• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERKEMBANGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA(1952-2012)”. Dan tidak lupa pula penulis sampaikan Shalawat beserta salam keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang seperti sekarang ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana pada Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan baik dari segi isi maupun dalam hal penyajian data, mengingat keterbatasan dan pengalaman penulis sendiri. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran serta sumbangan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.

Penulis,

NIM :120706040 Weny Vivi Areka

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudu l ”Perkembangan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (1952-2012)”. Penelitian ini bersifat deskriptif-naratif menceritakan secara apa adanya sesuai informasi yang diperoleh penulis. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: pertama, menjelaskan sejarah dan awal berdirinya Universitas Sumatera Utara serta didirikannya Fakultas Kedokteran sebagai fakultas pertama pada tahun 1952. Kedua, menceritakan eksistensi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari awal terbentuknya hingga tahun 2012 yang pada saat itu terjadi rehabilisasi pembangungan USU sehingga banyak membuka Fakultas-fakultas baru di kawasan USU termasuk Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Psikologi sebagai cabang dari Fakultas Kedokteran, dan terakhir, menjelaskan peran dan kontribusi Fakultas Kedokteran terhadap USU, Alumni, dan masyarakat Sumatera Utara.

Metode yang dipakai pada penulisan ini adalah metode sejarah yaitu Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik), Interpretasi (penafsiran), dan Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik menggunakan dua metode yaitu metode kepustakaan (library research) dan metode lapangan (Field Research). Selain kedua metode tersebut penulis juga melakukan pengumpulan sumber melalui wawancara terhadap informan-informan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Fakultas Kedokteran USU memiliki beberapa hal yang menarik untuk diteliti, mulai dari usaha untuk mendirikan sebuah Perguruan Tinggi negeri yang berbasis kesehahatan di Sumatera Utara, sehingga berdirilah Fakultas Kedokteran pada saat itu yang diharapkan dapat menghasilkan tim medis untuk menangani kesehatan masyarakat Sumatera pada tahun 1952. Dengan menghasilkan dokter-dokter yang handal, maka masyarakat yang mengalami masalah kesehatan dapat ditangani secara medis dan mulai beralih dari pengobatan tradisional namun tidak meninggalkannya secara utuh.

Demikianlah penulis mencoba menggambarkan Fakultas Kedokteran USU pada tahun 1952-2012. Penulis merasa bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara banyak mengalami perkembangan, fisik maupun non fisik. hal itu dapat di lihat dari perkembangan Gedung, Program Studi, Pimpinan dan Dosen, serta mahasiswa yang terus meningkat setiap tahunnya di Fakultas Kedokteran USU.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya hingga sampai saat ini kita masih dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa ada kekurangan satu apapun. Sehingga penulis masih di beri-NYA kesempatan untuk melakukan penelitian dan menyelesaikaan Skripsi ini tepat pada waktunya.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran, bimbingan dan ilmu dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini saya sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, beserta Pembantu Dekan I Prof. Drs.

Mauly Purba, M.A, Pembantu Dekan II Dra. Heristina Dewi, M. Pd, dan Pembantu Dekan III Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, berkat bantuan dan fasilitas yang penulis peroleh di Fakultas Ilmu Budaya Universitas SumateraUtara Medan, maka penulis dapat menyelesaikan studi.

2. Terimakasih kepada Bapak Drs. Edi Sumarno, M.hum dan Ibu Dra.

Nurhabsyah, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Sejarah yang telah banyak memberikan nasehat dan saran kepada penulis.

3. Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum. selaku pembimbing Skripsi saya yang sudah membimbing saya dengan baik. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan bapak dalam membimbing saya, mengarahkan saya, dan meluangkan waktu disela-sela kesibukan yang bapak punya.

4. Ibu Dra. Nina Karina M.SP. selaku dosen pembimbing akademik saya yang sudah membimbing saya dengan baik. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan ibu dalam membimbing saya, mengarahkan saya, dan meluangkan waktu disela-sela kesibukan yang ibu punya.

5. Terimakasih kepada bapak dan ibu dosen di Departemen Sejarah yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa. Suatu kebanggaan memiliki

(8)

dosen seperti bapak dan ibu. Semoga ilmu yang bapak ibu ajarkan akan dapat saya salurkan kepada masyarakat nantinya.

6. Kepada informan yang tidak bisasaya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas informasi dan sambutan yang hangat dari para informan yang telah diberikan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayah dan Ibu saya, karena sudah mendidik dan membesarkan saya hingga sekarang baik dalam waktu dan dukungannya dalam membimbingku selama ini. Skripsi ini saya persembahkan untuk Ayah dan Ibu Tercinta Sebagai bukti cinta dan pengabdian saya. Terima Kasih Ayah dan Ibu semoga sehat selalu dan panjang umur.

8. Terimakasih kepada saudari-saudari penulis sekaligus menjadi sahabat terhebat yang selalu mendukung dan memotifasi untuk segera menyelesaikan Skripsi ini.

9. Kepada kawan-kawan mahasiswa stambuk 2012 Ilmu Sejarah USU yang saya

sayangi dan sudah saya anggap sebagai keluarga. Terkhusus kepada:

Andry Ismayantri,Utari Mahara, Visi Bestari Sinaga, Zetta Agustina Manik,dan terkhusus juga untuk Halimah Selian yang selama ini sudah ikut membantu saya dan semua kawan seperjuangan di jurusan Ilmu Sejarah.

Terimakasih atas waktu yang telah kita lalui bersama.

10. Terimakasih untuk Bang Misra Adam yang sudah membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan bantuan yang sangat berharga untuk saya.

Skripsi ini tidak lepas dari segala kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin..

Medan, 28 November 2016

(9)

Penulis

NIM: 120706040 WENY VIVI AREKA

DAFTAR ISI UCAPAN TERIMAKASIH

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka... 7

1.5 Metode Penelitian... 8

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA 2.1 Gambaran Wilayah Sumatera Utara... 12

2.2 Pendidikan di Sumatera Utara tahun 1930-an... 16

2.3 Pendidikan kesehatan di Sumatera Utara... 19

BAB III SEJARAH BERDIRINYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(10)

3.1 Persiapan Mendirikan Perguruan Tinggi di Sumatera Utara... 26

3.2 Dari Yayasan ke Universitas Negri (1952-1958)... 33

3.3 Dari Universitas Negri ke PT-BHMN (1958-2003)... 37

BAB IV EKSISTENSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (1952-2012) 4.1 Perkembangan Fisik... 42

4.1.1 Gedung... 44

4.1.2 Perpustakaan... 46

4.1.3 Laboratorium Kedokteran... 48

4.2 Perkembangan Non Fisik... 49

4.2.1 Departemen ... 50

4.2.2 Pimpinan dan Dosen... 57

4.2.3 Jumlah Mahasiswa... 59

4.2.4 Organisasi Kampus... 63

4.3 Kontribusi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 73

4.3.1 Kontribusi Terhadap Universitas Sumatera Utara... 79

4.3.2 Kontribusi Terhadap Alumni Universitas Sumatera Utara... 84

4.3.3 Kontribusi Terhadap Masyarakat Sumatera Utara... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 91

5.2 Saran... 93

(11)

DAFTAR INFORMAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Nama Pimpinan USU, Jabatan, dan Masa Bakti

Tabel 2. Daftar Pembangunan Gedung-gedung Fakultas Kedokteran USU

Tabel 3. Peningkatan lulusan Sarjana Kedokteran USUtahun 2011-2012

Tabel 4. Daftar Penerimaan Mahasiswa Program Studi Ilmu Penyakit Dalam tahun 2000-2002

Tabel 5. Daftar mahasiswa yang diterima di Fakultas Kedokteran tahun ajaran 1952/1953

Tabel 6. Daftar Ketua dan Sekretaris Program Studi D3 Keperawatan USU

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gedung Fakultas Kedokteran beserta mahasiswa angkatan pertama Fakultas Kedokteran USU ... 1 Gambar 2. Gedung Fakultas Kedokteran USU pada tahun 2009 ... 1 Gambar 3. Gedung Fakultas Kedokteran USU pada tahun 2012 ... 2 Gambar 4. Pengabdian Masyarakat Oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU di Binjai ... 3 Gambar 5. Photo wawancara dengan nara sumber 1 ... 4 Gambar 6. Photo wawancara dengan nara sumber 2 ... 4

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.1

Pendidikan menjadi suatu aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan diharapkan mampu memperbaiki dan memajukan taraf hidup masyarakat.

Di Sumatera Utara, pendirian perguruan tinggi tidak terlepas dari sosok dr. Tengku Mansoer. Menurut dr.Tengku Mansoer, salah satu hal yang terpenting dalam sebuah negara adalah pendidikan. Mutu sebuah negara diukur dengan tinggi rendahnya kecerdasan putra-putrinya.2

1Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 2, Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

2Nederlands Instituut Voor Oorlogsdocumentatie, Publicatie Pandji ra’jat, 20 Januari 1948 (Pidato Wali Negara Soematera Timur).

(15)

dr.Tengku Mansoer merupakan salah satu tokoh yang mendukung kemajuan pendidikan di Sumatera Timur. Hal ini terlihat dari upayanya dalam mendirikan instansi pendidikan tinggi di Sumatera Timur dengan harapan dapat memperbaiki taraf pendidikan masyarakat Sumatera Timur. Niat untuk mendirikan perguruan tinggi di Sumatera Timur, khususnya di bidang kedokteran sudah dimulai sejak tahun 1938. Saat itu, dr. Tengku Mansoer, dr. Amir, drh. Sahar, dr. Jamaluddin mengajukan usul kepada Moehammad Hasan3

3Setelah kembalinya Teuku Muhammad Hasan dari Belanda ke Indonesia pada tahun 1938, mulai saat itu Muhammad Hasan bekerjadi kantor Gubernur Sumatera sampai tahun 1942.

yang bekerja di kantor Gubernur Sumatera Utara untuk mendirikan perguruan tinggi kedokteran di Sumatera Timur. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga dokter dalam pelayanan kesehatan di keresidenan Sumatera Timur.

Selain itu, pendirian sekolah tinggi kedokteran di daerah Sumatera Timur ini juga bertujuan untuk menampung minat masyarakat pribumi yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di luar Pulau Sumatera. Namun, usulan ini ditolak oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan alasan perguruan tinggi kedokteran belum diperlukan untuk daerah ini. Menurut pemerintah Kolonial Belanda, perguruan tinggi yang ada di Jawa saja sudah cukup.

Walaupun demikian, dr. Tengku Mansoer tidak putus asa. dr. Tengku Mansoer dan dr. Pringadi kembali mengusulkan rancangan pendirian perguruan tinggi di Sumatera Timur pada masa pendudukan Jepang. Namun, usulan tersebut ditolak oleh pemerintah Jepang.

(16)

Pada tahun 1946, maksud pendirian perguruan tinggi ini kembali dikemukakan. Pemerintah telah mengangkat Mohammad Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia yang akan menyelidiki kemungkinan mendirikan suatu Perguruan Tinggi Kedokteran di Medan. Namun, usaha ini juga tidak berhasil. Hal ini disebabkan adanya Agresi I tahun 1947.4

Ketika dr. Tengku Mansoer menjabat sebagai Wali Negara Sumatera Timur5

Setelah usulan ini disampaikan, diadakan pertemuan yang dipimpin oleh dr.

R. Soemarsono sebagai Inspektur Kesehatan Sumatera Timur dengan dr. A. Sofian yang pada masa itu menjabat sebagai Dokter Pemimpin Rumah Sakit Kota, serta Pemimpin Laboratorium Potologik, Ketua Persatuan Dokter Indonesia, Pemimpin , ia berniat untuk melanjutkan upaya pendirian perguruan tinggi yang mulai digagasnya sejak tahun 1938. Dengan kewenangannya sebagai Wali Negara Sumatera Timur, ia meminta kesedian dr. R. Soemarsono untuk menjadi Inspektur Kesehatan Negara Sumatera Timur. Tugas Inspektur Kesehatan Negara Sumatera Timur adalah melengkapi Rumah Sakit Kota (Medan) agar dapat dijadikan Rumah Sakit Umum.

Bukan hanya itu, dr. A. Sofian yang pada masa itu menjabat sebagai dokter pimpinan Rumah Sakit Umum di Medan ditugaskan untuk membuat rencana pengembangan kepada Inspektur Kesehatan Negara Sumatera Timur tentang kemungkinan untuk menjadikan Rumah Sakit Kota sebagai Rumah Sakit Perguruan Tinggi.

4Edi Sumarno dkk, 60 Tahun Universitas Sumatera Utara (20 Agustus 1952-20 Agustus 2012), Medan: USU Press, 2012, hal.14-17.

5 Negara Sumatera Timur (NST) merupakan negara bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berdiri pada Januari 1948 dan dibubarkan pada Agustus 1950.

(17)

Rumah Sakit Paru-Paru (dr. Gerlach) untuk mendiskusikan tentang pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran di Medan.6

6 Edi Sumarno, op. cit. hal. 15-16.

Pada tanggal 31 Desember 1951 Gubernur Sumatera Utara membentuk sebuah panitia persiapan untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan dengan besluit (Surat Keputusan) tanggal 31 Desember 1951 No. 94/III/P.S.U. Panitia tersebut diketuai oleh Dr. Soemarsono, Kepala Jawatan Kesehatan Rakyat Propinsi Sumatera Utara sedangkan T. Oesman Fahroeddin, pegawai pada Kantor Gubernur Sumatera Utara menjabat sebagai sekretaris. Selain itu, panitia ini memiliki tiga anggota diantaranya Ahmad Sofian (dokter pimpinan Rumah Sakit Umum di Medan), Ir.

Danunagoro (Kepala Jawatan Pekerjaan Umum dan Tenaga Propinsi Sumatera Utara di Medan), dan Mr. Djaidin Purba (Walikota Besar Medan pada masa itu).

Selanjutnya tanggal 4 Juni 1952, Yayasan Universitas Sumatera Utara mendirikan Perguruan Tinggi Swasta di Medan di hadapan Notaris Soetan Pane Paroehoem. Para pendiri yayasan berhasil mengumpulkan uang sejumlah Rp.

1.127.808.07,- (satu juta seratus dua puluh tujuh ribu delapan ratus delapan puluh rupiah tujuh sen). Selanjutnya, lima tahun kemudian tepat pada tanggal 20 November 1957 Universitas Sumatera Utara diresmikan oleh Ir.Soekarno menjadi Universitas Negeri. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 48/1957. Universitas Sumatera Utara merupakan universitas negeri keenam yang didirikan di Indonesia dan menjadi universitas kedua yang berdiri di Sumatera.

(18)

Pada tahun yang sama, Fakultas Kedokteran masih berada di Jalan Seram No.4 Medan. Namun, pada perkembangannya Fakultas Kedokteran dipindahkan ke Padang Bulan Medan. Hal ini tidak terlepas dari peran Prof. Ny. Abas Manopo selaku Dekan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat yang bekerja keras dalam proses pembangunan gedung Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat tahun 1956. Pada saat itu, tanah seluas kurang lebih 150 hektar yang terletak di Padang Bulan masih bersengketa dengan penduduk sekitar.

Awal tahun 1957 diperoleh kesepakatan agar Kementrian P.P & K (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan) bersedia membayar ganti rugi sebesar Rp.4.500.000,- kepada penduduk. Pada November 1958, Fakultas Kedokteran mulai dipindahkan ke gedung baru di Padang Bulan Medan.

Sebagai sebuah fakultas pertama yang ada di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran tentunya telah memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Sumatera Utara. Khususnya Fakultas kedokteran yang menjadi tonggak awal berdirinya Universitas Sumatera Utara tentunya menghasilkan lulusan dibidang kedokteran yang mampu bersaing dalam skala nasional maupun internasional. Atas pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk mengulas lahirnya Fakultas Kedokteran dengan merangkumnya kedalam sebuah skripsi yang berjudul Perkembangan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (1952-2012). Alasan pembatasan periodesasi penelitian ini dari tahun 1952-2012, dikarenakan pada tahun 1952 adalah awal terbentuknya Yayasan Universitas Sumatera Utara sebagaimana yang disebutkan

(19)

sebelumnya. Sedangkan tahun 2012 akan dijadikan sebagai batas akhir penelitian, dimana pada tahun 2012 merupakan tahun yang cukup penting bagi semua fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara termasuk Fakultas Kedokteran. Pada tahun ini terjadi peralihan bentuk dari Universitas Negeri ke dalam bentuk Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PTBHMN).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan sebuah karya ilmiah, dibutuhkan sebuah rumusan masalah, hal ini dimaksudkan agar penulisan yang dilakukan menjadi lebih terarah dan tepat sasaran sesuai objek yang telah ditentutan. Sesuai dengan latar belakang diatas, maka ditentukan dua rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 1952-2012?

2. Bagaimana kontribusi Fakultas Kedokteran terhadap masyarakat Sumatera Utara pada tahun 1952-2012?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang sudah terlebih dahulu dirumuskan kedalam sebuah rumusan masalah. Dengan demikian penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

(20)

1. Memahami sejarah dan perkembangan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 1952-2012.

2. Memahami kontribusi Fakultas Kedokteran terhadap masyarakat Sumatera Utara pada tahun 1952-2012?

3. Selanjutnya, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pembendaharaan referensi khazanah penelitian sejarah pendidikan kedokteran di Sumatera Utara.

2. Mengetahui sejarah lahir dan berkembangnya Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Memberi masukan atau sumbangan dalam bentuk data yang dapat digunakan untuk kajian-kajian ataupun penelitian yang berkaitan dengan pendidikan kedokteran di Sumatera Utara.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan karya ilmiah memerlukan pembahasan dari berbagai disiplinilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mendukung penelitian tersebut.

Dalam hal ini penulis memakai beberapa buku dari disiplin ilmu yang berkaitanlangsung dengan permasalahan. Adapun buku yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah buku karya Edi Sumarno dkk. Dalam buku 60 tahun Universitas Sumatera Utara (20 Agustus 1952-20 Agustus 2012). Buku yang diterbitkan dalam rangka memperingati 60 tahun Universitas Sumatera Utara ini mengulas tentang awal terbentuknya Yayasan Universitas Sumatera Utara sampai peralihan bentuk dari PTN

(21)

(Perguruan Tinggi Negeri) ke PTBHMN (Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara). Buku ini juga membahas sejarah lahirnya Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Mahadi, dkk dalam Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Universitas Negeri Sumatera Utara, mengulas bagaimana sejarah dan perkembangan Universitas Sumatera Utara. Pada buku ini dijelaskan bagaimana keadaan pendidikan di Sumatera Utara, termasuk mengenai timbulnya ide untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara. Bukan hanya itu, buku ini juga memberi gambaran mengenai semua fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara termasuk mengenai fakultas kedokteran yang bernotabene sebagai fakultas pertama yang ada di Universitas Sumatera Utara.

Ahmad Sofian dalam Peringatan Lustrum ke I Universitas Sumatera Utara 1952-1957 menjelaskan bagaimana awal perkembangan Universitas Sumatera Utara secara keseluruhan. Buku yang diterbitkan dalam rangka memperingati lima tahun Universitas Sumatera Utara ini mengulas tentang perkembangan Fakultas Kedokteran.7

Buku Profil Universitas Sumatera Utara yang terbit tahun 2011 juga menjadi salah satu buku untuk mengungkapkan potongan-potongan sejarah mengenai lahir dan berkembangnya Universitas Sumatera Utara termasuk didalamnya perkembangan Fakultas Kedokteran.8

7 Ahmad Sofian dalam Peringatan Lustrum ke I Universitas Sumatera Utara 1952-1957.

8 Buku Profil Universitas Sumatera Utara yang terbit tahun 2011.

(22)

1.5 Metode Penelitian

Metode sejarah bertujuan untuk memastikan dan menganalisis serta mengungkapkan kembali fakta-fakta masa lampau. Untuk menjadikan suatu tulisan sejarah yang ilmiah maka penulisan sejarah menggunakan metode sejarah. Sejumlah sistematika penulisan yang terangkum didalam metode sejarah sangat membantu setiap penelitian didalam rekonstruksi kejadian pada masa lampau. Metode sejarah terdiri dari beberapa tahap, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik intern dan kritik ekstern), Interpretasi (analisis), dan terakhir Historiografi (penulisan).9

1. Heuristik

Heuristik merupakan tahapan awal dalam metode sejarah untuk mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Pada tahapan ini peneliti akan mencari data- data melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Pada studi lapangan (field research) nantinya peneliti akan lebih menekankan pada metode wawancara. Hal ini dapat dilakukan karena masih terdapatnya informan yang memahami perkembangan fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi sebanyak mungkin seperti buku-buku, arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian di

9Kuntowijoyo, “Pengantar Ilmu Sejarah”, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya,1995. hlm.89

(23)

perpustakaan, misalnya perpustakaan Universitas Sumatera Utara, perpustakaan Fakultas Kedokteran USU, Perpustakaan FKM USU, Perpustakaan Tengku Lukman Sinar, Perpustakaan Pemerintah Daerah di Kota Medan, dan juga buku-buku pedoman FK USU. Selain dari pada itu juga dilakukan melalui wawancara dengan informan dari instansi-instansi yang terkait, seperti: IKA Fakultas Kedokteran USU, PEMA FK USU, Dll.

2. Verifikasi

Verifikasi atau kritik sumber merupakan tahapan kedua dalam penelitian sejarah. Pada tahapan kedua ini, peneliti harus menyeleksi sumber atau bahan yang dikumpulkan, sehingga akan dihasilkan suatu nilai kebenaran dan keaslian sumber.

Dengan kata lain sumber atau data-data akan objektif.

Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah dikumpulkan akan melalui proses kritik internal, data-data yang di dapat baik dari sumber lisan maupun tulisan akan diklasifikasikan menjadi sumber primer atau sumber sekunder. Selanjutnya sumber primer dan sekunder melalui proses kritik eksternal, yaitu pengujian untuk menentukan keaslian sumber baik dari buku maupun wawancara narasumber. Hal ini dilakukan demi menjaga keobjektifan suatu data.

Dengan demikian kritik intern maupun kritik ekstern merupakan bagian penting dalam proses penelitian sumber sejarah. Sehingga dari proses penilaian tersebut dapat diperoleh keaslian dan kebenaran terhadap sumber sejarah baik yang berhubungan dengan isi atau materi maupun bahan yang akan digunakannya.

(24)

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan tahapan ketiga dalam metode sejarah. Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran atau penganalisisan terhadap hasil kritik sumber. Dalam tahap ini, data primer dan sekunder akan dianalisis secara mendalam untuk mendapatkan keobjektifan sumber.

4. Historiografi

Historiografi penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian metode sejarah. Peneliti menuliskan hasil penelitian ini secara sistematis, sehingga menghasilkan penulisan sejarah mengenai perkembangan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari tahun 1952 sampai 2012 secara kritis dan ilmiah.

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA

2.1 Gambaran Wilayah Sumatera Utara

Nama Sumatera Utara, yang kemudian juga dipakai sebagai nama Universitas Sumatera Utara baru dikenal pada sejak tahun 1948. Penggunaan nama Sumatera Utara pertama kali dipakai untuk menyebutkan nama Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara salah satu dari tiga Provinsi yang dibentuk saat itu selain Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan. Sebelumnya hanya dikenal satu Provinsi di Sumatera pada awal proklamasi, yakni Provinsi Sumatera yang dikepalai oleh Mr. T. Moehammad Hassan.10

Awal pembentukan Provinsi Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan adalah mencakup wilayah keresidenan Sumatera Timur, keresidenan Tapanuli, dan keresidenan Aceh. Ketiga keresidenan ini sudah terbentuk pada tanggal 1 Januari 1950. Pada tanggal 14 Agustus 1950, Provinsi ini kemudian di kembalikan menjadi Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh.

Komposisi ini tidak berubah hingga dikeluarkannya UU No. 24/1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh. Meskipun demikian, karena situasi keamanan akibat peristiwa DI/TII, secara efektif aturan ini baru berjalan setelah dikeluarkannya keputusan Perdana Menteri RI No. 1/Missi/1959, tertanggal 26 Mei

10Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia; dari Federalisme ke Unitarisme:Studi Tentang Sumatera Timur 1947-1950. Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia, 2001.

(26)

1959 tentang penetapan Daerah Swantantra Tingkat 1 Aceh sebagai Daerah istimewa.

Sejak dikeluarkannya peraturan-peraturan itu, wilayah Provinsi Sumatera Utara hanya meliputi wilayah eksekusi Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli.11

Wilayah Medan yang berada di Sumatera Timur awalnya didiami oleh masyarakat Melayu, Simalungun, dan Karo. Komposisi etnik ini berubah ketika wilayah ini dijadikan kawasan onderneming (perkebunan) sejak tahun 1860-an. Sejak saat itu, wilayah ini berubah menjadi wilayah yang paling maju secara ekonomi, diluar pulau Jawa. Sehingga Kebutuhan tenaga kerja khususnya kuli kontrak Cina, India, dan Jawa, serta adanya gelombang migrasi dari penduduk luar keresidenan, terutama dari Tapanuli. Bukan saja menambah jumlah penduduk, tetapi juga merubah

Keresidenan Sumatera Timur yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Utara adalah merupakan kelanjutan wilayah administratif masa kolonial, mencakup afdeling-afdeling Langkat, Deli, dan Serdang, Simalungun dan Tanah Karo, Asahan, Labuhan Batu, ditambah dengan wilayah pemerintahan kota (Gemeente) yaitu Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Tanjung Balai. Saat ini wilayah eks Keresidenan Sumatera Timur sudah dimekarkan menjadi beberapa pemerintah Kabupaten dan pemerintah Kota, yakni Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Kota Pematang Siantar, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu, dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

11Ibid,

(27)

komposisi etnik yang ada di wilayah ini. Ditambah dengan muncul dan berkembangnya kota-kota baru, serta pembangunan jalan raya dan kereta api yang menghubungkan Sumatera Timur dengan wilayah di luar keresidenan. Menjadikan wilayah ini maju dengan pesatnya. Medan sebagai pusatnya menjadi salah satu kota Plural di Indonesia, di mana berdiam berbagai kelompok etnis. Sementara itu, wilayah eks keresidenan Tapanuli, pada masa kolonial terdiri dari empat afdeling, yakni: Sibolga, Padang Sidimpuan, Batak Landen (Tanah-Tanah Batak), dan Pulau Nias. Saat ini, wilayah-wilayah yang termasuk eks keresidenan Tapanuli sudah mengalami pemekaran, dan terdapat beberapa pemerintahan dan kota, yakni Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabuaten Padang Lawas Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabuaten Dairi, Kabupaten Pak-pak Barat, Kabupaten Nias, dan Kabupaten Nias Selatan.

Tapanuli dengan pusatnya Sibolga, merupakan wilayah yang didiami oleh orang-orang Mandailing di bagaian Selatan, Sipirok-Angkola di bagian Tengah, Toba di bagian Utara, Pak-pak di Dairi, dan Nias di Pulau Nias. Wilayah ini lebih dahulu mendapat pengaruh Barat daripada Sumatera Timur. Kawasan Selatan dan Tengah Tapanuli, karena secara geografis berdekatan dengan Sumatera Barat, mendapat pengaruh Islam dari orang-orang Minangkabau. Wilayah ini juga merupakan kawasan yang pertama sekali dikuasi Belanda di tahun 1830-an terkait dengan penumpasan Gerakan Padri. Sementara itu bagian Utara Tapanuli termasuk Dairi awalnya

(28)

bersentuhan dengan budaya Barat melalui Kristenisasi yang kemudian diikuti oleh penetrasi Belanda. Dimulai oleh sebuah zending Inggris di tahun 1820-an, dan mulai berhasil di tahun 1860-an, bukan oleh zending Inggris ataupun Belanda melainkan oleh zending Jerman yakni Rheinische Mission Gesellschaft (RMG). Akhirnya Pulau Nias yang terletak di Pantai Barat Sumatera, meskipun berdekatan dengan Sumatera Barat tetapi pengaruh Barat dan Kristen lebih kuat dibandingkan dengan Islam.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa walaupun awalnya Sumatera Utara Khususnya Medan didiami oleh etnik-etnik Melayu, Simalungun, dan Karo Akan tetapi akhirnya diwarnai nuansa berbagai etnik yang berasal dari Tapanuli, disisi lain juga perlu diperhatikan ketika ide mendirikan Perguruan Tinggi dicetuskan pada tahun 1951, Sumatera Utara baru terintegrasi kembali setelah dibubarkannya Negara Sumatera Timur yang dipimpin oleh dr.T. Mansoer di tahun 1950. Sementara itu pada saat yang sama Aceh juga masih menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara.

Ditengah situasi seperti itu pendirian sebuah Universitas yang kemudian dinamakan Universitas Sumatera Utara diikhtiarkan guna untuk merangkul semua elemen, eksponen, dan komponen masyarakat yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

(29)

2.2 Pendidikan di Sumatera Timur tahun 1930-an

Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai belenggu sosial yang menghambat tercapainya kesejahteraan bersama.12

Pada masa penjajahan Belanda Sumatera Utara terdiri dari dua keresidenan, yaitu keresidenan Sumatera Timur dan keresidenan Tapanuli. Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatera. Di Medan berkedudukan seorang inspektur yang mengurus masalah pendidikan untuk Sumatera atau Inspecteur Van Onderwijs en Eeredienst. Di Sumatera Timur dan Tapanuli ditempatkan seorang Hoofd der Schoolopziener yang Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari politik etis setelah berkuasanya Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia, maka di bangunlah sekolah- sekolah sehubungan dengan politik etis tersebut. Kebijakan politik etis ini sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. Pada abad ke- 19 perkebunan-perkebunan Belanda terus mengalami perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas. Disamping berkembangnya kekuasaan, Belanda mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat yang masih dalam area perkebunan.

Sekolah ini dibangun bagi para anak-anak Bumi putera dan anak-anak Belanda.

Tujuan didirikan sekolah bagi anak Bumi putera supaya berpendidikan, mempunyai tenaga terlatih dan terdidik untuk dipekerjakan di pekerbunan milik Kolonial Belanda.

12Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara, Medan:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981, hal 10.

(30)

membawahi para schoolopziener sebagai petugas yang mengelola pendidikan di Afdeling. Schoolopzienerbertugas mengawasi sekolah-sekolah penduduk Bumiputera atau sekolah-sekolah yang memakai pengantar bahasa Melayu. Adapun sekolah yang didirikan Belanda di Sumatera Timur yaitu HIS (Hollandsch Inlandsch School), ELS (Europese Lagere School), MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwiijs), HBS (Hogere Burger School).13

Perkembangan pendidikan di Sumatera Utara dimulai di Tapanuli bagian Selatan saat penguasaan kolonial Belanda terkait dengan penumpasan gerakan padri

Untuk sekolah-sekolah yang memakai bahasa Belanda berada di bawah pengawasan Inspektur.

Dibandingkan dengan Sumatera Timur, Tapanuli Terlebih dahulu mengenal pendidikan, baik melalui Islam dan Kristenisasi, maupun pendidikan kolonial.

Dimulai dari Tapanuli bagian Selatan melalui pendidikan Islam dan Barat di pertengahan abad ke-19, dan diikuti pendidikan zending dan Barat di bagian lain, masyarakat Tapanuli mengalami perkembangan pesat. Adanya kebutuhan akan tenaga berlatar belakang pendidikan Barat untuk bekerja di perkebunan, pemerintahan, guru, dan pekerjaan lainnya. Maka banyak diantaranya yang kemudian bermigrasi ke Sumatera Timur, terutama Medan. Di sisi lain, penduduk di Sumatera Timur lebih tertinggal sekitar 40 tahun di bidang pendidikan dibandingkan dengan Tapanuli. Akibatnya, tenaga kerja berlatarbelakang pendidikan Barat dari daerah Tapanuli banyak yang mengisi ruang-ruang kosong yang tersedia di Sumatera Timur.

13Ibid.hal 51-52 .

(31)

pada tahun 1830-an. Tidak lama sesudahnya, di wilayah ini sudah dibangun sekolah dengan mendatangkan guru-guru dari Sumatera Barat. Pada tahun 1857 sudah terdapat empat sekolah yang disebut Sekolah Kelas Dua (Scholen der Tweede Klasse). Sekolah ini diperuntukkan bagi masyarakat pribumi, dan belum menggunakan pengantar bahasa Belanda, tetapi bahasa Melayu.

Pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942, banyak mengalami perubahan terutama dalam bidang pendidikan, bahasa-bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dihapuskan. Dan sekolah pada masa Belanda yang bermacam-macam seperti Sekolah Dasar: Europese Lagere School (ELS), Hollandsch Inlandsch School (HIS), Volkschool, Vervolgschool, Schakelschool , semua dihapuskan dan beralih menjadi Sekolah Dasar atau disebut sebagai Sekolah Rendah umum. Lama pendidikannya adalah 6 tahun, dan begitu juga Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada masa Belanda seperti: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Hogere Burger School (HBS) beralih menjadi Sekolah Umum (Cu Gakko).

Penggunaan bahasa pengantar dalam pendidikan pada masa Pendudukan Jepang ialah bahasa Indonesia, dan bahasa kedua ialaah bahasa Jepang. Pendidikan pada masa Pendudukan Jepang lebih banyak diarahkan sistem pendidikan kemiliteran. Berakhirnya kekuasaan penjajah di Indonesia yaitu dengan lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, maka pendidikan pada awal Kemerdekaan tidak berjalan dengan maksimal. Makakemajuan pendidikan mulai dirasakan setelah tahun 1950 di Sumatera Utara. Karena pada waktu itu kurangnya tenaga guru setelah penjajah meninggalkan daerah Sumatera Utara.

(32)

2.3 Pendidikan Kesehatan di Sumatera Utara

Sebelum ilmu kesehatan barat masuk dalam lingkungan Indonesia, dalam masyarakat kita telah lama digunakan cara-cara pengobatan yang lazim disebut pengobatan asli atau pengobatan tradisional, yakni pengobatan yang berdasarkan tradisi dan turun-temurun dari generasi ke generasi, sehingga sampai sekarang pun masih digunakan tradisi tersebut. Pengobatan tradisional tersebut mengandung unsur- unsur spiritual dan kegaiban serta unsur-unsur materi berupa ramuan daun-daun, akar-akar, kulit kayu dan lain-lain yang secara empirik telah dikenal khasiatnya. Di samping itu ada unsur fisik yang antara lain digunakan untuk menanggulangi patah- tulang, lelah otot dan sebagainya.

Dukun-dukun bayi di mana-mana terkenal sebagai orang-orang yang sangat diperlukan dalam membantu kelahiran anak, tetapi mereka juga mengenal ramuan- ramuan yang diperlukan oleh sang ibu yang melahirkan.

Obat-obat asli atau jamu-jamu di Indonesia merupakan unsur penting dalam kehidupan masyarakat dan sampai sekarang masih digunakan di samping obat-obat modern, misalnya; penjual jamu gendong tidak hanya terdapat di desa-desa, tetapi banyak terlihat di kota metropolitan rnengedarkan obat minuman secara eceran.

Mereka berjalan kaki dari rumah ke rumah dengan membawa bakul penuh dengan botol-botol yang cukup banyak jumlahnya. Selain penjual jamu gendong tersebut terdapat ahli-ahli patah tulang, ahli-ahli pijat dan toko-toko obat tradisional baik yang menjual obat-obat asli Indonesia, obat-obat asli Cina maupun asli India. Sehubungan

(33)

dengan kekayaan akan obat-obat tradisional tersebut, maka Departemen Kesehatan mempunyai suatu Direktorat khusus untuk pengawasan, penelitian dan pengembangan obat-obat tradisional.

Pada masa penjajahan Belanda ilmu kedokteran dari Eropa dibawa ke Indonesia oleh dokter-dokter yang didatangkan untuk melayani kesatuan-kesatuan militer Belanda dan dipergunakan pula untuk pegawai-pegawai sipil mereka.

Kekhawatiran tentang penjalaran penyakit cacar yang sangat berbahaya mendesak Belanda untuk mendidik tenaga pembantu untuk melaksanakan vaksinasi cacar, yakni

"vaccinateur" atau juru-cacar.14

Pendidikan Dokter Atas prakarsa Kepala Jawatan Kesehatan (Tentara dan Sipil) pada waktu itu, Dr W. Bosch, pada tanggal 1 Januari 1851 didirikan di Weltevreden (sekarang Jakarta-Pusat), di bawah pimpinan Dr. P. Bleeker, sebuah sekolah untuk mendidik pemuda-pemuda Jawa menjadi "Dokter Jawa", yang lamanya pendidikan 2 (dua) tahun, untuk dipekerjakan sebagai dokter pembantu (hulp- geneesheer) dan bertugas memberi pengobatan dan vaksinasi cacar. Dalam tahun 1856 mulai diterima masuk pendidikan pemuda-pemuda pribumi lainnya. Pada tahun 1864 pendidikan diperpanjang menjadi 3 (tiga) tahun. Di tahun 1875 pendidikan Di dalam pendidikan dokter, yang pertama dididik oleh "dokter djawa school"

atau sekolah dokter jawa adalah "vaccinateur". Vaccinateur tersebut diberi pendidikan sederhana untuk pengobatan orang sakit, sehingga kemudian nanti ia akan dapat berfungsi sebagai "dokter jawa".

14Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2003. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal:3

(34)

dijadikan 7 (tujuh) tahun terdiri dari 2 tahun bagian persiapan dan 5 tahun bagian kedokteran, dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, yang sebelumnya adalah bahasa Melayu (induk dari bahasa Indonesia kita sekarang). Dalam tahun 1881 lamanya bagian persiapan dijadikan 3 tahun. Mulai tahun 1890 para calon murid harus sudah lulus Sekolah Dasar Belanda (Europeesche Lagere School). Di tahun 1902 bagian kedokteran dari 5 tahun dijadikan 6 tahun, hingga seluruh pendidikan lamanya 9 (sembilan) tahun; nama sekolah diganti dengan "School tot Opleiding van Inlandsche Artsen"(STOVIA), dan lulusannya mendapat gelar "Inlandsch Arts" yang artinya adalah "Dokter Hindia".

Pada tahun 1913 dibuka sekolah dokter kedua di Surabaya dengan diberi nama "Nederlandsch Indische Artsen school' disingkat NIAS. Sekaligus lamanya pendidikan bagian kedokteran untuk kedua perguruan itu ditambah dengan satu tahun, hingga lamanya pendidikan dokter seluruhnya menjadi 10 (sepuluh) tahun sesudah Sekolah Dasar Belanda. Mulai tahun itu, kedua perguruan terbuka bagi semua bangsa, tidak hanya bumiputera saja.

Hal ini terjadi karena desakan IEV "Indo Europeesch Verbond", yaitu suatu perkumpulan orang-orang pranakan Belanda dan lulusannya mendapat gelar "Indisch Arts" artinya "Dokter Hindia". Mulai tahun 1924, baik STOVIA maupun NIAS tidak lagi menerima siswa lulusan sekolah dasar, tetapi dari sekolah lanjutan pertama, yang dinamakan MULO (Singkatan dari "Meer Uitgebreid Lager Onderwijs"), dan lamanya seluruh pendidikan dijadikan 8 (delapan) tahun. Bahkan mulai tahun 1928 lamanya pendidikan di NIAS (STOVIA sudah diganti oleh Geneeskundi-

(35)

Hoogeschool) adalah 9 (sembilan) tahun sesudah MULO, tanpa penggunaan istilah bagian persiapan lagi (Marsaid). Pada tanggal 16 Agustus 1927 dibuka Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi Kedokteran) untuk mengganti STOVIA. STOVIA sendiri tidak lagi menerima siswa baru, tetapi menyelesaikan pendidikan para siswanya yang sudah ada; sebagai lulusan terakhir adalah dokter Sanjoto yang lulus dalam tahun 1934, dan pada waktu itu pula dengan resmi STOVIA ditutup.

Lamanya pendidikan di Geneeskundi~Hoogeschool adalah 7 (tujuh) tahun sesudah Sekolah Lanjutan Atas (AMS) atau Sekolah Menengah Belanda (HBS).

Secara resmi nilai ijasah GH Betawi ditetapkan tidak berbeda dari ijazah fakultas- fakultas kedokteran di negeri Belanda.

Dalam iklim kolonial hak penjajah menganggap bangsa kita lebih rendah Dari padanya, juga dalam kecerdasan dan tata-susila; lagi pula pola pendidikan yang diberikan kepada anak-anak pribumi pada dasarnya hanya mempunyai tujuan untuk menghasilkan pekerja-pekerja pembantu dalam roda pemerintahan dan perdagangan mereka, yang berarti harus dibatasi. Mengingat hal itu perkembangan pendidikan dokter seperti yang diuraikan di atas, terutama dalam taraf meningkatkannya menjadi perguruan tinggi, tidaklah terlepas dari romantik perjuangan.

Dalam rangka ini baik sekiranya disebutkan beberapa peristiwa. Untuk menghalang-halangi bangsa Indonesia mencapai kedudukan dokter keluaran suatu perguruan tinggi, pada suatu saat "Bond van Europeesche Geneesheren" (lkatan Dokter Eropa) mengemukakan pendapat, bahwa seorang dokter akademikus

(36)

Indonesia: "hanya akan bermain-main dengan pasien wanitanya sebagai pengisi waktu dan akan melakukan abortus sebagai usaha mencari nafkah yang mudah”. Pada tahun 1908, menghadapi reorganisasi Jawatan Kesehatan Sipil, ada usaha untuk menurunkan pendidikan di STOVIA dan dengan demikian sekaligus menutup kesempatan bagi lulusannya untuk mendapatkan fasilitas melanjutkan pelajarannya di universitas di negeri Belanda guna mencapai gelar Arts. Padahal fasilitas ini adalah hasil perjuangan Dr. Abdul Rivai dalam tahun 1904, yang untuk pertama kalinya digunakan oleh Dr. Asmaoen, disusul oleh Dr. Abdul Rivai sendiri sebagai orang kedua, kemudian disusul oleh dokter-dokter M.J. Boenjamin, J.E. Tehupeiory, W.K.

Tehupeiory, R. Tumbelaka, R. Radjiman, P. Laoh, H.F. Lumentut, H.J.P. Apituley, J.A. Kawilarang, M. Salih, dll. Sebagai perintis, semuanya dengan hasil gemilang.

Tidak jadinya penurunan pendidikan STOVIA adalah hasil perjuangan Dr. W .K. Tehupeiory dan Dr. H.F. Roll, direktur STOVIA pada waktu itu, dibantu oleh Dr.

H. Noordhoek Hegt penggantinya. Berdirinya Perguruan Tinggi Kedokteran pada tahun 1927 adalah juga hasil perjuangan para dokter Indonesia dengan pendapat- pendapat yang menyokong dari direktur dan mantan direktur STOVIA dan NIAS.

Yang melontarkan kata pertama ialah Dr. Abdul Rivai di hadapan sidang

"Volksraad" (sebuah parlemen kolonial Hindia Belanda) pada tahun 1918; di sana ia mengusulkan diadakannya pendidikan universitet di Indonesia. Dari pihak "Indische Artsen Bond" (lkatan Dokter Indonesia) yang menjadi ”Panitia Penasehat Pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran" adalah dokter-dokter J. Kajadoe, Abdoel Rasjid dan R. Soetomo.

(37)

Meskipun laporan hasil kerja panitia termaksud, yang mendesak didirikannya sebuah Perguruan Tinggi Kedokteran di Salemba, diterbitkan dalam tahun 1922, tetapi barulah di tahun 1927 menjadi kenyataan. Berkat perjuangan dokter-dokter Indonesia ijazah Perguruan Tinggi Kedokteran Betawi disamakan dengan ijazah fakultas-fakultas kedokteran di negeri Belanda.

Dalam rangka pendidikan dokter tersebut perlu disebutkan didirikannya sebuah Sekolah Dokter Gigi (School tot Opleiding van Indische Tardartsen, disingkat STOVIT) di Surabaya pada tahun 1928, yang lamanya pendidikan 5 tahun sesudah MULO, dan lulusannya mendapat gelar "Indisch Tandarts" (Dokter Gigi Hindia).

Sesuai dengan ketentuan kolonial, nilai ijazah Dokter Gigi Hindia ini dibuat lebih rendah daripada ijazah Dokter Gigi Belanda, seperti dualisme yang berlaku bagi dokter umum keluaran STOVIA dan NIAS.

Kerjasama dengan berbagai Negara Pada tahun 1953 oleh WHO didatangkan suatu “visiting team” yang terdiri dari ahli-ahli ilmu kedokteran yang dikumpulkan dari bermacam negara untuk memberi pencerahan terhadap universitas-universitas di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Medan dan beberapa kota besar lainnya. Sejak itu keengganan untuk kerjasama dengan negara-negara lain dapat dihilangkan dan mulailah program-program afiliasi dari universitas di Indonesia dengan universitas di luar negeri, yang kemudian disusul oleh program-program kerjasama lainnya.

Dengan demikian pertukaran ahli dapat dilaksanakan dengan mudah dan pendidikan spesialis dalam berbagai bidang dapat dipercepat. Sistem pendidikan dokter yang tadinya sangat sedikit hasilnya dapat diperbaharui, hingga jumlah

(38)

hasilnya dapat dilipat-gandakan. Penambahan jumlah fakultas kedokteran yang didirikan di Sumatera khususnya, dan umumnya bagi daerah-daerah lain di Indonesia, seperti; Sulawesi, Bali, dan Jawa telah meningkatkan dengan cepat kemampuan Pemerintah untuk mengisi jabatan-jabatan di tingkat kabupaten dan selanjutnya mencakup pada kecamatan-kecamatan.

Semakin banyaknya diperlukan ahli-ahli kedokteran di Medan mendorong masyarakat untuk giat menekuni pendidikan, terutama di bidang kedokteran. Tetapi saat itu tidak ada sekolah kesehatan yang terdapat di wilayah ini, yang membuat masyarakat harus pergi ke luar Sumatera. Dalam situasi seperti ini dikaitkanlah dengan adanya Kerjasama indonesia dengan berbagai Negara seperti yang telah diutarakan sebelumnya dan membentuk tempat pendidikan dibidang kedokteran di Medan yang sekarang disebut Fakultas Kedokteran USU.

(39)

BAB III

SEJARAH BERDIRINYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.4 Persiapan Mendirikan Perguruan Tinggi di Sumatera Utara

Sebelumnya, maksud untuk mendirikan Perguruan tinggi Kedokteran di Sumatera Utara memang sudah menjadi bahan pembicaraan di berbagai kalangan masyarakat, khusus nya di Medan. Diantaranya dr. Pirngadi, dr. Tengku Mansoer, dr.

M. Amir dan beberapa orang lagi yang telah bekerja dibidang kedokteran ini, tetapi maksud dan keinginan tersebut tidak disetujui oleh Pemerintah Belanda, yang menganggap satu perguruan Tinggi Kedokteran yang telah didirikan oleh Pemerintah Belanda di Jakarta sudah cukup untuk Indonesia.

Ketika terjadi perang dunia II di Eropa dan pada saat pemerintahan Belanda telah mengungsi ke Inggris, pemerintah juga bermaksud untuk merubah NIAS (Nederlandsch Indischa Artsen School) di Surabaya menjadi Perguruan tinggi Kedokteran yang kedua di Indonesia, tetapi maksud itu juga tidak dapat diwujudkan, karena pada waktu itu Indonesia telah diduduki oleh Jepang.

Pada masa kependudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di kota Medan, seperti dr. Pirngadi, dr. T. Mansoer dan yang lain-lain telah mulai membuat rancangan Perguruan Tinggi Kedokteran sekali lagi, tetapi maksud ini juga tidak dapat dilanjutkan.

Pada tahun 1946 didalam pergolakan masa setelah diproklamirkan kemerdekaan Indonesia, maksud untuk membangun perguruan Tinggi

(40)

Kedokteranjuga dikemukakan kembali. Sewaktu Mr.Teuku Moh. Hasan menjadi Gubernur Propinsi Sumatera telah pula diangkat dr, Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua dari sebuah panitia yang diberikan tugas menyelidiki kemungkinan sebuah Perguruan Tinggi di Sumatera. Dari panitia ini diharapkan anjuran tentang fakultas-fakultas apa saja yang akan didirikan dan ditempat-tempat mana fakultas itu akan ditempatkan.

Yang telah diajukan ialah mendirikan sebuah Fakultas Kedokteran dan untuk menetapkan di mana fakultas Kedokteran itu akan didirikan, dikirimlah dr. Mohd.

Djamil ke Pematang Siantar untuk berembuk dengan beberapa pemuka masyarakat dan dokter-dokter didaerah Sumatera Utara pada waktu itu. Pada waktu itu amat besar kemungkinan untuk mendirikan Perguruan Tinggi Kedokteran di kota Medan, tetapi hal ini tidak dapat dilaksanakan berhubung dengan clash pertama ditahun 1947.

Sesudah pemulihan kedaulatan, hasrat untuk mendirikan Fakultas Kedokteran dikalangan masyarakat Sumatera Utara tak pernah dilepaskan.

Pada awal tahun 1950, Wali Negara dari Negara Sumatera Timur (Negara bagian dalam RIS) dr. T. Mansoer meminta kepada Inspektur kesehatan Sumatera Timur untuk memulai memperlengkapi Rumah Sakit kota Medan dan menjadikannya rumah sakit umum guna memungkinkan rencana itu. Kepada dr. A. Sofian ditugaskan memajukan rencana pembangunan rumah sakit kota supaya nanti rumah sakit ini dapat dijadikan rumah sakit perguruan tinggi. Setelah rencana ini dimajukan, maka diadakanlah suatu sidang yang diketuai oleh Inspektur Kesehatan Negara Sumatera Timur. Yang hadir pada saat itu ialah Dokter pemimpin Rumah Sakit Kota, pemimpin

(41)

Laboratorium Patologik, Ketua Persatuan Dokter Indonesia, Pemimpin Rumah Sakit paru-paru (Dr. Gerlach) danbeberapa orang lagi. Maka diambillah keputusan untuk menjadikan Rumah Sakit Kota tersebut menjadi Rumah Sakit Umum yang diurus langsung oleh Pemerintah Negara Sumatera Timur.

Pada saat itu pergolakan politik di Indonesia berjalan sangat cepat, sehingga pada tanggal 17 agustus 1950 semua negara Bahagian dari RIS lenyap dan berdirilah Negara Republik Indonesia yakni Negara kesatuan yang kedua. Rumah Sakit Umum dijalan serdang (jalan Prof. H. M. Yamin, SH) Medan diurus oleh Pemerintah Pusat Kementrian Kesehatan di Jakarta. Di Sumatera Utara ditempatkan Gubernur Sarimin dan tak lama setelah itu ditempatkan Abdoel Hakim sebagai Gubernur Propinsi Sumatera Utara. Sejalan dengan hal itu, ternyata keinginan untuk mendirikan Fakultas Kedokteran belum juga dilupakan begitu saja.

Dari beberapa kalangan masyarakat Sumatera Utara, diantaranya dr. T.

Mansoer, memajukan saran kepada Gubernur dan juga nota telah dimajukan oleh Dokter Pemimpin Rumah Sakit Umum Medan dalam triwulan ke 4 tahun 1951, hal- hal ini merupakan suatu pendorong kepada Gubernur untuk mengambil inisiatif untuk menganjurkan rakyat diseluruh Sumatera Utara untuk mengumpulkan uang dalam pendirian sebuah Universitas di daerah ini. Fakultas manakah yang akan didirikan terlebih dahulu, akan diserahkan kepada panitia yang segera akan dibentuk.

Tanpa menunggu reaksi dari masyarakat dan tanpa menunggu lagi berapa hasil pemungutan sumbangan dari rakyat, oleh Gubernur dengan surat keputusannya

(42)

tanggal 31 desember 1951 No.94/XII/PSU dibentuklah sebuah panitia persiapan mendirikan perguruan tinggi yang berkedudukan di kota Medan.

Dalam Panitia itu duduk:

1) Sebagai ketua merangkap anggota dr. R. Soemarsono, Kepala Jawatan Kesehatan Rakyat Propinsi Sumatera Utara .

2) Sebagai anggota-anggotanya:

a. dr. Ahmad Sofian, Dokter Pemimpin Rumah Sakit Umum di Medan.

b. Ir. Danunagoro, Kepala Jawatan Pekerjaan Umum dan Tenaga Propinsi SU Medan.

c. Mr. Djaidin Purba, Walikota Medan.

3) Sebagai Sekretaris Panitia ialah Tengku Oesman Fachreddin, pegawai pada kantor Gubernur Sumatera Utara.

Disamping itu panitia telah memajukan kepada Gubernur untuk mengangkat seorang wakil dari jawatan PP dan K. Sesudah mengadakan pertemuan beberapa kali yang menunjukkan semangat kerjasama yang sangat rapi, maka pada tanggal 18 maret 1952 panitia tersebut mengambil suatu keputusan untuk dimajukan kepada Gubernur yang ringkasnya adalah sebagai berikut:

• Maksud untuk mendirikan sebuah Universitas di Sumatera Utara dapat diwujudkan secara berangsur-angsur.

• Di Medan dapat didirikan sebuah Fakultas Kedokteran mengingat faktor-faktor berikut:

(43)

a. Bahan pelajaran berupa orang sakit cukup banyaknya dan ragamnya dijumpai di daerah ini.

b. Di Medan ada laboratarium Patologik yang dapat dipergunakan untuk permulaan pelajaran biokimia, patologi, bakteriologi dan sebagainya.

c. Dosen-dosen untuk berbagai ilmu kecuali untuk ilmu preklinik, dapat di datangkan atau diusahakan.

d. Sekolah SMA cukup banyak di Sumatera Utara.

e. Perhatian murid keluaran SMA bagian B (sekarang IPA) cukup memuaskan untuk melanjutkan pelajaran kejurusan ilmu kedokteran dan obat-obatan.

f. Tanah yang cukup luas akan dapat diperoleh dari pihak kotapraja Medan.

g. Alat-alat yang perlu untuk Fakultas Kedokteran dapat segera dipesan, berkat seluruh sumbangan dari masyarakat SumateraUtara.

h. Uang untuk keperluan Fakultas itu dapat diikhtiarkan lebih lanjut sehingga gedung-gedung yang perlu dapat didirikan dengan segera

• Fakultas Kedokteran yang dimaksud dapat dimulai dengan segera pada permulaan tahun ajaran 1952-1953, apabila:

a. Gedung yang diperlukan telah ada atau dapat dipergunakan gedung yang segera dapat dikosongkan.

(44)

b. Dosen-dosen untuk Fisika, Kimia, Zoologi, Botani dan Parasitologi diperdapat dan apabila perlu kuliah-kuliah buat sementara dapat diberikan dalam bahasa asing.15

c. Serentak dengan pembukaan Fakultas Kedokteran, harus diadakan perluasan Rumah Sakit Umum di jalan Serdang Medan, sehingga kapasitasnya mencapai paling-sedikit sebanyak 1000 tempat tidur. Jika hal ini tidak dapat dilaksanakan secepat mungkin harus didirikan sebuah rumah sakit Universitas dibagian kota yang akan ditentukan kelak.

d. Dapat dijamin perumahan untuk dosen-dosen serta pembantunya. Harus diusahakan pula untuk menterjemahkan kuliah-kuliah kedalam bahasa Indonesia untuk membantu mahasiswa dalam pelajarannya. Juga dianjurkan mengadakan kursus aplikasi Bahasa Inggris untuk mahasiswa ditahun pertama, dan mengadakan kursus bahasa Indonesia untuk dosen-dosen asing.

Panitia itu juga telah mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi, supaya dalam tahun 1952 itu juga dapat didirikan fakultas tersebut. Sesudah anjuran panitia diterima dengan baik, maka diambillah keputusan untuk mendirikan terlebih dahulu sebuah yayasan yang bermaksud:

• Mengadakan Perguruan Tinggi tempat mendidik untuk memperoleh ilmu pengetahuan guna memegang jabatan-jabatan dikemudian hari.

• Memperhatikan kepentingan para mahasiswa didalamarti yang seluas-luasnya.

15 Pada waktu itu dari kalangan bangsa asinglah yang dianggap mampu untuk memberikan pelajaran-pelajaran tersebut pada perguruan tinggi, dan yang terbanyak adalah dari bangsa Belanda.

(45)

• Mengumpulkan dan mengawasi keuangan untuk menutup ongkos-ongkos yang bakal diperlukan.

Pada tanggal 30 Juni 1952 Dewan Pimpinan Yayasan Universitas Sumatera Utara sudah menetapkan pelopor sebagai Kurator yang diberikan tugas untuk mempersiakan pendirian Fakultas Kedokteran. Anggota-anggota yang ditetapkan tersebut adalah:

1. Wali Kota Medan

2. Mr. Ny.A.Abbas Manoppo 3. Dr. Wasidin

4. M. Gani 5. Arsil

6. Tan Boen Djien 7. Lie Ghien Ghiam.

Pada dasarnya pembukaan Fak. Kedokteran telah di tetapkan tepat dihari pelaksanaan proklamasi Indonesia 17 Agustus 1952. Namun terdapat beberapa kendala yang belum terselesaikan pada saat itu, yakni lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat peresmian belum didapatkan. Maka Gubernur memutuskan untuk mengosongkan bangunan-bangunan yang terletak di Jl. Seram dibelakang Gedung SMA Negeri yang pada saat itu masih di pergunakan sebagai asrama polisi. Berkat bantuan Komisaris Besar Darwin Karim sebagai Kepala polisi Sumatera Utara, maka bangunan tersebut dapat dikosongkan dan mulai memperbaikinya.

(46)

Setelah berembuk dengan Pemerintah pusat di Jakarta yang memperlihatkan perhatian yang sangat besar dengan memberikan arahan dan bantuan Moril yang sangat baik, maka diputuskan peresmian pembukaan Perguruan Tinggi Kedokteran dilaksanakan dan ditetapkan tepat pada tanggal 20 Agustus 1952. Sehingga beberapa Menteri dapat menghadirinya.

3.5 Dari Yayasan ke Universitas Negri (1952-1958)

Yayasan itu didirikan pada tanggal 4 juni 1952 dihadapan Notaris Soetan Pane Paroehoem di Medan dan diberi nama YAYASAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, yang berkedudukan di Medan. Yayasan tersebut diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai oleh Gubernur Propinsi Sumatera Utara. Telah diambil keputusan untuk mendirikan sebuah Fakultas Kedokteran dan yayasan telah mengutus dr. Ahmad Sofian ke Kementrian PP dan K untuk memperbincangkan segala sesuatunya dengan Mentri pada waktu itu, prof. Bahder Djohan.

Kementerian PP dan K menaruh simpati yang sangat besar akan maksud yayasan dan minat Gubernur Sumatera Utara itu dan menjanjikan bantuan yang dapat dan mungkin diberikan oleh Pemerintah. Pemerintah menganggap maksud yayasan itu sebagai suatu experimen yang besar yang terlalu banyak kesulitan dan resikonya tetapi sungguhpun begitu berjanji akan menyokong usaha tersebut. Juga telah diadakan pembicaraan yang luas dengan Menteri Kesehatan dr. Leimena dan Sekretaris Jenderalnya dr. Pirngadi. Kementrian Kesehatan berjanji akan menyokong usaha yayasan itu dengan memperhatikan keperluan Fakultas Kedokteran seperti

(47)

menempatkan tenaga yang akan dapat membantu memberikan kuliah dan lain-lain.

Kementerian Kesehatan juga tidak keberatan jika beberapa dokter dari Rumah Sakit Umum di Medan memberikan bantuan. Sepulangnya utusan, Dewan Pimpinan Yayasan USU semakin menegaskan pendiriannya untuk mendirikan Fakultas Kedokteran.

Pada tanggal 30 juni 1952 Dewan Pimpinan Yayasan USU telah mengangkat dr. Ahmad Sofian sebagai presiden kurator yang diberi tugas mempersiapkan pendirian Fakultas Kedokteran. Juga telah diputuskan untuk membuka Fakultas Kedokteran tersebut pada hari Proklamasi 17 agustus 1952. Setelah berembuk dengan Kepala Polisi Propinsi Sumatera Utara Komisaris Besar Darwin Karim, maka telah diputuskan untuk mengosongkan bangunan yang terletak dibelakang gedung SMA Negeri Jalan Seram yang pada waktu itu masih dipergunakan sebagai asrama polisi.

Bangunan ini sebelum perang dunia II dipergunakan, sebagai tempat sekolah

”Neutrale School” Berkat bantuan dari Deli Tabaksmaatschappij (Deli Mij) diperdapatlah Ir. Althuisiuesebagai dosen dalam mata kuliah kimia, dan J.C. Van Der Meer Mohr dari Senembah Mij sebagaidosen Biologi dan Parasitologiumum.

Pada mulanya telah diminta Ir. R Van Der Waal untuk mengajar Botani yang kemudian digantikan oleh Ir. Tan Hong Tong. Kemudian dalam bulan november 1952 Drs. C.H. D. Steinmetz diangkat sebagai dosen mata kuliah Fisika dan drh.

Sahar Kepala Jawatan Kehewanan Propinsi Sumatera Utara ditunjuk sebagai dosen zoologi. Disamping mendapat bantuan dari berbagai pihak, tidak kurang pula cemooh dan kritik dikeluarkan, sebab banyak orang yang mengira bahwa Fakultas Kedokteran

(48)

itu tidak dapat didirikan secepat itu. karena belum ada suatu alat yangdipesan ke luar negeri dan pengosongan pun belum dilakukan oleh polisi pada saat itu. Untunglah pada permulaan bulan Agustus 1952 satu bagian telah dikosongkan, sehingga dapat dipersiapkan untuk menerima tamu-tamu yang akan datang. Pada saat itu juga ruangan yang akan dipergunakan untuk pelajaran telah kosong dan dapat diperbaiki dan dibangun sedemikian rupa, sehingga dapat dipergunakan untuk tahun pertama Fakultas Kedokteran. Murid-murid lulusan SMA dari berbagai tempat telah mendaftar, tetapi kebanyakan dari mereka tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh Kementrian PP dan K. sehingga hanya 26 orang sajalah yang dapat diterima, diantaranya 3 orang wanita.

Dalam hal itu Yayasan USU telah menunjuk Sdr. Alim gelar Soetan Maharaja Besar di Jakarta sebagai Wakil Yayasan dengan maksud melancarkan hubungan antara Fakultas Kedokteran Yayasan USU di Medan dengan kementerian Fakultas- fakultas yang ada di Jawa. Beliau telah mewakili Fakultas Kedokteran Medan pada upacara-upacara penting diberbagai Fakultas di Indonesia. Setelah berembuk dengan kementrian PP dan K serta Kementrian Kesehatan, ditetapkanlah oleh yayasan pembukaan Fakultas Kedokteran pada tanggal 20 aguatus 1952, dan beberapa Menteri diharapkan dapat datang ke Medan untuk menghadiri upacara pembukaan itu.

Pada tanggal 16 agustus 1952, dr. Ahmad Sofian diberhentikan sebagai presiden kurator dan digantikan oleh walikota Medan pada waktu itu Sdr. A.M.

Djalaluddin. Sebagai Wakil Presiden kurator diangkat dr. Wasidin dan sebagai

(49)

anggota adalah Mr. Moh. Joesoef, L Ghien Giam, Tan Boen Djien, M. Gani, Arsil dan Dekan Fakultas. Sebagai sekretaris Dewan Kurator bertindak Ny. Mr. Ani Abas Manopo. Sejalan dengan tindakan ini, Dewan Pimpinan telah menentukan Dewan Fakultas yang terdiri dari:

1. dr. Ahmad Sofian sebagai Dekan 2. dr. M. Iidrem sebagai Sekretaris.

3. dr. Maas, dan dr. T. Mansoer sebagai anggota

Setelah terbentuknya kepengurusan yayasan Universiteit Sumatera Utara pada 4 Juni 1952 kemudian melakukan langkah-langkah untuk mendirikan Fakultas Kedokteran. Hasilnya hanya dalam waktu 77 hari setelah dibentuknya Yayasan, tepatnya tanggal 20 Agustus 1952 Fakultas Kedokteran didirikan. Sejak saat itu USU mulai mengalami perkembangan yang cepat.

Terdapat beberapa perkembangan yang terjadi pada periode ini, yang pertama berdirinya Fakultas Kedokteran serta Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.

Kedua Penegerian Fakultas Kedokteran serta Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Ketiga Berdirinya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru dan Fakultas Pertanian, Keempat penegerian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru sekaligus perubahan nama menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Kelima Universitas Sumatera Utara menjadi universitas negeri, dan diakhiri dengan sedikit uraian tentang perkembangan USU masa kepemimpinan presidium yang pertama hingga diangkatnya Prof. Ahmad Sofian menjadi Presiden Universitas Sumatera Utara pada 15 Oktober 1958.

(50)

3.6 Dari Yayasan USU ke Perguruan Tinggi Negeri (1958-2003)

Pada tanggal 24 Juni 1999 Presiden RI, B.J. Habibi menetapkan peraturan tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan Hukum.16

• Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang efisien dan berkualitas,

Peraturan pemerintah ini membuka kemungkinan secara selektif mengubah status hukum sebuah Perguruan Tinggi Negeri menjadi suatu Badan Hukum. Pada pasal 4 ayat (1) dari Peraturan ini disebutkan bahwa Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) ditetapkan dengan peraturan pemerintah setelah melalui proses pengkajian yang mendalam atas usulan dan rencana pengembangan yang diajukan oleh Perguruan Tinggi Negeri. Kemudian pasal 4 ayat (3) disebutkan pula bahwa prasyarat untuk dapat ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi (BHMN) mencakup kemampuan :

• Memenuhi standar minimum kelayakan finansial, dan

• Melaksanakan pengelolaan perguruan Tinggi berdasarkan prinsip ekonomi dan akuntabilitas.

Ketika Universitas Sumatera Utara resmi dinegerikan pada 1 September 1957, Fakultas Kedokteran genap berusia lima tahun, dan sudah dua tahun menjadi Fakultas negeri. Hingga saat itu Fakultas Kedokteran masih saja menghadapi berbagai kesulitan yang harus diatasi, terutama terus membanjirnya calon mahasiswa yang mendaftarkan diri yang memerlukan gedung-gedung perkuliahan baru, laboratorium, ruang praktek, dan prasarana lainnya. Akibat kekurangan ruangan, maka pada tahun

16 Peraturan pemerintah RI No. 61 Tahun 1999.

(51)

akademik 1956/1957 penerimaan mahasiswa baru terpaksa dibatasi dari hampir 200 orang mahasiswa yang mendaftar , hanya diterima 107 orang diantaranya 10 perempuan. Untuk sekedar mencukui ruangan kuliah dan laboratorium sementara dipergunakan beberapa ruangan asrama mahasiswa di Padang Bulan dan juga ruangan-ruangan yang dipakai oleh Sekolah Asisten Apoteker di Asrama tersebut.

Pada Tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan oleh Presiden R.I. Kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan pada tahun 1960 di Banda Aceh. Pada waktu itu, USU terdiri dari 5 (lima) Fakultas di Medan dan 2 (dua)Fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2007), Fakultas Psikologi (2008), dan Fakultas Keperawatan (2009).

Pada tahun 2003, status USU berubah dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN). Status ini masih bertahan hingga pertengahan tahun 2012, meski sesuai dengan peraturan yang berlaku sejak akhir tahun 2010 USU akan bertransisi menjadi Perguruan Tinggi Badan Layanan Umum. Dalam proses transisi hingga pertengahan tahun 2012, status

(52)

manajemen dan keorganisasian USU masih PT-BHMN, tetapi menyangkut keuangan dilakukan dengan pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU).

Perubahan status USU dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya yang telah berubah status adalah; Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2000. Dalam perkembangannya, beberapa Fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya 3 (tiga)Perguruan Tinggi Negeri baru, yaitu; Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi serta Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh.

Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU.

Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU.

(53)

Berikut adalah daftar nama pimpinan USU dari awal berdiri hingga tahun 2012.

Tabel 1. Daftar Nama Pimpinan USU, Jabatan, dan Masa Bakti

No. Tahun Nama Pimpinan Jabatan

1. 1957-1958 Z. A. Soetan Koemala Pontas Ketua Presidium 2. 1958-1962 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium 3. 1962-1964 Prof. Mr. Mahadi, Ketua Presidium

4. 1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium

5. 1965-1966 Drg. Nazir Alwi, Rektor

6. 1966 (Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A., Pejabat Rektor 7. 1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor

8. 1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor

9. 1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium 10. 1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor

11. 1986-1994 Prof. M. Jusuf Hanafiah, Rektor 12. 1994-2010 Prof. Chairuddin P. Lubis,

D.T.M.&H., Sp.A.(K),

Rektor 13. 2010-2015 Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K)

Rektor

Sumber: Repository.usu.ac.id

(54)

Selama periode 2003 hingga pertengahan tahun 2012 USU dipimpin oleh dua orang rektor yaitu Prof. Chairuddin P. Lubis (2003-2010), dan Prof. Syahril Pasaribu (2010-2012). Dua tahun pertama kepemimpinan Prof. Chairuddin P. Lubis (2003- 2005) adalah masa transisi kepemimpinan USU dari PTN ke PT-BHMN. Beliau kemudian tetap memegang kepemimpinan di USU setelah terpilih menjadi rektor USU untuk periode 2005-2010. Di tahun 2010, Prof. Chairuddin P. Lubis digantikan oleh Prof. Syahril Pasaribu untuk periode masa bakti 2010-2015.

(55)

BAB IV

EKSISTENSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (1952-2012)

Setelah berembuk dengan Kementerian PP & K dan Kementerian Kesehatan, ditetapkanlah oleh Yayasan pembukaan FAKULTAS KEDOKTERAN pada tanggal 20 Agustus 1952, dan beberapa Menteri diharapkan dapat datang ke Medan untuk menghadiri upacara pembukaan itu.

Pada tanggal 16 Agustus 1952 Dr.Ahmad Sofian diberhentikan sebagai Presiden Kurator dan digantikan oleh Walikota Medan yang pada waktu itu adalah Sdr.A.M.

Djalaluddin. Sebagai Wakil Presiden Kurator diangkat Dr.Wasidin dan sebagai anggota adalah Mr.Moh. Joesoef, Liem Ghien Giam, Tan Boen Djien, M.Gani, Asril serta Dekan Fakultas. Sebagai Sekrertaris Dewan Kurator bertindak Ny.Mr.Ani Abbas Manoppo. Sejalan dengan hal tersebut, Dewan Pimpinan telah menentukan Dewan Fakultas yang terdiri dari Dr.Ahmad Sofian sebagai Dekan, Dr.Ildrem sebagai Sekretaris serta Dr.Maas dan Dr.T.Mansoer sebagai anggota.

Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU bahu membahu dengan pimpinan fakultas dalam membangun dan mengembangkan Fakultas Kedokteran USU yang usianya masih sangat muda tersebut.

Pada tanggal 1 September 1952, Fakultas Kedokteran USU dipimpin oleh Dr.

A. Sofian sebagai Dekan, Dr. Maas sebagai Wakil Dekan dan Dr. M. Ildrem sebagai

Gambar

Tabel 1. Daftar Nama Pimpinan USU, Jabatan, dan Masa Bakti
Tabel 2. Daftar pembangunan Gedung-gedung Fakultas Kedokteran USU.
Tabel 4. Daftar Penerimaan Mahasiswa Program Studi Ilmu Penyakit Dalam tahun  2000-2002
Tabel 5. Daftar mahasiswa yang diterima di Fakultas Kedokteran tahun ajaran  1952/1953
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 12.Spektrum 1 H-NMR Senyawa Flavonoida Pembanding untuk Senyawa Hasil Isolasi (Mabry, 1970).. Senyawa Hasil Isolasi

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap

Since Klaster Berdaya is community-based empowerment program, then PKPU build integrated cage for all goats.. The beneficiaries would take care the goats

The optimum results of carboxylate groups in bagasse are presented in Table (1). The result of optimizing mass ratio SB: PA and reaction time are presented in Table 1 which shows

Setiap kelompok diminta untuk berperan sebagai pihak yang mengaudit rekam medis dan diminta untuk menelaah contoh rekam medis kemudian menentukan mana rekam medis yang

Penelitian ini berjudul Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan

Pencemaran tanah tidak jauh berbeda atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, sehinngga sumber pencemar udara dan sumber

First, to know the kind of authentic materials which commonly used by pre-service teacher at EED of UMY in their teaching practice, and they are printed materials (picture,