TIPS DAN TRIK PEMASANGAN GIPS
Ahmad Rizal
Bagian Bedah FK Unand/RSUP Dr. M. Djamil Padang
Abstrak
Gips pada dasarnya merupakan alat untuk menjamin ke akuratan dan kecocokan dalam membalut, biasanya dipergunakan untuk imobilisasi fraktur, koreksi kelainan bawaan, pencegahan deformitas, pencegahan kontraktur dan lain sebagainya.
Dalam penggunaan gips harus diperhatikan sejumlah faktor utama, antara lain teknik pemasangan, personil, perlengkapan yang dibutuhkan dan perawatan.
Pemasangan Gips dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan sirkulasi syaraf, pressure / cast sore, kekakuan sendi, reaksi alergi yang harus di tangani segera.
Kata kunci : Gips, teknik, komplikasi
PENDAHULUAN
Masalah gips merupakan pekerjaan serta masalahnya bagi ahli bedah maupun ahli bedah orthopaedi dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam hal ini penulis mencoba untuk memberikan berupa petunjuk serta kiat pemasangan gips, agar dapat bermanfaat bagi kita bersama. Untuk memperluas cakrawala kita tentang gips ini, penulis akan memberikan ulasan pendek perihal sejarah, kegunaan, bagaimana pemasangannya, apa yang harus di perhatikan, komplikasi serta sebagai pembalut.
SEJARAH
Gips yang kita kenal sehari-hari di sebut secara umum sebagai Plaster of Paris (POP) Berasal dari gypsum yang terdapat di banyak tempat di dunia, termasuk di sekitar Paris dan di Inggris di sekitar Nottongham dan lebih dari 50 tahun Smith & Nephew memperoleh gips Paris yang merupakan unsur pokok Gypsona.(1.7) Formula kimia dari gypsum adalah 2(CaSO4.22 ).( patah tulang. Pemasangan gips ini boleh dilakukan oleh Dokter dan paramedis yang terlatih.
Kegunaan gips Paris : (7) 1. Immobilisasi pada fraktur.
2. Immobilisasi pada penyakit tulang dan sendi, misalnya inflamasi tulang dan sendi.
3. Koreksi kelainan bawaan.
4. Pencegahan deformitas. Contoh : “drop wrist” dan “drop foot” serta rheumatoid arthritis.
5. Belat atau bidai darurat.
Pencegahan kontraktur pada penyembuhan luka bakar dan luka jaringan lunak.
Sebelum melakukan pemasangan gips harus dilakukan 3 hal : (3-6)
1. Ruangan harus bersih dan terang, sirkulasi udara yang baik, lantai tidak licin, jauhkan peralatan listrik dan bau kerja.
2. Peralatan berupa gunting gips, pisau, gunting dan sebagainya.
3. Staf Tehnik ; mahir untuk pemasangan gips serta mengetahui anatomi permukaan terutama tungkai.
Kendala sehari-hari penderita dengan gips dan penanggulangannya.(3-6)
1. Keselamatan.
Jangan di injakkan dan pakai sepatu dengan telapaknya lebih tebal pada sisi yang sehat, sehingga gips tersebut tak menyentuh lantai sewaktu berjalan.
Lantai tanpa permadani.
Periksa karet tongkat (crutch). 2. Higenis.
Waktu defeksi, tungkai yang pakai gips ditinggikan dengan memakai kursi kecil.
Jangan lupa ganjal di bawah lutut 5. Mobilisasi.
Di latih memakai “crutches” baik untuk
naik dan turun tangga.
PEMASANGAN GIPS
Pemasangan gips merupakan hasil karya seni dari kedua belah tangan dari Dokter maupun perawat khusus.
Gips yang baik :(3)
1. Terpasang dengan baik, artinya tak longgar gips tersbut.
2. Tidak mencekik (ketat), jika ketat dapat timbul ganggauan pembuluh darah dan syaraf. 3. Permukaan sebelah dalam harus
licin. 4. Ringan.
5. Pembalutan merata dengan lapisan yang sama.
PERLENGKAPAN (3)
Plaster strips to finish.
Marking Pencil.
Knife.
Scissors.
Elbow or Knee Rest.
Plastic sheeting.
Plastic aprons.
Plastic-covered pillows.
Bucket or bowl of water.
Bowl of water and cloth washing. patient’s skin.
Towel.
Rubbish bag.
Instruction leaflet.
PERSONIL
Jumlah personil yang dibutuhkan untuk membantu operator tergantung pada bagian tubuh yang akan di balut dengan gips dan ditentukan sebelum melakukannya. Idealnya adalah seorang asisten memberikan gips yang sudah di rendam atau operator dapat merangkap tugas ini dan seorang asisten lagi untuk mempertahankan posisi yang dikehendaki.
PENCATATAN (7)
Berupa kartu arsip meliputi : a. Identitas.
b. Diagnosa, tipe pembalut, anestesia c. Instruksi.
d. Alat-alat pembentu, misalnya tongkat kayu (kruk), mitella.
e. Hari kunjungan berikutnya.
PERAWATAN PASIEN
Berikan jaminan serta penerangan secukupnya dan izin dari pasien.
Tanggalkan cincin serta perhiasan.
Ciptakan suasana senyaman mungkin.
TEHNIK PEMASANGAN GIPS
pakai gips biasa (tak tahan terhadap air) serta kapas gips. Pemakaian stockimethe pada keadaan sehari-hari susah untuk menggutingnya pada keadaan pembekalan setelah pemasangan gips. Karena tak semua sempat mempunyai plaster cutter.
Tahapan : (3.7)
1. Pemasangan kapas gips (orthopaedic padding).
2. Pembalut atau gips dicelupkan seluruhnya kedalam air hangat (25ºC-350C) dalam keadaan miring 450 untuk membantu mengeluarkan gelembung-gelembung udara (selama 5 detik) kemudian gips dikeluarkan dan memerasnya dengan tangan secara hati-hati akan membuat pembalut gips lebih mantap kadar airnya dan ujung gips harus terlepas bebas dan diserahkan pada operator.
3. Posisi tungkai dipertahankan selama pemasangan gips sampai gips mengering. Harus diperhatikan kekencangan membalut secara
minimum pada daerah sebelah tengah dan bukan daerah ujung. Membalutnya harus secara sirkulasi dan spiral. Hindari pemasangan secara bolak balik karena menimbulkan gundukan-gundukan pada sisi sebelah dalam gips. Prinsipnya “roll on”.
4. Dengan cara menggosok gips dengan telapak tangan secara terarut dalam keadaan basah akan terciptalah bentuk gips sesuai dengan anatomi tubuh serta melipat pada bagian proksimal dan distal. Jika perlu dapat dilakukan pemotongan gips sesuai kebutuhan.
APA YANG HARUS DI PERHATIKAN
Karena masyarakat kita sulit untuk memahami penjagaan gips dan ketidak tahuan manfaat dari gips ini, maka perlu di beri selain penerangan juga perlu petunjuk tertulis.
SUBBAGIAN ORTHOPAEDI 7 Harap baca dengan baik petunjuk di bawah ini.
JANGAN BASAHI, POTONG,
2. Kalau ada rasa sakit
3. Kalau ada yang keluar (nanah dan sebagainya)
4. Kalau jari tangan / kaki menjadi mati rasa atau sukar digerakkan 5. Kalau jari tangan / kaki
membengkak atau membiru
PENYULIT
Maksud dengan apa yang bisa terjadi adalah penyulit / komplikasi akibat pemasangan gips ini. Selalu di waspadai bahwa pencegahan lebih baik dari pada
Penyulit yang bisa terjadi berupa : (3.7) Gangguan sirkulasi dan syaraf
1. “Pressure/Cast Sore” 2. Kekakuan sendi. 3. Reaksi Allergi.
Gangguan Sirkulasi Syaraf
Keadaan ini dapat timbul disebabkan - Pembengkakan jaringan lunak
yang meluas.
- Pemasangan gips yang ketat. - Balutan yang dilakukan tak
sebanding dengan pembengkakan yang bakal timbul. merah meluas nyeri dan kadang-kadang Bengkak.
- Syaraf : Timbul gangguan i. Rasa Baal.
ii. Gerakan di sertai nyeri.
Tindakan :
- Elevasi - gerakan jari dan akral panas.
- Split gips (di belah) - Sirkulasi pembaik.
- Windows (buat jendela) - pada tekanan lokal dari syaraf.
Compartment Syndrome
Peninggian tekanan intra fascial merupakan penyulit dari fraktur dan trauma jaringan lunak akibat pembedahan. Perlu didiagnosis segera. Klinis
- Nyeri pasif extensi jari.
- Bivalve Gips - Sampai ke kulit - Angkat extremitas dari gips dan
di periksa. - Fasciotomy.
Pressure / Cast Sores
Timbul ulcerasi pada kulit yang tertutup dengan gips.
Penyebabnya :
- Tehnik balutan yang tak sempurna.
- Tak sempurna balutan (kapas gips) pada tonjolan tulang.
- Gips terlalu ketat atau longgar. - Benda asing dalam gips.
Pencegahan :
teknik pemasangan yang sempurna Tanda-tanda klinis :
- rasa terbakar atau nyeri karena timbul bulae. - rasa panas local. - menyebarkan bau. - bekas warna gips. - demam pada
anak-anak.
Kekakuan Sendi
Kekakuan sendi tidak hanya terjadi pada sendi di dalam gips tetapi juga pada sendi proksimal dan distal dari gips.
Pencegahan.
Dapat di atasi dengan memakai “functional brace” pada sendi dalam gips dan di suruh / intruksi menggerakan sendi yang berada di luar gips.
Tindakan
Physioterapy dilakukan setelah bebas dari gips. diperlukan ketrampilan serta perhatian seperti saat pemasangannya.
Alat-alat yang harus tersedia seperti gunting, gunting gips, tang penekuk serta pemotong gips listirik jika ada. Sebelum dilakukan tindakan perlu di beri penjelasan pada sipenderita terutama pada anak-anak. Jangan menimbulkan kecemasan serta ketakutannya terutama dengan bunyi bising dari pemotong gips listrik.
Tehnik :
1. Ukuran gunting disesuaikan dengan ukuran pembalut gips yang akan di buka.
4. Mata gunting gips diselipkan di bawah pembalut gips dan di atas kapas gips (kaus pelapis, stockinette), terletak paralel dengan kulit di pegang dengan mantap dalam posisi vertikal. mata gunting di sebelah luar langsung memotong pada garis yang di buat sebelumnya dengan posisi paralel dengan permukaan kulit.(3.7)
5. Posisi gunting yang baik jika penderita tak kesakitan, sebab posisi yang tak benar dapat menyebabkan lebam dan luka oleh mata gunting bagian bawah.
6. Sesudah setiap guntingan, mata gunting harus diluruskan kembali sebelum maju.
7. Kemajuan pengguntingan dapat terganggu karena halangan pembalut gips atau benang-benang, di anjurkan agar menarik gunting
kebelakang setiap empat atau enam guntingan dan kesempatan istirahat sipenderita. Alat penekuk gips dapat dipergunakan saat tersebut. Untuk kelancaran pengguntingan gips atau di mulai pemotongan gips dari ujung lain dan pemotongan seterusnya dan bertemu dengan yang di lakukan pada awal.(3.7)
Pada mulanya cara pengguntingan gips ini sulit dan melelahkan sioperator karena yang dipergunakan gerakan lengan saja.
TIPS dan TRIK :
Siku harus diam dan kekuatan menggunting harus berasal dari otot bahu dan dada.
PASCA PEMASANGAN GIPS
Segera setelah bebas dari gips maka tungkai tersebut dibersihkan dan dikeringkan, seandainya ada luka-luka harus di rawat. Lalu di pijat dan di beri olesan campuran minyak dan spritus (2 : 1) atau nivea dll. Manfaatnya supaya mengembalikan gizi serta elastisitas kulit ke kondisi yang normal pasca immobilisasi yang lama biasanya terjadi oedema bagian tubuh yang tergantung. Hal ini dapat di atasi dengan pemasangan balutan elastis dan menggerakkan jari-jari serta sendi pada waktu istirahat. Penderita harus di beritahu bawa mereka kurang mampu bergerak sementara tanpa pembalut gips selama beberapa hari sampai otot-otot kembali normal.(7)
KEPUSTAKAAN
2. Rockwood, C.A, et al; Fractures in Adults; Fourth edition; Volume I; Texas, 1996.
3. Miles, S et al; A Practical Guide to Casting; Second Edition; 2000.
4. Standinger, P et al; A Practical Guide to Plaster of Paris Bandages by Peter Standinger and Prof. DR.. Dr. Matsen; Plaster Master; Nurenberg; 1990.
5. Standinger, P et al; A Practical Guiede to Plaster of Paris Bandages by Peter Standinger and Prof. DR.. Dr. Matsen; Plaster Master 2; Nurenberg; 1991.
6. Standinger, P et al; Syntethic Supportive Bandage; Plaster Master 3;3rd edition; Nurenberg; 1994.