• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI KEBUTUHAN DERMAGA PADA PELABUHAN MAUMERE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OPTIMASI KEBUTUHAN DERMAGA PADA PELABUHAN MAUMERE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI KEBUTUHAN DERMAGA PADA PELABUHAN MAUMERE Dedi Imanuel Pau

Program StudiTeknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas NusaNipa, HP: 0852 3940 8890 dedi_imanuel@yahoo.com

ABSTRAK

Dermaga pada Pelabuhan Maumere dioperasikan untuk kegiatan bongkar/muat general cargo, peti kemas dan penumpang.

Dermaga tersebut terdiri dari tiga tambatan dengan dengan panjang masing-masing dermaga adalah 60 m. Untuk lebih meningkatkan pelayanannya maka perlu dilakukan optimasi terhadap kebutuhan dermaga pada Pelabuhan Maumere berdasarkan dataarus peti kemas, arus kapal peti kemas dan produktifitas B/M tahun 2008-2012. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan optimal dan prediksikebutuhan dermaga.

Penelitian ini menggunakan metode optimasi yang didasarkan pada data historis arus peti kemas, arus kapal peti kemas dan produktifitas B/Mserta trend pertumbuhannya.Metode optimasi yang digunakan adalah analisis kebutuhan dermaga dengan memperhatikan nilai BOR yang disarankan UNCTAD. Analisis yang dilakukan berdasarkan data tahun 2008-2012, kemudian berdasarkan data proyeksi arus peti kemas, arus kapal peti kemas dan produktifitas B/Mdianalisis kebutuhan dermaga Pelabuhan Maumere yang optimal untuk beberapa tahun kedepan.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan optimal dermaga, dapat diprediksikan kebutuhan panjang dermaga dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2025 adalah tetap yaitu sepanjang 373 m. Bedasarkan hasil pengamatan dilapangan, panjang dermaga yang teramati dilapangan adalah sepanjang 180 m dengan jumlah tambatan sebanyak 3 tambatan, oleh karena itu dermaga masih perlu diperpanjang lagi. Sebagai tambahan, sesuai dengan hasil prediksi untuk tahun 2034 maka panjang dermaga yang diperlukan adalah 493 m dengan jumlah tambatan sebanyak 4 tambatan..

Kata kunci

: optimasi, dermaga, BOR.

1 PENDAHULUAN

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang (Triatmodjo,2010). Apabila rasio penggunaan dermaga pada suatu pelabuhan tinggi, itu berarti penggunaan dermaga tersebut di dalam melayani kapal-kapal yang datang cukup baik.

Dermaga pelabuhan maumere dioperasikan untuk kegiatan bongkar/muat general cargo, peti kemas dan penumpang.

Dermaga tersebut terdiri dari tiga tambatan dengan dimensi seperti diberikan dalam Tabel 1. Untuk lebih meningkatkan pelayanannya maka perlu dilakukan optimasi terhadap dimensi dermaga yang ada pada Pelabuhan Maumere berdasarkan data bongkar/muat peti kemas tahun 2008- 2012dengan memperhatikan nilai BOR yang disarankanUNCTAD.

Tabel 1Dimensi Dermaga Pelabuhan Maumere No Keterangan Dermaga

I

Dermaga II

Dermaga III 1

2 3 4

Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2) Kedalaman

kolam (mlws)

60 10 600

10

60 15 900

10

60 15 900

10

Data Arus Peti kemas, Arus Kapal Peti Kemas dan Produktifitas B/Mdiberikan dalam tabel 2.

Tabel 2Arus Peti kemas, Arus Kapal Peti Kemas dan Produktifitas B/M

Tahun

Peti Kemas

Kapal Peti Kemas

Produktifitas Bongkar/ Muat

(TEU’s) (unit) (unit)

2008 2009 2010 2011 2012

- 58 5,786 10,178 15,789

- - 33 55 72

- - 11 12 7

Data Proyeksi Arus Peti kemas, Arus Kapal Peti Kemas dan Produktifitas B/Mdiberikan dalam tabel 3.

Tabel 3Proyeksi Arus Peti kemas, Arus Kapal Peti Kemas dan Produktifitas B/M

Tahun

Peti Kemas

Kapal Peti Kemas

Produktifitas Bongkar/ Muat

(TEU’s) (unit) (unit)

2015 2020 2025 2034

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

7 7 7 7

Data Penentuan Panjang Kapal Rerata (Loa) diberikan dalam Tabel 4.

(2)

Tabel 4Penentuan Panjang Kapal Rerata (Loa)

No

Panjang Kapal

(m)

Jumlah Kapal

(m)

Panjang Kapal Maksimum

(m)

Panjang Kapal Rencana

(m) 1

2 3 4

0 - 50 50 - 75 75 - 100 100 - 150

0 2 2 3

0 75 88 147

0 150 176 441 Jumlah

Kapal

7 Jumlah 767

𝐿𝑜𝑎=767

7 = 110 𝑚

2 BERTH OCCUPANCY RATIO (BOR)

Kinerja pelabuhan ditunjukkan oleh Berth Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat pemakaian dermaga, BOR dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.

𝐵𝑂𝑅 = 𝑉𝑠𝑆𝑡

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑛× 100%… … (3) dengan BOR : Berth Occupancy Ratio (%), Vs : jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun), St : Service time (jam/hari), n : jumlah tambatan dan Waktu Efektif : jumlah hari dalam satu tahun

UNCTAD (1978) merekomendasikan agar tingkat pemakaian dermaga tidak melebihi nilai yang diberikan dalam Tabel 5.

Tabel 5Nilai BOR yang disarankan UNCTAD

Jumlah Tambatan Nilai BOR

(%) 1

2 3 4 5 6-10

40 50 55 60 65 70

3 SERVICE TIME

Service time (St) adalah waktu yang diperlukan untuk melayani kapal dan dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.

𝑆𝑡 = 𝐾𝑎𝑝. 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑙

(𝐾𝑎𝑝. 𝐵𝑀)(𝐽𝑢𝑚. 𝐺𝑎𝑛𝑔)× (1 + 𝑁𝑂𝑇) (4) denganKap.Kapal : Arus BM Peti Kemas per unit kapal, Kap.BM : Produktifitas BM Peti Kemas, Jum.Gang : 2 gang, NOT : diasumsikan 20% waktu efektif BM.

4 BERTH THROUGHPUT

Berth throughput (BTP) adalah kemampuan dermaga untuk melewatkan jumlah barang yang dibongkar-muat di

tambatan. BTP dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.

𝐵𝑇𝑃 =𝐻 𝐵𝑂𝑅 𝐽 𝐺 𝑃

𝐿1 … … … … … … (5) 𝐿1= 𝐿𝑜𝑎+ 10% 𝐿𝑜𝑎… … … … … … … …(6) dengan BTP : berth throughput (m3, ton, box atau TEUs/m/tahun), H : jumlah hari kerja dalam satu tahun (hari), BOR : berth occupancy ratio (%), J : jam kerja per hari, G : jumlah gang dalam satu waktu, P : produktifitas B/M (m3, ton, box atau TEUs/jam), L1 : panjang dermaga untuk satu kapal (berth), dan Loa : panjang kapal (m).

5 KAPASITAS TERPASANG

Kapasitas terpasang dermaga adalah kemampuan dermaga untuk dapat menerima arus bongkar muat peti kemas, yang diberikan oleh Persamaan (6)

𝐾𝐷= 𝐿 𝐵𝑇𝑃 𝑓 … … … … … … … … …(7) dengan KD: kapasitas dermaga (TEUs, ton, m3, box), L : panjang dermaga (m), BTP : berth through put (TEUs, ton, m3, box/m/thn), dan f : faktor konversi (untuk mengubah satuan box ke TEUs, yaitu 1 box = 1,7 TEUs).

6 PANJANG DERMAGA

Panjang dermaga berdasar arus peti kemas dihitung dengan Persamaan (7), dengan BTP dihitung dari Persamaan (4).

𝐿 =𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐵/ 𝑀 𝑃𝑒𝑡𝑖 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑠

𝐵𝑇𝑃 … … … … … … …(8) Jumlah tambatan dan panjang dermaga juga dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1), yang didasarkan pada arus kunjungan kapal dan service time serta BOR.

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk berikut ini.

𝑛 = 𝑉𝑠 𝑆𝑡 100

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑅… … … … … … …(9) 𝐿 = 𝑛 𝐿1+ 10% 𝐿𝑜𝑎… … … … … … … …(10) dengan n : jumlah tambatan, L : panjang dermaga yang terdiri dari n tambatan

7 METODE PENELITIAN

Dalam melakukan optimasi dimensi dermaga Pelabuhan Maumere dilakukan langkah-langkah berikut ini.

1) Mengumpulkan data dimensi dermaga Pelabuhan Maumere, data arus peti kemas, arus kapal peti kemas dan produktifitas B/M, data proyeksi arus peti kemas, arus kapal peti kemas dan produktifitas B/M dan data penentuan panjang kapal rerata (Loa).

2) Menghitung service time dan BOR.

3) Menghitung BTP.

4) Membuat prediksi arus kapal dan peti kemas dan hitungan BOR.

(3)

5) Melakukan optimasi untuk mendapatkan kebutuhan dermaga yang sesuai disarankan.

6) Memberikan rekomendasi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang terkaitdimensi dermaga Pelabuhan Maumere.

8 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 8.1 Perhitungan Service Time dan BOR

Perhitungan service time dan BOR selengkapnya disajikan

dalam Tabel 6.

Tabel 6Hitungan Service Time dan BOR

Tahun

Arus Kapal

PK Arus PK TEU’s/Ka

pl

Kapasitas Serv.

Time BOR

(unit) (TEU’s) (box/jam) (TEUs/jam) (jam) (%)

2008 2009 2010 2011 2012

- - 33 55 72

- 58 5,786 10,178 15,789

- - 175 185 219

- - 11 12 7

- - 19 20 12

- - 5.63 5.44 11.06

- - 17.43 28.11 74.75 Terlihat dalam Tabel 6 bahwa nilai BOR pada tahun 2010

adalah 17,43% yang lebih rendah daripada nilai yang diberikan UNCTAD yaitu 55%. Hal ini menunjukkan bahwa kesibukan di dermaga belum begitu tinggi. Tetapi

sejak tahun 2012 nilai BOR sudah melebihi 55%, yang berarti bahwa dermaga semakin sibuk; kunjungan kapal peti kemas dan arus peti kemas meningkat, meskipun kapasitas

bongkar-muat menurun.

8.2 Perhitungan BTP

Perhitungan BTP selengkapnya sajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7Hitungan BTP

Tahun Arus PK Daya Lalu (BTP) Kap. BM BTP Terpsng Kap. Dermaga

(TEU’s/th) (TEU’s/th) (TEU’s/tmbt/th) (TEU’s/m/th) (TEU’s/j) (TEU’s/m/th) (TEU’s/ th) 2008

2009 2010 2011 2012

- 58 5,786 10,178 15,789

- 58 5,786 10,178 15,789

- 19 1,929 3,393 5,263

- 0.32

32 57 88

- - 19 20 12

- - 641 700 408

- - 115,470 125,967 73,481

Dari data tersebut terlihat bahwa kapasitas terpasang dermaga masih lebih besar dari arus peti kemas yang melalui dermaga. Sebagai contoh, pada tahun 2012 arus peti kemas adalah 15,789 TEU’s/tahun sementara kapasitas

dermaga adalah 73,481 TEU’s/tahun. Namun apabila ditinjau Tabel 6, nilai BOR pada tahun yang sama adalah 74,75% yang lebih besar dari nilai yang disarankan oleh UNCTAD.

8.3 Prediksi arus kapal dan peti kemas dan hitungan BOR Tabel 8Prediksi arus kapal dan peti kemas dan hitungan BOR

Tahun Tahun ke

Arus Kapal Arus PK Kap. Produktif Service Time BOR

(Unit) (TEU’s) (TEU’s/kpl) (TEU’s/j) (jam) (%)

2015 2020 2025 2034

8 13 18 27

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

207 208 208 209

12 12 12 12

10.43 10.49 10.51 10.53

128.83 227.53 326.24 503.91

Terlihat dalam tabel 8 bahwa pada tahun-tahun prediksi, nilai BOR sangat tinggi, melebihi nilai yang disarankan UNCTAD; yang berarti bahwa penggunaan dermaga sangat

padat. Dimungkinkan kapal harus menunggu untuk merapat ke dermaga dan melakukan bongkar muat.

8.4 Optimasi kebutuhan dermaga

Untuk mengurangi kepadatan tersebut dicoba meningkatkan kinerja pelabuhan dengan meningkatkan produktifitas BM peti kemas. Tabel 9 adalah hasil hitungan BOR dengan 2

gang pekerja dan Produktifitas BM peti kemas = 29 TEU’s/jam. Terlihat bahwa nilai BOR berkurang dengan bertambahnya produktifitas BM peti kemas. Untuk kondisi tahun 2014 nilai BOR = 44.92% yang sudah lebih rendah dari nilai yang disarankan UNCTAD yaitu 55% sedangkan

(4)

untuk tahun 2020 nilai BOR = 93.69%, untuk tahun 2025 nilai BOR = 134.33% dan untuk tahun 2034 nilai BOR =

207.49%; yang masih lebih besar dari nilai yang disarankan UNCTAD.

Tabel 9Hitungan BOR untuk G = 2 gang danP = 29 TEU’s/jam Tahun Tahun

ke

Arus Kapal Arus PK Kap. Produktif Serv. Time BOR

(Unit) (TEU’s) (TEU’s/kpl) (TEU’s/j) (jam) (%)

2015 2020 2025 2034

8 13 18 27

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

207 208 208 209

29 29 29 29

4.30 4.32 4.33 4.34

44.92 93.69 134.33 207.49

Usaha peningkatan efisiensi pelayanan pelabuhan juga dapat dilakukan dengan menambah jumlah gang pekerja.

Tabel 10 adalah hitungan untuk jumlah pekerja sebanyak 3 gang. Terlihat bahwa nilai BOR untuk kondisi tahun 2020,

tahun 2025 dan tahun 2034 dapat berkurang, akan tetapi masih lebih besar dari nilai BOR yang disarankan UNCTAD.

Tabel 10Hitungan BOR untuk G =3 gang danP = 29 TEU’s/jam Tahun Tahun

ke

Arus Kapal Arus PK Kapasits Produktifits Service Time BOR

(Unit) (TEU’s) (TEU’s/kpl) (TEU’s/j) (jam) (%)

2015 2020 2025 2034

8 13 18 27

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

207 208 208 209

29 29 29 29

2.86 2.88 2.89 2.89

29.94 62.46 89.55 138.33

Untuk mengurangi kepadatan tersebut dicoba meningkatkan kinerja pelabuhan dengan meningkatkan produktifitas BM peti kemas yang lebih tinggi. Tabel 11 adalah hasil hitungan BOR dengan 3 gang pekerja dan Produktifitas BM peti kemas = 34 TEU’s/jam. Terlihat bahwa nilai BOR berkurang dengan bertambahnya produktifitas BM peti

kemas. Untuk kondisi tahun 2020 nilai BOR = 53,09%

sudah lebih rendah dari nilai yang disarankan UNCTAD yaitu 55% sedangkan untuk tahun 2025 nilai BOR = 76,12% dan untuk tahun 2034 nilai BOR = 117,58%; yang masih lebih besar dari nilai yang disarankan UNCTAD.

Tabel 11Hitungan BOR untuk G =3 gang danP = 34 TEU’s/jam Tahun Tahun

ke

Arus Kapal Arus PK Kapasits Produktifits Service Time BOR

(Unit) (TEU’s) (TEU’s/kpl) (TEU’s/j) (jam) (%)

2015 2020 2025 2034

8 13 18 27

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

207 208 208 209

34 34 34 34

2.43 2.45 2.45 2.46

25.45 53.09 76.12 117.58

Untuk mengurangi kepadatan tersebut dicoba meningkatkan kinerja pelabuhan dengan meningkatkan produktifitas BM peti kemas yang lebih tinggi. Tabel 12 adalah hasil hitungan BOR dengan 3 gang pekerja dan Produktifitas BM peti kemas = 48 TEU’s/jam. Terlihat bahwa nilai BOR berkurang dengan bertambahnya produktifitas BM peti

kemas. Untuk kondisi tahun 2025 nilai BOR = 54,37%

sudah lebih rendah dari nilai yang disarankan UNCTAD yaitu 55% sedangkan untuk tahun 2034 nilai BOR = 83,98%; yang masih lebih besar dari nilai yang disarankan UNCTAD.

Tabel 12Hitungan BOR untuk G =3 gang danP = 48 TEU’s/jam Tahun

Tahun ke

Arus Kapal Arus PK Kapasits Produktifits Service Time BOR

(Unit) (TEU’s) (TEU’s/kpl) (TEU’s/j) (jam) (%)

2015 2020 2025 2034

8 13 18 27

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

207 208 208 209

48 48 48 48

1.73 1.75 1.75 1.76

18.18 37.92 54.37 83.98

Pada kondisi di mana efisiensi kinerja sudah ditingkatkan, namun nilai BOR masih tinggi, maka usaha lain untuk mengurangi kepadatan arus kapal adalah dengan menambah jumlah dermaga. Tabel 13 adalah hasil hitungan BOR

dengan 3 gang pekerja, Produktifitas BM peti kemas = 51 TEU’s/jam dan jumlah tambatan adalah 3 tambatan.

Terlihat Untuk kondisi tahun 2034 nilai BOR = 78,39%

yang masih lebih tinggi dari nilai yang disarankan

(5)

UNCTAD yaitu 55%. Tabel 14 adalah hasil hitungan BOR dengan 3 gang pekerja, Produktifitas BM peti kemas = 51 TEU’s/jam dan jumlah tambatan adalah 4 tambatan.

Terlihat Untuk kondisi tahun 2034 nilai BOR = 58,79%

yang sudah lebih rendah dari nilai yang disarankan

UNCTAD yaitu 60%.

Tabel 13Hitungan BOR untuk G =3 gang,P = 51 TEU’s/jamdan n = 3 Tahun Tahun

ke

Arus Kapal Arus PK Kapasits Produktifits Service Time BOR

(Unit) (TEU’s) (TEU’s/kpl) (TEU’s/j) (jam) (%)

2015 2020 2025 2034

8 13 18 27

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

207 208 208 209

51 51 51 51

1.62 1.63 1.64 1.64

16.97 35.39 50.75 78.39

Tabel 14Hitungan BOR untuk G =3 gang,P = 51 TEU’s/jamdan n = 4 Tahun Tahun

ke

Arus Kapal Arus PK Kapasits Produktifits Service Time BOR

(Unit) (TEU’s) (TEU’s/kpl) (TEU’s/j) (jam) (%)

2015 2020 2025 2034

8 13 18 27

132 231 331 510

27,211 48,060 68,909 106,437

207 208 208 209

51 51 51 51

1.62 1.63 1.64 1.64

12.73 26.55 38.06 58.79

Hasil perhitungan optimasi kebutuhan dermaga pada pelabuhan maumere untuk beberapa tahun yang akan datang disajikan dalam tabel 15.

Tabel 15Hitungan Optimasi Kebutuhan Dermaga

Tahun G Serv. Time n BOR Prod. BM BTP Terpasang L Kap. Dermaga

(gang) (jam) (berth) (%) (TEU’s/jam) (TEU’s/m/ tahun) (m) (TEU’s/ tahun) 2015

2020 2025 2034

2 3 3 3

4.29 2.45 1.75 1.64

3 3 3 4

44.92 53.09 54.37 58.79

29 34 48 51

1,685 2,974 4,164 5,272

373 373 373 493

627,881 1,108,026 1,551,236 2,599,713 9 KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan optimasi kebutuhan dermaga pada pelabuhan maumere, maka dapat diambil kesimpulan berikut ini.

1. Dalam perhitungan kebutuhan dermaga, diprediksikan kebutuhan panjang dermaga dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2025 adalah tetap yaitu sepanjang 373 m.

Bedasarkan hasil pengamatan dilapangan, panjang dermaga yang teramati dilapangan adalah sepanjang 180 m dengan jumlah tambatan sebanyak 3 tambatan, oleh karena itu dermaga masih perlu diperpanjang lagi.

Sebagai tambahan, sesuai dengan hasil prediksi untuk tahun 2034 maka panjang dermaga yang diperlukan adalah 493 m dengan jumlah tambatan sebanyak 4 tambatan.

9.2 Saran

Untuk mencari hal-hal yang belum dapat dijawab pada penelitian ini, diperlukan beberapa studi lanjutan diantaranya:

1. Studi mengenai perhitungan kekuatan struktur dan biaya yang diperlukan dalam pembuatan dermaga pada Pelabuhan Maumere berdasarkan usulan optimasi kebutuhan dermaga yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Bruun, P., 1981, Port Engineering, Gulf Publishing Company Houston, Texas;

Departemen Perhubungan, 2002, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 54 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Jakarta;

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, 1999, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor PP.72/2/20-99 tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut, Jakarta;

Pau, D.I., 2013, Evaluasi Masterplan Pelabuhan Maumere, Tesis, Program Studi Keairan, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, UGM, Yogyakarta;

Pelabuhan Indonesia III, 2003, Rencana Induk Pelabuhan Maumere Tahun 2002-2025, PT. Pelabuhan Indonesia III (PERSERO), Surabaya;

(6)

Pelabuhan Indonesia III Cabang Maumere, 2012, Laporan Manajemen Tahun 2012, PT. Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang Maumere, Maumere;

Pelabuhan Indonesia, 2000, Referensi Kepelabuhanan seri- 3, Pengoperasian Pelabuhan, Edisi Pertama;

Republik Indonesia, 2008, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Jakarta

Triatmodjo Bambang, 2010, Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta;

UNCTAD, 1978, Port Developing. A. Handbook for Planner in Developing Contries, United Nation, Secretariat, New York;

Yuwono, N., 2007, Diktat Kuliah Transportasi Air, Pusat Studi Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 4Penentuan Panjang Kapal Rerata (Loa)  No  Panjang Kapal  (m)  Jumlah Kapal (m)  Panjang Kapal  Maksimum (m)  Panjang Kapal  Rencana (m)  1  2  3  4  0 - 50  50 - 75  75 - 100  100 - 150  0 2 2 3  0  75 88  147  0  150 176 441  Jumlah  Kapal  7  Juml

Referensi

Dokumen terkait

Pegadaian Syariah Unit Pegadaian Syariah (UPS) Kampung Mulia Banda Aceh di mana antara pihak pertama (Pegadaian Syariah) dengan pihak kedua (nasabah) sepakat dan

Mengutip dari pernyataan Abu Bakar Asshidiq dalam sebuah hadist menyatakan bahwa “kita bisa melihat Tuhan dengan sesuatu yang diperlihatkan kepada kita, karena

Nilai rata-rata semua atribut memiliki nilai rata-rata diatas skala 2,5 berarti atribut atribut yang akan dipakai dalam perhitungan Model kano dan perancangan aplikasi tidak

Algoritma K-means Clustering Sumber: CS 4487/9587 Algorithms for Image Analysis: Basic Image Segmentation.. assign each sample to

Dua peserta didik dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain guna mengumpulkan informasi/data untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, sedangkan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial orang tua dan minat remaja dengan pengambilan keputusan remaja mengikuti muda mudi Katolik

Adapun antara sikap dan perilaku birrul walidain yang diterima orangtua dari anak ini memiliki keterkaitan dengan kebahagiaan lansia yang tinggal di BPSTW Yogyakarta

Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah Metode Presentasi mengenai pengenalan software, kemanfaataannya, dan penerapannya dalam pembuatan media pembelajaran