Melihat Prinsip Plea Bargain
dalam RKUHAP
Dr. Febby Mutiara Nelson, S.H., M.H.
Disampaikan dalam Webinar “Peluang Penerapan Prinsip-Prinsip Plea Bargain dalam RKUHAP”
Kerjasama ICJR dengan STHI Jentera 20 Desember 2021
01 | PLEA BARGAIN
1.Sebagai Suatu Alternatif Penyelesaian Perkara Pidana 2. Melihat Prinsip Plea Bargain di Dalam RKUHAP
Dalam Peradilan Pidana di Indonesia dikenal :
“Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan”
(Ps.4 UU 14/1970, Ps.2 (4) UU 48/2009)
Dengan penjelasannya, bahwa asas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara di pengadilan tidak mengesampingkan ketelitian dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan keadilan
Latar Belakang
Asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
FAKTANYA :
● Terjadi penumpukan perkara
● Pemidanaan yang dijatuhkan selama ini tidak memberi efek jera
● Kelebihan kapasitas pada lembaga pemasyarakatan
● Beban negara bertambah Karena Proses Peradilan,penumpukan Perkara dan OverCrowding
Fakta dan Persepsi Masyarakat Terhadap Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan
“Asas sederhana, cepat dan biaya ringan belumlah tercapai”
• Proses peradilan di Indonesia masih mahal, memakan waktu yang lama, serta sulit
dimengerti prosedurnya PWC-Asia Foundation : “Survey
Report on Citizens' Perceptions of the Indonesian Justice Sector
- Preliminary Findings and Recommendation”
• Peradilan Indonesia, khususnya Mahkamah Agung menghadapi persoalan penumpukan beban perkara . Sehingga Proses
pemeriksaan Peradilan tidak bisa cepat.
LeiP, Pembatasan Perkara - Strategi Mendorong Peradilan
Cepat, Murah, Efisien dan Berkualitas
Kendala yang menyebabkan tidak terlaksananya asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan:
- Struktur organisasi, atau pola hubungan antara Mahkamah Agung dan peradilan lain yang berada dibawahnya, dan juga dengan kekuasaan negara lainnya.
- Managemen penanganan perkara.
- Pembuktian kasus sulit.
- Perkembangan Jenis Tindak Pidana Tidak Diiringingi dengan Perubahan KUHP dan KUHAP
- Jumlah perkara yang semakin lama semakin meningkat tidak diiringi dengan penambahan jumlah hakim.
“Ketiadaan Pengaturan Lebih Lanjut dan Jelas Mengenai Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan.”
Lalu Bagaimana Menyelesaikan Masalah ini?
Adakah Mekanisme Penyelesaian Perkara Pidana Dengan Cara lain Selain Yang Diatur di Dalam KUHAP dan Peraturan
Perundang-Undangan Lainnya?
● Apa Itu Plea Bargain????
Melihat Prinsip Plea Bargainig di Dalam RKUHAP
03 04
02
Bentuk Plea
PLEA OF NOT GUILT
Terdakwa tidak mengakui atau menolak semua dakwaan terhadap dirinya.
GUILTY PLEA
Pernyataan untuk tidak menentang surat dakwaan
NOLO CONTENDERE
Pernyataan untuk tidak menentang surat dakwaan
STANDING MUTE
Sikap diam yang diambil terdakwa pada saat pembacaan dakwaan
01
Merupakan hasil dari negosiasi antara pihak penuntut umum dan terdakwa atau lebih tepatnya dengan pengacara dari terdakwa.
Negosiasi itu bisa berupa tiga jenis :
Tingkat seriusnya dakwaan, yaitu dakwaan atas kejahatan berat atau kejahatan lebih ringan
Horizontal Plea Bargaining
Jumlah dakwaan kepada terdakwa
Vertical
Plea Bargaining
Tentang berat ringannya ancaman hukuman
a Sentence Bargaining
Plea Bargain
RUSSIA
AS
NORWGIA DENMARK
BELANDA JERMAN
PERANCIS
ITALIA KROASIA POLANDIA
ARGENTINA NIGERIA
BRAZIL
PAKISTAN
Negara-Negara yang Menggunakan Plea Bargain dalam SPP nya
Konsep plea bargaining telah dikenal di beberapa negara, di samping negara- negara common law, khususnya di negara dengan sistem hukum yang serupa dengan Indonesia legal system, yaitu civil law.
Nigeria, Brazil dan
Pakistan telah
menerapkan plea bargaining dalam menyelesaikan masalah korupsi.
Plea Bargain
Dampak Positif Dampak Negatif
● Mengurangi beban perkara masuk pengadilan:
● Memberikan reward bagi terdakwa yang mengakui perbuatannya
● Keuntungan bagi pihak penuntut umum
1) Plea Bargaining memenuhi kebutuhan kedua pihak, yaitu penuntut umum dan terdakwa;
2) Plea Bargaining dapat menghemat waktu dan biaya
3) Plea Bargaining tidak menghilangkan tujuan pemidanaan (deterence)
4) Plea Bargaining merupakan inovasi untuk efektifitas tata kelola dan kepatuhan hukum
● Hak terdakwa untuk diadili oleh hakim:
● Pengadilan dianggap akan terlalu berpihak kepada terdakwa
● Tidak dimungkinkan upaya hukum bagi terdakwa yang menyetujui plea guilty
02 |
PLEA BARGAIN BUKAN KEADILAN RESTORATIF DANMEDIASI PENAL
Teori Sistem Hukum
• Suatu Sistem Hukum Terdiri Dari 3 Komponen :
1. Legal substance : Untuk melihat bagaimana substansi hukum, khususnya peraturan perundang-undangan di Indonesia dikaitkan dengan persoalan penanggulangan tindak pidana korupsi serta pengembalian kerugian negara.
2. Legal structure : Hal ini penting dibahas dalam kaitan tugas dan wewenang yang dimiliki oleh berbagai lembaga dalam kaitan penanggulangan korupsi yang berfokus pada pengembalian kerugian negara
3. Legal culture : komponen berupa budaya hukum ini sangat penting dalam menentukan bagaimana berjalannya dan bekerjanya hukum di dalam kenyataan
• Paradigma sistem memandang peradilan pidana tersusun dari banyak lembaga yang saling berkaitan (interrelated agencies) seperti polisi, kejaksaan, pengadilan, yang bekerja bersama dan membentu sebuah sistem peradilan pidana. Sistem ini berupaya untuk meningkatkan kemanfaatan, efisiensi, dan efektivitas dari aparatur penegak hukum
PLEA BARGAIN RESTORATIVE JUSTICE MEDIASI PENAL/ADR
• Negosiasi antara penuntut umum dan terdakwa
• Dimana terdakwa
mengakui kesalahannya dan mendapatkan reward hukuman yang lebih
ringan
• Tetap ada Peran Pengadilan setelah Negosiasi Tercapai
• Ada Putusan Hakim
• Upaya pemulihan dari suatu tindak pidana
• Dilakukan terhadap pelaku dan korban
• Menghindari perkara pidana masuk ke pengadilan
• Biasanya Untuk Kasus Perdata
• Salah satu bentuk
pelaksanaan restorative justice
• Mengedepankan
kepentingan pelaku dan korban supaya tercapai win-win solution
• PIHAK YANG TERLIBAT
• Penuntut Umum
• Terdakwa dan/atau Penasihat Hukum
• Hakim
• PIHAK YANG TERLIBAT
• Pelaku
• Korban
• APH
• Masyarakat
• PIHAK YANG TERLIBAT
• Pelaku
• Korban
• APH
KEADILAN RESTORATIF
Sebagai suatu konsep keadilan, keadilan restorative berbeda dengan konsep peradilan pidana (criminal justice) yang kita kenal saat ini
• Tindak pidana tidak dilihat semata sebagai pelanggaran hukum tetapi sebagai Tindakan/perilaku yang merugikan korban, masyarakat dan bahkan pelaku sendiri
• Dalam merespon tindak pidana, tidak menyerahkan kepada negara/pemerintah dan pelaku (kriminal), tetapi melibatkan semua pihak terkait dalam konflik, yaitu korban dan masyarakat.
• Keberhasilan penyelesaian tidak diukur dari dijatuhkannya sanksi terhadap pelaku tetapi dari seberapa jauh kerusakan/penderitaan dapat dipulihkan, diakhiri atau dicegah.
KEADILAN RESTORATIF
Keadilan restoratif bertujuan untuk memulihkan :
• korban tindak pidana
• masyarakat terdampak tindak pidana
• pelaku tindak pidana
• pemulihan tidak hanya bersifat material
• memulihkan dalam keadaan semula berarti tidak hanya mengganti rugi atau berbuat sesuatu yang bersifat kebendaan tetapi upaya memulihkan suasana kebatinan , kedamaian, relasi sosial yang hidup ditengah masyarakat.
PENYELESAIAN SENGKETA DI ..LUAR PENGADILAN
Sistem Peradilan Pidana tidak akan berfungsi dengan baik apabila keberatan beban jumlah kasus
Terdapat mekanisme supaya kasus pidana dihindari untuk mencapai pengadilan
Mediasi Penal Restorative Justice
MEDIASI PENAL
Berbagai istilah yang digunakan :
Inggris Mediation in Criminal Cases Mediation in Penal Matters
Jerman Der Aubergerichtlich Tataus-gleich (ATA) Perancis De Mediation Penale
Mediasi penal merupakan salah satu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, yang biasa dikenal sebagai ADR “Alternative Dispute Resolution” yang umumnya digunakan dalam kasus perdata, bukan pidana.
Dikarenakan mediasi penal menyelesaikan kasus dengan membawa korban bersama dengan pelaku kejahatan, mediasi penal sering dikenal dengan sebutan :
Victim-Offender Mediation
(VOM)
Täter-Opfer- Ausgleich
(TOA)
Offender-Victim Arrangement
(OVA)
MEDIASI PENAL
Offender-Victim Compensation
MEDIASI PENAL
Untuk Peradilan Cepat, Sederhana dan Murah
Berdasarkan perspektif filosofis prinsip mediasi penal menerapkan solusi WIN-WIN
Tidak berakhir LOSE-LOSE atau WIN-LOSE Yang didapat melalui proses hukum litigatif
Berimplikasi positif bagi pencapaian keadilan yang secara filosofis dilakukan secara cepat, sederhana dan murah karena pihak-pihak yang terlibat relatif lebih sedikit.
Durasi penyelesaian lebih cepat daripada proses peradilan dan lebih efisien sehingga menjamin terpenuhinya kepastian hukum dan keadilan dari pihak yang berselisih.
Alasan Penggunaan Mediasi Penal ..dalam Penyelesaian Perkara Pidana
• gagasan perlindungan korban
• gagasan harmonisasi
• gagasan keadilan restoratif,
• gagasan mengatasi kekakuan (formalitas) dan dampak negatif dari sistem peradilan pidana, dan
• upaya mencari hukuman alternatif (selain penjara)
Berfokus pada merestorasi atau memperbaiki kondisi yang telah rusak atau pihak yang dirugikan dapat kembali ke keadaan semula.
Pelaku diwajibkan memperbaiki kerugian yang telah ditimbulkannya kepada korban masyarakat dan pihak lain yang merasa dirugikan.
Pemenjaraan bukanlah solusi terbaik
PARADIGMA RESTORATIVE JUSTICE
Mediasi Penal Sebagai Pelaksanaan Keadilan Restoratif
Mediasi penal merupakan sebuah langkah terobosan hukum dalam rangka pembaharuan hukum pidana. Mediasi penal lebih mengedepankan kepentingan pelaku tindak pidana dan sekaligus kepentingan korban, sehingga tercapai WIN- WIN solution
Beberapa kelebihan mediasi penal :
● dapat menghindarkan seseorang masuk dalam lembaga pemasyarakatan
● menghindari stigmatisasi terpidana
● menghemat biaya negara, memulihkan kerugian korban dan masyarakat
● menjaga hubungan kemasyarakatan
● mencapai tujuan pemidanaan (efek jera dan pencegahan) (Henny Saida Flora, 2018)
Mediasi Penal Sebagai Pelaksanaan Keadilan Restoratif
03 | ANALISIS PELAKSANAAN PLEA BARGAIN DI INDONESIA
• Pada saat penuntut umum membacakan surat dakwaan, terdakwa mengakui semua perbuatan yang didakwakan dan mengaku bersalah melakukan tindak pidana yang ancaman pidana yang didakwakan tidak lebih dari 7 (tujuh) tahun, penuntut umum dapat melimpahkan perkara ke sidang acara pemeriksaan singkat.
• Pengakuan terdakwa dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh terdakwa dan penuntut umum.
• Hakim wajib memberitahukan kepada terdakwa mengenai hak-hak yang dilepaskannya dengan memberikan pengakuan, memberitahukan kepada terdakwa mengenai lamanya pidana yang kemungkinan dikenakan; dan menanyakan apakah pengakuan diberikan secara sukarela.
• Hakim dapat menolak pengakuan jika hakim ragu terhadap kebenaran pengakuan terdakwa.
• penjatuhan pidana terhadap terdakwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (1) tidak boleh melebihi 2/3 dari maksimum pidana tindak pidana yang didakwakan.
Perkembangan Terbaru :
“Jalur Khusus” di RKUHAP
BAB XII Bagian Keenam Pasal 199 RKUHAP
• Merupakan sidang peradilan yang digunakan untuk perkara yang pembuktian dan penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana oleh penuntut umum.
• Pidana Penjara yang dapat dijatuhkan Paling lama 3 tahun
• Persidangan dilakukan dengan menggunakan hakim tunggal.
• Tidak menggunakan surat dakwaan dan putusan secara khusus. Kedua berkas tersebut digantikan oleh Berita Acara Sidang.
• Sebelum sidang acara singkat dilaksanakan hakim harus menjelaskan pada terdakwa hak-hak apa saja yang dilepaskannya dan ketentuan pidana apa yang dihadapi oleh terdakwa.
• Hakim juga harus memastikan pengakuan yang dikeluarkan oleh terdakwa bersifat sukarela dan didukung oleh fakta
“Jalur Khusus” di RKUHAP :
Sidang Acara Pemeriksaan Singkat
Tiga hal yang harus diperhatikan, jika ingin menerapkan Plea Bargaining di
Indonesia : • Perlu dihubungkan dengan filosofi pemidanaan
• Kaitannya dengan political will dan politik kriminal pemerintah
• Landasan pengaturannya, baik dari segi regulasi atau mekanisme pelaksanaannya
Batasan-Batasan Terhadap Plea Bargaining
a. Plea bargaining ini pada hakikatnya merupakan suatu negosiasi antara penuntut umum dengan terdakwa
b. Motivasi utama negosiasi tersebut yang paling utama adalah mempercepat proses penanganan perkara pidana
c. Sifat negosiasi harus dilandaskan pada “kesukarelaan”
Terdakwa mengakui kesalahannya dan kesediaan penuntut umum untuk memberikan ancaman hukuman yang dikehendaki Terdakwa dan pembelanya.
d. Keikut sertaan hakim sebagai wasit yang tidak memihak dalam negosiasi yang dimaksud tidak diperbolehkan. Pernanan hakim tidak diperlukan karena akan menciptakan citra yang buruk bagi peradilan (yang tidak memihak)
Menurut Romli Atmasasmita
Pihak yang Bernegosiasi
“Untuk Indonesia saya rasa dibutuhkan keterlibatan hakim atau pengadilan, agar ada kontrol terhadap JPU dalam melakukan negosiasi tersebut. Jika tidak ada peran pengadilan, ini akan mengakibatkan ada bentuk korupsi baru. Bentuk keterlibatan hakim bisa pada periode negosiasi, hasil negosiasi dilaporkan ke pengadilan, kemudian hakim yang ditunjuk (Hakim Pemeriksa Pendahuluan ) akan mengatakan bahwa hasilnya bisa diterima atau tidak. Atau bisa juga keterlibatan hakim(Hakim Pemeriksa Pendahuluan) pada saat negosisasi sudah selesai, dilaporkan ke pengadilan kemudian dicatatkan. Jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan. Pengadilan akan langsung mengambil alih penyelesaian perkara tersebut”
Menurut Laode Syarief
Pihak yang Bernegosiasi
Khusus perkara korupsi, sebagai auditor yang menghitung nilai kerugian keuangan negara, nilai ganti rugi dan denda
Terdakwa atau Penasehat Hukum Jaksa Penuntut
Umum
Dari KEJARI maupun instansi KPK (untuk perkara korupsi)
Auditor/Badan Pemeriksa Keuangan
Hakim yang indepeden
Bertindak sebagai pengawas yang melakukan supervise untuk menilai hal-hal apa saja yang dinegosiasikan
Hal-Hal yang Dinegosiasikan
1. Terdakwa harus mengakui perbuatannya melanggar hukum secara suka rela tanpa ada
paksaan dari pihak manapun juga.--- Konsekuensi dari pengakuan : terdakwa akan
kehilangan hak-hak konstitusionalnya, seperti hak untuk dikonfrontasi dengan saksi-saksi.
2. Disamping itu terdakwa juga bersedia menerima ancaman atas perbuatan yang dilakukan sebagaimana yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.
Bentuk Kesepakatan dan Daya Ikat
1. Bentuknya secara tertulis, yang memuat :
- Hal-hal yang sudah disepakati
- Pernyataan bahwa terdakwa melakukan perjanjian dengan sukarela
- Bahwa terdakwa mengetahui konsekuensi jika tidak menggunakan hak diam nya - Tidak ada kewajiban untuk membuat pengakuan yang melawan dirinya sendiri
(non self incrimination)
2. Perjanjian ditandatangani oleh JPU, terdakwa dan Penasehat Hukum, serta penterjemah (jika ada)
3. Salinan perjanjian disampaikan kepada Jaksa Agung dan Pengadilan yang akan menangani perkara tersebut
Tindak Pidana yang dapat dan tidak dapat Dinegosiasikan
1. Yaitu jenis tindak pidana yang berfokus dalam pengembalian kerugian keuangan negara
• Tindak pidana perekonomian
• Tindak pidana korupsi yang Pelakunya Korporasi
• Tindak pidana pencucian uang
• Tindak pidana perpajakan
• Tindak pidana kehutanan
• Tindak pidana ekspor dan impor
• Tindak pidana perbankan
2. • Tindak pidana yang sangat serius atau menimbulkan korban jiwa atau membahayakan keselamatan/keamanan manusia, serta residivis tidak diselesaikan melalui plea bargain.
Bentuk Formal dari Kesepakatan Plea Bargain
1. Menghasilkan kesepakatan → Berita Acara
• Dibuat oleh JPU atau KPK
• Diketahui oleh pimpinan JPU tersebut
2. Berita Acara dicatat oleh Hakim Pemeriksa Pendahuluan dalam register pendaftaran hasil kesepakatan plea bargaining
3. Salinan Berita Acara diserahkan bersamaan berkas perkara kepada KPN yang akan memeriksa perkara
Bagaimana model plea bargaining yang tepat untuk dapat diterapkan pada tindak pidana ekonomi di Indonesia?
(Dianalisa dengan Menggunakan teori Sistem Hukum Friedman dan EAL khusus untuk DPA)
PLEA BARGAIN Istilah Persetujuan Mengaku Bersalah (PMB)
Pihak yang bernegosiasi
Jaksa/denganTerdakwa/Penasehat Hukumnya--- (Hakim Komisaris)
Hal-hal yang dinegosiasikan
Bentuk dakwaan, Proses Pembuktian, Tuntutan, dll
Bentuk
Kesepakatan dan Daya Mengikat
Dituangkan secara tertulis yang isinya memuat hal-hal apa saja yang disepakati, beserta pernyataan dari terdakwa perjanjian tersebut dilakukan secara sukarela dan Terdakwa menyadari konsekwensi tidak menggunakan hak diamnya
Bentuk formal dari kesepakatan
Kesepakatan dalam bentuk tertulis dituangkan dalam berita acara dan dicatatkan oleh hakim pemeriksa pendahuluan dalam register pendaftaran hasil kesepakatan PB.
Salinan berita Acara diserahkan bersamaan dengan berkas perkara kepada Ketua Pengadilan Negeri yang akan memeriksa perkara tersebut. Kemudian Ketua
Pengadilan akan menetapkan Persidangan menggunakan Mekanisme Sidang Pemeriksaan Acara Singkat
Tahapan dalam Negosiasi Plea Bargain
Tahapan dimulainya negosiasi dan inisiasi pelaksanaan Plea Bargain di berbagai negara berbeda-beda meskipun pihak yang melakukannya hampir semuanya sama, yaitu Jaksa Penuntut Umum dan Penasehat Hukum
AS dan Inggris Nigeria Pakistan
Dilakukan pada
tahap
• Penuntutan
• Pada saat diserahkan dari kepolisian kepada Jaksa
• Tahap penuntutan
• Tahap persidangan (setelah pembuktian dari JPU namun sebelum pembuktian dari terdakwa atas persetujuan korban dengan syarat-syarat tertentu
• Sebelum atau sesudah penyidikan dimulai
• Sebelum atau sesudah
persidangan dimulai
• Dalam jangka waktu pengajuan banding
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
01
Dimulai sejak Pra-Ajudikasi
Pada tahap penuntutan, setelah Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum
02
Inisiasi Plea BargainDari penuntut umum, dalam SPP Indonesia oleh Kejari atau Jaksa setelah berkoordinasi dengan penyidik
03
Isi Negosiasi• Fokus kerugian keuangan negara, besar kerugian yang dapat dikembalikan terdakwa, denda dan ganti rugi yang ditimbulkan tindak pidana tersebut
• Diperlukan penghitungan oleh BPK dan konsultan independen (yang ditunjuk terdakwa atau Penasihat Hukumnya Faktor yang harus diperhatikan JPU dalam negosiasi : 1. Kemauan terdakwa untuk bekerjasama dalam
penyidikan dan penuntutan 2. Riwayat tindak pidana terdakwa
3. Penyesalan terdakwa dan keamuan untuk bertanggungjawab atas perbuatannya
4. Keinginan untuk menyelesaikan perkara dengan cepat dan pasti
5. Ancaman hukuman atau konsekuensi lain akibat lain dari putusan bersalah
6. Biaya persidangan dan banding
7. Kemauan terdakwa untuk membayar kerugian keuangan negara dan kompensasi lainnya terkait dengan sanksi yang ada
03
Pencabutan hak tertentu dari terdakwa, seperti
• Tidak dapat menjabat jabatan publik dalam waktu tertentu
• Tidak mendapatkan pinjaman bank dalam jumlah dan waktu tertentu
04
Reward yang dinegosiasikan• Pengurangan hukuman badan
• Proses peradilan dipercepat untuk memperoleh kepastian hukum, sesuai dengan asas peradilan sederhana, cepat dan berbiaya ringan
Prosedur
05
Hasil Kesepakatan Plea Bargain → Berita Acara
• Dibuat oleh JPU
• Diketahui pimpinan JPU
• Dicatatkan oleh Hakim Pemeriksa Pendahuluan dalam register pendaftaran hasil kesepakatan
• Salinan berita acara diserahkan bersamaan dengan berkas perkara kepada KPN yang akan memeriksa perkara
06
Bersifat final dan mengikat• Tidak dapat dilakukan upaya hukum apapun
• Pelanggaran terhadap isi kesepakatan akan menjadi alasan pemberat bagi terdakwa
• Sehingga hukuman yang akan diterima terdakwa bisa saja hukuman maksimum