S A L I N A
'“'*1
I' t
LIh a n 'I
KOM ISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN G R ESIK
KEPUTUSAN KOM ISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN G R ESIK
NOMOR 1 5 9 2 /H K .0 3 .1 .K p t / 3 5 2 5 / KPU-Kab / X II / 2 0 2 0 TENTANG
RENCANA STRA TEG IS KOM ISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN G R ESIK TAHUN 2 0 2 0 - 2 0 2 4
KOM ISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN GRESIK ,
M e n im b a n g a. b a h w a b e rd a s a rk a n k e te n tu a n P asal 3 a y a t (1) P e ra tu ra n P resid en Nom or 18 T a h u n 2 0 2 0 te n ta n g R e n c a n a P e m b a n g u n a n J a n g k a M en en g ah N asional T a h u n 2 0 2 0 -2 0 2 4 , y a n g m e n y a ta k a n K e m e n te ria n /L e m b a g a d a n P e m e rin ta h D a era h m e la k s a n a k a n p ro g ram d a la m R e n c a n a P e m b a n g u n a n J a n g k a M enengah n a sio n a l y a n g d ija b a rk a n d a la m R e n c a n a S tra te g is K e m e n te ria n /L e m b a g a d a n R e n c a n a P e m b a n g u n a n J a n g k a M enengah D aerah ;
b. b a h w a u n tu k m e w u ju d k a n p e n y elen g g a raa n P em ilih an U m um d a n P em ilih an B u p a ti d a n W akil B u p a ti y a n g lebih b e rk u a lita s , d e m o k ra tis, d am ai, j u j u r d a n ad il y a n g s e s u a i d e n g a n R e n c a n a P e m b a n g u n a n J a n g k a M enengah N asional T a h u n 2 0 2 0 -2 0 2 4 , p erlu d is u s u n R e n c a n a S tra te g is Komisi P em ilih an U m um K a b u p a te n G resik T a h u n 20 2 0 - 2024;
c. b a h w a b e rd a s a rk a n p e rtim b a n g a n se b a g a im a n a
d im a k su d d a la m h u r u f a d a n h u r u f b, m a k a p e rlu
m e n e ta p k a n K e p u tu sa n Komisi P em ilihan U m um
K a b u p a te n G resik te n ta n g R e n c a n a S tra te g is Komisi
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN GRESIK
NOMOR 1 5 9 2 /H K .0 3 . l-K p t/3 5 2 5 /K P U -K a b /X II/2 0 2 0 TENTANG
RENCANA STRATEGIS
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN GRESIK TAHUN 2 0 2 0 -2 0 2 4
RENCANA STRATEGIS
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2 0 2 0 -2 0 2 4
KATA PENGANTAR
encana Strategis (Renstra) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik Periode 2020-2024 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik untuk 5 (lima) tahun ke depan, yang disusun berdasarkan hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan yang dihadapi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik saat ini dan ke depan. Disamping itu, Renstra Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik Periode 2020-2024 disusun dengan berpedoman pada Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia.
Memperhatikan hal tersebut, maka Renstra ini menjadi pedoman bagi seluruh jajaran Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik periode 2020-2024 dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan senantiasa menjunjung asas penyelenggara serta asas penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan. Dengan panduan Renstra yang spesifik, terukur, dapat dijangkau, wajar, dan terjadwal disertai panduan prinsip-prinsip Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik tersebut, diharapkan bangsa Indonesia ke depan mampu mencapai demokrasi yang substansial.
Gresik, 2 Desember 2020 Ketua Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Gresik
AKHMAD RONI
R
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I PENDAHULUAN ... 3
A. Kondisi Umum ... 3
1.1 Perkembangan Demokrasi Indonesia ... 3
1.2 Kondisi Umum KPU Kabupaten Gresik ... 8
1.3 Asas Penyelenggara dan Penyelenggaraan Pemilu ... 32
1.4 Analisis Strategi KPU Kabupaten Gresik ... 35
BAB II VISI MISI DAN TUJUAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN GRESIK 2020-2024 ... 52
A. Visi KPU Kabupaten Gresik ... 54
B. Misi Komisi Pemilihan Umum ... 55
C. Tujuan Komisi Pemillihan Umum... 56
D. Sasaran Strategis Komisi Pemilihan Umum ... 56
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, KERANGKA KELEMBAGAAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN GRESIK 2020-2024 ... 58
A. Arah Kebijakan dan Strategi KPU RI ... 58
B. Arah Kebijakan dan Strategi KPU Kabupaten Gresik... 60
C. Kerangka Regulasi KPU Kabupaten Gresik ... 61
D. Kerangka Kelembagaan KPU Kabupaten Gresik ... 62
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN GRESIK 2020-2024 ... 68
A. Target Kinerja Sasaran Strategis ... 68
B. Kerangka Pendanaan ... 74
BAB V PENUTUP ... 75
BAB I PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum
1.1 Perkembangan Demokrasi Indonesia
Sejarah demokrasi Indonesia dikenal sejak Pemilu pertama Indonesia tahun 1955. Namun sejarah pembentukan lembaga penyelenggaraan pemilu sudah dimulai pada tahun 1946 ketika Presiden Soekarno membentuk Badan Pembaharuan Susunan (BPS) Komite Nasional Pusat, menyusul disahkannya Undang- Undang (UU) Nomor 12 Tahun 1946 tentang Pembaharuan Susunan Komite Nasional Indonesia Pusat. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1948 tentang Susunan Dewan Perwakilan Rakyat Dan Pemilihan Anggauta- Anggautanya, BPS diganti dengan Komisi Pemilihan Pusat (KPP).
Setelah revolusi kemerdekaan pada tanggal 7 November 1953 Presiden Soekarno menandatangani Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun 1955 tentang pengangkatan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI), yang bertugas menyiapkan, memimpin dan menyelenggarakan Pemilu 1955 untuk memilih anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. PPI ditunjuk oleh Presiden, Panitia Pemilihan ditunjuk oleh Menteri Kehakiman dan Panitia Pemilihan Kabupaten ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri.
Pemilu yang pertama kali tersebut berhasil diselenggarakan dengan aman, lancar, jujur dan adil serta sangat demokratis.
Sangat disayangkan, kisah sukses Pemilu 1955 akhirnya tidak bisa dilanjutkan, dan hanya menjadi catatan emas sejarah.
Pemilu pertama itu tidak berlanjut dengan Pemilu kedua lima tahun berikutnya, meskipun ditahun 1958 Pejabat Presiden Sukarno sudah melantik Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) II.
Secara keseluruhan, perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam 4 (empat) periode, sebagai berikut :
Periode 1945-1959, masa Demokrasi Parlementer yang
menonjolkan demokrasi parlemen serta partai-partai. Pada
masa ini kelemahan demokrasi parlemen memberikan
peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.
Akibatnya persatuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan.
Periode 1959-1965, masa Demokrasi Terpimpin yang dalam berbagai aspek menyimpang dari demokrasi konstitusional.
Periode ini lebih menampilkan menonjolkan aspek-aspek demokrasi rakyat, serta ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis dan peran ABRI sebagai unsur sosial-politik semakin meluas.
Periode 1966-1998, masa Demokrasi Pancasila era Orde Baru, merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MPR guna meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin. Dalam perkembangannya, peran pesiden semakin dominan terhadap lembaga-lembaga negara yang lain. Dalam prakteknya, demokrasi pada masa ini, Pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politis penguasa.
Periode 1999 sampai sekarang, masa Demokrasi Pancasila era Reformasi. Pada masa ini partai politik kembali menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.
Tantangan dari sistem demokrasi multi partai adalah kecenderungan terjadinya tawar-menawar antara beberapa partai politik dalam menyusun suatu kabinet koalisi (politik dagang sapi).
Meskipun perkembangan demokrasi Indonesia mengalami
pasang-surut, saat ini demokrasi Indonesia telah berjalan dijalur
yang benar, meskipun masih memerlukan perkuatan. Hal
tersebut diindikasikan melalui munculnya pemimpinpemimpin
yang cukup kuat, tidak hanya dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi, namun juga melaksanakan
pembangunan karakter bangsa melalui partisipasi rakyat yang
tinggi, serta sekaligus menghindarkan terjadinya diktatur
perorangan, partai ataupun politik, baik di pusat maupun di daerah.
Pada perkembangannya isu Pemilu serentak juga perlu diperhatikan dalam Rencana Strategis KPU 2020-2024. Dalam konteks Indonesia, paling kurang bisa diidentifikasi enam skema atau model Pemilu serentak yang bisa dipilih.
Pertama, Pemilu serentak sekaligus, satu kali dalam lima tahun, untuk semua posisi publik di tingkat nasional hingga Kabupaten/Kota. Pemilu ini meliputi pemilihan legislatif (DPR, DPD, DPRD Propinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota), pemilihan presiden, serta pilkada. lni seringkali disebut dengan pemilihan tujuh kotak atau "Pemilu borongan".
Kedua, Pemilu serentak hanya untuk seluruh jabatan legislatif (pusat dan daerah) dan kemudian disusul dengan Pemilu serentak untuk jabatan eksekutif (pusat dan daerah). Dalam model clustered concurrent election ini, Pemilu untuk DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan seperti selama ini dilakukan bersamaan sesuai waktunya, dan kemudian diikuti Pemilu presiden, gubernur, dan bupati/walikota beberapa bulan kemudian.
Ketiga, Pemilu serentak dengan Pemilu sela berdasarkan tingkatan Pemerintahan, di mana dibedakan waktunya untuk Pemilu nasional dan Pemilu daerah/lokal (concurrent election with mid-term election). Dalam model ini Pemilu anggota DPR dan DPD dibarengkan pelaksanaannya dengan Pemilu presiden.
Sementara Pemilu DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota dibarengkan pelaksanaannya dengan pemilihan gubernur dan bupati/walikota, dua atau tiga tahun setelah Pemilu nasional.
Keempat, Pemilu serentak tingkat Nasional dan tingkat lokal
yang dibedakan waktunya secara interval (concurrent election
with regional-based concurrent elections). Dalam model ini,
pemilihan presiden dan pemilihan legislatif untuk DPR dan DPD
dilakukan bersamaan waktunya. Kemudian pada tahun kedua
diadakan Pemilu serentak tingkat lokal untuk memilih DPRD
Provinsi dan Kabupaten/Kota serta pemilihan gubernur dan
bupati/walikota berdasarkan pengelompokan region atau wilayah
kepulauan tertentu. Misal tahun kedua khusus untuk wilayah Pulau Sumatera. Kemudian disusul tahun ketiga untuk wilayah Pulau Jawa, dan tahun keempat untuk wilayah Bali dan Kalimantan, dan tahun kelima untuk wilayah sisanya. Dengan model ini maka setiap tahun masing-masing partai akan selalu bekerja untuk mendapatkan dukungan dari pemilih, dan pemerintah serta partai politik dapat selalu dievaluasi secara tahunan oleh pemilih.
Kelima, adalah Pemilu serentak tingkat nasional yang kemudian diikuti dengan Pemilu serentak di masing-masing Provinsi berdasarkan kesepakatan waktu atau siklus Pemilu lokal di masing-masing Provinsi tersebut. Dengan model concurrent election with flexible concurrent local elections ini maka pemilihan Presiden dibarengkan dengan pemilihan legislatif untuk DPR dan DPD. Kemudian setelahnya tergantung dari siklus maupun jadual Pemilu lokal yang telah disepakati bersama diadakan Pemilu serentak tingkat lokal untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota serta memilih anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota di suatu Provinsi, dan kemudian diikuti dengan Pemilu serentak lokal yang sama di Provinsi-Provinsi lainnya sehingga bisa jadi dalam setahun ada beberapa Pemilu serentak lokal di sejumlah Provinsi.
Keenam, adalah Pemilu serentak untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta Presiden dan Wakil Presiden dan kemudian diikuti setelah selang waktu tertentu dengan Pemilu eksekutif bersamaan untuk satu Provinsi. Dalam skema atau model ini, Pemilu serentak tingkat lokal hanyalah untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara bersamaan di suatu Provinsi, dan jadwalnya tergantung dari siklus Pemilu lokal di masing-masing Provinsi yang telah disepakati.
Salah satu skema atau model di antaranya, seperti diusulkan
para akademisi melalui Electoral Research lnstitut, adalah Pemilu
serentak yang memisahkan antara Pemilu serentak nasional dan
Pemilu serentak lokal yang diselenggarakan 30 bulan sesudah
Pemilu serentak nasional. Pemilu serentak nasional
diselenggarakan untuk memilih eksekutif dan legislatif di tingkat
nasional (Presiden/Wapres, DPR, dan DPD), sedangkan Pemilu serentak lokal untuk memilih eksekutif dan legislatif di tingkat lokal/daerah (Gubernur/Wakil, Bupati/Walikota/Wakil, DPRD Provinsi, dan DPRD kab/kota). Dengan demikian pilkada serentak menjadi bagian dari skema Pemilu lokal serentak. Mengenai konstitusionalitas Pemilu serentak nasional yang dipisahkan dengan Pemilu serentak lokal ini pernah dibahas dengan tuntas dan jelas oleh Prof. Saldi lsra dalam bab yang ditulisnya
"Konstitusionalitas Penyelenggaraan Pemilu Nasional Serentak Terpisah dari Pemilu Lokal Serentak", dalam buku Pemilu Nasional Serentak 2019 (2016) seperti disinggung di muka.
Menurut Prof. Saldi lsra, terkait penyelenggaraan Pemilu di luar
jadwal lima tahunan seperti diamanatkan Pasal 22E ayat (1) UUD
1945, frasa keserentakan Pemilu, frasa Pemilu nasional secara
serentak, dan Pemilu lokal secara serentak, pernah muncul dan
diperdebatkan oleh PAH I MPR pada 2000, sehingga pemisahan
Pemilu serentak Nasional dan lokal sebenarnya memenuhi syarat
konstitusionalitas, baik dari segi original intent maupun dari
pendekatan interpretasi atas konteks yang tidak semata-mata
bersifat harfiah, tetapi juga fungsional. Meskipun ada pandangan
berbeda, termasuk pandangan dari MK pada 2015, bahwa pilkada
bukan rejim Pemilu sebagaimana dimaksud Pasal 22E UUD 1945,
tetapi secara esensial tak seorang pun bisa membantah bahwa
pilkada pada hakikatnya adalah Pemilu. Apalagi pilkada
diselenggarakan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
yang dikoordinasikan secara terpusat oleh, dan sekaligus
merupakan bagian integral dari KPU. Selain itu sengketa hasil
pilkada pun ditangani oleh MK, yang tentu saja mengandung arti
bahwa esensi pilkada pun merupakan suatu Pemilu, sehingga
selayaknya diselenggarakan sebagai bagian dari skema Pemilu
serentak lokal.
1.2 Kondisi Umum KPU Kabupaten Gresik 1.2.1 Kondisi Geografis KPU Kabupaten Gresik
a. Geografis Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Kota Surabaya, ibukota Provinsi Jawa Timur. Pusat Pemerintahan Kabupaten Gresik yaitu kecamatan Gresik berada 20 km sebelah utara Kota Surabaya. Kabupaten Gresik terbagi dalam 18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan 26 kelurahan.
Secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik terletak antara 112° - 113° BT dan 7° - 8° LS dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2-12 meter di atas permukaan air laut, kecuali kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan laut.
Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujungpangkah, dan Panceng serta kecamatan Tambak dan Sangkapura yang lokasinya berada di Pulau Bawean. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gresik sebagian besar merupakan tanah kapur yang relatif tandus. Ketinggian tanah di Wilayah Kabupaten Gresik berada pada 0 – 500 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada elevasi terendah terdapat di daerah sekitar muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong. Kondisi topografi pada Kabupaten Gresik bervariasi pada kemiringan 0-2 %, 3-15 %, dan 16-40% serta lebih dari 40 %. Sebagian besar mempunyai kemiringan 0-2 % mempunyai luas + 94.613,00 Ha atau sekitar 80,59 %, sedangkan wilayah yang mempunyai kemiringan lebih dari 40 % lebih sedikit + 1.072,23 Ha atau sekitar 0,91%.
Keadaan permukaan air tanah di Wilayah Kabupaten Gresik
pada umumnya relatif dalam, hanya daerah-daerah tertentu di
sekitar sungai atau rawa-rawa saja yang mempunyai pemukaan
air tanah agak dangkal. Pola aliran sungai di Kabupaten Gresik
memperlihatkan wilayah Gresik merupakan daerah muara
Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong dan juga dilalui oleh
Kali Surabaya di Wilayah Selatan. Sungai-sungai ini memiliki
sifat aliran dan kandungan unsur hara yang berbeda. Sungai
Bengawan Solo mempunyai debit air yang cukup tinggi dengan membawa sedimen lebih banyak dibandingkan dengan Kali Lamong, sehingga pendangkalan di Sungai Bengawan Solo lebih cepat.
Berdasarkan klasifikasi iklim, wilayah Kabupaten Gresik termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw).
Suhu rata-rata tahunan di wilayah ini adalah ±28,3°C dan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±76%. Jumlah curah hujan tahunan di wilayah Gresik adalah 1200–1600 mm per tahun dan dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–120 hari hujan per tahun. Musim di Kabupaten Gresik biasanya berlangsung sejak bulan Desember hingga bulan maret dengan bulan terbasah adalah Januari yang jumlah curah hujan per bulannya lebih dari 250 mm per bulan, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei hingga bulan Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus.
b. Penduduk Kabupaten Gresik
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gresik 2020
Age Groups Laki-Laki
Male Perempuan
Female Jumlah
Total
(1) (2) (3) (4)
0–4
49 851 47 062 96 913
5–9
52 010 49 567 101 577
10–14
52 925 49 206 102 131
15–19
52 770 49 579 102 349
20–24
51 164 49 801 100 965
25–29
52 910 51 962 104 872
30–34
51 823 51 204 103 027
35–39
53 795 53 214 107 009
40–44
54 964 54 114 109 078
45–49
49 338 48 781 98 119
50–54
42 308 42 033 84 341
55–59
34 453 34 161 68 614
60–64
26 342 27 564 53 906
65–69
18 785 18 903 37 688
70–74
9 368 11 152 20 520
75+
7 477 12 629 20 106
Kabupaten
Gresik 660 283 650 932 1 311 215
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gresik
Penduduk Kabupaten Gresik berdasarkan Sensus
Penduduk 2020 sebanyak 1.311.215 jiwa yang terdiri atas
660.283 jiwa penduduk laki- laki dan 650.932 jiwa penduduk perempuan Penduduk Kabupaten Gresik paling banyak berada di Kecamatan Menganti yakni sebanyak 144.028 jiwa atau sebesar 10,98 persen dari total penduduk di Kabupaten Gresik. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Gresik adalah Kecamatan Tambak, yang hanya didiami oleh 29.677 jiwa atau 2,26 persen dari total penduduk Kabupaten Gresik. Kepadatan penduduk di Kabupaten Gresik tahun 2020 mencapai 1.098 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk di 18 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Gresik dengan kepadatan sebesar 13.78 jiwa/km2 dan terendah di Kecmatan Tambak yakni sebesar 377 jiwa/km2.
c. Partai Politik Kabupaten Gresik
Gambar 1 Partai Politik Peserta Pemilu 2019
Jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 50 kursi terbagi menjadi 8 daerah pemilihan yaitu :
Gresik 1 (Gresik, Kebomas)
Gresik 2 (Cerme, Duduksampeyan) Gresik 3 (Menganti, Kedamean) Gresik 4 (Driyorejo, Wringinanom) Gresik 5 (Benjeng, Balongpanggang) Gresik 6 (Sangkapura, Tambak)
#01 PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
#02
PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA
#13 PARTAI HATI NURANI RAKYAT
#05 PARTAI NASIONAL DEMOKRAT
#08 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
#11 PARTAI SOLIDARITAS INSONESIA
#07 PARTAI BERKARYA
#03 PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
#04 PARTAI GOLONGAN KARYA
#06 PARTAI GERAKAN PERUBAHAN INDONESIA
#19
PARTAI BULAN BINTANG
#20
PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA
#09 PARTAI PERSATUAN INDONESIA
Nomor 15-18 diisi Partai Politik Lokal Aceh
#12
PARTAI AMANAT NASIONAL
#14 PARTAI DEMOKRAT
#10 PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN