• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi dan Purifikasi Senyawa Antibakteri dari Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ekstraksi dan Purifikasi Senyawa Antibakteri dari Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ekstraksi dan Purifikasi Senyawa Antibakteri dari Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

Hardoko1)*, Claudia Abigail2)

1)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Jurusan Teknologi Pangan, UPH

2)Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Pelita Harapan Diterima 3 April 2013, direvisi 19 April 2013

ABSTRAK

Asam jawa mempunyai komponen bioaktif yang dapat menghambat aktivitas mikroba, tetapi informasi lebih lanjut tentang komponen spesifik tersebut dan perubahan aktivitas antibakteri antara ekstrak kasar dan isolatnya belum pernah dilaporkan. Ekstrak kasar dari hancuran buah asam jawa dalam percobaan ini diuji komponen fitokimianya dan aktivitas antibakterinya. Untuk mengidentifikasi konponen antibakteri digunakan kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi gas (GC-MS). Fase gerak kolom kromatografi digunakan etil asetat : etanol dengan rasio 100:0 sampai 0:100. Fraksi yang terkumpul diukur panjang gelombang maksimumnya dan dievaporasi untuk uji aktivitas antibakteri (MIC dan MBC). Hasilnya menunjukkan bahwa zona penghambatan maksimum diperoleh dari fraksi FD-2 (fraksi ke 2 dari etilasetat : etanol = 70:30). Fraksi FD-2 mempunyai MIC 1,18% dan MBC 4,70% untuk Pseudomonas sp dan MIC 0,54% dan MBC 2,16% untuk Listeria monocytogenes. Aktivitas antibakterinya lebih kecil dari pada ekstrak kasar yang mempunyai MIC 0,65% dan MBC 2,61% untuk Pseudomonas sp. serta 0,46% dan 1,85% untuk Listeria monocytogenes.

Tahap selanjutnya fraksi FD-2 dipisahkan menggunakan KLT. Spot tunggal terbaik diperoleh dengan pelarut etil asetat : etanol = 0:1 yang mempunyai panjang gelombag maksimum 368 nm; 458.5 nm; and 550 nm. Fraksi atau spot diidntifikasi dengan GC-MS dan mendapatkan komponen seperti hexadecanoic acid methyl ester, 11-octadecenoic acid methyl ester, 9-octadecenoic acid, eicosanioc acid, stigmasterol, dan gamma-sitosterol.

Kata kunci: antibakteri, kolom kromatografi, isolasi, hancuran buah, Tamarindus indica L.

ABSTRACT

Tamarind has bioactive compounds that can exhibit antimicrobial activities but further information about its specific compounds and the antibacterial activity changes between crude extract and isolate had not been repoted yet. Crude extract of tamarind pulp in this experiment was tested for phytochemical compounds and antibacterial activity (MIC and MBC). In order to isolate and identify antibacterial compounds, column chromatography, thin layer chromatography (TLC), and gas chromatography (GC- MS) were applied. Mobile phase for column chromatography was ethyl acetate:ethanol in 100:0 until 0:100 ratio. The maximum wavelengths for all fractions were scanned and all concentrated fractions used for antibacterial activity test. The result showed the best inhibition zone came from FD-2 fraction (2nd fraction of ethyl acetate:ethanol = 70:30 ratio). FD-2 fraction had MIC 1.18% and MBC 4.70% for Pseudomonas sp., MIC 0.54% and MBC 2.16% for Listeria monocytogenes. Its activity was smaller than the crude extract that had MIC 0.65% and MBC 2.61% for Pseudomonas sp., MIC 0.46% and MBC 1.85% for Listeria monocytogenes. For the next step, FD-2 fraction was separated using thin layer chromatography. The best single spot was given by ethyl acetate:ethanol = 0:1 with the maximum wavelength 368 nm; 458.5 nm; and 550 nm. Fraction was identified with GC-MS resulted antibacterial compounds such as hexadecanoic acid methyl ester, 11-octadecenoic acid methyl ester, 9-octadecenoic acid, eicosanioc acid, stigmasterol, and gamma-sitosterol.

Key word: Antibacterial, column chromatography, isolation, tamarind pulp, Tamarindus indica L.

---

*Coresponding author : E-mail: oko8163@yahoo.com

(2)

PENDAHULUAN

Asam jawa (Tamarindus indica L.) tergolong dalam tanaman polong-polongan atau leguminosa yang mengandung berbagai komponen bioaktif, baik pada buah maupun daunnya yang berguna bagi kesehatan.

Misalnya, daun asam jawa mempunyai efek laksatif [1] dan juga antipiretik [2]. Buah asam jawa yang dikombinasikan dengan kunyit (Curcuma domestica) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mampu mengurangi nyeri dismenorrea (nyeri haid) [3]. Selain itu, juga dilaporkan bahwa buah asam mengandung senyawa antimikroba [4, 5, 6, 7]. Beberapa hal inilah yang menyebabkan asam jawa juga menjadi salah satu tanaman pangan fungsional [8]. Samudra [4] menyatakan bahwa ekstrak asam jawa mampu menghambat bakteri patogen E. coli, Salmonella typhimurium, dan Staphyloccocus aureus. Demikian juga daunnya (ekstrak etanol) juga mampu menghambat Staphylococcus aureus dan Escherichia coli [5]. Adapun ekstrak etanol dan etil asetat daging buah asam jawa juga menghambat pertumbuhan bakteri patogen Pseudomonas sp. dan Listeria monocytogenes [6]. Dilaporkan pula bahwa infusa buah asam Jawa mampu menghambat mikroba Patogen Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Candida albican [7]. [9] dan [10] menyatakan bahwa Pseudomonas sp. dan Listeria monocytogenes dapat menyebabkan penyakit bagi manusia, seperti pneumonia, demam, mual, diare, dan infeksi pada wanita hamil.

Komponen antibakteri dari daging buah asam jawa tesebut masih kasar atau masih bercampur dengan komponen-komponen yang lainnya. Untuk mengetahui komponen yang bersifat antibakteri dalam ekstrak kasar asam jawa perlu adanya proses pemurnian, sehingga diperoleh senyawa yang lebih murni dan sifat atau karakter antibakterinya. Metode yang umum digunakan untuk memisahkan atau memurnikan komponen anti bakteri adalah metode kromatografi, sedangkan identifikasi senyawa yang telah dipisahkan dapat menggunakan detektor Mass Spectrometry

yang terhubung dengan kromatografi gas atau kromatografi cair [11].

METODE PENELITIAN

Bahan Tanaman dan Kultur Bakteri.

Bahan yang diteliti adalah buah asam jawa dan kultur bakteri. Buah asam jawa diperoleh dari Pasar Modern di Serpong – Tangerang dalam bentuk buah yang telah dipisahkan dari kulit, berwarna coklat, bertekstur lunak dan dikemas dalam bentuk persegi panjang (blok). Kultur yang digunakan adalah Listeria monocytogenes dan Pseudomonas sp. yang berasal dari Southeast Asian Food and Agriculture Science Institut Pertanian Bogor (SEAFAST IPB).

Metode Penelitian. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif yang akan mendeskripsikan komponen antibakteri pada asam jawa dan aktivitasnya. Penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap ekstraksi, separasi dan identifikasi.

Mula-mula daging buah asam jawa dikeringkan pada suhu 50oC dengan cabinet dryer dan ukurannya dikecilkan dengan food processor sehingga diperoleh dried pulp asam jawa. Selanjutnya, dried pulp buah asam jawa diekstraksi dengan etanol 96% dengan rasio 1:4 (b/v) dengan cara maserasi pada incubator shaker (300 rpm, 37 C) selama 24 jam.

Campuran yang diperoleh disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 sehingga diperoleh filtrat untuk diuapkan dengan hair dryer pada jarak 10 cm (kecepatan maksimal).

Hasilnya adalah ekstrak kasar pekat untuk diuji senyawa fitokimia dan aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas sp. dan L.

monocytogenes.

Pemisahan senyawa antibakteri dilakukan menggunakan kromatografi kolom dengan fase diam silica gel 70-230 mesh dan fase gerak etil asetat:etanol dengan rasio 100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:90, dan 0:100. Proses persiapan kolom dimuali dengan mengaduk silica gel dalam pelarut etil asetat sejumlah 1:2 (b/v) dengan batang pengaduk, dekantasi (supernatan

(3)

dibuang). Kemudian ditambahkan lagi pelarut etil asetat (1:1), diaduk dengan batang pengaduk hingga terbentuk slurry yang siap diisikan ke dalam kolom sedikit demi sedikit, diamkan selama 15 menit, dan pealrut yang tersisa dibuang melalui katup sehingga kolom siap digunakan. Kolom selanjutnya diisi sampel cair sebanyak 3 mL secara perlahan menggunakan pipet tetes dan kemudian dielusi dengan fase gerak secara perlahan, dan katup dibuka sehingga kolom menetes dan ditampung dalam Erlenmeyer 100 ml dalam bentuk fraksi-fraksi.

Tabel 1. Kombinasi pelarut untuk pemisahan senyawa antibakteri dengan kromatografi lapis tipis.

No Kombinasi pelarut Rasio

1 Etil asetat:etanol 0:1

2 Etil asetat:etanol 1:0

3 Etil asetat:etanol 1:1

4 Etil asetat:etanol 3:7

5 Etil asetat:etanol 6:4

6 Etil asetat:etanol 7:3

7 Etil asetat:metanol 1:1

8 Etil asetat:aseton 1:1

9 Etil asetat:heksana 2:1

10 Etanol:metanol 1:1

11 Etanol:metanol 1:2

12 Etanol:aseton 1:1

13 Etil asetat:etanol:metanol 1:1:1 14 Etil asetat:etanol:aseton 1:1:1 15 Etil asetat:etanol:aseton 1:1:2 16 Etil asetat:etanol:air 1:8:1 17 Etil asetat:etanol:heksana 1:1:1 18 Etil asetat:etanol:heksana 1:1:2 19 Etil asetat:etanol:heksana 1:1:3 20 Etil asetat:etanol:heksana:air 1:1:1:1

Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom diuji serapan panjang gelombangnya menggunakan spektrofotometer UV-Vis 200-700 nm [12]. Seluruh fraksi dipekatkan menggunakan rotary evaporator suhu 60 C dan diuji aktivitas antibakterinya.

Hasil pemekatan yang memiliki aktivitas antibakteri diuji lanjut dengan kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah plat TLC silica gel 60 F254

aluminium “Merck” berukuran 20  20 cm.

Fase gerak yang digunakan adalah heksana, etil asetat, aseton, etanol, metanol, dan air

(Tabel 1). Spot yang terbentuk divisualisasikan menggunakan sinar ultraviolet (UV). Pembacaan panjang gelombang dan uji aktivitas antibakteri dilakukan untuk spot terbaik.

Identifikasi senyawa antibakteri dari spot terbaik dilakukan dengan menggunakan instrumen GC-MS di Laboratorium Kesehatan Daerah, Rawasari Selatan, Jakarta. Kolom yang digunakan pada GC adalah HP Ultra 2 capillary column sepanjang 30 meter dan gas inert pembawa adalah Helium. Suhu injeksi 250C, volume injeksi 4 L, dan aliran kolom 0,9 L/menit. Setiap senyawa yang keluar pada waktu yang berbeda-beda akan diidentifikasi dengan Mass Spectrometry.

Parameter yang diamati adalah kadar air [13], uji fitokimia ekstrak kasar (meliputi alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, glikosida, terpenoid, dan triterpenoid) [33] dan aktivitas antibakteri (zona hambat, MIC = Minimum Inhibitory Concentration, MBC = Minimum Bactericidal Concentration) [14], panjang

gelombang maksimum dengan

spektrofotometer UV-Vis [12].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Fitokimia dan daya hambat ekstrak daging buah asam jawa.

Daging buah asam jawa yang dikeringkan memiliki kadar air sebesar 6,80%. Ekstrak etanol daging buah asam jawa berwarna coklat tua, kental, lengket, larut dengan baik pada pelarut polar dan memiliki rendemen sebesar 48,78%. Rendemen ekstrak yang tinggi menunjukkan banyaknya komponen yang mampu larut dalam pelarut polar. Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak daging buah asam jawa juga mengandung senyawa fitokimia seperti terlihat pada Tabel 2.

Keberadaan senyawa-senyawa fito kimia dalam ekstrak asam jawa tersebut diduga terkait dengan aktivitas antibakteri dari asam jawa. Flavonoid umum ditemukan pada kelompok tanaman leguminosa serta dapat mencegah terjadinya infeksi oleh mikroorganisme. Alkaloid dapat merusak sel

(4)

mikroorganisme sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik [15]. Triterpenoid merupakan bagian dari terpenoid yang bersifat mudah menguap, larut dalam etil asetat, dan umumnya dikenal dengan nama essential oil [16]. Senyawa saponin dan triterpenoid bersifat toksik dan alergen pada mikroorganisme [17]. Keberadaan tanin dalam sel dapat menghambat kerja enzim bakteri seperti protease, amilase, pektinase, selulase, dan lipase sehingga metabolisme sel mikroorganisme menjadi terganggu [18].

Tabel 2. Uji kualitatif fitokimia dalam ekstrak daging buah asam jawa.

Senyawa Hasil

Alkaloid +

Saponin +

Flavonoid +

Tanin +

Glikosida +

Terpenoid +

Triterpenoid +

Makin besar zona hambat dapat menunjukkan aktivitas antibakteri yang makin besar. Berdasarkan zona hambat Tabel 3 dapat ditentukan konsentrasi terkecil ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri (MIC) dan konsentrasi terkecil dari ekstrak untuk membunuh bakteri (MBC) [14]. Berdasarkan zona hambat yang terbentuk (Tabel 3) diperoleh ekstrak daging buah asam jawa memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas sp. dengan nilai MIC 0,65% dan MBC 2,61%, serta terhadap Listeria monocytogenes dengan nilai MIC 0,46% dan MBC 1,85%. Konsentrasi ekstrak untuk menghambat maupun membunuh L.

monocytogenes lebih kecil dibandingkan Pseudomonas sp. diduga karena dinding sel L.

monocytogenes yang tersusun atas peptidoglikan lebih mudah ditembus oleh ekstrak dibandingkan dengan dinding sel bakteri gram negatif yang memiliki tambahan lapisan lipopolisakarida [19]. Nilai MIC dan MBC tersebut lebih kecil (lenih tinggi aktivitas antibakterinya) dibandingkan dengan laporan [7], dimana maing-masing untuk Escherichia

coli are 2,60 % and 5,21 % dan Staphylococcus aureus are 1,56%.

Pemisahan senyawa dengan kromatografi kolom dan aktivitas antibakteri. Pemisahan senyawa antibakteri dilakukan dengan menggunakan kombinasi pelarut etil asetat dan etanol karena komponen yang bersifat antimikroba dari daging buah asam jawa dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut etil asetat dan etanol [6].

Sebanyak tiga belas fraksi dihasilkan dari kromatografi kolom (Tabel 4).

Aktivitas antibakteri dari seluruh fraksi diuji terhadap bakteri Pseudomonas sp. dan Listeria monocytogenes. Fraksi FD-2 yang telah dipekatkan menunjukkan adanya aktivitas antibakteri (Tabel 5 dan Tabel 6) terhadap kedua jenis bakeri, sedangkan fraksi yang lain tidak menunjukkan adanya aktivitas anti bakteri. Fraksi FD-2 yang memiliki aktivitas antibakteri memiliki warna kuning.

Warna tersebut diperkirakan dapat mewakili keberadaan senyawa fitokimia yang bersifat antibakteri, yaitu tanin. Menurut [20], tanin dapat terbaca pada panjang gelombang 540 nm.

Panjang gelombang 540 nm tersebut dimiliki oleh fraksi FD-2.

Diameter zona penghambatan yang terbentuk dari FD-2 lebih besar dibandingkan dengan kemampuan antibakteri ekstrak kasar daging buah asam jawa (Tabel 5), akan tetapi efektivitas antibakteri (dilihat dari nilai MIC dan MBC) dari ekstrak kasar tetap lebih baik dibandingkan fraksi terpilih (Tabel 6). Dengan kata lain, fraksi terpilih mempunyai aktivitas antibakteri lebih rendah dibandingkan ekstrak kasar. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa semakin rendah nilai MIC berarti semakin sedikit konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan berarti juga semakin baik kekuatan antibakteri dari senyawa tersebut. Nilai MIC dan MBC dari ekstrak kasar lebih kecil jika dibandingkan dengan fraksi terpilih. Hal ini disebabkan karena bakteri Pseudomonas sp. maupun Listeria monocytogenes sangat sensitif pada isolate (fraksi terpilih) dengan konsentrasi tinggi, sedangkan pada konsentrasi rendah

(5)

sensitivitasnya menjadi lebih kecil. Pada ekstrak kasar sensitivitas bakteri terhadap setiap kenaikan konsentrasi hampir sama, sehingga ekstrak kasar lebih efektif dalam menghambat maupun membunuh bakteri dibandingkan isolate fraksi terpilih.

Bakteri gram positif Listeria monocytogenes lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri dibandingkan dengan bakteri gram negatif karena adanya perbedaan penyusun dinding sel. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih tipis dan hanya tersusun atas peptidoglikan sedangkan bakteri gram negatif memiliki penyusun dinding sel lain, yaitu lipopolisakarida yang bersifat hidrofobik sehingga menghambat penetrasi senyawa antibakteri ke dalam sel [19].

Pemisahan senyawa antibakteri dengan kromatografi lapis tipis. Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis ditentukan berdasarkan spot yang terbentuk dan retention factor dari spot tersebut. Sebanyak 20 macam kombinasi pelarut digunakan dan diperoleh sembilan kombinasi pelarut yang tidak mengalami tailing (Tabel 7). Tailing dapat terjadi ketika sampel yang digunakan terlalu pekat atau adanya ketidakcocokan fase gerak yang digunakan [21].

Gambar 1. Spot SC.

Diantara sembilan spot yang terbentuk, hanya spot SC (rasio etil asetat: etanol = 0:1) yang memiliki bentuk bulat dan tunggal, sehingga fase gerak yang terbaik diantara

sembilan pelarut tersebut adalah etanol (Gambar 1). Spot SC memiliki aktivitas antibakteri pada konsentrasi 1% yang ditunjukkan dengan zona hambat terhadap Pseudomonas sp. sebesar 2,71 mm dan terhadap L. monocytogenes sebesar 5,43 mm.

Aktivitas antibakteri dari spot SC lebih besar jika dibandingkan dengan fraksi FD-2, karena berdasarkan persamaan linear untuk menghasilkan diameter zona hambat yang sama dibutuhkan konsentrasi fraksi FD-2 sebesar 4,79% untuk Pseudomonas sp. dan 2,29% untuk L. monocytogenes. Aktivitas tersebut menunjukkan senyawa antibakteri pada spot SC lebih murni dibandingkan dalam fraksi FD-2 sehingga daya hambat menjadi lebih baik. Spot SC memiliki panjang gelombang maksimum 368,0 nm, 458,5 nm dan 550,0 nm. Senyawa antimikroba dengan panjang gelombang maksimum 368 nm adalah flavonoid; 458,5 nm adalah dibenzo-pyrene (C24H14) yang berperan sebagai komponen aromatik; dan 550 nm adalah golongan triterpenoid, seperti oleanolicacid yang mampu terbaca pada panjang gelombang 530 nm hingga 590 nm [22, 23,24].

Identifikasi senyawa antibakteri.

Berdasarkan hasil identifikasi dengan Mass Spectrometry fraksi FD-2, diperoleh 46 jenis senyawa dengan waktu retensi yang berbeda- beda, 14 diantaranya memiliki quality  80%, dan 6 diantaranya memiliki quality  95%

(Gambar 2). Identifikasi dengan GC-MS dari spot tunggal ternyata memunculkan banyak senyawa yang diduga disebabkan oleh suhu injeksi yang sangat tinggi dan tekanan tinggi pada detektor MS sehingga molekul menjadi pecah dan memungkinkan membentuk partikel baru [25].

Senyawa-senyawa yang memiliki quality

80% bersifat sebagai antimikroba dan flavor agent, yaitu 2H-pyran-2,6(5H)-dione (glutaconic anhydride), 3-furancarboxylic acid, methyl ester, dl-malic acid, dimethyl ester, 2,3- dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl-4H-pyran-4- one, butanedioic acid (2,3-dihydroxy dimethyl ester), 2-furancarboxaldehyde, 5- hydroxymethyl, diphenylmethanone, hexadecanoic acid methyl ester, 11-

(6)

Tabel 3. Daya hambat ekstrak kasar daging buah asam jawa terhadap Pseudomonas sp. dan Listeria monocytogenes.

Konsentrasi : 5% 10% 15% 20% 25%

Zona hambat Pseudomonas sp. (mm) 10,538 12,050 16,063 14,238 19,125 Zona hambat L. monocytogenes (mm) 18,401 23,121 20,255 27,762 29,327

Tabel 4. Pembacaan panjang gelombang maksimum dan aktivitas antibakteri fraksi.

fraksiKode

Rasio asetat :etil

etanol

Warna ekstrak

Panjang gelombang maksimum fraksi

(nm)

Warna setelah pemekatan

Aroma setelah pemekatan

Diameter zona peng-

hambatan (mm)*

FA 100:0 Tidak

berwarna 275, 386, 408 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FB 90:10 Tidak

berwarna 472 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FC 80:20 Tidak

berwarna

302, 340, 366, 389, 407, 447, 453, 498, 565, 682

Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FD-1 70:30

(fraksi 1) Tidak

berwarna 322, 434, 567 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FD-2 70:30

(fraksi 2) Kuning 278, 412, 495, 525,

549 Kuning Asam jawa 17,00 / 27,87

FD-3 70:30

(fraksi 3) Tidak

berwarna 342, 443, 492, 549 Kuning Asam jawa 0,00 / 0,00

FE 60:40 Tidak

berwarna 279, 295, 318, 418,

465, 505, 592, 697 Kuning

kecoklatan - 0,00 / 0,00

FF 50:50 Tidak

berwarna 341, 384, 447 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FG 40:60 Tidak

berwarna 389, 428, 497 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FH 30:70 Tidak

berwarna 279, 344, 370, 409,

489, 528, 688 Coklat tua - 0,00 / 0,00

FI 20:80 Tidak

berwarna 353, 420, 566, 654,

697 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FJ 10:90 Tidak

berwarna 278, 389, 690 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

FK 0:100 Tidak

berwarna 384, 595, 675 Tidak

berwarna - 0,00 / 0,00

Keterangan: tanda (-) menunjukkan aroma berasal dari pelarut

(*) terhadap bakteri Pseudomonas sp. / Listeria monocytogenes

Tabel 5. Diameter zona hambat fraksi FD-2 dan ekstrak kasar terhadap Pseudomonas sp. dan Listeria monocytogenes.

Konsentrasi (%)

Zona hambat Pseudomonas sp. Zona hambat L. monocytogenes Ekstrak kasar

(mm) Fraksi terpilih FD-2

(mm) Ekstrak kasar

(mm) Fraksi terpilih FD-2 (mm)

5 10,538 8,761 18,401 20,125

10 12,050 15,250 23,121 26,587

15 16,063 18,346 20,255 33,517

20 14,238 22,565 27,762 31,422

25 19,125 26,487 29,327 34,771

(7)

Tabel 6. Nilai MIC dan MBC Pseudomonas sp. dan Listeria monocytogenes dari fraksi FD-2 dan ekstrak kasar.

Bakteri MIC MBC

Pseudomonas sp. Ekstrak kasar 0,65% 2,61%

Fraksi terpilih 1,18% 4,70%

L. monocytogenes Ekstrak kasar 0,46% 1,85%

Fraksi terpilih 0,54% 2,16%

Tabel 7. Rasio pelarut fase gerak pada TLC dan nilai Rf spot.

Kode spot Kombinasi pelarut Rasio Rf Keterangan

SA Etil asetat : etanol 3:7 0,74 tailing

SB Etil asetat : etanol 6:4 0,75 tailing

SC Etil asetat : etanol 0:1 0,69 -

SD Etil asetat : etanol 1:0 0,74 tailing

SE Etanol : metanol 1:1 0,75 tailing

SF Etanol : metanol 1:2 0,69 tailing

SG Etanol : aseton 1:1 0,69 tailing

SH Etil asetat : etanol : aseton 1:1:1 0,69 tailing

SI Etil asetat : etanol : aseton 1:1:2 0,75 tailing

Tabel 8. Senyawa-senyawa dalam fraksi FD-2 dengan quality  95%.

peakNo Waktu retensi

(menit) Quality Senyawa Keterangan

8 22,072 99% Hexadecanoic acid,

methyl ester (palmitic acid)

Asam lemak dengan jumlah karbon 16 tanpa ikatan rangkap [26], merusak struktur DNA sel sehingga terjadi kegagalan fungsi sel dan enzim, lama kelamaan sel menjadi hancur dengan sendirinya [27].

9 24,287 99% 11-octadecenoic acid,

methyl ester

Asam lemak tidak jenuh dengan jumlah C 18 dan 1 ikatan rangkap [28], dapat merusak struktur DNA sel sehingga terjadi perubahan fungsi sel dan enzim [27].

10 25,064 98% 9-octadecenoic acid

(oleic acid)

11 26,888 97% Eicosanoic acid Asam lemak jenuh dengan

rantai C 20 sebagai antimikroba alami pada tanaman[29].

13 34,767 99% Stigmasterol Merupakan senyawa fitosterol

dari triterpene yang berperan sebagai antimikroba[17].

14 35,118 99% Gamma-sitosterol

(stigmast-5-en-3-ol)

Senyawa fitosterol dari triterpene, bersifat toksik dan menghambat proses oksidasi pada sel mikroorganisme [30].

(8)

octadecenoic acid methyl ester, 9-octadecenoic acid, 1,2-benzenedicarboxylic acid, eicosanioc acid, stigmasterol, dan gamma-sitosterol.

Senyawa antimikroba dengan quality  95%

adalah hexadecanoic acid methyl ester, 11- octadecenoic acid methyl ester, 9-octadecenoic acid, eicosanioc acid, stigmasterol, dan gamma-sitosterol. Enam senyawa dengan quality lebih dari 95% merupakan senyawa yang dominan atau memiliki konsentrasi tinggi dalam sampel (Tabel 8). Senyawa yang terdeteksi merupakan senyawa yang tergolong dalam asam lemak dan triterpenoid.

Berdasarkan hasil uji fitokimia senyawa triterpenoid positif terdapat dalam ekstrak kasar daging buah asam jawa sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat hadir dalam isolat. Selain itu, spot dari kromatografi lapis tipis menunjukkan panjang gelombang maksimum dari golongan triterpenoid.

Asam lemak dapat terdeteksi oleh GC- MS karena adanya proses derivatisasi sehingga senyawa semi-volatil dapat dideteksi oleh MS [30]. Triterpenoid diketahui merupakan senyawa antibakteri alami yang paling aktif dibandingkan dengan terpenoid, alkaloid, flavonoid dan fenol. Senyawa dalam kelompok

triterpenoid memiliki bentuk tetrasiklik atau pentasiklik. Triterpenoid pentasiklik diketahui memiliki aktivitas sebagai antimikroba [32].

KESIMPULAN

Ekstrak daging buah asam jawa mengandung komponen fitokimia alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, glikosida, terpenoid, dan triterpenoid. Pelarut yang paling sesuai dalam memisahkan senyawa antibakteri dari daging buah asam jawa dengan menggunakan kromatografi kolom adalah kombinasi etil asetat:etanol dengan rasio 70:30.

Fraksi FD-2 (rasio etil asetat:etanol = 70:30) dari kromatografi kolom memiliki aktivitas antibakteri (MIC dan MBC) terhadap Pseudomonas sp. masing-masing 1,18% dan 4,70%, sedangkan terhadap Listeria monocytogenes masing-masing 0,54% dan 2,16%.

Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis memberikan bentuk spot tunggal paling baik ketika digunakan etanol sebagai fase gerak. Daya hambat yang diberikan isolat tunggal TLC lebih tinggi daripada fraksi FD-2

Gambar 2. Profil kromatogram dari FD-2.

(9)

dan ekstrak kasar, akan tetapi efektivitas antibakteri ekstrak kasar lebih baik daripada isolat.

Hasil identifikasi dengan instrumen GC- MS medapatkan 6 senyawa dominan yang bersifat antibakteri adalah hexadecanoic acid methyl ester, 11-octadecenoic acid methyl ester, 9-octadecenoic acid, eicosanioc acid, stigmasterol, dan gamma-sitosterol.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sundari, D dan Winarno, M.W. (2010), Efek laksatif jus daun asam jawa Tamarindus indica Lin. Pada tikus putih yang diinduksi dengan gambir, Media Litbang Kesehatan, Vol. 20, No. 3 : 100- [2] 103.Dewi, J. (2009), Uji efek antipiretik infusa daun asam Jawa (Tamarindus indica L.) pada Kelinci Putih jantan galur New Zealand, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[3] Tuharea, F. (2009), Pengaruh kunyit (Curcuma domestika val), asam jawa (Tamarindus indica linn) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap skala nyeri dismenorrea pada mahasiswi di Asrama Putri UMY, Skripsi, Program Studi ilmu Keperawatan Fak. Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

[4] Samudra, I. (1992), Pengaruh asam jawa dan kombinasi dengan bawang putih terhadap pertumbuhan beberapa bakteri patogen, Skripsi, Fateta IPB.

[5] Kurniawati, S.W. (2008), Aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun asam jawa terhadap kultur aktif Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Skripsi, Program Studi Farmasi, Fak. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

[6] Isabella. (2009), Potensi aktivitas antimikroba ekstrak asam jawa Tamarindus indica L. terhadap mikroba patogen, Skripsi, Universitas Pelita

Harapan, Tangerang.

[7] Saputra, T dan L. Suryani (2010), Aktivitas antimikroba infusa buah asam Jawa (Tamarindus indica Linn) terhadap berbagai mikroba Patogen, Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

[8] Astawan, M. (2009), Sehat dengan hidangan kacang dan biji-bijian, Penebar Swadaya, Jakarta.

[9] Douglas (2012), Pseudomonas, Google on- line, Available from http://www.cehs.

siu.edu/fix/medmicro/pseud.htm; Internet;

accessed 04 Februari 2012.

[10] Rudd, R. D. (2012), Common foodborne pathogens: Listeria monocytogenes, Google on-line. Available from http://pubs.ext.vt.edu/ 2910/2910- 7033/2910-7033 _pdf.pdf; Internet;

accessed 04 Februari 2012.

[11] Miller, J. M. (2005), Chromatography concepts and contrasts. 2nd edition. John Wiley and Sons, Canada.

[12] Chanwitheesuk, A., A.

Teerawutgulrag, J. D. Kilburn dan N.

Rakariyatham (2011), Amtimicrobial gallic acid from Caesalpinia mimosoides Lamk. Food Chemistry 100 (2007) [e- journal]www.elsevier.com/locate/foodche m (accessed 15 September 2011).

[13] AOAC. (2005), Official methods of analysis of AOAC international, 18th edition.: AOAC International, Gaithersburg, Maryland, USA.

[14] Bloomfield, S. F. (1991), Methods for Assessing Antimicrobial Activity. Di dalam: Denyer, S. P. dan Hugo, W.B (ed).

Mechanisms of Action of Chemical Biocides, Their Study and Exploitation.

Blackwell Scientific Publications, Oxford.

[15] Linne, C. (2007), Alkaloids – secret of life: alkaloid chemistry, biological significance, applications and ecological role. 1stedition, Chapter 1, Elsevier, UK.

[16] Stoner, B. D. (2011), Berries and cancer prevention, Springer, USA.

[17] Frohne, D dan H. J. Pfander (2005),

(10)

Poisonous plants: a handbook for doctors, pharmacists, toxicologists, biologists and veterinarians, 2nd edition. Wiley- Blackwell, London.

[18] Grotewold. E. (2007), The science of flavonoids Springer, USA.

[19] Tortora (2005), Staining techniques:

gram stain, capsule stain and endospore stain, Google on-line. Available from http://www2.hawaii.edu/ ~johnb/micro/m 140/syllabus/week/handouts/m140.6.1.htm l; Internet; accessed 15 Februari 2012.

Traub, H. S. Preparative chromatography of fine chemicals and pharmaceutical agents, Wiley-VCH, Germany.

[20] Onifade, K. R. (2001), Production of tannin from the bark of Eucalyptus camadulensis, Google on-line. Available from http://www.journal.au.edu/

au_techno/2001/oct2001/article2.pdf;

Internet; accessed 14 Januari 2012.

[21] Poole, C. F. (2003), The essence of chromatography, Elsevier, USA.

[22] Nostro, A., A. Filocamo, A.

Giovannini, S. Catania, C. Costa, A.

Marino dan G. Bisignano (2011), Antimicrobial activity and phenolic content of natural site and micropropagated Limonium avei (De Not.) Brullo & Erben plant extracts. Natural Product Research (2011) accessed 11 Februari 2012.

[23] Karcher, W., R. J. Fordham, J. J.

Dubois, P. G. J. M. Claude dan J. A. M.

Ligthart (1992), Spectral atlas of polycyclic aromatic compounds, Volume 3, Reidel Publishing Company, Boston.

[24] Wang, J., H. Ma, X. Zhang, L. He, J.

Wu, X. Gao, J. Rend an J. Li. (2009), A novel AMPK activator from chinese herb medicine and ischemia phosphorylate the cardiac transcription factor FOXO3, Int J Physiol Pathophysiol Pharmacol 1 (2009).

Internet accessed : 11 Februari 2012.

[25] Douglas2, F. (2012), CG/MS analysis.,Google on-line, Available from http://www.scientific.org/tutorials/articles/

gcms.html; Internet; accessed 11 Februari 2012.

[26] Anthony, R. J. (2012), Solvent extraction of lipids from microalgae, Google on-line, Available from http://etd.ohiolink.edu/view.cgi?acc_num=

ohiou 1280854965; Internet; accessed 01 Januari 2012.

[27] Luther, M. W. (2011), Inhibitory effect of selected spice and fruit seed extracts on lipid oxidation in fish oil and their radical scavenging and antimicrobial properties, Google on-line, Available from http://drum.lib.umd.edu/bitstream/1903/39 71/1/umi-umd-3845.pdf; Internet; accessed 30 Desember 2011.

[28] Dijkstra, A. J., R. J. Hamilton dan W.

Hamm (2008), Trans fatty acids, UK, Blackwell Publishing, Oxford.

[29] Mariod, A. A., B. Matthaus, Y. M. A.

Idris dan S. I. Abdelwahab (2010), Fatty acids, tocopherols, phenolics and the antimicrobial effect of Sclerocarya birrea kernels with different harvesting dates, J.

Am. Oil Chem Soc 87 (2010), accessed 30 Desember 2011.

[30] Smith, J. dan E. Charter (2010), Functional food product development, 1st edition, Blackwell Publishing, UK.

[31] Rinehart, L. R. M. R. McDaniel, R. L.

Tanner dan B. Zielinska (2012), Comparison of analytical derivatization methods for polar organic aerosol speciation, Google on-line. Available from http://ocs.fortlewis.edu/Aerosols/speciatio n/ poster_Rinehart.pdf; Internet; accessed 18 Februari 2012.

[32] Chung, P. Y., P. Navaratnam dan L. Y.

Chung (2011), Synergistic antimicrobial activity between pentacyclic triterpenoids and antibiotics against Staphylocccus aureus strains, Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials (2011), Accessed 11 Februari 2012.

[33] Harbone, J.B. (1987), Metode fitokimia, Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediso, Penerbit ITB, Bandung.

Gambar

Tabel  1. Kombinasi  pelarut  untuk  pemisahan  senyawa antibakteri dengan kromatografi lapis tipis.
Tabel  2. Uji  kualitatif  fitokimia  dalam  ekstrak  daging buah asam jawa.
Gambar 1. Spot SC.
Tabel 5. Diameter zona hambat fraksi FD-2 dan ekstrak kasar terhadap Pseudomonas sp. dan Listeria monocytogenes.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Proses Melakukan Transaksi Penerimaan Surat, yaitu menerima data surat masuk yang akan disimpan pada tabel surat masuk dan memberikan dokumen disposisi pada ketua. DFD Level

Umumnya para ulama sepakat pada sebagian besar fungsi hadis terhadap Alquran yang disebutkan. Perbedaan terjadi dalam hal fungsi hadis dalam menetapkan hukum yang tıdak

Makna dari puisi pertama adalah tentang perbandingan antara dua keindahan pemandangan di alam, makna dari puisi kedua adalah sebuah kutukan yang berupa neraka, makna dari

Nilai rasio harga cabe merah per harga beras pada Tabel 21 bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa penurunan harga cabe akan berpengaruh pada peningkatan tingkat diversifikasi

1) Bagaimana proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah pasar.. 2) Bagaimana pengaruh pemberian pupuk organik Cair dari limbah pasar terhadap pertumbuhan tanaman

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara

Analisis data dilakukan untuk mengetahui apakah luasan hutan kota yang ada di Kota Cilegon saat ini telah memenuhi standar optimum berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ili Universitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengaiihmediakan, mengelolauya dalam bentuk pangkalan data (database),