1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sadar akan hakikatnya, setiap manusia di muka bumi ini selalu
berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah perilaku menuju ke hal
yang lebih baik itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Perubahan itu
melalui perjalanan yang panjang, berjenjang, dan berkesinambungan.
Satu-satunya jalur yang dapat ditempuh yakni pendidikan.
Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya
pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter. Hal
ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa dan masyarakat Indonesia tetapi juga
oleh Negara-negara maju. Bahkan di negara-negara industri dimana ikatan
moral sudah semakin longgar, masyarakatnya sudah mulai merasakan
perlunya pendidikan moral yang pada akhir-akhir ini mulai ditelantarkan.
Masalah pendidikan tidak lepas dari keberadaan siswa yaitu orang
yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangannya
harus melalui proses belajar. Termasuk di dalamnya belajar mengenal diri,
belajar mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Ini
dilakukan agar siswa dapat mengetahui dan menempatkan posisinya di
Kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah
(Nursisto, 2002:78). Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses
pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib
kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah
dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian
tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk
mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata
tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal.
Membicarakan tentang kedisiplinan sekolah tidak bisa dilepaskan
dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di
kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat
mengkhawatirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba,
gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya,
yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan
masyarakat umum (Harian pikiran rakyat, kamis 18 Desember 2008).
Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai
aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari
pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti:
kasus bolos, perkelahian atau tawuran, nyontek, pemalakan, pencurian dan
bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.
Menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan
umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang
dilakukan oleh siswa semakin bertambah dari waktu ke waktu. Beberapa
masalah yang kerap terjadi di sekolah, dan barangkali hal ini juga terjadi
hampir di semua sekolah diantaranya: (1) mengabaikan atau pelanggaran tata
tertib sekolah, khususnya tentang berpakaian dan berpenampilan;
(2) membolos pada mata pelajaran tertentu; (3) merokok di lingkungan
sekolah; (4) terlambat masuk sekolah; (5) berpacaran di lingkungan sekolah
yang cenderung agresif, ditempat terbuka, tanpa ada perasaan malu atau risih;
(6) geng siswa, atau kelompok siswa dengan tanpa identitas jelas;
(7) pertikaian antar siswa; (8) perkelahian antar sekolah; (9) hegemoni siswa
senior; (10) rovokasi cenderung negatif dari alumni; (11) tidak peduli
terhadap kebersihan dan keindahan lingkungannya, termasuk coret mencoret
dinding sekolah dan fasilitas sekolah; (12) penggunaan psikotropika dan
narkotika; (13) nongkrong di luar area sekolah, seperti tempat game atau
internet; (14) pencurian barang siswa lain saat lengah; (15) malas belajar;
(16) tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
Hasil penelitian terhadap kenakalan remaja (Masngudin HMS, 2007)
pada umumnya dikategorikan sebagai anak bersekolah di kota besar dilihat
dari bentuk dan persentasenya adalah sebagai berikut: (1) berbohong 100%;
(2) pergi keluar rumah tanpa pamit 100%; (3) keluyuran 93.3%; (4) begadang
98.3%; (5) minum-minuman keras 83.3%; (6) penyalahgunaan narkotika
(9) hubungan sex di luar nikah 40%; (10) berjudi 33.3%; (11) membolos
23.3%; (12) melihat gambar porno 23.3%; (13) menonton film forno 16.7%
Tumbuh kembangnya perilaku buruk menurut Dreikuns dan Cossel
(1994) berdasarkan hasil pengamatannya menjelaskan bahwa perilaku buruk
yang muncul pada anak didik secara spesifik terkristalisasi menjadi: (1) untuk
menarik perhatian; (2) untuk mendapatkan kekuasaan; (3) dipicu perasaan
dendam; dan (4) mempertontonkan kekuranganya.
Untuk lebih jelasnya pengertian masing-masing aspek yang dimaksud
dapat disimak dari contoh-contoh kasus berikut: pada kasus untuk menarik
perhatian orang lain, guru atau orang tua, anak biasanya menggunakan 2 cara
yaitu melalui perilaku aktif distruktif dan pasif deskriftif. Pertama, pada
khususnya aktif distruktif, anak menjalankan aksinya dengan cara melakukan
kebaikan yang sangat mencolok untuk menutupi “Kekuatan Buruk” yang
sebenarnya itikad jelek pada siswa. Lantaran intensitas melakukan perbuatan
tersebut bukan untuk belajar atau bekerjasama, melainkan berusaha
menonjolkan dalam rangka menarik perhatian khusus. Kekeliruan anak dalam
menyesuaikan diri lewat menarik perhatian, akan tampak lebih jelas
manakala pujian atau perhatian yang diharapkan tidak berhasil di dapatkan,
maka sikap anak baik yang dilakukan akan berakhir.
Kedua, pada kasus pasif distruktif, anak menjalankan aksinya untuk
menarik perhatian dalam format “anak manis, anak kesayangan guru atau
untuk mencapai tujuannya makin tinggi perhatian yang diharapkan oleh anak,
namun bila perhatian yang diharapkan dari guru tidak sepadan dengan usaha
yang dilakukan, maka anak tidak bergairah lagi untuk belajar efeknya
cenderung menjadi pemalas, bahkan kearah yang negatif. Jika orang tua atau
guru tidak segera mengambil tindakan dalam menghadapi tuntutan anak
untuk memperoleh perhatian yang berlebihan tersebut, biasanya anak akan
melakukan ekpasi terhadap kekuasaannya agar menjadi penguasa pada diri
anak akan tumbuh pikiran-pikiran yang menjurus salah seperti sifat ego
pribadi yang penting bagi saya orang lain masa bodoh, jika sifat berkuasa
pada siswa muncul di kelas, biasanya guru akan berpikir bahwa eksistensinya
sebagai penguasa kelas, biasanya guru melakukan serangan balik untuk
meredam munculnya bibit kekuasaan pada siswa dan jika langkah tersebut
benar-benar dilakukan oleh guru, barang kali sama halnya guru telah
menuangkan bensin kedalam api yang menyala.
Secara garis besar banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar di sekolah. Tentu
saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangannya,
dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.
Kedisiplinan siswa sering kali kita dengar sebagai suatu masalah di
sebuah sekolah, apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa-
siswanya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya,
dengan penegakkan kedisiplinan, masih ada guru yang menggunakan
hukuman dalam penegakkan disiplin di sekolah. Bahkan di jaman tahun 80
an sekolah-sekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat
dan disiplin yang tinggi. “Sekolah itu bagus karena disiplinnya kuat sekali,
buktinya tiap ada anak yang melanggar peraturan dihukum dengan hukuman
yang berat.” Komentar para orang tua siswa di jaman itu. Demikianlah
dijaman itu sekolah yang pandai menghukum siswanya dengan hukuman
berat malah diburu para calon orang tua siswa.
Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di
sekolah dengan menghukum siswa. Padahal kedua-duanya tidak saling
berhubungan. Karena terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya
akan membuahkan sikap disiplin yang semu yang lahir karena ketakutan
bukan karena lahirnya kesadaran akan perbaikan perilaku.
Banyak contoh penerapan disiplin siswa di sekolah yang mengarah
pada penerapan pendisiplinan dengan kekuatan fisik, seperti yang terjadi di
IPDN Jati Nangor Jawa Barat sehingga megakibatkan korban baik meninggal
atau cacat fisik, tetapi yang lebih parah lagi adalah psikis (mental) sehingga
anak didik akan merasa dendam dan akan membalasnya kepada adik-adik
tingkatnya dengan dalil pendisiplinan.
Bila anak tidak mampu lagi melakukan perlawanan untuk
mendapatkan kekuasaannya maka anak akan mencari cara lain, untuk
pada anak biasannya perasaan anak yang terpukul yang disebabkan oleh
perilaku guru baik secara batin (kata-kata yang menyakitkan) maupun Fisik
(Mohammad Efendi, 2006)
Di SMA Darul Hikam yang merupakan objek penelitian penulis,
dalam melaksanankan penerapan sikap disiplin siswa ternyata masih jauh dari
harapan sekolah, terbukti dengan masih adanya siswa yang melanggar tata
tertib sekolah seperti tidak membuat tugas, terlambat datang ke sekolah,
berbohong, mengaktifkan handphone saat jam belajar, tidak berboncengan
motor antara laki-laki dan perempuan, terlambat masuk kelas setelah jam
istirahat, pemakaian seragam yang tidak lengkap, bagi siswa laki-laki rambut
yang kurang rapi, dan bagi siswa perempuan jilbab yang tidak memakai
kerudung dalam.
Menurut guru bimbingan konseling di sekolah tersebut, yang melatar
belakangi siswa melakukan sikap tidak disiplin diantaranya lemahnya
perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk
dengan urusan ekonomi, orang tua yang otoriter, pengaruh pergaulan
dilingkungan sekitar anak , adanya perkembangan media elektronik, kurang
demokratisnya pendekatan dari orang tua, lingkungan keluarga yang
notabenenya keluarga tingkat ekonomi menengah ke atas sehingga anak
kurang mandiri dan manja, mencari perhatian guru, ego yang tinggi, dan anak
kerabatnya. Karakter siswa tersebut menimbulkan sulitnya menanamkan
disiplin, terutama disiplin ketika siswa datang ke sekolah tepat waktu.
Berkaitan dengan permasalahan di atas, penulis pada penelitian yang
akan dilakukan, mengangkat judul “PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Dengan
harapan agar dalam menegakkan kedisiplinan siswa hendaknya setiap
penegak disiplin sekolah dapat menerapkan metode bagaimana meningkatkan
kedisiplinan siswa dengan kesadaran sendiri dan penuh tanggung jawab dan
mengubah pola penerapan disiplin tidak dengan hukuman berat. Disinilah
pentingnya peran guru bimbingan konseling. Pelayanan bimbingan dan
konseling dapat mengoptimalkan perkembangan anak-anak dan remaja,
dengan alasan pertama, pemberian layanan bantuan dalam bimbingan dan
konseling didahului oleh upaya-upaya pemahaman kemampuan, karakteristik
dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik. Kedua,
pemberian layanan bimbingan konseling dilaksanakan secara individual,
kelompok, klasikal dan massal.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling, termasuk materi
bimbingan yang akan dilaksanakan seyogyanya dapat secara langsung
mengacu pada satu atau lebih fungsi-fungsi bimbingan konseling agar hasil
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Pada penelitian ini masalah dibatasi pada meningkatkan kedisiplinan
siswa melalui bimbingan pribadi sosial. Untuk itu akan diuraikan secara
singkat mengenai kedisiplinan siswa dan bimbingan pribadi sosial.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai yaitu nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses
pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi
suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk
menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa. Disiplin sekolah merupakan
keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi
moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak
terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif
dan menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar.
Di sekolah masalah disiplin siswa tidak pernah selesai, berbagai cara
telah dilakukan oleh sekolah demi tegaknya kedisiplinan. Di Darul Hikam
kedisiplinan siswa adalah faktor utama dalam keberhasilan proses
pembelajaran. Upaya-upaya dalam penegakkan kedisiplinan telah dilakukan
seperti pemberian hukuman bagi yang melanggar dan memberikan
penghargaan bagi siswa yang selalu mentaati tata tertib sekolah. Hukuman
yang diberikan tentunya bersifat edukatif seperti dengan memberikan hafalan
Pemberian reward bagi siswa yang tidak melanggar dengan memberikan
sertifikat penghargaan di akhir semester. Akan tetapi dengan cara tersebut
guru merasa masih kurang berhasil dalam penegakkan kedisiplinan, siswa
masih ada yang terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas,
terlambat masuk kelas setelah jam istirahat, pemakaian seragam yang tidak
lengkap, bagi siswa laki-laki rambut yang kurang rapi, dan bagi siswa
perempuan jilbab yang tidak memakai kerudung dalam.
Kedisiplinan siswa yang diharapkan adalah yang lahir dan tumbuh
dari dalam diri dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Dengan demikian,
disiplin menjadi bagian dari kebutuhan dan kepentingan positif mereka di
sekolah maupun luar sekolah, selain menjadi budaya positif bagi mereka.
Dari phenomena yang terjadi di SMA Darul Hikam, maka perlu adanya
upaya peningkatan dalam menegakkan kedisiplinan agar hasil yang
diharapkan akan lebih maksimal. Untuk itu perlu cara baru terutama dalam
memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar. Cara tersebut diharapkan
akan lebih efektif dan tepat sasaran.
Bimbingan Konseling pribadi sosial merupakan salah satu alternatif
pilihan, Di Indonesia layanan bimbingan dan konseling di sekolah telah
berkembang cukup lama. Hal ini merupakan komitmen para pengelola dan
pelaksana pendidikan terhadap tujuan pendidikan yang diharapkan, yaitu
membentuk dan mengembangkan pribadi siswa secara optimal dan utuh.
Maha Esa; (2) berbudi pekerti luhur; (3) memiliki pengetahuan dan
keterampilan; (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani; (5) memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri; dan (6) memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (Depdikbud, 1992: 7) Tujuan pendidikan
sejalan dengan konsep bimbingan dan konseling yang berupaya untuk
memandirikan individu sehingga dapat berkembang secara optimal serta
untuk membantu membuat keputusan dan memecahkan masalah. Berkenaan
dengan pemecahan masalah, masalah individu ada yang bersifat pribadi dan
sosial. Atas alasan inilah perlunya diberikan bimbingan pribadi-sosial.
Bimbingan sosial pribadi dirahkan untuk memantapkan kepribadian
dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani
masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada
pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.
(Syamsu, 2005).
Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan
teratur dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti
bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak,
karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa diharapkan
berguna bagi semua.
Setidaknya ada dua bentuk disiplin yang perlu dikembangkan oleh
menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku.
Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan yang ada. Disiplin korektif, yaitu upaya mengarahkan siswa untuk
tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi
pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti
aturan yang ada.
Dari batasan masalah tersebut dikembangkan menjadi beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran secara umum kedisiplinan siswa kelas X
SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?
2. Bagaimanakan gambaran setiap aspek kedisiplinan siswa kelas X
SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?
3. Program bimbingan seperti apa yang sesuai dengan gambaran
kedisiplinan SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?
4. Bagaimanakah penilaian personil sekolah terkait program bimbingan
yang telah disusun?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah
untuk memperoleh rumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran secara umum kedisiplinan siswa kelas X
SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010.
b. Memperoleh gambaran berdasarkan aspek pembangun kedisiplinan
siswa kelas X SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010.
c. Memperoleh program bimbingan pribadi-sosial kedisiplinan siswa
kelas X SMA Darul Hikam.
d. Memperoleh program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
penilaian personil sekolah (kepala sekolah dan guru BK).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara praktis dapat memberikan pedoman kepada guru-guru khususnya
guru bimbingan konseling dalam upaya meningkatkan disiplin siswa
pada sistem pendidikan SMA Darul Hikam. Pedoman ini sangat penting
dan sangat berguna untuk melaksanakan pembinaan kepribadian sebagai
parameter setiap pengajaran.
2. Secara teoritis dapat dijadikan khazanah ilmu pengetahuan untuk
mengembangkan bimbingan konseling pribadi sosial dalam kaitannya
3. Dapat menjadikan masukan dalam pengembangan paradigma pembinaan
kedisiplinan siswa di sekolah-sekolah yang ada di lingkungan Perguruan
Darul Hikam dengan menggunakan hubungan timbal balik antara
sekolah dengan masyarakat (orang tua dan siswa) dalam mewujudkan
tanggungjawab pembinaan disiplin siswa.
E. Asumsi Penelitian
Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kedisiplinan merupakan kepatuhan atau ketaatan seseorang dalam
menjalankan peraturan yang ada dengan tegas dan senang hati tanpa ada
paksaan dari pihak lain atau dari luar, melainkan timbul dari dalam
dirinya sendiri untuk mematuhinya.
2. Kedisiplinan siswa merupakan kepatuhan atau ketaatan siswa dalam
belajar yang dilandasi rasa tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi
tanpa harus menunggu perintah dari orang lain.
3. Disiplin mempunyai dua fungsi yaitu sebagai alat pendidikan, dan
sebagai alat untuk penyesuaian dalam kehidupan (Koestoer, 1983 : 48).
4. Bimbingan sosial-pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani
masalah-masalah diriya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami individu
(Syamsu, 2005).
F. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan pendekatan mix method design yang
bersifat descriptive-developmental atau deskriptif-pengembangan (Sevilla, et
al., 1993: 81-84). Deskriptif karena penelitian ini mendeskriptifkan atau
menjelaskan kondisi objektif dari peristiwa dan kejadian yang ada pada masa
sekarang. Kondisi yang dimaksud adalah perilaku kedisiplinan siswa kelas X
SMA Darul Hikam Bandung tahun ajaran 2009-2010. Sebagaimana
dijelaskan sudjana & Ibrahim (1989: 52) bahwa metode penelitian deskriptif
digunakan apabila bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menjelaskan
peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang.
Selain itu, metode descriptive-developmental yang sifatnya
pengembangan digunakan karena pada akhirnya deskriptif yang diperoleh
dari pengambilan data lapangan tentang kedisiplinan siswa, merupakan dasar
bagi pengembangan program bimbingan konseling sosial-pribadi dalam
G. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Darul Hikam
yang berlokasi di Jl. Tubagus Ismail Depan No 76 Bandung. Pengambilan
sampel penelitian dilakukan dengna menggunakan teknik probability
sampling, yaitu cluster-proportional random sampling. Yaitu suatu metode
pemilihan ukuran sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel secara acak dan