• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) Karyawan Operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) Karyawan Operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Bengkulu”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu berdasarkan dimensi-dimensi dari OCB yaitu altruism, conscientiousness, sportmanship, courtesy, dan civic virtue serta kaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhinya. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 18 responden.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi peneliti dari alat ukur OCB yang dibuat oleh Podsakoff, Mackenzie, Moorman, dan Fetter (1990). Kuesioner terdiri atas 52 item. Data yang diperoleh diolah menggunakan program SPSS 16.00. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur menggunakan expert validity.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 55,56% karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki tingkat OCB yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu sudah menampilkan perilaku melebihi tuntutan dari organisasi. Tingkat OCB yang ditampilkan selaras dengan tingkat dimensi dari OCB.

(2)

Behavior (OCB) of operator employees SPBU 24.382.26 in Bengkulu city. The aim is to investigate the OCB description of employees SPBU 24.382.26 in Bengkulu city through dimensions of OCB, altruism, conscientiousness, sportmanship, courtesy, civic virtue virtue and the relation with the factors that affect it. The research design is quantitative study design using survey method. The population is 18 sample.

The instrument used is an adopted questionnaire of OCB instrument by Podsakoff, Mackenzie, Moorman and Fetter (1990). The questionare was consisted 52 items. The data obtained were processed using SPSS 16:00. The validity and reliability of measuring instruments using expert validity.

Based on the analysis, the writer concluded that of the largest percentage of operator employees SPBU 24.382.26 in Bengkulu city have a high level OCB is 55,56 percent. It shows that operator employees SPBU 24.382.26 in Bengkulu city has already performed estra role in this organization. Upon this funding, the OCB level showed is in sync with the dimensions level performed.

(3)

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN...

BAB I PENDAHULUAN...

1.1Latar Belakang Masalah...

1.2Identifikasi Masalah...

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian...

1.3.1 Maksud Penelitian...

1.3.2 Tujuan Penelitian...

1.4Kegunaan Penelitian...

1.4.1 Kegunaan Teoritis...

1.4.2 Kegunaan Praktis...

1.5Kerangka Pikir...

(4)

2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi berkembangnya OCB...

2.3.1 Faktor Internal...

2.3.1.1 Karakteristik Individu...

2.3.2 Faktor Eksternal...

2.3.2.1 Karakteristik Tugas...

2.3.2.2 Karakteristik Kelompok...

2.3.2.3 Karakteristik Organisasi...

2.3.2.4 Karakteristik Pemimpin...

2.4 Manfaat Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam

perusahaan...

2.5 Implikasi Organizational Citizenship Behavior (OCB)...

2.6 Pengaruh OCB terhadap Evaluasi dan Penilaian Unjuk

Kerja...

2.7 Tahapan Perkembangan...

BAB III METODE PENELITIAN...

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...

3.2.1 Variabel Penelitian...

(5)

3.3.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel...

3.4.1 Populasi Sasaran...

3.4.2 Karakteristik Populasi...

3.6 Teknik Analisis Data...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

4.1 Gambaran Responden...

4.2.Gambaran Hasil Penelitian...

4.2.1 Tabulasi Silang Antar Tingkat OCB dengan Dimensi OCB...

4.3 Pembahasan...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...

5.1 Simpulan...

5.2 Saran...

5.2.1 Saran Teoritis...

5.2.2 Saran Praktis...

(6)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur...

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur...

Tabel 4.1 Identitas Responden...

Tabel 4.2 Tingkat OCB Pada Karyawan Operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu...

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Antara OCB dengan Dimensi OCB... 67

69

73

74

(7)

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...

Bagan 3.2 Bagan Prosedur Penelitian... 26

(8)

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...

Bagan 3.2 Bagan Prosedur Penelitian... 24

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia saat ini,

perkembangan dalam bidang transportasi juga semakin meningkat. Di era

globalisasi saat ini transportasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam

menunjang kehidupan manusia. Transportasi memiliki berbagai manfaat bagi

kehidupan manusia diantaranya meliputi manfaat sosial, ekonomi, politik, dan

fisik. Sektor transportasi memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumber

energi. Hampir sebagian besar produk kendaraan baik itu kendaraan roda dua

maupun kendaraan roda empat yang digunakan dalam sektor transportasi

menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi.

Sekarang ini banyak perusahaan yang bergerak dalam usaha migas yang

muncul dengan keunggulan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan akan

bahan bakar minyak yang menjadi sumber energi bagi kendaran-kendaraan yang

ada. Ini menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan

berusaha menyediakan produk dan jasa terbaik untuk memenuhi kebutuhan

manusia akan bahan bakar minyak sehingga dapat memertahankan kelangsungan

hidup perusahaan. Hal ini berarti masing-masing perusahaan berusaha mencapai

tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan dikatakan efektif apabila

mampu mencapai tujuan organisasi yang mencakup faktor di dalam maupun di

(10)

dengan hasil yang diperoleh perusahaan. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat

cepat dan bersifat sangat tidak pasti, mengharuskan organisasi-organisasi yang

ada dalam suatu sektor industri senantiasa berusaha meningkatkan efektivitas,

efisiensi, dan kreativitas (Bogler and Somech, 2005; Sweelan dan Hoy,2000).

Salah satu perusahaan yang berusaha menyediakan produk dan jasa terbaik untuk

memenuhi kebutuhan manusia yaitu PT. Pertamina.

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) atau yang ditengah

masyarakat disebut juga dengan istilah Pom bensin merupakan unit Usaha Migas

mitra PT. Pertamina dengan komoditas yang sangat strategis, kegiatan utamanya

adalah menyalurkan atau menjual Bahan Bakar Minyak bersubsidi kepada

masyarakat umum khususnya untuk kebutuhan bahan bakar kendaraan pribadi.

Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis premium, solar, pertamax dan

pertamax plus. SPBU yang memenuhi standar kualifikasi akan meraih sertifikasi

“Pasti Pas!” Sertifikat dengan nama “Pasti Pas!” Ini akan diberikan apabila SPBU

mampu memenuhi lima elemen standar program Pertamina Way, digambarkan

sebagai bintang lima (Logo Pertamina Way),

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu merupakan salah satu mitra penjualan

resmi yang bekerja sama oleh Pertamina, berada di Jalan RE. Martadinata RT.34

RW.06 Kecamatan Selebar dan telah menjalankan program Pertamina Way, SPBU

24.382.26 telah beroperasi sejak tahun 2009. Adapun maksud dan tujuan

didirikannya SPBU ini adalah untuk mengimbangi laju pertumbuhan kendaraan

yang setiap tahunnya cukup besar di Kota Bengkulu, sehingga pelayanan terhadap

(11)

penyediaan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran

di Kota Bengkulu. SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki sertifikat “Pasti

Pas!” dan dinilai mampu memenuhi kelima elemen standar program Pertamina

Way yang digambarkan sebagai bintang lima (Logo Pertamina Way), meliputi staf

yang terlatih dan bermotivasi, jaminan kualitas dan kuantitas, peralatan yang

terawat baik, format fisik yang konsisten, serta perawatan produk dan pelayanan

barnilai tambah yang melebihi SPBU lainnya. Oleh karena itu SPBU 24.382.26

Kota Bengkulu terpilih sebagai SPBU terbaik di Kota Bengkulu dan terbaik

se-Sumatera Bagian Selatan sejak 2009 hingga saat ini (2013). SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu berusaha memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik agar

pelanggan puas dan loyal sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah

pelanggan dan volume penjualannya.

Terpilihnya SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu sebagai SPBU terbaik

se-Sumatera Bagian Selatan menjadi tantangan bagi divisi operator. Karyawan

operator merupakan ujung tombak perusahaan yang berhubungan langsung

dengan pelanggan. Karyawan operator dapat dikatakan merupakan representasi

dari perusahaan. Jika karyawan operator tidak dapat memberikan pelayanan yang

memuaskan, misalnya ketidaktepatan takaran atau mutu/kualitas BBM yang

kurang bagus, citra perusahaan akan dipertaruhkan. Pelanggan akan komplain

kepada karyawan operator tentang skala takaran pada pompa dispenser pada saat

penggantian pembeli tidak dikembalikan ke posisi nol, sehingga takaran tidak pas.

Keluhan juga bisa berupa uang kembalian yang tidak diberikan karena tidak ada

(12)

dibayarkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi karyawan operator untuk

memertahankan penilaian sebagai SBPU terbaik se-Sumatera Bagian Selatan.

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu saat ini memiliki karyawan operator

berjumlah 18 orang. Menurut informasi yang diperoleh peneliti dari supervisor

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu, 16 dari 18 orang merupakan karyawan operator

yang sudah bekerja lebih dari 1 tahun di SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu. Adapun

tugas dari karyawan operator sendiri adalah bertanggungjawab dalam menjaga

unit pompa yang telah di tugaskan, menawarkan produk bbm kepada pelanggan,

tidak meninggalkan unit pompa saat bertugas kecuali buang air, merapikan dan

menyiapkan uang penjualan, menjaga kebersihan pompa yang sedang dijaga,

mengawasi dan memperhatikan saat pompa yang dijaga sedang dalam pengisian

mobil tangki BBM, melaporkan hasil penjualan dengan baik dan benar kepada

foreman, menyetorkan uang hasil penjualan kepada kasir dengan pas dan benar.

Berdasarkan hasil pengamatan Supervisor, karyawan operator SPBU

24.382.26 Kota Bengkulu sudah bekerja dengan baik dan maksimal, karyawan

operator jarang sekali mengeluh akan pekerjaan mereka, baik dari jumlah jam

kerja, fasilitas yang diperoleh, relasi dengan rekan kerja, dan salary. Selain itu

saat ditanya langsung, 5 dari 5 orang karyawan operator menyatakan bahwa

mereka puas dengan pekerjaan mereka saat ini, menurut mereka untuk lulusan

SMA pekerjaan sebagai karyawan operator sudah cukup baik dengan gaji yang

sesuai, dan pekerjaan yang dijalankan juga tidak terlalu susah. Selain itu para

karyawan juga menyatakan bahwa relasi dengan rekan kerja juga sangat baik

(13)

Selain itu, menurut informasi yang diperoleh dari Supervisor SPBU

24.382.26 Kota Bengkulu terdapat beberapa karyawan operator SPBU 24.382.26

Kota Bengkulu yang atas inisiatif sendiri menampilkan perilaku yang berada di

luar job description mereka untuk memberi bantuan pada rekan kerja dalam

mengerjakan tugas-tugas operasional di SPBU atau membantu rekannya untuk

menyelesaikan masalah. Misalnya, jika salah satu karyawan operator sedang sibuk

melayani pelanggan di salah satu unit pompa yang mereka jaga, sedangkan rekan

lain yang menjaga unit pompa lainnya sedang tidak memiliki pelanggan, maka

rekan kerja operator berinisiatif untuk membantu melayani pelangan tersebut,

meskipun hal itu bukan bagian dari tugasnya. Selain itu karyawan operator juga

sangat menjaga kebersihan yang ada di seputaran SPBU, apabila rekan kerja

sedang sibuk melayani pelanggan dan daerah di sekita unit pompa terlihat kotor,

maka karyawan operator yang menjaga unit pompa lain yang tidak sibuk akan

inisiatif membantu untuk membersihkan daerah unit pompa rekan kerjanya yang

kotor, hal ini dilakukan karyawan operator dengan alasan agar membuat

pelanggan nyaman, sehingga diharapkan pelanggan akan betah dan dapat selalu

menjadi pelanggan setia di SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu.

Selain itu, menurut supervisor SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu, sikap lain

yang ditunjukan oleh karyawan operator di SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

adalah masalah kehadiran, dimana sebagian besar karyawan SPBU 24.382.26

Kota Bengkulu selalu datang lebih awal dari jam kerja yang telah di tentukan, ini

dilakukan karyawan operator dengan alasan supaya dapat mempersiapkan segala

(14)

anggota karyawan operator tidak masuk kerja di pagi hari, sedangkan supervisor

sedang tidak berada di tempat, maka karyawan saling bekerja sama untuk mencari

jalan keluar sehingga unit pompa yang harusnya dijaga oleh karyawan operator

yang tidak masuk dapat terisi dan tidak terjadi kekosongan. Menurut Organ

(2006), perilaku yang ditampilkan karyawan ini dinamakan Organizational

Citizenship Behavior (OCB).

Organizational Citizenship Behavior (OCB) didefinisikan sebagai

perilaku individu yang dilakukan atas kehendaknya sendiri meskipun tidak

langsung berkaitan dengan sistem reward formal dan dapat meningkatkan

efisiensi dan efektivitas di fungsi organisasi (Organ, 2006). Aspek-aspek yang

terkait dengan perilaku OCB adalah alturism, conscienctiousness, sportmanship,

courtesy dan civic virtue. Perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB)

dapat meningkatkan produktivitas kinerja dalam organisasi (diadaptasi dari

Podsakoff dan MacKenzie oleh Podsakoff, dkk, 2000 dalam Elfina P, 2003 : 5 -6).

Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap karyawan operator

untuk mengetahui gambaran secara rinci mengenai perilaku Organizational

Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 5 orang

karyawan operator, terdapat 80% karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu yang menyatakan membantu rekan mereka yang belum selesai

mengerjakan pekerjaannya tanpa diminta oleh rekannya tersebut, seperti dalam

(15)

pada teori Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Organ, 2006), perilaku

yang ditampilkan oleh karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

termasuk ke dalam aspek altruism, yaitu perilaku dengan inisiatif sendiri yang

dilakukan untuk membantu rekan kerja secara khusus dalam menyelesaikan

tugas-tugas operasioanl di perusahaan. Sedangkan 20% menyatakan tidak membantu

rekan kerjanya jika tidak dimintai pertolongan, hal ini karena mereka sudah

memiliki tugas mereka masing-masing dalam menjaga unit pompa yang ada.

Sebanyak 40% karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

menyatakan sering bekerja di luar jam kerja yang ditentukan tanpa memeroleh

imbalan. Seperti karyawan yang datang lebih awal dari jam yang telah ditentukan.

Hal ini dilakukan agar karyawan operator dapat bersiap-siap terlebih dahulu, dan

dapat membantu teman lain yang membutuhkan bantuan mereka. Jika merujuk

pada teori Organizational Citizenship Behavior (OCB), menunjukkan perilaku

yang termasuk ke dalam aspek conscientiousness, yaitu perilaku yang dilakukan

atas kehendaknya sendiri dan melebihi standar minimum pekerjaannya sehingga

dapat menguntungkan perusahaan. Sedangkan 60% menyatakan bahwa mereka

biasa datang tepat waktu sesuai waktu yang telah di tentukan.

Sebanyak 60% karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

menyatakan bahwa mereka tidak mengeluh dengan fasilitas yang kurang

mendukung dalam bekerja, seperti kerusakan terhadap mesin print untuk struk

pembelian sehingga karyawan harus menuliskan secara manual dengan

(16)

menginginkannya. Jika merujuk pada teori Organizational Citizenship Behavior

(OCB), menunjukkan perilaku yang termasuk ke dalam aspek sportsmanship,

yaitu kesediaan karyawan untuk mentoleransi kondisi-kondisi yang kurang ideal

tanpa mengeluh. Sedangkan 40% karyawan menyatakan bahwa kerusakan yang

terjadi pada mesin print untuk struk pembelian sedikit menyusahkan karena

mereka harus menulis secara manual yang cukup menyita waktu, apalagi jika

karyawan operator sedang melayani banyak pelanggan.

Sebanyak 60% karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

menyatakan partisipasi dan kepedulian terhadap perusahaan dan turut serta

memberikan kontribusi terhadap perusahaan. Seperti karyawan yang selalu

menjaga kebersihan lingkungan yang ada di sekitar unit pompa yang mereka jaga,

hal ini karena karyawan memandang bahwa kebersihan lingkungan juga dapat

berdampak kepada perusahaan, apabila lingkungan di sekitar kotor, maka

pelanggan akan merasa tidak nyaman dan mungkin dapat berpindah ke SPBU lain

yang dirasakan lebih baik. Jika merujuk pada teori Organizational Citizenship

Behavior (OCB), menunjukkan perilaku yang termasuk ke dalam aspek aspek

civic virtue, yaitu perilaku yang dilakukan atas kehendak sendiri yang

menunjukkan tanggung jawab dalam berpatisipasi, keterlibatan dan kepedulian

karyawan terhadap keadaan perusahaan. Sedangkan 40% karyawan operator

menyatakan bahwa mereka jarang membersihakan lingkungan yang ada di luar

unit pompa yang mereka jaga, karena karyawan operator beranggapan bahwa

masih ada karyawan cleaning service yang bertugas untuk menjaga kebersihan

(17)

Seluruh karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

menyatakan bahwa mereka membina hubungan baik dengan rekan kerjanya.

Seperti saat ada masalah ketika selisih uang saat akan melakukan penyetoran,

dimana selisih diperoleh saat rekan kerja membantu dalam menghitung uang, akan

tetapi karyawan operator tidak mau membesar-besarkan masalah tersebut, karena

selisih uang saat melakukan penyetoran merupakan hal yang biasa terjadi,

sehingga mereka tidak ingin berkelahi karena hal tersebut. Jika merujuk pada teori

Organizational Citizenship Behavior (OCB), menunjukkan perilaku yang

termasuk ke dalam aspek Courtsey, yaitu perilaku yang dilakukan dengan

kehendaknya sendiri untuk membantu rekan kerja dan mencegah timbulnya

masalah dengan rekan kerja.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti kepada 5 karyawan

operator diketahui bahwa beberapa karyawan operator menunjukan adanya

perilaku OCB, akan tetapi belum diketahui secara keseluruhan mengenai

gambaran OCB pada karyawan operator, oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian guna mendapatkan gambaran dan informasi mengenai

perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu. Untuk itu, peneliti bermaksud mengadakan

penelitian dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship

(18)

1.2.Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimanakah derajat perilaku

Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator SPBU

24.382.26 Kota Bengkulu.

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Untuk memeroleh gambaran mengenai perilaku Organizational

Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku Organizational

Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu beserta dimensi-dimensi dari OCB yaitu altruism, conscientiousness,

sportmanship, courtesy, dan civic virtue beserta kaitannya dengan faktor-faktor

(19)

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Memberikan masukan kepada peneliti lain yang berminat untuk

melakukan penelitian lanjutan mengenai Organizational Citizenship Behavior

(OCB) pada karyawan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi bagi karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu mengenai gambaran Organizational Citizenship Behavior (OCB)

yang dimiliki dan selanjutnya dapat digunakan untuk mengembangkan diri

meningkatkan efektifitas SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu.

2) Memberikan informasi kepada Supervisor SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang ditampilkan

karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu untuk dapat dijadikan

umpan balik sesuai kebutuhan karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu.

3) Penambahan ilmu pengetahuan untuk bidang Psikologi Industri dan

(20)

1.5.Kerangka Pikir

SPBU adalah singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, lebih

sering disebut "Pertamina". Pada hal Pertamina sendiri merupakan nama

perusahaan BUMN milik Indonesia yang mengurusi pertambangan dan

perminyakan. Tugas lain Pertamina adalah menjual atau mendistribusikan baham

bakar minyak kepada masyarakat umum salah satunya melalui Pangkalan

penjualan yang diberi nama SPBU. Jenis - jenis SPBU yang ada di indonesia

tebagi menjadi 3, yaitu: 1) COCO (Company Operation Company Owner),

merupakan SPBU yang di miliki dan dikelola oleh pertamina. Dalam hal ini yang

mengelola adalah PT. Petamina Retail sebagai anak perusahaan. 2) DODO

(Dealer Operation Dealer Owner), merupakan SPBU murni milik swasta atau

perorangan. Jadi segala hal mengenai manajemen perusahaan dikelola oleh

perorangan atau badan usaha. 3) CODO (Company Operation Dealer Owner),

merupakan SPBU milik swasta atau perorangan yang bekerjasama dengan PT

Petamina Retail.

Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu sebagian besar

termasuk ke dalam kelompok usia perkembangan masa dewasa awal (early

adulthood) yaitu berkisar antara 21 – 36 tahun. Tahapan ini ditandai dengan

pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan

bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang

secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak-anak (John Santrock, 1989).

(21)

bakat seseorang dengan pekerjaannya, semakin tinggi tingkat kepuasan yang

diperoleh (Hurlock, 1982). Adanya kepuasan dalam bekerja memunculkan

perilaku OCB.

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu merupakan salah satu mitra penjualan

resmi yang ditunjuk oleh Pertamina dan berdasarkan penilaian SPBU 24.382.26

terpilih sebagai SPBU terbaik di Kota Bengkulu dan juga terbaik se-Sumatera

Bagian Selatan. SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu termasuk ke dalam SPBU jenis

DODO (Dealer Operation Dealer Owner), dimana SPBU ini murni milik swasta,

dan segala hal mengenai manajemen perusahaan dikelola oleh perorangan atau

badan usaha.

Sebagai SPBU yang memiliki banyak pelanggan, SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu membutuhkan karyawan yang kompeten sehinga dapat bekerja secara

optimal guna mencapai visi dan misi SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu.

Berdasarkan visi dan misi yang ada, SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu berharap

dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap pelanggan. Dalam hal ini

kontribusi dari Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan fokus utama SPBU

24.382.26 Kota Bengkulu. Salah satu SDM yang sangat berpengaruh adalah

karyawan operator yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Ditengah

padatnya tugas karyawan operator dalam menjalankan job description yang ada,

di harapkan juga karyawan operator dapat mengerjakan tugas di luar job

(22)

bekerja. Perilaku yang di tampilkan karyawan operator ini disebut Organizational

Citizenship Behavior (OCB).

Dalam teori Organizational Citizenship Behavior (OCB), perilaku tersebut

muncul dan berdampak pada efektivitas organisasi, diantaranya adalah OCB dapat

melihat mana pekerja yang benar-benar mempunyai komitmen terhadap

organisasinya dan menghasilkan kinerja organisasi yang stabil (Organ, 2006).

Menurut Organ (2006), dimensi-dimensi yang terkait dengan perilaku

Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah altruism, conscienctiousness,

sportmanship, courtesy dan civic virtue.

Dimensi altruism merupakan perilaku menolong yang dilakukan oleh

karyawan kepada rekan kerja untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan

operasi-operasi organisasional (Organ, 2006). Dimensi altruism pada karyawan operator

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu merupakan perilaku menolong yang dilakukan

oleh karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu atas kehendaknya sendiri

yang ditujukan kepada rekan kerja yang memerlukan bantuan dalam melayani

pelanggan untuk mengisi BBM saat antrian yang panjang, inisiatif menggantikan

rekan kerja yang tidak masuk untuk menjaga unit pompa saat supervisor tidak

berada ditempat, membantu rekan kerja yang terlambat datang dalam pertukaran

shift. Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki altruism yang

tinggi bila memiliki inisiatif membantu rekan kerja yang sedang melayani

pelanggan dengan jumlah antrian yang panjang, sedangkan unit pompa yang

(23)

yang tidak masuk untuk menjaga unit pompa lain saat supervisor tidak berada di

tempat, membantu karyawan operator yang terlambat datang dalam pertukaran

shift. Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki altruism yang

rendah bila karyawan tidak bersedia membantu rekan kerja dalam melayani

pelanggan dengan jumlah antrian yang panjang, tidak bersedia membantu

menggantikan rekan kerja yang izin meninggalkan unit pompa sementara waktu

untuk keperluan lain seperti, pergi ke toilet, mengambil air minum, atau sholat

dengan alasan sibuk sedangkan saat itu unit pompa yang dijaga sedang sepi

pelanggan, dan tidak bersedia membantu karyawan operator yang terlambat

datang dalam pertukaran shift.

Dimensi conscientiuosness merupakan perilaku bijaksana yang dilakukan

oleh karyawan yang menguntungkan organisasi melampaui persyaratan minimal

sebagai peran di organiasai dalam kehadiran, mematuhi peraturan dan

memanfaatkan waktu luang. Berisi tentang kinerja yang mempersyaratkan peran

yang melebihi standar minimum (Organ, 2006). Dimensi conscientiousness pada

karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu merupakan perilaku yang

dilakukan oleh karyawan operator atas kehendaknya sendiri dan melebihi standar

minimum pekerjaannya sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Karyawan

operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki conscientiousness yang tinggi

bila datang ke kantor minimal 30 menit lebih awal sebelum waktu yang telah

ditentukan, memenuhi aturan perusahaan meskipun tidak diawasi oleh supervisor.

(24)

yang rendah apabila datang ke kantor bertepatan dengan waktu yang sudah

ditentukan bahkan terlambat masuk.

Dimensi sportmanship merupakan kesediaan karyawan untuk mentolerir

keadaan yang sesuai dengan iklim kerja tanpa mengeluh (Organ, 2006). Dimensi

sportmanship pada karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

merupakan kesediaan karyawan operator untuk mentoleransi kondisi-kondisi yang

kurang ideal tanpa mengeluh. Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu memiliki sportmanship yang tinggi bila tidak mengeluh terhadap

fasilitas yang terdapat di perusahaan seperti kehabisan kertas untuk mesin print

atau kerusakan mesin print struk pembelian ketika sedang melayani antrian yang

panjang, sehingga karyawan harus menulis secara manual yang cukup menyita

waktu. Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki

sportmanship yang rendah apabila karyawan operator selalu mengeluh pada rekan

kerja setiap kali harus menulis secara manual apabila terjadi kerusakan pada

mesin struk atau saat kehabisan stok kertas untuk mesin print stuk pembelian.

Dimensi courtsey merupakan perilaku individu yang mencegah penyebab

masalah dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan orang lain (Organ,

2006). Dimensi courtsey pada karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

merupakan perilaku yang dilakukan dengan kehendaknya sendiri untuk mencegah

penyebab masalah dalam pekerjaan karyawan operator yang berkaitan dengan

pekerjaan rekan kerjanya. Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

memiliki courtesy tinggi apabila karyawan operator dapat bekerja sama dengan

(25)

masuk dan terjadi kekosongan di salah satu unit pompa, sedangkan supervisor

sedang tidak berada di tempat. Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu memiliki courtesy rendah apabila tidak bersedia ikut berdiskusi dalam

pengambilan keputusan dan tidak bersedia memberikan solusi kepada sesama

rekan kerja yang mengalami masalah dengan konsumen yang komplen terhadap

pelayanannya.

Dimensi civic virtue merupakan perilaku individu yang menunjukkan

tanggung jawab dengan berpartisipasi, keterlibatan dan kepedulian individu

terhadap keadaan perusahaan (Organ, 2006). Dimensi civic virtue pada karyawan

operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu adalah perilaku karyawan operator yang

atas kehendaknya sendiri menunjukkan tanggung jawab dalam berpatisipasi,

keterlibatan dan kepedulian terhadap keadaan perusahaan. Karyawan operator

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki civic virtue tinggi apabila karyawan

operator bersedia untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan yang ada di

sekitarnya, agar pelanggan merasa nyaman dan tetap royal untuk mengisi BBM di

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu seperti saat melihat konsumen membuang

sampah sembarangan yang menyebabkan lingkungan SPBU menjadi kotor, maka

karyawan yang sedang memiliki waktu senggang berinisiatif untuk memungut

sampat tersebut . Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki

civic virtue rendah apabila karyawan operator kurang menjaga kebersihan yang

ada di lingkungan sekitarnya, karena berpendapat bahwa masih ada karyawan

cleaning service yang bertugas dalam menjaga kebersihan lingkungan SPBU

(26)

Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu yang menunjukan

perilaku Organization Citizenship Behavior (OCB) juga dipengaruhi oleh

beberapa fakor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu

karakteristik individu, yang meliputi moral dan personality yang memengaruhi

tinggi rendahnya OCB (Organ, 2006). Moral merupakan motivasi dasar yang

dapat tercermin di dalam sikap kerja seorang karyawan yang dapat dilihat dari

satisfaction yaitu kepuasan kerja karyawan operator selama bekerja di SPBU

24.382.26 Kota Bengkulu, affective commitment yang mengarah pada keterikatan

emosional, identifikasi, dan juga keterlibatan karyawan operator SPBU 24.382.26

Kota Bengkulu terhadap organisasi, serta leader consideration yang dilihat dari

pertimbangan dari atasan terhadap kinerja karyawan operator SPBU 24.382.26

Kota Bengkulu. Leader consideration ketika memberikan reward yang tepat pada

karyawan akan dapat memunculkan perasaan yang diperlakukan secara adil

(fairness). Ini akan menimbulkan kepuasan kerja (satisfaction) dan dari kepuasan

kerja dapat menimbulkan affective commitment serta rasa peduli karyawan

terhadap kelangsungan organisasi (Allen & Meyer 1997).

Faktor internal kedua yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya

Organization Citizenship Behavior (OCB) yaitu personality. Personality

karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu terkait dengan attitude yang

memengaruhi munculnya perilaku menolong. Kaitan antara OCB dan Personality

diuraikan menurut kerangka besar The Big Five Factor yang dikemukakan oleh

McCrae and Costa, 1987 (Organ, 2006:81). Faktor pertama yaitu agreeablenes,

(27)

relasi yang hangat dengan orang lain. Karyawan operator yang mempunyai

agreeableness tinggi akan menawarkan bantuan secara sukarela dan dengan

inisiatif sendiri pada rekan kerja yang membutuhkan bantuan. Perilaku yang dapat

ditampilkan berkaitan dengan dimensi altruism, courtsey dan sportsmanship dari

OCB.

Faktor kedua terkait dengan personality adalah conscientiousness yang

mengarah pada sifat dapat diandalkan, terencana, disiplin diri dan ketekunan.

Karyawan yang memiliki conscientiousness yang tinggi cenderung akan

menampilkan perilaku dari dimensi civic virtue, seperti memiliki ketepatan waktu

dalam bekerja, taat pada aturan dan absensi yang baik. Faktor ketiga adalah

emotional stability. Orang yang memiliki kestabilan emosi tidak akan mudah

marah, cemas dan bebas dari negative feeling. Karyawan yang memiliki emosi

tidak stabil akan terpaku pada masalahnya sendiri, baik masalah yang nyata

maupun masalah yang hanya ada dalam bayangan, sehingga tidak sempat

memerhatikan masalah orang lain. Faktor keempat adalah extraversion yaitu

individu yang mempunyai karakter bersemangat, mempunyai tendensi untuk

mencari stimulasi, menikmati kebersamaannya dengan orang lain, senang bicara

dan responsif terhadap lingkungan.

Faktor eksternal pertama yang memiliki kecenderungan keterkaitan

dengan OCB adalah karakteristik tugas yang terdiri atas task autonomy, task

significance, task identity, task variety, task feedback, task interdependence, goal

independence dan intrinsically satisfying task. Task autonomy merupakan derajat

(28)

Bengkulu melaksanakan suatu tugas, seperti mengatur jadwal, memilih

perlengkapan yang dibutuhkan dan memutuskan prosedur yang digunakan. Task

Autonomy akan meningkatkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap

hasil dari suatu pekerjaan dan hal ini membuat karyawan rela melakukan usaha

lebih untuk melaksanakan tugas tersebut dan menampilkan perilaku OCB.

Task significance adalah sejauh mana derajat kepentingan dari suatu

pekerjaan yang menyangkut dampak pekerjaan tersebut terhadap kehidupan atau

terhadap pekerjaan orang lain (Griffin, 1982 dalam Organ, 2006). Karyawan

operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu akan bertanggungjawab dalam

menyelesaikan pekerjaannya agar dapat memberikan pengaruh positif bagi rekan

kerja operator lainnya. Karyawan operator akan menampilkan dimensi

counscientiousness dari OCB yaitu mengerjakan tugasnya melebihi standar

minimum yang ditentukan. Task identity, task variety, dan task significance akan

memengaruhi OCB melalui peningkatan persepsi akan rasa berarti dari

pekerjaannya (Hackman and Oldham, 1976 dalam Organ, 2006: 109)

Task feedback adalah umpan balik aktivitas kerja seseorang yang

disampaikan secara langsung dan jelas serta dapat menggambarkan efektivitas

performance kerjanya (Hackman dan Oldham, 1976, dalam Organ, 2006). Task

feedback memberikan pengaruh terbesar bagi unjuk kerja karyawan. Umpan balik

yang didapatkan dari pekerjaan adalah hal yang penting karena paling cepat

terlihat, paling tepat, paling dapat membangkitkan self-evaluation, serta

(29)

termotivasi menyelesaikan tugas-tugasnya melampaui persyaratan minimum yang

telah ditetapkan perusahaan (Conscientiousness).

Task identity adalah nilai yang dimiliki oleh suatu pekerjaan, menyangkut

penyelesaian tugas secara menyeluruh dan identifikasi terhadap suatu tugas mulai

dari proses awal hingga hasil yang terprediksi sebelumnya (Griffin, 1982 dalam

Organ, 2006). Karyawan operator memiliki tanggung jawab terhadap pelayanan

kepada pelanggan. Dengan adanya task identity, maka karyawan operator dapat

merasakan bahwa pekerjaannya adalah tanggung jawab dan bagian dari dirinya.

Sehingga memotivasi karyawan operator untuk menyelesaikan pekerjaannya

melebihi standar minimum yang telah ditetapkan agar hasil yang diperoleh lebih

optimal (conscientiousness).

Task interdependence adalah sejauh mana seorang anggota tim

membutuhkan informasi, bahan/materi, dan dukungan dari anggota-anggota lain

dalam tim tersebut untuk dapat melaksanakan pekerjaannya (Van der Vegt et all,

2003 dalam Organ, 2006: 110). Pengerjaan tugas yang membutuhkan keterlibatan

anggota lain akan membantu perkembangan norma sosial dalam hal kerja sama,

menonjolkan kebutuhan akan rasa tanggung jawab sosial, maka karyawan

operator akan bekerja sama untuk saling memberikan saran dan dukungan

(altruism) serta menjaga hubungan yang baik antar sesama rekan kerja dalam

suatu tim (courtsey). Task variety adalah derajat kebutuhan bahwa penyelesaian

suatu pekerjaan membutuhkan berbagai variasi aktivitas yang berlainan. Dengan

bervariasinya aktivitas kerja karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

(30)

Goal interdependence adalah keterkaitan antar tugas yang memerlukan

pertukaran informasi, peralatan dan dukungan dari rekan-rekan pekerja yang lain

agar pekerjaannya dapat terlaksana (Van der Vegt, Van de Vliert & Oosterhof,

2003 dalam Organ 2006). Semua karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu saling bekerja sama dan saling memberikan dukungan dalam bekerja

(altruism) untuk mencapai tujuan dan kemajuan perusahaan dan tidak

membesar-besarkan masalah yang terjadi dalam kelompok (sportmanship) serta karyawan

operator berusaha menghindari munculnya masalah dengan sesama rekan kerja

(Courtsey).

Faktor eksternal kedua yang dapat memunculkan OCB yaitu karakteristik

kelompok, diantaranya meliputi: group cohesiveness, team member exchange

(TMX), group potency, dan perceived team support.Group cohesiveness adalah

afinitas antar suatu anggota dengan anggota lain dan keinginan untuk menjadi

bagian dari kelompok tersebut (Organ, 2006). Karakteristik dari group yang

kohesif adalah adanya ketertarikan yang kuat terhadap group, persahabatan, saling

menyukai, kerja sama dan perasaan-perasaan positif diantara anggotanya dalam

melaksanakan tugas (Janis, 1982 ; Shaw, 1981 dalam Organ, 2006).

Berdasarkan kerangka kerja Leader Member Exchange (LMX), Seers

(1989) menyatakan bahwa relasi diantara karyawan yang disebut Team Member

Exchange (TMX) dapat mempengaruhi perilaku dari anggota. Team member

exchange dapat menumbuhkan rasa saling percaya antara karyawan operator

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu yang membuat karyawan operator tidak segan

(31)

hubungan yang baik dengan anggota tim maka karyawan operator tidak mengeluh

terhadap hal-hal kecil (sportmanship), dan karyawan operator mencari solusi

dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi (courtesy).

Group potency adalah kolektif belief dari suatu kelompok bahwa

kelompok dapat menjadi efektif. Hal ini menggambarkan self – efficacy dari

kelompok tersebut (Guzzo et al, 1993, dalam Organ, 2006). Perceived Team

Support adalah tingkat keyakinan seseorang bahwa kelompok menghargai

kontribusinya dan peduli terhadap kesejahteraannya. Bishop dkk (2000 dalam

Organ, 2006:121). Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin seseorang

menerima bantuan dari anggota tim, maka orang tersebut akan cenderung untuk

memerlihatkan perilaku serupa pada anggota yang lain.

Faktor eksternal ketiga yang dapat memunculkan OCB yaitu karakteristik

organisasi diantaranya meliputi: organizational formalization and inflexibility,

perceived organization support (POS), distance between employee and others in

organization dan organizational constraint. Organziational formalization and

inflexibility menekankan bahwa pentingnya peraturan dan prosedur bagi karyawan

operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu. Perceived organizational support

(POS) adalah persepsi karyawan mengenai seberapa besar dukungan yang

mungkin karyawan terima dari suatu organisasi (Rhoades & Eisenberg, 2002,

dalam Organ, 2006). Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu yang

mendapatkan dukungan dari perusahaan akan membantu rekan kerjanya dalam

pengerjaan tugas-tugas operasional atas kehendaknya sendiri (altruism), bekerja

(32)

kurang ideal tanpa mengeluh (sportmanship), menghindari terjadinya masalah

kerja dengan karyawan-karyawan lain (courtesy), peduli terhadap kehidupan

perusahaan (civic virtue).

Distance between the employee and others in the organization merupakan

faktor yang memengaruhi frekuensi munculnya OCB adalah jarak struktural, jarak

psikologikal dan jarak fungsional diantara para karyawan didalam organisasi

(Antonakis & Atwater, 2002; Napier & Ferris, 1993 dalam Organ, 2006).

Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu yang memiliki jarak

struktural, jarak psiologikal dan jarak fungsional yang dekat terhadap rekan kerja

sesama karyawan operator lainnya, maka akan mudah dalam membantu

menyelesaikan pekerjaannya (altruism). Jarak struktural adalah jarak fisik ruang

kerja antara supervisor operator dengan karyawan operator yang berhubungan

dengan interaksi antara keduanya. Jarak psikologis berkenaan dengan efek

psikologis baik yang aktual maupun yang dipersepsi mengenai perbedaan dalam

hal demografi, kultural dan nilai antara supervisor dan bawahannya. Jarak

fungsional adalah derajat kedekatan dan kualitas relasi kerjasama antara

supervisor dengan karyawan operator, apakah karyawan termasuk in-group atau

out-group dengan supervisornya. Jika jarak struktural, jarak psikologikal dan

jarak fungsional yang jauh, maka karyawan operator kurang dapat memunculkan

perilaku OCB. Ketiga tipe jarak ini mempengaruhi motivasi, kemampuan dan

kesempatan untuk memunculkan OCB.

Organizational constraints merupakan kondisi organisasi yang membuat

(33)

& O’Connors, 1980, dalam Organ 2006). Hambatan itu dapat berupa kurangnya

peralatan, pengadaan, dukungan keuangan, bantuan dari anggota lain, pelatihan,

dan waktu. Hambatan dari organisasi ini dapat mengurangi motivasi karyawan

operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu untuk menampilkan OCB, karena

hambatan-hambatan tersebut akan membuat karyawan fokus pada in-role

behavior. Akan tetapi Jex dkk menyatakan hal tersebut akan benar bila affective

commitment terhadap organisasi rendah, sedangkan apabila affective commitment

tinggi, maka hambatan dari organisasi tidak akan berelasi dengan OCB.

Faktor eksternal yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan OCB

adalah karakteristik pemimpin. Pemimpin yang mengutamakan tugas akan lebih

mementingkan teknis kerja, tugas, dan berorientasi terhadap hasil kerja, umumnya

tidak memiliki kedekatan secara personal dengan karyawannya (Stephen Robins,

dalam Perilaku Organisasi, 2006: 437). Sedangkan pemimpin yang mempunyai

hubungan yang berkualitas tinggi dengan anggotanya, seperti mengembangkan

mutual trust, support dan loyality, maka anggota akan termotivasi untuk

membangun relasi yang berkualitas tinggi juga dengan rekan-rekan kerjanya.

(Organ, 2006). Seorang pemimpin dapat memengaruhi tinggi rendahnya OCB

yang ditampilkan oleh bawahannya, tergantung dari cara mentoring dan dukungan

yang diberikan pada bawahannya (Donalson et all, 200 dalam Organ, 2006).

Faktor-faktor yang telah dijelaskan dapat saling melengkapi dan memengaruhi

munculnya perilaku Organziational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan

(34)

Oleh karena itu OCB dapat dikatakan tinggi atau rendah apabila dilihat

dari penggabungan kelima dimensi yang ada, yaitu Altruism, Conscientiousness,

Sportmanship, Courtsey, dan Civic Virtue untuk kemudian ditentukan bagaimana

perilaku yang menunjukan OCB tinggi dan OCB rendah.

Berikut adalah bagan penjelasan diatas:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Job Description karyawan operator  Visi dan Misi

SPBU

24.382.26 Kota Bengkulu

Faktor Eksternal :  Karaktersitik

Tugas  Karakteristik

Kelompok  Karakteristik

Organisasi  Karakteristik

Pemimpin Organizational Citizenship Behavior (OCB) Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

Faktor Internal :  Karakteristik

individu

Dimensi OCB :

1. Altruism

2. Conscientiousnes 3. Sportmanship 4. Courtesy 5. Civic Virtue

Tinggi

(35)

1.6. Asumsi

Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa :

Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator SPBU

24.382.26 Kota Bengkulu memiliki lima dimensi, yaitu altruism,

conscientiousness, sportmanship, courtsey, dan civic virtue.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang dimiliki karyawan operator

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu berbeda-beda.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dihitung berdasarkan tiap dimensi

yaitu altruism, conscientiousness, sportmanship, courtsey, dan civic virtue

dikatakan tinggi apabila memiliki sikap membantu rekan kerja, bekerja

melebihi persyaratan minimal di perusahaan, tidak mengeluh terhadap kondisi

yang kurang ideal, menghindari konflik dengan rekan kerja dan ikut terlibat

dalam kegiatan-kegiatan di SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dikatakan tinggi apabila karyawan

operator atas kehendaknya sendiri bersedia untuk membantu rekan kerja,

bersedia bekerja melebihi standar minimum pekerjaannya sehingga dapat

menguntungkan perusahaan, bersedia mentolerir kondisi-kondisi yang kurang

ideal tanpa mengeluh, memiliki sikap untuk mencegah penyebab masalah

dalam pekerjaan berkaitan dengan pekerjaan rekan kerjanya, dan menunjukan

sikap tanggung jawab dalam berpartisipasi, keterlibatan dan kepedulian

(36)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dikatakan rendah apabila kurang

memiliki sikap membantu rekan kerja, kurang bersedia bekerja melebihi

persyaratan minimal di perusahaan, mengeluh terhadap kondisi yang kurang

ideal, terlibat konflik dengan rekan kerja dan kurang peduli terhadap

kegiatan-kegiatan di SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu.

Faktor-faktor internal yang memengaruhi Organizational Citizenship Behavior

(OCB) yang dimiliki karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu

adalah karakteristik individu.

Faktor eksternal yang memengaruhi munculnya dimensi Organizational

Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu adalah karakteristik tugas, karakteristik kelompok, karakteristik

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik suatu simpulan mengenai OCB pada karyawan operator SPBU 24.382.26

Kota Bengkulu sebagai berikut:

1) Lebih banyak karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu memiliki

derajat OBC yang tinggi.

2) Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu yang memiliki derajat

OCB yang tinggi, sebagian besar memiliki tingkat dimensi altruism,

conscientiousness, sportmanship, courtesy, dan civic virtue yang tinggi.

3) Karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu yang memiliki derajat

OCB yang rendah, sebagian besar memiliki tingkat dimensi altruism,

conscientiousness, sportmanship, courtesy, dan civic virtue yang rendah.

4) Dimensi OCB yang ditampilkan karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

Bengkulu dalam derajat paling tinggi adalah altruism yaitu pada item

karyawan membantu rekan kerja yang kesulitan dalam mengoperasikan mesin

pompa.

5) Dimensi OCB yang ditampilkan karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota

(38)

tidak mengeluh terhadap hal-hal kecil, dan kepedulian terhadap kelangsungan

hidup perusahaan.

6) Faktor internal yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan derajat OCB

adalah personality, terutama agreeableness. Karyawan operator yang

memiliki agreeableness menonjol, memiliki derajat OCB yang tinggi.

7) Faktor eksternal yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan derajat

OCB adalah task significance, task identity, group potency, dan organizational

formalization inflexibility. Karyawan operator yang memiliki task

significance, task identity, group potency, dan organizational formalization

inflexibility menonjol, memiliki derajat OCB yang tinggi.

5.2.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap karyawan operator

SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh

peneliti adalah sebagai berikut :

5.2.1.Saran Teoritis

Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai OCB dan

ingin melihat kecenderungan keterkaitan maupun pengaruh faktor-faktor internal

dan eksternal secara lebih presisi terhadap tingkat OCB, maka sebaiknya data

penunjang yang ada meliputi faktor-faktor yang memengaruhi OCB tidak harus

(39)

kebutuhan karyawan, sehingga data yang diperoleh bisa dibahas secara lebih

mendalam, dan dapat lebih digali lagi penghayatan dari karyawan yang bekerja.

5.2.2.Saran Praktis

1) Bagi karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu dengan derajat OCB

yang rendah pada dimensi conscientiousness, disarankan kepada supervisor

untuk memberikan pemahaman kepada karyawan operator mengenai

pentingnya disiplin dalam bekerja dan integritas kerja yang memadai.

Pemahaman ini dapat disampaikan melalui briefing sebelum jam kerja

dimulai.

2) Bagi karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu dengan derajat OCB

yang rendah pada dimensi sportmanship, disarankan kepada pihak

management SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu untuk meningkatkan sarana dan

prasarana yang dapat mempermudah karyawan operator dalam menyelesaikan

pekerjaannya.

3) Bagi karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu dengan derajat OCB

yang rendah pada dimensi courtesy, disarankan kepada supervisor untuk

memberikan arahan mengenai emotional stability agar karyawan operator

dapat mengendalikan emosi dalam bekerja seperti, menghindari konflik

dengan rekan kerja.

4) Bagi karyawan operator SPBU 24.382.26 Kota Bengkulu dengan derajat OCB

yang rendah pada dimensi civic virtue, disarankan kepada supervisor untuk

(40)

kepedulian dan kerja sama dalam team untuk kelangsungan perusahaan.

Pemahaman ini dapat dilakukan melalui kegiatan outbond untuk

menumbuhkan rasa kebersamaan dan meningkatkan team work karyawan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar , Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Gulo, W.2003. Metodologi Penelitian. Grasindo : Jakarta

Hurlock, elizabeth B. 1982. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Meyer J.P & Allen. 1997. Commitment in the Workplace : Theory, research, and application. Sage Publication, Icn : California

Morrison, E. W. 1994. Role Definition and Organization Citizenship Behavior The Importance of The Employee’s Perspective. Journal of Management, Vol 37 (4): 1543 – 1567.

Nazir, Moh. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugroho, Yohanes Anton. (2011). It’s easy olah data dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative.

Organ, Dennis W, Podsakoff, Philip M, MacKenzie, Scott B. 2006. Organziational Citizenship Behavior - Its Nature, Antecendents, and Consequences. United States of America: Sage Publication.

Priyatno, Duwi. (2012). Belajar cepat olah data statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Priyatno, Duwi. (2010). Paham analisa statistik data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Santrock. Jhon W. 2002. Life – Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jilid 2. Versi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

(42)

DAFTAR RUJUKAN

Bogler, R., dan Somech, A. (2005). “Organizational Citizenship Behavior in

School. How Does it Relate to Participation in Decision Making?” Journal of Educational Administration. Vol 43 No. 5, 2005 pp 420-438.

Damayanti, Amelia Nadia. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Perawat Bagian Rawat Inap Rumah Sakit “X” di Bandung: Skripsi, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Fakultas Psikologi. 2009. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Bandung : Universitas Kristen Maranatha

http://www.pertamina.com/our-business/hilir/pemasaran-dan-niaga/produk-dan-layanan/produk-konsumen/spbu/

http://www.damandiri.or.id/file/dwihardaningtyasadunairbab2.pdf (Teori

Organizational Citizenship Behavior.pdf diakses tanggal 15 September 2012)

http://teorionline.wordpress.com/category/kumpulan-teori/teori-ocb/ (Teori Organzaitional Citizenship Behavior Online diakses tanggal 22 Oktober 2012)

Paskarita K, Fransiska. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap RS. “X” di Kota Lampung: Skripsi, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Sari, Pusvita. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan Customer Service PT. Telkom di Kota Pangkalpinang. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sianipar, Margareth. 2004. Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT “X” Regional Jawa Barat di Kota Bandung: Skripsi, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Referensi

Dokumen terkait

Dengan terpenuhinya setiap aspek-aspek dari Organizational Citizenship Behavior (OCB) maka akan terlihat peilaku extra-role karyawan didalam suatu organisasi atau

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA KARYAWAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA.. LYDIA LUMBAN TOBING

Hubungan antara Kepuasan terhadap Pengembangan Karir dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..... Definisi Operasional

Tujuan penelitian yang akan dicapai dari penelitian ini adalah umtuk melihat hubungan antara job embeddedness dengan organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan...

Hal ini mengandung pengertian bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB) karyawan akan mengalami peningkatan ketika terjadi peningkatan iklim organisasi dan

Perilaku tersebut merupakan sikap organizational citizenship behavior (OCB) yang mana berasal dari kepuasan kerja karyawan dalam pekerjaannya dan komitmen karyawan

Organizational citizenship behavior berpengaruh terhadap kinerja karyawan Bank Jatim Kantor Cabang Madiun Organizational citizenship behavior OCB dengan kinerja karyawan dan

Berdasarkan hasil- hasil penelitian di atas maka: H1 Organizational Citizenship Behaviour OCB berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja Organizational Citizenship Behavior OCB