• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksposisi Filipi 3:20-21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Eksposisi Filipi 3:20-21"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

28 November 2021

Eksposisi Filipi 3:20-21

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Istilah “perspektif” (sudut pandang) tentu tidak asing bagi banyak orang. Kata ini bukan merujuk pada apa yang dilihat, tetapi lebih pada bagaimana seseorang melihat. Yang dilihat mungkin sama, tetapi pemahaman orang bisa berbeda. Faktor penentu terletak pada perspektif.

Nilai penting perspektif tidak perlu diragukan lagi.

Sudut pandang menentukan penilaian. Sebagai contoh, sampah di mata banyak orang adalah barang yang tidak berguna, bahkan berbahaya.

Namun, bagi para pemulung dan petugas T E AC H I N G

Khotbah Umum

(4)

kebersihan sampah adalah sumber nafkah bagi keluarga. Bagi beberapa pengusaha sampah bahkan bisa menjadi sumber penghasilan yang besar jika bisa didaur ulang. Apa yang tidak berguna bagi seseorang bisa menjadi berguna bagi orang yang berbeda.

Hal yang sama berlaku dalam kerohanian.

Cara pandang seseorang sangat menentukan dalam banyak hal. Mereka yang melihat segala sesuatu dari perspektif bawah (kesementaraan) pasti akan menjalani hidupnya secara berbeda dengan mereka yang melihat dari perspektif atas (kekekalan). Itulah yang diajarkan oleh Paulus di teks kita hari ini.

Perspektif kekekalan (ayat 20a)

Bagian ini dimulai dengan kata sambung “karena”

(gar) yang menerangkan alasan bagi nasihat di ayat 17 (“Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu”). Paulus memberikan dua jenis alasan bagi nasihat ini:

alasan negatif (3:18-19) dan positif (3:20-21).

Jemaat Filipi perlu memiliki dan mengikuti teladan iman karena banyak orang memamerkan hidup yang buruk (3:18-19). Orang-orang ini jangan diikuti. Jemaat Filipi juga perlu memiliki dan mengikuti teladan karena identitas mereka yang baru di dalam Kristus (3:20-21). Mereka adalah warga kerajaan sorga.

(5)

28 November 2021

Identitas ini tampaknya sangat ditekankan oleh Paulus. Dalam teks Yunani, kata “kita” (hēmōn) muncul di bagian paling awal. Melalui peletakan kata semacam ini Paulus ingin menegaskan perbedaan status antara jemaat Filipi (3:20-21) dengan para seteru salib Kristus (3:18-19). Status ini berkaitan dengan cara pandang. Para seteru salib hanya mengejar hal-hal yang sementara karena pikiran mereka hanya terfokus pada apa yang ada di dunia ini. Tidak demikian dengan jemaat Filipi. Mereka adalah warga negara sorga.

Pikiran mereka bukan duniawi, tetapi sorgawi.

Yang dikejar bukanlah kesenangan sementara, tetapi kebahagiaan kekal di sorga.

Penekanan yang lain ditunjukkan oleh Paulus melalui penggunaan kata kerja “adalah”

(hyparchei, lit. “menjadi”) dalam bentuk kekinian.

Status sebagai warga negara sorga terjadi sekarang, bukan nanti. Jadi walaupun kita masih di dunia, kita sudah memiliki warna negara sorga.

Perspektif inilah yang harus ada di pikiran setiap orang Kristen.

Bagi Paulus perspektif ini bukan sekadar jargon teologis yang kosong, bukan pula sebuah latihan penalaran semata-mata. Dengan persektif ini dia mampu memaknai kehidupan dan kematian secara benar. Kehidupan berarti berbuah bagi Kristus, sedangkan kematian berarti berdiam bersama Kristus (1:21-24). Itulah sebabnya Paulus tidak menyesali kehidupan atau takut pada

(6)

kematian. Dia juga mengetahui tujuan hidupnya, yaitu menikmati persekutuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya (3:10-11).

Istilah “warga negara” (politeuma) tentu tidak asing di telinga jemaat Filipi. Kota Filipi merupakan domisili para veteran Roma, setelah kemenangan perang Mark Anthony dan Octavian (selanjutnya menjadi Kaisar Agustinus) melawan Cassius dan Brutus. Kota Filipi berangsur-angsur menjadi sangat mirip dengan kota Roma, sehingga seringkali dianggap sebagai miniatur kota Roma. Ada begitu banyak kesamaan antara dua kota ini. Salah satunya adalah dalam hal kewarganegaraan. Banyak penduduk Filipi disamakan dengan penduduk Roma. Artinya, mereka memiliki hak dan keistimewaan yang sama dengan warga negara Romawi di kota Roma.

Sebagai contoh, sebagai warga negara Romawi seseorang akan diperlakukan istimewa dalam hal tuntutan hukum atau jalannya suatu perkara (16:38;

22:25-29). Semua hak dan keistimewaan ini tidak dimiliki oleh mereka yang bukan warga negara.

Selain memberikan banyak keuntungan, kewarganegaraan Filipi (atau Roma) juga memberikan kebanggaan. Tidak sedikit orang yang bahkan rela membayar mahal untuk menjadi warga negara Romawi (Kis. 22:28). Warga negara Romawi merupakan penduduk kelas utama. Secara sosial, kultural, dan politis mereka lebih superior daripada yang lain.

(7)

28 November 2021

Dengan latar belakang historis seperti ini kita dapat mengetahui maksud pernyataan Paulus di 3:20-21. Dia ingin memberikan dorongan bagi jemaat Filipi. Walaupun mereka minoritas (2:15) dan sering mengalami penganiayaan (1:29-30), mereka seharusnya bangga dengan status mereka sebagai warga negara sorga. Kehormatan mereka berada di dalam Kristus. Apa yang dipikirkan oleh dunia tentang mereka tidaklah penting. Apa yang dianggap keuntungan secara duniawi seringkali justru menjadi kerugian secara sorgawi (3:7a).

Apa yang dulu dibanggakan kini mungkin perlu disampahkan (3:7b-8).

Konsekuensi dari perspektif kekekalan (ayat 20b-21)

Sama seperti warga negara Romawi memiliki gaya hidup yang berbeda dengan mereka yang bukan warga negara (bdk. Kis. 16:20-21), demikian pula dengan kita sebagai warga negara sorga.

Kita bukan hanya bangga dengan status mereka, tetapi juga menunjukkan gaya hidup yang berbeda. Kita bukan seperti para seteru salib (3:18-19), bukan pula seperti orang-orang dunia lainnya (2:15). Sebagai warga negara sorga kita menggunakan perspektif kekekalan dalam memandang dan melakukan segala sesuatu.

Perspektif kekekalan akan mendorong kita untuk menantikan kedatangan Kristus Yesus yang kedua kalinya (3:20b). Apa gunanya memiliki perspektif sorgawi tetapi pikirannya hanya tertuju pada

(8)

perkara-perkara duniawi? Mereka yang memiliki kebanggaan terhadap statusnya sebagai warga negara sorga pasti ingin secepatnya berada di sana. Kalau kita tidak menginginkan keindahan sorga, mungkin dunia sudah terlanjur terlihat indah di mata kita. Sama seperti jemaat mula-mula, kita seharusnya selalu menantikan kedatangan Kristus kedua kalinya (Mat. 6:10a; 1Kor. 16:22).

Lalu bagaimana kita seharusnya menantikan sorga? Pertama, kita menantikan dengan sungguh (ayat 20b). Terjemahan LAI:TB “menantikan”

(apekdechomai) sebenarnya kurang begitu kuat. Mayoritas versi Inggris memilih terjemahan

“menantikan dengan sungguh-sungguh” (NASB.

NIV/NLT “eagerly wait”). Tambahan makna

“dengan sungguh-sungguh” ini terlihat jelas di Roma 8:19-25. Kata apekdechomai muncul tiga kali (ayat 19, 23, 25) dalam konteks penderitaan semua makhluk yang sama-sama menantikan pemulihan segala sesuatu. Penderitaan ini bahkan digambarkan seperti orang yang sakit bersalin.

Ibu-ibu yang sedang berjibaku melahirkan pasti ingin semua proses ini segera selesai. Mereka sungguh-sungguh menantikan si bayi keluar dengan selamat.

Kedua, kita menantikan dengan benar (ayat 20b-21a). Ada beragam alasan mengapa orang merindukan sorga. Beberapa hanya menjadikan sorga sebagai pelarian dari segala penderitaan di dalam dunia. Beberapa yang lain menginginkan

(9)

28 November 2021

sorga tetapi dengan nafsu dunia (misalnya memiliki banyak emas dan permata atau kenikmatan duniawi lainnya). Paulus menegaskan di sini bahwa kita menantikan Seorang Pribadi, yaitu Yesus Kristus. Secara khusus, Paulus membicarakan Pribadi Kristus sebagai Juruselamat kita.

Status Kristus sebagai Juruselamat ini dihubungkan dengan transformasi tubuh kita (ayat 21a). Tubuh kita yang hina akan diubah menjadi tubuh yang mulia.

Tubuh yang berdosa akan diubah menjadi tubuh yang sempurna. Semua ini hanya dimungkinkan melalui kebangkitan Kristus. Sebagaimana Dia bangkit dengan tubuh kemuliaan, demikian pula kita semua akan diberi tubuh yang sama. Tubuh yang tidak takluk kepada kuasa dosa maupun upah maut. Tubuh yang seutuhnya akan digunakan untuk kemuliaan Tuhan.

Ketiga, kita menantikan dengan yakin (ayat 21b).

Pengharapan kita tertuju kepada Pribadi, bukan benda. Tidak hanya itu. Pribadi yang dinantikan ini juga memiliki kuasa yang tidak terbatas. Kuasa yang digunakan oleh Kristus untuk mengubah tubuh kita adalah kuasa yang sama yang Dia gunakan untuk menaklukkan segala sesuatu yang ada. Transformasi tubuh bukanlah sebuah gagasan belaka. Semua pasti akan dikerjakan oleh Kristus.

Kepastian ini perlu untuk diberitakan senantiasa.

Iman kita kadang tidak stabil. Situasi tertentu

(10)

kadang melemahkan iman kita. Puji Tuhan!

Pemenuhan janji Tuhan tentang transformasi tubuh tidak didasarkan pada kondisi perasaan kita, melainkan pada kuasa Kristus atas segalanya.

Dia yang telah menunjukkan kuasa-Nya melalui kebangkitan dari antara orang mati pasti akan dan pasti mampu membangkitkan tubuh kita yang fana ini. Soli Deo Gloria.

(11)

28 November 2021

Katekismus Westminster

Pertanyaan 158:

Dengan cara apa Firman Allah itu seharusnya diberitakan oleh mereka yang terpanggil untuk itu?

Jawaban: Mereka yang terpanggil untuk berkarya dalam pelayanan Firman harus memberitakan ajaran yang sehat, dengan rajin, baik atau tidak baik waktunya, dengan jelas, tidak dengan kata-kata hikmat manusiawi yang meyakinkan, tetapi dengan dengan keyakinan akan kekuatan Roh, dengan setia, dengan memperkenalkan seluruh rencana Allah, dengan hikmat, dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan para pendengarnya, dengan bersemangat, dengan kasih yang menyala-nyala terhadap Allah dan terhadap jiwa umatNya, dengan maksud-maksud murni, demi kemuliaan Allah dan pertobatan umat itu, dengan maksud membangun mereka dalam iman, dan demi keselamatan mereka. a. Tit 2:1, 8. b. Kis 18:25. c.

2Ti 4:2. d. 1Ko 14:19. e. 1Ko 2:4. f. Yer 23:28; 1Ko 4:1-2.

g. Kis 20:27. h. Kol 1:28; 2Ti 2:15; i. 1Ko 3:2; Ibr 5:12- 14; Luk 12:42. j. Kis 18:25. k. 2Ko 5:13-14; Fil 1:15-17; l.

Kol 4:12; 2Ko 12:15. m. 2Ko 2:17; 4:2, n. 1Te 2:4-6; Yoh 7:18. o. 1Ko 9:19-22. p. 2Ko 12:19; Efe 4:12. q. 1Ti 4:16;

Kis 26:16-18.

(12)

Pokok Doa Syafaat

1. Berdoa untuk daerah-daerah yang terkena banjir, kiranya pemerintah daerah dapat cepat mengatasi permasalahan banjir, memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat banjir, evakuasi korban dan memenuhi

kebutuhan hidup para korban banjir di tempat pengungsian. Kiranya Tuhan juga memberikan kesehatan dan daya tahan tubuh yang prima bagi para korban banjir maupun bagi para petugas di lapangan.

2. Doakan persiapan akhir panitia Natal. Doakan cuaca, sarana prasarana yang digunakan baik di gereja maupun di rumah jemaat dalam acara perayaan Natal Sabtu, 4 Desember 2021. Kiranya melalui perayan Natal ini, setiap jemaat yang hadir baik secara online maupun onsite bisa semakin mengerti dan menghidupi arti kelahiran Yesus di dunia ini.

3. Doakan majelis bidang, gembala dan pengurus setiap lokal REC dalam mendesign kegiatan REC Tahun 2022. Tuhan beri hikmat dan bijaksana sehingga mampu merancang program yang membawa jemaat makin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dan menjadi pribadi yang utuh. Program yang dirancang betul betul mendukung visi dan misi REC.

(13)

28 November 2021

Penasihatku yang Bijaksana

C A R E

All About Marriage

Bulan madu mereka tidak terlalu luar biasa.

Selanjutnya, mereka tinggal di rumah orangtua Polly. “Polly terlihat begitu berhati-hati dan bahkan suka menyendiri karena ia merasa dirinya bukanlah Polly yang diimpikan John.”

Sedangkan John tampaknya tidak mengalami tekanan-tekanan emosional serupa. Cinta pun berkembang di antara mereka. Polly mulai terbiasa menyatakan rasa cintanya kepada John, dan John tidak lagi kelu saat menunjukkan John & Polly Newton (4)

(14)

kasihnya kepada Polly.

Namun, suatu ketika John sampai pada suatu hubungan yang kritis dengan Yesus Kristus.

Walaupun ia mengakui bahwa secara rohani ia masih ‘bayi’, ia tidak yakin bahwa Polly telah mencapai tingkat kerohanian yang lebih dewasa.

Ini benar-benar mengganggu John dan ia sendiri tidak tahu apakah artinya semua ini bagi masa depan mereka. “Aku mendiamkan karunia yang diberikan kepadaku dan justru melupakan Pribadi yang telah memberikan hal-hal itu kepadaku.”

Bagaimana mungkin cintanya yang kuat kepada Polly dapat berdampingan dengan cintanya kepada Allah?

Ia berharap ada cara lain untuk menghidupi Polly selain berlayar sebagai nakhoda kapal budak.

Namun sayangnya tidak ada jalan lain.

[MENOLAK TAWARAN]

Keberangkatannya saat itu adalah hal yang sulit;

John tidak ingin pergi, dan Polly juga tidak ingin John meninggalkannya. Keduanya takut John tidak akan pernah kembali.

Seminggu kemudian, ia menulis surat kepada Polly: “Jika kau membalas suratku ini, beritahukanlah jam berapa kau biasa bangun, makan pagi, makan siang, makan malam, dan

(15)

28 November 2021

tidur. Dengan jadwal itu aku dapat mengikuti irama hidupmu, atau setidaknya menyertakanmu dalam pikiranku.”

Pada pelayarannya kali ini, John tidak menyerah pada godaan pesta pora atau pelanggaran tata susila seperti pada pelayaran sebelumnya.

Sekalipun beberapa budak perempuan telah ditawarkan kepadanya. Ingatannya akan Polly membuatnya menolak tawaran itu.

Dalam seminggu, John menulis surat kepada Polly dua sampai tiga kali. Sebagian besar suratnya menyatakan betapa besarnya cintanya kepada Polly dan betapa ia bahagia karena cinta Polly.

Setelah berlayar selama empat belas bulan, John kembali kepada Polly dan keluarga Catlett, lalu tinggal bersama mereka selama enam bulan sebelum kembali bekerja pada pelayaran berikutnya.

John senantiasa berharap bahwa pelayaran dengan kapal budak berikutnya akan menjadi pelayarannya yang terakhir, tetapi tidak satu pun dari pelayarannya itu memberikan keuntungan besar kepadanya. Ia pun kembali menulis surat kepada Polly: “Mungkin kita tidak akan kaya, tak apa-apa kan? Yang jelas, kita berdua kaya dalam kasih…”

(16)

[MENJADI JURU TAKSIR]

John berusia 29 tahun, sedangkan Polly berusia 25 tahun manakala ia menyelesaikan pelayarannya yang ketiga dengan posisi sebagai kapten kapal pengangkut budak. Setiap kali berpisah dengan Polly, perpisahan itu terasa lebih berat dari perpisahan sebelumnya. “Terkadang aku terguncang menghadapi pekerjaan yang terus- menerus berkaitan dengan rantai, kuk, dan belenggu.” Ia pun akhirnya berdoa, “Kiranya Allah berkenan menempatkan aku pada panggilan yang lebih manusiawi.”

Saat itu, John tengah mempersiapkan diri untuk pelayaran berikutnya. Dua hari lagi kapalnya akan diberangkatkan. Hingga terjadilah peristiwa senja itu – John dan Polly tengah bercakap-cakap sambil menikmati teh di rumah yang mereka sewa, tiba-tiba John jatuh pingsan di kaki Polly, nyaris tak bernyawa.

John tak sadarkan diri selama kurang lebih satu jam. Dokter menganjurkan agar ia tidak berlayar sampai gejala penyakitnya benar-benar hilang.

Karenanya, John harus menyerahkan tanggung jawab dan pekerjaannya kepada penggantinya.

(Secara mengejutkan, penggantinya, sebagian besar kelasi, dan anak buah kapal pilihannya mati tenggelam dalam pelayaran itu).

(17)

28 November 2021

Penyebab sakit kepala John yang mendadak itu tidak pernah ditemukan lebih lanjut.

Selama masa penyembuhan, John dan Polly memutuskan untuk kembali ke rumah orangtua Polly. Namun, sesaat mereka tiba di sana, tiba- tiba Polly jatuh sakit. “Ia hampir sekarat,” kata John. Dan Polly terus berbaring di tempat tidur selama sebelas bulan.

Ia tidak tahu apa rencana Allah baginya di masa depan, tetapi ia berdoa agar penderitaan Polly saat itu tidak memisahkan dirinya dari Polly.

Sementara itu, untuk mempersiapkan dirinya terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi, John mempelajari Bahasa Latin dan Perancis, matematika, serta mendalami Alkitab.

John tidak akan pernah berangkat tatkala Polly sakit keras, meskipun ia merasa cukup sehat untuk kembali berlayar. Saat ia mendoakan masalahnya itu, pemilik kapal Liverpool yang pernah menjadi majikannya, menyampaikan pesan bahwa Departemen Bea dan Cukai di Liverpool membutuhkan seorang juru taksir pelabuhan.

Akhirnya, John bekerja sebagai juru taksir pelabuhan. Ia mengawasi anak buahnya yang berjumlah sekitar lima puluh orang, menaikkan

(18)

kapal-kapal yang akan tiba, mencari barang- barang selundupan, dan menaksir pajak-pajak bea cukai.

Sementara itu, di Liverpool hati John tergerak oleh khotbah yang disampaikan oleh penginjil besar, George Whitefield. Dalam suratnya untuk Polly, ia mencoba berbagi kegembiraannya.

Surat balasan Polly berkata bahwa ia tidak hanya merasa lebih baik, tetapi ia merasa bahwa Allah telah membebaskan dirinya dari maut.

Itu adalah berita terbaik yang pernah John bayangkan.

[MEMANTAPKAN NIAT]

Akhirnya, Polly merasa cukup sehat untuk tinggal bersama dengan John di Liverpool. Akan tetapi, Polly merasa agak berat untuk memulai kehidupan berumah tangga di Liverpool. Karena telah terbiasa oleh kehidupan golongan menengah atas, ia khawatir kalau di Liverpool ia diharapkan bisa berteman dengan ibu-ibu tukang cuci pakaian. Selain itu, bahkan tersiar kabar angin bahwa John tengah menjalin hubungan dengan orang-orang dari golongan Metodis, padahal bibi Polly sendiri kerap memandang rendah terhadap mereka.

Namun, Polly telah siap untuk pindah dan tinggal di Liverpool, sekalipun itu berarti ia akan bertemu

(19)

28 November 2021

dengan orang-orang kalangan Metodis. Dan, ia yakin dapat menjalin kedekatan dengan para wanita tukang cuci itu nantinya.

Sedangkan John, di usianya yang telah melampaui 30 tahun, masih bimbang akan pekerjaannya. Sebetulnya, tidak ada yang salah dengan pekerjaannya sebagai juru taksir pelabuhan, pekerjaan itu termasuk pekerjaan terhormat di kalangan masyarakat. Namun, John merasa Tuhan tidak menghendakinya.

Suatu saat John dan Polly berkunjung ke daerah pedesaan di Yorkshire dan John diminta masyarakat setempat untuk menceritakan perjalanan hidupnya, ia tidak dapat menolaknya.

Semakin sering ia menceritakan kisah hidupnya, semakin mantaplah niatnya untuk menjadi pendeta. Setelah melewatkan ulang tahunnya yang ke-33 dengan doa dan puasa, John memutuskan untuk menjadi pendeta.

John mengajukan permohonan penahbisan sebagai pendeta kepada Uskup Agama di York.

Namun, karena John tidak mempunyai ijazah yang sah dari Universitas atau sekolah Tinggi Teologia yang terkenal semacam Oxford atau Cambridge, permohonannya ditolak. Penolakan penahbisan itu, membuat John menampik permintaan sebuah gereja mandiri di Yorkshire.

(20)

John bahkan berkata ‘tidak’ kepada John Wesley.

Akhirnya, John dan Polly memutuskan untuk mengadakan Kebaktian Minggu sore di tempat tinggal mereka. Setelah berjalan beberapa saat, timbullah suatu gagasan menjadi sebuah gereja mandiri. John menyukai gagasan tersebut, tetapi ternyata Polly tidak. Selanjutnya ia berkomentar,

“Aku percaya, tidak ada pendapat lain kecuali pendapat Polly yang mampu menahan diriku selama hampir dua tahun untuk tidak mengambil keputusan yang gegabah, yang mungkin akan segera kusesali.” Di kesempatan lain, John berkata, “Polly berhasil menjagaku untuk tetap tenang hingga datangnya waktu yang tepat dari Tuhan.”

--- Cuplikan Bab 1:

Romancing the Rough Diamonds Seri Pernikahan Tokoh Kristiani – William J. Petersen

(21)

28 November 2021

Seberapa Besar Pengaruh Komunitas Teologi?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Proses berteologi membutuhkan dan dipengaruhi oleh banyak hal. Berteologi dengan benar membutuhkan asumsi teologis dan metodologi yang benar. Berteologi juga memerlukan modal pengetahuan. Tradisi gerejawi atau teologis seseorang juga turut berperan.

Faktor lain yang penting tetapi seringkali diabaikan adalah komunitas teologi. Yang dimaksud dengan

“komunitas teologis” di sini adalah orang-orang yang biasa dijadikan teman untuk bertukar pikiran.

T E AC H I N G

Q&A

(22)

Komunitas bisa mempengaruhi teologi seseorang, demikian pula teologi seseorang mempengaruhi kenyamanannya berada dalam sebuah komunitas tertentu.

Sebagai contoh adalah diri saya sendiri. Dulu saya tergolong sangat kritis, kaku, dan arogan.

Faktor-faktor internal dalam diri saya memang sangat rentang untuk menjadi orang seperti itu.

Temperamen saya kolerik. Saya suka berpikir kritis.

Saya kurang empati. Kesombongan dulu menjadi salah satu berhala utama dalam diri saya.

Di samping faktor internal ini, ada juga faktor- faktor lain yang eksternal. Salah satunya adalah komunitas teologi. Saya belajar teologi dari orang-orang yang kritis, kaku, dan arogan. Tanpa disadari, saya semakin menjadi sama dengan mereka.

Alkitab sendiri sudah memberikan peringatan tentang hal ini. Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1Kor. 15:33). Ayat ini tentu saja tidak hanya berbicara tentang kebiasaan atau moralitas. Pergaulan di sini mencakup pertukaran ide. Sebagian jemaat Korintus ternyata sudah tidak memeprcayai kebangkitan orang mati lagi (1Kor. 15:12). Mereka terpengaruh dengan filsafat dualisme Yunani yang menganggap tubuh jahat. Dengan pemikiran seperti ini mereka sukar menerima konsep kebangkitan tubuh. Persentuhan

(23)

28 November 2021

dengan filsafat Yunani juga membuat mereka menyombongkan “hikmat” mereka (1Kor. 1:19-24).

Mereka bahkan berani menghakimi Paulus (1Kor.

4).

Bagaimana kita mengenali komunitas teologi yang kurang baik (toxic)? Ada beberapa indikator yang bisa dipertimbangkan.

Pertama, komunitas yang suka meributkan hal-hal yang sepele. Paulus beberapa kali memberikan nasihat agar kita tidak meributkan hal-hal yang dicari-cari, bodoh, dan tidak layak (2Tim. 2:23;

Tit. 3:9). Orang yang suka meributkan hal-hal sepele adalah orang-orang yang tidak berhikmat.

Hatinya memang suka mencari pertengkaran, bukan kebenaran. Komunitas teologi seperti ini sebaiknya dihindari.

Kedua, komunitas yang suka mencari kesalahan orang lain. Alkitab mengajarkan perbedaan yang cukup jelas antara menguji suatu ajaran dan menghakimi. Kita perlu menguji setiap hal (1Tes. 5:19-21). Bahkan klaim-klaim dari Roh Kudus juga perlu diuji (1Yoh. 4:1-3). Walaupun Alkitab mendorong kita untuk menguji segala sesuatu, Alkitab melarang kita untuk menghakimi (Mat. 7:1- 5; 1Kor. 4:5). Menghakimi berarti merasa diri lebih benar dan lebih baik daripada orang lain (Mat.

7:3-5). Menghakimi juga berarti menggunakan patokan yang tidak konsisten pada diri sendiri

(24)

dan orang lain (Mat. 7:2). Jika kita menemukan komunitas teologi yang sangat kritis terhadap pandangan orang lain tetapi kurang kritis terhadap diri mereka sendiri, jauhilah komunitas seperti itu. Jika sebuah komunitas teologi lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk menyalahkan pandangan lain daripada mengajarkan apa yang benar dan perlu dipegang oleh pengikutnya, kita perlu mewaspadai dampak buruknya.

Ketiga, komunitas yang suka menyombongkan diri. Sangat mudah bagi seseorang yang memiliki pengetahuan teologi yang tinggi untuk menjadi sombong (1Kor. 8:1-2). Mereka merasa lebih tahu banyak hal daripada orang lain. Godaan yang sama dapat terjadi pada sebuah komunitas teologi. Mereka merasa diri lebih pintar daripada orang lain. Mereka menyombongkan hal-hal tertentu yang mereka miliki (gelar, publikasi, daftar bacaan, prestasi akademik, dsb). Jika suatu komunitas teologi suka menunjukkan superioritas mereka atas aliran-aliran lain, jauhilah komunitas itu.

Keempat, komunitas yang tidak konsisten. Tidak konsisten dapat terjadi pada beragam area.

Ada ketidakkonsistenan antara patokan yang digunakan untuk menilai diri sendiri dan orang lain. Sebagai contoh, beberapa orang kadang tidak mau “dihakimi” dengan ayat tertentu dengan alasan teks Alkitab bersifat multitafsir,

(25)

28 November 2021

tetapi dia sendiri menggunakan teks Alkitab untuk menyalahkan orang lain seolah-olah teks itu tidak multitafsir. Ketidakkonsistenan juga kadang terjadi antara ajaran dan tindakan. Misalnya, seseorang mungkin saja sangat menekankan anugerah dalam teologinya, tetapi sikapnya justru pongah.

Contoh lain adalah orang-orang tertentu yang sering menyuarakan “keterbukaan pemikiran,”

tetapi mereka sering tidak bisa terbuka terhadap orang-orang lain yang menentang keterbukaan pemikiran versi mereka.

Kelima, komunitas yang tidak menumbuhkan karakter Kristiani. Poin ini lebih sebagai dampak kumulatif dari poin-poin sebelumnya. Komunitas yang buruk tidak akan menumbuhkan karakter Kristiani yang baik. Bagaimana komunitas yang suka meributkan hal-hal sepele, mencari kesalahan orang lain, menyombongkan diri, dan tidak konsisten bisa menolong anggotanya untuk berkarakter seperti Kristus? Bukankah semua kesalahan tadi merupakan kontradiksi terhadap Injil?

Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan bahwa menjauhi seseorang atau suatu kelompok kadangkala memang diperlukan, bahkan harus dilakukan. Paulus menasihati Timotius untuk menjauhi orang-orang tertentu (2Tim. 3:5). Jemaat Tesalonika juga diperintahkan untuk menandai para penentang kebenaran dan dilarang bergaul

(26)

dengan mereka (2Tes. 3:14). Tidak semua orang layak mendapatkan waktu dan pertukaran pendapat dari kita. Beberapa bahkan berpotensi merusak hal-hal baik dalam diri kita. Berhati- hatilah memiliki komunitas teologi. Soli Deo Gloria.

(27)

28 November 2021

Kedaulatan Allah

dan Kehendak Manusia

Sumber : Sovereignity of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 21 November 2021)

Berbagai pemikiran mengenai doa seperti yang kita kutip sebelumnya bersumber dari konsep yang dangkal dan kurang memadai mengenai Allah. Tentu akan sangat tidak menyenangkan untuk memanjatkan doa kepada satu Allah yang lebih menyerupai seekor bunglon, yang warna tubuhnya dapat senantiasa berubah setiap hari. Keyakinan apa yang kita miliki dalam

T E AC H I N G

Doctrine Does Matter

(28)

memanjtakan doa kepada Pribadi yang terus berubah itu? Apakah gunanya kita memohon kepada penguasa jika kita tahu keputusannya begitu mudah berubah: mengabulkannya hari ini dan menolaknya di hari lain? Bukankah ketidakberubahan Allah merupakan pendorong utama untuk berdoa? Karena pada-Nya

“tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” itulah maka kita dapat meyakini bahwa jika kita meminta sesuatu kepada-Nya Ia pasti akan mendengarkan kita. Luther pernah berkata, “Doa bukanlah sebuah tindakan untuk menaklukkan keengganan Allah, melainkan bersandar kepada kesediaan-Nya.

Hal ini menyebabkan kita untuk memberikan sejumlah catatan mengenai tujuan dari doa.

Mengapa Allah menetapkan kita harus berdoa?

Pada umumnya orang akan menjawab: agar kita dapat memperoleh apa yang kita butuhkan dari Allah. Sekalipun ini memang salah satu tujuan doa, ini sama sekali bukan yang terutama.

Lagi pula, ini sekadar suatu tinjauan dari aspek manusiawi, sedangkan doa harus ditinjau dari aspek ilahi. Mari sekarang kita melihat sejumlah alasan mengapa Allah menghendaki kita berdoa.

Yang pertama dan terutama, doa dimaksudkan untuk mempermuliakan Tuhan Allah sendiri. Allah menghendaki agar kita mengenai Dia sebagai

“Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang

(29)

28 November 2021

bersemanyam untuk selamanya” (Yes. 57:15).

Allah menghendaki agar kita mengalami kuasa- Nya yang universal: ketika meminta hujan kepada Allah, Elia sedang menyatakan pengakuannya terhadap kuasa Allah atas alam semesta; ketika meminta kepada Allah untuk melepaskan orang berdosa dari murka yang akan datang, kita sedang mengakui bahwa “keselamatan adalah dari YUHAN” (Yun. 2:9); ketika meminta berkat- Nya bagi penginjilan ke seluruh penjuru bumi, kita sedang menyatakan pengakuan terhadap pemerintahan-Nya atas seluruh bumi ini.

Allah menghendaki agar kita menyembah Dia, dan doa – doa yang sungguh-sungguh – merupakan suatu tindakan penyembahan, karena berdoa berarti merebahkan jiwa di hadapi Allah; karena berdoa memanggil nama- Nya yang kudus dan agung; karena berdoa adalah mengalami kebaikan-Nya, kuasa-Nya, ketidakberubahan-Nya, anugerah-Nya; dan karena berdoa berarti mengakui kedaulatan- Nya, yang diterima dengan tunduk kepada kehendak-Nya. Sehungan dengan hal ini, perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak menyebut Bait Allah sebagai Rumah Korban, melainkan Rumah Doa.

Doa memberikan kemuliaan bagi Allah, karena dalam berdoa, kita mengakui ketergantungan kita kepada Allah saja. Ketika dengan rendah

(30)

hati berseru kepada Yang Ilahi, kita menyerahkan diri ke dalam kuasa dan kemurahan-Nya. Ketika meminta berkat Allah, kita mengakui Dia sebagai Pencipta dan Sumber dari setiap karunia yang baik dan sempurna. Bahwa doa memberikan kemuliaan kepada Allah jelas terlihat dari fakta bahwa doa merupakan suatu sarana melatih iman, dan tak sesuatu apa pun dari kita yang dapat lebih menyenangkan dan mempermuliakan Dia selain iman kita.

Kedua, doa ditetapkan Allah untuk menjadi berkah spiritual, sebagai suatu sarana bagi pertumbuhan kita kita di dalam anugerah.

Dalam upaya mempelajari tujuan dari doa, kita hendaknya senantiasa mencamkan hal ini sebelum kita terlanjur menganggap doa hanya sebagai sarana untuk mencapai kebutuhan kita.

Doa dimaksudkan Allah sebagai sarana untuk menjadikan kita rendah hati. Doa – doa yang sejati – merupakan sarana untuk menghampiri hadirat Allah, dan pengalaman akan kemudian-Nya yang menakjubkan itu menghasilkan suatu kesadaran akan keberadaan kita yang tidak ada apa-apanya dan tidak layak. Kembali, doa dimaksudkan Allah untuk menjadi suatu sarana untuk melatih iman.

Iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Rm. 10:17), namun dilatih di dalam doa;

oleh karenanya, kita mendengar ungkapan “doa iman.” Doa mewujudkan kasih ke dalam tindakan.

Sehubungan dengan keberadaan orang-

(31)

28 November 2021

orang munafik, pertanyaan yang dikemukakan adalah: “Dapatkah ia bersenang-senang karena Yang Mahakuasa dan berseru kepada Allah setiap waktu?” (Ayh. 27:10). Tetapi mereka yang mengasihi Tuhan tidak dapat jauh dari hidup dalam persekutuan dengan-Nya, sebab mereka ini suka mencurahkan beban mereka kepada- Nya. Doa bukan sekadar menerjemahkan kasih ke dalam tindakan, melainkan juga melalui jawaban doa yang diberikan kepada kita, kasih kita kepada Allah menjadi bertambah – “Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku” (Mzm. 116:1). Doa dimaksudkan Allah untuk mengajar kita tentang nilai dari berkat-berkat yang kita minta dari-Nya, dan kita menjadi lebih berdukacita ketika Dia melimpahkan kepada kita segala sesuatu yang kita minta kepada-Nya.

Ketiga, doa ditetapkan Allah sebagai sarana bagi kita untuk memohonkan kebutuhan kita kepada- Nya. Namun, di sini bisa muncul masalah pada mereka yang telah membaca dengan teliti bab- bab sebelumnya. Bila sebelum dunia dijadikan, Allah telah menetapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang akan terjadi, maka apakah gunanya doa? Bila memang “segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia” (Rm. 11:36), maka mengapa kita perlu berdoa? Sebelum menjawab pertanyaan -pertanyaan ini, kita perlu menyembutkan alasan-alasan yang sama

(32)

banyaknya untuk bertanya: Apakah gunanya saya menghampiri Allah dan memberi tahu Dia apa yang telah diketahui-Nya? Apakah gunanya saya mengungkapkan kebutuhan saya kepada- Nya bila Dia telah mengetahui segala sesuatu?

Maksudnya: apakah ginanya kita berdoa bagi segala hal yang telah ditentukan oleh Allah sebelumnya? Doa bukan ditetapkan untuk memberi informasi kepada Allah, seolah-olah Ia tidak mengetahui apa pun (Sang Juruselamat telah dengan jelas menyatakan, “Karena Bapak mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Mat. 6:8), melainkan untuk menyatakan bahw Dia benar-benar mengetahui segala keperluan kita. Doa bukan dimaksudkan untuk memberitahukan kepada Allah apa yang kita butuhkan, melainkan untuk menyatakan pengakuan atas kebutuhan kita kepada-Nya. Dalam hal ini, sebagaimana halnya dalam segala sesuatu, rencana Allah berbeda dengan rencana kita. Allah menghendaki agar kita meminta berkat-Nya. Ia layak menerima kemuliaan melalui permohonan kita, sebagaimana Ia layak menerima ucapan syukur atas kelimpahan berkat-Nya kepada kita.

Bersambung……...

(33)

28 November 2021

Apakah Paulus dalam

Efesus 4:8 Keliru Mengutip Mazmur 68:19?

Ev. Denny Teguh Sutandio

Ketika kita menjumpai guru/dosen atau teman kita mengutip sebuah buku atau surat kabar, tetapi isi kutipannya kurang tepat, apa yang akan kita lakukan? Mungkin kita akan memprotesnya.

Nah hal serupa juga terjadi dengan Efesus 4:8.

Di Efesus 4:8, Paulus mengutip Mazmur 68:19,

“Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan (ebdōken) pemberian-pemberian kepada manusia.” Namun Mazmur 68:19 berbunyi, “Engkau telah naik (‘ālîtā)

T E AC H I N G

Do You Know?

(34)

ke tempat tinggi, telah membawa tawanan- tawanan (šābîtā ššebî); Engkau telah menerima (lāqahtā) persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak- pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah.” Mengapa di Efesus 4:8, Paulus mengutip Mazmur 68:19 dengan berkata bahwa Ia memberikan pemberian-pemberian, sedangkan Mazmur 68:19 berkata bahwa Allah menerima atau membawa atau memperoleh pemberian- pemberian?

Sebagai seorang murid Gamaliel, Paulus pasti mengetahui tafsiran tradisional Yahudi orthodoks yaitu Targum Aram. Di dalam Targum Aram, kata

“lāqahtā” (“Engkau telah membawa”) ditafsirkan

“yehabtā” (“Engkau telah memberikan.” Targum Aram dari Mazmur sebenarnya merupakan karya yang cukup belakangan, namun penulisnya menggunakan tradisi rabinik kuno. Tradisi rabinik kuno menafsirkan kata “lāqah” (“untuk mengambil”) sebagai hālaq (“untuk mendistribusikan”) (Gleason L. Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 689 dan Andrew T. Lincoln, Ephesians, 242). Dengan kata lain, perkataan Mazmur 68:19, “Engkau telah menerima persembahan-persembahan”

berarti Allah menerima pemberian dari manusia bukan untuk disimpan sendiri seolah-olah Dia memerlukan sesuatu dari tangan manusia (bdk. Kis. 17:25), tetapi untuk diberikan kepada manusia. Kesimpulannya Allah telah menerima

(35)

28 November 2021

persembahan-persembahan dari manusia untuk diberikan kepada manusia (Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 689-690).

Persembahan apa yang Allah terima dari manusia menurut Mazmur 68:19? Menurut konteksnya, Mazmur 68 merupakan mazmur seruan kepada Allah supaya menyelamatkan dan membenarkan umat-Nya seperti pada masa lalu dan di ayat 17- 19, Daud menggambarkan kemenangan Allah yang mendaki Gunung Sion, mungkin dalam gambaran tabut perjanjian, di mana Ia akan berdiam di antara umat-Nya dan memerintah mereka. Kemenangan-Nya menunjukkan bahwa Dia Mahakuasa dan semua raja lari ketakutan di hadapan-Nya. Oleh karena itu, tidak heran di ayat 19, Daud berkata bahwa Allah “membawa tawanan-tawanan” yang berarti Ia membawa para raja yang lari ketakutan dan Ia “menerima persembahan-persembahan di antara manusia”

yang berarti Ia menerima upeti dari para raja tersebut. Dengan mengutip Mazmur 68:19, Paulus mengajar jemaat Efesus bahwa sebagaimana Allah menang atas para musuh Daud dengan membawa para tawanannya yaitu para raja yang lari ketakutan dan menerima upeti dari mereka, maka Tuhan Yesus yang naik ke Sorga menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas langit dan bumi yang bukan hanya menang mengalahkan kuasa dosa, iblis, dan maut, tetapi membawa para tawanan (yaitu dosa, iblis, dan

(36)

maut) untuk “dipermalukan.” Kemudian Ia yang naik ke Sorga bukan hanya menerima “upeti”

yaitu penghormatan dari para tawanan, tetapi juga memberikan “upeti” yang berupa karunia- karunia Roh Kudus di dalam jemaat (Ef. 4:11) (John Stott, Efesus, 151 dan Allen P. Ross, A COMMENTARY ON THE PSALMS Volume 2 (42—89), 476). Dengan kata lain, kutipan Efesus 4:8 dari Mazmur 68:19 tidak keliru.

Informasi ini mengajar kita bahwa Allah (Kristus) yang menerima pemberian-pemberian yaitu penghormatan dari semua orang sebagai Allah yang Mahakuasa adalah Allah yang memberikan karunia-Nya kepada umat-Nya agar umat-Nya bertumbuh di dalam Kristus (Ef. 4:15). Sudahkah kita memuliakan Dia yang berkuasa atas segala ciptaan-Nya dan makin hari makin mengenal- Nya? Amin.

(37)

28 November 2021

BAB VII: Apa yang Harus Saya Lakukan Jika

Pasangan Tidak Merasa Dipanggil?

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli

“Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 21 November 2021) Lembaga-lembaga misi

dan panggilan suami atau istri

Kita telah melihat dalam catatan-catatan Alkitab bahwa tidak ada perintah-perintah yang

M I S S I O N

(38)

khusus atau panduan-panduan yang jelas untuk membimbing dengan pasti dalam memahami dan meerapkan panggilan misi.

Oleh karena itu, dalam praktik nyata, kebanyakan Lembaga misi mendasarkan persyaratan panggilan misi mereka pada prinsip-prinsip alkitabiah yang lebih luas dan pertimbangan- pertimbangan yang bersifat praktis daripada perikop-perikop Alkitab yang khusus. Dalam hal- hal seperti ini, mereka sering menarik ayat-ayat misi yang lebih bersifat deskriptif (menjelaskan) tentang cara pelayanan misi Paulus dulu, misalnya, daripada yang bersifat preskriptif (menentukan) bagaimana setiap orang harus selalu menjadi.

Kelihatannya Petrus dan murid-murid lainnya yang menikah, pasti telah meninggalkan istri- istri mereka untuk satu waktu guna melakukan perjalanan dengan Yesus, karena dalam Lukas 18:28, Petrus berkata, bahwa mereka telah meninggalkan segala hal dan mengikut Dia.

Kemudian, bagaimanapun, Paulus menulis bahwa Petrus dan yang lainnya membawa istri mereka Bersama dalam perjalanan-perjalanan pemberitaan Injil mereka (I Kor. 9:5). Tentu saja, kita tidak memiliki indikasi apapun bahwa para istri ini telah mengartikulasikan panggilan misi untuk melakukan perjalanan dengan suami mereka.

Dalam hal pelayanan kependetaan masa kini di

(39)

28 November 2021

gereja local, dewan pentahbisan atau panitia pencarian pendeta, menuntut calon pendeta bukan saja memiliki tetapi juga mengartikulasikan panggilan untuk pelayanan. Sementara panitia biasanya mewajibkan istri-istrinya untuk sepenuhnya mendukung panggilan tersebut, tidak seorangpun mengharapkannya untuk mengartikulasikan panggilan untuk pelayanan.

Sementara panitia biasanya mewajibkan istri- istrinya untuk sepenuhnya mendukung panggilan tersebut, tidak seorangpun mengharapkannya untuk mengartikulasikan suatu panggilan untuk pelayanan, kenyataannya, dalam banyak kasus, majelis atau panitia bahkan tidak mewawancarainya. Karena nyatanya ada lebih banyak pendeta daripada misionaris, seseorang akan mengharapkan perhatian alkitabiah yang lebih besar diberikan kepada peran seorang istri pendeta. Dan, sesungguhnya, kita benar-benar menemukan perhatian sedemikian diberikan kepada pelayanan istri para pemimpin dalam perikop-perikop misalnya I Timotius 3. Walau bagaimanapun, apa yang tidak ada dalam perikop-perikop ini adalah sebuah persyaratan bagi sang pasangan untuk berbagi panggilan yang sama terhadap pelayanan Injil seperti suaminya.

Oleh karena itu, berbicara secara alktiabiah, dari perikop yang manakah kita memberikan alasan yang tepat untuk mewajibkan sang istri untuk

(40)

mengartikulasikan panggilan – khususnya ketika kita hanya melakukannya dalam kasus melayani di luar negeri dan tidak demikian ketika melayani di tempat asal? Kenyataannya, sesungguhnya tidak ada perikop yang menunjukkan salah seorang dari suami atau istri harus berbagi panggilan misi guna mengesahkan pangilan tersebut. Walaupun begitu, banyak Lembaga misi mengatakan bahwa kedua pasangan harus berbagi panggilan misi tersebut sebagai persyaratan untuk pelayanan – meskipun Alkitab tidak memberikan pimpinan yang jelas untuk melakukannya. Seperti yang telah disebutkan, lembaga-lembaga ini tidak mewajibkan keduanya untuk mengartikulasikan panggilan untuk alasan-alasan yang bersifat penafsiran, namun untuk alasan-alasan praktis, yang juga penting untuk dipertimbangkan.

Bersambung……….

(41)

28 November 2021

DUNIA KERJA

Senin, 29 November 2021

Salah satu cara iman kita dapat berdampak adalah melalui dunia kerja. Di dalam Perjanjian Baru, kita melihat bagaimana Tuhan menyelamatkan orang dari berbagai macam latar belakang mata pencaharian, dari pemungut cukai, nelayan, pengusaha, karyawan, dan lain sebagainya. Tuhan bekerja melalui pekerjaan dan kesibukan kita sehari-hari. Maka, salah satu bentuk menjadi saksi Kristus yang efektif adalah dengan menjelajahi bersama peran iman dalam pekerjaan.

Pertama kita dapat lebih memperdulikan keadaan pekerjaan orang-orang di sekitar kita.

Kita dapat menanyakan hal-hal seperti: apa yang mereka sukai, apa yang mereka gumulkan, apa yang membuat mereka frustrasi mengenai pekerjaan mereka? Bagaimana dengan relasi dengan rekan kerja atau pelanggan? Apakah harapan mereka dalam berkarir? Tantangan dan kesempatan dalam dunia kerja membuka percakapan mengenai pentingnya Injil dalam keseharian kita.

Kedua, kita dapat memberi semangat dan

Bacaan: Yeremia 29:5-7

FA M I LY F E L L OW S H I P

(42)

dorongan bahwa pekerjaan adalah sarana memuliakan Tuhan dengan talenta yang mereka miliki. Seorang manajer mencerminkan Tuhan dalam mendatangkan keteraturan dan efisiensi, mirip dengan yang Tuhan lakukan dalam kisah penciptaan. Seorang auditor akuntansi mencerminkan Tuhan dalam mendorong pribadi maupun perusahaan memiliki kejujuran melalui transparansi finansial. Dengan kata lain, saat kita melakukan pekerjaan kita dengan baik, Tuhan memakai kita untuk membenahi jiwa dunia ini.

Dapatkan kita melihat pekerjaan kita sebagai ruang ibadah? Apa yang anda lakukan untuk mendatangkan budaya surga ke dunia kerja anda hari ini? (EW)

(43)

28 November 2021

BERDIRI DENGAN TEGUH DI DALAM TUHAN

Selasa, 30 November 2021

Apa yang kita harapkan ketika seseorang menutup suratnya kepada penerima suratnya yang terdiri dari banyak orang? Kita mungkin berharap bahwa orang menutup suratnya dengan memberikan kekuatan kepada penerima suratnya secara umum. Hal ini juga dilakukan oleh Paulus di Filipi 4, namun keunikannya ia menutup suratnya dengan memberikan kekuatan kepada penerima suratnya dengan menyebutkan nama beberapa jemaat Filipi yang diberi kekuatan. Di bagian akhir suratnya, Paulus menutupnya dengan memberi kekuatan kepada jemaat di Filipi. Sebelumnya, ia menyebut jemaat Filipi yang khusus sebagai

“saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku” (4:1).

Kemudian ia menyemangati jemaat untuk berdiri teguh di dalam Tuhan. Berdiri teguh di dalam Tuhan berarti jemaat didukung Paulus agar mereka tetap setia di tengah kengerian penderitaan atau pertempuran. Sederhananya: “jangan menyerah di dalam kesulitan” (I-Jin Loh dan Eugene A. Nida, A Handbook on Paul’s Letter to the Philippians, 124).

Ini berarti kita melihat Kristus di tengah kesulitan.

Bagaimana caranya berdiri teguh di dalam

Bacaan: Filipi 4:1-3

FA M I LY F E L L OW S H I P

(44)

Tuhan? Pertama, bersatu di dalam Kristus. Paulus mengkhususkan dua jemaat yaitu Euodia dan Sintikhe agar mereka sehati sepikir di dalam Tuhan (ay. 2). Euodia dan Sintikhe adalah dua wanita yang merupakan tokoh penting di dalam pendirian gereja Makedonia (Kis. 16:14, 40; 17:4, 12). Mereka adalah orang-orang yang berpengaruh, tetapi mereka saling bertengkar. Oleh karena itu, Paulus berkata agar mereka memiliki pikiran yang sama di dalam Tuhan, bukan mementingkan diri sendiri (bdk. Flp. 2:1-5) (Gerald F. Hawthorne, Philippians, 241). Tanpa bersatu di dalam Kristus, maka kita sulit berdiri teguh di dalam Kristus. Sebagai orang percaya, kita harus berdiri teguh di dalam Kristus di tengah kesulitan dengan cara kita bersatu di dalam Kristus, bukan untuk mempertahankan keinginan dan pikiran masing-masing. Kedua, membantu saudara seiman. Paulus meminta bantuan Sunsugos dan Klemens untuk membantu merekonsiliasi Euodia dan Sintikhe (ay. 3). Berdiri teguh di dalam Tuhan bukan hanya mencakup bersatu di dalam Tuhan, tetapi membantu saudara seiman bersatu di dalam Tuhan. Inilah pentingnya saudara seiman yang membantu saudara seiman lain yang mengalami kesulitan ketika berdiri teguh di dalam Tuhan.

Sudahkah kita berdiri teguh di dalam Tuhan dengan bersatu di dalam Tuhan dan membantu saudara seiman yang kesulitan bersatu di dalam- Nya? Amin. (DTS)

(45)

28 November 2021

APA YANG KAMU CARI

Rabu, 1 Desember 2021

Sewaktu kali ada seorang Mahasiswa yang mengikuti kelas kursus Bahasa Inggris. Tentu ketika mahasiswa ini datang mengikuti kursus ini, ia tidak sendirian ada beberapa orang yang mengikuti kelas ini bersama dengan mahasiswa ini. Orang-orang tersebut memiliki latar belakang yang bermacam-macam, ada seorang guru, pengusaha, dosen bahkan hingga ibu rumah tangga. Dan ketika sang pengajar bertanya pada kelas ini “Apa yang diharapkan dari kelas Bahasa inggris”, jawaban yang terlontar sangat bervariasi. Walaupun mereka ada di kelas yang sama tetapi mereka memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam mengikuti kelas Bahasa inggris ini.

Bacaan yang kita baca hari ini merupakan pertanyaan Yesus kepada dua muridnya yang pertama. Saat itu Yesus bertanya “Apa yang kamu cari” bukan “Siapa yang kamu cari”, hal ini menggambarkan bahwa Ia tahu bahwa mereka mencari Yesus, tetapi jauh dari pada itu Yesus ingin tahu motivasi di balik mereka mengikutiNya.

Hal ini merupakan sebuah pertanyaan yang penting karena banyak orang mau mengikut

Bacaan: Yohanes 1:38

FA M I LY F E L L OW S H I P

(46)

Yesus tetapi memiliki tujuan yang berbeda-beda.

Ada goal yang ingin dicapai dari seseorang ketika ia melakukan sesuatu bahkan ketika menjadi seorang murid dari guru tertentu.

Pertanyaan ini mungkin seharusnya kita renungkan, apa motivasi kita menjadi murid Yesus, apa motivasi kita melayani Tuhan, Apa motivasi kita dalam melakukan segala aspek kehidupan kita. Rasul Paulus dalam surat 2 Korintus 5:15 mengatakan “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”

Kita yang sudah ditebus seharusnya memiliki tujuan hidup bagi Tuhan. Segala pekerjaan, pelayanan dan kehidupan kita persembahkan untuk mengenal Tuhan dan menikmatiNya.

Apa yang memotivasi kita dalam mengikut Tuhan, adakah kita memiliki motivasi tidak kudus dalam mengikuti Tuhan. Marilah kita membiarkan Roh Kudus mengoreksi dan membenahi hati kita.

Amin. (EG)

(47)

28 November 2021

HARAPAN TUHAN

Kamis, 2 Desember 2021

Tuhan memiliki harapan dalam setiap pelayan kita yaitu hasil yang tidak mengecewakan.

Perumpamaan dalam Lukas 13:7-9 menunjukan bahwa setelah pohon ara tersebut dirawat dengan cermat di kebun anggur. Tiga tahun kemudian pemiliknya mengharapkan buah pohon ara tersebut. Meski demikian tahun demi tahun hati sang pemilik kecewa karena tidak mendapatkan buah dari pohon ara yang sudah dirawat dengan baik. Pemilik kebun anggur ingin agar pohon ara tersebut ditebang saja. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu:

Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya.

Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! (Lk. 13:7 ITB).

Dikisahkan juga pada kisah lain dalam Markus 11:12-14, dimana di sana diceritakan Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah. Pada waktu itu Yesus bersama dengan murid-murid- Nya meninggalkan Betania. Pada saat Dia merasa lapar, dari jauh melihat sebuah pohon ara yang sangat rimbun. Ketika didekati, ternyata hanya ada daun dan tidak ada buahnya. Yesus

Bacaan: Lukas 13:7-9

FA M I LY F E L L OW S H I P

(48)

kecewa dan mengutuk pohon ara itu.

Secara sekilas dapat dilihat bahwa pohon ara yang berdaun lebat menunjukan bahwa pohon tersebut telah menerima sari makanan yang cukup. Jika daunnya lebat seharusnya disertai buah yang banyak. Jika tidak, berarti pohon itu dapat dikatakan bermasalah. Sama halnya seperti pohon ara yang ditanam di kebun anggur yang sudah dirawat dengan semestinya tetapi tidak menghasilkan buah pasti ada yang tidak beres dengan pohon itu. Asal mula kekecewaan pemilik kebun anggur adalah ketika berharap pohon tersebut berbuah ternyata sama sekali tidak berbuah. Usaha besar merawat pohon tersebut menjadi sia-sia.

Jika diibaratkan dengan kehidupan orang percaya, banyak anak-anak Tuhan yang dari jauh nampak sangat rimbun, menarik dan memberi pengharapan bagi banyak orang. Tetapi setelah didekati kehidupannya, ternyata tidak ada buah sebagai kesaksian sama sekali sehingga mengecewakan Tuhan dan sesama. Orang Kristen yang aktif melayani, yang rajin beribadah, yang setia memberikan persembahan, bahkan yang berkobar-kobar dalam menyampaikan Firman Tuhan harus banyak berintropeksi dihadapan Tuhan. Bagaimanakah kehidupan spiritualitas pribadi kita selama ini? Apakah kasih kita kepada Allah dapat menjadi buah

(49)

28 November 2021

yang dapat menjadi berkat bagi sesama dan memuliakan Tuhan? Atau kehidupan kerohanian yang kering justru menjadi batu sandungan bagi orang lain? Apakah buah-buah iman kita memuliakan Tuhan atau justru mengecewakan Tuhan? Ingatlah bahwa setelah Allah memilih kita, Dia mengharapkan kita menghasilkan buah.

(YDI)

(50)

MERINDUKAN TEMPAT YANG TEPAT

Jumat, 3 Desember 2021

Setelah pulang dari gereja, seorang anak kecil bermain dengan teman-temannya dengan sangat Bahagia. Ketika dia diajak pulang oleh orang tuanya, anaknya tentu tidak setuju dan segera menangis sejadi-jadinya karena tidak ingin meninggalkan gereja. Tentu alasannya karena dia mencintai rumah Tuhan, kita jelas tahu alasannya dia enggan meninggalkan gereja adalah karena dia tidak mau berpisah dengan teman-temannya. Ilustrasi ini tentu tidak sempurna, namun bisa sedikit memberikan gambaran tentang kerinduan Daud terhadap hadirat Tuhan.

Daud berkata TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Bahkan ketika para penjahat menyerang dan memakan dagingnya, dia tetap mempercayai Tuhan. Ketika dia menaikan permohonan, justru seperti inilah permintaannya, “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah

Bacaan: Mazmur 27:1-6

(51)

28 November 2021

Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya. Daud seolah mau mengatakan bahwa hanya ada satu tempat yang aman dan tentram dalam hidup ini, yaitu tinggal dekat Allah. Itu sebabnya dia hanya ingin berada di tempat yang aman tersebut.

Manusia menyukai tempat yang bisa memberikan hiburan (mall, tempat rekreasi, dekat dengan pacar, keluarga, dll). Kita seringkali melupakan kebenaran ini bahwa tempat yang paling aman dan tentram adalah tinggal dekat Allah. Ketika kita berada di titik terendah, kita baru menyadari bahwa sesungguhnya tidak ada tempat di dunia ini yang dapat memberikan ketenangan sejati selain dari hadiran Tuhan. Mari kita menujukan hati kita untuk merindukan tempat yang tepat.

(NL)

(52)

MENGHIDUPI INJIL (PERCAYA ADA

KEHIDUPAN KEKAL)

Sabtu, 4 Desember 2021

Ada orang orang tertentu yang menjalani kehidupan tanpa tujuan. Mereka hidup seolah tidak ada hari esok, menjalani begitu saja tanpa semangat dan tujuan yang jelas. Mereka tidak pernah berfikir apa yang terjadi di depan, apa yang terjadi andaikan seseorang meninggal.

Bahkan beberapa beranggapan tidak ada namanya kekekalan.

Andaikan memang tidak ada keabadian, apakah masih ada nilai hidup? Jika memang kelak tidak ada hari dimana saya akan berdiri di hadapan Yesus, apakah masih penting untuk menentukan bagaimana saya hidup? Jawaban dari dua pertanyaan tersebut adalah : TIDAK MUNGKIN.

Alkitab menegaskan, fondasi kehidupan orang percaya adalah janji hidup kekal bersama Yesus. Kelak ada kehidupan setelah kematian.

Kebenaran ini harus menentukan sikap kita.

Baik tinggal bersama Kristus di surga atau

Bacaan: Filipi 1: 18b-26

(53)

28 November 2021

selama masih hidup untuk Kristus di bumi, orang percaya dapat bersukacita karena hidup mereka diselimuti kemuliaan-Nya.

Kebenaran ini juga harus menentukan cara hidup kita sehari-hari. Orang Kristen tidak malu mengklaim Kristus sebagai Tuhan. Berkomitmen untuk bekerja bagi kemuliaan Tuhan, dan berusaha untuk menyatakan sukacita iman yang diberikan Kristus bagi semua orang.

Perjuangan Paulus bukanlah antara keinginan egois dan ketaatan tanpa pamrih. Dia mengungkapkan dua kerinduan yang merupakan ekspresi alami dari iman yang dipenuhi sukacita.

Paulus menginginkan bahwa baik dia hidup untuk Yesus sekarang atau bersama-Nya dalam kekekalan, Yesus harus tetap ditinggikan!

Alkitab mengundang kita untuk menjalani hidup dengan kepastian janji dari Tuhan, memanfaatkan setiap hari dengan sebaik-baiknya — bukan karena tidak ada hari esok, tetapi karena ada hari esok! (HK)

(54)

Agenda Minggu Ini

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin 29 Nov ‘21

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM 23.00 Siaran rohani “Grace Alone”

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Bp. Joni Wijanto

Selasa 30 Nov ‘21

HUT: Bp. Andreas Stevanos

HUT: Ibu Alice Eva Tamara

01 Des ‘21Rabu

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat”

Oleh: Ev. Heri Kristanto (ZOOM)

Kamis 02 Des ‘21

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat”

Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (ZOOM)

HUT: Anak Noel Jayaputra

(55)

28 November 2021

Agenda Minggu Ini

P E N G U M U M A N

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Jumat 03 Des ‘21

HUT: Sdri. Shintawati Kurniawan

HUT: Ibu Vonny Kani

HUT: Ibu Tio Ay Hua

Sabtu 04 Des ‘21

05.30 Doa Pagi (ZOOM)

18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari (ZOOM)

18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR (ZOOM)

22.00 Siaran rohani “Grace Alone” Pdt.

Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Mercury, 96 FM HUT: Sdri. Lydia Natalia Halim Minggu

05 Des ‘21 Sakramen Perjamuan Kudus KU 1, 2 dan 3

(56)

IBADAH MINGGU28 NOVEMBER 2021

www.youtube.com/RECIndonesia Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M. Eksposisi Filipi 3:20-21 IBADAH LIVE STREAMING SELURUH CABANG REFORMED EXODUS COMMUNITYpk. 08.00 | 10.00 | 17.00

IBADAH MINGGU05 DESEMBER 2021

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M. Musuh Kebersamaan: Kebencian (1 Yohanes 2:9-11) IBADAH LIVE STREAMING SELURUH CABANG REFORMED EXODUS COMMUNITYpk. 08.00 | 10.00 | 17.00

(57)

28 November 2021

PA N D U A N I B A D A H PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA

Reformed Exodus Community (REC), 28 November 2021

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

Playlist Lagu 28 November 2021:

https://youtube.com/playlist?list=PLFUqvrREnwu- KuO37WHfUI2m_apIQsH0iR

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua anggota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan teks Filipi 3:20-21 di TV (atau dicetak/lewat HP saja) sambil memutar lagu O Come, All You Unfaithful (https://youtu.be/C-QHbpYjuIg) 2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah

mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah mengajak semua anggota keluarga berdiri langsung diikuti dengan votum “Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bahwa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurbanan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus.

Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah

(58)

ini. Amin.”

Jemaat dipersilakan duduk.

HE WILL HOLD ME FAST (SHANE AND SHANE) VERSE 1

Saat imanku lemah, Kristus genggamku Saat godan datang, Dia menggenggamku Saat kutakberdaya lewati hidup

Meski kasihku pudar, Dia trus genggamku CHORUS

Dia menggenggamku Dia menggenggamku Kristus mengasihiku Dia menggenggamku VERSE 2

Aku dikasihi-Nya, Kristus genggamku

Berharga dimataNya, Dia menggenggamku Ku tak akan terhilang itu janjiNya

Karna ku tlah ditebus, Dia trus genggamku CHORUS

Verse 3

Dia mend’rita bagiku, Kristus genggamku Ku tlah dibenarkanNya,

Dia menggenggamku

Bangkit dan hidup baru, Dia trus genggamku Sampai kumelihatNya, Saat Dia datang

(59)

28 November 2021

PA N D U A N I B A D A H CHORUS |CHORUS

Pengakuan Dosa

Roma 3:23; 1 Yohanes 1:8-9 “ Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilan- gan kemuliaan Allah,” ”Jika kita berkata, bah- wa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan men- gampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Jemaat berdoa- lah kepada Tuhan, akuilah bahwa kita adalah manusia yang berdosa dan mohonkanlah pengampunan-Nya.

EndKristus mengasihiku Dia menggenggamku 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

Yang menderita sengsara di bawah pemerin- tahan Pontius Pilatus,

(60)

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.

Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa,

kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal.

Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk)

5. Petunjuk hidup baru

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaha- ruan budimu, sehingga kamu dapat membe- dakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Nyanyian Jemaat

FOR ALL YOU’VE DONE (HILLSONG WORSHIP) VERSE 1

My Saviour, Redeemer Lifted me from the miry clay Almighty forever

I will never be the same

(61)

28 November 2021

PA N D U A N I B A D A H PRE CHORUS

‘Cause You came near from the everlasting To the world we live

The Father’s only Son CHORUS

And You lived, You died You rose again on high You opened the way For the world to live again Hallelujah for all You’ve done

VERSE | PRE CHORUS | CHORUS - CHORUS INTERLUDE

PRE CHORUS 4X

CHORUS (DRUM ONLY) CHORUS – CHORUS Ending

Hallelujah for all You’ve done 6. Pujian Firman:

ROH-MU YANG HIDUP (JPCC WORSHIP) VERSE 1

Roh Mu yang hidup penuhiku Mengalir dalamku

Jiwaku tenang bersamaMu Dalam naunganMu

CHORUS

(62)

Ku buka hati tuk jamahanMu Berserah penuh di hadiratMu Kau ambil alih s’luruh hidupku Di altarMu menyembahMu..

VERSE 2

Roh Mu yang kudus pulihkanku Engkaulah damaiku

Ku hidup oleh anug’rahMu Yang menyertaiku

CHORUS | CHORUS MODULASI

VERSE 2 VERSE 3

Roh Mu yang hidup penuhiku Datang urapiku

Ku siap t’rima kuasaMu Hidupku bagiMu CHORUS | CHORUS

ENDDi altarMu menyembahMu Di altarMu menyembahMu 7. Khotbah

Lampiran halaman 03.

8. Persembahan.

No. Rekening BCA REC

(63)

28 November 2021

PA N D U A N I B A D A H ---

REC Pusat: 0882-8257-77 REC Nginden: 0882-8888-50 REC Merr: 0882-8888-09 REC Batam: 0887-8888-29 REC Kutisari: 0887-8888-61 REC Darmo: 0889-8888-75 Diakonia REC: 0889-8888-16 Misi REC: 0887-8888-96

*Semua Rekening Lokal REC atas nama:

GKRI Exodus

S’LAMAT DI TANGAN YESUS (KJ 388) VERSE 1

S’lamat di tangan Yesus, aman pelukanNya;

dalam teduh kasihNya aku bahagia.

Lagu merdu malaikat olehku terdengar dari neg’ri mulia:

damai sejahtera.

S’lamat di tangan Yesus, aman pelukanNya;

dalam teduh kasihNya aku bahagia.

VERSE 2

S’lamat di tangan Yesus, aku tent’ram penuh;

(64)

dosa pun dan cobaan jauh dari diriku.

Duka, cemas dan bimbang, kuasanya tak tetap;

goda dan air mata akan seg’ra lenyap.

S’lamat di tangan Yesus, aman pelukanNya;

dalam teduh kasihNya aku bahagia.

VERSE 3

Yesus, Perlindunganku, t’lah mati bagiku;

padaNya ‘ku percaya:

Yesus kekal teguh.

Biar bertabah hati

‘ku menantikanNya sampai hariNya tiba dan fajar merekah.

10. Doa syafaat

Lampiran halaman 12 11. Pengumuman

12. Doxology

(65)

28 November 2021 P E N G U M U M A N

Referensi

Dokumen terkait

(5) Yeremia adalah seorang Nabi yang dipanggil TUHAN, walaupun ia, pernah menghujat TUHAN akan pemanggilannya, membuat Yeremia tidak bisa lari dari panggilannya,

Penelitian ini mendeskripsikan keberadaan unsur-unsur penghinaan dan pencemaran nama baik dalam tuturan di media sosial yang penuturnya dilaporkan dengan tuduhan melanggar

Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung tidak bersemangat, merasa tak berguna, merasa tak berharga, merasa kosong dan tak ada harapan berpusat pada

PELESTARIAN adalah suatu usaha perawatan,pemugaran, suatu lingkungan yang dikehendaki sesuai dengan keadaan menurut periode yang diinginkan.atau upaya dinamis untuk

Jared berpikir mata Hogsqueal melembut ketika melihat si kucing kecil, Jared berpikir mata Hogsqueal melembut ketika melihat si kucing kecil, tapi itu mungkin karena lapar. tapi

Sedangkan laporan yang dilihat berdasarkan jangka waktu pengiriman pembuatannya dibedakan juga menjadi 2 (dua) yaitu laporan berkala (laporan yang selan waktu

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, peneliti akan mencoba melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Penelitian merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam program sarjana teknik, yang mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat :.. Menguji kebenaran