• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE INKUIRI BERBANTUAN SOFTWARE ALGEBRATOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE INKUIRI BERBANTUAN SOFTWARE ALGEBRATOR."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Vara Nina Yulian, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE INKUIRI

BERBANTUAN SOFTWARE ALGEBRATOR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Vara Nina Yulian, S.Pd.

1101579

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Vara Nina Yulian, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Lembaran Persetujuan Tesis

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE INKUIRI

BERBANTUAN SOFTWARE ALGEBRATOR

Disusun oleh:

Vara Nina Yulian

1101579

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Yaya S. Kusumah, M. Sc., Ph.D.

Pembimbing II,

Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M. Kes.

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Vara Nina Yulian, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ”Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui

Pembelajaran dengan Metode Inkuiri berbantuan Software Algebrator beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim

dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 29 Januari 2014

Yang membuat pernyataan

Vara Nina Yulian

(4)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

DENGAN METODE INKUIRI BERBANTUAN SOFTWARE ALGEBRATOR

Vara Nina Yulian1), Yaya S. Kusumah2), Jarnawi Afgani Dahlan2) Mahasiswa Magister Pendidikan Matematika (UPI)1)

Dosen Pascasarjana Pendidikan Matematika (UPI)2) Jl. Dr.Setiabudhi 229, Bandung 40154

vara_nina@yahoo.com1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis serta sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator. Desain penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen yang melibatkan dua kelompok, yakni satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberikan berupa pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator dan kelas kontrol diberi pembelajaran dengan metode konvensional. Populasi penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII SMP Negeri 7 Bandung, dengan sampel penelitiannya dipilih dua kelas VIII SMP Negeri 7 Bandung, Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan desain yang digunakan dipilih dua kelas untuk kemudian dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan terdiri dari soal tes kemampuan penalaran matematis yaitu penalaran analogi dan generalisasi dan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis serta angket skala sikap siswa. Secara keseluruhan hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode konvensional. Pada kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan metode inkuiri berbantuan software Algebrator secara umum siswa memberikan tanggapan dan sikap positif terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator.

(5)

INQUIRY APPROACH WITH ALGEBRATOR SOFTWARE FOR IMPROVING STUDENTS’ MATHEMATICAL REASONING

AND PROBLEM SOLVING ABILITIES

Vara Nina Yulian1), Yaya S. Kusumah2), Jarnawi Afgani Dahlan2) Study Programme of Mathematics Education, Postgraduate Programme, UPI1)

Lecturer of Mathematics Education UPI2) Jl. Dr.Setiabudhi 229, Bandung 40154

vara_nina@yahoo.com1)

Abstract

This study aims to determine the increase in the ability of mathematical reasoning and problem solving as well as students' attitudes towards learning mathematics by using inquiry approach assisted with Algebrator software. This study is a non-equivalent control group design which involving two groups, each group experiment and the other control group. Experimental classes are given by using inquiry approach assisted with Algebrator software and class control are given by using conventional method. The population of this research is the

students’ of grade-8 SMP Negeri 7 Bandung, West Java Province. The instrument

in this study are mathematical reasoning and mathematical problem solving abilities test, and attitudes scale toward inquiry approach assisted with Algebrator software. Overall the results of this study lead to the conclusion that an increase in the ability of mathematical reasoning and mathematical problem solving of students by using inquiry approach assisted with Algebrator software better than students who received learning with conventional method. Students who are learning by using inquiry approach assisted with Algebrator software responded with a positive attitude.

(6)

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR RUMUS ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 16

C.Tujuan Penelitian... 16

D.Manfaat Penelitian... 17

E. Struktur Organisasi Tesis ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kemampuan Penalaran Matematis ... 19

B.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 27

C.Pembelajaran dengan Metode Inkuiri ... 32

D.Software Algebrator ... 39

E. Pembelajaran dengan Metode Inkuiri berbantuan Software Algebrator ... 45

F. Penelitian Terdahulu ... 47

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 50

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 51

C. Variabel Penelitian ... 52

D. Definisi Operasional ... 52

E. Instrumen Penelitian 1. Tes Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 54

2. Angket ... 57

F. Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Validitas ... 58

I. Teknik Analisi Data 1. Analisis Data Kuantitatif ... 71

2. Analisis Data Kualitatif ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengolahan Data Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah 1. Deskripsi Hasil Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 78

a. Analisis Inferensi Data Pretes Kemampuan Penalaran

(8)

dan Pemecahan Masalah Matematis ... 85

1) Uji Normalitas ... 85

2) Uji Homogenitas ... 87

3) Uji Kesamaan Rata-rata Pretes ... 88

b. Analisis Inferensi Data Postes Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 90

1) Uji Normalitas ... 90

2) Uji Homogenitas ... 92

3) Uji Perbedaan Rata-rata Postes ... 93

c. Analisis Inferensi Data Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 95

1) Uji Normalitas ... 96

2) Uji Homogenitas ... 97

3) Uji Perbedaan Rata-rata Gain Ternormalisasi ... 98

2. Deskripsi Skala Sikap Siswa ... 100

a. Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika ... 101

b. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Metode Inkuiri berbantuan Software Algebrator ... 102

c. Sikap Siswa terhadap Kontribusi Pembelajaran dengan Metode Inkuiri berbantuan Software Algebrator pada Soal Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah .. 103

B.Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pembelajaran dengan Metode Inkuiri berbantuan Software Algebrator ... 105

2. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis ... 107

3. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 113

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan... 121

B.Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN ... 130

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA ... 191

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA ... 201

LAMPIRAN D: UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN... 243

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Penskoran Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematika

Bentuk Analogi ... 55

Tabel 3.2 Tabel Penskoran Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematika Bentuk Generalisasi ... 55

Tabel 3.3 Tabel Penskoran Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 56

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 59

Tabel 3.5 Validitas Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 60

Tabel 3.6 Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 60

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 62

Tabel 3.8 Hasil Uji Reabilitas Butir Soal Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 62

Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 63

Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 64

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 64

Tabel 3.12 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 65

Tabel 3.13 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 66

Tabel 3.14 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemacahan Masalah Matematis ... 66

Tabel 3.15 Rekapitulasi Klasifikasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 67

Tabel 3.16 Rekapitulasi Klasifikasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 67

Tabel 3.17 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 72

(11)

Tabel 3.19 Klasifikasi Skala Sikap ... 76

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Matematis ... 79

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... 82

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretes

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 86

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Pretes

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 87

Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Data Skor Pretes

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 89

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Skor Postes Kemampuan Penalaran

dan Pemecahan Masalah Matematis ... 91

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Postes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 92

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Skor Postes Kemampuan

Penalaran Matematis ... 94

Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Data Skor Postes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis ... 95

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Skor Gain Ternormalisasi

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 96

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Gain Ternormalisasi

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 98

Tabel 4.12 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Data Skor Gain Ternormalisasi

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 99

Tabel 4.13 Distribusi Sikap Sisswa terhadap Pelajaran Matematika ... 101

Tabel 4.14 Distribusi Sikap Siswa Siswa terhadap Pembelajaran dengan

Metode Inkuiri berbantuan Software Algebrator ... 102

Tabel 4.15 Distribusi Sikap Siswa terhadap Kontribusi Pembelajaran

dengan Metode Inkuiri berbantuan Software Algebrator

pada Soal Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah

(12)

Tabel 4.16 Frekuensi Pencapaian Kemampuan Penalaran Matematis

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 108

Tabel 4.17 Frekuensi Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 115

(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Alur Penelitian ... 70

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 Tampilan dari beberapa halaman dalam Software Algebrator ... 42

2.1 Tampilan Awal ... 42

2.2 Kategori Materi ... 43

2.3 Masalah Baru ... 43

2.4 Penyelesaian dan Penjelasannya ... 44

2.5 Grafik Persamaan Lingkaran ... 44

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Rata-rata Skor Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 80

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Matematis ... 81

Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Rata-rata Skor Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 83

Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 85

Gambar 4.5 Jawaban Siswa Kelompok Kontrol pada Butir Soal No. 3 ... 110

Gambar 4.6 Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen pada Butir Soal No. 3 ... 112

Gambar 4.7 Jawaban Siswa Kelompok Kontrol pada Butir Soal No. 5a ... 116

Gambar 4.8 Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen pada Butir Soal No. 5a .. 118

(15)

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Koefisien Korelasi Product Moment (r) ... 58

Rumus 3.2 Uji-t ... 59

Rumus 3.3 Koefisien Reabilitas Cronbach Alpha ... 61

Rumus 3.4 Varians Skor Tiap Item ... 61

Rumus 3.5 Daya Pembeda ... 63

Rumus 3.6 Tingkat Kesukaran ... 65

Rumus 3.7 Gain Ternormalisasi ... 71

Rumus 3.8 Rata-rata Skor Tiap Butir Pernyataan ... 75

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN ... 130

A.1 Silabus Bahan Ajar ... 130

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 136

A.3 Kisi-kisi Soal dan Tes untuk Mengukur Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... ... 174

A.4 Alternatif Jawaban Tes Matematika ... 180

A.5 Kisi-kisi dan Angket Skala Sikap Siswa ... 188

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA ... 191

B.1 Data Hasil Uji Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 191

B.2 Data Hasil Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 192

B.3 Uji Validitas Tes Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis ... 193

B.4 Uji Realibilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematis .... 195

B.5 Uji Realibilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 196

B.6 Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran Matematis 197 B.7 Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 198

B.8 Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 199

(17)

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA ... 201

C.1 Data Skor Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Matematis Kelompok Eksperimen 201 C.2 Data Skor Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Matematis Kelompok Kontrol .... 204

C.3 Data Skor Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Eksperimen ... 207

C.4 Data Skor Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Kontrol ... 210

C.5 Uji Normalitas Data Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 213

C.6 Uji Homogenitas Data Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 231

C.7 Uji Hipotesis Penelitian ... 234

C.8 Data Skala Sikap ... 240

LAMPIRAN D: UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN ... 243

D.1 Foto-foto Penelitian ... 243

D.2 Surat Keputusan Mahasiswa dan Pembimbing Tesis ... 246

D.3 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 248

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang sangat penting terutama

dalam era teknologi yang serba canggih sekarang ini. Mengingat pentingnya

matematika dalam IPTEK dan kehidupan sehari-hari pada umumnya, maka

matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat terutama

siswa sekolah.

Proses pembelajaran matematika di sekolah pada dasarnya merupakan

proses interaksi antara peserta didik yang belajar dengan guru yang mengajar dan

berlangsung dalam suatu ikatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Tujuan mempelajari matematika itu sendiri, Depdiknas (2006)

menyatakan bahwa mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

(19)

2

Demikian pula National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)

(2000) menjelaskan tujuan pembelajaran matematika yaitu:

1) Belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication). 2) Belajar untuk bernalar (mathematical reasoning).

3) Belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving).

4) Belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections). 5) Pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive

attitudes toward mathematics)

Sumarmo (2005) menyatakan bahwa kelima kemampuan-kemampuan itu

disebut dengan daya matematis (mathematical power) atau keterampilan

bermatematika (doing math). Adapun keterampilan (doing math) yang sangat erat

kaitannya dengan karakteristik matematika adalah belajar untuk bernalar

(mathematical reasoning) dan memecahkan masalah (mathematical problem

solving).

Kemampuan penalaran dan pemecahan masalah berkaitan dengan

karakteristik yang dimiliki matematika dan digolongkan dalam berpikir tingkat

tinggi. Hal itu diperkuat pula pendapat Yamin (2012: 171) bahwa higher order

cognition (HOC) adalah komponen-komponen yang terletak pada urutan akhir

yang lebih tinggi dari keseluruhan proses kognitif manusia misalnya berpikir,

pembuatan konsep, penalaran, bahasa, pembuatan keputusan, pengambilan

keputusan, dan pemecahan masalah.

Uraian di atas menunjukkan bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran

matematika adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis atau

(20)

3

masalah. Pada kenyataannya kemampuan penalaran dan pemecahan masalah

matematis belum memuaskan.

Dari segi kemampuan penalaran matematis, hasil studi Trends in

International Mathematics and Science Study ( TIMSS ) tahun 2003 dalam bidang

matematika dan IPA untuk kelas dua SMP (eighth grade) memperlihatkan bahwa

soal matematika tidak rutin yang memerlukan kemampuan penalaran matematis

pada umumnya tidak berhasil dijawab benar oleh sampel siswa Indonesia. Salah

satu soal yang dikembangkan dalam studi TIMSS tahun 2003 adalah sebagai

berikut.

Oranges are packed in boxes. The average diameter of the

oranges is 6 cm, and the boxes are 60 cm long, 36 cm wide, and

24 cm deep.

Which of these is the BEST approximation of the number of

oranges that can be packed in a box?

A. 30 C. 360

B. 240 D. 1.920

Soal ini menuntut siswa menerapkan pengetahuannya tentang kemampuan

penalaran matematis. Persentase internasional yang menjawab benar soal

penalaran ini adalah sebesar 44%, dan persentase siswa Indonesia yang menjawab

benar hanya mencapai 31%. Hal ini sangat memprihatinkan kalau dibandingkan

siswa-siswa dari negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, Singapura, dan Korea

persentase siswa yang menjawab benar berada diatas 50%. Pada TIMSS 2007,

Untuk jenis soal yang sama hanya sekitar 17% siswa Indonesia yang menjadi

(21)

4

Rendahnya kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa juga

terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya

seperti studi yang dilakukan oleh Priatna (2003) mengenai penalaran matematis,

diperoleh temuan bahwa kualitas kemampuan penalaran (analogi dan generalisasi)

rendah dengan skornya hanya 49% dari skor ideal 100. Hasil yang sama juga

ditemukan pada studi Muin (2005) yang menemukan bahwa kualitas kemampuan

siswa dalam penalaran (analogi dan generalisasi) belum mempunyai hasil yang

memuaskan. Dari beberapa studi yang dilakukan oleh peneliti di atas, terdapat

gambaran bahwa kemampuan penalaran khususnya pada indikator analogi dan

generalisasi perlu ditingkatkan. Hal tersebut membuat penulis ingin mengkaji

lebih jauh tentang kedua indikator tersebut.

Kemampuan penalaran dapat diartikan sebagai cara berpikir logis dalam

membuat kesimpulan. Penalaran merupakan aktivitas mental untuk meningkatkan

pemikiran dengan melihat beberapa fakta atau prinsip sehingga menghasilkan

proses mental berupa pengetahuan atau kesimpulan. Menurut Keraf (dalam

Shadiq, 2004) penalaran adalah proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta

yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.

Dikenal dua macam penalaran dalam matematika yaitu penalaran deduktif

dan penalaran induktif. Copi (Sumarmo, 1987) menyatakan bahwa penalaran

deduktif adalah proses penalaran yang konklusinya diturunkan secara mutlak

menurut premis-premisnya. Penalaran deduktif meliputi modes ponens, modus

tollens, sillogisme hipotetik, dan silogisme dengan kuantifikasi. Sedangkan

(22)

5

umum. Dengan kata lain, penalaran induktif memerlukan pengamatan

contoh-contoh khusus yang dapat menyebabkan suatu pola utama atau aturan.

Lebih jauh Sumarmo (2010) menguraikan beberapa kegiatan yang

tergolong pada penalaran induktif sebagai berikut:

1. Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang

satu diterapkan pada kasus khusus lainnya.

2. Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau konsep.

3. Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data

yang teramati.

4. Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan

ekstrapolasi.

5. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola

yang ada.

6. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi dan menyusun

konjektur.

Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan penalaran termasuk kemampuan

berpikir tingkat tinggi yang menuntut siswa untuk mampu mengamati pola,

keteraturan, fakta, dan menyusun model konjektur yang tepat untuk digunakan

dalam menarik kesimpulan dan memecahkan masalah. Kemampuan penalaran

matematis juga melatih siswa untuk dapat menggunakan analogi sebagai upaya

memecahkan masalah dengan menggunakan data lain yang teramati.

Menurut Shurter dan Pierce (Sumarmo, 1987) analogi yaitu penalaran

(23)

6

menyimpulkan apa yang benar untuk satu hal juga akan benar untuk hal lain. Hal

senada juga diungkapkan Mundiri (2010) yang menyatakan bahwa analogi

merupakan proses penalaran dari satu fenomena menuju ke fenomena lain yang

sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang

pertama juga akan terjadi pada fenomena yang lain.

Menurut Shurter dan Pierce (Sumarmo, 1987) generalisasi adalah proses

penalaran berdasarkan pemeriksaan hal secukupnya, kemudian memperoleh

kesimpulan untuk semuanya atau sebagian besar hal-hal tadi. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Mundiri (2010) yang menyatakan bahwa generalisasi sebagai

proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju

kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena

individual yang diselidiki. Dengan begitu hukum yang disimpulkan dari fenomena

yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.

Mengingat bahwa kemampuan analogi dan generalisasi sangat penting

maka perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam proses pembelajaran

matematika di sekolah menengah pertama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Hudoyo (Rahman, 2004) yang menyatakan bahwa proses generalisasi merupakan

aspek atau bagian yang essensial dari berpikir matematis. Hal tersebut juga

didukung oleh pendapat Priatna (2003) yang mengungkapkan manfaat dari

mengidentifikasi atau menemukan suatu pola akan melatih siswa untuk

menganalisis dan mengenali suatu pola. Sementara itu hasil penelitian

Sastrosudirjo (Alamsyah, 2000) juga menunjukkan bahwa kemampuan analogi

(24)

7

Namun pada kenyataannya tidak semua orang menyadari pentingnya

kemampuan analogi dan generalisasi. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya

hasil penelitian yang menemukan bahwa kemampuan analogi dan generalisasi

matematis masih rendah. Alamsyah (2000) dalam penelitiannya menemukan

bahwa kemampuan penalaran analogi matematis siswa sangat rendah. Hal tersebut

dapat dilihat dari rata-rata skor tes awal �̅ = 13,59. Sementara itu hasil penelitian

Priatna (2003) menemukan bahwa kualitas kemampuan penalaran (analogi dan

generalisasi) rendah, karena skornya hanya 49% dan 50% dari skor ideal.

Rahman (2004) juga menemukan bahwa hasil tes awal menunjukkan

bahwa kemampuan generalisasi matematis siswa berada pada kualifikasi kurang.

Hal senada juga diungkapkan oleh Suryadi (2005) bahwa siswa kelas dua SMP di

kota dan kabupaten Bandung mengalami kesulitan dalam kemampuan

mengajukan argumentasi serta menemukan pola dan pengujian bentuk umumnya.

Begitu juga dengan Herdian (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa

kemampuan analogi dan generalisasi matematis siswa yang memiliki kemampuan

rendah berada pada kualifikasi kurang, hal ini dapat terjadi karena proses

pembelajaran melalui metode discovery dirasakan lebih sulit bagi siswa lemah,

dan sebaliknya bagi siswa pandai.

Adapun proses pemecahan masalah menurut Bransford dan Stein (Slavin,

2006: 262) adalah “developed and evaluated a five-step strategy called IDEAL

(Identity problems and opportunities, Define goals and represent the problems,

Explore posible strategies, Anticipate outcomes and act, Look back and learn)”.

(25)

8

bahwa sebagai tujuan, kemampuan pemecahan masalah dapat dirinci dengan

indikator sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah. 2) Membuat model matematis dari suatu situasi atau masalah

sehari-hari dan menyelesaikannya.

3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika.

4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

5) Menerapkan matematika secara bermakna.

Menurut Polya (Herman, 2000: 7), secara umum terdapat empat fase

pembentukan kemampuan pemecahan masalah, yaitu: proses pemahaman masalah

(understanding the problem). Perencanaan solusi masalah (making a plan),

penyelesaian masalah (solving the problem), dan memeriksa kembali hasil

penyelesaian masalah (looking back). Jadi dalam proses pemecahan masalah

siswa mampu menerapkan aturan-aturan matematika yang telah dipelajari

sebelumnya dan digunakan untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan

langkah-langkah yang telah ditentukan.

Akan tetapi kenyataan di lapangan tingkat kemampuan pemecahan

masalah siswa di Indonesia masih rendah, TIMSS-R (1998) (Turmudi, 2009: 88)

keadaan siswa-siswi di Indonesia menduduki rangking 34 di antara 38 peserta

(dari 38 negara yang mengikuti studi ini). Survei TIMSS tahun 2003 (Wachyar,

2012: 4) pun menempatkan Indonesia peringkat 34 dari 45 negara. Kemudian

survey TIMSS yaitu pada tahun 2007 Indonesia menempati rangking 36 dari 49

negara yang mengikuti. Nilai rerata matematika selama mengikuti survei yaitu

(26)

9

1999, 411 pada tahun 2003, dan 405 pada tahu 2007. Hasil tersebut dalam TIMSS

(2007: 53) bahwa rerata prestasi matematika di kelas delapan relatif konstan di

seluruh penilaian di Italia, Yordania, Indonesia, Bahrain, Botswana, negara bagian

Minnesota dan provinsi British Columbia. Indonesia mengikuti survey dari tahun

1999, 2003, dan 2007, kemampuan pemecahan masalah matematis relatif konstan,

tidak ada peningkatan yang signifikan.

Terakhir Indonesia mengikuti survey TIMSS pada tahun 2011 pun tidak

menunjukkan perkembangan yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan

masalah siswa di Indonesia. Nuh (dalam Kompasiana, 2012) mengatakan bahwa

kemampuan matematis siswa di Indonesia tidak meningkat dilihat dari hasil studi

TIMSS pada 2007 dan 2011. Sebagian besar siswa hanya mampu mengerjakan

soal sampai level menengah. Nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII di

Indonesia hanya 386 dan menempati urutan ke-38 dari 42 negara. Di bawah

Indonesia ada Suriah, Maroko, Oman dan Ghana. Negara tetangga, seperti

Malaysia, Thailand dan Singapura, berada di atas Indonesia. Singapura berada

diurutan kedua dengan nilai rata-rata 611. Nilai rata-rata singapura tidak berbeda

jauh dari nilai rata-rata Korea, 613 di urutan pertama dan nilai rata-rata Taiwan,

609, di urutan ketiga (Driana, 2012).

Tidak jauh berbeda dengan TIMSS, hasil survey Programme for

International Student Assesment (PISA) yang bertujuan menilai penguasaan

pengetahuan dan keterampilan matematika siswa, menunjukan bahwa pada tahun

2003, Indonesia berada di peringkat 38 dari 40 negara, dengan rerata skor 360,

(27)

10

negara, sedangkan pada tahun 2009 peringkat Indonesia menjadi 61 dari 65

negara, dengan rerata skor 371, sementara skor rerata internasional adalah 496,

Balitbang (2011).

Hasil survey TIMSS dan PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan

oleh beberapa faktor. Studi dari Wardani dan Rumiati (2011: 1) menyatakan

bahwa salah satu faktor penyebabnya antara lain siswa di Indonesia pada

umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik

seperti soal-soal pada TIMSS dan PISA. Karakteristik soal-soal tes pada TIMSS

dan PISA yang substansinya kontekstual, siswa dituntut menggunakan penalaran,

argumentasi dan kreativitas menyelesaikannya yaitu soal-soal tes yang berbentuk

pemecahan masalah. Siswa di Indonesia kurang terbiasa dalam menyelesaikan

soal-soal pemecahan masalah, sebagaimana dikemukakan Kemendiknas (Amelia,

2012: 7) siswa kita lemah dalam mengerjakan soal-soal yang menuntut

kemampuan pemecahan masalah, berargumentasi dan berkomunikasi.

Banyak hal yang berperan sebagai faktor yang menyebabkan kegagalan

siswa dalam pembelajaran; salah satunya adalah guru. Tentu ada beberapa

kelemahan guru dalam kegiatan belajar-mengajar matematika. Hasil survey

IMSTEP-JICA (1999) menunjukkan bahwa penurunan kualitas pemahaman

matematika SD dan SMP disebabkan oleh proses pembelajaran, yang pada

umumnya terlalu berkonsentrasi kepada penyelesaian soal yang bersifat

prosedural. Kemudian studi yang dilakukan secara intensif oleh Direktorat

Dikmenum pada tahun 2002 menunjukkan bahwa walaupun di sebagian sekolah

(28)

11

yang cukup menggembirakan namun pembelajaran siswa dan pemahaman siswa

SMP pada beberapa mata pelajaran (termasuk matematika) menunjukkan hasil

yang kurang memuaskan. Armanto (2002) mengemukakan pola pembelajaran di

SMP cenderung text-book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari

siswa. Kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan buku paket sebagai

acuan, mereka mengajarkan matematika halaman per halaman sesuai dengan apa

yang tertulis di buku paket. Selain itu strategi pembelajaran lebih didominasi oleh

upaya untuk menyelesaikan materi pembelajaran dalam waktu yang tersedia, dan

kurang adanya upaya agar terjadi proses dalam diri siswa untuk mencerna materi

secara aktif dan konstruktif. Cara mengajar demikian merupakan karakteristik

umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran matematika di Indonesia.

Pada umumnya dalam pembelajaran matematika, guru melaksanakan

pembelajaran secara konvensional yang mempunyai tahapan pembelajaran

sebagai berikut: (1) Guru membahas pekerjaan rumah; (2) Guru menjelaskan

materi baru beserta contoh soal; (3) Guru memberikan latihan soal yang mirip

dengan contoh yang telah dijelaskan; (4) Guru memberi tugas pekerjaan rumah.

Kegiatan pembelajaran seperti demikian sering ditemui dan menjadi rutinitas

setiap hari dan kurangnya kegiatan siswa belajar aktif seperti kegiatan

manipulatif, bereksperimen, dan berdiskusi. Akibatnya siswa tidak memahami

pengetahuan yang mendasari tentang sebuah konsep, bagaimana membangun

sebuah konsep dan aplikasinya pada masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta

(29)

12

Menyadari kondisi siswa yang sangat lemah dalam kemampuan penalaran

dan pemecahan masalah matematis berdasarkan beberapa informasi tersebut,

sangat penting untuk menggali dan mengembangkan pembelajaran yang dapat

memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis. Dalam

penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan metode inkuiri berbantuan software

Algebrator.

Salah satu tujuan dari belajar melalui inkuiri adalah agar siswa belajar

metode ilmiah dan mampu menerapkannya dalam situasi lain. Menurut

Ruseffendi (1991: 335) pada metode inkuiri terjadi empat tahap kegiatan yaitu (1)

Siswa dirangsang oleh guru dengan permasalahan; (2) Siswa menentukan

prosedur mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan; (3) Siswa

menghayati tentang pengetahuan yang diperolehnya oleh cara inkuiri yang baru

saja dilakukan; (4) Siswa mengadakan penganalisaan mengenai metode inkuiri

dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat

diaplikasikan pada suasana baru. Pembelajaran dengan metode inkuiri diharapkan

membuat siswa dapat membangun sendiri ilmu pengetahuannya yang diharapkan

ingatan dan pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya tersebut dapat

melekat secara permanen pada diri siswa.

Proses lain yang dapat menciptakan pembelajaran matematika dengan

metode inkuiri lebih bermakna dan menarik diantaranya adalah dengan

menggunakan teknologi informasi yang berkembang dewasa ini, misalnya dengan

(30)

13

Sebagaimana Ormrod (2009: 175) menyatakan bahwa beberapa program

komputer telah mampu meningkatkan berpikir tingkat tinggi (misalnya

pemecahan masalah) dalam konteks tugas-tugas otentik atau yang menyerupai

permainan.

Komputer mempunyai kelebihan yaitu mampu menampilkan visual

dengan cepat dan tepat. Visualisasi yang ditampilkan secara menarik dapat

digerakkan (dianimasi) dan diubah bentuk dan ukurannya sehingga memberi

kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan observasi dengan

mudah. Eksplorasi sangat diperlukan ketika siswa berusaha memahami suatu

konsep atau membangun pengetahuan. Fasilitas yang dimiliki tersebut memberi

kontribusi kepada pembelajaran matematika siswa. Alagic (Conway, 2005)

menyebutkan peran komputer dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:

(1) Mengembangkan kemampuan multirepresentasi; (2) Meningkatkan

pemahaman konseptual; (3) Mengakomodasi gaya belajar yang berbeda.

Mengingat kontribusi komputer sangat besar terhadap pembelajran matematika,

maka dalam penelitian ini komputer digunakan sebagai alat untuk membantu

siswa dalam pemecahan masalah.

Banyak software pembelajaran matematika tersedia yang dapat digunakan

dalam pembelajaran matematika. Software Algebrator merupakan salah satu

software aljabar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematis.

Pada software Algebrator terdapat fitur-fitur yang lengkap dengan tampilan

gambar yang jelas sehingga dapat menarik minat siswa tingkat Sekolah Menengah

(31)

14

dan bagi siswa dalam mempelajari matematika, sehingga pembelajaran akan lebih

nyata dan menantang. Software ini dapat menyelesaikan masalah matematis yang

sulit sekalipun. Software Algebrator dapat menampilkan jawaban

langkah-perlangkah dan menjadi tutor siswa dalam menyelesaikan masalah matematis.

Siswa menggunakan software Algebrator di kelas untuk membantu mereka

menyelesaikan soal matematika dengan cepat dan akurat dalam pembelajaran.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi misalnya media komputer dalam

pembelajaran matematika diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang

menarik, jelas, tidak abstrak atau verbal, dan dapat membuat sikap siswa lebih

positif terhadap matematika.

Pada pembelajaran dengan metode inkuiri, ada tahap siswa harus

mengumpulkan data dan informasi yang kemudian bisa digunakan untuk

membuktikan hipotesisnya. Pada penelitian ini, tahap siswa mengumpulkan data

dan informasi yang dibutuhkan, siswa diberikan alat bantu berupa komputer yang

didalamnya telah tersedia software Algebrator, sehingga siswa dapat melakukan

penyelidikan-penyelidikan dan analisisnya dengan menggunakan Algebrator.

Pembelajaran dengan metode inkuiri melatih siswa untuk bisa menemukan

sendiri konsep dari materi yang dipelajari dan membangun pengetahuannya. Pada

proses pembelajaran inkuiri ini kemampuan penalaran dan pemecahan masalah

matematis secara tidak langsung menjadi bagian yang menyertai proses

penyelidikannya, sehingga dengan pembelajaran inkuiri kemampuan penalaran

(32)

15

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran metode inkuiri berbantuan

software Algebrator diduga akan membuat siswa tertantang untuk menggunakan

penalarannya yang kemudian mencoba untuk memecahkan masalah yang

diberikan. Untuk mengkaji lebih mendalam mengenai pembelajaran dengan

bantuan software Algebrator ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa melalui Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Berbantuan

Software Algebrator”.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Apakah siswa yang

memperoleh metode inkuiri berbantuan software Algebrator memiliki

peningkatan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis lebih baik

daripada siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional?”.

Selanjutnya untuk merinci permasalahan utama tersebut disusun masalah

sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan software

Algebrator lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika secara konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan

software Algebrator lebih baik daripada siswa yang memperoleh

(33)

16

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri

berbantuan software Algebrator?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

mengenai peningkatan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan software

Algebrator. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan

software Algebrator dibandingkan dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran matematika secara konvensional.

2. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri

berbantuan software Algebrator dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional.

3. Mengkaji sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri

berbantuan software Algebrator.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi

(34)

17

1. Siswa: Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan

pemecahan masalah matematis siswa dan memberikan pengalaman baru

bagi siswa dalam belajar matematika.

2. Guru: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan variasi strategi

pembelajaran matematika agar dapat diaplikasikan dan dikembangkan

menjadi baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran

matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan sikap

siswa terhadap pembelajaran matematika. Serta sebagai informasi bagi

guru matematika dan institusi terkait tentang keefektifan pembelajaran

dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator.

3. Peneliti: Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam ruang

lingkup yang lebih luas, serta membuka wawasan penelitian bagi para

ahli pendidikan matematika untuk mengembangkannya.

4. Dunia pendidikan: Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran

pembelajaran khususnya bagi guru-guru yang mengajar matematika.

E. Struktur Organisasi Tesis

Hasil penelitian ini dilaporkan dalam lima bab sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi

tesis.

2. Bab II Kajian Pustaka yang berisi kemampuan penalaran matematis,

kemampuan pemecahan masalah matematis, pembelajaran dengan

(35)

18

inkuiri berbantuan software Algebrator, penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian, dan hipotesis penelitian.

3. Bab III Metode Penelitian yang menguraikan desain penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional,

instrumen penelitian, teknik pengembangan instrumen , teknik

pengumpulan data dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari pemaparan

data dan pembahasan data.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran, yang menyajikan penafsiran dan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah kuasi eksperimen, penggunaan

desain dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk

sebelumnya sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak. Kuasi

eksperimen adalah metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan

pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Subjek

dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya

(Ruseffendi, 2005).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok

kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005:52). Penelitian ini melibatkan dua

kelompok, yakni satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator sedangkan kelompok

kontrol adalah kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran secara

konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol

non ekuivalen sebagai berikut :

O X O

O O

Sumber : (Ruseffendi, 2005)

Keterangan :

O : pretes dan postes (tes kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis)

(37)

51

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMPN 7

Bandung. Peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Karena

desain penelitian menggunakan desain kelompok kontrol non ekuivalen, maka

penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik “Purposive Sampling”,

yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2010). Informasi awal dalam pemilihan sampel dilakukan berdasarkan

pertimbangan dari guru bidang studi matematika.

Dari 9 kelas yang ada, kemudian dipilih 2 kelas yang akan dijadikan

sebagai satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kedua kelas ini dipilih

didasarkan pada informasi awal yang diperoleh dari guru bidang studi matematika

yaitu siswa pada kedua kelas yang dijadikan sampel memiliki karakteristik dan

kemampuan akademik yang relatif setara.

Alasan subjek siswa kelas VIII, karena mereka dianggap sudah bisa

beradaptasi dengan pembelajaran baru (lain dari biasa) dan tidak mengganggu

program sekolah dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian akhir

nasional (jika dipilih siswa kelas IX). Pengelompokan siswa didasarkan pada

kemampuan matematis dengan cara mengurutkan skor hasil belajar matematika

sebelumnya (ulangan harian dan ulangan tengah semester) serta pengklasifikasian

yang dilakukan oleh guru kelas. Pembagian kemampuan siswa terdiri dari tiga

kelompok kategori, yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan

(38)

52

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas ialah perlakuan pembelajaran yang diberikan kepada kedua

kelompok. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebasnya adalah

pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator yang

diberikan pada kelas eksperimen. Variabel terikat adalah hasil belajar yaitu

kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa.

D. Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan penelitian dalam

proposal penelitian ini. Agar tidak terjadi perbedaan persepsi terhadap

istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa definisi

operasional, yaitu:

1. Kemampuan penalaran matematis adalah suatu proses berpikir dalam

proses penarikan kesimpulan. Kemampuan penalaran matematis terdiri

atas penalaran deduktif dan penalaran induktif. Pada penelitian ini

kemampuan penalaran yang dimaksud adalah penalaran induktif yang

terdiri dari analogi dan generalisasi. Analogi adalah suatu proses

penyimpulan berdasarkan keserupaan data atau fakta, sedangkan

generalisasi adalah penarikan kesimpulan umum dari data atau fakta-fakta

yang terobservasi.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kecakapan atau

(39)

53

cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika

dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau

menciptakan atau menguji konjektur.

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis adalah (1)

Mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur;

(2) Membuat model matematis; (3) Menerapkan strategi menyelesaikan

masalah dalam/di luar matematika; (4) Menjelaskan/ menginterpretasikan

hasil/memeriksa kebenaran hasil; (5) Menyelesaikan model matematis dan

masalah nyata.

3. Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mengarahkan siswa

untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan dalam memperoleh pengetahuannya.

4. Software Algebrator adalah software yang diarahkan untuk menyelesaikan

permasalahan aljabar. Selain dari hasil perhitungan, Algebrator

menampilkan cara pengerjaan dan penjelasannya. Software Algebrator

dapat menampilkan jawaban langkah-perlangkah dan menjadi tutor siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa menggunakan software

Algebrator di kelas untuk membantu mereka menyelesaikan soal

matematika dengan cepat dan akurat dalam pembelajaran.

5. Metode inkuiri berbantuan software Algebrator adalah pembelajaran

dengan metode inkuiri yang proses penyelidikannya atau upaya siswa

(40)

54

Algebrator. Langkah-langkah pembelajaran dengan inkuiri berbantuan

software Algebrator adalah sebagai berikut :

a. Siswa dihadapkan dengan masalah

b. Siswa mengajukan dugaan/hipotesis

c. Siswa melakukan penyelidikan dengan bantuan Sofware Algebrator

kemudian mengumpulkan data yang diperolehnya

d. Siswa menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan

e. Siswa dan guru melakukan penguatan terhadap konsep yang telah

dipelajari.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes

dan instrumen non tes. Instrumen jenis tes adalah instrumen kemampuan

penalaran dan pemecahan masalah matematis sedangkan instrumen jenis non-tes

adalah skala pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika yang

menggunakan metode inkuiri berbantuan software Algebrator.

1. Tes Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis

Instrumen yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir berupa tes

yang berbentuk uraian yang disusun berdasarkan indikator penalaran dan

pemecahan masalah matematis yang hendak diukur, sebanyak delapan soal

yang terdiri dari 2 soal analogi berbentuk pilihan ganda beralasan; 2 soal

generalisasi; dan 4 soal pemecahan masalah. Soal tersebut bertujuan untuk

(41)

55

Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Penyusunan tes

diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian dilanjutkan dengan

penyusunan soal, kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk

masing-masing soal.

Pemberian skor kemampuan penalaran penelitian ini mengacu pada

pedoman penskoran “Holistic scale” dari North Carolina Departement of

Public Instruction (Cai, Lane dan Jakabcsin, 1996), seperti tercantum pada

Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.1 Tabel Penskoran

Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematika Bentuk Analogi

Pilihan Ganda Alasan/Penjelasan Skor

Tidak diisi Tidak diisi 0

Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematika Bentuk Generalisasi

Pilihan Jawaban Skor

Tidak ada jawaban 0

Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan / tidak ada yang benar 1 Hanya ada identifikasi masalah dan konjektur tetapi masih ada

yang salah 2

Identifikasi masalah dan konjektur sudah benar 3 Hanya sebagian aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 4 Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 5 Semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan lengkap/jelas dan

(42)

56

Pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah matematik

menggunakan pedoman penskoran yang dikemukakan oleh Schoen dan

Ochmke (Sumarmo, 1993: 16). Pemberian skor didasarkan pada proses

pemecahan masalah yang dilakukan siswa yaitu mulai dari memahami

masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melakukan perhitungan, dan

memeriksa kembali terhadap semua langkah-langkah pemecahan masalah

yang telah dilakukannya.

Berikut ini tabel penskoran butir soal kemampuan pemecahan masalah

matematik yang dikemukakan oleh Schoen dan Ochmke (Sumarmo, 1993:

16).

Tabel 3.2 Tabel Penskoran

Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

MEMAHAMI tetapi tidak tuntas 1

(43)

57

Skor maksimal 2 Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2

Kedua jenis soal tes kemampuan matematik tersebut diuji validitas

isinya dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing, kemudian soal

tes diujicobakan kepada siswa kelas IX yang telah menerima materi yang

akan diujikan untuk selanjutnya diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran

dan daya pembeda.

2. Angket

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket

yang digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan software

Algebrator dalam pembelajaran dengan metode inkuiri. Angket dibagi

menjadi 3 aspek yaitu pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika,

pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri berbantuan

software Algebrator dan pendapat siswa terhadap kontribusi pembelajaran

dengan metode inkuiri berbantuan software Algebrator pada soal kemampuan

penalaran dan pemecahan masalah matematis.

Angket ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pedoman yang

digunakan untuk membuat angket ini adalah skala Likert dengan empat buah

(44)

58

pernyataan adalah 1 (STS), 2 (TS), 3 (S), 4 (SS), untuk pernyataan favorable

(pernyataan positif), sebaliknya diberikan skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), 4 (STS),

untuk pernyataan unfavorable (pernyataan negatif). Empat pilihan dalam

skala ini dimaksudkan agar tidak terjadi keragu-raguan dalam memilih dan

memihak pada suatau pernyataan. Angket ini diberikan setelah postes.

F. Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Validitas

Validitas adalah tingkat ketepatan tes mengukur sesuatu yang hendak

diukur. Suatu alat evaluasi dikatakan valid (absah atau sahih) apabila alat

evaluasi tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dieveluasi

(dalam Suherman, 1990:135).

Validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas butir. Yang

dimaksud dengan validitas isi adalah kesesuaian soal dengan materi ajar,

kesesuaian antara indikator dengan butir soal, kebenaran materi atau konsep

yang diujikan. Sementara Uji validitas butir soal soal dilakukan dengan

menggunakan korelasi item-total product moment. Langkah-langkah

pengujian validitas adalah sebagai berikut.

Pertama, menghitung koefisien korelasi product moment (r) hitung

( ), dengan menggunakan rumus seperti berikut (Arikunto, 2002).

= � ∑ − ∑ ∑

(45)

59

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Item soal yang dicari validitasnya

Y = Skor total yang diperoleh sampel

n = banyaknya sampel

Kedua, melakukan perhitungan dengan uji t dengan rumus:

ℎ� �� = √� −

√ − 2 . Keterangan:

= Koefisien korelasi hasil hitung

n = banyaknya sampel

Ketiga, mencari �� dengan �� = �� = � − dan taraf

signifikasi � = , 5.

Keempat, membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai

berikut :

Jika ℎ� �� > �� berarti valid atau jika ℎ� ���� berarti tidak valid.

Kelima, menginterprestasikan derajat validitas dengan menggunakan

kriteria menurut Guilford (Suherman. dkk, 2003:112). Dalam hal ini

diartikan sebagai koefisien validitas.

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Keterangan 0,90 < rxy ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0,70 < rxy ≤ 0,90 Validitas Tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,70 Validitas Sedang 0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas Rendah 0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas Sangat rendah

(46)

60

Selanjutnya data dan perhitungan secara lengkap dengan menggunakan

Microsoft Excel 2007 dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan hasil perhitungan

validitas dari soal yang telah di uji cobakan menggunakan Rumus 3.1 dan 3.2

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.5 untuk kemampuan penalaran

matematis siswa dan Tabel 3.6 untuk kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa.

Tabel 3.5

Validitas Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Nomor Soal ℎ� �� �� Klasifikasi

1 0,426 2,899 2,033 Validitas sedang

2 0,595 4,561 2,033 Validitas sedang

3 0,672 5,596 2,033 Validitas sedang

4 0,711 6,240 2,033 Validitas tinggi

Tabel 3.5 memperlihatkan empat soal kemampuan penalaran matematis

yang diujicobakan memiliki validitas sedang (cukup), yang berarti semua soal

sudah memiliki validitas soal yang baik. Rata-rata keempat soal 0,601 maka

validitas soal tersebut secara keseluruhan memiliki validitas sedang, berarti

soal-soal tersebut dipakai sebagai instrumen tes penelitian.

Tabel 3.6

Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Nomor Soal ℎ� �� �� Klasifikasi

5a 0,455 3,148 2,033 Validitas sedang

5b 0,449 3,095 2,033 Validitas sedang

6 0,594 4,557 2,033 Validitas sedang

(47)

61

Tabel 3.6 memperlihatkan validitas soal kemampuan pemecahan masalah

matematis yang diujicobakan satu soal memiliki validitas tinggi dan tiga soal lainnya

memiliki validitas sedang, yang berarti semua soal sudah memiliki validitas soal

yang baik. Rata-rata keempat soal 0,5531 maka validitas soal tersebut secara

keseluruhan memiliki validitas sedang, berarti soal-soal tersebut dapat dipakai

sebagai instrumen tes penelitian.

2. Reliabilitas

Suatu instrumen memiliki reliabilitas yang baik bila instrumen memiliki

konsistensi yang handal. Instrumen tersebut bila diberikan kepada siapapun

(dalam tahapan yang sama), kapanpun dan dimanapun berada memberikan

hasil yang relatif sama. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas perangkat tes

berupa bentuk uraian dipergunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut

(Sundayana, 2010:70) :

r = Reliabilitas tes secara keseluruhan

n = Banyak butir soal (item)

(48)

62

Sebagai patokan menginterprestasikan derajat reliabilitas digunakan

kriteria menurut Guilford (Suherman. dkk, 2003). Dalam hal ini r11 diartikan

sebagai koefisien reliabilitas.

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Keterangan

11

r ≤ 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah

0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas Rendah 0,40 < r11≤ 0,70 Reliabilitas sedang 0,70 < r11 ≤ 0,90 Reliabilitas Tinggi 0,90 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi

Rekapitulasi hasil perhitungan uji reliabilitas data kemampuan

penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa tersaji pada Tabel 3.8

berikut.

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan Klasifikasi

Penalaran 0,601 Reliabilitas sedang

Pemecahan Masalah 0,441 Reliabilitas sedang

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan penalaran dan

pemecahan masalah matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai

untuk digunakan dalam penelitian. Untuk tes kemampuan penalaran

matematis dan tes kemampuan pemecahan masalah matematis, kedua uji

klasifikasi realibilitasnya sedang. Data dan hasil perhitungan menggunakan

(49)

63

pada Lampiran B.4.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah korelasi skor jawaban terhadap sebuah soal

dengan skor jawaban seluruh soal (Ruseffendi, 2006). Daya pembeda adalah

kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai

dengan siswa yang tidak pandai atau antara siswa yang berkemampuan tinggi

dengan siswa yang berkemampuan rendah. Siswa yang berkemampuan tinggi

menjawab butir soal dengan benar lebih banyak, sementara siswa yang

berkemampuan rendah lebih banyak tidak menjawab butir soal dengan benar.

Rumusan untuk menentukan daya pembeda adalah :

�� =

� −� (3.5)

Keterangan :

�� = daya pembeda

= jumlah skor untuk kelompok kelas atas

= jumlah skor untuk kelompok kelas bawah

� = jumlah skor ideal kelompok atas

Interpretasi perhitungan daya pembeda dan klasifikasi yang

dikemukakan oleh Suherman. dkk (2003:161) sebagai berikut:

Tabel 3.9

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Besarnya DP Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

(50)

64

Hasil perhitungan menggunakan Rumus 3.5 dengan Microsoft Excel

2007 klasifikasi daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dan

diperoleh daya pembeda untuk setiap butir soal tes kemampuan penalaran dan

pemecahan masalah matematis tersaji pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.10

Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis

Nomor Soal Koefisien Daya Pembeda Klasifikasi

1 0,400 Cukup

2 0,950 Sangat Baik

3 1,250 Sangat Baik

4 1,750 Sangat Baik

Tabel 3.11

Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Nomor Soal Koefisien Daya Pembeda Klasifikasi

5a 0,250 Cukup

5b 0,425 Baik

6 0,900 Sangat Baik

7 0,675 Baik

Tabel 3.10 memperlihatkan daya pembeda instrumen kemampuan

penalaran memiliki interpretasi cukup dan sangat baik. Tabel 3.11

memperlihatkan daya pembeda instrumen kemampuan pemecahan masalah

memiliki interpretasi cukup, baik dan sangat baik, artinya soal-soal tersebut

dapat digunakan untuk membedakan tingkat kemampuan penalaran dan

(51)

65

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran mengklasifikasikan setiap item instumen tes ke

dalam tiga kelompok tingkat kesukaran apakah sukar, sedang atau mudah.

Tingkat kesukaran butir soal tipe uraian dengan rumus:

� =

� +�� +� (3.6)

Keterangan :

� = tingkat kesukaran

= jumlah skor untuk kelompok kelas atas

= jumlah skor untuk kelompok kelas bawah

� = jumlah skor ideal kelompok atas

� = jumlah skor ideal kelompok bawah

Tabel 3.12 berikut menyajikan secara lengkap tentang klasifikasi

indeks tingkat kesukaran menurut Galton (Suherman. dkk, 2001:190).

Tabel 3.12

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi

� = , Soal terlalu sukar

, < � ≤ , Soal sukar

, < � ≤ ,7 Soal sedang

,7 < � < , Soal mudah

� = , Soal terlalu mudah

Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesukaran soal kemampuan

penalaran dan pemecahan masalah matematis dengan menggunakan Rumus

(52)

66

Tabel 3.13 untuk tingkat kesukaran kemampuan penalaran matematis dan

Tabel 3.14 untuk tingkat kesukaran kemampuan pemecahan masalah

matematis.

Tabel 3.13

Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Penalaran Matematis

Nomor Soal Koefisien Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1 0,567 Sedang

2 0,450 Sedang

3 0,617 Sedang

4 0,783 Mudah

Tabel 3.14

Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Nomor Soal Koefisien Daya Pembeda Klasifikasi

5a 0,667 Sedang

5b 0,650 Sedang

6 0,700 Sedang

7 0,583 Sedang

Berdasarkan Tabel 3.13 dan 3.14 diperoleh hasil bahwa tingkat

kesukaran soal bervariasi pada dua kelompok klasifikasi yaitu sedang dan

mudah, untuk soal tes kemampuan penalaran matematis yang terdiri dari

empat butir soal, terdapat satu soal tes (soal nomor 4) dengan tingkat

kesukaran mudah dan tiga butir soal (nomor 1, 2, dan 3) dengan tingkat

Gambar

Tabel Penskoran Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematika Bentuk Generalisasi
Tabel 3.2 Tabel Penskoran
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas
Tabel 3.5 memperlihatkan empat soal kemampuan penalaran matematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Emosi dan Sosial.... Konsep Kurikulum dan

[r]

Judul : Tata Cara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.. Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing

Adapun permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana kedudukan hukum daftar piutang sebagai jaminan fidusia, perlindungan hukum terhadap kreditur penerima

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri 14.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.1 Pengujian Throughput pada Backbone USUNETA yang Tidak Menggunakan Teknologi MPLS untuk Trafik Rendah

Tersedianya layanan data dan informasi yang lengkap 6.7.. Tersimpannya