SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Sri Handayani NIM. ST13065
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi Keperawatan yang berjudul:
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INTENSITAS NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Oleh : SRI HANDAYANI
NIM. ST 13065
Telah diuji pada tanggal 18 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama,
(bc. Yeti Nurhayati, M.Kes) NIK: 201378115
Pembimbing Pendamping,
(Ari Setiyajati, S.Kep., Ns., M.Kes) NIK: 19660121 199603 1 002 Penguji,
Happy Indri Saputri, S.Kep., Ns., M.Kep NIK. 201284113
Surakarta, Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns., M.Kep NIK. 201279102
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Sri Handayani
NIM : ST13065
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
( Sri Handayani ) NIM. ST13065 iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Intensitas Nyeri post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Dr. Moewardi ”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.
4. Ari Setiyajati, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku pembimbing Pendamping yang juga telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.
5. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai penguji yang memberikan saran demi kesempurnaan penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan staf akademik program studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
7. Direktur dan staf DIKLIT RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin dan arahan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
iv
8. Perawat Ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi.
9. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktu dalam membantu kelancaran penelitian ini.
10. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Sarwono dan Ibu Musidah yang telah memberikan dukungan dan do’anya.
11. Suamiku tercinta Sularto, dan anak-anakku tersayang Ataya Callista Anindya dan Arkana Dzaki Ardana yang telah memberikan semangat, motivasi, do’a dan kasih sayangnya.
12. Teman-teman mahasiswa angkatan 1 program Transfer S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada, yang saling mendukung dan membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal yang akan mendapat balasan yang lebih baik oleh Allah SWT. Selanjutnya penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHASAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan ... 3
1.4. Manfaat penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Sectio Caesarea a. Pengertian ... 5
b. Tipe-tipe Sectio caesarea ... 5
vi
c. Etiologi ... 6
d. Patofisiologi ... 9
e. Komplikasi ... 11
2.1.2 Nyeri a. Pengertian ... 12
b. Etiologi ... 12
c. Klasifikasi nyeri ... 13
d. Patofisiologi ... 17
e. Efek nyeri ... 18
f. Pengukuran nyeri ... 19
g. Managemen nyeri ... 21
2.1.3 Mobilisasi Dini a. Pengertian ... 21
b. Tujuan ... 23
c. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi ... 23
d. Macam – macam mobilisasi ... 24
e. Pelaksanaan mobilisasi dini ... 25
2.2 Keaslian Penelitian ... 33
2.3 Kerangka Teori ... 34
2.4 Kerangka Konsep ... 35
2.5 Hipotesis Penelitian ... 35
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36 3.2 Populasi dan Sampel ... 37 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38 3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran . 38 3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 40 3.6 Teknik Pengelolaan dan Analisa Data ... 41 3.7 Etika Penelitian ... 43 BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat ... 45 4.1.1 Karakteristik responden ... 45 4.2 Analisis Bivariat ... 47 BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ... 49 5.2 Analisis Univariat ... 51 5.3 Pengaruh antara Mobilisasi Dini dengan Intensitas Nyeri
Post Operasi Sectio Caecarea ... 54 BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan ... 57 6.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel
2.1 Keaslian Penelitian 33
3.1 Rancangan Penelitian Pre Eksperimental 36
3.2 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 39 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 45 4.2 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan 46
4.3 Distribusi Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC Sebelum mobilisasi dini 46 4.4 Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post
operasi SC Sesudah mobilisasi dini 47
4.5 Hasil uji Wilcoxon tingkat nyeri pada responden sebelum
dan sesudah melakukan mobilisasi dini 47
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2. 1 Skala numeric rating scale (NRS) 20
2. 2 Skala visual analog scale (VAS) 20
2. 3 Skala Wajah Wong dan Barker 20
2. 4 Gerakan mobilisasi dini pertama 26
2. 5 Gerakan mobilisasi dini kedua 26
2. 6 Gerakan mobilisasi dini ketiga 27
2. 7 Gerakan mobilisasi dini keempat 28
2. 8 Gerakan mobilisasi dini kelima 28
2. 9 Gerakan mobilisasi dini keenam 29
2. 10 Gerakan mobilisasi dini ketujuh 30
2. 11 Gerakan mobilisasi dini kedelapan 30
2. 12 Gerakan mobilisasi dini kesepuluh 31
2. 13 Kerangka teori 34
2. 14 Kerangka konsep 35
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Lampiran
1 F.01 Usulan Topik Penelitian
2 F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi 3 F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan 4 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan 5 F.05 Lembar Oponent Ujian Sidang Skripsi 6 F.06 Lembar Audience Ujian Sidang Skripsi 7 Lembar Permintaan Menjadi Responden 8 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
9 Kuesioner Untuk Mengetahui Intensitas Nyeri Ibu Post Operasi Sectio Caesarea dengan Numeric Rating Scale (NRS)
10 Kuesioner Observasi Untuk Mengetahui Intensitas Nyeri Ibu Post Operasi Sectio Caesarea dengan Numeric Rating Scale (NRS ) 11 Standar Prosedur Operasional (SPO) Mobilisasi Dini Post
Operasi Sectio Caesarea
12 Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Mobilisasi Dini Post Operasi Sectio Caesarea
13 Data karakteristik responden 14 Hasil uji statistik
15 Jadwal penelitian 16 Gambar proses penelitian
17 Lembar Konsultasi
xi
DAFTAR SINGKATAN
SC : Sectio Caesarea NRS : Numeric Rating Score SPO : Standar Prosedur Operasional CPD : Chepalo Pelvik Disproportion PEB : Pre Eklamsi Berat
KPD : Ketuban Pecah Dini VAS : Visual Analog Scale UUB : Ubun-Ubun Besar
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Sri Handayani
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INTENSITAS NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD DR. MOEWARDI Abstrak
Seorang ibu yang melahirkan bayi dengan cara operasi sectio caesarea (SC) akan mengalami rasa nyeri. Mobilisasi dini merupakan salah satu cara untuk menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Rancangan penelitian menggunakan metode pre eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Sampel penelitian adalah 61 ibu post operasi Sectio Caesaria di RSUD Dr. Moewardi di Ruang Mawar I dan PONEK, dengan teknik sampling menggunakan total sampling. Instrumen penelitian dalam mengukur intensitas nyeri numerical rating scale, sementara Instrumen mobilisasi dini menggunakan lembar checklist. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata intensitas nyeri nilai sebelum mobilisasi dini sebesar 5,77 dan setelah mobilisasi dini menjadi 3,99. Hasil analisis uji statistic diperoleh nilai Z score = -6.835 dengan p-value = 0,000 sehingga disimpulkan ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Oleh karena itu mobilisasi dini efektif mampu menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea. Diharapkan bagi ibu post operasi SC dapat melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat penurunan intensitas nyeri
Kata kunci: mobilisasi dini, nyeri, post operasi sectio caesarea Daftar pustaka: 38 (2004-2014)
xiii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2015 Sri Handayani
THE EFFECT OF THE EARLY MOBILIZATION ON THE POST- OPERATIVE CAESAREAN SECTION PAIN INTENSITY AT
DR. MOEWARDI GENERAL HOSPITAL OF SURAKARTA Abstract
Mother giving birth by Caesarean Section will experience pain. One of the ways to relieve the post Caesarean Section pain is early mobilization.
The objective of this research is to investigate the effect of the early mobilization on the post-operative Caesarean Section pain intensity at Dr.Moewardi General Hospital of Surakarta. The research used the pre-experimental method with the one group pretest – posttest approach. The samples of research were 61 mothers with the post-operative Caesarean Section at Ward Mawar I and Comprehensive Obstetric and Neonatal Emergency Service Unit. They were taken by using the total sampling technique. The research used the numerical rating scale as the instrument for the pain intensity and the checklist for the early mobilization. The data were analyzed by using the Wilcoxon’s test.
The result of the research shows that prior the treatment, the average level of pain intensity, was 5.77. Following the treatment it became 3.99, meaning that there was an effect of the early mobilization on the post-operative Caesarean Section pain intensity at Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta as indicated by the Z score
= -6.835 with the p-value = 0.00.
Thus, the early mobilization was expected to effectively relieve the mothers’
post-operative Caesarean Section pain intensity.
Keyword: Early mobilization, pain intensity, post-operative Caesarea Section Reference 38 (2004-2014)
xiv
1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar ( David T.Y.Liu, 2007 ). Cara persalinan ada dua yaitu persalinan normal dan persalinan operasi sectio caesarea (SC).
Persalinan dengan sectio caesarea memiliki resiko tinggi karena dilakukan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau insisi transabdominal uterus, pasien dengan post operasi sectio caesarea akan merasakan rasa nyeri. Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stres yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2006).
Mobilisasi dini adalah upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin yang merupakan aspek terpenting pada fungsi fisiologis (Carpenito, 2009). Mobilisasi dini pada pasien yang mengalami pembedahan berguna untuk mencegah tromboemboli, kekakuan otot pembedahan, melancarkan
1
siklus peredaran darah dan mencegah terjadinya perdarahan (Manuaba, 2004). Hasil penelitian Karujan (2010) menyimpulkan bahwa dengan melakukan mobilisasi dini pasien dapat lebih cepat dalam pemulihan peristaltik usus pasien pasca bedah sectio caesarea dengan anestesi umum di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Data dari Departemen Kesehetan RI tahun 2013 Jumlah ibu yang bersalin pada tahun 2013 sebanyak 4.622.741 jiwa, sedangkan persalinan dengan sectio caesaria adalah 921.000 atau sekitar 19,92% dari seluruh persalinan.
Data jumlah kasus persalinan normal di RSUD Dr. Moewardi tahun 2013 adalah 1.019 pasien, dan persalinan sectio caesarea di ruang Mawar 1 dari bulan September - Desember 2014 sebanyak 208 persalinan.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi, pada bulan Agustus 2014 didapatkan 63% pasien post operasi sectio caesarea pada hari kedua masih berbaring ditempat tidur. Rasa nyeri bagian operasi sangat dirasakan. Peneliti dengan menggunakan alat pengukur nyeri yaitu Numeric Rating Scale (NRS) diperoleh pasien masih takut untuk melakukan mobilisasi seperti menggerakan badan ataupun kaki. Tingkat nyeri pada hari kedua yang diukur dengan NRS pada nilai 6-7. Sebagian pasien namun sudah mulai melakukan mobilisasi dini. Mengingat pentingnya mobilisasi dini yang dilakukan pada ibu post operasi sectio caesarea, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr.
Moewardi?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden.
2. Mengetahui intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sebelum mobilisasi dini.
3. Mengetahui intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sesudah mobilisasi dini.
4. Menganalisis beda intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sebelum dan sesudah mobilisasi dini.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Sebagai konstribusi untuk pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) mobilisasi dini post operasi sectio caesarea.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai konstribusi untuk pertimbangan institusi pendidikan untuk menambah pustaka kepada mahasiswa tentang mobilisisasi dini post operasi sectio caesarea.
1.4.3 Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai acuan dalam meningkatkan profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien khususnya dalam memobilisasi dini post operasi sectio caesarea.
1.4.4 Bagi peneliti lain
Sebagai dasar pengembangan penelitian sejenis agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik.
1.4.5 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan manfaat mobilisasi post operasi sectio caesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Sectio Caesaria a. Pengertian
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah tranversal (Farrer, 2005). Sectio caesarea juga didefinisikan sebagai suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram (Mitayani, 2009). Tindakan Sectio caesarea digunakan bilamana diyakini bahwa penundaan persalinan pervaginam tidak mungkin dilangsungkan secara aman (Cunningham, 2006).
b. Tipe-tipe Sectio Caesaria
Menurut Farrer (2006), tipe – tipe sectio Caesaria adalah : 1. Segmen bawah : insisi melintang
Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil, luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak
5
dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.
2. Segmen Bawah : Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cidera pada bayi.
3. Sectio Caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.
4. Sectio Caesaria Ekstra Peritoneal
Pembedahan ekstra peritoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalmi infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisasi yang sering bersifat fatal.
c. Etiologi
Manuaba (2004) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin
besar melebihi 4.000 gram. Penyebab Sectio caesarea sebagai berikut:
1. Chepalo Pelvik Disproportion / CPD
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. Pre-Eklamsi Berat / PEB
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre- eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala 1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba Ubun-Ubun Besar (UUB) yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.
Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
d. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi port de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).
e. Komplikasi Sectio Caesarea
1. Nyeri pada daerah insisi,
2. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homeostatis karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan,
3. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini lebih besar bila Sectio Caesaria dilaksanakan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim,
4. Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih yang lebar dan ureter,
5. Infeksi akibat luka pasca operasi, 6. Bengkak pada ekstremitas bawah, 7. Gangguan laktasi,
8. Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul,
9. Potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional (Farrer, 2006)
2.1.2 Nyeri
a. Pengertian
Nyeri merupakan kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu. Perawat harus mengkaji hal-hal berikut ini untuk mengetahui efek nyeri pada klien (Mulyadi, 2011). Potter dan Perry (2005) menyatakan nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya, sedangkan menurut Wartonah (2005), nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
b. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh trauma, yaitu mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan, gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta trauma psikologis.
c. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri menurut beberapa ahli di bawah ini : 1. Nyeri berdasarkan tempatnya
a) Pheriperal pain
Pheriperal pain merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar (Irman, 2007).
b) Deep pain
Deep pain merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral (nyeri visceral). Nyeri somatis mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Stuktur-stuktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering tidak jelas (Irman, 2007).
c) Reffered pain
Reffered pain merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda,
bukan dari daerah asal nyeri misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung (Irman, 2007).
d) Central pain
Central pain adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer (Meliala, 2007).
2. Nyeri berdasarkan sifat a) Incidental pain
Incidental pain merupakan nyeri yang timbul sewaktu- waktu lalu menghilang. Incidental ini terjadi pada pasien yang mengalami nyeri kanker tulang (Meliala, 2007).
b) Steady pain
Steady pain merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis steady pain.
c) Proximal pain
Proximal pain merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi. Nyeri ini terjadi pada pasien yang mengalami Carpal Tunnel Syndrome.
3. Nyeri berdasarkan ringan beratnya a) Nyeri ringan
Nyeri ringan merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang ringan. Nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik (Wartonah, 2005).
b) Nyeri sedang
Nyeri sedang merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik (Wartonah, 2005).
c) Nyeri berat
Nyeri berat merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang berat. Nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang (Wartonah, 2005).
4. Nyeri berdasarkan waktu serangan a) Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut berkaitan dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat diperkirakan (Irman, 2007 ).
b) Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik (Irman, 2007).
Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah baru. Pada sindrom nyeri kronis dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau proses patologi yang persisten. Nyeri kronis ini sering mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya, menimbulkan
distress, kegalauan emosi, dan mengganggu fungsi fisik dan sosial (Potter & Perry, 2005).
d. Patofisiologi nyeri
Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Reseptor nyeri disebut juga dengan nosiceptif merupakan ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak (Hamilton, 2006). Reseptor pada bagian kutaneus terbagi dalam dua komponen yaitu: serabut A delta dan serabut C.
Serabut A delta merupakan serabut komponen cepat yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang, sementara serabut C merupakan serabut komponen lambat yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya tumpul dan sulit dilokalisasi.
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut yaitu: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla
spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman serta pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & perry, 2005).
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikidin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen (Smeltzer & Bare, 2006).
e. Efek nyeri
Menurut Smeltzer & Bare (2006), efek membahayakan dari nyeri dibedakan berdasarkan klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut mempunyai efek yang
membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya, selain merasa ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan imunologik. Pasien dengan nyeri hebat dan stres yang berkaitan dengan nyeri tidak mampu untuk nafas dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan mobilitas menurun. Nyeri kronis mempunyai efek yang membahayakan seperti supresi fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor. Nyeri kronis juga sering mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan. Pasien mungkin tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal. Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau makan.
f. Pengukuran nyeri
1. Numeric Rating Scale ( NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga 10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan 1-3 adalah nyeri ringan, 4-6 adalah nyeri
sedang, 7-9 adalah nyeri berat terkontrol, dan 10 adalah nyeri berat tidak terkontrol (Potter & Perry, 2005).
Gambar 2. 1 Skala numeric rating scale (NRS) 2. Visual analog scale ( VAS )
Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang (Potter & Perry, 2005).
Gambar 2. 2 Skala visual analog scale (VAS) 3. Skala Wajah Wong dan Barker
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini biasanya dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2005).
Gambar 2. 3 Skala Wajah Wong dan Barker
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Nyeri
g. Managemen nyeri
Manajeman nyeri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Manajemen farmakologis dengan menggunakan obat-obatan analgetik atau anastesi untuk mengurangi nyeri, penggunaan analgetik bertujuan untuk mengganggu penerimaan/ stimuli nyeri dan interpretasi dengan menekan fungsi talamus dan kortek serebri.
2. Manajemen non farmakologi, manajemen non farmakologis ini tidak mengunakan obat-obatan untuk mengurangi nyeri, sehingga sebagian dapat digunakan mandiri oleh pasien.
Berikut adalah beberapa manajemen non farmakologis:
sentuhan terapeutik, akupresur, guided imagery, distraksi, anticipatory guidance, hypnoterapi, biofeedback, stimulasi kutaneus, aspek spiritual dzikir (Tamsuri, A. 2007).
2.1.3 Mobilisasi Dini a. Pengertian
Menurut Carpenito (2009), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. Konsep mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur–angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri, klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan.
b. Tujuan Mobilisasi
1. Mempertahankan fungsi tubuh
2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik 4. Mempertahankan tonus otot
5. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
6. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
7. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi (Susan, 2004).
c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi 1. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
2. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah
tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas.
Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja.
d. Macam-macam Mobilisasi 1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi
penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.
2. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi:
a. Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang
b. Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel.
e. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Pelaksanaan mobilisasi dini terdapat 3 langkah penting yaitu pemanasan, gerakan inti dan pendinginan.
1) Pemanasan
Pemanasan berguna untuk menghangatkan suhu otot, melancarkan aliran darah dan memperbanyak masuknya O2
ke dalam tubuh, memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerak refleks, juga menjaga kejang otot dan pegal-pegal keesokan harinya. Pemanasan dapat dilakukan dengan
menggerakkan mengepalkan tangan, tarik nafas pelan-pelan dan dikeluarkan dengan pelan-pelan (Soekarno, 2006).
2) Gerakan inti mobilisasi dini : a) Gerakan Pertama
Gambar 2.4 Gerakan mobilisasi dini pertama
Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut sambil mengkontraksikan otot perut. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
b) Gerakan Kedua :
Gambar 2.5 Gerakan mobilisasi dini kedua
Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus ke depan. Angkat kedua tangan lurus ke atas sampai kedua telapak tangan bertemu, kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
c) Gerakan Ketiga :
Gambar 2.6 Gerakan mobilisasi dini ketiga
Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali. Ingat jangan menghentak ketika menurunkan pantat. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
d) Gerakan Keempat :
Gambar 2.7 Gerakan mobilisasi dini keempat
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan, tangan kanan di atas perut, dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar anus dan mengkontraksikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan ke posisi semula sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
e) Gerakan Kelima :
Gambar 2.8 gerakan mobilisasi dini kelima
Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan.
Ulangi gerakansebanyak 8 (delapan) kali.
f) Gerakan Keenam :
Gambar 2.9 gerakan mobilisasi dini keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90 derajat secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
g) Gerakan Ketujuh :
Gambar 2.10 Gerakan mobilisasi dini ketujuh
Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil mengkontraksikan perut, kemudian turunkan perlahan. Atur pernafasan. Lakukan sesuai kemampuan, tidak usah memaksakan diri.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
h) Gerakan Kedelapan :
Gambar 2.11 Gerakan mobilisasi dini kedelapan Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut.
Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan nafas
pelan-pelan sambil mengendurkan anus.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
i) Gerakan Kesembilan :
Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan. Angkat kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan kembali pelan-pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki. Atur nafas saat mengangkat dan menurunkan kaki.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
j) Gerakan Kesepuluh :
Gambar 2.12 Gerakan mobilisasi dini kesepuluh
Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala, kemudian bangun sampai
posisi duduk, lalu perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit up). Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang ditekuk di belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksakan.
3) Pendinginan.
Pendinginan setalah mobilisasi tetap diperlukan, hal ini agar kerja jantung kembali menjadi normal. Gerakan pendinginan berupa menghela napas lebih panjang dan lebih dalam, lengan, tungkai, dan dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali. Dengan cara demikian, akan membantu sistem jantung dan pembuluh darah mampu menyesuaikan diri dengan semakin mengendurnya aktivitas tubuh. Proses gerakan mobiliasasi ini dini dilakukan 3 kali dalam 1 hari, yaitu pagi, siang, dan sore hari selama 3 hari.
Gerakan senam mobilisasi dini pada pasien post operasi Sectio Caesarea dari 10 gerakan yang ada secara teori, hanya dilakuan pada garakan pertama sampai gerakan ketujuh.
2.2 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1. Keaslian penelitian Nama
peneliti
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Jyoti V.
Dube (2014)
Effect of Planned Early Recommended
Ambulation Technique on Selected Post Caesarean
Biophysiological Health Parameters
Penelitian dengan model kuasi eksperimen dengan kelompok kontrol.
analisis data menggunakan uji komparatif
terdapat perbedaan yang signifikan dengan
menggunakan ambulasi dini pada pasien post operasi caesarean
biophysiological dengan p< 0,0.5 Yusnidar
(2014)
Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Seksio Cesarea Di Ruang Rawat Gabung Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Dr Fauziah Bireuen
Jenis penelitian dengan analitik Observasional dengan rancangan Case Control. penelitian dengan uji t independen
Menunjukan tidak terdapat perbedaan rata-rata nyeri hari 1 antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value = 0,222),
namun ada
perbedaan yang signifikan pada hari 3 (p value = 0,000).
Uji t dependen menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara hari 1 dan 3 pada kelompok intervensi (p value = 0,000), dan terdapat perbedaan juga antara hari 1 dan 3 pada kelompok kontrol (p value = 0,000).
2.3 Kerangka Teori
Gambar. 2.13 Kerangka teori
( Cunningham 2006, Farrer 2006, Manuaba 2004, Potter dan Perry 2005, Smeltzer &
Bare 2006, Tamsuri 2007, Wartonah 2005 ) 1. Tipe
2. Etiologi 3. Patofisiologi 4. Komplikasi
Managemen 1. Manajemen farmakologis 2. non farmakologi
Nyeri Mobilisasi dini
Tujuan
1. Mempertahankan fungsi tubuh
2. Memperlancar
peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka 3. Membantu pernafasan
menjadi lebih baik 4. Mempertahankan tonus
otot
5. Memperlancar eliminasi alvi dan urin
6. Mengembalikan aktivitas tertentu Sectio Caesarea ( SC )
Penyebab :
1. peradangan, gangguan sirkulasi darah 2. kelainan pembuluh
darah
3. trauma psikologis.
Efek nyeri:
1. Nyeri akut 2. Nyeri kronis.
Faktor:
1. Gaya hidup 2. Proses penyakit 3. Tingkat energy
4. Usia dan status perkembangan
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.14. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis Penelitian
Ha = Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi Sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
Pemberian Mobilisasi dini Nyeri Pasien
Post operasi Sectio Caesaria sebelum mobilisasi dini
Nyeri Pasien post operasi Sectio
Caesaria setelah mobilisasi dini
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, metode penelitian yaitu pre eksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Penelitian ini menggunakan one group pre test–post test design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2011).
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pre Eksperimental
Subjek Pre test Perlakuan Post test
K O I O1
Waktu I Waktu 2 Waktu 3
Keterangan:
K : Subjek post operasi section caesarea
O : Observasi tingkat nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini.
I : Intervensi ( mobilisasi dini).
OI : Observasi tingkat nyeri setelah dilakukan mobilisasi dini.
36
3.2. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Populasi penelitian semua ibu post operasi Sectio Caesaria di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr.
Moewardi. Data dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi menunjukkan jumlah persalinan dengan sectio caesarea di Ruang Mawar 1 dan PONEK dari bulan September - Desember 2014 sebanyak 208 persalinan. Jumlah pasien post operasi sectio caesarea di Mawar 1 bulan Desember 2014 sebanyak 61 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel penelitian adalah ibu post operasi Sectio Caesaria di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD RSUD Dr. Moewardi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Teknik pengambilan sampling adalah Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009).
c. Kriteria sampel 1) Kriteria inklusi
a) Pasien post operasi sectio caesarea yang dirawat di ruang Mawar 1 dan PONEK
b) Pasien telah 10 – 24 jam post operasi sectio caesarea.
c) Pasien yang bersedia diberikan mobilisasi dini.
d) Pasien yang tidak sedang mendapatkan obat analgesic.
2) Kriteria eksklusi
a) Pasien post operasi sectio caesarea dengan pre eklamsi berat b) Pasien yang pernah melakukan operasi sectio caesarea sebelumnya
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr.
Moewardi. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 – Juni 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran a. Variabel
Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari suatu subjek ke subjek lain (Alimul, 2007). Variabel independent (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Sedangkan variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel dependen yaitu intensitas nyeri dan variabel independen mobilisasi dini merupakan suatu tindakan yang diberikan sebagai intervensi untuk memperoleh suatu efek tertentu yaitu perubahan intensitas nyeri.
b. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Variabel, Definisi operasional dan skala pengukuran
No Variabel Definisi Alat Ukur Skor Skala
Variabel bebas 1 Mobilisasi
dini
Tindakan yang dilakukan oleh ibu agar bangun dari tempat tidurnya dalam waktu 6-24 jam post operasi Sectio Cesarea
SPO senam nifas dengan frekuensi 3 kali sehari selama 3 hari berturut- turut
-
Variabel terikat 2 nyeri
post operasi Sectio Caesaria
Adalah rasa tidak nyaman pada bagian perut akibat luka post operasi Sectio Caesarea yang diukur dengan skala nyeri NRS (Numeric Ranting Scale).
NRS Skala nyeri Tidak ada nyeri:
0
Nyeri ringan : 1- 3
Nyeri Sedang : 4-6
Nyeri Berat : 7-9 Sangat berat :10
Ordinal
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data a. Alat Penilaian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur tingkat nyeri yang dalam penggunaannya menggunakan metode observasi dan kuesioner. Alat ukur tingkat nyeri yang paling efektif yang sering digunakan adalah skala penilaian numerik (numerical rating scale) (AHCPR, dalam Potter & Perry 2005). Lembar observasi yang digunakan peneliti sebagai alat ukur dalam mengukur intensitas nyeri, pada penelitian ini merujuk pada tingkat nyeri dengan skala 0-10 untuk menentukan tingkat akhir nyeri. Kriteria skala nyeri menurut Potter & Perry (2005) adalah 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan, 4-6 : nyeri sedang, 7-9 : nyeri berat dan 10 : sangat nyeri. Selain dengan alat ukur Numeric Rating Scale ( NRS ), pemberiaan mobilisasi dini diberikan selama 20 menit, kuesioner numeric rating scale (NRS), bolpoint. Pengkajian nyeri dilakukan sebelum dilakukan mobilisasi dini untuk pertama kali dan pada akhir mobilisasi dini pada hari ketiga.
b. Cara Pengumpulan Data
1) Peneliti melakukan permohonan ijin penelitian dari institusi kepada Direktur RSUD Dr. Moewardi.
2) Setelah mendapatkan surat persetujuan dari direktur RSUD Dr.
Moewardi, selanjutnya peneliti menentukan waktu penelitian.
3) Peneliti menemui kepala ruang Mawar 1 dan PONEK untuk meminta bantuan dan kerja sama dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data tentang pasien yang dilakukan operasi section caesarea.
4) Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujuan, manfaat penelitian kemudian memberikan informed consent.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2015.
5) Calon responden yang menyetujui dijadikan responden dalam penelitian, diminta untuk menandatangani lembar informed consent.
6) Peneliti melakukan pretest dengan memberikan responden lembar kuesioner Numeric Rating Scale (NRS) dan lembar observasi diisi oleh peneliti, dilakukan tidak lebih dari 10 jam post operasi SC
7) Peneliti melakukan intervensi dengan pemberian mobilisasi dini selama 20 menit selama 3 hari berturut-turut, dimulai 10-24 jam post operasi SC. Dalam satu hari peneliti memberikan intervensi sebanyak 1 kali.
8) Peneliti melakukan post-test dengan kuesioner yang diberikan kepada responden dan lembar observasi yang diisi oleh peneliti, setelah melakukan mobilisasi dini, dilakukan pengukuran intensitas nyeri dengan menggnakan Skala nyeri NRS. Hasil intensitas nyeri kemudian dicatat sebagai data penelitian.
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data a. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses pengolahan data yaitu:
1) Editing untuk meneliti kelengkapan data dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh, sehingga dapat dilakukan perbaikan data yang kurang.
2) Coding untuk mempermudah dalam pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan mengklasifikasikan data.
3) Tabulating yaitu penyusunan data yang merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar data dapat dengan mudah dijumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis.
b. Analisa Data
Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden yang dikumpulkan. Teknik analisa data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik (Sugiyono, 2014). Analisa data terdiri dari : 1. Analisis Univariat
Analisa data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2005). analisa univariat pada penelitian ini adalah intensitas nyeri pasien post operasi sectio caesarea, dengan variabel : pre mobilisasi dini dan post mobilisasi dini.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga ada hubungan atau korelasi (Notoatmojo, 2005).
Analisa bivariat ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh mobilisasi
dini terhadap intensitas nyeri pasien post operasi sectio caesarea.
Uji statistik yang digunakan dalam penilaian ini adalah dengan uji Wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua kelompok sampel yang berpasangan.
Rumus :
Keterangan :
Z : Hasil Uji Wilcoxon.
T : Total jenjang ( selisih ) terkecil antara nilai pretest dengan postest mobilisasi dini.
N : Jumlah sampel.
Maka taraf signifikasi menggunakan 0,05 dengan pengambilan keputusan jika signifikasi > 0,05 Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea dan apabila nilai signifikasi  0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea ( Priyatno, 2012 )
3.7. Etika dalam Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari RSUD Dr.
Moewardi untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
24 1 2 1
4 1
¸¹
¨ ·
©
§
n n n
n T n Z
a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
b. Tanpa Nama (Anonymity)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode tertentu, demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 –Agustus 2015. Sampel penelitian adalah 61 ibu dengan post operasi sectio caesarea di ruang Mawar 1 dan PONEK. Hasil Penelitian meliputi intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini. Data intensitas nyeri diuji dengan menggunakan wilcoxon test untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
4.3 Analisis Univariat
4.1.2 Karakteristik responden a. Usia responden
Distribusi responden berdasarkan usia di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik responden berdasarkan usia (n = 61)
Usia f %
20-35 tahun 55 90.2
>35 tahun 6 9.8
Jumlah 61 100
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui 55 usia responden (90,2%) berusia antara 20-35 tahun dan 6 responden (9,8%) berusia responden lebih dari 35 tahun.
45
b. Tingkat pendidikan responden
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan (n = 61)
Pendidikan f %
SMP 16 26,2
SMA 27 44,3
PT 18 29,5
Jumlah 61 100
Berdasarkan Tabel 4.2. 16 responden (26,2%) berpendidikan SMP, 27 responden (44,3%) berpendidikan SMA dan 18 responden (29,5%) berpendidikan PT.
c. Intensitas nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC sebelum dilakukan mobilisasi dini di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC Sebelum mobilisasi dini
Intensitas nyeri sebelum
mobilisasi dini f %
Nyeri berat 10 16,4
Nyeri sedang 51 83,6
Jumlah 61 100
Tabel 4.3 diketahui bahwa 10 responden (16,4%) dengan intensitas nyeri berat dan 51 responden (83,6%) dengan intensitas nyeri sedang.
d. Intensitas nyeri sesudah dilakukan mobilisasi dini
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC sesudah dilakukan mobilisasi dini di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4.
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC Sesudah mobilisasi dini
Intensitas nyeri sesudah
mobilisasi dini f %
Nyeri ringan 41 67,2
Nyeri sedang 20 32,8
Jumlah 61 100
Tabel 4.4 diketahui bahwa 41 responden (67,2%) dengan intensitas nyeri ringan dan 20 responden (32,8%) dengan intensitas nyeri sedang.
4.4 Analisis Bivariat
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji beda rata-rata dari 2 sampel yang berhubungan yaitu uji Wilcoxon. Hasil uji statistik dengan Wilcoxon ditampilkan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil uji Wilcoxon intensitas nyeri pada responden sebelum dan sesudah melakukan mobilisasi dini
Variabel Rata-rata Z score p-value
Nyeri pre test 5,77
-6,835 0,000
Nyeri post test 3,99
Tabel 4.5 di atas diperoleh data bahwa nilai rata-rata tingkat nyeri responden sebelum mobilisasi dini sebesar 5,77 dan setelah melakukan mobilisasi dini sebesar 3,99. Hasil uji dengan Wilcoxon diperoleh nilai Z score = -6.835 dengan p-value = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, keputusan yang
diambil adalah Ho ditolak, artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Intensitas nyeri pada responden dapat menurun dari nilai rata-rata 5,77 menjadi 3,99. Oleh karena itu mobilisasi dini efektif mampu menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea.
BAB V PEMBAHASAN
5.4 Karakteristik Responden
5.1.1 Usia
Berdasarkan hasil penelitain diketahui 90,2% usia responden antara 20-35 tahun. Menurut BKKBN tahun 2007 menyatakan usia risiko rendah kehamilan dan persalinan pada ibu adalah 20-35 tahun. Usia risiko tinggi kehamilan dan persalinan adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun. Aritonang (2010) menjelaskan bahwa pasien nyeri dengan usia yang lebih muda memiliki koping yang lebih berfokus pada emosi dibandingkan dengan pasien dengan usia yang lebih tua. Hasil penelitian Grace (2012) menyebutkan dari 34 responden, sebanyak 25 responden (73,5%) berusia 20-34 tahun yang melakukan mobilisasi dini pascasalin dengan seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan. Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa usia responden baik antara 20-35 tahun maupun diatas 35 tahun, pada pre test diketahui rata-rata intensitas nyeri pada nilai 5,77 (atau intensitas nyeri sedang), dan sesudah mobilisasi dini intensitas nyeri menurun dengan rat-rata nilai 3,99 (nyeri ringan). Hal ini menunjukkan bahwa usia responden dalam penelitian ini mempunyai kesamaan nyeri dan melakukan strategi koping dengan melakukan mobilisasi dini.
49