• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan PKP MTK V CTL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan PKP MTK V CTL"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SEMETER I TAHUN

PELAJARAN 2010 – 2011 DI SDN 1 TIMAHAN KECAMATAN

KAMPAK KABUPATEN TRENGGALEK

Disusun Oleh:

ISMU SALAMAH

NIM : 818001845

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ MALANG

POKJAR TRENGGALEK

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SEMETER I TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011 DI SDN 1 TIMAHAN KECAMATAN KAMPAK KABUPATEN TRENGGALEK

Identitas Penulis

Nama Mahasiswa : ISMU SALAMAH

NIM : 818001845

Program Studi : S1 PGSD

Tempat Mengajar : SDN 1Timahan

Jumlah Siklus : 2 Siklus

Tempat Pelaksanaan : SDN 1Timahan

Tanggal Pelaksanaan :22 September dan 01 Oktober 2010

Fokus Perbaikan Pembelajaran a. Eksakta

1. Peningkatan prestasi belajar Matematika materi operasi hitung bilangan bulat

melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

2. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar materi operasi hitung bilangan bulat

melalui melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa

kelas V SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek

Trenggalek, Oktober 2010

Mengetahui, Supervisor/Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan

Profesional (PDGK 4501)

Prof.Dr. SOEDJIJONO, M.Hum NIP. 19440512 196604 1 001

Mahasiswa,

(3)

ABSTRAK

Ismu, Salamah. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan kontektual Theacing and Learning pada Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2010 – 2011 di SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, Program Sarjana, Universitas Terbuka Malang. Pembimbing : Prof. Dr. Soedjijono, M.Hum.

Kata Kunci : hasil Belajar Matematika, Penerapan Contextual teaching and Learning (CTL)

Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Timahan pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat pada semester I tahun ajaran 20010/2011 setelah dianalisis mempunyai hasi yang rendah, hal ini diduga karena pendekatan pembelajaran pada saat itu belum tepat, maka dalam penelitian kelas ini digunakan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang menekankan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek? Sedangkan tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dengan pendekatan CTL.

Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek, guru kelas V SD Negeri 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dan pengamat. Penelitian dibagi menjadi 2 siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Sedangkan indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila siswa mempunyai nilai rata-rata kelas minimal 6,5 dan ketuntasan belajar kelas diatas 75%. Pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata kelas minimal 69 sedangkan ketuntasan belajarnya adalah 65 %. Siklus II mencapai nilai rata-rata kelas 84 dan ketuntasan belajarnya adalah 85%.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah tercurahkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

kegiatan perkuliahan dan menuangkannya dalam bentuk laporan yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendekatan kontektual Theacing and

Learning pada Siswa Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2010 – 2011 di SDN 1

Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek”

Keberhasilan, kelancaran, dan kesuksesandalam penyelesaian laporan ini

kiranya tidak bisa terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc selaku kepala UPBJJ UT Malang

2. Bapak Prof. Dr. Soedjijono, M.Hum. selaku dosen pembimbing PKP yang dengan

kesabaran dan kedisiplinannya mengarahkan penulis sehingga dapat

menyelesaikan laporan PTK ini.

3. Bapak Abu Mansyur selaku Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Trenggalek, yang

memberikan ijin penulis mengikuti program perkuliahan S1 PGSD UT.

4. Ibu Munaryati, A.Ma.Pd selaku Kepala SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak

Kabupaten Trenggalek yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

5. Keluarga besar SDN 1 Timahan Trenggalek yang telah membantu penulis dalam

pelaksanaan Laporan PTK.

6. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah memberikan

andil yang besar dalam penyusunan PTK ini.

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari

Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna

dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun demi kemajuan laporan ini ke arah yang lebih baik.

Trenggalek, Oktober 2010

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Tijauan tentan Belajar ... 5

B. Implementasi Materi Pembelajaran degan Pendekatan CTL 13 BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN ... 17

A. Subyek Penelitian ... 17

B. Deskripsi Per Siklus ... 17

1. Siklus I ... 18

2. Siklus II ... 20

C. Indikator Keberhasilan ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Hasil Penelitian ... 25

B. Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta – fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus

pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan

utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar “baru” yang lebih

memperdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa

menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan

pengetahuan dibenak mereka sendiri (Diknas 2003 : 2). Melalui landasan filosofi

kontruktivisme, CTL siswa diharapkan belajar melalui”mengalami” bukan

“menghapal”.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat (Depdiknas : 2002 : 1). Dengan konsep itu belajar diharapkan

lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk

kegiatan siswa mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa perlu

mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status mereka, dan bagaimana

mencapainya. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang

memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, mereka memerlukan

guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi

informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai suatu tim yang bekerja sama untuk

menemukan sesuatu yang baru bagi siswa tersebut. Begitulah peran guru dalam kelas

yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Pada masa seperti sekarang ini kualitas sumber daya manusia sangat di perlukan

karena untuk menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang penuh dengan

persaingan, tidak menutup kemungkinan bila sebuah negara tidak mempunyai kualitas

(7)

rendahnya kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya suatu proses

belajar mengajar di suatu lingkungan pendidikan tersebut. Jika dilihat dari penyebabnya

biasa dari siswa, guru sarana dan prasarana maupun model pembelajaran yang di

gunakan. Jika minat dan motivasi dan kemampuan siswa rendah, kualitas pendidik

yang kurang profesional

Pada umumnya siswa disekolah mempunyai kesan bahwa matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit bagi mereka oleh karena itu guru – guru

matematika perlu memiliki strategi dan penguasaan yang baik tentang berbagai metode

dan pendekatan dalam proses pembelajaran matematika.

Dalam melaksanakan tugasnya guru tidak hanya berperan sebagai nara sumber

kepada siswanya saja, tetapi guru mempunyai peranan sebagai pembimbing dan juga

fasilitator. Guru sendiri menyadari peranan yang dipegangnya dalam pertemuan dengan

siswa . Berperan sebagai guru mengandung tantangan, karena di satu pihak guru harus

sabar, ramah, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan, dan menciptakan

suasana yang efektif ; dilain pihak guru harus memberikan tugas, mendorong siswa

untuk berusaha mencapai tujuan, mengadakan koreksi, menegur dan menilai sebelum

proses belajar mengajar di mulai. Siswa pada suatu kelas umumnya merupakan

kumpulan individu - individu yang heterogen, artinya mereka memiliki perbedaan

individual dalam proses belajar mengajar. Perbedaanperbedaan tersebut antara lain

perbedaan intelegensi, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisiologis, dan faktor

lingkungan. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka ada siswa yang

memiliki kemampuan tinggi dan ada pula siswa yang kurang mampu dalam mengikuti

pelajaran.

Sesungguhnya matematika itu merupakan ilmu abstrak yang butuh ketelitian,

kesabaran, keuletan dan kesungguhan guru dalam menerapkan konsep dan mengetahui

keadaan kondisi murid. Pada umumnya siswa berfikir dari hal - hal yang konkret

menuju hal-hal yang abstrak. Agar siswa dapat berfikir yang abstrak digunakan bantuan

yaitu dengan menggunakan media pendidikan atau alat peraga. Keterlibatan latar

belakang keluarga dan ketimpangan ekonomi yang begitu minim berdampak pada

motivasi anak menekuni pelajaran matematika dan juga berpengaruh pada hasil belajar

anak yang belum memenuhi taraf maksimal. Maka dari itu peneliti membuat alat

(8)

ekonomi, yaitu alat peraga tersebut berupa kartu mainan yang bahannya dari kertas dan

bisa dibeli dengan harga terjangkau.

Matematika adalah sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat

pesat, baik materi maupun kegunaanya . Dalam usaha untuk menanggulangi rendahnya

hasil belajar matematika dan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Maka

pemerintah telah melakukan berbagai usaha antara lain dengan perubahan kurikulum

pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada

semua jenis dan jenjang pendidikan. Pada tahun 1975 telah disusun kurikulum

matematika yang kemudian disempurnakan tahun 1984 kemudian disempurnakan lagi

tahun 1994 dan tahun 2004 . sekarang yang dipergunakan adalah yaitu kurikulum tahun

2006 yang disebut dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan

kurikulum KTSP ini berorentasi pada tujuan instruksional yang hendak dicapai dan

prinsip belajar tuntas, (mastery learning ). Agar tujuan pembelajaran tercapai dan

ketuntasan belajar dapat terwujud dengan maksimal , maka kesalahan-kesalahan dalam

menyelesaikan soal-soal cerita pada pokok bahasan operasi hitung campuran perlu

diketahui sedini mungkin. Hal ini untuk menghindari kesulitan belajar yang

berlarut-larut dan terbawa sampai padajenjang yang lebih tinggi. Kemudian soal cerita

merupakan hal yang paling sulit dialami siswa didalam menyelesaikannya

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengadakan penelitian dengan

judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Hitung Campuran dengan

Pendekatan Contextual Teaching And Learning(CTL) Pada Siswa kelas 5 SDN 1

Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.

B. Permasalahan

1. Apakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan soal cerita hitung campuran dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) Pada Siswa kelas 5

SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dapat meningkat ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

menyelesaikan soal hitung campuran dengan pendekatan Contextual Teaching and

(9)

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat yang

berarti bagi siswa, guru dan sekolah.

1. Bagi siswa

a. Siswa memperoleh motivasi belajar sehingga lebih giat belajar matematika.

b. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang mengandung pengerjaan hitung

campuran.

c. Siswa merasa senang untuk belajar matematika, tidak menganggap matematika

sebagai momok di sekolah.

d. Meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa

2. Bagi guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai materi pada operasi hitung

campuran.

b. Menambah semangat guru untuk belajar mengajar dan mendidik.

c. Menambah wawasan guru tentang strategi pembelajaran matematika yang

membuat suasana kelas kondusif .

d. Meningkatkan kualitas guru

e. Meningkatkan kreativitas guru dalam memanfaatkan benda – benda di

sekitarnya untuk dijadikan media pembelajaran yang menarik.

3. Bagi sekolah

a. Meningkatkan mutu kualitas sekolah khususnya pelajaran matematika.

b. Memberi kontribusi yang lebih baik pada sekolah dalam rangka perbaikan

pembelajaran khususnya pada pokok bahasan operasi hitung campuran, serta

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Belajar

Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar psikologi,

antara lain:

1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2)

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena

hasil dari pengalaman.

2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar

merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau

pengalaman.

3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

4. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan

perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode

waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Menurut Hamalik :1986 : 41 Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah menilai melakukan

kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya, oleh

karena belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah

dilakukan oleh manusia.

Sudjana: 1989 mengatakan bahwa belajar adalah proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan Gagi Berliner juga mengatakan

bahwa belajar adalah suatu proses di mana organisme berubah perilakunya akibat

pengalaman (Anonim 1996 : 4).

Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung

tiga unsur utama, yaitu:

a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

(11)

Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai

akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang

dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri

Catharina (2004: 3).

Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60)

dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan

ranah belajar, yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan

kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan,

pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk,

merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini

berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini

mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima

sampai dengan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan

fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi

syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali

tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.

Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan

karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.

2. Hakikat pembelajaran

Hakikat pembelajaran adalah merupakan sebuah proses pembelajaran dimana

guru berfungsi sebagai tranformator dan siswa sebagai mediator dengan menggunakan

media dan alat peraga tertentu untuk memperjelas pemahaman suatu konsep.

Selain itu mengajar dapat diartikan mengatur dan mengorganisasikan

(12)

siswa untuk melakukan kegiatan belajar.Dengan demikian pemikiran antara para ahli

yang satu dengan yang lainya berbeda permasalahannya.

a. Teori William Brownell

Dalam mengajarkan matematika di pendidikan dasar sebaiknya juga menggunakan

alat peraga benda konkret.

b. Teori Dienes (1965)

Bagian ini Dienes berpendapat , sebaiknya konsep diajarkan melalui penemuan ,

tidak melalui pemberitahuan dan siswa sebaiknya berpengalaman memanipulasi

benda konkrit . pengajaran dimulai dengan contoh-contoh yang menuju pada suatu

konsep, secara induktif.

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu

untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif Sudjana (1989: 99). Kemudian

Ruseffendi (1982 : 6) juga berpendapat, sebaiknya mengajarkan sesuatu konsep

diusahakan melalui berbagai media dan berbagai cara mengajar agar lebih dapat

dipahami

3. Pembelajaran matematika pendidikan dasar

Mata pelajaran matematika di pendidikan dasar berfungsi mengembangkan

kemampuan, berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol - simbol serta

ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika di pendidikan dasar diutamakan agar siswa mengenal yang

diperlukan sehingga memahami secara mahir menggunakan soal cerita dalam kaitannya

dalam praktek kehidupan sehari-hari

Matematika sebagai sistem yang deduktif formal mengandung arti bahwa

matematika harus dikembangkan berdasarkan pola pikir atau penalaran edukatif dan

setiap prinsip,teori, dalil dalam matematika harus dibuktikan kebenarannya secara

formal berdasarkan konsistensi kebenaran. Namun perinsip dalam matematika perlu

dibuktikan dengan pola pikir deduktif hal ini dimaksudkan agar matematika yang

(13)

Tujuan pembelajaran matematika :

Secara umum pembelajaran matematika meliputi :

1. mempersiapkan siswa dalam menghadapi masalah sehingga mampu

menyelesaikan secara logis, kritis, rasional, cermat dan jujur,

2. mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir,

matematika dalam kehidupan sehari – hari dan dalam mempelaja mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Secara khusus tujuan pembelajaran matematika yaitu:

1. siswa memiliki kemampuan yang dapat di alih gunakan melalui kegiatan

matematika

2. siswa memiliki ketrampilan matematika untuk dapat digunakan dalam

kehidupan sehari – hari .

3. siswa memiliki pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika, sikap kritis, logis,objektif, terbuka, kreatif serta inovatif.

Sejauh mana siswa memahami konsep soal cerita hitung campuran dan seberapa jauh

siswa memahami serta menguasai cara pengerjaan soal cerita hitung campuran pada

sub pokok operasi hitung campuran

Guru menyajikan bermacam - macam informasi yang harus dipelajari oleh

siswa, siswa diharapkan untuk dapat menerima dan mengolah informasi ini menjadi

bentuk yang dapat disimpan didalam ingatannya dan memakainya

kembali atau memindahkannya kedalam situasi lain apabila diperlukan. Kemampuan

siswa untuk menerima dan mengolah tersebut sangat bervariasi , siswa tidak mungkin

dapat menerima atau mempelajari semua informasi yang ada. Dia akan menyeleksi dan

mendeteksi sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya.. memori dikenal sebagai

ingatan yang sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap-menangkap

informasi dari stimuli, dan merupakan tempat penyimpanan informasi dan pengetahuan

yang terdapat didalam otak manusia. kegiatan belajar mengajar dikatan efisien kalau

hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan usaha yang seminim mungkin.

Perwujudan perilaku belajar biasanya terlihat dalam perubahan perubahan kebiasaan,

ketrampilan, dan pengamatan,sikap dan kemampuan tersebut sebagai hasil belajar.

Secara umum belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

(14)

4. Hasil belajar Matematika

Hasil belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur.

Sudjana (1995 : 22 ) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman

belajarnya. Dalam belajar matematika terjadi proses berfikir dan terjadi kegiatan mental

dalam kegiatan menyusun hubungan - hubungan antara bagian-bagian informasi yang

diperoleh sebagai pengertian. karena itu orang menguasai hubungan-hubungan tersebut.

Dengan demikian ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang

dipelajari tersebut. Gagne (dalam Sudjudi : 2005) mengelompokkan hasil belajar

menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual, strategi

kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik, dan sikap.

Gagne dan Briggs N (dalam Gufron : 2005) meenerangkan bahwa hasil belajar

yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah

1. Ketrampilan intektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan

prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, kosep konkrit dan terdefinisi,

kaidah serta prinsip.

2. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah – masalah

baru dengan jalan mengatur proses internal masing – masing dalam

memperhatikan , mengingat, dan berfikir.

3. Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan

kata – kata mengatur informasi – informasi yang relevan .

4. Ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan

mengkoordinasikan gerakan – gerakan yang berhubungan dengan otot.

5. Sikap merupakan kemampuan internal yan berperan dalam mengambil tindakan

untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Bloom (dalam Gufron : 2005) membagi hasil belajar menjadi tiga bagian yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotor. Bagian kognitif berkenaan dengan ingatan atau

pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan - ketrampilan . bagian

afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian

atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Bagian psikomotorik adalah

(15)

dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun

secra hirarkis dari paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu; (1)

Pengetahuan adalah pengetahuan mengingat kembali hal - hal yang telah dipelajari; (2)

pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal; (3) penerapan

adalah kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi

situasi – situasi baru dan nyata; (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu

menjadi bagian – bagian sehingga struktur organisasinya dapat difahami; (5) sintesis

adalah kemampuan untuk memadukan bagian – bagian menjadi suatu keseluruhan yang

berarti; (6) penilaian adalah kempuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria

intern atau kelompok atau kriteria ekstern ataupun yang ditetapkan lebih dahulu.

Berdasarkan pandangan - pandangan para ahli di atas maka yang dimaksud

dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil seseorang siswa

dalam mengikuti proses pengajaran matematika pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar

yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan

matematika Tidak semua materi pelajaran dapat dipelajari dengan ingatan saja

melainkan harus dengan percobaan atau dengan didemonstrasikan .

4. Pengertian Contextual Teaching and Lerning ( Diknas : 2002 ).

Pembelajaran kontekstual (contextual Teaching and Learning) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- hari, dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu.

1) Konstruktivisme (Constructivism)

2) menemukan (Inquiry)

3) bertanya (Questioning)

4) masyarakat belajar (Learning Community)

5) pemodelan (Modeling)

6) refleksi (Reflection)

(16)

Konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berfikir filosofi

pendekatan CTL , yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak

sekonyong - konyong. Dalam pandangan kontruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih

diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat

pengetahuan.

Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan

hasil mengingat seperangkat fakta- fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Bertanya

(Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran CTL bertanya dalam

pembelajaran dipanadang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan

menilai kemampuan siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam

menggali informasi yang belum diketahuinya questioning dapat diterapkan: antara

siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa

dengan orang lain yang didatangkan kekelas, dan sebagainya.

Masyarakat belajar (Learning Community) menyarankan hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain . hasil belajar diperoleh dari sharing antara

teman, antar kelompok, dan atara yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar

bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah (two way)

Pemodelan (Modeling) maksudnya dalam pembelajaran ketrampilan atau

pengetahuan tetentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa cara mengoperasikan

sesuatu. Misalnya cara menerjemahkan soal cerita hitung campuran. Memahami dan

membaca cepat scanning . dalam CTL guru bukan satu - satunya model. model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Alat peraga dan sebagainya.

Refleksi (Reflection) juga bagian penting dalam dalam pembelajaran dengan

pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru

diterima.

Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) adalah porses pengumpulan

berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

(17)

siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu bukan ditekankan pada

diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Kemajuan

belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil dan dengan berbagai tes hanya salah

satunya. itulah yang sebenarnya.

Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

No

Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional

1

Siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

Siswa adalah penerima informasi secara pasif

2

Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi

Siswa belajar secara individu

3

Pembelajaran dikaitkan dengankehidupan dunia nyata dan/atau masalah yang disimulasikan

Pembelajaran secara abstrak dan teoritis

4

Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan

5

Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan

6

Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor

7

Seseorang tidak melakukan hal yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan

Seseorang tidak melakukan hal yang jelek karena takut hukuman

8

Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata

Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, yaitu rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatih (drill)

9

Pemahaman rumus dikem- bangkan atas dasar skemata (kumpulan konsep/ketegori yang digunakan individu ketika ia berinteraksi dengan lingkunga-nnya) yang sudah ada dalam diri siswa.

Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafal, dan dilatih.

10

Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan skemata siswa.
(18)

pemahaman rumus yang salah

11

Siswa menggunakan kemam-puan berfikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya pembelajaran yang efektif, ikut tanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masingmasing ke dalam pembelajaran

Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengar, mencatat, menghafal), tanpa memberikan konstribusi ide ke dalam pembelajaran.

12

Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya.

Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia.

13

Karena ilmu pengetahuan dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia itu sendiri, sementara manusia mengalami peristiwa yang baru, maka pengetahuan itu tidak stabil, selalu berkembang

Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

14

Siswa diminta bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing

Guru adalah penentu jalannya pembelajaran.

15

Penghargaan terhadap pengala-man siswa sangat diutamakan

Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa

16

Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll.

Hasil belajar hanya diukur dengan tes.

17

Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting

Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

18

Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek

19

Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

Perilaku baik berdasarkan motivasi Ekstrinsik

20

Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.

Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan itu dibangun dengan hadiah yang menyenangkan

(19)

Zahorik (1995 : 14 -22) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek

dalam pembelajaran kontekstual

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)

3) Pemahaman pengetahuan ( understanding knowledge)

4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge)

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana

kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa

yang akan dilakukan bersama siswanya.

B. Implementasi Materi Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Bulat degan Pendekatan CTL

Materi yang diajarkan pada operasi bilangan bulat di SD kleasn V yaitu:

Standar Kompetensi

1.

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

1.2

Melakukan operasi hitung campuran

Adapun materi yang dijarkan adalah sebagai berikut:

Operasi Hitung Bilangan Bulat

1, 2, 3, 4, 5 merupakan bilangan bilangan bulat positif dan –5, – 4, –3, –

2, –1 merupakan bilangan-bilangan bulat negatif. Sedangkan 0, 1, 2, 3, 4, 5

merupakan bilangan-bilangan bulat tidak negatif atau bilangan-bilangan cacah.

selanjutnya 1, 2, 3, ... dinamakan bilangan-bilangan bulat positif, dan ..., –3, –2,

–1 dinamakan bilangan-bilangan bulat negatif, dan ..., –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, ...

(20)

Mengnal Bilangan Bulat Positif dan Negatif  6 dibaca positif enam atau enam  - 6 dibaca negatif enam

 Bilangan negatif satu ditulis -1  Bilangan satu/ positif satu dulis 1 a. Penulisan dengan garis bilangan.

= 4 (empat) = - 4 (negatif empat)

b. Model alat peraga gari bilangan

Untuk merepresentasikan bilangan positif (+) mobil bergerak maju

(21)

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Timahan yang

beralamatkan Desa Timahan, kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Adapun

pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada kelas V tahun pelajaran 2010/2011

dengan jumlah siswa 20 anak.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Hasil pekerjaan siswa pada tes awal dan tes akhir.

2. Hasil observasi untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

3. Rekaman hasil wawancara dengan subyek penelitian untuk menggali pemahaman

materi.

4. Hasil pencatatan lapangan selama proses pelaksanaan penelitian.

5. Angket digunakan untuk menelusuri sikap, minat, respon dan motivasi siswa.

B. Deskripsi Per Siklus

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus

dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Tiap - tiap siklus direncanakan berkesinambungan,

artinya proses dan hasil siklus I akan ditindak lanjuti dalam siklus 2. Prosedur

penelitian tindakan kelas ini setiap siklus meliputi; (1) Perencanaan (Planing); (2)

Tindakan (acting); (3) Observasi (observing); (4) Refleksi (reflecting) .

(22)

Siklus 1

Siklus 2

Dst. Gambar 3.1 :Alur Pelaksaan PTK M odel Kemmis dan Taggart

(W iriaat maja, 2003: 19) Rencana t indakan

(planing)

Analisis & refleksi

observasi

Pelaksanaan tindakan

Perbaikan

rencana tindakan

Analisis & refleksi

observasi Pelaksanaan

(23)

1. Siklus I

Pada siklus ini terdiri dari beberapa hal yang dapat menunjang

tercapainya belajar mengajar yaitu :

a. perencanaan (planing)

1) Menyusun rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran dengan

pendekatan contextual teaching and learning menggunakan kartu mainan

2) Menyiapkan alat Bantu mengajar dan mengumpulkan data

3) Menyiapkan alat peraga gambar persegi panjang dan segitiga.

4) Menyusun alat evaluasi.

b. Tindakan (acting)

1) Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab tentang penjumlahan

dan pengurangan dengan tujuan:

a) mengingat kembali konsep penjumlahan

b) agar siswa memehami materi dengan tepat

c) pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan

d) memusatkan perhatian pada situasi belajar.

2) Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan

3) Proses tranformasi materi

a) Guru memperagakan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung

campuran dengan media kartu mainan .

b) Guru membimbing dan mengamati siswa dalam menyelesaikan soal

cerita yang mengandung penjumlahan dan pengurangan.

c) Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk menulis hasil

kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan guru siswa diharapkan dapat

menarik kesimpulan dari materi yang sedang dipelajari.

d) Guru memberi tes siklus

c. Observasi (observing)

1) Tehnik pengumpulan data

a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan lembar kerja siswa.

b) Observer mengamati dan memberikan penilaian proses pembelaran dari

(24)

2) Alat pengumpulan data

a) Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk memperoleh data

kuantitatif di akhir siklus I

b) Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas

4. Refleksi (reflecting)

Hasil refelksi merupakan landasan untuk menentukan tindakan pada siklus

meliputi :

a) Mengetahui kemampuan hasil belajar siswa

b)Mengetahui kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan

pendekatan Contextual teaching and learning

2. Siklus II

1. Perencanaan ( planing)

Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan siklus I, hanya materinya

diganti dengan pembagian dan perkalian

2. Tindakan (acting)

a. Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab tentang pembagian

dan perkalian dengan tujuan:

1. mengingat kembali konsep penjumlahan

2. agar siswa memahami materi dengan tepat

3. pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan

4. memusatkan perhatian pada situasi belajar.

b. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan

c. Proses tranformasi materi

1. Guru memperagakan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung

campuran dengan media kartu mainan .

2. Guru membimbing dan mengamati siswa dalam menyelesaikan soal cerita

yang mengandung pembagian dan perkalian.

3. Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk menulis hasil

kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan guru siswa diharapkan dapat

menarik kesimpulan dari materi yang sedang dipelajari.

(25)

3. Observasi (observing)Tehnik pengumpulan data

a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan lembar kerja siswa.

b. Observer mengamati dan memberikan penilaian proses pembelaran dari awal

hingga akhir.

c. Alat pengumpulan data

d. Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk memperoleh data

kuantitatif di akhir siklus I

e. Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas

3. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini dilakukan analisis data dan pembahasannya. Kegiatan ini untuk

melihat sejauh mana efektivitas kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga

kartu mainan dengan pendekatan Contextual teaching and learning pada pokok

bahasan soal cerita hitung campuran serta untuk mengetahui perubahan - perubahan

yang terjadi baik pada siswa, suasana kelas, maupun guru.

C. Indikator keberhasilan 1. Tes.

Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal meliputi skor hasil tes

pengetahuan pra syarat yang diberikan sebelum tindakan, hasil tes setiap akhir

tindakan, dan hasil pekerjaan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hasil

tes tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan pencapaian

hasil belajar siswa.

Salah satu contoh penggunaan rumus prosentase ketuntasan klasikal adalah:

%

X =

100

%

%X = Persentase ketuntasan klasikal.

X1 = Jumlah siswa yang tuntas individu.

N = Jumlah siswa seluruh kelas.

Nilai ketercapain hasil belajar/pemahaman siswa mempunyai rentang antara 0 –

100 yang diketegorikan dalam lima taraf keberhasilan yaitu:

0 – 24 = Sangat kurang 65 – 79 = Baik

25 – 49 = Kurang 80 – 100 = Sangat baik

(26)

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru selama kegiatan

pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi dimaksud untuk mengetahui adanya

kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data

aktifitas siswa. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat/observer

dengan menggunakan lembar observasi. Kriteria keberhasilan proses ditentukan

dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Hasil

observasi dapat dimasukkan dalam rumus fleksibel:

Nilai rata –rata (NR) = X 100%

4 = Sangat baik 2 = Cukup baik

3 = Baik 1 = Kurang baik

(Suharsimi Arikunto, 1997)

Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut:

75% < NR ≤ 100% : Sangat baik, 25% < NR ≤ 50% : Cukup baik

50% < NR ≤ 75% : Baik, 0% < NR ≤ 25% : Kurang baik

3. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (dalam Narbuko,

2003:83). Wawancara dilakukan untuk menelusuri dan menggali pemahaman siswa

tentang materi yang diberikan, yang mungkin sulit diperoleh hasil pekerjaan siswa

maupun melalui observasi. Selain itu wawancara juga digunakan untuk mengetahui

pendapat siswa saat proses belajar mengajar.

4. Angket

Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu

masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket digunakan untuk mendeteksi sikap,

minat, respon dan motivasi siswa terhadap pembelajaran.

Contoh angket yang memiliki pertanyaan positif sebagai berikut:

Setiap jawaban “Ya” diberi skor 2, jawaban “Tidak” diberi skor 1 dan apabila tidak

menjawab diberi skor 0. Analisis data angket dilakukan dengan mengkaji setiap

pertanyaan.

(27)

1,75 < skor rata-rata ≤ 2,00 : sangat positif

1,50 < skor rata-rata ≤ 1,75 : positif

1,25 < skor rata-rata ≤ 1,50 : negatif

1,00 < skor rata-rata ≤ 1,25 : sangat negatif

5. Catatan Lapangan

Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam

dalam instrumen pengumpul data yang ada. Dengan demikian diharapkan tidak ada

data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.

Pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada metode-metode tertentu untuk

menjamin kepercayaan data yang diperoleh pada penelitian, yaitu: (1) perpanjangan

keikutsertaan, (2) ketekunan pengamat, dan (3) triangulasi data.

(1) Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan peneliti, sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak dilakukan dalam waktu singkat,

tetapi memerlukan waktu keikutsertaan yang panjang pada latar penelitian.

Dengan cara seperti ini, dapat meningkatkan tingkat kepercayaan data yang

dikumpulkan. Penpanjangan keikutsertaan peneliti dilakukan dengan menguji

kebenaran data atau informasi yang diperoleh kepada seluruh pihak yang terkait

dalam penelitian ini stelah selesainya waktu penelitian.

(2) Ketekunan pengamat

Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unur

dalam situasi yang sangat relefan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari

dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong,

2000:177).

(3) Triangulasi data

Triangulasi sumber data adalah pemerikasaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2000:178).

Trangulasi sumber data dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran data

tertentu dari penelitian kepada dosen lain yang membidangi masalah pada

(28)

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian

kualitatif, maka data yang tekumpul dalam penelitian dianalisis dengan mengunakan

metode analis data kualitatif.

Setiap tindakan dikatakan berhasil apabila memenuhi dua kriteria keberhasilan

yaitu kriteria keberhasilan proses dan kriterian keberhasilan hasil belajar. Kriteria

keberhasilan proses ditinjau dari penilaian observasi pada aktifitas guru maupun siswa

menunjukkan skor 50% < NR ≤ 75% atau kriteria positif. Sedangkan kriteria

keberhasilan hasil belajar dapat ditinjau dari hasil tes, berdasarkan SKBM (Standar

Ketuntasan Belajar Minimum) SDN 1 Timahan meneapkan syarat ketuntasan

diantaranya: (1) ketuntasan inidividual: skor ≥ 70, (2) ketuntasan klasikal : 75%.

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat

dari :

1. Nilai rata - rata kelas minimal 70

(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Untuk dapat menyajikan data hasil penelitian, maka peneliti melakukan

kegiatan-kegiatan penelitian yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pra Tindakan.

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti mengadakan

observasi awal yaitu untuk mengetahui tentang keadaan pembelajaran Matematika dan

aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung di SDN 1 Timahan Kecamatan

Kampak Kabupaten Trenggalek. Oleh kerena itu pada hari Senin tanggal 20 September

2010 peneliti meminta izin kepada Ibu Munaryati, S.Pd selaku kepala SDN 1 Timahan

untuk melakukan penelitian.

Ternyata setelah peneliti melakukan observasi diketahui bahwa siswa kelas V

mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran Matematika khususnya materi operasi

hitung bilangan bulat. Untuk itu peneliti mencoba untuk melaksanakan pembelajaran

dengan menerapkan metode pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

untuk materi operasi hitung bilangan bulat dengan harapan terjadi peningkatan prestasi

belajar siswa.

Selain itu, selama ini siswa dalam belajar lebih banyak secara individu dari pada

kelompok. Sehingga menyebabkan kurangnya interaksi dan komunikasi siswa dengan

teman maupun guru. Hal ini mengakibatkan siswa takut atau enggan mengemukakan

pendapat, ide, pertanyaan maupun saran, dan kalaupun ada yang berani itu hanya pada

siswa tertentu saja, biasanya siswa-siswi yang pandai dan menonjol dalam kelas

tersebut.

Beberapa hal yang dilakukan pada kegiatan pratindakan diantaranya:

a. Peneliti bersama observer merumuskan permasalahan secara operasional, relevan

(30)

b. Peneliti bersama observer merumuskan hipotesis tindakan. Penelitian tindakan lebih

menitikberatkan pada pendekatan naturalistik, sehingga hipotesis tindakan yang

dirumuskan bersifat tentative yang mungkin mengelami perubahan sesuai dengan

keadaan lapangan.

c. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang didalamnya meliputi:  Menetapkan indikator desain pembelajaran kontekstual.

 Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa catatan lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumentasi, dan catatan harian.

 Menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

d. Membuat soal tes awal / pre tes.

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa tentang operasi hitung

bilangan bulat perlu diadakan tes awal.

e. Menentukan sumber data.

Sumber data yang digunakan adalah siswa kelas V SDN 1 Timahan Kecamatan

Kampak Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 20

siswa.

f. Melakukan tes awal / pre tes.

Pada hari Senin tanggal 20 September 2010 dimulai pukul 07.30 WIB dilaksanakan

tes awal / pre tes. Hasil tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa mengenai operasi hitung bilangan bulat yang nantinya digunakan

untuk menentukan strategi apa yang tepat untuk pembelajaran oprasi hitung bilngan

bulat.

g. Mentukan subyek wawancara.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak

Kabupaten Trenggalek. Untuk mempermudah dalam proses pengamatan dengan

melihat hasil tes awal/pre tes maka diambil 3 siswa dengan nilai terendah, nilai

(31)

2. kegiatan Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dipaparkan

sebagai berikut:

a. Siklus I

1. Perencanaan Tindakan.

Berdasarkan temuan pada tahap kegiatan pra tindakan, disusunlah

rencana tindakan dan perbaikan atas masalah-masalah yang ditemukan dalam

proses pembelajaran. Rencana dari tindakan ini disesuaikan dengan hasil

observasi yang dilakukan peneliti pada tempat penelitian. Adapun rencana yang

dilakukan pada perencanaan tindakan ini adalah:

1) Menyusun rencana tindakan berupa rencana pembelajaran.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini disesuaikan

dengan metode yang akan digunakan yaitu pembelajaran melalui pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat.

2) Membuat lembar observasi.

Pada hari Rabu 22 September 2010 peneliti membuat lembar observasi.

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan makan disusun dua lembar

observasi yaitu:

 Lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi kegiatan guru pada waktu mengajar, sebagai observernya adalah guru kelas IV.

 Lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa pada proses belajar mengajar. (lembar observasi terlampir).

3) Membuat LKS.

LKS ini dibuat untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tentang

materi operasi operasi hitung bilangan bulat. Pembuatan LKS ini disesuaikan

dengan metode pembelajaran yang akan peneliti gunakan yaitu Contextual

Teaching and Learning. LKS ini diharapkan dapat membantu sisws

(32)

4) Membuat Soal atau Tes

Pembuatan soal atau tes ini disesuaikan dengan metode pembelajaran

yang digunakan oleh peneliti yaitu CTL. Soal tes ini terdiri dari soal kelompok

dan soal tes indidu di akhir kegiatan.

2. Pelaksanaan Tindakan.

Di dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada hari Rabu , 22

September 2010. Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah

sebagai berikut:

No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa Komponen

A. Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan mendata siswa yang hadir

Siswa membalas salam guru

2 Guru mengingatkan kembali tentang penjumlahan dan pengurangan (aperspsi)

Siswa memperha-tikan apa yang disampaikan oleh guru

Tanya jawab

3. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu agar siswa mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.

Siswa memperhatikan penjelasan guru

4. Guru memotivasi siswa agar melaksanakan kegiatan dengan penuh semangat

Siswa memper-siapakan diri untuk melaksanakan pembe-lajaran

5. Guru menginformasikan pokok bahasan dalam pembelajaran hari ini

Siswa menyimak informasi guru

B. Kegiatan Inti

1. Guru menejelaskan sifat – sifat operasi hitung.

Siswa memperhatikan keterangan guru

Ceramah

2. Guru mendemonstrasikan alat peraga berupa mobil - mobilan.

Siswa memperhatikan demonstrasi guru

Modelling

3. Guru memberikan informasi jika

Mobil bergerak maju artinya itu adalah operasi penjumlahan, dan jika mundur adalah pengurangan.

Siswa mengembangkan pengetahuannya,

kemudian bila ada siswa yang dapat menghubungkannya maka siswa diminta untuk menjawabnya.

Inquiry

6. Guru membentuk 4 kelompok dari 20 siswa yang hadir tiap Kelompok beranggotakan :

Siswa membetuk kelompok dan

(33)

 beranggotakan 5 siswa.

 Membuat model pembelajajan dari papan yang diberi tanda nomer dan mobil mainan.

sanakan kegiatan

7. Guru membagikan LKS berserta peralatan kerja kelompok Guru memberikan petunjuk pengisian LKS serta cara menggunakan mainan/ alat peraga.

Siswa memperhatikan petunjuk guru.

Learning community

8. Guru mengawasi kerja tiap kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Kelompok bekerja dibawah bimbingan guru.

Learning community

9. Guru mempersilahkan wakil kelompok untuk mengerjakan hasil kerja kelompok di depan kelas.

Wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

10 Guru mengoreksi hasil kerja kelompok berserta dengan siswa yang lain

Siswa ikut mengoreksi jawaban yang dikerjakan oleh rekannya di depan kelas.

11. Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan LKS dengan benar sebagai penguatan.

Siswa memberikan tepuk tangannya

C Penutup

1. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan.

“Jika operasi penjumlahan maka mobil pada papan peraga harus bergerak maju, dan sebaliknya. Dan jika bilangan tersebut positif maka mobil tidak berputar arah dan jika bilangan itu negatif maka mobil harus berputar arah”.(terlampir dalam ringkasan

materi.)

Siswa menjawab pertanyaan siswa.

Reflection

2. Guru menanyakan apakah siswa dapat memahami materi yang telah diberikan?

Siswa menjawab – pertanyaan guru dengan mantap

Reflection

3. Guru menanyakan apakah pelajaran hari ini sangat menyenangkan dan bila diberikan pada pembelajaran yang akan datang apakah siswa bersedia!

Siswa memperhatikan pesan guru.

4. Guru mengingatkan materi pembelajaran yang akan dilakukan besok kepada siswa dan apa yang harus dipersiapkan besok!.

Siswa memperhatikan pesan guru.

5. Guru menutup pelajaran dengan salam

Siswa menjawab salam guru

Sebelum pelaksanaan tindakan guru menjelaskan terlebih dahulu tentang

(34)

saat guru menjelaskan materi kepada siswa, siswa kelihatan tegang. Apabila guru

memberikan pertanyaan secara lesan kepada siswa terlihat beberapa siswa diam dan

tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru hal itu dilihat dari data yang

terangkum mengenai partisipasi siswa, dalam pembelajaran siswa antara lain ;

1) Banyak siswa yang aktif 25 % dari jumlah siswa

2) Banyak siswa yang kurang terlibat dan tidak aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran 25% atau 5 siswa.

3) Siswa yang memperoleh nilai > 7,5 sebanyak 11 dari 20 siswa. (berdasarkan

nilai pada tes kelompok)

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa merasa takut untuk

bertanya kepada guru hal itu menyebabkan ketidak aktifan siswa dalam pembelajaran.

Selanjutnya guru dan siswa melaksanakan skenario yang telah di tentukan , yakni guru

menjelaskan operasi hitung bilangan bulat Sehingga anak benar-benar faham tentang

konsep operasi hitung.

3. Hasil pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini

peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah

guru kelas IV SDN 1 Timahan Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.  Observasi untuk guru

Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa:

- Guru kurang jelas dalam penyampaian materi.

- Guru dalam menjelaskan dan dalam memberikan tugas belum menghubungkan

dengan kehidupan sehari-hari.

- Guru kurang dapat memberikan motivasi pada siswa.

- Guru kurang memberi waktu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

- Guru tidak memberi kesempatan siswa yang belum mengerti untuk bertanya.

- Guru belum mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan.  Observasi untuk siswa

Dari hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa:

- Banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru (kurang antusias)

(35)

- Siswa masih malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang kurang

jelas.

- Siswa sulit jika disuruh untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.

- Siswa masih malas dalam membuat rangkuman.

4. Refleksi

Hasil analisis mengunakan metode Contektual Teaching and Learning.

Hasil observasi pembelajaran di kelas selama proses belajar mengajar pada siklus

I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (2 X 35 menit) yang dikemas dalam

lembar observasi. Lembar observasi ini terdiri dari dua lembar observasi yaitu

observasi untuk guru dan observasi untuk siswa(terlampir). Dalam siklus I ini

[image:35.612.112.500.325.386.2]

lembar observasi secara ringkas dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1: Data hasil observasi guru dalam proses pembelajaran pada siklus I

No. Nama Observer Jumlah Skor Skor maks

1. Sulistyani ,S.Pd 38 56

Berdasarkan data observasi guru terdapat 14 aspek pengamatan sehingga diperoleh skor

maksimal adalah 56 (4 x 14 item pengamatan)

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

56 X 100%

(36)

 Analisa Data Observasi Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas dan keterlibatan siswa selama

[image:36.612.111.523.175.238.2]

proses pembelajaran pada siklus I disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Data hasil observasi aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses

pembelajaran pada siklus I

No. Nama Observer Jumlah Skor Skor maks

1. Sulistyani ,S.Pd 34 52

Berdasarkan data observasi guru terdapat 12 aspek pengamatan sehingga diperoleh skor

maksimal adalah 52 ( 4 x 13 item aspek pengamatan).

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

52 X 100%

= 65,38%

Nilai NR di atas jika dikonversikan ke dalam kriteria taraf keberhasilan tindakan, maka

aktivitas dan ketrlibatan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan

mendia manik yang dilaksanakan oleh guru termasuk kriteria “Baik” ( kisaran NR :

50% < NR ≤ 75%).

 Analisa Hasil Tes Siswa

Pada langkah perencanaan sebelum melaksanakan tes, guru telah

menetapkan nilai batas ketuntasan yang harus dicapai siswa sebagai batas

pencapaian ketuntasan individual siswa, yaitu nilai 65 dengam persentase

ketuntasan kelas minimal yang ingin dicapai sebesar 75% dari jumlah siswa. Selain

itu sebelum melakukan tindakan guru juga telah melakukan tes, tujuannya untuk

mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan pada siklus I

(37)
[image:37.612.130.506.76.661.2]

Tabel 4.3 : Data hasil test siswa pada sebelum siklus dan siklus I

No. Nama Responden

Nilai Keterangan ketuntasan Individual Sebelum

Siklus Siklus I

Sebelum

Siklus Siklus I

1. Aqil Ramadhan 40 80 TT T 2. Bayu Anggara 60 80 TT T 3. Bery Nuranto 60 80 TT T 4. Feni Maliya 40 60 TT TT 5. Gita Ramadant 40 40 TT TT 6. Heny Irawati 70 80 T T 7. Herik Julian 70 80 T T 8. Jepri Mustaim 50 80 TT T 9. Khairina Mahrani 60 80 TT T 10. Mery Astuti 50 40 TT TT

11. Mustakim 70 80 T T

12. Nopa Rayani 70 80 T T 13. Rendi Puspita 40 40 TT TT 14. Rini Rindiani 60 60 TT TT

15. Sri Rahayu 70 80 T T

16. Surianti Dewi 60 80 TT T

17. Suryadi 40 40 TT TT

18. Taufik Hidayat 60 60 TT TT

19. Tia Nadira 70 80 T T

20. Wahyudiansyah 70 80 T T

Jumlah 1150 1380 TT = 13

T = 7

TT = 7 T = 13

Rata-rata 57,5 69

Ketuntasan kelas 35 % 65% Keterangan: KKM ≥ 65

TT = Tidak Tuntas

(38)

Persentase ketuntasan kelas yang diperoleh:

1. Sebelum siklus

Persentase ketuntasan kelas

Berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah ditetapkan sebelumnya, maka

nilai test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak Tuntas (TT)”

2. Siklus I

Berdasarkan standar ketuntasan kelas yang telah ditetapkan sebelumnya, maka

nilai test siswa pada sebelum siklus dianggap “Tidak Tuntas (TT)”

4. Refleksi

Dari pengamatan dan analisa data selama pelaksanaan siklus I dapat

direfeksikan sebagai berikut:

1. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran berdasarkan hasil penilaian partisipan

terhadap 14 butir pengamatan terhadap ketrampilan guru yang perlu dicermati, ada

beberapa butir yang tidak terlaksana dengan baik.

2. Kemampuan operasi hitung bilangan bulat siswa kelas V SDN 1 Timahan pada

siklus I masih rendah, ketuntasan kelas 75 % dari siswa yang telah ditetapkan

belum tercapai.

Hasil refleksi pada siklus I ini akan direfeksikan pada siklus II, dengan lebih

memusatkan pada aspek-aspek yang belum terlaksana dengan baik disamping tetap

mempertahankan yang sudah terlaksana dengan baik dan peningkatan prestasi belajar

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

b. Siklus II

1. Perencaan tindakan

Berdasarkan refleksi pada siklus I disusunlah rencana tindakan perbaikan atas

kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Rencana tindakan ini merupakan persiapan

untuk melakukan tindakan sehingga pada saat melaksanakan tindakan tidak mengalami

hambatan dan kesulitan. Adapun rencana tindakan 2 adalah membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat soal post tes, menyiapkan lembar obsevasi

(39)

2. Pelaksanaan tindakan

Di dalam pelaksanaan siklus II terdapat satu kali pertemuan yaitu pada hari

Jumat, 01 Oktober 2010. Pada pertemuan ini peneliti tetap menggunakan metode CTL.

Yaitu permasalahan yang diberikan adalah permasalahan yang akrap dengan siswa dan

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan ini, peneliti melaksanakan

tindakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebagai berikut:

No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa Komponen

A. Pendahuluan

1. Guru memberikan salam dan mendata siswa yang hadir

Siswa membalas

salam guru

2. Guru mengingatkan kembali tentang: operasi oenjumlahan bilangan bulat

posif dan negatif.

Siswa

memperha-tikan apa yang

disampaikan oleh

guru

Tanya

jawab

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa

mampu menyelesaikan masalah

dalam kehidupan sehari-hari yang

berhubungan dengan penjumlahan

dan pengurangan.

Siswa

memperha-tikan penjelasan

guru.

4. Guru memotivasi siswa agar melaksanakan kegiatan dengan

penuh semangat

Siswa

mempersiapakan diri

untuk melaksanakan

pembelajaran

5. Guru menginformasikan pokok bahasan dalam pembelajaran hari ini

Siswa menyimak

informasi guru

B. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan unsur-unsur penting dalam oprasi bilangan bulat.

Siswa

memperhatikan

keterangan guru

Ceramah

2. Guru mendemonstrasikan alat peraga berupa mobil –mobilan yang yang

digerakkan maju jika operasi

Siswa

memperhatikan

demonstrasi guru

(40)

penjumlahan dan mundur jika

terdapat operasi pengungan. Mobil

berputar arah jika bilangan bulat

adalah negatif dan terus (tidak

berputar) apabila pada bilangan

positif. (terlampir dalam materi)

3. Guru mengajak siswa untuk berfikir/merenungkan demonstrasi

Siswa mulai

memikirkan

keterangan guru.

Questioning

4. Guru mendemonstrasikan lagi alat peraga agar pemahaman siswa benar

– benar kuat.

Siswa ikut

mendemonstrasikan

alat peraga.

Modelling +

inquiry

6. Guru membentuk 4 kelompok belajar siswa dari 20 siswa yang hadir.

Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa.

Selain itu guru juga menyiapkan

LKS untuk masing-masing kelompok

Siswa membentuk

kelompok dan

melaksanakan

kegiatan

Learning

community

7. Guru memberi

Gambar

Gambar 3.1 :Alur Pelaksaan PTK  Model Kemmis dan Taggart (Wiriaatmaja, 2003: 19)
Tabel 4.1: Data hasil observasi guru dalam proses pembelajaran pada siklus I
Tabel 4.2: Data hasil observasi aktivitas dan keterlibatan siswa selama proses
Tabel 4.3 : Data hasil test siswa pada sebelum siklus dan siklus I
+6

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah: (1) apakah hasil belajar siswa kelas V semester I SD Sekaran 01 Semarang pada soal cerita pokok bahasan Operasi Hitung

pendekatan learning community dengan menggunakan tutor sebaya pada. pokok bahasan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

Ekuivalen: Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dan Keaktifan Siswa Melalui model Pembelajaran AIR dalam Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat pada Siswa Kelas VII

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV pada pokok bahasan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

Bagaimanakah kualitas kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan pemahaman pecahan dan operasi hitung bilangan bulat, dan sikap terhadap matematika, siswa yang

PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA BERHITUNG TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA

PENGARUH PENDEKATAN BERBASIS OTAK (BRAIN BASED LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG. BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS 4 SDN SAMBIDOPLANG

Dalam Kelompok Kecil Pokok Bahasan Bilangan Bulat pada Kelas VII Semester Ganjil MTs Negeri Banyuwangi II Tahun Ajaran 2011/ 2012; Suryanto, 060210101249; 46