1 Dalam memahami pengertian dari judul Pusat Seni Rupa Surakarta dengan pendekatan Sustainable architecture perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu pengertian dari masing- masing kata penyusunnya, antara lain sebagai berikut : Pusat : Tempat lokasi dimana memiliki titik tengah yang menjadi
acuan
dan fokus dalam sebuah kegiatan maupun aktivitas. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu pemusatan kegiatan dimana di dalamnya terdapat pengertian hal yang dominan terhadap hal di sekitarnya yang memiliki potensi dari macam- macam pola yang sejenis (KBBI, 2016).
Seni Rupa : Cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang
bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. (Wikipedia, 2015)
Surakarta : Wilayah otonom dengan status kota di bawah provinsi Jawa
Tengah, Indonesia dengan penduduk 503.421 jiwa (2010) dan
kepadatan 13.636/km
2. Kota Surakarta dijuluki sebagai salah
satu kota kreatif dimana seni dan budayanya mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat baik. Surakarta
memiliki berbagai event seni budaya, wisata sejarah, kampung
industri kreatif, kuliner yang unik dan khas, bangunan
herittage dan sejarahnya, serta seni budaya yang menarik
untuk diketahui sehingga tak heran kota ini dikenal juga
sebagai kota seni budaya.
Pendekatan : Proses atau cara yang dilakukan dalam metode tertentu untuk
mencapai atau mengetahui inti dari suatu masalah (Wikipedia, 2015).
Sustainable : Secara umum berasal dari Sustainable (berkelanjutan) dan Archi-
Architecture teccture (arsitektur) sehingga mempunyai arti arsitektur yang berkelanjutan. Pengertian sustainbale architecture adalah sebuah konsep dalam bidang arsitektur yang mendukung adanya sistem keberlanjutan dimana dalam proses perencanaan, perancangan, hingga pelaksanaan dan penerapan tetap mempertahankan potensi dan sumber daya alam agar bertahan lebih lama serta tidak merusak ekosistem dan eksploitasi berlebihan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada (Guyer, 2009).
Jadi pengertian dari judul Pusat Seni Rupa Surakarta dengan pendekatan Sustainable architecture adalah wadah dan tempat para seniman dapat mempublikasikan karya-karya seni rupa mereka secara layak dan dapat tersampaikan kepada masyarakat luas serta mampu memenuhi segala aktivitas dan kegiatan yang diperlukan untuk mengembangkan seni rupa di Indonesia menjadi lebih baik.
1.2 Latar Belakang
1.2.1 Latar belakang umum
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya dengan media yang
bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan
mengolah rasa dan konsep berupa titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna,
tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Berdasarkan fungsinya seni
rupa terbagi menjadi seni rupa murni dan seni rupa terapan. Proses penciptaan
seni rupa murni lebih menitik beratkan pada ekspresi jiwa semata tanpa adanya
fungsi yang diterapkan pada karya seni tersebut misalnya lukisan, patung dan
fotografi, sedangkan seni rupa terapan seni yang diciptakan dengan memiliki
tujuan dan fungsi tertentu misalnya seni kriya. Ditinjau dari segi wujud dan bentuknya, seni rupa terbagi dua yaitu, seni rupa dua dimensi yaitu seni yang hanya memiliki dimensi panjang dan lebar serta seni rupa tiga dimensi yang memiliki panjang, lebar dan volume ruang yang mengisi pada bentuk karya tersebut (Wikipedia, 2015).
Di Indonesia, seni rupa mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan ditandai beberapa aliran seni dan seniman-seniman ternama bermunculan yang menghasilkan karya terkenal hingga mancanegara.
Perkembangan tersebut menuntut adanya fasilitas dan sarana parasarana yang menunjang serta mendukung proses kegiatan dan peningkatan kualitas seni rupa di Indonesia, seperti fasilitas pengembangan dan edukasi, sarana publikasi karya dan fasilitas yang mendukung kegiatan sosialasi sehingga mendorong minat masyarakat terhadap perkembangan dalam bidang seni rupa.
Pusat Seni Rupa merupakan salah satu wadah yang mampu menampung segala aktivitas dan kebutuhan seni rupa dan sebagai tempat kreativitas seniman. Namun pusat seni rupa di Indonesia masih sangat sedikit dan hanya tersedia dibeberapa kota seperti Pusat Seni Bali dan Jakarta. Hal tersebut sangat disayangkan karena masih banyak kota-kota di Indonesia yang sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk menjadi pusat seni nasional. Salah satu kota yang saat ini memiliki banyak aktivitas dan perkembangan dalam bidang seni adalah Surakarta.
Kota Surakarta terletak antara 110° 45’ 15”dan 110°45’ 35” Bujur Timur dan antara 7°36’ dan 7°56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.
Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan
dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut. Kota Solo
berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan
Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukoharjo dan di
sebelah Barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Kota Surakarta
mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 65%, Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu berkisar antara 16,5% dari luas lahan yang ada.
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 65%, Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu berkisar antara 16,5% dari luas lahan yang ada.
(http:\\surakartakota.bps.go.id)
Kota Surakarta merupakan kota industri kreatif dimana potensi seni dan budaya yang ada semakin berkembang dan maju dengan pesat. Hasil penelitian Kantor Bank Indonesia (KBI) Solo bersama Pusat Studi Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Bisnis (PPMB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tahun 2010 mengungkapkan, Solo memiliki potensi untuk menjadikannya sebagai kota kreatif dalam 3 subsektor, yakni seni rupa, fesyen, dan seni pertunjukan. Perkembangan seni terutama dibidang seni rupa ditandai
Gambar 1.1 Peta Surakarta Sumber : Surakarta merdeka, 2016