• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN ISU KELAPA SAWIT DI UNI EROPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II GAMBARAN ISU KELAPA SAWIT DI UNI EROPA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

29 BAB II

GAMBARAN ISU KELAPA SAWIT DI UNI EROPA

Pada Bab ini menjelaskan mengenai gambaran isu kelapa sawit di dunia internasional yang di awali dengan komoditas kelapa sawit Indonesia dan Malaysia di Eropa yang bertujuan untuk menyajikan data mengenai penggunaan CPO (Crude Palm Oil) oleh Uni Eropa. Kemudian dilanjutkan dengan membahas dampak lingkungan dari produksi sawit, dan pandagan Uni Eropa terhadap kelapa sawit serta isu dampak lingkungan yang menimbulkan banyak aksi protes dari berbagai pihak salah satunya dari Non Goverment-Organization. Serta yang terakhir adalah pembahasan mengenai isi Resolusi Sawit (Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest).

2.1 Komoditas Kelapa Sawit Indonesia dan Malaysia di Eropa

Bangsa Eropa yakni Belanda dan Inggris membawa kelapa sawit pertama kali ke Indonesia dan Malaysia pada tahun 1849an, dimana mereka mengimpor benih kelapa sawit dari Afrika Barat dan ditanam ke negara jajahannya yang beriklim tropis. Pertumbuhan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia ternyata lebih baik dibanding negara asalnya yakni Afrika Barat, sehingga kelapa sawit pun mulai berkembang secara tahun 1900an secara komersil.1

Kelapa sawit hanya tumbuh di wilayah yang beriklim tropis dan lembab agar proses produksinya bagus, dan salah satu negara yang memiliki iklim tropis

1 Eyes on Europe, Understanding The Palm Oil War, diakses dalam https://www.eyes-on- europe.eu/understanding-the-palm-oil-war/ (09/08/2022, 14:44 wib)

(2)

30 yakni Indonesia dan Malaysia. Indonesia dan Malaysia merupakan negara eksportir kelapa sawit terbesar di dunia, dimana Indonesia menempati urutan pertama dan Malaysia pada urutan kedua. Hal ini dapat dilihat dari persentasi volume ekspor Indonesia pada tahun 2015-2019 yang mencapai 59,56%, sedangkan Malaysia hanya mencapai 29,2%.2

Salah satu komoditas minyak nabati yang penting bagi Uni Eropa adalah kelapa sawit. Hal ini dikarenakan kegunaan dari minyak kelapa sawit tersebut sangat bermanfaat terutama untuk berbagai industri, bahan bakar, manufaktur, bahkan untuk bahan pangan seperti makanan, dll.3 Pada tahun 2017, sekitar tiga perempat impor minyak sawit berasal dari Indonesia dan Malaysia, hal ini dikarenakan sumber utama minyak sawit Eropa berasal dari negara-negara tersebut.4

Kebutuhan Uni Eropa akan sawit meningkat setiap tahunnya, yakni mulai tahun 2002-2017, meskipun pada tahun 1988-2001 sempat mengalami penurunan impor.5 Akan tetapi, kelapa sawit bukanlah minyak nabati yang diimpor oleh Eropa bukanlah satu-satunya, karena Eropa juga mengimpor minyak nabati lain seperti rapessed, minyak bunga matahari (sunflower oil), hingga minyak kedelai (soybean oil). Namun penggunaan Eropa akan minyak kelapa sawit lebih besar dibanding

2 Ratnawati Nurkhoiry, Daya Saing Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Export Competitivenes of Indonesia’s Palm Oil, diakses dalam

https://www.readcube.com/articles/10.22302%2Fiopri.jur.jpks.v25i2.29 (12/08/2022)

3 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Media dan Perubahan Persepsi Masyarakat Eropa Terhadap Kelapa Sawit, diakses dalam http://psdr.lipi.go.id/news-and-events/opinions/media-dan- perubahan-persepsi-masyarakat-eropa-terhadap-kelapa-sawit.html (09/08/2022, 15:45 wib)

4 Copenhagen Economics, EU Import of Palm Oil From Indonesia, Malaysia, and Thailand, diakses dalam https://copenhageneconomics.com/wp-content/uploads/2021/12/eu-imports-of- palm-oil-16may2018.pdf (10/08/2022, 2:09 wib)

5 Mustajab, Analisa Pangsa Pasar dan Daya Saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di Uni Eropa, Skripsi: Program Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar

(3)

31 minyak bunga matahari (sunflower oil) dan minyak kedelai (soybean oil) tersebut.

Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.1 dibawah:6

(Gambar 2.1 penggunaan minyak nabati Uni Eropa, sumber: GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, kebutuhan Uni Eropa terhadap minyak sawit cukup tinggi, dimana persentasi penggunaan minyak sawit dari tahun 1999- 2016 mencapai 31%, diikuti oleh rapessed mencapai 41%, minyak bunga matahari mencapai 18%, serta minyak kedelai mencapi 9%. Selain itu, berdasarkan data dari CBI Ministry of Foreign Affairs bahwa Eropa mengimpor sekitar 66% kelapa sawit

6 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Analisis Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa: Faktor Apa yang Mendorong Tren Positif?, diakses dalam

https://gapki.id/news/4268/analisis-ekspor-cpo-indonesia-ke-uni-eropa-faktor-apa-yang- mendorong-trend-positif (16/08/2022, 13:35 wib)

(4)

32 dari negara-negara berkembang seperti Indonesia sekiitar 38%, Malaysia sekitar 28%, dan sisanya Papua Nugini sekitar 17% pada tahun 2010-2014.7

Impor sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia ke Eropa pada tahun 2015 mencapai 4,2 juta ton, tahun 2016 mencapai 4,4 juta ton, dan semakin meningkat menjadi 5,3 juta ton pada tahun 2017.8 Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.2 dibawah

(Gambar 2.1.2 Jumlah Ekspor Sawit Indonesia Tahun 2017-2015, Data: GAPKI)

Selain mengimpor kelapa sawit dari Indonesia, Uni Eropa juga mengimpor dari Malaysia hal ini dapat dilihat dari dengan total ekspor minyak sawit Malaysia

7 CBI, 2015, CBI Trade Statistic: Vegetables oils in Europe, CBI Ministry of Foreign Affair, The Haague, diakses dalam https://www.cbi.eu/sites/default/files/market-information/trade-statistics- europe-vegetable-oils-2015.pdf (10/08/2020, 13:49 wib)

8 Lembaga Ilmu Pengetahua Indonesia (LIPI), Potensi Dampak Penerapan RED II Terhadap Perekenomian Indonesia, diakses dalam http://psdr.lipi.go.id/news-and-events/opinions/potensi- dampak-penerapan-red-ii-terhadap-perekenomian-indonesia.html (12/08/2022, 15:32 wib)

(5)

33 ke Uni Eropa pada tahun 2015 mencapai, 2,36 juta ton, pada tahun 2016 mencapai 1,9 juta ton, dan 2017 mencapai 1,77 juta ton.9 Dapat dilihat dari gambar 2.3 dibawah yakni jumlah ekspor kelapa sawit Malaysia ke Uni Eropa:

(Gambar 2.1.3, Jumlah Ekspor Kelapa Sawit Malaysia ke Uni Eropa tahun 2017-2015, Sumber: Statista)

Ekspor kelapa sawit Malaysia memang mengalami beberapa kendala sehingga mengalami penurunan yang cukup signifikan yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena adanya pembatasan impor kelapa sawit dari Uni Eropa.

Berdasarkan data-data diatas dapat dilihat bahwa permintaan impor akan kelapa sawit oleh Uni Eropa sangatlah tinggi. Selain itu, Uni Eropa membagi

9 Statista, Export volume of palm oil from Malaysia to the European Union from 2011 to 2020, diakses dalam https://www.statista.com/statistics/1091983/export-volume-palm-oil-malaysia- eu/#:~:text=Export%20volume%20of%20palm%20oil%20from%20Malaysia%20to%20the%20E U%202011%2D2020&text=In%202020%2C%20Malaysia%20exported%20around,oil%2C%20af ter%20India%20and%20China. (12/08/2022, 15:38 wib)

(6)

34 kegunaan kelapa sawit menjadi beberapa bagian antara lain,10 yang pertama adalah untuk bahan makanan yang dapat dikonsumsi yang terdiri dari beberapa produk seperti minyak goreng, margarin dan bahan makanan pokok lainnya. Selanjutnya, yang kedua adalah sebagai penggunaan produksi biodieselnya yang berasal dari crude palm oil (cpo) atau minyak sawit mentah. Biodiesel tersebut digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kemudian yang terakhir adalah digunakan sebagai energi listrik. Persentasi penggunaan sawit tersebut dapat dilihat dari data Copenhagen Economics Malaysia pada gambar 2.4 dibawah:11

(Gambar 2.1.4 Penggunaan Kelapa Sawit pada Tahun 2010-2015, Sumber: Copanhagen Economics Malaysia)

10 Andhiko Satria Yusticia, Analisis Alasan Resolusi Sawit Uni Eropa dalam Perspektif Persaingan Minyak Nabati di Eropa, Skripsi, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

11 Copenhagen, op. cit, hal. 2

(7)

35 Gambar tabel diatas merupakan klasifikasi penggunaan minyak sawit di Uni Eropa mulai dari kegunaan untuk biodiesesl, listrik dan pemanas, hingga bahan pangan dan industri pada tahun 2010 hingga 2015.

(Gambar 2.1.5 Penggunaan Klasifikasi Penggunaan Minyak Sawit Uni Eropa pada Tahun 2017, Sumber: Rainforest Rescue)

Pada tabel diagram 2.5 merupakan peningkatan klasifikasi penggunaan kelapa sawit pada tahun 2017, dimana sekitar 61% digunakan untuk kebutuhan biofuelnya, dan 39% digunakan untuk bahan pangan.12

Selain itu, Uni Eropa membuat beberapa persyaratan terhadap eksportir produk kelapa sawit agar dapat lolos masuk ke pasar Eropa, antara lain:13

12 Rainforest Rescue, Palm Oil – Deforestation for Everyday Products, diakses dalam https://www.rainforest-rescue.org/topics/palm-oil (18/08/2022, 16:07 wib)

13 CBI, Entering the European market for palm oil alternatives, diakses dalam

https://www.cbi.eu/market-information/natural-ingredients-cosmetics/palm-oil-alternatives- 0/market-entry (13/08/2022, 1:33 wib)

(8)

36 a. Harus mematuhi persyaratan perdagangan sumber daya tumbuhan yang disepakati secara internasional oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

b. Harus mematuhi persyaratan penggunaan sumber daya tanaman yang disepakati berdasarkan Convention on Biological Diversity (CBD)

c. Khusus untuk kelapa sawit yang dijadikan produk kosmetik, pengemasan dan pelabelan untuk bahan kimia berdasarkan Globally Harmonised System od Classification (GHS) yang diuraikan dalam Classification, Labelling, and Packaging (CLP)

d. Pembeli Eropa membutuhkan alternatif minyak sawit berkualitas tinggi, jadi pertimbangkan untuk menjaga kualitas alternatif minyak sawit dengan menggunakan pengemasan drum high-density polyethylene (HPDE) atau drum baja, serta memastikan bahan kemasan seperti drum bersih dan kering sebelum minyak sawit dimasukkan ke dalamnya.

Selain dari persyaratan di atas, terdapat beberapa indikator untuk menilai kualitas dari minyak kelapa sawit antara lain:14

a. Warna minyak kelapa harus berwarna putih saat padat dan air bersih saat cair. Perubahan warna adalah tanda kontaminasi (jamur atau residu asap) atau pemanasan yang berlebihan selama pemrosesan,

b. Kebersihan minyak kelapa harus bersih dan bebas dari aditif dan bahan asing,

14 Ibid

(9)

37 c. Konsistensi minyak kelapa harus memiliki konsistensi yang halus tanpa terlalu banyak potongan kecil. Titik leleh minyak kelapa adalah sekitar 24 derajat Celcius.

d. Bau dan rasa minyak kelapa ringan. Minyak kelapa seharusnya tidak berbau panggang.

Kelapa sawit memiliki banyak manfaat dan membawa keuntungan yang cukup besar untuk Uni Eropa. Beberapa perusahaan khususnya bidang pangan di Eropa menggunakan kelapa sawit untuk kebutuhan produksinya. Akan tetapi, Uni Eropa memilih untuk membatasi pengunaan terhadap kelapa sawit karena isu lingkungan yang di akibatkan oleh produksi sawit.

2.2 Dampak Lingkungan dari Produksi Sawit

Kelapa sawit memiliki banyak manfaat dan kegunaan, oleh karena itu banyak negara yang melakukan impor terhadap kelapa sawit. Selain itu, kelapa sawit pun sangat berpengaruh untuk meningkatkan perekonomian negara penghasilnya yakni Indonesia dan Malaysia. Minyak kelapa sawit merupakan ekspor pertanian utama Indonesia dan Malaysia, masing-masing menghasilkan 8,8% dan 3,4% dari ekspor mereka pada tahun 2019. Selain itu, sektor ini menyediakan lapangan kerja langsung bagi hampir 1 juta orang di Malaysia dan 4 juta orang di Indonesia, terutama di pedesaan terpencil atau ditempat di mana

(10)

38 pekerjaan alternatif langka.15 Akan tetapi, pada proses produksinya, kelapa sawit ternyata memberi dampak negatif terhadap lingkungan terutama deforestasi.

Deforestasi merupakan pengurangan luas hutan yang disebabkan dari pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian, pemukiman, dan pertambangan, dimana dilakukan penebangan pohon di hutan secara liar dan mengancam keberlangsungan hidup ekosistem di dalamnya.16 Indonesia dan Malaysia merupakan negara penghasil sekaligus pengekspor kelapa sawit yang dijuluki sebagai salah satu negara penyumbang deforestasi di dunia. Menurut data dari Greenpeace, produksi kelapa sawit merupakan pemicu terbesar deforestasi pada tahun 2009-2011 dimana hal tersebut menyumbang sekitar seperempat atau 300.000ha dari hilangnya hutan.17

Luas perkebunan kelapa sawit yang ditingkatkan akan memicu pengkonversian kawasan hutan, terutama pada lahan gambut. Hal tersebut menyebabkan kerusakan lahan atau degradasi, sehingga akan mengurangi produktivitas dari lahan tersebut. Selain itu, pembakaran lahan yang terjadi akan menyebabkan meningkatnya emisi karbon dan berdampak pada kenaikan emisi gas

15 European Parliament, Palm Oil: Economic and Environmental Impacts, diakses dalam

https://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/ATAG/2020/659335/EPRS_ATA(2020)659335_

EN.pdf (22/08/2022, 15:23 wib)

16 Herpita Wahyuni dan Suranto, Dampak Deforestasi Hutan Skala Besar terhadap Pemanasan Global di Indonesia, Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Volume 6, Nomor 1, (2021), Yogyakarta:

Departmen of Government Affairs and Administration, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hal. 149

17 Greenpeace Indonesia, Bagaimana Deforestasi dari Perkebunan Kelapa Sawit Mendorong Harimau

Sumatra Menuju Kepunahan, diakses dalam https://www.greenpeace.org/static/planet4-indonesia- stateless/2019/02/7987b976-7987b976-laporan_izin_untuk_memusnahkan.pdf (15/08/2022, 12:43 WIB)

(11)

39 rumah kaca. Panas matahari yang meningkat dibumi tersebut menyebabkan pemanasan global yang akan berdampak pada perubahan iklim.18

Emisi gas rumah kaca mengalami kenaikan ketika kelapa sawit ditanam di tanah gambut yang kaya akan karbon. Kemudian dilakukan pengeringan pada tanah gambut karena hal tesebut diperlukan untuk pertumbuhan kelapa sawit, membuat gambut terpapar oksigen, menyebabkannya terurai dan melepaskan sejumlah besar karbondioksida ke atmosfer selama bertahun-tahun. Hal tersebut memicu kebakaran pada gambut kering dan yang sangat sulit dipadamkan sehingga menyebabkan kabut asap tebal. Di Indonesia dan Malaysia, sekitar seperlima dari kebakaran tersebut terjadi akibat penanaman kelapa sawit.19

Peningkatan produk kelapa sawit dengan diperluasnya area lahan untuk kelapa sawit berdampak buruk juga terhadap satwa-satwa yang langka yang hampir punah serta mengurangi keanekaragaman hayati yang.20 Selain dari dampak lingkungan, ada beberapa dampak negatif yang mempengaruhi beberapa aspek, antara lain, aspek ekologi, aspek sosial, serta menyebabkan konflik lahan dan

18 ENVIHSA, Alih Fungsi Hutan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Serta Kaitannya dengan Climate Change, diakses dalam https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/06/10/alih-fungsi-hutan- menjadi-perkebunan-kelapa-sawit-serta-kaitannya-dengan-climate-change/ (15/08/2022, 15:45 wib)

19 European Parliamentary Research Service, Palm oil: Economic and Environmental Impacts, diakses dalam https://epthinktank.eu/2020/11/11/palm-oil-economic-and-environmental-impacts- 2/ (19/08/2022, 00:14 wib)

20 Muhammad Arief Virgy , Yusa Djuyandi, dan Wawan Budi Darmawan, Strategi Jaringan Advokasi Transnasional Greenpeace Indonesia Terkait Isu Deforestasi Hutan Indonesia oleh Wilmar International, Volume 1, Nomor2, (Januari 2020), Bandung: Departemen Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran, hal 75

(12)

40 sumber daya agraria.21 Pada aspek ekologi, perluasan kelapa sawit menyebabkan beberapa dampak negatif, antara lain:22

a. Sering terjadinya banjir yang disebabkan oleh erosi tanah akibat ekspansi lahan kelapa sawit

b. Biodiversitas menghilang karena adanya perubahan tutupan lahan yang dijadikan perkebunan kelapa sawit di hutan membuat tanaman seperti buah, sayur, tumbuhan obat menghilang, serta hewan-hewan yang ada di hutan pun mulai berkurang.

c. Suhu udara yang berubah diakibatkan ekspansi pada lahan kelapa sawit yang membuat paparan sinar matahari semakin tinggi dan membuat udara semakin panas

d. Jasa lingkungan berkurang karena hilangnya tanaman maupun tumbuhan yang bermanfaat akibat ekspansi kelapa sawit.

Hal tersebut pula yang menyebabkan Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi sawit karena produksi sawit Indonesia dan Malaysia menyebabkan kerusakan lingkungan terutama deforestasi, merusak habitat satwa yang ada dihutan.

2.3 Pandangan Uni Eropa terhadap Isu Sawit

21 Tuk Indonesia, Dampak Kelapa Sawit, diakses dalam https://www.tuk.or.id/2015/01/dampak- kelapa-sawit/ (14/08/2022, 23:01)

22 Rizka Amalia, Arya Hadi Dharmawan, Lilik B. Prasetyo, dan Pablo Pacheco, Perubahan Tutupan Lahan Akibat Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit: Dampak Sosial, Ekonomi dan Ekologi, Jurnal Ilmu Lingkungan, Volume 17 Issue 1 (2019), Semarang: Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro, hal. 137

(13)

41 Seperti yang diketahui bahwa Indonesia melakukan perluasan kelapa sawit bahkan menempati urutan pertama di dunia dengan luas perkebunan sawit sebesar 11,3 juta ha pada tahun 2015.23 Peningkatan terjadi pada tahun 2017 yang mencapai 12,30 juta ha, hingga di tahun 2020 mencapai 14 858,30 hektar.24 Begitu pula dengan Malaysia, tercatat luas perkebunan kelapa sawit Malaysia dari tahun 2010 hingga 2020 mencapai 5.865.297 hektar.25 Dapat dilihat bahwa semakin meluasnya ekspansi perkebunan sawit dikarenakan permintaan akan kelapa sawit yang semakin tinggi terutama untuk diekspor ke pasar global.

Menurut artikel yang dirilis oleh European Parliamentary Research Service,26 Deforestasi menjadi perhatian utama karena beberapa alasan. Selain itu, perkebunan kelapa sawit dianggap memusnahkan habitat orang utan dan harimau Sumatera dimana kedua spesies tersebut terancam punah serta banyak hewan kecil lainnya, sehingga mengancam keanekaragaman hayati. Pada saat yang sama, kelapa sawit memiliki kurang dari 20% biomassa di atas tanah seperti pohon hutan hujan, dan dengan demikian kapasitas yang lebih rendah untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

23 Badan Pusat Statistik, Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017, diakses dalam

https://www.bps.go.id/publication/2018/11/13/b73ff9a5dc9f8d694d74635f/statistik-kelapa-sawit- indonesia-2017.html (14/08/2022, 23:28 wib)

24 Badan Pusat Statistik, Luas Tanaman Perkebunan Menurut Provinsi (Ribu Hektar)2018-2020, di akses dalam https://www.bps.go.id/indicator/54/131/1/luas-tanaman-perkebunan-menurut-

provinsi.html (14/08/2022, 22:41 WIB)

25 Statista, Total planted areas for palm oil in Malaysia from 2011 to 2020, diakses dalam https://www.statista.com/statistics/1198337/malaysia-size-of-areas-planted-for-palm-oil/

(14/08/2022, 22:55 wib)

26 European Parliamentary Research Service, Palm oil: Economic and Environmental Impacts, diakses dalam

https://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/ATAG/2020/659335/EPRS_ATA(2020)659335_

EN.pdf (08/10/2022, 15:23 wib)

(14)

42 Emisi gas rumah kaca meningkat pada kelapa sawit ditanam di tanah gambut yang kaya karbon. Pengeringan tanah tersebut diperlukan untuk pertumbuhan kelapa sawit, sehingga membuat gambut terpapar oksigen dan menyebabkannya terurai serta melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke atmosfer selama bertahun-tahun. Di Indonesia, sekitar seperlima kebakaran tersebut terkait langsung dengan minyak sawit. Beberapa kebakaran terparah terjadi di Indonesia, salah satunya terjadi pada tahun 2015. Indonesia menjadi penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia, dimana kabut asap tersebut menyebar hingga ke Singapura sehingga merugikan ekonomi Indonesia setidaknya US$16 miliar dan menyebabkan banyak korban jiwa.27

Uni Eropa sendiri berupaya untuk mengekang emisi gas rumah kaca dari bahan bakar fosil, sehingga pada tahun 2009 dibentuk Renewable Energy Directive (RED) atau Arahan Energi Terbarukan. Dalam hal ini, Uni Eropa menetapkan target 10% bahan bakar transportasi pada negara-negara anggota yang berasal dari sumber terbarukan pada tahun 2020. Untuk membantu memenuhi tujuan tersebut, hampir dua pertiga dari impor minyak sawit digunakan oleh Uni Eropa sebagai bahan baku biodiesel. Akan tetapi, hal tersebut menunjukkan bahwa ketika hutan dibuka untuk perkebunan, biodiesel berbasis minyak sawit sebenarnya menyebabkan lebih banyak emisi gas rumah kaca daripada bahan bakar fosil dan menyebabkan meningkatnya resiko deforestasi.28

2.3.1 Pandangan Lembaga Swadaya Masyarakat

27BBC News Indonesia, Kabut Asap Mengancam Kesehatan, Lebih dari 400 Sekolah di Malaysia diliburkan, diaskes dalam https://www.bbc.com/indonesia/dunia-49634667

28 European Parliamentary, op. Cit, hal. 2

(15)

43 Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kelapa sawit tersebut membuat NGO (Non-Govermental Organization) khususnya yang bergerak dibidang lingkungan, turut menyuarakan aksi dan protes. Salah satu NGO tersebut adalah WWF (World Wide Fund for Nature), dimana WWF mengatakan bahwa konsumsi Uni Eropa terhadap kelapa sawit menyumbang sekitar 16% deforestasi negara-negara tropis dikarenakan perdagangan internasional yang dilakukan terutama dalam bidang pertanian salah satunya kelapa sawit.29 Jika semakin banyak permintaan impor Uni Eropa terhadap kelapa sawit, maka akan semakin meningkatkan deforestasi global.

Selain WWF, salah satu organisasi lingkungan yakni Greenpeace Indonesia, turut melakukan aksi protes terhadap Uni Eropa. Salah satu aksi yang dilakukan yakni bekerja sama dengan Greenpeace Eropa dengan melakukan kampanye di negara-negara Eropa.30 Greenpeace Eropa juga berharap bahwa ekonomi Uni Eropa bebas dari deforestasi dan perusakan hutan secara global.31

29 WWF, EU consumption responsible for 16% of tropical deforestation linked to international trade - new report, diakses dalam https://www.wwf.eu/?2831941/EU-consumption-responsible- for-16-of-tropical-deforestation-linked-to-international-

trade#:~:text=EU%20consumption%20responsible%20for%2016,international%20trade%20%2D

%20new%20report%20%7C%20WWF&text=The%20EU%20is%20one%20of,new%20WWF%2 0report%20has%20found. (16/98/2022, 23:45 wib)

30 Op, Cit, Virgy, hal 82

31 Greenpeace European Unit, EU Must Stop Palm Oil Deforestation, Says European Parliament, Diakses dalam https://www.greenpeace.org/eu-unit/issues/nature-food/933/eu-must-stop-palm-oil- deforestation-says-european-parliament/ (17/08/2022, 00:47 wib)

(16)

44 (Gambar 2.3.1 Aksi Greenpeace Menaiki Kapal Tanker di Spanyol) Gambar diatas merupakan salah satu aksi protes dari aktivis Greenpeace dengan cara menaiki kapal tanker Stolt Tenacity di Spanyol yang pada saat itu mengangkut produk minyak sawit dari salah satu perusahaan sawit terkenal dan terbesar di Indonesia.32 Aksi tersebut pun mendapat respon yang cukup baik dari

32 BBC News Indonesia, Protes Kelapa Sawit, Aktivis Greenpeace Ditahan Diatas Kapal Tanker, diakses dalam https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46252167.amp (18/08/2022, 12:33 wib)

(17)

45 Duta Besar Uni Eropa yakni Vincent Guerent, dimana aksi tersebut dianggap sebagai kepedulian tinggi masyarakat Eropa terhadap lingkungan terutama deforestasi.33

Selain itu, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara di Indonesia (AMAN) juga ikut menyuarakan protes dikarenakan eksploitasi hutan yang dilakukan oleh perusahaan sawit untuk memenuhi kebutuhan Eropa akan kelapa sawit.34 Sehingga hal tersebut memicu berpindahnya masyarakat adat dari tanah mereka yang diakibatkan oleh ekploitasi hutan tersebut.

2.4 Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest

Uni Eropa yang merupakan salah satu importir minyak sawit terbesar di Indonesia dan Malaysia merasa bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang terjadi akibat dari produksi sawit tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya permintaan impor sawit dari Uni Eropa sehingga terjadilah perluasan lahan untuk memproduksi sawit yang berakibat pada rusakanya lingkungan. Selain itu, Indonesia dan Malaysia merupakan produsen Minyak Kelapa Sawit terbesar di dunia dengan total perkebunan sebesar 85 persen. Berbagi upaya dilakukan Uni Eropa agar menekan kerusakan alam dan lingkungan, salah satunya dengan mengeluarkan Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforst.

33 Antara News, Dubes UE: Aksi Greenpeace Tunjukan Sensitivitas Eropa Terhadap Sawit Berkelanjutan, diakses dalam https://m.antaranews.com/amp/berita/774658/dubes-ue-aksi- greenpeace-tunjukkan-sensitivitas-terhadap-sawit-berkelanjutan (18/08/2022, 12:51 wib)

34 Human Right Watch, Uni Eropa Diminta Mengakhiri Deforestasi dan Melindungi Hak atas Tanah, diakses dalam https://www.hrw.org/id/news/2022/01/27/380997 (18/08/2022, 13:18 wib)

(18)

46 Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest merupakan Resolusi yang dikeluarkan oleh Uni Eropa pada 4 April tahun 2017. Tujuan keseluruhan dari Resolusi tersebut adalah peraturan baru tentang impor dan penggunaan minyak sawit di Uni Eropa (UE) untuk menghindari deforestasi di daerah tropis. Untuk mencapai hal ini, berbagai langkah diusulkan, antara lain adalah larangan minyak sawit dalam bahan bakar nabati, beralih ke sertifikasi keberlanjutan tunggal di seluruh Uni Eropa dan hanya mengizinkan minyak sawit yang disertifikasi untuk diimpor setelah tahun 2020.35 Dalam laporan tersebut terdapat isi poin pembahasan antara lain Motion for a European Parliament Resolution, Explanatory Statement, Opinion of the Committee on Development, Opinion of the Committee on International Trade, Opinion of the Committee on Agriculture and Rural Development, Result of Final Vote in Committee Responsible, dan Final Vote By Roll Call in Committee Responsible.36

Dalam pembahasan Motion for a European Parliament Resolution, Parlemen Eropa menjelaskan bahwa produksi sawit Indonesia dan Malaysia menyebabkan deforestasi. Lahan gambut tersebut terbakar menyebabkan keluarnya gas Karbondioksida yang sangat besat besar dan dilepaskan ke udara. Hal tersebut bisa menyebakan gangguan pernapasan. Maka dari itu, Indonesia dinyatakan sebagai salah satu penyumbang pemanasan global terbesar di dunia setelah terjadi

35 Dr. Kalyana Sundram, “The Eu‘s Palm Oil and Deforestation Resolution: Is It bad Legislative Work”, Palm Oil Health Your Health and Nutrition Resource, Journal of Oil Palm, Environment

& Health 2017, 8:1-6, Malaysia: An official publication of the Malaysian Palm Oil Council (MPOC), hal 1

36 Op. Cit, Katerina Konecna

(19)

47 kebakaran besar sebesar 30- 50 persen kebakaran terjadi di atas lahan gambut pada 2015.

Selain itu, Uni Eropa memiliki komitmen terhadap perjanjian lingkungan global yang telah disepakati Uni Eropa salah satunya adalah Paris Agreement tentang Perubahan Iklim (COP21) serta visi pembangunan yang tercantum dalam Deklarasi Amsterdam 7 Desember 2015, United Nation Sustainable Development Goals (SDGs), United Nation Framework Convention on Climate Change (COP21), Deklarasi Amsterdam 7 Desember 2015 yang bertajuk Towards Eliminating Deforestation from Agricultural Commodity Chains with European Countries (Menuju Peniadaan Deforestasi dari Komoditas Agrikultur dengan Negara-negara Eropa), United Nations Convention on Biological Diversity (CBD) , Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), dan Protokol Nagoya.37

Dalam laporan ini, Parlemen Eropa juga meminta saran dan rekomendasi dari Committee on Development, Committee on International Trade, Committee on Agriculture and Rural Development. Berikut adalah isi beberapa saran dari setiap komite, antara lain:

a. Committee on Development

● Menyerukan UE untuk menetapkan kerangka peraturan yang mengikat

● Menyerukan penghentian subsidi UE untuk biofuel yang dihasilkan dari tanaman pangan, khususnya biodiesel, yang telah menciptakan permintaan minyak sawit yang tidak berkelanjutan

37 Ibid

(20)

48

● Menekankan perlunya meningkatkan skema sertifikasi sukarela, seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO

● Mengingatkan Komisi untuk mempertimbangkan semua pendorong deforestasi, termasuk produksi minyak sawit.

b. Committee on International Trade

● Menyerukan Komisi dan Negara-negara Anggota untuk melanjutkan penelitian yang sesuai alternatif pengganti biodiesel yang berasal dari minyak sawit

● Mengingat bahwa Malaysia dan Indonesia adalah produsen utama minyak kelapa sawit, dengan perkiraan 85-90% dari produksi global

● Meminta komisi untuk membantu negara-negara produsen minyak sawit dalam menyusun dan menerapkan kebijakan insentif yang relevan.

● Mencatat bahwa isu keberlanjutan di sektor minyak sawit tidak dapat diatasi dengan tindakan dan kebijakan.

c. Committee on Agriculture and Rural Development

● Menyerukan Komisi untuk menyediakan data yang komprehensif tentang penggunaan dan konsumsi minyak sawit di Eropa dan impornya ke UE

● Mengakui pentingnya melestarikan hutan hujan dan keanekaragaman hayati.

● Mencatat dampak yang sangat negatif dari konversi ke perkebunan kelapa sawit monokultural terhadap penduduk hutan.

● Menyerukan kepada otoritas terkait di negara-negara sumber untuk menghormati hak asasi manusia, termasuk hak atas tanah penghuni hutan, dan untuk memperkuat komitmen lingkungan, sosial dan kesehatan, dengan mempertimbangkan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB

(21)

49 Kemudian yang terakhir dilakukan pemungutan suara atau voting terkait resolusi sawit tersebut. Hasil voting menyatakan resolusi Parlemen Eropa tentang Palm Oil and Deforestation of Rainforests berhasil dimenangkan dengan 640 suara setuju dan melewati 18 suara yang tidak setuju serta 28 anggota yang abstain dengan melewati 27 observasi, 25 pertimbangan serta 54 rekomendasi.38

38 International Sustainabillity and Carbon Certification (ISCC), EU Parliament’s Resolution to Ban Palm by 2020 ?, diakses dalam https://www.iscc-system.org/wp-content/uploads/2017/08/4.- EU-Parliaments-Resolution-to-Ban-Palm-by-2020.pdf (26/08/2022, 14:32 wib)

Referensi

Dokumen terkait

Minyak dari olahan kelapa sawit ini tergolong minyak nabati yang efisien dan produktivitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis minyak nabati yang

Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri sawit Indonesia juga merupakan bagian penting dalam rantai pasok minyak nabati global yang turut berkontribusi

Maka Commission’s Research and Innovation Policy on Artificial Intelligence Uni Eropa lebih berfokus untuk mengembangkan dan menerapkan solusi AI yang memiliki dampak positif

Dengan kata lain, parlemen bertindak sebagai democratic supervisor karena memang dipilih langsung oleh warga sipil Uni Eropa dengan kebijakan pemilihan oleh

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, disrupsi supply yang terjadi di Indonesia dan Malaysia pada periode tahun 2019-2021 akibat El Nino, Pandemi Covid-19 dan

Penerimaan anggota baru Uni Eropa telah diatur dalam pasal 49 Treaty of European Union, bahwa Dewan Uni Eropa harus bulat setuju untuk membuka negosiasi,

Persiapan Indonesia diantaranya pembentukan Council of Palm Oil Producers (CPOPC) untuk menjalin kedudukan serentak dengan produsen minyak sawit, mencari pasar baru,

Negara anggota Uni Eropa merupakan importir terbesar bagi Amerika Serikat untuk produk pertanian pada tahun 2013 dengan capaian $ 387,3 Miliar yang mana mengalami kenaikan sebesar 1,5%