MENOPANG KUALITAS KESEHATAN DENGAN DOKTER SPESIALIS
EDISI 236 . JUNI 2019
N 0215-2916
Ibrahim Ismail Puluhan Tahun
Bersama Jenazah Pentingnya Halal Awareness
Bagi Setiap Muslim Pengembangan Riset
Bencana Hidrometeorologi
IFTITAH
2
XXX
3KEBERADAAN Fakultas Kedokteran Unsyiah sangat penting untuk mencetak dokter yang terampil dan profesional dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat Aceh. Bahkan, Menteri Kesehatan RI, Prof.
Dr. dr. Nila Farid Moeloek, saat mengisi orasi ilmiah di Unsyiah mengatakan, jika isu kesehatan di Aceh harus mendapatkan perhatian lebih. Ini mengingat masih banyak penyakit yang belum diselesaikan dengan baik. Terlebih lagi, umumnya masyarakat Aceh masih hidup di bawah garis kemiskinan yang rentan terkena penyakit.
Isu kesehatan merupakan bagian penting di setiap daerah. Selama ini, Unsyiah berusaha untuk selalu memberikan solusi dan kontribusi nyata. Ini dibuktikan dengan melahirkan para lulusan tenaga kesehatan yang potensial. Mereka diharapkan dapat mengaplikasikan ilmunya di tengah masyarakat.
Sebagai salah satu perguruan tinggi yang tertua di Aceh, Unsyiah turut bertanggung jawab untuk mengubah wajah dunia kesehatan di Aceh. Mulai menjalin kerja sama akademik dengan berbagai pihak, kerja sama antarlembaga, hingga kolaborasi pendidikan demi menjaga kualitas para pendidik dan mutu pendidikan di dunia kesehatan. Selain itu,
Unsyiah juga berusaha mencetak dokter spesialis melalui program studi yang ditawarkan.
Saat ini, Fakultas Kedokteran telah memiliki sepuluh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), yaitu Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Ilmu Kesehatan Anak, Neurologi, Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru), Ilmu Kesehatan THT- KL, Anestesiologi dan Terapi Intensif, llmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dan Bedah Plastik.
Program spesialis ini bertujuan untuk mewujudkan dokter yang unggul, inovatif, dan kompetitif hingga mampu berdaya saing global. Selain itu, beberapa bulan lalu, Fakultas Kedokteran Unsyiah juga membuka program studi doktor (S-3) Ilmu Kedokteran. Program ini memiliki keunggulan di bidang kedokteran tropis (tropical medicine) dan manajemen kebencanaan (disaster management).
Kehadiran program ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan ilmu kedokteran dan menjaga profesionalitas lulusan. Tetapi, tujuan utama dari semua ini adalah untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. (Redaksi)
Menghadirkan Dokter
Terbaik untuk Masyarakat
Chairil Munawir MT, S.E. M.M.
Kepala Humas Unsyiah
IZIN TERBIT DITERBITKAN OLEH PERINTIS
PEMBINA
PENASIHAT BIDANG REDAKSI PENASIHAT BIDANG
ADMINISTRASI & PENGEMBANGAN KETUA PENGARAH
PEMIMPIN REDAKSI WAKIL PEMIMPIN REDAKSI REDAKTUR PELAKSANA SEKRETARIS REDAKSI EDITOR
PEWARTA FOTOGRAFER LAYOUTER
ADMINISTRASI & KEUANGAN LOGISTIK
SIRKULASI WEB MASTER
STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Prof. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.);
T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)
Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala)
Prof. Dr. Ir. Marwan (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC. (Wakil Rektor III); Dr. Hizir (Wakil Rektor IV)
Dr. Ir. Agussabti, M.Si (Wakil Rektor II) Abdul Rochim, S.Sos. M.Pd
Chairil Munawir MT, S.E. M.M.
Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.
Rika Marlia, S.E. M.M.
Uswatun Nisa S.I.Kom. M.A.
Ferhat, S.E. M.M.
Ibnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si. | Muksalmina, S.Sos.I.
Syahri Afrizal, S.I.Kom.
Sayed Jamaluddin Nadia Ulfa, A.Md.
Munawar, S.H.
Saidi
Muhammad Iqbal, S.I.Kom.
WARTA UNSYIAH Edisi 236 . Juni 2019 ISSN 0215-2916 Tebal Isi 48 Halaman DITERBITKAN OLEH Humas Universitas Syiah Kuala
@univ_syiahkuala YOUTUBE Unsyiah TV WEBSITE
www.humas.unsyiah.ac.id FACEBOOK
@univ.syiahkuala.id INSTAGRAM
@univ_syiahkuala EMAIL
[email protected] Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi
Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke email [email protected] (600-700 kata)
REDAKSI DAFTAR ISI
IFTITAH 3
Menghadirkan Dokter Terbaik untuk Masyarakat EDUKASI 6-7
Pemanfaatan Media Agar untuk Meningkatkan Kesadaran Cuci Tangan MAHASISWA 8-9
Milamo Herbal Body Scrub:
Inovasi dari Ampas Kopi FOKUS 10-15
Menopang Kualitas Kesehatan dengan Dokter Spesialis
Menjawab Kelangkaan Dokter Spesialis di Daerah PAKAR 16
Pemenuhan Dokter Ahli di Provinsi Aceh Melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis
PENGABDIAN 18-19 Mahasiswa Keperawatan:
Efektifkan Posyandu Sistem Lima Meja KREATIF 20-21
Pacuan Kuda di Negeri Seribu Bukit
PROFIL 22-23 Ibrahim Ismail
Puluhan Tahun Bersama Jenazah
SEHAT 28-29
Perlukah Antioksidan?
PERSPEKTIF 30-31 Pentingnya Halal Awareness Bagi Setiap Muslim
RISET 32-34
Pengembangan Riset Bencana Hidrometeorologi
Warta
Menopang Kualitas Kesehatan dengan Dokter Spesialis
Polem
Dokter umum ka get, dokter spesialis harus leubeh get
FAKULTAS 36-37
Fakultas Kelautan dan Perikanan:
Muda dengan Segudang Prestasi ENGLISH 38-39
The Experience Beinga a Tourism Ambassador
MUTU 42-43
Peningkatan Mutu Pembelajaran Melalui Hibah Buku Ajar dan E-Learning
RELIGIA 40-41
Adab Makan dan Minum Rasulullah KABAR
Sepuluh Praktisi Dunia Ikut Workshop Kebencanaan
Mahasiswa Unsyiah Ciptakan Aplikasi Education Offline ‘Skula’
SAGOE POLEM
Program spesialis ini harus kita lakukan untuk menampung alumni dan dokter lain di Aceh yang membutuhkan pendidikan.
Dan pada akhirnya, tentu saja untuk meningkatkan mutu kesehatan kita.
Dr. Maimun
EDUKASI
7epidermidis (34,62 persen), Eschericia coli (7,69 persen), dan Basillus sp.
(3,84 persen). Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis akan menyebabkan infeksi saluran pernapasan dan pencernaan (Linda dkk., 2003 dan Jawetz dkk., 2007).
Pada umumnya, Eschericia coli bersumber dari tanah dan air yang terkontaminasi feses. Jika masuk ke dalam tubuh dapat hidup di usus kecil dan usus besar manusia, sehingga menjadi sumber utama penyebab diare pada anak (Sousa, 2006).
Sedangkan bakteri dari genus Bacillus umumnya merupakan bakteri yang menguntungkan bagi manusia, tetapi terdapat spesies yang menyebabkan penyakit, seperti Bacillus subtilis yang menyebabkan infeksi kulit dan saluran kemih (Aldosary, 2016). Selain itu, infeksi bakteri yang berhubungan erat dengan rendahnya perilaku mencuci tangan adalah Salmonella sp yang merupakan penyebab diare ketiga tertinggi di Indonesia (Dewantara dan Hariyadi, 2017).
Oleh karena itu, tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang
Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Universitas Syiah Kuala, yang dibimbing oleh Dr. Dewi Yunita S.TP.,M.Res. dan diketuai oleh Saidatul Wulya serta beranggotakan Sri Muliani, Fathurrahman Luthfi yang berasal dari Prodi Teknologi Hasil Pertanian, Anggi Pratiwi dari Prodi Pendidikan Biologi, dan Rika Farhana dari Prodi Pendidikan Dokter, tergerak untuk meningkatkan kesadaran anak akan pentingnya mencuci tangan dengan memanfaatkan media agar.
Media agar yang digunakan yaitu Nurient Agar (NA) sebagai media nonselektif yang artinya semua jenis bakteri dapat tumbuh di media ini, sehingga tidak dipungkiri bahwa setelah siswa mencuci tangan pada media NA masih ditumbuhi koloni bakteri. Media Baird Parker Agar (BPA) bersifat spesifik untuk bakteri Staphylococcus Aureus dengan hasil penampakan koloni berwarna hitam cerah dan membentuk clear zone di sekitar koloninya serta menunjukkan hasil positif pada pengujian koagulase.
Media MacConkey Agar (MCA) merupakan media agar selektif yang dapat menumbuhkan jenis bakteri Enterococcus dengan warna koloni merah dan Staphylococcus Aureus dengan warna koloni pink pucat.
Kedua jenis bakteri ini menjadi indikator kebersihan kulit dari kuman penyebab penyakit (Bridson, 2006).
Mengajarkan anak mengenai cuci tangan dengan benar sejak dini merupakan hal yang sangat penting.
Tangan adalah salah satu anggota tubuh yang rentan dengan risiko
M
ikroorganisme tak kasat mata seperti kuman menjadi salah satu penyebab penyakit yang sulit diketahui penyebarannya. Hampir seluruh bagian luar tubuh, terutama tangan, sangat berpotensi menjadi media perpindahan kuman dari satu objek ke objek yang lainnya (Pratami dkk., 2013). Hal ini menyebabkan penyebaran penyakit, seperti diare, infeksi saluran pencernaan, shigellosis, botulisme, amoebiasis, bahkan keracunan apabila tidak mencuci tangan dengan benar.dengan membiasakan mencuci tangan sejak dini, khususnya anak usia 7-12 tahun. Menurut Rachmawati dkk. (2008), penyebab anak-anak tidak mencuci tangan adalah karena sebagian dari mereka tidak menyadari bahwa di balik tangan yang terlihat bersih ternyata banyak mengandung kuman.
Berdasarkan penelitian Angga dkk.
(2015), hasil identifikasi kuman yang umumnya terdapat pada tangan didominasi oleh Staphylococcus aureus (53,85 persen), Staphylococcus
PEMANFAATAN MEDIA AGAR UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN CUCI TANGAN
Berdasarkan data World Health Organization (2017), hampir 1,7 milyar anak di dunia mengalami diare.
Sebanyak 525.000 balita meninggal dunia akibat diare setiap tahun.
Sedangkan di Indonesia, prevalensi diare mencapai 8 persen penduduk berdasarkan diagnosis dan gejala (Kemenkes, 2018). Di Banda Aceh dilaporkan sebanyak 3.975 kasus angka kejadian diare selama tahun 2016 (Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, 2016).
Salah satu upaya untuk mencegah tingginya angka kejadian diare adalah
penyebaran berbagai jenis bakteri yang tidak terlihat mata telanjang. Oleh sebab itu, tim PKM memilih Sekolah Dasar Negeri 57 Banda Aceh untuk melaksanakan program ini dengan melibatkan sepuluh siswa kelas 4 dan 5. Dalam program tersebut, siswa-siswi diminta untuk menempelkan tangan mereka di atas media agar sebelum dan sesudah mencuci tangan enam langkah sesuai dengan rekomendasi dari WHO.
Hasil pengamatan dari media agar dapat dilihat bahwa jumlah koloni sebelum dan setelah mencuci tangan terjadi penurunan, yaitu sebesar 22 persen pada media NA, 66 persen pada media BPA, dan 78 persen pada media MCA. Penurunan yang terlihat sedikit pada media NA disebabkan karna media ini dapat ditumbuhi semua jenis bakteri, walaupun sesudah mencuci tangan.
Pada media MCA, pertumbuhan E.coli tidak terdeteksi, tetapi tampak koloni yang berwarna merah muda pada dua cawan petri yang diduga merupakan Staphylococcus. Melalui program ini, sebanyak 75 persen siswa telah terbiasa mencuci tangan dengan benar pada waktu yang dianjurkan. Berdasarkan capaian tersebut, penggunaan media agar dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran siswa-siswi dan
membiasakan perilaku mencuci tangan dengan benar dalam kehidupan sehari- hari. []
* Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Universitas Syiah Kuala 6
EDUKASI
Melalui program ini, sebanyak 75 persen siswa telah terbiasa mencuci tangan dengan benar pada waktu yang dianjurkan.
“
MAHASISWA
9A ceh dikenal sebagai daerah 1.001 warung kopi. Setiap harinya, banyak sekali ampas kopi terbuang percuma. Limbah ampas kopi dalam jumlah kecil dapat dengan mudah terdegradasi. Tetapi, limbah ampas kopi dalam jumlah besar dapat bersifat racun bagi lingkungan karena mengandung kafein, tanin, dan polifenol.
Kondisi ini memotivasi mahasiswa Unsyiah untuk mengurangi produksi limbah ampas kopi dan
mengubahnya menjadi produk inovatif dan bernilai tambah, salah satunya Milamo Herbal Body Scrub.
Produk ini diciptakan oleh lima mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan, yaitu Nur
`Aisyah (Teknik Kimia), Riazhul Jannah (Teknik Kimia), Sy. Rabiatul Adawiyah (Teknik Kimia), Mahligai
alergi, anti inflamasi, anti bakteri, dan anti oksidatif pada kulit.
Kandungan bahan alami pada Milamo Herbal Body Scrub menjadikan produk ini aman bagi kesehatan kulit. Nur `Aisyah, Ketua Tim Milamo Herbal Body Scrub, menjamin sustainability produk inovatif ini. Hal ini karena ketersediaan bahan baku pembuatan Milamo Herbal Body Scrub yang melimpah dan mudah untuk didapatkan. Minyak nilam dapat dibeli langsung dari petani nilam di Aceh Jaya, sedangkan ampas kopi didapatkan dari warung
Ulan Futri (Farmasi), dan Raisha Fathima (Pendidikan Dokter).
Mereka tergabung dalam tim kewirausahaan yang dibiayai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang
kewirausahaan yang dibimbing oleh Dr. Syaifullah Muhammad, S.T., M.Eng.
Ampas kopi menjadi bahan baku utama dalam pembuatan Milamo Herbal Body Scrub. Setelah
diseduh, ampas kopi masih memiliki
kandungan penting, seperti lemak, asam organik, kafein, mineral, dan antioksidan. Kandungan lemak ampas kopi dapat menghidrasi kulit dan memperbaiki sebum/minyak yang dihasilkan tubuh kita. Body scrub yang berbasis nanoteknologi ini memiliki fungsi lebih dibandingkan body scrub lain. Biasanya body scrub hanya mampu mengangkat sel kulit mati pada permukaan kulit saja. Tetapi, Milamo Herbal Body Scrub memiliki ukuran partikel scrub berukuran nano, sehingga memungkinkan pengangkatan sel- sel kulit mati sampai ke pori-pori terdalam.
Bahan lain yang digunakan Milamo Herbal Body Scrub adalah minyak nilam Aceh. Minyak nilam telah lama digunakan sebagai bahan untuk perawatan kulit seperti jerawat, eksema, peradangan, kulit pecah- pecah, dan iritasi. Minyak nilam juga memiliki komponen bioaktif yang menunjukkan anti jerawat, anti
MILAMO HERBAL BODY SCRUB:
INOVASI DARI AMPAS KOPI
8
MAHASISWA
kopi di sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar.
Milamo Herbal Body Scrub tersedia dalam dua varian berat, yaitu 75 gram dan 150 gram.
“Saat ini, kami masih memproduksi body scrub dalam satu varian aroma yaitu kopi. Tetapi, ke depannya kami akan memvariasikan lagi aroma dari produk ini dengan aroma autenthic Aceh,” ujar Riazhul Jannah, anggota tim Milamo yang bertanggung jawab dalam bidang produksi.
“Kami akan terus berinovasi dalam mengolah limbah ampas kopi untuk menjadi produk turunan yang bernilai tambah lainnya,” tambah Riazhul.
Produk inovatif Milamo Herbal Body Scrub mulai dipasarkan sejak 1 Juni 2019 dan mendapatkan respon positif dari masyarakat. Saat ini, sudah ada pelanggan yang melakukan repeat order. Produk ini juga dapat diperoleh di kantor Atsiri Research Center (ARC) Unsyiah dan e-commerce Indonesia, seperti Shopee dan Tokopedia. Produk Milamo Herbal Body Scrub juga dipasarkan di Car Free Day (CFD) Banda Aceh dan Festival Mie Aceh pada 16-18 Juni 2019 lalu.
Pada tanggal 26 Juni 2019, Milamo Herbal Body Scrub resmi di-launching oleh Rektor Universitas Syiah Kuala, yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir.
Marwan di Gedung Biro Unsyiah. []
RIAZHUL JANNAH Mahasiswa Teknik Kimia Unsyiah
angkatan 2015
Saat ini, kami masih memproduksi body scrub dalam satu varian aroma yaitu kopi.
“
MENOPANG KUALITAS KESEHATAN
DENGAN DOKTER SPESIALIS
FOKUS
12
FOKUS
13K esehatan adalah kunci ketahanan masyarakat.
Produktivitas masyarakat akan jauh lebih baik jika memiliki tubuh dan pikiran yang sehat. Seperti itulah makna sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Hal ini pula yang menjadi tekad Universitas Syiah Kuala untuk mendirikan Fakultas Kedokteran.
Unsyiah ingin kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik dengan ditopang kesehatan yang baik pula. Untuk itulah, tersedianya fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang berkompetensi menjadi sangat penting.
Cita-cita luhur inilah yang kemudian menggerakkan para tokoh Aceh untuk meminta pemerintah mendirikan Fakultas Kedokteran di Unsyiah. Cerita bermula ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Daoed Joesoef, melakukan kunjungan kerja ke Aceh pada tanggal 11 Juni 1979.
Pada pertemuan itu, beberapa tokoh masyarakat Aceh, pemerintah daerah, DPRD serta majelis ulama meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar bersedia memberikan fasilitas demi berdirinya Fakultas Kedokteran di Aceh.
Menanggapi permintaan tersebut, Daoed Joesoef menyetujui dan membantu pelaksanaannya. Lalu pada tanggal 1 April 1982, Daoed
Joesoef menyampaikan Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Syiah Kuala yang di antaranya menyatakan bahwa Fakultas Kedokteran adalah salah satu fakultas dari Kampus Jantong Hatee Rakyat Aceh ini.
Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah, Prof. Dr. Maimun Syukri Sp.PD (K) mengungkapkan, sejarah lahirnya Fakultas Kedokteran tersebut
adalah berkat dukungan penuh masyarakat Aceh. Oleh sebab itu, semenjak berdirinya FK Unsyiah terus mengembangkan institusinya.
Agar fakultas ini bisa berperan lebih besar untuk meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mendirikan program dokter spesialis
“Program spesialis ini harus kita lakukan untuk menampung alumni dan dokter lain di Aceh yang membutuhkan pendidikan. Dan pada akhirnya, tentu saja untuk
meningkatkan mutu kesehatan kita,”
ungkap Dr. Maimun kepada Warta Unsyiah di ruang kerjanya.
Pada tahun 2001, FK Unsyiah telah memulai sejumlah persiapan untuk pendirian program spesialis ini.
Di mana target utamanya adalah empat besar program spesialis, yaitu Penyakit Dalam, Anak, Bedah, dan Kandungan. Saat itu, program ini masih disokong oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara (USU)
“Namun pada saat yang bersamaan, FK Unsyiah terus berproses untuk membuka program spesialis lainnya,”
ungkapnya.
Seperti yang dikatakan Dr. Maimun, seiring waktu, beberapa program dokter spesialis telah terbit izinnya sehingga FK Unsyiah bisa menjalankannya secara mandiri.
Kini, FK Unsyiah telah memiliki sepuluh program studi dokter spesialis yaitu Spesialis Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Ilmu Kesehatan Anak, Neurologi, Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru), Ilmu Kesehatan THT- KL, Anestesiologi dan Terapi Intensif, llmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dan Bedah Plastik.
“Dari semua itu, sebanyak tiga prodi spesialis telah terakreditasi A yaitu Bedah, Penyakit Dalam, dan Kandungan. Sementara yang berakreditasi B adalah Ilmu Kesehatan Anak, Neurologi, Paru dan THT,” ungkap Dr. Maimun.
Keberhasilan Unsyiah membuka sejumlah prodi spesialis tentu saja memberikan secercah harapan bagi masyarakat. Mengingat begitu luas dan pentingnya peran dokter spesialis dalam meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarakat.
Untuk itulah, dalam waktu dekat FK Unsyiah akan membuka prodi spesilalis lainnya. Saat ini, ada beberapa prodi dalam tahap pengurusan izin terbit. Di antaranya adalah Radiologi, Ortopedi,
Mikrobiologi Klinik, dan Psikiatri.
“Kita akan terus buka prodi spesialis, karena semua orang butuh dokter spesialis. Mulai dari rumah sakit, universitas apalagi masyarakat,”
pungkasnya. []
Program spesialis ini harus kita lakukan untuk menampung alumni dan dokter lain di Aceh yang membutuhkan pendidikan. Dan pada akhirnya, tentu saja untuk meningkatkan mutu kesehatan kita.
“
FOKUS
14
FOKUS
15P
eranan dokter spesialis dalam tindakan medis sangatlah penting. Sebab dokter spesialis berperan untuk memeriksa, mendiagnosis serta mengobati masalah kesehatan sesuai dengan kompetensinya. Jika layanan kesehatan tingkat pertama tidak mampu ditangani oleh dokter umum, makatindakan selanjutnya sangat membutuhkan peran seorang dokter spesialis.
Karena hal ini pula, masyarakat langsung memberikan respon yang positif ketika Universitas Syiah Kuala melalui Fakultas Kedokteran membuka sejumlah program studi dokter spesialis. Hal ini ditandai pula dengan tingkat peminat para dokter
untuk melanjutkan studinya di program spesialis yang telah dikelola oleh Unsyiah secara mandiri ini.
“Orang-orang yang daftar di program spesialis Unsyiah ini, tidak hanya datang dari Aceh, tapi ada juga yang berasal dari luar Aceh,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah Prof. Dr. Maimun
Syukri Sp.PD (K) kepada Warta Unsyiah di ruang kerjanya.
Masyarakat menaruh harapan yang besar kepada FK Unsyiah. Mereka menilai dengan hadirnya program spesialis ini, satu per satu permasalahan mata rantai pelayanan kesehatan seperti kelangkaan dokter spesialis bisa ditangani.
Meski demikian, Dr. Maimun
menegaskan, jika jumlah prodi spesialis FK Unsyiah ini masih belum cukup.
Mengingat kebutuhan dokter spesialis di seluruh kabupaten/kota khususnya di Aceh sangatlah besar. Bahkan, ada
beberapa kabupaten di Aceh yang tidak memiliki dokter spesialis. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan.
“Bisa bayangkan di daerah belum ada spesialis tertentu, radiologi belum punya di semua daerah. Begitu juga dengan patologi klinik. Padahal itu penunjang untuk melakukan tindakan medis di rumah sakit,” ungkap dokter spesialis penyakit dalam ini.
Untuk itulah, FK Unsyiah memiliki filosofi tersendiri dalam membuka prodi spesialisnya. Yaitu bagaimana prodi ini bisa menjawab kebutuhan dokter spesialis di daerah-daerah. Maka dalam setiap penerimaannya, FK Unsyiah sangat memprioritaskan putra-putri terbaik dari daerah yang membutuhkan tersebut.
“Jadi urgensinya ada dan jelas. Ada daerah kita yang belum punya dokter ahli tertentu,” ucap Dr. Maimun.
Di sisi lain, Dr. Maimun menilai bahwa tantangan dunia global saat ini cukup besar. Apalagi setelah berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kondisi ini mengharuskan para dokter di Indonesia untuk terus meningkatkan kompetensinya. Jika tidak, mereka akan tergerus dalam persaingan global.
“Meskipun hal ini jarang dibuka di tempat umum. Namun inilah faktanya, bahwa kita akan berhadapan dengan dokter asing jika tidak punya skill,” ucapnya.
Kondisi ini pula yang mendorong FK Unsyiah untuk menjalankan program spesialisnya sebaik mungkin. Kurikulum yang disusun harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, Dr. Maimun menjamin, alumni prodi spesialis FK
Unsyiah memiliki kompetensi yang tak kalah dengan dokter lain dalam skala nasional.
Sebab program spesialis FK Unsyiah memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya adalah, semua program spesialis di kampus ini dalam proses pendidikannya selalu dikaitkan dengan kebencanaan. Keunikan ini sesuai dengan kearifan lokal Aceh yang rawan bencana.
“Misalnya spesialis bedah, ada inisiasi kebencanaannya. Karena kalau ada bencana, semua spesialis pada hakikatnya harus turun,” ucapnya.
Selain itu, setiap peserta didik memiliki kewajiban untuk melakukan presentasi makalahnya di tingkat nasional atau internasional. Hal ini telah menjadi salah satu syarat kelulusan. Untuk itulah, Dr. Maimun mengungkapkan bahwa setiap dokter yang lulus di prodi spesialis FK Unsyiah patut berbangga dengan almamaternya ini. Kebanggaan yang kemudian menjadi motivasi mereka untuk mendedikasikan ilmunya kepada masyarakat.
“Kalau ia belajar di Fakultas A, lalu rumah sakitnya paripurna. Maka seharusnya ia punya kebanggaan telah belajar di sini,”
pungkasnya. []
Orang-orang yang daftar di program spesialis Unsyiah ini, tidak hanya datang dari Aceh.
“
MENJAWAB KELANGKAAN
DOKTER SPESIALIS DI DAERAH
PAKAR
16
PAKAR
17D
okter spesialis merupakan dokter yang mengkhususkan diri dalam bidang ilmu kedokteran tertentu.Untuk menjadi dokter spesialis harus menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Saat ini, PPDS Unsyiah semakin berkembang dan terakreditasi.
Berikut wawancara khusus Warta Unsyiah bersama Prof. Dr. dr.
Mohammad Andalas, Sp.OG.
Bagaimana awalnya PPDS berdiri di Unsyiah?
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) awalnya diinisiasi oleh obgyn. Bagian obgyn yang duluan membuat program ini. Pada awalnya bernama Program Pendidikan Hospital Based. Hospital Based adalah pendidikan dokter spesialis diserahkan pengelolaannya kepada rumah sakit dengan koordinasi dari kolegium spesialis terkait. Karena kapasitas kita saat itu terbatas jadi yang berjalan pendidikannya ada dua dokter. Jadi kurang baik perjalanan awalnya dan akhirnya di terapkan program pendidikan dokter spesialis university based. Ya, di university based sesuai dengan yang ada sekarang dan aturan yang berlaku di Kemenristekdikti.
Pertumbuhan PPDS Unsyiah Sangat Cepat
Prof. Dr. dr. Mohammad Andalas, Sp.OG
Prof. Dr. dr. Mohammad Andalas, Sp.OG
Apakah perkembangan PPDS saat ini di Unsyiah berjalan dengan baik?
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Unsyiah cukup baik perkembangannya. Bahkan, saat ini banyak calon peserta didik dari luar Aceh yang melanjutkan pendidikan di sini. Karena ada suasana yang berbeda dari daerah lain. Selain suasana akademik, ada suasana religi juga yang mereka dapatkan. Ini yang menyebabkan para orang tua senang jika anaknya melanjutkan pendidikan di Aceh.
Saat ini prodi apa saja yang tersedia?
Saat ini, Unsyiah memiliki sepuluh prodi PPDS, yaitu Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Bedah, Ilmu Obgyn, Ilmu Kesehatan THT-KL, Pulmonologi, Anestesiologi, Kardiology, Ilmu Kesehatan Anak, Neurologi, dan Bedah Plastik. Kesepuluh prodi ini juga terakreditasi dengan baik, ada yang A dan ada yang akreditasi B.
Selain itu, di FK Unsyiah juga sudah ada Program Pascasarjana (S2) di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan tahun ini mulai membuka Program Studi Doktor (S3) Ilmu Kedokteran.
Ini merupakan perkembangan yang sangat baik bagi Unsyiah, khususnya bagi FK. Hal ini terjadi karena kita didukung oleh pemerintah daerah, rumah sakit, dan universitas. Dengan adanya sinergi yang baik dari ketiga elemen ini hasilnya bisa langsung berdampak bagi masyarakat. Salah satunya dalam pengembangan pelayanan kesehatan dan
pengembangan pendidikan di Provinsi Aceh.
Bagaimana pemenuhan dokter spesialis saat ini dengan hadirnya PPDS di Unsyiah?
PPDS di Unsyiah masih tergolong baru, tetapi pertumbuhannya sangat cepat.
Untuk kebutuhan saat ini, sudah lebih baik dari lima tahun yang lalu. Kalau dulu tersedia sekitar 20 dokter ahli di seluruh rumah sakit di Provinsi Aceh, tetapi saat ini sudah 90-an dokter yang tersedia. Jadi kita berharap mereka bisa berkontribusi di semua rumah sakit.
Contohnya saja, seperti lulusan PPDS Ilmu Bedah saat ini sudah ada di rumah sakit tingkat II di daerah. Kita berharap alumni-alumni yang lulusan Unsyiah bisa ikut berkontribusi di rumah sakit yang ada di Aceh. Tetapi tidak berarti ekslusif untuk lulusan kita saja, untuk lulusan luar juga boleh masuk.
Apa tantangan yang di hadapi PPDS saat ini?
Tantangan saat ini yang saya lihat, Unsyiah sebaiknya fokus dulu dalam pendidikan spesialis. Karena dalam dunia pendidikan spesialis ini ada
pendidikan subspesialis (Sp2) atau lebih dikenal sebagai konsultan.
Sebaiknya kita tahan dulu untuk lanjut ke subspesialis, kalau bisa kita fokus dulu di pendidikan spesialisnya. Jika kita bisa fokus membimbing mereka dengan baik di pendidikan spesialis dan mereka dapat belajar secara maksimal, nanti hasilnya akan lebih baik. Jadi jangan sampai nanti waktu bimbingan berkurang dapat berdampak pada hasil lulusan di program spesialis ini.
Tantangan lainnya adalah penguasaan bahasa Inggris yang baik. Minimal pasif, tetapi tetap paham dan standar Toelf. Ke depannya mereka harus bisa menjawab tantangan kebutuhan literasi, jurnal-jurnal internasional, kajian terbaru di dunia kesehatan.
Unsyiah saat ini sangat baik dalam
mengakses jurnal internasional.
Melalui Perpustakaan Unsyiah, mereka bisa mengakses jurnal-jurnal yang ada, jadi tidak ada alasan tidak tersedia buku atau tidak cukup kajian jurnal. Dengan perubahan di Unsyiah yang sangat luar biasa, mereka ada kemauan pasti kualitas spesialis kita akan sangat baik. Karena yang mereka jalani ini pendidikan untuk menjadi seorang ahli. Setiap kolegium memiliki minimal standarnya, ada kompetensi yang di uji pada ujian nasional bagi calon seorang dokter ahli. Jadi tidak ada anggapan ini prodi baru, sebab pendidikan spesialis ini juga masuk dalam beasiswa LPDP. Dengan tersedianya beasiswa ini, persaingan pendidikan spesialis akan semakin bebas. Tidak hanya berkompetisi di lingkungan provinsi Aceh, tetapi juga secara nasional.
Apa manfaatnya kehadiran program ini bagi Unsyiah?
Manfaatnya bagi universitas adalah terlaksananya tridarma perguruan tinggi. Pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat.
Jika peserta didik lulusan Unsyiah berdaya guna dengan melakukan fungsi sosial yang baik, tentu ini akan membuat nama baik pribadi mereka.
Secara umum mereka membawa nama Unsyiah dan provinsi Aceh.
Jika pada pengabdian, Unsyiah telah berkontribusi secara lokal dan nasional mencerdaskan bangsa serta telah berkontribusi terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan. []
PENGABDIAN
19A da yang berbeda dari pelaksanaan Posyandu Cinta Kasih pada Senin 20 Mei 2019 di Gampong Neuheun , Aceh Besar. Posyandu ini meriah dengan konsep sistem lima meja. Terdapat beberapa meja yang memiliki fungsi masing- masing. Ini untuk memudahkan dan mengefektifkan kerja Posyandu, sehingga antrian lebih teratur.
Selama ini, kader Posyandu dan masyarakat hanya mengetahui meja pendaftaran, meja pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), dan meja pelayanan. Bahkan, di meja pelayanan yang ada hanya imunisasi saja.
“Padahal banyak fungsi lain dari meja pelayanan. Bukan hanya itu, beberapa meja, seperti meja pengukuran dan meja konsultasi
sering tidak efektif fungsinya,”
ungkap Indri selaku Ketua Tim PKM Grak Limo.
Menurut Indri, pengefektifan sistem lima meja ini sangat penting karena kader Posyandu dapat mengetahui apa saja yang tengah menjadi permasalahan di masyarakat, terutama masalah ibu dan anak.
Sebelumnya, pelaksanaan sistem lima meja di Posyandu Cinta Kasih kurang efektif. Hal ini dikarenakan hanya tiga meja saja yang berjalan, yaitu meja pendaftaran, meja pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), dan meja pelayanan. Bahkan, fungsi dari beberapa meja sering digabungkan oleh kader Posyandu
MAHASISWA KEPERAWATAN:
EFEKTIFKAN POSYANDU SISTEM LIMA MEJA
dan beberapa masalah lainnya, seperti ASI esklusif, Makanan Pendamping ASI (MPASI), gizi bayi dan balita, pijat oksitosin (Rolling massage), dan pijat bayi.
Kegiatan ini juga diapresiasi oleh ketua kader Posyandu. Ia menilai kegiatan ini memberikan manfaat dan mengefektifkan pekerjaan.
“Saya berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah dari Tim Grak Limo ini, karena dengan pelatihan dan pembinaan selama beberapa bulan ini, Posyandu kami sudah mampu mengefektifkan fungsinya dengan pedoman sistem lima meja,” ungkap Yuniar, Ketua Kader Posyandu Cinta Kasih. []
karena tidak mengetahui adanya pedoman sistem lima meja ini.
Oleh karena itu, Tim PKM-M Grak Limo berinisiasi untuk melakukan pelatihan dan pembinaan kader Posyandu Cinta Kasih didasarkan permasalahan tersebut.
“Harapannya fungsi Posyandu semakin efektif dan pengetahuan kader terkait permasalahan yang sering timbul di kalangan ibu dan anak semakin meningkat,” lanjut Indri.
Setelah tim ini melakukan pelatihan dan pembinaan selama kurang lebih dua bulan, mereka mendapatkan hasil yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya pengetahuan kader terhadap pedoman sistem lima meja Posyandu
18PENGABDIAN
Sistem lima meja ini merupakan inovasi dari lima mahasiswa
Fakultas Keperawatan Unsyiah yang
tergabung dalam Tim PKM-M Grak
Limo. Mereka adalah Indri Afrianti,
Sorayati Dwi Utami, Dzulhijjah
Nur Rizki Nasution, Adzimi Loveta
Ginting Suka, dan Siti Sara. Inovasi
di Posyandu ini muncul untuk
menjawab permasalahan yang kerap
dialami masyarakat.
KREATIF
20 KREATIF 21
DUUAAR!
T erdengar suara letusan tembak yang menandakan para joki memulai memacu kudanya. Mereka berkejar- kejaran dengan lawan mainnya.
Menantang angin agar sampai ke baris depan dan memenangkan pertandingan. Para kuda terus berlari dan semakin kencang bila pecutan mengenai tubuhnya.
“Ooooo inee engon baju putih paling arap, engon kude e…”
(1)Suara paling keras terdengar di lapangan penuh debu. Suara dari mikrofon yang mengumumkan setiap joki yang berada di barisan awal.
Suara itu memberitahukan, “Oya kude mu i arap”
(2). Semua orang
memiliki jagoannya masing-masing.
Bersorak-sorai menyemangati kuda unggulannya.
Pacuan kuda adalah tradisi hiburan rutin di dataran tinggi Tanah Gayo.
Tempat penyelenggaraannya berada di kota Takengon, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Masyarakat lokal menyebutnya pacu kude. Pacuan kuda diselenggarakan selama sepekan. Biasanya digelar tiga kali dalam setahun.
Menariknya, pada pacuan kuda ini tidak ada perlengkapan khusus
untuk kuda ataupun joki. Hal itu merupakan daya tarik sendiri bagi siapapun yang menyaksikannya.
Tetapi, tak sedikit para joki terjatuh saat latihan dan bertanding.
Penonton pun tak ketinggalan menjadi korban serangan kuda karena berada di pinggir arena balapan. Meski demikian, tetap saja ada penonton yang terlalu antusias, hingga keluar ke arena balapan demi melihat jagoannya.
Awalnya, pacuan kuda diselenggarakan di kampung Bintang, tepatnya di Menye. Arena
Di sana, para joki tidak lagi
bertelanjang dada melainkan diberi baju warna warni.
Umumnya usia joki yang bertanding terbilang muda. Mulai dari anak-anak hingga remaja. Mereka tumbuh dan besar bersama derap kaki kuda. Para joki tak memiliki rasa takut, mereka merasa senang saat menunggangi kuda.
Memiliki nyali merupakan hal penting agar mampu menunggangi kuda.
Pakaian yang dikenakan para joki pun menarik. Baju dengan warna beragam untuk menandakan setiap kuda. Para joki bukanlah pemilik kuda. Mereka hanyalah utusan dari para pemilik kuda.
Biasanya pemilik kuda akan mencari joki terbaik untuk melakukan balapan. Ketika joki berhasil memenangkan pertandingan, maka joki akan dibayar oleh pemilik kuda.
Hadiahnya berupa uang, piala, dan berbagai macam aksesoris. Usia kuda pacu kuda berada di tepi pantai. Di
sisi barat berbatasan dengan Danau Laut Tawar, sementara di sisi timur dipagar dengan geluni. Saat itu, umumnya para joki bertelanjang dada.
Tidak ada hadiah bagi pemenang melainkan hanya “gah” atau marwah yang dipertahankan.
Kemenangan yang diperoleh tersebut dilanjutkan dengan perayaan dan syukuran oleh penduduk setempat dengan sistem berpegenapen, yaitu saling sumbang menyumbang untuk biaya perayaan kemenangan tersebut.
Kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda, pacuan kuda dijadikan media untuk menyatukan rakyat. Lantas mereka memindahkan pacuan kuda ke pusat kota Takengon, tepatnya di Blang Kolak yang sekarang bernama lapangan Musara Alun.
Pacuan Kuda
di Negeri Seribu Bukit
YUNI SHELMA
Mahasiswa Profesi Keperawatan Unsyiah
yang mengikuti pertandingan mulai dari 2 tahun hingga 5 tahun.
Masyarakat dari seluruh penjuru desa turut hadir memeriahkan dan memadati acara ini. Sebenarnya masyarakat yang hadir tidak
sepenuhya menonton balapan kuda, tetapi sekadar membeli barang yang dijual. Karena harga barang saat festival terbilang murah meriah. Barang dagangan yang dijual pun sangat bervariasi. Mulai dari peralatan rumah tangga, pakaian, mainan, makanan, bahkan hiburan untuk anak-anak.
Inilah Negeri Seribu Bukit yang tidak hanya menampilkan panorama alam yang indah. Di mana awan terbentang bebas di atas langit menutupi gunung sekitar. Kabut yang siang hari masih terlihat oleh mata, rasa dingin sepanjang hari meski terik matahari tetap bersinar.
Negeri ini mempunyai budaya dan adat istiadat yang unik. Tradisi pacuan kuda salah satunya. Kegiatan yang merupakan pesta rakyat sesungguhnya bagi masyarakat Tanah Gayo. []
(1) “Ooooo mak lihat yang baju putih paling depan, lihat kudanya…”
(2) “itu kudamu di depan”
PROFIL
23D
i kalangan Fakultas Kedokteran (FK) Unsyiah, ia dipanggil Pak Him. Namanya mudah diingat karena pekerjaannya tak biasa.Lagi pula, tak semua orang mau bekerja seperti Pak Him.
Pak Him bertugas sebagai penjaga ruang anatomi. Lebih spesifik, ia mengurusi jenazah di sana. Termasuk membedah bagian tubuh manusia itu, yang kemudian menjadi bahan pratikum mahasiswa FK.
berbagai ukuran. Di dalam toples itulah bagian-bagian tubuh manusia tersimpan.
Diawetkan dalam formalin murni.
Sementara kamar mayat berada di ujungnya. Tepat di samping lemari kaca yang berisi tengkorak manusia. Kata Pak Him, itu adalah tengkorak manusia pertama yang dibedahnya. Pak Him menggenggam jemari tengkorak itu, meminta Warta Unsyiah memotretnya.
Tentu sambil tersenyum.
Perilaku Pak Him itu cukup menjelaskan, bahwa ia begitu menikmati pekerjaannya.
Ia sangat terampil mengurus mayat.
Ruang anatomi ini pun sangat bersih diurusnya. Tak ada bau yang menyengat.
Hanya mata yang terasa pedih jika ruang mayat itu dibuka, akibat uap formalin.
Karena keahliannya inilah Pak Him menjadi istimewa. Ia pernah dikirim ke Universitas Sumatra Utara (USU) Medan.
Dua bulan ia di sana. Hanya untuk
‘merebus’ mayat. Begitu pula di Unsyiah, Pak Him menjadi pegawai tanpa tes, padahal ia hanya punya ijazah SD.
Tapi karena pekerjaannya ini pula, ia tak bisa lepas dari Unsyiah. Sekalipun sudah lama pensiun, jasa-jasanya masih
sangat dibutuhkan. Tak terhitung berapa alumni FK Unsyiah yang sukses karena jasa Pak Him. Sebagian masih ada yang ingat Pak Him. Terkadang, Pak Him diberi uang oleh mereka yang umumnya telah menjadi dokter spesialis.
Maka Pak Him adalah anomali. Jika orang lain bersusah payah untuk bekerja di Unsyiah, Pak Him justru sebaliknya. Ia sulit sekali untuk keluar.
“Pak Him udah berapa kali minta berhenti, tapi enggak dikasih,” ucapnya.
Dulunya, Pak Him adalah pekerja bangunan. Tetapi ia merasa lelah, gajinya juga kecil sekaligus tak jelas. Maka, Pak Him datang ke Unsyiah untuk melamar pekerjaan. Ia siap menerima pekerjaan apapun. Asalkan syaratnya: gajinya jelas dan pekerjaannya tak melelahkan.
Tapi, Pak Him tak pernah membayangkan pekerjaan yang gajinya jelas dan tak melelahkan itu adalah mengurus mayat. Ia sempat mundur, tapi istrinya menguatkan. Saat itu, Pak Him baru menikah. Umurnya masih 18 tahun.
“Kalau enggak ada semangat dari istri, Pak Him udah enggak mau,” ucapnya.
Seminggu pertama adalah hari yang berat bagi Pak Him. Ia tak semangat.
Nafsu makannya hilang. Apalagi kalau makan bakso, pikirannya langsung terbayang mayat yang dibedahnya.
Seiring waktu Pak Him mulai terbiasa. Ia juga diajarkan teknik mengurus mayat oleh dokter Unsyiah kala itu. Seperti Dokter Mas Agus asal Semarang.
Kini, Pak Him tak bekerja sendiri.
Tapi dibantu anaknya, Madani. Sejak
kecil Madani sudah ikut Pak Him.
Menyaksikan ayahnya bekerja. Jadi sudah tak canggung lagi mengangkat mayat.
Sekarang usia Madani 30 tahun. Ia baru tamat di FKIP Unsyiah. Tapi kata Pak Him, ia tak ingin jadi guru.
“Di sini gampang kerjanya. Capek tapi gampang,” ujar Pak Him.
Jika dihitung-hitung, sudah lebih 30 tahun Pak Him menekuni pekerjaannya ini. Tetapi ia tak ingat secara pasti, berapa jumlah mayat yang telah diurusnya.
“Kalau tak salah, ada sekitar 150 mayat,”
terkanya.
Tapi menariknya, Pak Him tak pernah sekalipun “diganggu”. Selama bekerja, ia juga hanya dua kali sakit. Itu pun gara-gara rokok. Menurut Pak Him, ini karena ia tak pernah sombong dengan pekerjaannya.
“Waktu urus mayat, saya teringat bagaimana kalau saya sudah seperti ini nanti. Jadi apalah yang mau kita sombongkan, Allah ya Allah,” ujarnya.
Sebelum menangani mayat Pak Him memang selalu minta izin dulu.
Biasanya, malam harinya ia datang ke kamar mayat. Minta izin. Jika hingga esok pagi tidak ada pertanda apapun, maka Pak Him langsung mengurusi mayat itu.
Kini, di usianya yang beranjak senja. Pak Him tak berharap banyak. Ia hanya ingin punya kehidupan yang layak. Puluhan tahun mengurus jenazah, ternyata membuat Pak Him lelah juga. []
22
PROFIL
“Ya beginilah pekerjaan Pak Him,”
ucapnya kepada Warta Unsyiah.
Sementara tangan kanannya mengangkat kulit kepala manusia dari dalam toples.
Ia tersenyum menunjukkannya, kami bergidik menyaksikannya.
Pak Him lahir di Cot Cut Aceh Besar, 6 April 1958. Sekali lagi, orang mudah mengingat Pak Him karena pekerjaannya.
Begitu pula orang-orang di kampungnya.
Tapi uniknya, jika ada yang meninggal di kampung, Pak Him tak berani mengurus
jenazah tersebut. Termasuk melewati kuburannya. Ketika ditanya mengapa?
Pak Him menjawab enteng.
“Kalau di kampung banyak yang bisa, tapi mengurus mayat di sini belum tentu ada yang mau,” ungkapnya.
Ruang anatomi itu, tempat Pak Him bekerja, luasnya sekitar 10x5 meter. Di dindingnya melekat berbagai poster antanomi beserta penjelasan ilmiahnya.
Lalu di bawahnya, berbaris toples
PULUHAN TAHUN
BERSAMA JENAZAH
Ibrahim Ismail
Penjaga Ruang Anatomi Fakultas Kedokteran Unsyiah
Kalau di kampung banyak yang bisa, tapi mengurus mayat di sini belum tentu ada yang mau.
“
Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng bersama Direktur PT. General Aromatic Alexandre Daniel Halbwachs menandatangani nota kerja sama dalam upaya pengembangan industri nilam di Balai Senat Unsyiah.
Rektor Unsyiah bersama 12 perguruan tinggi swasta di Aceh melakukan penandatanganan naskah kerja sama Program Perguruan Tinggi Asuh (PT Asuh)
Civitas akademika Universitas Syiah Kuala menyelenggarakan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila di halaman Gedung Kantor Pusat Administrasi.
Unsyiah menjadi tuan rumah pertemuan ke-1 Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia (FP2TPKI) 2019. Kegiatan ini menghadirkan 86 akademisi di lingkungan kelautan dan perikanan seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., memimpin apel perdana usai libur lebaran Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan KPK, Giri
Suprapdiono, menyerahkan buku kepada Wakil Rektor Bidang Akademik Unsyiah, Prof. Dr. Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., menyerahkan Surat Keputusan (SK) Pengangkatan bagi 69 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
SEVP Bisnis Ritel dan Jaringan BNI Syariah, Iwan Abdi, menyerahkan beasiswa untuk lima orang mahasiswa Unsyiah. Penyerahan tersebut dalam rangka puncak milad ke sembilan BNI Syariah di halaman Suzuya Mall.
Tim Pengembangan Universitas Palangka Raya (UPR) melakukan studi banding ke Unsyiah untuk mempelajari pengembangan kampus khususnya akreditasi.
TDMRC Unsyiah bekerja sama dengan Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyelenggarakan workshop international yang diikuti oleh 10 praktisi kebencanaan dari 10 negara Eropa, Amerika, dan Pasifik
Perwakilan University of New South Wales (UNSW) menyampaikan peluang-peluang beasiswa bagi siapa pun yang ingin melanjutkan studinya di Australia saat mengunjungi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh.
Wakil Rektor Bidang Akademik Unsyiah, Prof. Dr. Marwan.,
SEHAT
28
SEHAT
29jambu biji. Tentunya bahan makanan ini merupakan bahan makanan yang sehari- hari dapat dengan mudah ditemukan.
Penting sekali untuk mengkonsumsi makanan sumber vitamin C karena vitamin C dapat menerima elektron untuk menangkal radikal bebas. Selain itu, vitamin C juga bereaksi dengan vitamin E untuk memperbarui fungsi vitamin E yang telah kehilangan elektron bebasnya. Jadi dua khasiat sekaligus akan didapatkan dengan mengonsumsi vitamin C.
Karotenoid yang berkaitan dengan beta- karoten merupakan senyawa pembentuk vitamin A juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Karotenoid adalah senyawa yang memberikan warna merah dan kuning oranye pada buah dan sayur.
Tanaman yang mengandung karotenoid yang sering dikonsumsi adalah wortel, tomat, jeruk, dan pisang. Karotenoid akan bereaksi dengan radikal bebas membentuk senyawa yang lebih stabil.
Asam ellagic yang banyak terdapat pada buah stroberi, rasberi, anggur, dan delima juga memiliki aktivitas antioksidan.
Selain menambahkan rasa pada makanan, ternyata khasiat lain sebagai antioksidan terdapat pada berbagai bumbu-bumbuan yang digunakan untuk memasak. Jahe, kunyit, bawang, cabe, laos, kayu manis, oregano, cengkeh, lada dan lainnya. Senyawa antioksidan yang terkandung dalam aneka bumbu tersebut sangat beragam, mulai dari vitamin, flavonoid, karotenoid, bahkan senyawa- senyawa khusus lainnya.
Selain sumber antioksidan berbahan alam, terdapat juga berbagai suplemen antioksidan. Konsumsi suplemen ini tentunya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pada orang yang tidak banyak mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan antioksidan. Alasan lainnya adalah pada orang-orang yang banyak terpapar cemaran lingkungan.
Hal-hal inilah yang membuat terjadinya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh. Tetapi, alih-alih
mengonsumsi suplemen, lebih baik kita memperbaiki pola hidup dan konsumsi makanan sehat. []
selalu memproduksi antioksidan. Ini berupa enzim yang bekerja untuk menetralisir kerja radikal bebas menjadi senyawa yang lebih ramah buat tubuh ataupun senyawa yang dapat dibuang.
Jadi dapat dipahami bahwa radikal bebas ini tidak selalu bersifat merugikan. Tanpa radikal bebas juga tubuh akan kesulitan untuk menghadang bakteri atau virus.
Kondisi yang ideal adalah terdapat keseimbangan antara radikal bebas dan senyawa antioksidan. Jadi tubuh selain dapat menghasilkan radikal bebas, dapat pula menghasilkan penawarnya.
Dengan berbagai kondisi tertentu seperti polusi udara, cemaran lingkungan, asap rokok, asupan makanan berlebihan dan berbagai sumber radiasi seperti sinar matahari membuat tubuh kehilangan keseimbangannya. Radikal bebas yang dihasilkan meningkat, sementara kemampuan membuat aktioksidan menurun. Pada kondisi inilah kita butuh asupan antioksidan tambahan. Sumber- sumber antioksidan alami sangat mudah didapat, apalagi di Indonesia, negara beriklim tropis yang kaya dengan hasil alam.
Senyawa yang memiliki khasiat sebagai antioksidan di antaranya adalah vitamin E. Sumber vitamin E yang sangat dengan mudah didapat adalah bayam, kacang- kacangan, tomat, alpukat, mangga, telur, wortel dan lainnya. Vitamin E ini memiliki dua elektron bebas yang dapat didonorkan untuk dapat menetralkan radikal bebas.
Vitamin lainnya yang juga berfungsi sebagai antioksidan adalah vitamin C.
Selain jeruk, bahan makanan lain yang mengandung vitamin C adalah pepaya, stroberi, kembang kol, ubi jalar, bahkan
Perlukah
Antioksidan?
Secara alami tubuh kita selalu
memproduksi radikal bebas. Dari mana?
Utamanya adalah dari rantai pernafasan pada jalur metabolisme yang terjadi kebocoran oksigen. Ternyata oksigen selain merupakan senyawa yang paling dibutuhkan tubuh, juga merupakan senyawa yang berbahaya. Hal ini karena oksigen memiliki dua elektron bebas di kulit luarnya. Elektron bebas ini yang menyerang senyawa lain dalam tubuh untuk menarik elektronnya, sehingga masing-masing elektron memiliki pasangan. Bagian-bagian sel yang diserang bisa beragam, mulai dari lapisan lemak pembungkus sel, protein, bahkan dr. NELLY MARISSA, M.Biomed
Alumni Fakultas Kedokteran Unsyiah dan Bekerja di Balai Litbangkes Aceh
DNA. Hal inilah yang jika terjadi terus menerus akan membawa penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, stroke bahkan kanker.
Namun tidak hanya bersifat merugikan tubuh, radikal bebas ternyata juga merupakan senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh. Radikal bebas yang justru diperlukan tubuh ini adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Radikal bebas yang dihasilkan berguna untuk membunuh kuman atau virus pembawa penyakit.
Untuk menangkal radikal bebas, tubuh
P
PERNAHKAH mendengar tentang antioksidan? Tentu kata-kata ini tidak asing lagi bagi kita mengingat banyaknya produk-produk yang dijual dengan mengandalkan khasiat sebagai antioksidan. Tetapi, apakah kita tahu apa sebenarnya manfaat dari antioksidan itu, sehingga kita menjadi bijak dalam menggunakan sebuah produk atau suplemen.Antioksidan merupakan senyawa yang digunakan untuk menangkal radikal bebas. Radikal bebas ialah senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan ini membuat radikal bebas cenderung menyerang senyawa lain di dalam sel untuk mengambil elektronnya.
Hal ini terjadi untuk menstabilkan penggunaan energi pada senyawa tersebut. Nah, dari pengertian tersebut bisa dibayangkan betapa agresifnya radikal bebas.
PERSPEKTIF
30
PERSPEKTIF
31PENTINGNYA
HALAL AWARENESS BAGI SETIAP MUSLIM
Apalagi produk haram dan tidak jelas ini juga semakin besar peluang keberadaannya dengan semakin derasnya produk impor dari negara nonmuslim ditambah ulah nakal dari sejumlah oknum.
Mengacu pada kondisi yang
demikian, umat Islam dituntut untuk senantiasa waspada dan teliti dengan status kehalalan suatu produk.
Syarat-syarat produk pangan halal menurut syariat Islam adalah halal zatnya, halal cara memperolehnya, halal dalam memprosesnya, halal dalam penyimpanannya, halal dalam pengangkutannya, dan halal dalam penyajiannya. Mengapa agama Islam sangat menekankan pentingnya makanan halal? Karena makanan bagi seorang muslim bukan hanya sekadar pemenuhan kebutuhan fisik, melainkan juga berkaitan dengan kebutuhan rohani dan keimanan seseorang.
Lalu bagaimana kita dapat memastikan bahwa tidak ada unsur haram dalam produk yang kita beli? Salah satu cara praktis untuk memastikan kehalalan produk adalah dengan melihat ada tidaknya label halal pada kemasan makanan dan minuman ataupun obat-obatan dan kosmetika. Label inilah yang membantu umat Islam untuk memastikan bahwa produk yang akan dikonsumsi atau digunakan tersebut halal. Pencantuman label halal hanya bisa dilakukan jika sudah mendapatkan sertifikat halal, yaitu fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu barang berdasarkan syariat Islam.
Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap konsumen yang artinya tidak ada lagi syubhat (keraguan) dalam makanan itu, sehingga benar- benar halal untuk dikonsumsi. Upaya lainnya untuk memastikan kehalalan produk dapat mengakses website www.halalmui.org atau call center Halo LPPOM MUI 14056. Perlu dipahami bahwa tidak adanya label halal bukan berarti bahwa produk tersebut haram, tetapi tentu saja tidak ada yang menjamin kehalalan produk tersebut.
Upaya di atas adalah sebagian ikhtiar kita dalam menjalankan perintah Allah Swt. Semoga Allah Swt mudahkan kita dalam melaksanakannya. Yakinlah bahwa makanan halal dan baik memberikan manfaat bagi tubuh dan kesehatan, menghindarkan kita dari azab Allah Swt, mendapatkan kebaikan, keberkahan, dan kasih sayang dari Allah Swt karena melakukan ketaatan kepada-Nya.
Wallahu a’lam.[]
I slam mengajarkan seluruh aspek kehidupan, termasuk perihal makanan. Konsep halalan thayyiban merupakan pedoman dalam penyediaan makanan yang termaktub jelas dalam Al-Baqarah:
168, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa-apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Adapun makanan yang dilarang untuk kita makan ditegaskan dalam Al-Maidah Ayat 3, “Telah diharamkan atas kamu
bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih atas nama selain Allah, yang (mati) dipukul, yang (mati) karena jatuh dari atas, yang (mati) karena ditanduk, yang (mati) karena dimakan binatang buas kecuali yang sempat kamu sembelih dan yang disembelih untuk berhala...”
MURNA MUZAIFA, S.TP., MP Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Anggota Pusat Riset Halal
(PRH) Universitas Syiah Kuala
warna. Penambahan unsur-unsur seperti inilah yang juga berpotensi menjadikan produk tersebut tidak halal ataupun tidak jelas kehalalannya.
Salah satu contohnya adalah penggunaan gelatin yang begitu luas. Berdasarkan data yang dilansir dari Transparancy Market Research, kulit babi adalah bahan baku utama industri gelatin dunia dengan persentase sebesar 42,12 persen, disusul kulit sapi 28,67 persen dan tulang 27,43 persen, termasuk di dalamnya tulang sapi dan babi. Penggunaan gelatin dari babi lebih besar dibandingkan bahan lainnya karena harganya yang lebih murah. Penggunaan gelatin dari hewan yang halal dikonsumsi seperti sapi juga perlu dicermati, penyembelihannya syar’i atau tidak. Jika tidak melalui proses penyembelihan secara syar’I, tentu gelatin tersebut haram untuk dikonsumsi. Jika penyembelihannya tidak diketahui, maka
pencampurannya dengan bahan lain dapat mengubah status kehalalannya menjadi tidak jelas atau meragukan.
Dari salah satu hadist Rasulullah Saw (riwayat Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi) disebutkan bahwa yang halal itu sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Sedangkan di antaranya ada hal-hal yang meragukan (syubhat) dan kita diperintahkan untuk menjauhinya.
Setiap muslim berkewajiban untuk menghindari produk syubhat, yaitu produk yang tidak jelas kehalalannya.
Di Indonesia yang notabene negara dengan populasi muslim terbesar di dunia secara umum tidak sulit untuk meninggalkan apa yang diperintahkan pada ayat-ayat di atas. Tetapi dalam kenyataannya, sadarkah bahwa pada saat ini kita banyak dikelilingi produk haram dan syubhat? Globalisasi memudahkan beredarnya beragam produk dari luar negeri. Di antara produk tersebut dapat berupa produk hewani dan turunannya yang harus mendapat perhatian khusus dari umat Islam.
Kemajuan teknologi di bidang pangan juga membuat
semakin kompleks dan beragamnya produk
olahan yang tersedia saat ini. Berbagai
produk olahan tersebut dapat
dibuat dan ditingkatkan mutunya dengan penggunaan beragam bahan tambahan pilihan untuk memperbaiki rasa, tekstur, maupun
Yakinlah bahwa makanan halal dan baik memberikan manfaat bagi tubuh dan kesehatan,
menghindarkan kita dari azab Allah Swt.
“
RISET
33S
ejak tahun 2002, lebih 95 persen trend bencana di Indonesia diakibatkan oleh bencana hidrometeorologi (BNPB, 13 April 2018). Bencana hidrometeorologi berupa bencana yang muncul akibat parameter hidrometeorologi seperti curah hujan, kelembaban, temperatur maupun angin.Bencana banjir bandang termasuk ke dalam bencana hidrometeorologi.
Kejadian banjir bandang telah berulang kali terjadi di Provinsi Aceh dan wilayah
sungai yang merupakan titik rawan terjadinya pembendungan alami dan berpotensi terjadinya banjir bandang.
Perubahan topografi yang mendadak dari curam menjadi landau, bahkan datar yang ditandai sebagai sungai torrent/
jeram. Terbentuknya jeram ini dapat menimbulkan lonjakan debit mendadak dan memberikan potensi terhadap pembendungan alami.
Selain kondisi topografi, kondisi iklim yang basah, morfologi sungai dan lereng, serta jenis tanah juga memberikan
potensi terhadap pembendungan alami (Azmeri, dkk, 2017). Jenis tanah yang bertekstur halus yang terbentuk dari batuan gunung api dan telah mengalami proses pelapukan lanjut rentan
terhadap longsor. Hasil longsoran dapat diendapkan oleh aliran sungai (Azmeri, dkk, 2016). Kondisi DAS seperti ini rawan terhadap banjir dan longsor. Kondisi ini semakin rentan bila terjadi peralihan fungsi lahan hijau pada bagian hulu sungai.
Bencana banjir dan tanah longsor dapat menjadi sebuah bencana baru yaitu banjir bandang bila sebuah bendungan mengalami keruntuhan. Kondisi tanah, kemiringan lahan serta cekungan yang labil, maka kondisi pembendungan di hulu DAS berpotensi terjadi keruntuhan bendungan. Air yang tertampung oleh bendungan akan mengalir menuju hilir dengan karakteristik debit yang besar serta kecepatan yang tinggi, yang pada daerah hilir bendungan. Dampak semakin besar bila pada wilayah hilir pembendungan alami terdapat wilayah pemukiman penduduk dan usaha
ekonomi masyarakat yang perlu untuk dilindungi dari dampak bencana banjir bandang.
Estimasi rambatan banjir di hilir akibat keruntuhan bendungan berupa keruntuhan total dan mendadak (Kurniawan, 2012). Menurut Franz, dkk (2010), empat elemen penting dari setiap analisis keruntuhan bendungan antara lain: 1) Pendugaan parameter keruntuhan (ukuran, bentuk dan waktu keruntuhan), 2) Debit puncak dan estimasi hidrograf keruntuhan, 3) Penelusuran banjir, dan 4) Estimasi kondisi hidrolik di lokasi kritis.
Menurut Kurniawan (2012) keruntuhan bendungan diawali dengan rekahan (breach) yang terbentuk pada tubuh bendungan. Rekahan berupa bukaan yang terbentuk pada proses jebolnya tubuh bendungan. Parameter keruntuhan bendungan yang mempengaruhi sifat hidrograf banjir yang ditimbulkan tepat di sebelah hilir bendungan terdiri dari durasi proses keruntuhan (τ), lebar dasar bukaan bagian yang runtuh (b), dan kemiringan lereng bentuk bukaan (z).
Lebar dasar rekahan berhubungan dengan kedalaman rekahan dan kemiringan lereng rekahan. Elevasi dasar bukaan keruntuhan yang dimodelkan merupakan fungsi waktu τ mulai rekahan terbentuk sampai keruntuhan terjadi. Berdasarkan Azmeri, dkk (2015) keruntuhan
bendungan alam dapat diakibatkan oleh kondisi overtopping atau piping. Kondisi overtopping terjadi dengan elevasi muka air di hulu bendungan melebihi elevasi mercu sehingga air melimpas melewati mercu. Air sungai yang terbendung perlahan-lahan mengalami kenaikan muka air. Saat muka air telah mencapai batas atas bendungan, air akan mulai melimpas
sekaligus menggerus material bendungan sampai semua material tererosi.
Sedangkan kondisi piping terjadi akibat air sungai yang terbendung, dapat mengalir ke dalam tubuh bendungan, menyusur dasar dan dinding bendungan. Jika mencapai kecepatan kritis, butiran tanah akan terbawa sehingga terjadi piping yang pada akhirnya terjadi keruntuhan bendungan (Azmeri dan Fatimah, 2017).
Perilaku rambatan banjir bandang diamati berdasarkan pengukuran di lapangan dari hulu hingga ke hilir aliran sungai.
Gambaran situasi berupa elevasi muka air maksimum pada lokasi tanda bekas rambatan banjir dapat dipantau dari beberapa titik kontrol di sepanjang aliran.
Validasi elevasi muka air antara keruntuhan bendungan hasil pemodelan akibat overtopping atau piping dibandingkan dengan observasi di lapangan.
Kerentanan (vulnerability) adalah kondisi dimana komunitas atau golongan masyarakat tidak mampu untuk menghadapi ancaman (Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012). Penilaian kerentanan membutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi secara tepat unsur-unsur yang berisiko sebagai langkah penting dalam menerapkan strategi mitigasi bencana (Totschnig, dkk, 2011, Papathoma-Kohle, dkk, 2012, Karagiorgos, dkk, 2016a).
Beberapa metode untuk menilai kerentanan dapat berupa penilaian kualitatif, semi-kuantitatif, atau kuantitatif (Fuchs, dkk, 2011). Penilaian model empiris menggunakan data yang diamati dan dikumpulkan setelah kejadian banjir bandang oleh otoritas resmi melalui survei (Fuchs, dkk (2007). Target penilaian kerentanan mengacu pada berbagai aspek
Prof. Dr. Azmeri, ST. MT
Profesor dalam Bidang Ilmu Mekanika Fluida, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
PENGEMBANGAN RISET
BENCANA HIDROMETEOROLOGI
32
RISET
lain di Indonesia. Banjir bandang memiliki karakter aliran yang cepat dengan waktu puncak hidrograf banjir kurang dari enam jam. Kejadian banjir bandang sering terjadi di DAS (Daerah Aliran Sungai) yang kecil dan berlereng curam.
Sebagian besar studi hidrologi yang berfokus pada banjir bandang didasarkan pada parameter morfometrik dari suatu DAS (Gabr dan El Bastawey, 2015).
Sebagai identifikasi awal ancaman terjadinya banjir bandang dapat diteliti melalui kondisi penampang memanjang
Bencana banjir dan tanah longsor dapat menjadi sebuah bencana baru yaitu banjir bandang bila sebuah bendungan mengalami
keruntuhan.
“
XXX
34
RISET
35kerentanan berfokus pada konsekuensi ekonomi, kerentanan lingkungan atau sosial (Totschnig dan Fuchs, 2013). Beberapa penilaian kerentanan berdasarkan ilmu ekonomi atau rekayasa berkaitan dengan evaluasi kerusakan moneter pada aset, terutama pada bangunan (Fuchs, dkk, 2012).
Penilaian kerentanan fisik sebagai evaluasi kuantitatif dari paparan fisik yang merupakan hubungan empiris antara intensitas proses dan tingkat kerugian (Karagiorgos, dkk, 2016a).
Rasio kerusakan berupa kerugian yang dikumpulkan secara survey langsung dan nilai setiap elemen individu yang berisiko digunakan untuk menentukan kerentanan (Hausmann, 1992).
Selanjutnya, nilai yang diperoleh untuk setiap bangunan dihubungkan dengan besarnya intensitas proses yang diperoleh dari model perilaku aliran banjir bandang (Azmeri dan Isa, 2018).
Karakteristik yang diperoleh adalah jenis bangunan, luas dan bahan bangunan yang digunakan. Pada tahap selanjutnya, fungsi kerentanan diperoleh dengan menggunakan pendekatan regresi non linier. Fungsi ini mewakili hubungan antara tingkat kerugian (Degree of Loss, DoL) dan besarnya proses (I) berupa ketinggian rambatan
Hasil yang diperoleh pada intensitas proses yang relatif rendah, DoL meningkat secara perlahan. Pada intensitas proses sedang, maka DoL meningkat hampir linier. Dan untuk besarnya proses yang tinggi, maka DoL semakin bernilai tinggi (Totschnig et al.
(2011), Papathoma-Kohle et al. (2015) serta Azmeri dan Isa (2018)). Karena perilaku inilah fungsi linier kurang
tepat untuk digunakan dalam penilaian kerentanan fisik bangunan. Parameter ketinggian rambatan aliran banjir bandang (wd) dari model yang disajikan diamati dengan memperhitungkan error yang minimal (Kreibich dkk., 2010).
Sebagai salah seorang dosen pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, saya terus melakukan pengembangan riset terutama bencana hidrometeorologi melalui penilaian perilaku aliran banjir bandang akibat keruntuhan bendungan dan penilaian kerentanan banjir bandang.
Analisis lengkap terhadap parameter penting berupa faktor hidrologi, tata guna lahan, jenis tanah, kondisi dan morfologi sungai dan lereng. Keseluruhan parameter tersebut dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang akurat sebagai bentuk mitigasi risiko bencana banjir bandang.
Kebutuhan masa depan mengenai penelitian ini dapat mencakup dinamika spatiotemporal dalam kerentanan
bencana banjir bandang. Selama dekade terakhir, daerah hulu telah banyak mengalami transformasi dalam hal perubahan tata guna lahan. Di bagian hilir terjadi transformasi dalam hal ukuran populasi, kondisi ekonomi dan karakteristik sosial yang menyebabkan perubahan pola perkembangan.
Akibatnya, dari sisi spatiotemporal kerentanan kemungkinan akan terjadi perubahan. Dengan penguasaan pengetahuan berorientasi pada penilaian perilaku aliran dan kerentanan banjir bandang, kita berharap Universitas Syiah Kuala dapat berperan dalam pengembangan riset bencana hidrometeorologi sebagai titik fokus informasi untuk manajemen mitigasi risiko bencana banjir bandang. []
Tulisan Riset ini diambil dari pidato Prof.
Dr. Azmeri, ST. MT pada Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor di Unsyiah, Jumat, 3 Mei 2019, dengan judul “Pengembangan Riset Bencana Hidrometeorologi Melalui Penilaian Perilaku Aliran dan Kerentanan Banjir Bandang”