1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 terjadi perkembangan luar biasa bagi sejarah perekonomian di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan berdirinya banyak industri di beberapa daerah, sehingga menjadi penentu awal pembaruan Ekonomi dalam negeri dari keterpurukan periode sebelumnya. Pada dasarnya pembangunan adalah suatu perubahan sosial. Proses perubahan sosial tersebut diharapkan tidak hanya terjadi pada taraf kehidupan masyarakat akan tetapi juga terjadi pada peranan dari unsur-unsur yang terlibat di dalam proses pembangunan tersebut, yaitu negara dan masyarakat. Suatu pembangunan dikatakan berhasil tidak hanya bila pembangunan tersebut mampu menaikkan taraf hidup masyarakat, akan tetapi juga harus diukur sejauh mana pembangunan tersebut mampu menimbulkan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk lebih mandiri.
Arah pembangunan Indonesia dewasa ini menitikberatkan pada bidang industri kecil pedesaan maupun pertanian. Pembangunan pedesaan dan industri kecil desa memiliki peran penting dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Indonesia adalah negara sedang berkembang yang ketiga setelah Cina dan India.
Namun dibandingkan dengan kedua negara tersebut industrialisasi di Indonesia boleh dikatakan baru saja dimulai. Sektor industri di Indonesia sangat ketinggalan perkembangannya dibandingkan dengan keadaan di negara-negara utama di Asia.1
1Anne Both dan Peter Mc Cawley, 1990, Ekonomi Orde Baru, Jakarta:
LP3ES, halaman 79.
Gambaran umum yang ada selama ini menunjukkan sebagian besar penduduk di Indonesia bermukim, bekerja, dan menggantungkan sumber kehidupan dari daerah pedesaan. Tanah merupakan basis utama kehidupan masyarakat desa, karena perkembangan penduduk yang semakin besar mengakibatkan lahan pertanian yang semakin sempit dan kesempatan kerja di bidang pertanian semakin kecil. Masyarakat desa mulai berpikir tentang penyaluran tenaga kerja di luar sektor pertanian seperti industri. Hal ini merupakan salah satu alternatif kerja di bidang nonpertanian yang banyak menjadi pilihan di kalangan masyarakat pedesaan untuk menyalurkan kelebihan tenaga kerja.2 Industri kecil di pedesaan biasanya bersifat padat karya. Bahan baku sebagian besar diperoleh dari daerah setempat dan sekitarnya sehingga menekan jumlah modal usaha mengingat para pengusaha industri kecil biasanya memperoleh modal dari tabungan sendiri.3
Pada umunya, sebagian masyarakat desa menganggap pekerjaan di luar sektor pertanian hanyalah sebagai pekerjaan sampingan yang mereka kerjakan karena adanya tenggang waktu. Namun, sehubungan dengan hal itu, pekerjaan tersebut justru menjadi mata pencaharian pokok setelah hasilnya dirasa lebih menguntungkan daripada bertani. Hal ini menunjukkan besarnya peranan industri kecil di pedesaan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2Tadjudin Nur Effendi, 1980, Sosiologi Ekonomi, Yogyakarta: Tiara Wacana YK, halaman 53.
3Ibid, halaman 73.
Berdirinya industri kecil di pedesaan secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat yang mengakibatkan terjadi perubahan.
Perubahan tersebut terjadi pada aspek-aspek struktur sosial, etos kerja, dimensi kesenjangan serta beragam sosial ekonominya. Adanya industri kecil rumah tangga mendorong terjadinya pola kehidupan masyarakat dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hal ini terjadi karena pengaruh industri yang berkembang pesat, dibutuhkan seorang pengusaha yang cukup dan mampu menyalurkan hasil produksi. Industri kecil merupakan salah satu usaha produktif di sektor non pertanian baik sebagai mata pencaharian utama maupun sebagai usaha sampingan yang diminati oleh masyarakat pedesaan untuk menambah penghasilan.4
Masyarakat di dalam usahanya untuk ikut serta berpartisipasi di dalam pembangunan memerlukan situasi dan kondisi yang aman dan tertib, sebab apabila anggota masyarakat telah merasakan ketenteraman dalam hidupnya, maka dapat berperan aktif di dalam melaksanakan pembangunan. Tanpa terkecuali di bidang budaya juga menjadi perhatian pemerintah. Bangsa Indonesia mengangkat budaya daerah sebagai budaya bangsa, karena budaya daerah merupakan dasar sebagai budaya bangsa yang telah mengakar dalam masyarakat Indonesia.
Budaya-budaya daerah itu digali dan dipublikasikan oleh pemerintah agar diketahui oleh masyarakat lain, serta para wisatawan mancanegara agar dikenal luas di daerah internasional. Budaya daerah itu bermacam-macam, karena setiap
4M Dawam Rahardjo, 1984, Transformasi Pertanian Industrialisasi Dan Kesempatan Kerja, Jakarta: UI Press, halaman 38.
daerah memiliki budaya sendiri yang berbeda-beda dengan daerah lain, dimana budaya daerah itu dapat mencerminkan keadaan dan sosiologi daerah tersebut.
Salah satu hasil budaya bangsa Indonesia adalah keris. Keris adalah jenis senjata tradisional yang banyak ditemukan di Jawa.5 Salah satu upaya dalam pelestarian keris yang dilakukan adalah dengan menyediakan informasi tentang keris nusantara, memiliki museum yang menyimpan berbagai macam tangguh keris, memiliki tempat pembuatan keris, dan fasilitas pendukung lainnya. Salah satunya Padepokan Keris Brojobuwono di Desa Wonosari, Kabupaten Karanganyar.
Padepokan ini berupaya untuk mengembangkan dan melestarikan keris sesuai pakem dan berupaya untuk tetap mengeksistensikan sistem padepokan sebagai sebuah tempat belajar.
Penelitian ini menulis tentang “Padepokan Keris Brojobuwono di Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Surakarta 1999- 2010”. Padepokan Keris Brojobuwono pertama kali didirikan pada tahun 1999 dan tahun ini menjadi batasan tahun awal untuk menulis penelitian ini. Padepokan ini berlokasi di Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Padepokan ini mengalami perkembangan dalam usahanya di bidang industri keris sehingga pada tahun 2010 padepokan ini mendirikan museum yang bernama Museum Brojobuwono untuk melestarikan keris-keris dan dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Berdirinya Padepokan Keris Brojobuwono memberikan pengaruh sosial maupun ekonomi bagi masyarakat Desa Wonosari.
5Amir Martosedono S.H, 1987, Mengenal Senjata Tradisional Kita, Semarang: Dahara Prize, halaman 2.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Padepokan Keris Brojobuwono?
2. Bagaimana dinamika Padepokan Keris Brojobuwono 1999-2010?
3. Bagaimana pengaruh sosial-ekonomi Padepokan Keris Brojobuwono terhadap masyarakat Desa Wonosari?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Padepokan Keris Brojobuwono.
2. Untuk mengetahui dinamika Padepokan Keris Brojobuwono.
3. Untuk mengetahui perngaruh sosial-ekonomi Padepokan Keris Brojobuwono terhadap masyarakat Desa Wonosari.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari skripsi ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam kesejarahan dan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan dan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai penelitian sejenis, serta dapat memberikan pengetahuan mengenai perkembangan Padepokan Keris Brojobuwono.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan untuk menunjang pengkajian tema. Literatur tersebut akan digunakan sebagai bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Dalam buku Sosiologi Pedesaan (2004) karangan Darsono Wisadirana, mengartikan desa sebagai suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. desa mungkin hanya terdiri dari satu tempat kediaman masyarakat saja, atau terdiri dari pendukuhan-pendukuhan yang tergabung dan mempunyai induk desa (induk desa ditambah beberapa tempat kediaman masyarakat hukum yang terpisah beserta tanah pertaniannya, peternakan, perikanan, dan lain-lain). Selain menjelaskan tentang definisi desa, buku tersebut juga menjelaskan mengenai ciri-ciri desa, tipologi masyarakat desa berdasarkan aktivitas dalam pencaharian kebutuhan pokok hidup. Keseluruhan buku tersebut membahas mengenai sosial masyarakat pedesaan yang didominasi dengan bermata pencaharian di bidang pertanian.
M. Dawam Rahardjo dalam bukunya Transformasi Pertanian Industrialisasi dan Kesempatan Kerja (1984) dalam buku ini dijelaskan sangat umum yaitu masalah pembangunan nasional dari perspektif pembangunan Internasional. Buku ini berisi masalah transformasi sektor pertanian dalam konteks modernisasi di kawasan pedesaan yang menimbulkan masalah-masalah kesempatan pekerjaan, di satu pihak akan melihat peran sektor pertanian dalam proses perkembangan ekonomi industrialisasi dan di lain pihak implikasinya
terhadap tingkat pendapatan dan distribusinya antara golongan dan lapisan masyarakat sebagai akibat dari perubahan sektor pertanian.
Faktor-faktor seperti kurang produktifnya lahan pertanian serta menyempitnya lahan pertanian menjadi pendorong perubahan masyarakat, dari petani menjadi pekerja di luar sektor pertanian. Perubahan-perubahan masyarakat menurut Astrid S. Susanto dalam bukunya Pengantar Sosiologi (1983) dapat diartikan sebagai perubahan atau perkembangan dalam arti positif ataupun negatif, yaitu suatu perubahan yang menuju kemajuan dan sebaliknya perubahan yang mengalami kemunduran. Adapun besar kecilnya pengaruh yang menyebabkan perubahan tergantung pada besar kecilnya yang masuk serta sikap masyarakat terhadap hadirnya pengaruh tersebut.
Buku karangan Arief Syaifuddin Huda yang berjudul Sejarah Keris yang diterbitkan di Jakarta oleh DFS Publisher pada tahun 2010, membahas mengenai perkembangan keris yang berawal dari pengaruh kebudayaan Dong Son yang mengawali munculnya kebudayaan keris di Indonesia dan menjadi salah satu benda pusaka tradisional di Indonesia. Buku ini juga membahas mengenai sejarah empu sebagai sebutan pembuat keris.
Buku karangan Pusposukadgo dengan judul Mengenal Tradisi Pembuatan Keris yang diterbitkan di Surakarta oleh Tiga Serangkai pada tahun 1985, berisi tentang pembuatan bilah keris mulai dari pemilihan bahan sampai dengan pemberian pamor. Dalam buku ini juga sedikit diuraikan mengenai jenis dan bentuk keris.
Buku karangan B.S. Buanadjaya yang berjudul Keris Pusaka Nilai Historis-Metafisis yang diterbitkan oleh CV. Aneka di Solo pada tahun 1998, menguraikan mengenai bagian-bagian keris dan perbedaan dari keris gaya Surakarta dengan keris gaya Yogyakarta. Para empu pada jaman kerajaan juga ditulis dalam buku ini. Diuraikan pula mengenai ciri khas keris dari masing- masing jaman kejayaan suatu kerajaan.
Buku karangan Amir Martosedono yang berjudul Mengenal Senjata Tradisional Kita, diterbitkan di Semarang oleh Dahara Prize pada tahun 1987 menerangkan tentang senjata-senjata tradisional yang ada di Indonesia, seperti rencong dari Aceh, keris dari Jawa, dan lain-lain.
Selain dalam bentuk buku, referensi lain yang digunakan adalah sumber dari skripsi yang telah melakukan penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Novi Verga Sari, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang mengkaji tentang Proses Pembuatan Keris Di Padepokan Keris Brojobuwono Desa Wonosari Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menjelaskan mengenai proses pembuatan keris di Padepokan Keris Brojobuwono dari ritual upacara sampai proses kirab.
Penelitian ini juga membahas beberapa jenis-jenis keris di padepokan tersebut.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari 4 langkah yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.
1. Heuristik
Heuristik adalah sebuah kegiatan untuk mencari sumber-sumber dan mendapatkan data dan materi sejarah.6 Langkah pertama adalah metode heuristik. Heuristik ini bertujuan untuk mengumpulkan sumber- sumber sejarah yang sifatnya masih acak untuk kemudian menjadi pendukung dalam sebuah tulisan penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari studi dokumen, studi pustaka (buku referensi) dan wawancara.
a. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan cara untuk mempelajari dokumen- dokumen pendukung yang berhasil dikumpulkan dan disortir untuk mendukung dasar-dasar dari penelitian ini. Ketersedian dokumen seringkali dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga seringkali hanya mencakup hal-hal yang sifatnya khusus. Studi dokumen mempunyai arti metodologis yang sangat penting, sebab selain bahan dokumen, sejumlah fakta-fakta dan sejarah, bahan ini juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, kapan, siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana.7
Kumpulan dokumen penting yang digunakan untuk referensi dalam penulisan penelitian sebagaian besar adalah beberapa dokomen dan beberapa arsip. Dokumen mengandung dua pengertian yaitu dokumen
6Helius Sjamsudin, 2007, Metodelogi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, halaman 86.
7Sartono Kartodirdjo, 1982, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif, Jakarta: Gramedia Pustaka, halaman 97.
dalam arti luas yang meliputi monumen, foto-foto dan sebagainya, sedangkan dokumen dalam arti sempit meliputi catatan harian, surat kabar, majalah dan sebagainya.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain arsip data statistik penduduk Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sumber lain adanya arsip foto seperti foto Museum Brojobuwono dan tempat pembuatan keris.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada pemanfaatan berbagai macam referensi maupun literatur pendukung sehingga dapat dijadikan data pendukung yang berisi informasi dan teori- teori pendukung untuk memperkuat argumen dan kekuatan dalam menganalisa dan menyikapi suatu masalah. Studi pustaka adalah data yang bersifat sekunder, sehingga untuk melengkapi data primer yang telah diperoleh maka studi pustaka sangat dianjurkan dalam memperkaya data pendukung untuk suatu penelitian.
Beberapa buku yang mendukung dalam penelitian ini adalah buku yang didapatkan dari Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustaakan Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Brojobuwono, Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta, Perpustakaan Jawa Tengah, Badan Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Karanganyar, Dinas Arsip Daerah Jawa Tengah.
Selain buku-buku, penulis juga menggunakan sumber-sumber yang
bersifat elektronik berupa e-journal maupun e-book yang diakses dari sumber yang kredibel dan dapat dipercaya.
c. Wawancara
Penelitian ini menggunakan metode wawancara, kelompok yang dijadikan narasumber antara lain pendiri dan beberapa pekerja Padepokan Keris Brojobuwono dan tokoh masyarakat sekitar padepokan. Narasumber utama mengenai sejarah Padepokan Keris Brojobuwono adalah Basuki Teguh Yuwono (42 tahun), ia merupakan pendiri Padepokan Keris Brojobuwono. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada beberapa tenaga kerja padepokan keris dan masyarakat Desa Wonosari.
2. Kritik Sumber
Langkah kedua yaitu kritik sumber yang terdiri dari kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal berguna untuk mengetahui kredibilitas sebuah data. Sebuah data dikatakan kredibel apabila unsur yang termuat di dalamnya dekat dengan peristiwa yang sesungguhnya terjadi di masa lampau ataupun sekarang, agar data tersebut dapat dipercaya dan tidak mudah untuk dimanipulasi. Kritik eksternal merupakan usaha untuk melihat sebuah data dari keadaan fisiknya, hal ini bertujuan untuk mengetahui data tersebut sejaman atau tidak.
3. Interpretasi
Langkah ketiga adalah interpretasi, yaitu menafsirkan data baik yang tertulis maupun lisan yang saling berhubungan secara kronologis untuk kemudian dikritisi dengan fakta sejarah yang ada. Fakta sebenarnya
merupakan hasil dari pemikiran sejarawan, disinilah terdapat kesubjektivitasan sejarawan sehingga dalam proses analisis diperlukan sebuah ketepatan yang akan menentukan bobot suatu penelitian. Proses ini memegang peranan penting bagi terjadinya fakta-fakta menjadi kisah sejarah yang utuh dan menyeluruh.
Penafsiran dilakukan dengan menganalisa segala kemungkinan yang bisa saling mengaitkan antara satu fakta dengan fakta lainnya yang telah ditemukan dan kemudian dikumpulkan. Fakta yang ada diperoleh penulis dari arsip, surat kabar dan wawancara kemudian diseleksi dan dianalisasi sesuai dengan permasalahan yang ada.
4. Historiografi
Langkah yang terakhir adalah historiografi atau suatu penulisan sejarah yang dihasilkan dari data-data yang sudah dikumpulkan dan diinterpretasi sebelumnya. Data-data yang telah diseleksi kebenarannya dijadikan argument yang kuat sehingga isi penulisannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini akan dijelaskan beberapa masalah yang akan dituangkan dalam beberapa bab. Berikut ini adalah sistematika penulisannya:
Bab I berisi Pendahuluan yang meliputi, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian, Studi Pustaka, Metode Penelitian yang terdiri dari: Metode Teknik Pengumpulan Data, Analisa Data dan Sistematika Penulisan.
Bab II berisi tentang kondisi geografis dan demografis Desa Wonosari, Awal mula masuknya keris di Karanganyar dan latar belakang berdirinya Padepokan Keris Brojobuwono.
Bab III berisi tentang perkembangan Padepokan Keris Brojobuwono tahun 1999-2010 yang meliputi sistem produksi, struktur organisasi dan kondisi pekerja atau pegawai dalam Padepokan Keris Brojobuwono.
Bab IV berisi tentang pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, setelah berdirinya Padepokan Keris Brojobuwono.
Bab V Penutup, merupakan bab yang berisi kesimpulan berupa uraian permasalahan secara garis besarnya.