• Tidak ada hasil yang ditemukan

t bp 0808999 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t bp 0808999 chapter1"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sadar akan hakikatnya, setiap manusia di muka bumi ini selalu

berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah perilaku menuju ke hal

yang lebih baik itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Perubahan itu

melalui perjalanan yang panjang, berjenjang, dan berkesinambungan.

Satu-satunya jalur yang dapat ditempuh yakni pendidikan.

Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya

pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter. Hal

ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa dan masyarakat Indonesia tetapi juga

oleh Negara-negara maju. Bahkan di negara-negara industri dimana ikatan

moral sudah semakin longgar, masyarakatnya sudah mulai merasakan

perlunya pendidikan moral yang pada akhir-akhir ini mulai ditelantarkan.

Masalah pendidikan tidak lepas dari keberadaan siswa yaitu orang

yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangannya

harus melalui proses belajar. Termasuk di dalamnya belajar mengenal diri,

belajar mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Ini

dilakukan agar siswa dapat mengetahui dan menempatkan posisinya di

(2)

Kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah

(Nursisto, 2002:78). Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses

pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib

kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah

dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian

tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk

mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata

tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal.

Membicarakan tentang kedisiplinan sekolah tidak bisa dilepaskan

dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di

kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat

mengkhawatirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba,

gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya,

yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan

masyarakat umum (Harian pikiran rakyat, kamis 18 Desember 2008).

Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai

aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari

pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti:

kasus bolos, perkelahian atau tawuran, nyontek, pemalakan, pencurian dan

bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.

Menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan

(3)

umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang

dilakukan oleh siswa semakin bertambah dari waktu ke waktu. Beberapa

masalah yang kerap terjadi di sekolah, dan barangkali hal ini juga terjadi

hampir di semua sekolah diantaranya: (1) mengabaikan atau pelanggaran tata

tertib sekolah, khususnya tentang berpakaian dan berpenampilan;

(2) membolos pada mata pelajaran tertentu; (3) merokok di lingkungan

sekolah; (4) terlambat masuk sekolah; (5) berpacaran di lingkungan sekolah

yang cenderung agresif, ditempat terbuka, tanpa ada perasaan malu atau risih;

(6) geng siswa, atau kelompok siswa dengan tanpa identitas jelas;

(7) pertikaian antar siswa; (8) perkelahian antar sekolah; (9) hegemoni siswa

senior; (10) rovokasi cenderung negatif dari alumni; (11) tidak peduli

terhadap kebersihan dan keindahan lingkungannya, termasuk coret mencoret

dinding sekolah dan fasilitas sekolah; (12) penggunaan psikotropika dan

narkotika; (13) nongkrong di luar area sekolah, seperti tempat game atau

internet; (14) pencurian barang siswa lain saat lengah; (15) malas belajar;

(16) tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

Hasil penelitian terhadap kenakalan remaja (Masngudin HMS, 2007)

pada umumnya dikategorikan sebagai anak bersekolah di kota besar dilihat

dari bentuk dan persentasenya adalah sebagai berikut: (1) berbohong 100%;

(2) pergi keluar rumah tanpa pamit 100%; (3) keluyuran 93.3%; (4) begadang

98.3%; (5) minum-minuman keras 83.3%; (6) penyalahgunaan narkotika

(4)

(9) hubungan sex di luar nikah 40%; (10) berjudi 33.3%; (11) membolos

23.3%; (12) melihat gambar porno 23.3%; (13) menonton film forno 16.7%

Tumbuh kembangnya perilaku buruk menurut Dreikuns dan Cossel

(1994) berdasarkan hasil pengamatannya menjelaskan bahwa perilaku buruk

yang muncul pada anak didik secara spesifik terkristalisasi menjadi: (1) untuk

menarik perhatian; (2) untuk mendapatkan kekuasaan; (3) dipicu perasaan

dendam; dan (4) mempertontonkan kekuranganya.

Untuk lebih jelasnya pengertian masing-masing aspek yang dimaksud

dapat disimak dari contoh-contoh kasus berikut: pada kasus untuk menarik

perhatian orang lain, guru atau orang tua, anak biasanya menggunakan 2 cara

yaitu melalui perilaku aktif distruktif dan pasif deskriftif. Pertama, pada

khususnya aktif distruktif, anak menjalankan aksinya dengan cara melakukan

kebaikan yang sangat mencolok untuk menutupi “Kekuatan Buruk” yang

sebenarnya itikad jelek pada siswa. Lantaran intensitas melakukan perbuatan

tersebut bukan untuk belajar atau bekerjasama, melainkan berusaha

menonjolkan dalam rangka menarik perhatian khusus. Kekeliruan anak dalam

menyesuaikan diri lewat menarik perhatian, akan tampak lebih jelas

manakala pujian atau perhatian yang diharapkan tidak berhasil di dapatkan,

maka sikap anak baik yang dilakukan akan berakhir.

Kedua, pada kasus pasif distruktif, anak menjalankan aksinya untuk

menarik perhatian dalam format “anak manis, anak kesayangan guru atau

(5)

untuk mencapai tujuannya makin tinggi perhatian yang diharapkan oleh anak,

namun bila perhatian yang diharapkan dari guru tidak sepadan dengan usaha

yang dilakukan, maka anak tidak bergairah lagi untuk belajar efeknya

cenderung menjadi pemalas, bahkan kearah yang negatif. Jika orang tua atau

guru tidak segera mengambil tindakan dalam menghadapi tuntutan anak

untuk memperoleh perhatian yang berlebihan tersebut, biasanya anak akan

melakukan ekpasi terhadap kekuasaannya agar menjadi penguasa pada diri

anak akan tumbuh pikiran-pikiran yang menjurus salah seperti sifat ego

pribadi yang penting bagi saya orang lain masa bodoh, jika sifat berkuasa

pada siswa muncul di kelas, biasanya guru akan berpikir bahwa eksistensinya

sebagai penguasa kelas, biasanya guru melakukan serangan balik untuk

meredam munculnya bibit kekuasaan pada siswa dan jika langkah tersebut

benar-benar dilakukan oleh guru, barang kali sama halnya guru telah

menuangkan bensin kedalam api yang menyala.

Secara garis besar banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa

akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar di sekolah. Tentu

saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangannya,

dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.

Kedisiplinan siswa sering kali kita dengar sebagai suatu masalah di

sebuah sekolah, apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa-

siswanya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya,

(6)

dengan penegakkan kedisiplinan, masih ada guru yang menggunakan

hukuman dalam penegakkan disiplin di sekolah. Bahkan di jaman tahun 80

an sekolah-sekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat

dan disiplin yang tinggi. “Sekolah itu bagus karena disiplinnya kuat sekali,

buktinya tiap ada anak yang melanggar peraturan dihukum dengan hukuman

yang berat.” Komentar para orang tua siswa di jaman itu. Demikianlah

dijaman itu sekolah yang pandai menghukum siswanya dengan hukuman

berat malah diburu para calon orang tua siswa.

Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di

sekolah dengan menghukum siswa. Padahal kedua-duanya tidak saling

berhubungan. Karena terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya

akan membuahkan sikap disiplin yang semu yang lahir karena ketakutan

bukan karena lahirnya kesadaran akan perbaikan perilaku.

Banyak contoh penerapan disiplin siswa di sekolah yang mengarah

pada penerapan pendisiplinan dengan kekuatan fisik, seperti yang terjadi di

IPDN Jati Nangor Jawa Barat sehingga megakibatkan korban baik meninggal

atau cacat fisik, tetapi yang lebih parah lagi adalah psikis (mental) sehingga

anak didik akan merasa dendam dan akan membalasnya kepada adik-adik

tingkatnya dengan dalil pendisiplinan.

Bila anak tidak mampu lagi melakukan perlawanan untuk

mendapatkan kekuasaannya maka anak akan mencari cara lain, untuk

(7)

pada anak biasannya perasaan anak yang terpukul yang disebabkan oleh

perilaku guru baik secara batin (kata-kata yang menyakitkan) maupun Fisik

(Mohammad Efendi, 2006)

Di SMA Darul Hikam yang merupakan objek penelitian penulis,

dalam melaksanankan penerapan sikap disiplin siswa ternyata masih jauh dari

harapan sekolah, terbukti dengan masih adanya siswa yang melanggar tata

tertib sekolah seperti tidak membuat tugas, terlambat datang ke sekolah,

berbohong, mengaktifkan handphone saat jam belajar, tidak berboncengan

motor antara laki-laki dan perempuan, terlambat masuk kelas setelah jam

istirahat, pemakaian seragam yang tidak lengkap, bagi siswa laki-laki rambut

yang kurang rapi, dan bagi siswa perempuan jilbab yang tidak memakai

kerudung dalam.

Menurut guru bimbingan konseling di sekolah tersebut, yang melatar

belakangi siswa melakukan sikap tidak disiplin diantaranya lemahnya

perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk

dengan urusan ekonomi, orang tua yang otoriter, pengaruh pergaulan

dilingkungan sekitar anak , adanya perkembangan media elektronik, kurang

demokratisnya pendekatan dari orang tua, lingkungan keluarga yang

notabenenya keluarga tingkat ekonomi menengah ke atas sehingga anak

kurang mandiri dan manja, mencari perhatian guru, ego yang tinggi, dan anak

(8)

kerabatnya. Karakter siswa tersebut menimbulkan sulitnya menanamkan

disiplin, terutama disiplin ketika siswa datang ke sekolah tepat waktu.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, penulis pada penelitian yang

akan dilakukan, mengangkat judul “PROGRAM BIMBINGAN DAN

KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN

KEDISIPLINAN SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Dengan

harapan agar dalam menegakkan kedisiplinan siswa hendaknya setiap

penegak disiplin sekolah dapat menerapkan metode bagaimana meningkatkan

kedisiplinan siswa dengan kesadaran sendiri dan penuh tanggung jawab dan

mengubah pola penerapan disiplin tidak dengan hukuman berat. Disinilah

pentingnya peran guru bimbingan konseling. Pelayanan bimbingan dan

konseling dapat mengoptimalkan perkembangan anak-anak dan remaja,

dengan alasan pertama, pemberian layanan bantuan dalam bimbingan dan

konseling didahului oleh upaya-upaya pemahaman kemampuan, karakteristik

dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik. Kedua,

pemberian layanan bimbingan konseling dilaksanakan secara individual,

kelompok, klasikal dan massal.

Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling, termasuk materi

bimbingan yang akan dilaksanakan seyogyanya dapat secara langsung

mengacu pada satu atau lebih fungsi-fungsi bimbingan konseling agar hasil

(9)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi pada meningkatkan kedisiplinan

siswa melalui bimbingan pribadi sosial. Untuk itu akan diuraikan secara

singkat mengenai kedisiplinan siswa dan bimbingan pribadi sosial.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai yaitu nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses

pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi

suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk

menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa. Disiplin sekolah merupakan

keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi

moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak

terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif

dan menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar.

Di sekolah masalah disiplin siswa tidak pernah selesai, berbagai cara

telah dilakukan oleh sekolah demi tegaknya kedisiplinan. Di Darul Hikam

kedisiplinan siswa adalah faktor utama dalam keberhasilan proses

pembelajaran. Upaya-upaya dalam penegakkan kedisiplinan telah dilakukan

seperti pemberian hukuman bagi yang melanggar dan memberikan

penghargaan bagi siswa yang selalu mentaati tata tertib sekolah. Hukuman

yang diberikan tentunya bersifat edukatif seperti dengan memberikan hafalan

(10)

Pemberian reward bagi siswa yang tidak melanggar dengan memberikan

sertifikat penghargaan di akhir semester. Akan tetapi dengan cara tersebut

guru merasa masih kurang berhasil dalam penegakkan kedisiplinan, siswa

masih ada yang terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas,

terlambat masuk kelas setelah jam istirahat, pemakaian seragam yang tidak

lengkap, bagi siswa laki-laki rambut yang kurang rapi, dan bagi siswa

perempuan jilbab yang tidak memakai kerudung dalam.

Kedisiplinan siswa yang diharapkan adalah yang lahir dan tumbuh

dari dalam diri dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Dengan demikian,

disiplin menjadi bagian dari kebutuhan dan kepentingan positif mereka di

sekolah maupun luar sekolah, selain menjadi budaya positif bagi mereka.

Dari phenomena yang terjadi di SMA Darul Hikam, maka perlu adanya

upaya peningkatan dalam menegakkan kedisiplinan agar hasil yang

diharapkan akan lebih maksimal. Untuk itu perlu cara baru terutama dalam

memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar. Cara tersebut diharapkan

akan lebih efektif dan tepat sasaran.

Bimbingan Konseling pribadi sosial merupakan salah satu alternatif

pilihan, Di Indonesia layanan bimbingan dan konseling di sekolah telah

berkembang cukup lama. Hal ini merupakan komitmen para pengelola dan

pelaksana pendidikan terhadap tujuan pendidikan yang diharapkan, yaitu

membentuk dan mengembangkan pribadi siswa secara optimal dan utuh.

(11)

Maha Esa; (2) berbudi pekerti luhur; (3) memiliki pengetahuan dan

keterampilan; (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani; (5) memiliki

kepribadian yang mantap dan mandiri; dan (6) memiliki rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan (Depdikbud, 1992: 7) Tujuan pendidikan

sejalan dengan konsep bimbingan dan konseling yang berupaya untuk

memandirikan individu sehingga dapat berkembang secara optimal serta

untuk membantu membuat keputusan dan memecahkan masalah. Berkenaan

dengan pemecahan masalah, masalah individu ada yang bersifat pribadi dan

sosial. Atas alasan inilah perlunya diberikan bimbingan pribadi-sosial.

Bimbingan sosial pribadi dirahkan untuk memantapkan kepribadian

dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani

masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada

pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan

karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.

(Syamsu, 2005).

Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan

teratur dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti

bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak,

karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa diharapkan

berguna bagi semua.

Setidaknya ada dua bentuk disiplin yang perlu dikembangkan oleh

(12)

menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku.

Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap

peraturan yang ada. Disiplin korektif, yaitu upaya mengarahkan siswa untuk

tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi

pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti

aturan yang ada.

Dari batasan masalah tersebut dikembangkan menjadi beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran secara umum kedisiplinan siswa kelas X

SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?

2. Bagaimanakan gambaran setiap aspek kedisiplinan siswa kelas X

SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?

3. Program bimbingan seperti apa yang sesuai dengan gambaran

kedisiplinan SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010?

4. Bagaimanakah penilaian personil sekolah terkait program bimbingan

yang telah disusun?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah

untuk memperoleh rumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial

(13)

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran secara umum kedisiplinan siswa kelas X

SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010.

b. Memperoleh gambaran berdasarkan aspek pembangun kedisiplinan

siswa kelas X SMA Darul Hikam Tahun Ajaran 2009/2010.

c. Memperoleh program bimbingan pribadi-sosial kedisiplinan siswa

kelas X SMA Darul Hikam.

d. Memperoleh program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan

penilaian personil sekolah (kepala sekolah dan guru BK).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara praktis dapat memberikan pedoman kepada guru-guru khususnya

guru bimbingan konseling dalam upaya meningkatkan disiplin siswa

pada sistem pendidikan SMA Darul Hikam. Pedoman ini sangat penting

dan sangat berguna untuk melaksanakan pembinaan kepribadian sebagai

parameter setiap pengajaran.

2. Secara teoritis dapat dijadikan khazanah ilmu pengetahuan untuk

mengembangkan bimbingan konseling pribadi sosial dalam kaitannya

(14)

3. Dapat menjadikan masukan dalam pengembangan paradigma pembinaan

kedisiplinan siswa di sekolah-sekolah yang ada di lingkungan Perguruan

Darul Hikam dengan menggunakan hubungan timbal balik antara

sekolah dengan masyarakat (orang tua dan siswa) dalam mewujudkan

tanggungjawab pembinaan disiplin siswa.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kedisiplinan merupakan kepatuhan atau ketaatan seseorang dalam

menjalankan peraturan yang ada dengan tegas dan senang hati tanpa ada

paksaan dari pihak lain atau dari luar, melainkan timbul dari dalam

dirinya sendiri untuk mematuhinya.

2. Kedisiplinan siswa merupakan kepatuhan atau ketaatan siswa dalam

belajar yang dilandasi rasa tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi

tanpa harus menunggu perintah dari orang lain.

3. Disiplin mempunyai dua fungsi yaitu sebagai alat pendidikan, dan

sebagai alat untuk penyesuaian dalam kehidupan (Koestoer, 1983 : 48).

4. Bimbingan sosial-pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan

mengembangkan kemampuan individu dalam menangani

masalah-masalah diriya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada

(15)

karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami individu

(Syamsu, 2005).

F. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan pendekatan mix method design yang

bersifat descriptive-developmental atau deskriptif-pengembangan (Sevilla, et

al., 1993: 81-84). Deskriptif karena penelitian ini mendeskriptifkan atau

menjelaskan kondisi objektif dari peristiwa dan kejadian yang ada pada masa

sekarang. Kondisi yang dimaksud adalah perilaku kedisiplinan siswa kelas X

SMA Darul Hikam Bandung tahun ajaran 2009-2010. Sebagaimana

dijelaskan sudjana & Ibrahim (1989: 52) bahwa metode penelitian deskriptif

digunakan apabila bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menjelaskan

peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang.

Selain itu, metode descriptive-developmental yang sifatnya

pengembangan digunakan karena pada akhirnya deskriptif yang diperoleh

dari pengambilan data lapangan tentang kedisiplinan siswa, merupakan dasar

bagi pengembangan program bimbingan konseling sosial-pribadi dalam

(16)

G. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Darul Hikam

yang berlokasi di Jl. Tubagus Ismail Depan No 76 Bandung. Pengambilan

sampel penelitian dilakukan dengna menggunakan teknik probability

sampling, yaitu cluster-proportional random sampling. Yaitu suatu metode

pemilihan ukuran sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel secara acak dan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kadar glukosa darah rata-rata tikus sehat, tikus hasil induksi MLD-STZ dan tikus hasil terapi herbal spray Spirulina sp.. Perlakuan Rata-rata Glukosa

Atas berkat rahmat Allah SWT, maka publikasi Kecamatan Tabir Lintas Dalam Angka 2014 yang diterbitkan oleh Koordinator Statistik Kecamatan sebagai dasar untuk mengetahui

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti bersama guru mitra dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih terdapat kelemahan-kelemahan yaitu guru

Dari hasil pengamatan didapat lama penyimpanan telur ayam merawang (Gallusgallus) menunjukkan berpengaruh sangat nyata (P<0.05) terhadap berat tetas, hal ini

Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana TERJAMIN tidak

Kayu sungkai termasuk salah satu kayu yang mempunyai pola gambar yang indah (dekoratif) apabila diiris (disayat), kayu sungkai mempunyai berat jenis 0,63, termasuk kelas kuat

Pernyataan dasar seperti itu di dalam logika disebut premis (pernyataan dasar). Di dalam penalaran deduktif, berdasarkan atas premis itu ditarik kesimpulan yang

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari