• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyword: Reinforcement, Learning BK, Information Service

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keyword: Reinforcement, Learning BK, Information Service"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat

2Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat sofiadevita459@gmail.com

ABSTRACT

This Research of background by existence of usage of reinforcement by teacher of BK less effective in giving of information service at educative participant. This research aim to to express 1) Profile usage of positive reinforcement by teacher of BK at educative participant in giving of information service 2) Profile usage of negative reinforcement by teacher of BK at educative participant in giving of information service. this Research type is quantitative descriptive research. Population in all these research of educative by participant class XII counted 77 educative participant. Technique intake of sampel conducted totally sampling. Instrument the used is enquette. Source of data the used is primary data and data of sekunder. While for the analysis of data used by technique analyse percentage. Pursuant to result of data analysis which have is to be expressed that 1) Profile usage of positive reinforcement by teacher of BK at educative participant in giving of information service categorized by goodness 2) Profile usage of negative reinforcement by teacher of BK at educative participant in giving of information service categorized is good enough. Result of this research is recommended by at teacher of BK so that usage of reinforcement by teacher of BK in giving of information service more effective.

Keyword: Reinforcement, Learning BK, Information Service

PENDAHULUAN

Peserta didik adalah harapan suatu bangsa dan negara, yaitu sebagai generasi penerus bangsa dan juga sebagai harapan yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan serta dapat membangkitkan jati diri bangsa dan negara di masa depan. Idealnya seorang peserta didik hendaknya

terampil dan mampu menjadi contoh,

serta menjadi tolak ukur bagi

masyarakat di sekitarnya. Maka

dengan itu, sekolah adalah salah satu

lembaga pendidikan formal yang

memiliki tujuan mengembangkan

potensi diri peserta didik agar peserta

didik memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, cerdas dalam berfikir,

(2)

berkepribadian yang bersahaja, serta berakhlak mulia.

Guru tidak hanya dituntut memahami perkembangan peserta didiknya untuk sukses dalam menempuh proses belajar di sekolah.

Karena itu, guru harus mampu memahami peserta didiknya mengenai nilai-nilai baik dan buruk selama berada di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Dengan memahami perkembangan peserta didik, guru tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik dari mereka.

Kesimpulan dari penjelasan di atas, menjelaskan bahwa peserta didik adalah sumber utama dalam pendidikan tanpa adanya peserta didik maka proses belajar tidak bisa dilaksanakan dan begitu juga sebaliknya tanpa adanya guru maka proses belajar juga tidak bisa di laksanakan.

Menurut Winkel, 1991 (Tohirin, 2014:142) “Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi juga bermakna usaha- usaha untuk membekali peserta

didik dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda”.

Zalyana (2014:153) menyatakan bahwa reinforcement merupakan “Suatu respon positif dari guru kepada peserta didik yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi”.

Pemberian reinforcement ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar peserta didik dapat lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar dalam layanan informasi.

Tujuan pemberian

reinforcement (Syamdani, Dasrizal

& Kaksim, 2014:24) adalah: 1) Meningkatkan perhatian siswa, 2) Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa, 3) Memudahkan siswa belajar, 4) Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, 5) Memelihara iklim kelas yang kondusif, 6) Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku positif.

Sejalan dengan hal tersebut,

Djamarah (2005:118) menyatakan

reinforcement bertujuan untuk:

(3)

1. Meningkatkan perhatian peserta didik dan membantu peserta didik belajar bila pemberian penguatan digunakan secara efektif.

2. Memberi motivasi kepada peserta didik.

3. Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku peserta didik yang mengganggu dan meningkatkan cara belajar yang produktif.

4. Mengembangkan kepercayaan diri peserta didik untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.

5. Mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian reinforcement secara umum adalah untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan untuk mempertahankan perilaku yang positif serta produktif. Tujuan dari pemberian reinforcement ini akan dapat tercapai dan efektif apabila pemberian reinforcement ini dilakukan dengan cara dan prinsip yang tepat.

Dalam kegiatan pendidikan di sekolah, layanan informasi yang di berikan oleh guru BK kepada peserta didik merupakan suatu

bentuk menghargai prestasi peserta didik yang diwujudkan dalam bentuk pemberian reinforcement kepada peserta didik. Peserta didik yang berhasil melakukan sesuatu kemudian diberikan reinforcement atau diberi penguatan oleh guru BK, maka peserta didik akan cenderung untuk berusaha mencapai keberhasilan yang lain. Namun, masih banyak guru BK yang belum

menerapkan pemberian

reinforcement kepada peserta didik, guru sering menyepelekan peserta didik dalam memberikan hal-hal kecil seperti, mengapresiasi atau memuji kemajuan yang ditunjukkan peserta didik, Padahal apresiasi yang diberikan kepada peserta didik dapat meningkatkan semangat, kepercayaan diri peserta didik, bahkan hingga mengubah perilaku menjadi lebih baik.

Baharuddin dan Wahyuni (2010:72) menyatakan bentuk reinforcement di bagi menjadi 2 yaitu reinforcement positif dan reinforcement negatif:

1. Reinforcement positive adalah

konsekuen yang diberikan untuk

meningkatkan prilaku seperti

hadiah, pujian, dengan tujuan agar

(4)

tingkah laku yang baik dapat ditingkatkan serta berulang dimasa yang akan datang. Contoh reinforcement positive yaitu hangat dan antusias, kebermaknaan, menghindari respon negatif, pemberian penguatan dengan segera, variasi bentuk penguatan.

2. Reinforcement negative adalah suatu upaya penghilangan stimulus tertentu untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Contoh reinforcement negative yaitu guru BK memberikan hukuman dan sanksi kepada peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan selama Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Sekolah (PPLBKS) pada tanggal1 Agustus sampai 5 November 2016 di SMA Negeri 2 Batang Kapas, terlihat adanya guru mengalami masalah mengenai pemberian reiforcement saat pemberian layanan informasi kepada peserta didik. Dimana terlihat bahwa guru BK mengalami masalah pada saat guru BK tampil di depan kelas seperti: ada guru BK yang kurang memiliki kepekaan untuk memberikan reinforcement kepada peserta didik pada saat pemberian layanan informasi, reinforcement yang diberikan guru

BK kepada peserta didik kurang bervariasi pada saat pemberian layanan informasi kepada peserta didik, adanya peserta didik yang membutuhkan reinforcement dari guru BK untuk meningkatkan motivasi belajar,adapeserta didik yang aktif tapi tidak di berikan reinforcement oleh guru BK.

Berdasarkan hasil wawancara

yang penulis lakukan kepada

beberapa orang peserta didik pada

tanggal 3 November 2016,

diperoleh informasi bahwa peserta

didik tersebut merasa bahwa mereka

seperti memiliki kendala tersendiri

saat guru BK memberikan layanan

informasi kepada peserta didik,

seperti ketika peserta didik mau

aktif dan menyampaikan

pendapatnya dalam layanan

informasi di dalam kelas namun

guru BK jarang memberi

reinforcement kepada peserta didik,

padahal peserta didik memahami

materi layanan informasi yang

ditanyakan oleh guru BK kepada

peserta didik, ada peserta didik

menyatakan bahwa mereka memang

sudah terbiasa tidak aktif di dalam

kelas saat pemberian layanan

(5)

informasi, ada peserta didik yang menyatakan bahwa guruBK hanya fokus memberikan reinforcement kepada peserta didik yang pintar- pintar sajadan peserta didik yang kurang aktif merasa terabaikan, ada juga peserta didik yang menyatakan bahwa mereka takut salah dalam menjawab dan menjadi bahan cemoohan teman-teman di kelas pada saat peserta didik tersebut ingin bertanya kepada guru BK karena peserta didik merasa takut dimarahi oleh guru BK.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Penggunaan Reinforcement oleh Guru BK dalam Pemberian Layanan Informasi pada Peserta Didik di Kelas XII SMA Negeri 2 Batang Kapas”.

Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan dan tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Profil penggunaan reinforcement positive oleh guru BK pada peserta didik dalam pemberian layanan informasi.

2. Profil penggunaan reinforcement negative oleh guru BK pada peserta didik dalam pemberian layanan informasi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan reinforcement oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Batang Kapas?”.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk melihat:

1. Profil penggunaan reinforcement positive oleh guru BK pada peserta didik dalam pemberian layanan informasi.

2. Profil penggunaan reinforcement negative oleh guru BK pada peserta didik dalam pemberian layanan informasi.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Guru BK, memberikan

gambaran kepada guru BK

terhadap penggunaan

reinforcement dan meningkatkan

motivasi guru BK untuk

memberikan reinforcement

(6)

kepada peserta didik dalam layanan informasi.

2. Peserta didik, memberikan informasi kepada peserta didik bahwa setiap peserta didik memiliki kelebihan dan potensi yang berbeda-beda.

3. Kepala sekolah, memberikan gambaran tentang penggunaan reinforcement oleh guru BK dalam layanan informasi untuk

meningkatkan mutu

pembelajaran.

4. Pengelola program studi Bimbingan dan Konseling, agar dapat membekali calon guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan penggunaan reinforcement oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik.

5. Peneliti, untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar strata satu dari jurusan Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP PGRI Sumatera Barat.

6. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan dan referensi untuk penelitian berikutnya.

METODE PENELITIAN

Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni sampai 2 Agustus 2017 dan tempat atau lokasi pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Batang Kapas, yang mana tempat penelitian ini adalah tempat dimana peneliti melakukan atau melaksanakan praktek pengalaman lapangan bimbingan dan konseling di sekolah (PPLBK Sekolah).

Sesuai dengan perumusan masalah, pembatasan masalah, serta tujuan penelitian maka jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menemukan fakta-fakta yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Menurut Lufri (2005:56) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi”.

Populasi dalam penelitian ini

sebanyak 77. Menurut Yusuf

(2007:181) populasi adalah

keseluruhan objek dari penelitian

yang akan diteliti. Berdasarkan

pendapat di atas dapat disimpulkan

(7)

bahwa populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Batang Kapas yang mendapatkan layanan informasi.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Total Sampling, yang penemuan sampel dilandasi dengan tujuan atau pertimbangan- pertimbangan tertentu terlebih dahulu, hal ini didasarkan kepada pendapat Arikunto (2006:112) menyatakan ’’apabila subjek populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya menjadi sampel”.

Berhubungan dengan penelitian ini populasi kurang dari 100, maka semua populasi dijadikan sampel.

Penelitian ini mengambil seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel sebanyak 77 peserta didik.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Yusuf 2007 (Gusmulyadi, 2015:32) “Indikator interval adalah kategori dalam Indikator ini selisih atau jumlahnya”.

Sumber data yang digunakan jika menggunakan alat kuesioner atau angket, maka sumber data disebut responden. Pada penelitian ini sumber data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket.

Menurut Sugiyono (2013:143) kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mengenai penggunaan reinforcement oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Batang Kapas akan dipaparkan pembahasan hasil penelitian yang meliputi:

secara sub variabel 1) profil

penggunaan reinforcement positive

oleh guru BK pada peserta didik

dalam pemberian layanan informasi,

2) profil penggunaan reinforcement

negative oleh guru BK pada peserta

didik dalam pemberian layanan

(8)

informasi. Pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Deskripsi Data Profil Penggunaan Reinforcement oleh Guru BK dalam Pemberian Layanan Informasi pada Peserta Didik Dilihat secara Sub Variabel

a. Profil Penggunaan Reinforcement Positive oleh Guru BK dalam Pemberian Layanan Informasi

Deskripsi profil penggunaan reinforcement positive oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik terungkap bahwa 41 peserta didik dengan persentase 53,25% menyatakan bahwa profil penggunaan reinforcement yang diberikan oleh guru BK dalam mengikuti layanan informasi berada pada kategori baik, selanjutnya 36 peserta didik dengan persentase 46,75% berada pada kategori cukup baik, dan tidak terdapat peserta didik yang berada pada kategori sangat baik, kurang baik dan sangat kurang baik

dalam profil penggunaan reinforcement positive yang diberikan oleh guru BK dalam mengikuti layanan

informasi. Dapat

disimpulkan bahwa profil penggunaan reinforcement positive yang diberikan oleh guru BK dalam mengikuti layanan informasi berada pada kategori baik.

Baharuddin dan Wahyuni

(2010:72) menyatakan

Reinforcement positive adalah konsekuen yang diberikan untuk meningkatkan prilaku seperti hadiah, pujian, dengan tujuan agar tingkah laku yang baik dapat ditingkatkan serta berulang dimasa yang akan datang. Misalnya, “Wah ibu tidak menyangka, ternyata ananda bisa menyelesaikan tugas yang sulit tersebut dengan baik, ananda memang hebat.” Contoh reinforcement positive yaitu hangat dan antusias, kebermaknaan, menghindari respon negatif, pemberian penguatan dengan segera, variasi bentuk penguatan.

Zalyana (2014:153)

menyatakan bahwa reinforcement

(9)

merupakan “Suatu respon positif dari guru kepada peserta didik yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi”.

Berdasarkan penjelasan tersebut dan berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, dapat dimaknai bahwa profil penggunaan reinforcement oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik secara sub variabel reinforcement positive termasuk dalam kategori baik, Hal ini dikarenakan dari 77 responden 41 peserta didik dalam profil penggunaan reinforcementpositive oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi dalam kategori baik dengan persentase 53,25%.

b. Profil Penggunaan Reinforcement Negative oleh Guru BK pada Peserta Didik dalam Pemberian Layanan Informasi

Deskripsi penggunaan reinforcement negative oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik terungkap bahwa 38 peserta didik dengan persentase 49,35%

menyatakan bahwa profil penggunaan reinforcement

negative yang diberikan oleh guru BK dalam mengikuti layanan informasi berada pada kategori cukup baik, selanjutnya 35 peserta didik dengan persentase 45,45%

berada pada kategori baik, dan 2 peserta didik dengan persentase 2,60% berada pada kategori sangat baik, kemudian 2 peserta didik dengan persentase 2,60%

berada pada kategori kurang baik, dan tidak terdapatpeserta didik yang berada pada kategori sangat kurang baik dalam hal profil penggunaan reinforcement negative yang diberikan oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi. Baharuddin dan Wahyuni (2010:72) menyatakan Reinforcement negative adalah suatu upaya penghilangan stimulus tertentu untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Contoh reinforcement negative yaitu guru BK memberikan hukuman dan sanksi kepada peserta didik.

Tujuan pemberian

reinforcement (Syamdani,

Dasrizal & Kaksim, 2014:24)

adalah: 1) Meningkatkan

(10)

perhatian siswa, 2) Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa, 3) Memudahkan siswa belajar, 4) Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, 5) Memelihara iklim kelas yang kondusif, 6) Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku positif.

Berdasarkan penjelasan tersebut dan berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, dapat dimaknai bahwa profil penggunaan reinforcement oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik secara sub variabel reinforcement negative termasuk dalam kategori cukup baik, Hal ini dikarenakan dari 77 responden 38 peserta didik dalam penggunaan reinforcement negative oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi dalam kategori cukup baik dengan persentase 49,35%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan reinforcement oleh guru BK dalam pemberian layanan informasi pada peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Batang Kapas Sehingga dapat diambil kesimpulan dari batasan masalah dan rincinya sesuai dengan sub variabel sebagai berikut :

1. Profil penggunaan reinforcement positive oleh guru BK pada peserta didik dalam pemberian layanan informasi di kategorikan baik.

2. Profil penggunaan reinforcement negative oleh guru BK pada peserta didik dalam pemberian layanan informasi di kategorikan cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharshimi. 2006.

Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Teknik). Jakarta:

Rineka Cipta.

Baharuddin dan Wahyuni, E.N.

2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:

Ar-ruzz Media.

Djamarah. 2005. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

(11)

Lufri. 2005. Metodologi Penetlitian dan Melakukan Penelitian.

Padang: UNP.

Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Syamdani, Dasrizal dan Kaksim.

2014. Keterampilan Dasar Mengajar. Padang: STKIP PGRI Sumbar Press.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Zalyana. 2014. Reinforcement

Positif dalam Pembelajaran

Bahasa Arab di Madrasah

Tsanawiyah Negeri Kota

Pekanbaru Riau. Jurnal

Potensial Vol. 13 edisi 2 Juli-

Desember 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan program kerja ini disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan pembinaan olahraga prestasi KONI Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2019.. Dalam program kerja tahun 2019

Dalam pelaksanan layanan bimbingan konseling guru BK mempunyai tugas utama memberikan layanan kepada peserta didik, akan tetapi kegiatan guuru BK tidak hanya

1) Saya mendiamkan teman yang berbicara kepada saya saat saya sedang kesulitan mengerjakan tugas.. 2) Saya membentak teman yang mengganggu saya ketika saya sedang mengerjakan

di Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember, akan tetapi untuk memberikan pendidikan kepada pasien, perawat tidak memberikan pendidikan secara detail

peneliti memperoleh informasi yaitu Guru BK melakukan pendekatan dengan peserta didik yang bermasalah. Kemudian melakukan kontak dengan peserta didik. Hambatan yang

Dilihat dari media audio dapat dikethui bahwa ada 54 orang peserta didik merasa Guru BK kurang baik dalam memberikan layanan informasi dengan menggunakan media

Sudah adanya peran dari guru BK untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik tinggal kelas dengan memberikan layanan BK kepada peserta didik tinggal kelas tersebut

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang mempengaruhi pelaksanaan layanan informasi dalam merubah perilaku moral peserta didik oleh guru BK terkait perencanaan