• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN SELF REGULATION PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN SELF REGULATION PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN SELF REGULATION

PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh: ICI SRI INTAN NPM : 1211060129 Jurusan: Pendidikan Biologi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN SELF REGULATION

PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh ICI SRI INTAN NPM : 1211060129 Jurusan: Pendidikan Biologi

Pembimbing 1 : Drs. Amiruddin, M.Ag Pembimbing II : Indarto, S.Si.,M.Sc

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(3)

ii

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING(CPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN SELF REGULATION

PESERTA DIDIK KELAS X SMA N 8 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Keterampilan berfikir kreatif adalah keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif, dan baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi, dan instuisi individu. Self Regulation usaha aktif dan mandiri peserta didik dalam penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, mengarahkan diri, mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku yang diorientasikan atau diarahkan pada tujuan belajar. Pembelajaran sains yang masih sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan masih berpusat pada guru, mengakibatkan tidak berkembangnya gagasan-gagasan dan tidak diperolehnya pengalaman untuk memahami konsep secara utuh, sehingga perlu adanya perbaikan terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran yang efektif, salah satunya dengan model pembelajaran Creative Problem Solving. Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan, ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model Creative Problem Solving berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif dan self regulation peserta didik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasy experiment dengan desain posttest only

control design. Populasi pada penelitian berjumlah 68 peserta didik kelas X SMA Negeri 8

Bandar Lampung. Dengan sampel kelas X.5 sebagai kelas eksperimen dan X.9 sebagai kelas kontrol. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik acak kelas. Untuk mengukur keterampilan proses sains peserta didik dilakukan tes dengan soal essay berjumlah 10, dan menggunakan angket.

Hasil analisis menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik antara menggunakan model Creative Problem Solving dengan model konvensional. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai thitung > ttabel yaitu 4,119 > 1,997 dengan

taraf signifikasi 5%, artinya H0 ditolak H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran biologi dengan model Creative Problem Solving berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif. Sedangkangkan untuk pengujian hipotesis Self Regulation tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara self regulated awal peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti pada pengujian hipotesis yang menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung > ttabel

yaitu 4,312> 1,997 dengan taraf signifikasi 5%.

(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar

kamu bersyukur.”(QS.An-Nahl : 78)1

1

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada

semua makhluk ciptaannya. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan

kepada Uswatun Hasanah Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillahirobaal’alamin, pada akhirnya tugas akhir skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dengan segala kerendahan

hati dan ketulusan penulis persembahkan karya kecil ini kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Alm H. Ii Istari dan Ibu Hj. Juariah yang telah

membesarkanku, mendidikku, dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang

baik untuk bekal kesuksesanku.

2. Kedua kakakku Encep Gunawan, dan Cucu Irawati yang selalu menjadi kakak

orang tua dan sahabat bagiku yang tak pernah letih memberi dukungan dan

motivasi kepadaku.

3. Kedua kakak iparku Ade Kamal, dan Haniah yang senantiasa memberikan

do’a.

4. Bibiku dan mamangku yang telah memberiku motivasi, dan semua adek

sepupuku sebagai penghibur dalam pembuatan skripsi ini, dan Aldy Yogo

Sunyoto yang tiada henti memberikan semangat, do’a, dan meyakinkanku

untuk meraih cita-cita.

(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ici Sri Intan, dilahirkan tanggal 06 Juli 1994 di desa Cogreg,

Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Anak ke tiga dari lima bersaudara

putri dari pasangan Bapak Alm. H.Ii Istar dan Ibu Hj.Juariah. Penulis memulai

jenjang pendidikan formal pada tahun 2000 di Sekolah Dasar Negeri Cinta Jaya dan

lulus pada tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negri 5 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2009. Setelah

lulus melanjutkan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandar Lampung dan lulus

pada tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan

terdaftar sebagai mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model

Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Self

Regulation Pada Materi Pencemaran Lingkungan Peserta Didik Kelas X di SMA N 8

Bandar Lampung”. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada baginda Rasullullah

SAW.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan program Strata Satu Pendidikan Matematikadi Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung. Penulis

menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa

adanya bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan

(10)

ix

selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama

ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan

Biologi yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan

Lampung.

5. Kepala Sekolah Ibu Dra.Noveria Ridasari,M.Pd, dan Ibu Siti Suniah, S.Pd

selaku guru biologi dan staf TU di SMA N 8 Bandar Lampung yang telah

memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terbaikku Biologi A dan teman-teman pendidikan biologi

angkatan 2012 yang selalu berbagi dan berjuang bersama selama menempuh

pendidikan.

7. Sahabat-sahabat terbaikku ema, nina, maytia, feralia, risa, santi, nia, tika, lestari,

lina, zahra, dina, marisa, sintia, faulina, denis, chandra, diki, heri, linda, desy,

bella dkk yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

semangat, motivasi dan kebersamaannya selama ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas amal perbuatan dari semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam skripsi ini.

(11)

x

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

umumnya bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bandar Lampung, Maret 2017

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 11

C. BatasanMasalah... 11

D. RumusanMasalah ... 12

E. TujuanPenelitian ... 12

F. ManfaatPenelitian ... 13

G. RuangLingkupPenelitian ... 13

H. DefinisiOperasional... 14

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. LandasanTeori ... 16

1. HakikatPembelajaranBiologi ... 16

(13)

xi

3. KeterampilanBerpikirKreatif (KBK) ... 28

4. Self Regulation ... 34

5. MateriPencemaranLingkungan ... 40

B. Penelitian yang Relevan ... 56

C. KerangkaBerpikir ... 57

D. HipotesisPenelitian ... 60

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. WaktudanTempatPenelitian ... 61

B. MetodePenelitian ... 61

C. VariabelPenelitian ... 62

D. Populasi, TeknikPengambilanSampel, Sampel ... 63

E. TeknikPengambilan Data ... 64

F. ProsedurPenelitian ... 66

G. InstrumenPenelitian ... 66

H. TeknikAnalisisUjiCobaInstrumen ... 69

I. TeknikAnalisis Data ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 78

1. AnalisisUjiCobaInstrumen ... 78

2. Analisis Data TesKemampuanBerpikirKreatif ... 83

3. AnalisisHasilTesKemampuanBerpikirKreatif ... 86

4. PersentaseKetercapaianIndikatorKemampuanBerpikir Kreatif ... 87

5. AngketSelf Regulation ... 89

6. Analisis Data Posttest AngketSelf Regulation ... 91

(14)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 104

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 AlurPenelitian... 59

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 66

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Biologi Semester Genap Peserta Didik

Kelas X SMA N 8 Bandar Lampung Tahun ajaran 2015/2016 ... 8

Tabel 2.1 HubunganKreativitasDalamPemecahanMasalahdanPengajuan Masalah ... 32

Tabel 2.2Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 34

Tabel 3.1Desain Pada Penelitian ... 66

Tabel 3.2Instrumen Penelitian dan Tujuan Penggunaan Instrumen... 67

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 68

Tabel 3.4 Kategori Berpikir Kreatif ... 69

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Korelasi r Product Moment ... 70

Tabel 3.6 Interpretasi Reliabilitas ... 71

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 71

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 72

Tabel 4.1Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 78

Tabel 4.2Hasil Uji Reabilitas ... 79

Tabel 4.3Hasil Uji Tingkat Kesukaran... 80

Tabel 4.4Hasil Uji Daya Pembeda ... 81

Tabel 4.5Kesimpulan Hasil Uji Coba Tes ... 82

Tabel 4.6Hasil Uji Normalitas Nilai Postest Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Pencemaran Lingkungan ... 84

Tabel 4.7Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 85

Tabel 4.8Uji t Independent Kemampuan Berpikir Kreatif ... 86

Tabel 4.9Analisis Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 86

Tabel 4.10 Analisis Hasil Postes Kelas Kontrol ... 87

Tabel 4.11 Validitas Butir Angket Self Regulation ... 89

(17)

xiv

Tabel 4.13Hasil Uji Normalitas Angket... 91

Tabel 4.14Hasil uji Homogenitas Angket ... 92

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Identitas Sekolah ... 91

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 98

Lampiran 3 Daftar Nama Responden Uji Coba Instrumen ... 99

Lampiran 4 Kisi-Kisi Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif ... 100

Lampiran 5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Materi Pencemaran Lingkungan ... 101

Lampiran 6Soal Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 124

Lampiran 7 Data Uji Coba Tes ... 129

Lampiran 8 Uji Validitas... 133

Lampiran 9 Uji Tingkat Kesukaran ... 135

Lampiran 10 Uji Daya Pembeda ... 137

Lampiran 11Uji Reliabilitas ... 140

Lampiran 12 Kesimpulan Hasil Uji Coba Tes ... 142

Lampiran 13 RPP Eksperimen ... 143

Lampiran 14 RPP Kontrol ... 157

Lampiran 15 Silabus ... 173

Lampiran 16 LKK ... 177

Lampiran 17 Nama Kelompok Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 192

Lampiran 18 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 193

Lampiran 19 SoalInstrumenPostesKemampuan Berpikir Kreatif... 194

Lampiran 20Data Tes Kelas Eksperimen ... 197

Lampiran 21Data Tes Kelas Kontrol ... 199

Lampiran 22Normalitas ... 201

Lampiran 23Homogenitas ... 205

Lampiran 24T-Test Independent ... 207

Lampiran 25Persentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 209

Lampiran 26Angket Respon Model Creative Problem Solving ... 210

Lampiran 27Perhitungan Angket Respon Terhadap Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah (Creatif Problem Solving) ... 211

Lampiran 28Angket Self Regulation ... 213

Lampiran 29Uji Validitas Angket ... 216

(19)

xvii

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan era globalisasi dan kemajuan dalam teknologi di satu sisi

memberikan manfaat namun di sisi lain hal ini juga berdampak kurang baik, karena

hal tersebut menyebabkan semakin ketatnya kompetisi juga

permasalahan-permasalahan kehidupan yang semakin kompleks. Realita ini secara tidak

langsung menuntut adanya SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki

keterampilan dalam memecahkan masalah, dengan begitu kemampuan dalam

memecahkan masalah sangat penting dimiliki dan ditanamkan sedini mungkin.

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat strategis dalam menanamkan

kemampuan memecahkan masalah secara mandiri kepada peserta didik melalui

kegiatan pembelajaran sesuai dengan jenjang pendidikan di sekolah. Proses

pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam upaya

menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa, memajukan

kehidupan bangsa dalam berbagai bidang kehidupan, serta mencapai tujuan nasional

bangsa yang bersangkutan, itulah yang disebut dengan “Sistem Pendidikan

Nasional“.1

Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal sehingga berdampak

1

(21)

2

terhadap lemahnya kemampuan peserta didik pada aspek kognitif, dimana aspek

kognitif terdiri dari enam apek yakni mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Namun pada kenyataannya aspek

tingkat tinggi seperti analisis mengolah masalah, mengevaluasi, memecahkan dan

menciptakan, belum biasa dilatihkan pada peserta didik. Itu adalah salah satu masalah

yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita, yang menyebabkan lemahnya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan

pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk

mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami

informasi yang diingatnya.1

Biologi merupakan pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang

berhubungan dengan gejala-gejala kebenaran dan didasarkan terutama atas

pengamatan dan dedukasi.2 Artinya biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

biologi bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep, prinsip, dan

fakta-fakta saja, tetapi biologi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu

biologi juga mengajarkan peseta didik untuk membekali dirinya dengan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan untuk berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah.

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Prenanda Media Group, 2009 ), h.1. 2

(22)

Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung pada

beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana

seseorang pendidik mengolah kelas dalam proses pembelajarannya. Kecendrungan

pembelajaran saat ini masih berpusat pada pendidik dengan bercerita atau berceramah

(teacher centered), peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, hal

itu menyebabkan rendahnya tingkaat pemahaman peserta didik dalam materi

pelajaran yang diajarkan terutama pada mata pelajaran biologi. Hambatan atau

permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai

komponen-komponen pembelajaran tersebut di antaranya adalah kemampuan pihak

yang mengajar (pendidik), pihak yang menerima atau diberi materi pembelajaran

(peserta didik), bahan yang diajarkan (bahan ajar), proses pembelajaran (strategi,

metode, model, teknik mengajar), sarana dan prasarana belajar serta sistem evaluasi

yang diterapkan.3

Pendidikan sebagai kualitas diri ditunjukkan dengan prestasi akademik di

sekolah-sekolah, sikap-sikap yang baik di keluarga dan masyarakat. Setiap manusia

yang menjalani hidup tidak akan lepas dari pendidikan, pendidikan akan terus terjadi

dari sejak seseorang terlahir ke dunia hingga akhir hayat. Seperti dikutip dari UU No.

20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 5 menyebutkan bahwa

setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan

sepanjang hayat. Kutipan dari pandangan Islam sebagai berikut:

3

(23)

4

“Pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup semenjak lahir dari buaian hingga ajal datang. (Al-Hadist)-life long education. Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.”4

Ketika dilahirkan setiap manusia hadir dengan membawa berbagai potensi yang

dimilikinya. Potensi-potensi tersebut diperlukan sebagai modal awal dalam menjalani

kehidupan. Dinamika kehidupan dengan beragam interaksi membuat potensi-potensi

yang ada berkembang sedemikian rupa dan mempengaruhi perkembangan pola pikir,

sikap maupun tingkah laku manusia. Setiap individu memiliki peluang yang sama

dalam memperoleh pendidikan, sebab kegiatan pendidikan dilakukan sebagai upaya

untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan di

sekolah-sekolah merupakan sarana pendidikan yang menyediakan tempat untuk

membantu seseorang dalam mengembangkan potensi-potensi mereka. Konsep

tersebut merupakan upaya pembangunan dibidang pendidikan yang didasarkan atas

Falsafah Negara Pancasila yang diarahkan untuk membentuk manusia-manusia

pembangunan yang berjiwa pancasila yaitu memiliki salah satu ciri sebagai manusia

yang memiliki pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan ini

dikembangkan dari potensi-potensi yang dimiliki seseorang sejak lahir melalui proses

belajar.

(24)

Proses kegiatan belajar mengajar disuatu lembaga pendidikan merupakan

realisasi perwujudan Undang-undang Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang

No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.5

Adapun untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu adanya

peningkatan pembelajaran disetiap jenjang pendidikan. Pada proses pembelajaran,

guru sebagai unsur pelaksana yang terpenting atau pokok perlu memiliki keterampilan,

kemampuan, kecakapan dan kesungguhan dalam mengajar agar target dalam

pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan ayat Al-Quran surah Ar-Ra’d ayat 4 :

                                             

 

Artinya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan

kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ra’d ayat 4 ).6

Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh

manusia yang beriman supaya menjadi kaum yang berpikir. Manusia tidak akan

5 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 6

(25)

6

terlepas dari kegiatan berpikir untuk menjalankan segala aktivitasnya dalam

kehidupan sehari-hari, karena berpikir merupakan suatu aktivitas mental yang mampu

menyelesaikan masalah yang dihadapi, memenuhi rasa keingintahuan dalam dirinya

serta mengambil dan membuat suatu keputusan dalam kehidupannya. Oleh karna itu

keterampilan berpikir kreatif sangat penting dimiliki setiap peserta didik untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran secara kreatif.

Kualitas pendidikan di Negara kita belum mencapai hasil yang memuaskan, hal

tersebut terlihat pada beberapa mata pelajaran, salah satunya pada mata pelajaran

biologi. Hal itu mungkin bisa disebabkan kurangnya keterampilan berpikir keatif

pada peserta didik, sehingga mengakibatkan kualitas belajar dan pemahaman dalam

mata pelajaan biologi masih tergolong rendah. Proses pembelajaran dalam kelas

sebaiknya berpusat kepada peserta didik (student centered) agar dapat mengarahkan

peserta didik untuk terbiasa berpikir dan dapat mengembangkan kemandirian

belajarnya. Selain proses pembelajaan metode yang digunakan juga harus bervariasi.

Metode pembelajaran ceramah dan model pembelajaran yang kurang bervariasi

mengakibatkan peserta didik sulit untuk menumbuhkan keterampilan berpikir

kreatif, hal tersebut akan mengakibatkan rendahnya keterampilan berpikir kreatif

terhadap pelajaran biologi. Untuk mengatasi masalah tersebut peserta didik harus

memiliki keterampilan dalam berpikir khususnya keterampilan berpikir kreatif

dan untuk membiasakan peserta didik berpikir secara kreatif, harus diadakan

(26)

berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang bepusat kepada

peserta didik (student centered).

Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan atau kemampuan

individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang

baru, konstruktif dan baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi, dan

intuisi individu.7 Ide yang baru berarti ide yang di sampaikan harus berbeda dari ide

yang sudah ada, sedangkan konstruktif berarti keterampilan berpikir kreatif harus

memberi pendapat yang membangun, bukan menjatuhkan. Keterampilan berpikir

kreatif melatih peserta didik untuk membuat keputusan dari berbagai sudut pandang,

dengan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dapat mempertimbangkan

pendapat orang lain dan pendapat dirinya sendiri. Oleh karna itu melatih peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam mencari, mengolah, dan

menilai berbagai informasi secara kreatif perlu diterapkan pada pembelajaran

disekolah.

Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajarannya tidak

hanya dipengaruhi oleh aspek berpikirnya, tetapi keberhasilan peserta didik juga

dipengaruhi oleh aspek psikologis. Aspek psikologis tersebut adalah self regulation.

Self regulation adalah konsep mengenai bagaimana seseoang peserta didik menjadi

pengatur bagi cara belajarnya sendiri. Prinsip self regulation atau pengaturan diri ini

berarti segala sesuatu diatur, dipertahankan, disadari oleh diri sendiri. Prinsip

pengaturan diri mendorong setiap peserta didik untuk mengeluarkan seluruh

7

(27)

8

potensinya. Self regulation dalam pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan

motivasi belajar peserta didik, yang juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi

peserta didik. Peserta didik yang menerapkan self regulation akan mengalami

berbagai perubahan dalam kebiasaan belajarnya, yaitu dengan cara mengatur dan

mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga dapat menentukan tujuan

belajar, kebutuhan belajar, dan strategi yang digunakan dalam belajar yang mengarah

pada tercapainya tujuan yang telah ditentukan.

Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan aktivitas yang

dilakukan tidak relevan dengan materi pembelajaran, aktivitas peserta didik di SMAN

8 Bandar Lampung dalam proses pembelajarannya hanya sebatas mencatat dan

mendengarkan, selain itu pendekatan yang digunakan kurang mampu mengaktifkan

peserta didik untuk memiliki kemandirian dalam belajar, hal ini menyebabkan masih

rendahnya nilai peserta didik di SMAN 8 Bandar Lampung.

Tabel 1

Nilai Ulangan Harian Biologi Semester Genap Peserta Didik Kelas X SMA N 8 Bandar Lampung Tahun ajaran 2015/2016

No Nilai

Frekuensi Jumlah

peserta didik

Presentase X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X

9

1 85 - 94 7 5 10 3 6 4 5 3 5 48 13,9 %

2 75 - 84 7 8 6 7 6 5 5 6 5 55 17,5 %

3 65 - 74 15 17 20 18 18 19 20 21 22 170 53,6 %

4 55 - 64 - - 2 7 - 8 4 3 6 30 9,5 %

5 <55 - - - 3 - 3 3 5 - 14 4,4 %

Jumlah 29 30 38 38 30 38 37 39 38 317 100 %

(28)

Berdasarkan tabel penilaian ulangan harian peserta didik kelas X SMA N 8

Bandar Lampung di atas, menunjukan bahwa peserta didik SMA N 8 Bandar

Lampung masih banyak yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM), yaitu sebesar 75. Informasi yang didapat dari salah satu pendidik mata

pelajaran biologi kelas X bahwa para pendidik masih banyak yang menggunakan

model pembelajaran dan metode pembelajaran yang kurang bervariatif, sedangkan

informasi yang diperoleh dari peserta didik bahwa metode yang digunakan pada

proses pembelajaran biologi kurang menarik, karena pendidik masih menggunakan

metode ceramah, tanya jawab dan tugas rumah. Setelah mendapat informasi dari

pendidik maupun peserta didik di SMA N 8 Bandar Lampung dapat disimpulkan

bahwa pendidik belum menggunakan model dan metode yang variatif dalam

pembelajaran. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan model Creativ Probles

Solving (pengajuan masalah) adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang

melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran

divergen, orisional, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta

mencoba-coba. Selain itu dalam aspek pemecahan masalah dalam suatu pelajaran peserta

didik memerlukan pemikiran-pemikiran kreatif dalam membuat (merumuskan)

menafsirkan dan menyelesaikan model atau perencanaan pemecahan masalah.

Sehingga diperlukan suatu cara atau metode yang mendorong ketrampilan berpikir

kreatif siswa dalam belajar. Salah satu metode yang mungkin adalah melalui

pengajuan masalah (problem posing). Pengajuan masalah (problem posing) intinya

(29)

10

belakang masalah dapat berdasar topik yang luas, soal yang sudah dikerjakan

atau informasi tertentu yang diberikan guru kepada peserta didik. Dalam hal ini

kreativitas sebagai produk berpikir kreatif berkaitan dengan pengajuan

masalah dan pengajuan masalah dapat merupakan sarana untuk

menilai/mengukur kemampuan kreatif peserta didik. Berkaitan dengan hal

tersebut, maka pendidik sangat perlu memilih model pembelajaran yang efektif

untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran biologi,

supaya peserta didik menjadi aktif dalam berpikir, berkomunikasi untuk mencari

data, mengolah data, dan mencari solusi untuk masalah yang ada. Salah satu model

yang sesuai adalah model pembelajaran creative problem solving (CPS).

Model pembelajaran CPS merupakan salah satu model pembelajaran yang

berpusat pada kemampuan atau keterampilan dalam memecahkan masalah yang

diikuti dengan penguatan kreatifitas.8 Dimana pada saat dihadapkan dengan situasi

pertanyaan peserta didik mampu melakukan keterampilan dalam memecahkan

masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapan atau pendapatnya sendiri.

Tidak hanya dengan cara mengghapal tanpa dipikir tetapi mampu mempunyai

keterampilan memecahkan masalah dengan memperluas proses berpikir dalam

dirinya. Memecahkan masalah secara kreatif dapat dilakukan peserta didik apabila

peserta didik tersebut memiliki kemampuan atau keterampilan dalam cara dia

mengembangkan pemikirannya secara kreatif. Tujuan yang ingin dicapai oleh model

8 Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran dan Pengajaran Isu-isu Metodis dan Pradigmatis

(30)

pembelajaran CPS adalah keterampilan peserta didik untuk berpikir kreatif, analitis,

sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah dengan kreatif

melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.9

Berdasarkan hal tersebut model pembelajaran CPS tidak hanya akan menjadi suatu

alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif peserta didik, tetapi model pembelajaran CPS juga mampu meningkatkan self

regulation peserta didik. Self regulation merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Keberhasilan

dalam belajar tidak bisa hanya mengandalkan kegiatan tatap muka dan tugas

terstruktur yang diberikan oleh pendidik, akan tetapi keberhasilan belajar sebenarnya

terletak pada kemandirian belajar peserta didik itu sendiri.

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka ada beberapa

masalah di SMAN 8 Bandar Lampung yang dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran CPS belum diterapkan pada pembelajaran biologi. Proses

pembelajaran biologi ini lebih banyak menggunakan metode ceramah, diskusi

dan tanya jawab.

2. Proses pembelajaran biologi belum pernah melatih keterampilan berpikir kreatif

dan self regulation sehingga kurang mendorong untuk mengembangkan sikap

kemandirian, tanggung jawab, dan motivasi dirinya dalam pembelajaran.

9

(31)

12

B. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di SMA N 8 Bandar Lampung pada kelas X semester

genap pada tahun ajaran 2016/2017 pada materi pencemaran lingkungan.

2. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh model CPS terhadap keterampilan

berpikir kreatif dan self regulation.

3. Keterampilan berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini berdasarkan 4

indikator yang meliputi berpikir lancar (fluence), berpikir luwes (flexsibility),

berpikir orisinil (originality) dan berpikir elaborasi (elaboration).

4. Self Regulation yang diukur dalam penelitian ini berdasarkan lima indikator

yang meliputi menyadari pemikirannya sendiri, merencanakan dengan tepat dan

mengenali dengan menggunakan sumber daya yang diperlukan, menanggapi

umpan balik dengan tepat dan mengevaluasi keefektifan tindakan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CPS terhadap keterampilan

berpikir kreatif peserta didik kelas X di SMA N 8 Bandar Lampung pada materi

(32)

2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CPS terhadap self regulation

peserta didik kelas X di SMA N 8 Bandar Lampung pada materi pencemaran

lingkungan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara model pembelajaran CPS

terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA N 8 Bandar

Lampung pada materi pencemaran lingkungan.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CPSterhadap

self regulation peserta didik kelas X SMA N 8 Bandar Lampung pada materi

pencemaran lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang terlibat, diantaranya:

1. Untuk peneliti, dapat menambah informasi tentang model pembelajaran

creative problem solving (CPS) sebagai salah satu model pembelajaran yang

dapat digunakan dalam pembelajaran biologi.

2. Untuk peserta didik, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan self

regulation peserta didik pada pelajaran biologi kelas X di SMA N 8 Bandar

(33)

14

3. Bagi pendidik biologi, dapat memberikan gambaran dan pengetahuan dalam

memilih model pembelajaran dan untuk menambah wawasan dalam

menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.

4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah sekaligus jadi acuan

dalam mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran khususnya

pada mata pelajaran biologi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Agar menghindari meluasnya masalah sehingga pembahasan dapat fokus dan

mencapai apa yang diharapkan maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup

sebagai berikut :

1. Populasi dalam penelitian ini adalah model pembelajaran creative problem

solving (CPS)terhadap keterampilan berpikir kreatif dan self regulation peserta

didik pada pelajaran biologi materi pencemaran lingkungan.

2. Sampel penelitian adalah peserta didik kelas X5 dan X9 SMA N 8 Bandar

Lampung.

3. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari semester genap

Tahun Ajaran 2016/2017 yang bertempat SMA Negeri 8 Bandar Lampung.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang

(34)

1.

Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan

pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan, ketika

dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan

keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan

tanggapannya.

2. Keterampilan berfikir kreatif adalah keterampilan individu dalam menggunakan

proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif, dan

baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi, dan instuisi individu.

Pada penelitian ini peneliti meneliti macam-macam Keterampilan berfikir

kreatif yaitu : Berpikir lancar (fluence), Berpikir luwes (fleksibility), Berpikir

orisinil (originality), dan Berpikir elaborasi (elaboration).

3. Self regulation merupakan usaha aktif dan mandiri peserta didik dalam

penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk

mengatur diri, mengarahkan diri, mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku

yang diorientasikan atau diarahkan pada tujuan belajar. Pada penelitian ini

peneliti meneliti macam-macam observasi diri (self-observation), keputusan

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran Biologi

Biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “bios” yang berarti

kehidupan dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang kehidupan.1 Biologi merupakan bagian dari ilmu-ilmu tentang

alam. Oleh karena itu biologi juga mengandung prinsip-prinsip dasar ilmu alamiah,

misalnya bahwa kebenaran biologi bersifat tentratif, biologi sangat bergantung pada

observasi dan percobaan.

Hakikat pembelajaran biologi, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

lahir dan berkembang melalui observasi dan eksperimen.2 IPA adalah dasar dari

teknologi, adapun teknologi itu sendiri merupakan tulang punggung

pembangunan. Teknologi dimanfaatkan hampir pada semua bidang, sehingga

IPA dapat dimanfaatkan pada semua segi kehidupan.3 Jadi, Biologi merupakan

ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makhluk hidup. Dengan

berkembangnya ilmu dan teknologi maka biologi sebagai ilmu semakin berkembang.

Adapun hakikat biologi meliputi empat unsur utama yaitu:

1

Winatasasmita Djamhur, Biologi Umum, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 2

2 Musahir, Panduan Pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi,

(Jakarta: CV. Irfan Putra, 2003), h. 1

3

(36)

1. Sikap berupa rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup,

serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar.

2. Proses berupa prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah.

3. Produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

4. Aplikasi berupa penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.1

Keempat unsur di atas, belajar biologi dapat membantu siswa memahami alam

dan gejalanya, karena itu belajar biologi banyak berkaitan dengan penelitian. Selama

proses pencarian ini siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan nilai positif

lainnya.

Pembelajaran Biologi mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan

ilmu-ilmu alam lainnya, belajar biologi berarti upaya untuk mengenal proses

kehidupan nyata di lingkungan. Berupaya mengenali diri sendiri sebagai makhluk

individu maupun sosial. Sehingga dengan belajar biologi diharapkan dapat

bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan lulusan hidup manusia dengan

lingkungan. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan

keterampilan, sikap, nilai, dan tanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat,

bangsa serta negara, yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

1 Depdikbud, Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP SD/MI,

(37)

18

Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung.

Salah satunya dengan melakukan observasi secara langsung tentang materi yang

dipelajari. Karenanya, peserta didik perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah

pendekatan agar mereka mampu mempelajari dan memahami alam sekitar. Pada

hakikatnya, pembelajaran biologi berupaya untuk membekali paserta didik dengan

berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat

membantu peserta didik untuk memahami alam sekitar secara mendalam.

2. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

a. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran, setiap pendidik dituntut untuk

benar-benar memahami model pembelajaran yang akan diterapkannya. Sehubungan

dengan hal tersebut seorang pendidik perlu memikirkan strategi atau pendekatan yang

akan digunakan dalam proses pembelajarannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang

tepat yaitu dengan situasi dan kondisi yang dihadapi akan berdampak pada tingkat

penguasaan atau prestasi belajar peserta didik yang dihadapi.2

Tidak hanya strategi pembelajaran, model pembelajaran juga sangat penting

dalam melakukan proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar model

pembelajaran merupakan salah satu yang harus diperhatikan agar proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar serta memiliki dampak yang

positif bagi peserta didik.

2 Hamzah dan Mohammad nurdin, Belajar Dengan Pendekatan Paikem (Jakarta: Bumi Aksara,

(38)

Adanya model dan strategi pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam

proses memahami materi yang disampaikan sebagai tujuan pembelajaran. Ada

banyak model dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran tersebut, salah satunya yaitu model pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS).

Proses pembelajaran peserta didik haruslah aktif dan dapat mengembangkan

ide-ide yang kreatif dalam memecahkan berbagai macam persoalan biologi, dengan

adanya model pembelajaran CPS ini peserta didik diharapkan dapat lebih tanggap

dalam menyelesaikan persoalan biologi dan dapat mengaplikasikan pemikiran yang

kreatif dalam menyelesaikan persoalan biologi.

Menurut Guilford yang dikutip Sujarwo kemampuan kreatif seseorang dapat

dicerminkan melalui lima macam perilaku, di antaranya:

a. Fluency, kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan banyak

gagasan.

b. Fleksibelity, kemampuan menggunakan bermacam-macam dalam

mengatasi persoalan.

c. Originality, kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli.

d. Elaboration, kemampuan menyatakan gagasan secara terperinci.

e. Sensivity, kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai

tanggapan terhadap situasi. 3

3

(39)

20

Model pembelajaran CPS merupakan suatu model pembelajaran yang

melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah,

yang diikuti dengan penguatan keterampilan, ketika dihadapkan dengan suatu

pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk

memilih dan mengembangkan tanggapannya.4

Model proses kreatif lain dikembangkan oleh Alex Osborn (1963) yang

disebut model creative problem solving (CPS). Model tersebut terdiri dari 6

langkah, yaitu (1) menemukan tujuan (Objective Finding), (2) menemukan fakta

(Fact-Finding), (3) menemukan Masalah (Problem Finding), (4) menemukan idea

(Idea Finding), (5) menemukan Solusi (Evaluasi ide), dan (6) menemukan

penerimaan /Implemtasi ide (Acceptance-Finding/Idea Implementation).

Langkah tersebut memandu pada sebuah proses kreatif. Pada langkah

pertama melibatkan suatu tahap pemikiran divergen yang menghasilkan sejumlah

ide atau gagasan ( fakta, definisi masalah, gagasan, kriteria evaluasi, strategi

implementasi), dan kemudian suatu tahap konvergen yang memilih hanya sebuah

gagasan untuk explorasi lebih lanjut

4

(40)

Langkah 3 dan 4 memerlukan berpikir kreatif, sedang langkah 1,2, 5 dan 6

memerlukan ketrampilan-ketrampilan tradisional dan berpikir analitik. Bila

melihat dua model yang dipaparkan di depan tampak beberapa perbedaan.

Dalam model CPS terdapat tahap-tahap yang secara operasional

menggambarkan proses berpikir kreatif. Pada tahap pertama dan kedua

merupakan langkah dalam sintesis ide, tahap ketiga dan keempat merupakan

langkah dalam pembangkitan ide, sedang tahap kelima dan keenam merupakan

langkah penerapan ide dalam mengajukan masalah. Dua model tersebut dipilih

untuk digunakan karena lebih operasional dan sesuai dengan proses berpikir

dalam mengajukan masalah.

Berpikir kreatif menurut Krulik (1995:3) berada dalam tingkatan

tertinggi berpikir secara nalar yang tingkatnya diatas berpikir mengingat

(recall). Dalam penalaran terdapat berpikir dasar (basic), berpikir kritis (critical),

dan berpikir kreatif.

Siswa dalam kelas mempunyai latar belakang maupun kemampuan yang

berbeda, seperti yang tertulis dalam Kurikulum 2004 bahwa siswa memiliki

potensi untuk berbeda dalam hal pola pikir, daya imajinasi, fantasi, dan hasil

karya. Oleh karena itu tidak mustahil jika siswa mempunyai tingkatan

(kemampuan) yang berbeda dalam proses kognitif. Untuk mengetahui dan

membedakan proses tersebut, penulis mengajukan rancangan tingkat berpikir yang

sumber idenya dari Krulik dan produk kreativitas dari Silver (1997). Tingkat

(41)

22

Tingkat 5 : siswa yang berada pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman

terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas siswa memenuhi semua kriteria produk

kreativitas. Siswa dapat :

 Membangun atau membangkitkan ide-ide dari materi matematika yang

sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar

 Mensintesis ide-ide dari materi matematika atau lainnya yang sudah

dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar

 Menerapkan ide-ide yang digagas sekaligus perbaikan-perbaikan

untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan

Tingkat 4 : siswa yang berada pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman

terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas siswa memenuhi semua produk

kreativitas. Siswa dapat :

 Membangun atau membangkitkan ide-ide dari materi matematika yang

sudah dipelajari dan sedikit dari pengalaman lingkungan sekitar

 Menyintesis ide-ide dari materi matematika atau lainnya yang sudah

dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar

 Menerapkan ide-ide yang digagas sekaligus perbaikan-perbaikan untuk

mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan

Tingkat 3 : siswa yang berada pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman

terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas siswa memenuhi semua kriteria produk

(42)

• Membangun atau membangkitkan ide-ide hanya dari materi

matematika yang sudah dipelajari

• Mensintesis ide-ide dari materi matematika atau lainnya yang sudah

dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar

• Menerapkan ide-ide yang digagas sekaligus perbaikan-perbaikan

untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai dengan permintaan

Tingkat 2 : siswa yang berada pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman

terhadap tugas yang diberikan tetapi hasil tugas siswa tidak semua memenuhi

kriteria produk kreativitas.

• Siswa dapat membangun atau membangkitkan ide-ide hanya dari materi

matematika yang sudah dipelajari

• Siswa dapat mensintesis ide-ide dari materi matematika atau

lainnya yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar

• Siswa belum dapat menerapkan ide-ide yang digagas sekaligus

perbaikan-perbaikannya untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai

dengan permintaan

Tingkat 1 : siswa yang berada pada tingkat ini, menunjukkan pemahaman

terhadap tugas yang diberikan tetapi hasil tugas siswa tidak semua memenuhi

kriteria produk kreativitas.

• Siswa dapat membangun atau membangkitkan ide-ide hanya dari materi

(43)

24

• Siswa belum dapat menyintesis ide-ide dari materi matematika atau

lainnya yang sudah dipelajari maupun pengalaman di lingkungan sekitar

• Siswa belum dapat menerapkan ide-ide yang digagas sekaligus

perbaikan-perbaikannya untuk mendapatkan jawaban tugas yang sesuai

dengan permintaan

Tingkat 0 : siswa yang berada pada tingkat ini, belum menunjukkan

pemahaman terhadap tugas yang diberikan. Hasil tugas siswa tidak memenuhi

semua kriteria produk kreativitas. Siswa tidak menunjukkan proses berpikir kreatif

(44)

Berpikir kreatif ini bersifat teoritis-hipotesis, artinya dikembangkan

berdasar teori-teori yang diketahui dan merupakan hipotesis yang memerlukan

verifikasi secara empirik di lapangan (sekolah), sehingga pembagian tingkat berpikir

tersebut dapat berubah atau mengalami perbaikan dan penyempurnaan setelah

dilakukan penelitian.

1) Langkah-langkah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Menurut Miftahul Huda sintak proses pembeljaran CPS berdasarkan kriteria

OFPISA model osborn-parnesdapat dilihat sebagai berikut:

a. Objective finding

Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Peserta didik

mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan pendidik dan

membrainstorming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan

untuk kerja kreatif mereka.

b. F act F inding

Peserta didik membrainstroming semua fakta yang mungkin berkaitan

dengan sasaran tersebut.

c. Problem Finding

Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan

kembali perihal permasalahan agar peserta didikm bisa lebih dekat

dengan masalah sehingga memungkinnkannya untuk menemukan solusi

(45)

17

d. Idea F inding

Pada langkah ini gagasan-gagasan peserta didik di daftar agar bisa

melihat kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan.

e. Solution F inding

Pada tahap ini gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar di

evaluasi bersama.

f. Acceptance F inding

Pada tahap ini peserta didik mulai mempertimbangkan isu-isu nyata

dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Peserta didik diharapkan

sudah memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara

kreatif.5

Berdasarkan langkah-langkah di atas dengan membiasakan peserta didik untuk

menggunakan langkah-langkah tersebut dalam menyelesaikan permasalahan,

diharapkan peserta didik dapat membantu mengatasi masalah dalam memahami suatu

konsep dengan baik.

Untuk mencari informasi dalam menyelesaikan masalah atau menjawab

pertanyaan, peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat, baik

berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peserta didik, membaca referensi, maupun

mencari data informasi dari lapangan. Pembelajaran yang menerapkan model

pembelajaran CPS, peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator

5 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(46)

yaitu pendidik membantu memberikan kemudahan peserta didik dalam proses

pembelajaran, sebagai motivator, yaitu pendidik berperan memotivasi peserta didik

dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan sebagai dinamisator belajar yaitu

pendidik berusaha memberikan rangsangaan dalam mencari, mengumpulkan dan

menentukan informasi untuk pemecahan masalah dalam bentuk pemberian tugas dan

memberikan umpan balik dalam pemecahan masalah tersebut, baik secara individual

maupun secara berkelompok. Proses pembelajaran yang memberikan kesempatan

secara luas kepada peserta didik merupakan prasyarat bagi peserta didik untuk

berlatih belajar mandiri.

2) Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

a. Kelebihan

Model pembelajaran CPS merupakan salah satu model pembelajaran yang

memiliki kelebihan diantaranya:

1) Melatih peserta didik agar mereka mampu menyelesaikan

masalah-masalah biologis.

2) Meningkatkan kreativitas peserta didik.

3) Adanya interaksi aktif antara pendidik dan peserta didik.

(47)

19

5) Membuat peserta didik gemar menghapal dan aktif dalam menyampaikan

pendapat. 6

b. Kekurangan

Tidak hanya kelebihan, model CPS juga memiliki kekurangan dalam

pembelajarannya. Kekurangan model pembelajaran CPS di antaranya:

1) Pendidik mengalami kebingungan melaksanakan model pembelajarancps

dalam pembelajaran, karena banyaknya metode yang juga di gunakan.

2) Jika kurang cermat maka pendidik akan mengalamai kesulitan memantau

kreatifitas tiap peserta didik dalam kelompok.

3) Pemecahan masalah dalam kreatifitas sulit dibedakan karena keduanya

menuntut hasil yang baru.

3. Keterampilan Berpikir Kreatif (KBK)

a. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif (KBK)

Keterampilan merupakan aksi kompleks yang membutuhkan pengetahuan,

melibatkan perbuatan, dan mudah dipelajari dalam waktu yang singkat. Keterampilan

berpikir adalah keterampilan-keterampilan yang relatif spesifik dalam memikirkan

sesuatu yang diperlukan seseorang untuk memahami suatu informasi (gagasan,

konsep, prinsip, teori), memecahkan masalah dan sebagainya.

Pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan

6

(48)

mewujudkan pengembangan kemampuan berpikir. Oleh karena itu mengajar untuk

berpikir berarti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk untuk melatih

penggunaan konsep-konsep dasar untuk berpikir. Pengalaman ini diperlukan agar

peserta didik memiliki struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis dan

mengevaluasi suatu permasalahan. Keterampilan berpikir selalu berkembang dan

dapat dipelajari.

Menurut Gilmer dalam Kuswana berpikir adalah suatu pemecahan masalah dan

proses dari penyajian suatu pristiwa internal dan eksternal, kepemilikan masa lalu,

masa sekarang dan masa depan yang saling berinteraksi. Dalam proses berpikir

terjadi kegiatan yang kompleks, reflektif dan kreatif. Berpikir terkait dengan fungsi

otak bagian tertentu sehingga perlu diasah agar terbentuk pola pemikiran yang baik

dengan terbiasa berpikir logis, kompleks, realistis dan sistematis.7

Keterampilan berfikir kreatif adalah keterampilan individu dalam menggunakan

proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif, dan baik,

berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi, dan instuisi individu.

“Rubinstein dan Firstenberg berpendapat bahwa dengan saran berpikir rasional dan imajinatif, kita dapat mengembangkan kapasitas untuk mengenal pola-pola baru dan prinsip-prinsip baru, menyatukan fenomena yang berbeda-beda, dan menyederhanakan situasi yang kompleks”.8

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas tentang keterampilan berpikir

kreatif maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa berpikir kreatif adalah aktivitas

7 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) Cet. h. 2. 8

(49)

21

mental yang dialami individu jika dihadapkan pada suatu permasalahan atau sesuatu

yang harus dipecahkan. Dimana berpikir kreatif ini termasuk perwujudan berpikir

tingkat tinggi yang manpu menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang

sudah ada.

Perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam

lingkungan pembelajaran berhubungan erat dengan cara pendidik mengajar. Pola

pengajaran dan interaksi yang lebih memberi kepercayaan, penghargaan dan

dorongan terhadap kemampuan peserta didik untuk mencari pemecahan masalah dari

setiap kasus pengajaran yang dihadapi akan lebih membangkitkan keberanian untuk

mencoba, mengemukakan dan mengkaji gagasan atau cara baru yang merupakan

benih terciptanya kemampuan berpikir kreatif. Dalam hal ini peran utama pendidik

antara lain adalah mengembangkan sikap dan kemampuan peserta didik yang dapat

membantu untuk menghadapi persoalan-persoalan dimasa yang akan datang secara

kreatif dan inovatif.

Johnson (2002:100) menyebutkan bahwa berpikir kreatif -yang mensyaratkan

ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian- melibatkan aktifitas-aktifitas mental

seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan informasi-informasi baru dan

ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, membuat

hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang tidak serupa, mengkaitkan satu dengan

lainnya dengan bebas, menerapkan imaginasi pada setiap situasi yang

(50)

ini memperlihatkan bahwa pengajuan pertanyaan (soal/masalah) dapat menjadi

bentuk atau model melatihkan berpikir kreatif.9 Solso (1995:459) juga

memberikan sarana untuk meningkatkan kreativitas dengan mencari analogi.

Pemikirannya didasarkan pada pendapat bahwa seseorang tidak mengenali ketika

suatu masalah baru merupakan masalah lama yang telah diketahui

penyelesaianya. 10 Dalam merumuskan suatu penyelesaian yang kreatif terhadap

suatu masalah penting mempertimbangkan masalah serupa yang pernah dihadapi.

Pengajuan masalah merupakan bentuk penalaran analogi yang penting ketika siswa

membuat atau memodelkan masalah-maslah baru berdasarkan pada masalah yang

ada. Dengan demikian terdapat pandangan yang lebih mendukung penggunaan

pengajuan soal sebagai sarana menumbuhkan berpikir kreatif siswa. Pemecahan

masalah dan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan kreativitas

melalui dimensi kreativitas, yaitu pemerincian (namely), kefasihan (fluency),

fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Leung (1997:81) menjelaskan bahwa

kreativitas dan pengajuan masalah mempunyai sifat yang sama dalam

keserbaragamannya. “Pembuatan sebuah masalah” yang merupakan ciri pengajuan

masalah dan sifat “membawa menjadi ada” yang merupakan sifat kreativitas

memungkinkan untuk memandang bahwa pengajuan masalah merupakan suatu

9

Tatag Yuli Eko Siswono “Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CP S)”, Jurnal, vol. 1, no. 2, 2011, h.143, tersedia di on lone di http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/bioma/article/view File/352/306

10

(51)

23

bentuk kreativitas.11 Pendapat di atas melihat bahwa kreativitas sebagai produk

berpikir kreatif berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah

[image:51.612.122.524.232.484.2]

dapat merupakan sarana untuk menilai/mengukur kemampuan kreatif siswa.

Tabel 2.1

Hubungan Kreativitas Dalam Pemecahan Masalah dan Pengajuan Masalah Pemecahan masalah Komponen

kreativitas Pengajuan masalah

Siswa menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam solusi dan jawaban.

Kefasihan Siswa membuat banyak masalah yang dapat dipecahkan. Siswa

berbagi masalah yang diajukan. Siswa menyelesaikan masalah

dengan satu cara lalu dengan cara lain. Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian.

Fleksibilitas

Siswa mengajukan masalah yang dapat dipecahkan dengan cara yang berbeda-beda. Siswa menggunakan pendekatan “bagaimana jika tidak” untuk mengajukan masalah.

Siswa memeriksa jawaban

dengan berbagai metode

penyelesaian dan kemudian membuat metode yang baru yang berbeda.

Kebaruan

Siswa memeriksa beberapa

masalah yang diajukan kemudian mengajukan suatu masalah yang berbeda.

Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang mengkombinasikan

berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk

mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis

digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang

kreatif. Untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa, pedoman yang digunakan

adalah proses kreatif karena merupakan salah satu teori yang paling umum

11

(52)

dipakai untuk mengetahui proses berpikir kreatif dari para penemu maupun pekerja

seni yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu 1)

Persiapan, 2) Inkubasi, 3) Iluminasi, dan 4) Verifikasi.

Pada tahap pertama seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan

masalah dengan cara mengumpulkan data yang relevan, dan mencari pendekatan

untuk menyelesaikannya. Pada tahap kedua, seseorang seakan-akan melepaskan

diri secara sementara dari masalah tersebut. Tahap ini penting sebagai awal

proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan

atau kreasi baru dari daerah pra sadar. Pada tahap ketiga, seseorang

mendapatkan sebuah pemecahan masalah yang diikuti dengan munculnya inspirasi

dan ide-ide yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan

baru. Pada tahap terakhir adalah tahap seseorang menguji dan memeriksa

pemecahan masalah tersebut terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis

dan konvergen. Pada tahap verifikasi ini seseorang setelah melakukan berpikir

kreatif maka harus diikuti dengan berpikir kritis.

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif (KBK)

Sementara menurut Utami Munandar, indikator keterampilan berpikir kreatif

dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 12

12

(53)
[image:53.612.119.537.134.508.2]

25

Tabel 2.2

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif No. Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

1. Berpikir lancar (fluence)

 Mencetuskan gagasan ide atau pertanyaan.

 Memberikan pemecahan masalah dengan berbagai cara.

 Memberikan lebih dari satu jawaban. 2. Berpikir luwes

(fleksibility)

 Membuat variasi gagasan, pertanyaan atau gagasan.

 Melihat masalah dari berbagai sudut pandang.

 Mencari cara alternatif atau arah yang berbeda.

 Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

3. Berpikir orisinil

(originality)

 Mengungkapkan ide baru.

 Melahirkan cara yang baru dan unik.

 Mengombinasikan hal-hal baru dan unik. 4. Berpikir elaborasi

(elaboration)

 Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

 Menambah atau merinci detail-detail suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

4. Self Regulation

a. Pengertian Self Regulation

Self merupakan salah satu aspek sekaligus inti kepribadian seseorang yang

didalamnya meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita. Self

(54)

prinsip kenyataan atau rasional, untuk membedakan antara hal-hal yang terdapat

dalam batin seseorang dengan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.13

Kepribadian terbentuk melalui interaksi antara faktor genetik dengan

lingkungan sosial.14 Unsur self terdiri dari tiga hal, yaitu perceived self (bagaimana

seseorang atau orang lain melihat tentang dirinya), real self (bagaimana kenyataan

tentang dirinya), dan ideal self (apa yang dicita-citakan tentang dirinya). Self

mencakup kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita. Kepercayaan, sikap dan

cita-cita yang tepat dan realistis memungkinkan seseorang individu untuk memiliki

kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis, akan

menjadi pribadi yang bermasalah. Kepercayaan yang berlebih (over confidence)

menyebabkan seseorang dapat bertindak kurang memperhatikan lingkungan,

memandang sebelah mata orang lain dan cenderung melanggar norma-norma yang

berlaku. Selain itu kepercayaan diri yang kurang juga dapat menyebabkan seseorang

cendrung bertindak ragu ragu, dan tidak memiliki keberanian.15

Kebiasaan berpikir menurut Marzano diketahui bahwa kebiasaan berpikir

tersebut terdiri dari tiga kategori yang saling melengkapi dan membentuk suatu

kesatuan yaitu: berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking)

dan pengaturan diri (self regulation). Orang yang memiliki kebiasaan berpikir yang

seimbang antara ketiga komponen tersebut cendrung tenang dan akan memiliki rasa

13 Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 365.

14 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 5. 15

(55)

Gambar

Tabel 2.1 Hubungan Kreativitas Dalam Pemecahan Masalah dan Pengajuan
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Gambar 1.1. Berbagai sumber penghasil gas karbon monoksida (CO)
Gambar 1.3 Proses terjadinya hujan asam Sumber: http://static.howstuffworks.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, sesuai dengan realitas dalam masyarakat, majelis taklim bisa juga diartikan sebagai tempat atau lembaga pendidikan, pelatihan, dan kegiatan belajar-mengajar (khususnya

Dalam hal ini, jelaslah sudah bahwa jika dilihat dari sudut pandang Arti Lokalisasi bagi Usaha responden dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Padang Bulan, Turian,

Untuk itu Yohanes memulai Injilnya dengan prolog (1:1-18), yang menjelaskan tentang Yesus sebelum Ia datang, ketika ia sedang ada di dalam dunia dan setelah Ia selesai

Al-Muwa&gt;s}ala&gt;t. Hal ini dapat diketahui dari rekapitulasi nilai siswa yang tuntas pada ra siklus. Jumlah 31 siswa, 14 siswa saja yang mendapatkan nilai tuntas. sedangkan 17

Peneliti menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Pelaksanaan perencanaan penelitian ini kegiatannya yaitu mengkoordinasikan terlebih dahulu tentang kegiatan pembelajaran

Proses pembuatan beras analog dilakukan dengan penambahan nanokalsium dari tulang ikan swanggi, bawal, mujair, kemudian ditambahkan tepung umbi garut dan

Pelatihan Dasar bagi Fasilitator dititik beratkan sebagai proses penyadaran (awareness training) dengan penekanan pada; (a) Re-orientasi sikap dan pola pikir dan pandangan

Sistem neural network dapat mengenali pola distribusi medan magnet untuk semua layer pengamatan walaupun dengan nilai performansi yang semakin rendah jika layer