. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Moving Class... 13
6. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Moving Class... 14
B. Motivasi Belajar ... 15
1. Pengertian Motivasi ... 15
2. Pengertian Motivasi Belajar... 16
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 18
4. Macam-macam Motivasi... 19
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar .. 21
6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ... 25
7. Indikator dalam Motivasi Belajar... 26
C. Partisipasi ... 27
1. Pengertian Partisipasi ... 27
2. Jenis dan Pengelompokan Partisipasi ... 29
3. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 29
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 30
xv
1. Pengertian Prestasi Belajar... 32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi... 33
E. Kerangka Berpikir... 37
1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Cclass... 37
2. Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Cclass ... 38
3. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Cclass... 39
4. Peningkatan Motivasi, Partisipasi, dan Prestasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class... 39
F. Hipotesis Penelitian... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 43
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 44
1. Variabel Penelitian ... 44
xvi
1. Kuesioner ... 47
2. Wawancara... 47
3. Dokumentasi ... 48
G. Pengujian Instrument Penelitian ... 48
1. Pengujian Validitas ... 48
2. Pengujian Reliabilitas... 51
H. Teknik Analisis Data... 53
1. Deskripsi Data... 53
2. Uji Persyaratan Analisis... 55
3. Uji Hipotesis Penelitian ... 56
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden... 57
B. Deskripsi Data Penelitian... 57
1. Data Variabel Motivasi Belajar ... 57
2. Data Variabel Partisipasi Belajar ... 58
3. Data Variabel Prestasi Belajar... 59
C. Uji Normalitas... 60
1. Motivasi Belajar ... 60
2. Partisipasi Belajar ... 61
xvii
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class ... 66
2. Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class... 67
3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem Moving Class... 68
BAB V KESIMPULAN, SARAN, dan KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran... 70
C. Keterbatasan... 71
DAFTAR PUSTAKA... 74
xviii
Tabel 3.1 Operasionalisasi Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar... 45
Tabel 3.2 Operasionalisasi Kisi-Kisi Kuesioner Partisipasi... 46
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 49
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Partiipasi Belajar ... 50
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 52
Tabel 3.6 Instrumen Interpretasi Reliabilitas ... 52
Tabel 3.7 PAP II... 53
Tabel 3.8 Interval Motivasi Belajar... 54
Tabel 3.9 Interval Partisipasi Belajar ... 54
Tabel 3.10 Interval Prestasi Belajar ... 55
Tabel 4.1 Kategori Data Motivasi Belajar... 57
Tabel 4.2 Kategori Data Partisipasi Belajar ... 58
Tabel 4.3 Kategori Data Prestasi Belajar ... 59
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Motivasi Belajar... 60
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Partisipasi Belajar ... 61
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Normalitas Prestasi Belajar... 62
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Paired Samples T-Test Motivasi Belajar ... 63
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Paired Samples T-Test Partisipasi Belajar... 64
xix
Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Instrumen Penelitian... 76
Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Penelitian... 80
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 82
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian... 85
Lampiran 5 Soal Ulangan ... 89
Lampiran 6 Data Hasil Penelitian ... 93
Lampiran 7 Deskripsi Data Variabel (PAP II)... 103
Lampiran 8 Uji Normalitas ... 104
Lampiran 9 Uji Paired Samples T-Test... 106
Lampiran 10 Tabel Penentua Sampel r Product Moment ... 108
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak untuk pembangunan
masyarakat suatu negara. Pembangunan suatu negara ditentukan oleh manusia
yang ada di dalam negara tersebut. Pendidikan merupakan dasar bagi
perkembangan pembangunan nasional harus didukung oleh manusia yang
cerdas, terampil, semangat yang tinggi, berbudi pekerti dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia,
pendidikan memberikan bekal pada seseorang agar potensinya berkembang
sehat, wajar dan bersikap adaptif, sehingga sifat dasar manusia yang
eksploratif dan kreatif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam
wadah pendidikan.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang (UUPN No. 2 1989, pasal 1). Untuk
ketercapaian tujuan tersebut kesesuaian antara guru, materi pelajaran, metode
pembelajaran yang digunakan dan lingkungan belajar haruslah ada.
Pendidikan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dalam segala
unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur-unsur tersebut adalah siswa,
dikatakan sebagai pendidikan formal karena di sekolah terlaksana
serangkaian kegiatan belajar yang terencana dan terorganisir termasuk
kegiatan belajar dan mengajar. Pendidikan non formal dapat ditempuh
melalui kursus-kursus. Dengan belajar anak memperoleh pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang mengantarnya ke tahap
kedewasaan (Winkel, 2004:28).
Dari waktu ke waktu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
semakin pesat. Arus globalisasi juga semakin keras. Akibat dari fenomena ini
muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang
pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui
peningkatan mutu pendidikan (Darsono, 2000:1).
Pemerintah telah berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan agar
mutu pendidikan meningkat, diantaranya perbaikan kurikulum, penataran
bagi guru-guru, penyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan alat
peraga. Namun demikian mutu pendidikan yang telah dilakukan pemerintah
tidak akan ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orangtua murid dan
masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan
belajar. Hasil kegiatan yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik.
Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik orangtua,
optimal tidak lepas dari kondisi-kondisi di mana kemungkinan siswa dapat
belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasi.
Memperoleh prestasi belajar yang baik bukanlah hal yang mudah,
banyak faktor yang mempengaruhi, faktor-faktor tersebut antara lain guru,
orangtua dan siswa. Faktor siswa memegang peranan penting dalam
pencapaian prestasi belajar, karena siswa yang melakukan kegiatan belajar
perlu memiliki ketekunan belajar, motivasi yang tinggi, dan partisipasi dalam
pelaksanaan pembelajaran (Suryabrata, 2005:249). Prestasi belajar
merupakan suatu hal yang sangat penting dan sering dijadikan pokok
pembicaraan dan permasalahan antar guru. Hal ini memang cukup beralasan
karena prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat dilepaskan dari proses
pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Dengan demikian
prestasi belajar dapat mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari
suatu mata pelajaran. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar dimaksudkan
sebagai tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor,
setelah seseorang melakukan proses belajar. Prestasi yang dicapai siswa
memberikan gambaran tentang posisi tingkat keberhasilan dirinya
dibandingkan dengan siswa lain.
Dalam kegiatan belajar setiap siswa harus memiliki motivasi dalam
belajar untuk membantu setiap siswa untuk menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1986:75).Jadi motivasi
itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di
dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, dengan
motivasi siswa dapat memusatkan perhatian secara penuh untuk menerima
ilmu yang diberikan oleh seorang guru. Motivasi dipengaruhi oleh berbagai
hal, antara lain lingkungan atau kondisi kelas, kondisi siswa, metode
mengajar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas yang sama pada
setiap pembelajaran membuat siswa kurang termotivasi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Melakukan kegiatan pembelajaran pada satu kelas
yang sama menyebabkan sarana pembelajaran kurang memadai pada setiap
pelajaran. Sarana yang kurang memadai untuk kegiatan pembelajaran
menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Lingkungan atau kondisi kelas yang selalu baru pada setiap
mata pelajaran secara tidak langsung akan membuat motivasi siswa
meningkat, sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Kondisi
kelas yang dikondisikan untuk setiap mata pelajaran membuat sarana
dengan demikian membuat siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik.
Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan
dalam suatu kegiatan. Menurut Slamet (1980: 17-18) menjelaskan bahwa
“Partisipasi adalah hal mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut
memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai dengan persyaratan harus
ada kemampuan dan kesempatan pada individu yang bersangkutan”.
Keterlibatan tersebut melibatkan mental atau pikiran serta perasaan terhadap
suatu program atau kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Partisipasi berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, partisipasi
membuat siswa untuk terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Dengan partisipasi yang kuat membuat siswa dapat menyerap ilmu yang
diberikan oleh guru dengan baik. Berada pada satu kelas yang sama pada
setiap mata pelajaran dapat membuat siswa merasa bosan sehingga partisipasi
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran rendah. Sarana pembelajaran
yang berada di kelas biasanya kurang memadai untuk kegiatan pembelajaran,
karena biasanya sarana pembelajaran di simpan pada laboraturium atau ruang
guru. Sarana pembelajaran yang kurang memadai biasanya juga akan
membuat partisipasi siswa rendah. Kelas yang sesuai dengan mata pelajaran
yang akan diikuti siswa dapat membuat partisipasi siswa meningkat, sehingga
siswa dapat berperan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kelas
pembelajaran yang menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga dapat
membuat partisipasi siswa meningkat.
Pada umumnya siswa mengalami proses pembelajaran pada suatu kelas
dari pagi sampai siang secara rutin. Guru lebih aktif untuk memberikan
materi pelajaran kepada siswa, sehingga siswa terbiasa untuk selalu menerima
pengetahuan dari seorang guru tanpa dia harus terlibat aktif.
Penerapan sistem moving class membuat siswa harus berpindah kelas
pada setiap pelajaran, sehingga membuat para siswa merasakan suasana kelas
yang selalu berbeda di setiap pelajaran dan di setiap kelas dilengkapi oleh
masing-masing sarana dan prasarana yang menunjang mata pelajaran
tersebut. Suasana kelas yang selalu berganti di setiap pelajaran dapat
membuat siswa meningkatkan motivasi belajarnya sehingga membuat
prestasi belajar siswa meningkat pula. Dan diterapkannya sistem moving class
siswa dituntut untuk selalu aktif dalam setiap mata pelajaran, sehingga
membuat siswa lebih banyak memiliki pengetahuan yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Penerapan sistem moving class membuat siswa harus memiliki motivasi
yang kuat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam penerapan
sistem moving class guru lebih berperan sebagai motivator, sehingga para
siswa dituntut untuk lebih mandiri untuk mencari materi-materi pelajaran
yang sedang dibahas. Apabila siswa tidak memiliki motivasi yang kuat dalam
baik. Motivasi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk membantu menerima
materi dalam kegiatan belajar mengajar.
Diterapkannya sistem moving class membuat siswa untuk berpartisipasi
secara aktif karena siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Pada sistem moving class prestasi siswa juga menilai apakah siswa
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Penerapan moving class diharapkan dapat memberikan nilai tambah
bagi siswa dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa di sekolah.
Adanya aktivitas yang meningkat ini diharapkan akan merubah prestasi,
partisipasi dan motivasi belajar siswa.
Dari permasalahan di atas penelitian kali ini akan melihat bagaimana
Penerapan Sistem Moving Class untuk Meningkatkan Motivasi, Partisipasi
dan Prestasi Belajar Siswa di SMA St. Bernardus Pekalongan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah penerapan moving class dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa?
2. Apakah penerapan moving class dapat meningkatkan partisipasi belajar
siswa?
3. Apakah penerapan moving class dapat meningkatkan prestasi belajar
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan moving class terhadap peningkatan
motivasi belajar siswa.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan moving class terhadap peningkatan
partisipasi belajar siswa.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan moving class terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui secara mendalam mengenai penerapan sistem
moving class terhadap peningkatan motivasi, partisipasi dan prestasi
belajar siswa.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi sekolah agar dapat semakin meningkatkan mutu
pendidikan di sekolahnya.
3. Bagi Siswa
Sebagai gambaran bagi siswa untum meningkatkan motivasi,
4. Bagi Universitas
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi tambahan untuk penelitian lebih lanjut, dapat digunakan sebagai
pembanding bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan sumbangan
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Moving Class
1. Pengertian Moving Class
Menurut Nugroho (2009) Moving class merupakan sistem belajar
mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping di kelas.
Moving Class juga dapat diartikan sebagai kelas berpindah, maksudnya
adalah suatu bentuk pembelajaran di mana para siswa harus berpindah
kelas untuk mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan dan guru tetap berada di kelas sesuai dengan mata
pelajaran yang diampunya. Konsep Moving Class mengacu pada
pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan
lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.
Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka
siswa akan meninggalkan kelas menuju kelas lain sesuai mata pelajaran
yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi pendamping, bukan
sebaliknya.
2. Alasan Penerapan Moving Class
Alasan diterapkannya sistem moving class adalah (Nugroho, 2009):
a. Karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda.
c. Mengurangi kejenuhan.
d. Hubungan yang lebih harmonis antara guru dan murid.
e. Perkembangan belajar siswa menjadi lebih terpantau.
f. Mengurangi konflik antar murid.
3. Tujuan Penerapan Moving Class
Menurut Nugroho (2009) tujuan penerapan moving class adalah:
a. Memfasilitasi siswa yang memiliki beraneka macam gaya belajar
baik visual, auditori, dan khususnya kinestetik untuk
mengembangkan dirinya.
b. Menyediakan sumber belajar, alat peraga, dan sarana belajar yang
sesuai dengan karakter mata pelajaran.
c. Melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial siswa.
d. Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa.
e. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
1) Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna
karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi
dengan perangkat-perangkat pembelajaran sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap siswa yang akan masuk
suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan
2) Pendamping mata pelajaran dapat mengkondisikan
ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap
pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.
f. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran
pendamping mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata
pelajarannya, sehingga waktu pendamping mengajar tidak terganggu
dengan hal-hal lain.
g. Meningkatkan disiplin siswa dan pendamping
h. Meningkatkan keterampilan pendamping dalam memvariasikan
metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam
kehidupan siswa sehari-hari.
i. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab,
mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata
pelajaran.
j. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
4. Sistem Pembelajaran Moving Class
Salah satu usaha agar guru mampu melakukan tugas profesionalnya
tersebut maka sekolah harus mengatur pembelajaran dengan sistem
moving class. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran
berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju kelas lain sesuai
mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi guru
waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran.
Sementara para guru, dapat menyiapkan. Kemampuan belajar setiap anak
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Anak-anak akan tumbuh
dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar
yang didukung lingkungan yang dirancang secara cermat dengan
menggunakan konsep yang jelas. Untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam bereksplorasi, mencipta, berpikir kreatif, dan
mengembangkan kemampuan lain yang dimiliki siswa, sekolah perlu
menerapkan berbagai model pembelajaran yang dikelola dengan sistem
moving class. Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang
bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas. Konsep moving class
mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk
memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang
dipelajarinya. Dengan Moving class, siswa akan belajar bervariasi dari
satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya
(Rahayu, 2010).
5. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Moving Class
Menurut Sirajuddin (2009), pelaksanaan pembelajaran dengan
sistem moving class tentunya membutuhkan dukungan sarana dan
prasarana yang lebih dibanding dengan pembelajaran yang konvensional
baik kebutuhan ruang maupun peralatan pembelajaran yang bercirikan
moving class membutuhkan sarana gedung yang dibutuhkan. Kebutuhan
ruang ini biasanya sudah terpenuhi oleh sebagian besar sekolah karena
tinggal memanfaatkan kelas-kelas yang sudah ada.
6. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Moving Class
Menurut Sirajudin (2009) kelebihan dari sistem moving class adalah:
a. Guru memiliki ruang mengajar sendiri yang memungkinkan untuk
melakukan penataan sesuai karekteristik mata pelajaran.
b. Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar
dan media pembelajaran yang dimiliki karena penggunaannya tidak
terkait oleh keterbatasan sirkulasi.
c. Guru berperan secara aktif dalam mengontrol perilaku peserta didik
dalam belajar.
d. Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik lebih obyektif dan
optimal.
e. Siswa memiliki waktu bergerak setiap perpindahan kelas sehingga
mengurangi kejenuhan.
Kelemahan sistem moving class menurut Rahayu (2010), adalah:
a. Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurang waktu belajar.
b. Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan
pembelajaran.
d. Siswa yang tingkat kompetensinya rendah akan semakin dijauhi oleh
temannya.
e. Moving class menjadikan cost/biaya pembelajaran semakin tinggi.
Menurut Rahayu (2010) upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kelemahan sistem moving class adalah:
a. Menekankan agar guru lebih disiplin.
b. Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah.
c. Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.
d. Mengadakan pendekatan persuasif kepada setiap siswa agar terbuka
dan terbiasa bergaul dengan teman tanpa membedakan kondisi dan
status sosial.
e. Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh
guru dan sekolah.
B. Motivasi Belajar
Salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di kelas adalah
ketika guru mampu untuk membangun motivasi belajar siswa pada kegiatan
belajar mengajar. Jika motivasi para siswa dapat ditumbuhkan oleh seorang
guru, maka sesulit apapun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang
diikutinya tidak akan membuat para siswa merasa kesulitan.
1. Pengertian Motivasi
Banyak pendapat yang mengemukakan pendapat tentang definisi
sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Namun demikian, ragam
definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini akan
diungkapkan berbagai macam pengertian motivasi.
W. S. Winkel mengatakan bahwa “motif” adalah daya penggerak di
dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan tertentu. Berawal dari kata “motif” itu, motivasi
diartikan sebagai motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat
melakukan suatu perbuatan. Dan menurut Nasution (2002: 58),
membedakan antara motif dan motivasi. Motif adalah segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi
adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi sehingga orang itu mau
atau ingin melakukannya.
2. Pengertian Motivasi Belajar
Dalam kegitan pembelajaran perhatian berperan amat penting
sebagai langkah awal memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan
‘perhatian’, seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional
atau segi fisik dan usur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan Dorongan
Tujuan
Motif Perbuatan Tujuan
perhatiannya. Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang
terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di mana
sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah gerakan tersebut. Motivasi
dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar
diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi
adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol
minat-minat.
Di sini motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha
siswa untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar
sehingga siswa mau atau ingin melakukan kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa
itu sendiri dan atau berasal dari luar diri pribadi siswa. Kedua jenis
motivasi ini saling terkait untuk membentuk satu sistem motivasi
menggerakkan sswa dalam belajar.
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberi
gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga mempunyai
motivasi yang tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar. Bila motivasi disadari oleh siswa maka
suatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan dapat terselesaikan
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan
yang pada gilirannya akan memuaskan kebutuhan individu. Adanya
tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini
akan mendorong timbulnya motivasi. Jadi tujuan dapat pula untuk
membangkitkan motivasi dalam diri siswa.
Guru seringkali menggunakan insentif untuk memberi motivasi
kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Insentif akan
bermanfaat jika mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasan
terhadap kebutuhan psikologis anak. Itu sebabnya guru harus kreatif dan
imajinatif dalam menyediakan insentif yang tepat.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa motivasi mendorong
timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi
fungsi motivasi itu adalah:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa ada
motivasi tidak akan timbul pembelajaran.
b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada
pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Sebagai penggerak, dalam hal ini motivasi berfungsi sebagai mesin
bagi mobil. Besar motivasi akan menentukan cepat atau lambat suatu
4. Macam-macam Motivasi
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
yang bersifat intrinsik adalah ketika sifat pekerjaan itu sendiri yang
membuat seseorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan
dalam melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain
seperti status sosial, uang atau bisa juga dikatakan seseorang yang sedang
melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah ketika
elemen-elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut
menjadi faktor utama yang membuat orang termotivasi seperti status dan
kompensasi.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan
belajar. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi
yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri pribadi siswa,
misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu,
memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap
untuk berhasil, menikmati kehidupan secara sadar memberikan
sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima orang lain.
Para siswa yang termotivasi secara instrinsik, tidak
memeerlukan imbalan untuk memulai dan menyelesaikan, mencari
kompetensi atau kemampuan dan didorong oleh tantangan untuk
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah,
tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan; yang
bersifat negatif ialah ejekan dan hukuman. Bentuk motivasi
ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar.
Dalam prespektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi
siswa karena lenih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti
motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar
mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu
dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain
dalam prose belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa
sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar
mengajar baik di sekolah maupun di rumah.
Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka
motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat di berikan secara tepat.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik
maupun ekstrinsik sangat penting. Dengan motivasi, siswa dapat
mengembangkan aktivfitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan
memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar. Guru
keadaan peserta didik itu sendiri (Hamalik, 2002: 112). Para siswa yang
termotivasi secara ekstrinsik, belajar hanya dalam rangka untuk
mendapatkan pujian, memperoleh keuntungan dan menghindari
hukuman.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
a. Faktor Intern
1) Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap keadaan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat. Agar seseorang dapat memiliki motivasi
belajar yang baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itupu semata-mata tertuju pada suatu objek
(benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil
yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa maka timbullah kebosanan, sehingga siswa tidak
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang. Jadi berbeda dengan perhatian, perhatian lebih bersifat
sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu
diikuti dengan perasaan senang. Sedangkan minat, selalu diikuti
dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan
4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Higard adalah: “the city to learn”.
Dengan kata lain bakat itu adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik,
misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar
dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat
dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu
mempengaruhi motivasi belajar. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih
baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat
b. Fakor Ekstern
1) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui dalam mengajar. Metode mengajar yang kurang baik kan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode
mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena
guru kurang melakukan persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran yang akan disampaikan sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau
mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang
senang terhadap mata pelajaran atau gurunya. Hal ini bisa
berakibat siswa menjadi malas untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa
menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru
yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang
dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan
meningkatkan motuvasi siswa untuk belajar.agar siswa dapat
belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan
yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
2) Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan
maju.
3) Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore atau malam
hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya
kurang dapat dipertanggung jawabkan kecuali ada hal yang
mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa
harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah sehingga
mendengarkan pelajaran sambil mengantuk.sebaliknya siswa
belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi
yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya
sudah lemas/lelah, misalnya pada siang hari maka akan
mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu
disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada
6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa
dalam kegiatan belajar mengajar:
a. Memberi Nilai
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktifitas
belajar anak didik yang diberikan sesuai hasil ulangan yang telah
mereka peroleh dari hasil penilaian guru yang biasanya terdapat
dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang telah
diprogramkan dalam kurikulum.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada anak didik yang
berprestasi yang berupa uang beasiswa, buku tulis, atau buku bacaan
lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak yang terbungkus
rapi, untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan
prestasi belajarnya selama berstudi.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan yang digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar, baik
dalam bentuk individu maupun kelompok untuk menjadikan proses
belajar mengajar yang kondusif.
d. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat akan dapat dijadikan
membesarkan jiwa anak didik dan akan lebih bergairah belajar bila
hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan, tetapi pujian harus
diberikan secara merata kepada seluruh siswa sebagai individu
bukan kepada yang cantik atau yang pintar. Dengan begitu anak
didik tidak antipati terhadap guru, tetap merupakan figur yang
disenangi dan dikagumi.
e. Hukuman
Meskipun hukuman merupakan reinforcement yang negatif,
tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat
motivasi yang baik dan efektif. Hukuman mendidik dan
memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah
dapat berupa sanksi yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan sehingga para siswa tidak akan
melakukan kesalahan atau pelanggaran di waktu yang akan datang.
7. Indikator dalam Motivasi Belajar
Menurut Martin Handoko (1992: 59), untuk mengetahui kekuatan
motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai
berikut:
a. Kuatnya kemauan untuk berbuat.
b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.
c. Keinginan untuk selalu berprestasi.
e. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Sedangkan menurut Sardiman (1986: 82) indikator motivasi belajar
adalah sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah orang
dewasa.
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti seseorang itu
memiliki motivasi yang tinggi. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat
penting dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalau
siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai
masalah dan hambatan secara mandiri, siswa yang belajar dengan baik
tidak akan terjabak pada sesuatu yang rutinitas.
C. Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau
Partisipasi adalah hal mengambil bagian. Persamaan hal mengambil
bagian dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau keterlibatan.
Slamet (1980: 17-18) menjelaskan bahwa “Partisipasi adalah hal
mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta
menikmati hasil yang dicapai dengan persyaratan harus ada kemampuan
dan kesempatan pada individu yang bersangkutan”.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan individu dalam
melakukan suatu kegiatan. Keterlibatan tersebut melibatkan mental atau
pikiran serta perasaan terhadap suatu program atau kebijaksanaan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran yang berpusat pada partisipasi siswa, akan membuat
siswa mampu mengingat hampir keseluruhan materi yang diberikan,
karena mereka terlibat aktif di dalamnya. Teknik training ini akan
membuat siswa berusaha mengembangkan tingkat pemahamannya
terhadap apa yang mereka inginkan untuk pelajari. Para siswa tidak
hanya mendengar kemudian lupa atau melihat dan mencoba ingat, tetapi
mereka melakukan sesuatu sehingga mereka mengerti.
Siswa yang berpartisipasi aktif, akan memiliki lebih banyak
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru, merefleksikan dan
menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman dan
pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Para siswa akan lebih
para siswa akan memiliki pemahaman-pemahaman baru. Para siswa akan
lebih mudah untuk mengingat apa yang telah dipelajari.
2. Jenis dan Pengelompokan Partisipasi
Keterlibatan seseorang dalam suatu program akan berbeda-beda
tergantung jenis keterlibatannya, dengan adanya keterlibatan yang
bervariasi maka jenis partisipasi yang dimiliki seseorang berbeda juga.
Jenis-jenis partisipasi dapat dibedakan menjadi lima bagian antara lain:
a. Partisipasi berupa buah pikiran.
b. Partisipasi berupa tenaga.
c. Partisipasi berupa harta benda.
d. Partisipasi berupa keterampilan dan kemahiran.
e. Partisipasi berupa sosial.
Sedangkan partisipasi ditinjau berdasarkan cara pengelompokannya
dijelaskan bahwa “Partisipasi dikelompokan menjadi beberapa kelompok
yakni ditinjau dari segi pengelolaannya, tujuan, frekuensi, langsung
maupun tidak langsung.
3. Bentuk-bentuk Partisipasi
Dalam partisipasi suatu kegiatan, seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor internal dan eksternal, yaitu faktor dari luar
diri seseorang seperti keluarga, teman dan lingkungan masyarakat.
seseorang terhadap suatu kegiatan, maka terdapat bentuk-bentuk
partisipasi yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif.
Mengenai kedua bentuk partisipasi dapat dijelaskan, sebagai
berikut: partisipasi aktif adalah orang yang menerima dan melaksanakan
tugas dalam suatu kegiatan dengan penuh tanggung jawab. Seseorang
akan mencurahkan pengetahuan, perasaan dan keterampilannya untuk
mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Sedangkan partisipasi pasif
adalah orang yang hanya ikut saja dalam suatu kegiatan tanpa tanggung
jawab yang penuh seperti tidak memberikan tanggapandan saran untuk
tujuan seseorang yang tidak menerima dan menolak program yang
diajukan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dijelaskan, sebagai
berikut:
a. Adanya daya tarik dari partisipasi.
b. Hadiah dari partisipasi.
c. Keuntungan kegiatan dan usaha.
d. Motivasi atau dorongan dari luar.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
partisipasi dipengaruhi oleh daya tarik kegiatan, hadiah, keuntungan, dan
motivasi. Dalam hal ini suatu kegiatan akan mendapat respon positif jika
untuk memperoleh penghargaan. Jika ikut terlibat, memberikan
keuntungan baik langsung maupun tidak langsung dan adanya motivasi
baik bersifat internal maupun eksteranal.
Daya tarik sebagai suatu faktor yang sangat penting untuk
mencapai partisipasi aktif perlu diciptakan sedemikian rupa agar seluruh
komponen kegiatan dapat terlibat secara aktif dan positif. Bila daya
tariknya kurang baik, maka partisipasi yang diharapkan tidak akan
tercapai, sebaliknya bila daya tariknya baik, maka partisipasi yang
diharapkan akan tercapai dengan baik.
5. Indikator dalam Partisipasi
Untuk mengetahui kekuatan partisipasi siswa, dapat dilihat dari beberapa
indikator sebagai beriku:
a. Kesiapan dalam mengikuti pelajaran.
b. Memperhatikan penjelasan guru.
c. Menanggapi pembahasan pembelajaran.
d. Berani bertanya.
e. Melakukan pencatatan terhadap hal yang penting.
D. Prestasi
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya
untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh
karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian
prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian
belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari
pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28)
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport”. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut Nasution (1996:17) prestasi
merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa
dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang
sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang
studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa
dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang
diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam
diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor
ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu
sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu
kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
1) Kecerdasan/Intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai
dengan tingkat perkembangan sebaya.
2) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa
“bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata
aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai
kesanggupan-kesanggupan tertentu.” Kartono (1995:2) menyatakan bahwa
“bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi
kecakapan yang nyata.”
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah
“kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto
(1988:59) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
yang disertai dengan rasa sayang.”
4) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa
untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam
belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar
sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk
belajar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu antara lain:
1) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga
adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng
sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat
menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,
negara dan dunia”. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat
penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman
itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara
aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan
pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
2) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar
siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat
mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini
meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa,
alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan
siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
3) Lingkungan Sekitar
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses
pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat
dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul
dengan lingkungan dimana anak itu berada.
E. Kerangka Berpikir
1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem
Moving Class
Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha siswa
untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga
siswa mau atau ingin melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri
dan atau berasal dari luar diri pribadi siswa.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan
siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class
mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk
memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang
dipelajarinya.
Penerapan sistem moving class dapat membuat motivasi belajar
siswa meningkat. Meningkatnya motivasi siswa dapat membuat siswa
akan cenderung menguasai pelajaran yang mereka pelajari dengan baik
2. Peningkatan Partisipasisi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem
Moving Class
Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Menurut Woyoasito (1958: 243),
Partisipasi adalah hal mengambil bagian. Persamaan hal mengambil
bagian dapat diartikan sebagai bakeikutsertaan atau keterlibatan. Slamet
(1980: 17-18) menjelaskan bahwa “Partisipasi adalah hal mengambil
bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati
hasil yang dicapai dengan persyaratan harus ada kemampuan dan
kesempatan pada individu yang bersangkutan”.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan
siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class
mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk
memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang
dipelajarinya.
Diterapkannya sistem moving class dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam belajar. Partisipasi siswa yang tinggi akan membuat siswa
untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Dengan partisipasi yang
tinggi siswa akan dapat lebih cepat menyerap pelajaran yang diterima
3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa setelah Diterapkannya Sistem
Moving Class
Prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian
prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya Winkel
(1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan
siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class
mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk
memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang
dipelajarinya.
Diterapkannya sistem moving class membuat siswa berpindah dari
kelas yang satu ke kelas yang lain sesuai dengan mata peajaran. Dengan
berpindah-pindah kelas siswa akan memiliki semangat yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Peningkatan Motivasi, Partisipasi, dan Prestasi Belajar Siswa setelah
Diterapkannya Sistem Moving Class
Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha siswa
untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga
demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri
dan atau berasal dari luar diri pribadi siswa.
Partisipasi sering di definisikan sebagai keterlibatan atau
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Menurut Woyoasito (1958: 243),
Partisipasi adalah hal mengambil bagian. Persamaan hal mengambil
bagian dapat diartikan sebagai bakeikutsertaan atau keterlibatan. Slamet
(1980: 17-18) menjelaskan bahwa “Partisipasi adalah hal mengambil
bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati
hasil yang dicapai dengan persyaratan harus ada kemampuan dan
kesempatan pada individu yang bersangkutan”.
Prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian
prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya Winkel
(1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan
siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Moving Class
mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk
memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang
dipelajarinya.
Diterapkannya sistem moving class dapat meningkatkan motivasi
partisipasi belajar siswa akan lebih mudah menerima pelajaran dengan
cepat dan baik sehingga akan dapat meningkatka prestasi belajar siswa.
F. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara dan masih harus di
buktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan
perumusan jawaban atas dengan sementara sehingga menjadi tuntunan untuk
mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berpikir tersebut di
atas.
1. Ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkannya Sistem
Moving Class.
2. Ada peningkatan partisipasi belajar siswa setelah diterapkannya Sistem
Moving Class.
3. Ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya Sistem
42
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang seserang atau sesuatu unit
selama kurun waktu tertentu (Sevilla, 1993: 73). Studi kasus merupakan
penelitian yang mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang menghasilkan
gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu karena pengumpulan
data dan analisis data dilakukan pada waktu tertentu. Penelitian ini
mengambil obyek tertentu sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan
penelitian tersebut hanya diambil berdasarkan penelitiaan tersebut hanya
berlaku bagi obyek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini tempat yang dipilih adalah SMA St. Bernardus
Pekalongan.
2. Waktu Penelitian
C. Subyek dan Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA. Para siswa ini
dipilih karena para siswa baru mengikuti kegiatan belajar dengan sistem
moving class. 2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah prestasi belajar, motivasi belajar, dan
partisipasi belajar siswa di kelas.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:103).
Sedangkan menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X yang terdiri dari
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto,2002: 103). Menurut Sugiyono (2008:81), sampel adalah bagian