• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, masih terjadi aktus women trafficking secara masif. Women trafficking

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, masih terjadi aktus women trafficking secara masif. Women trafficking"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakta menunjukkan bahwa di belahan dunia mana saja termasuk Indonesia, masih terjadi aktus women trafficking secara masif. Women trafficking bukan fenomena yang sederhana. Women trafficking juga bukan merupakan fenomena baru, baik di masyarakat dunia maupun di Indonesia. Women trafficking memang masih terjadi secara masif di seluruh belahan dunia. Dengan demikian, women trafficking merupakan salah satu “oldest professions, profesi tertua” dari eksistensi manusia, seperti yang dicatat oleh Luis CdeBaca, Duta Besar Amerika Serikat untuk Pemantauan dan Pemberantasan Perdagangan Orang, Trafficking in Persons, TIP (Varney, 2013). Hal ini terbukti dan tercatat dalam sejarah seperti penjualan Yusuf (perdagangan tenaga kerja) ke Mesir oleh saudara-saudaranya karena kesal dan cemburu akan kasih sayang Yakub yang berlebihan kepada Yusuf. Yusuf dijual sebagai budak oleh anggota keluarganya sendiri yang kemudian mengarang cerita tentang keadaannya, tanpa meninggalkan harapan kepada Yakub sang ayah. Yusuf memang tercatat sebagai anggota keluarga Yakub yang pernah hilang dan bekerja sebagai budak di Mesir. Pada akhirnya Yusuf berhasil bertemu kembali dengan keluarganya (ayah dan ibunya) serta saudara-saudaranya (orang-orang yang melakukan kejahatan) terhadapnya, lalu mengaku bersalah dan menawarkan diri untuk dihukum sebagai tebusan atas tindakan mereka (Varney, 2013).

(2)

2 Aktus women trafficking tidak pernah berhenti. Dari saat ke saat aktus ini terus berlangsung. Di masa sekarang ini women trafficking justru berkembang subur dengan berbagai modus operandi. Hingga saat ini diperkirakan bahwa ada hampir 21 juta korban women trafficking di seluruh dunia (Varney, 2013). Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan bahwa ada 20,9 juta orang bekerja sebagai budak dan sekitar 1,2 juta anak-anak dijual setiap tahun (Clause & Lawler, 2013).

Women trafficking adalah the hidden crime, kejahatan tersembunyi atau terselubung di dalam masyarakat lokal. Tetapi kebanyakan orang tidak mampu mengidentifikasi jenis kejahatan ini, baik dalam keluarga maupun di masyarakat. Dari lingkup lokal, women trafficking berkembang menjadi new slavery, contemporary slavery atau modern slavery (Lusk & Lucas, 2009) sebagai kejahatan di zaman ini yang mengakibatkan kesengsaraan bagi kaum perempuan. Disebut kejahatan karena orang yang diperdagangkan tidak diperlakukan sebagai sumber daya manusia yang mempunyai potensi dan hak-hak pribadi, melainkan sebagai barang dagangan yang dapat diperjual-belikan (Lapian & Geru, 2010 : 128).

Di Indonesia, women trafficking memang masih berkembang dengan sangat subur. Indonesia telah diidentifikasi sebagai negara sumber (a source country) utama women trafficking di kawasan Asia Tenggara (IOM 2011; Larsen 2010). Indonesia diketahui menjadi sumber perdagangan orang (perempuan) baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Perdagangan perempuan telah diidentifikasi sebagai fenomena yang memprihatinkan di 34 provinsi di Indonesia,

(3)

3 dengan daerah pemasok terbesar terdapat di Jawa, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Lampung dan Sumatera Selatan. Menurut data IOM, hampir sebagian besar orang Indonesia yang diperdagangkan, Jawa diidentifikasi sebagai daerah sumber terbesar (46%; n=1.714), disusul Kalimantan Barat (20%; n=722, Sumatera Utara (7%; n=254), kemudian Nusa Tenggara Barat (6%; n=237), Lampung (5%; n=189) dan diikuti lagi oleh provinsi-provinsi lainnya (Larsen, Andrevski & Lyneham, 2013).

Secara khusus, dalam konteks NTT, walaupun IOM tidak menysebut secara detail sebagai urutan pertama soal women trafficking, namun NTT juga telah diidentifikasi sebagai salah satu daerah industri TKI/TKW. Potret women trafficking di zona NTT sudah sangat memprihatinkan banyak pihak. Keprihatinan ini akan sulit diatasi, apabila para trafficker terus berpretensi untuk mengejar keuntungan moneter yang sangat menjanjikan. Oleh karena itu, women trafficking boleh dibilang sebagai suatu bentuk kejahatan yang begitu rumit untuk diungkap. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT, jumlah kasus women trafficking memang sangat memprihatinkan. Dari 22 kabupaten/kota yang ada di NTT, fakta menunjukkan jumlah kasus trafficking yang ada hampir merata di semua daerah. Ada beberapa hal yang ditonjolkan, diantaranya : (1) Jenis Kasus; (2) Bentuk kekerasan, terdiri dari : kekerasan fisik, psikis, seksual, penelantaran, eksploitasi dan lain-lain; (3) Tempat Kejadian : di tempat kerja, baik di luar daerah maupun di luar negeri; (4) Pelaku (trafficker) serta (5) Korban (victims).

(4)

4 Pemerintah Provinsi NTT telah memiliki perangkat dan regulasi khusus yang mengatur mengenai perdagangan orang (terutama perempuan dan anak). Yang dijadikan sebagai kekuatan atau landasan hukum untuk melindungi masyarakat dari tindakan perdagangan orang adalah : Peraturan Daerah (Perda) Provinsi NTT Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanganan Korban Perdagangan Orang serta Peraturan Gubernur (Pergub) NTT Nomor 35 Tahun 2010 tentang gugus tugas penanganan tindak pidana perdagangan orang. Untuk menjawabi dan melaksanakan Pergub No. 35/2010 tersebut, ditindaklanjuti dengan keputusan Gubernur yang telah mengalami beberapa kali perubahan diantaranya : Keputusan Gubernur NTT, No. 289/KEP/HK/2010, No. 190/KEP/ HK/2011 dan No.294/KEP/HK/2014 masing-masing tentang gugus tugas anti perdagangan orang dan pencegahan serta penanganan CTKI/TKW bermasalah atau non prosedural di Provinsi NTT. Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur ini merupakan strategi dan kebijakan pemerintah daerah, yang ditetapkan dengan berpedoman pada UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, serta Perpres No. 69 Tahun 2008 tentang gugus tugas penegakkan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa strategi dan kebijakan Pemerintah Provinsi NTT untuk memproteksi seluruh warga masyarakatnya sudah sangat kuat dalam membasmi tindakan perdagangan. Hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana modus operandi dan apa faktor penyebabnya sehingga women trafficking masih bertumbuh subur hingga saat ini?

(5)

5 Ada berbagai modus operandi dalam aktus women trafficking. Mereka (perempuan) direkrut, dijual, dipindahkan serta dijualkan kembali disertai berbagai kejahatan seperti penipuan, kekerasan dan eksploitasi. Perempuan (korban) dirampas hak asasinya, dikurung, dipukul, diperkosa, sehingga berakibat mereka mengalami penderitaan fisik, mental bahkan trauma yang dalam dan berkepanjangan, menderita penyakit berbahaya hingga berisiko kematian. Kasus-kasus women trafficking begitu sulit diidentifikasi karena melibatkan suatu sindikat yang berpengalaman sehingga sukar ditembus dengan cara-cara pemeriksaan yang “biasa”, namun tetap merupakan bentuk perbudakan dan perhambaan. Karena itu, women trafficking disebut juga sebagai perbudakan di zaman modern (the modern slavery) (Lapian & Geru, 2010 : 128–129).

Dari latar belakang penulisan di atas, penulis menampilkan tulisan ini dengan judul: “ANALISIS MODUS OPERANDI DAN PENYEBAB WOMEN TRAFFICKING DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (STUDI KASUS DI NUSA TENGGARA TIMUR)”.

B. Rumusan Masalah

Women Trafficking (perdagangan perempuan) telah menjadi masalah sosial yang signifikan besarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan latar belakang penulisan dan fokus penelitian di atas, maka penulis dapat merumuskan dua pokok permasalahan, sebagai berikut :

a. Bagaimana modus operandi (proses) terjadinya women trafficking di Provinsi Nusa Tenggara Timur?

(6)

6 b. Apa penyebab women trafficking di Provinsi Nusa Tenggara Timur?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk mengetahui modus operandi (proses) terjadinya women trafficking dan faktor penyebab women trafficking di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah berubah menjadi model penjajahan modern melalui pelanggaran, perbudakan dan kejahatan terhadap orang lain (perempuan).

D. Manfaat Penelitian

Secara sederhana, manfaat dari tulisan ini adalah untuk membuka wawasan dan menambah pengetahuan, terutama pengetahuan tentang women trafficking itu sendiri. Tujuan utamanya adalah mengetahui modus operandi (proses) dan penyebab women trafficking serta upaya mencapai saling pengertian atau pemahaman, untuk memerangi atau memberantas pelanggaran, perbudakan dan kejahatan dalam aktus women trafficking di zona NTT.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengamatan penulis, belum ada penulisan baik itu buku maupun tesis yang meneliti dan mengkaji secara khusus tentang analisis mengenai modus operandi atau proses dan penyebab women trafficking di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Namun, sebagai bahan perbandingan, penulis menampilkan beberapa penelitian (tesis) yang memiliki kemiripan substansi dengan tesis yang dikaji penulis :

(7)

7 Siti Maizul Habibah, dari Program Pasca Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM 2014, dengan judul : Peran Non Government Organization (NGO) dalam Menangani human trafficking yang terjadi pada Pekerja Migrant Indonesia ditinjau dari Humanitarianisme : Studi Kasus Migrant Care. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran NGO dalam menangani kasus Human Trafficking. Pembahasannya diarahkan untuk menganalisis bagaimana tindakan NGO dalam melakukan aksi-aksi kemanusiaan tersebut ditinjau dari perspektif Humanitarianisme dengan menelaah kesesuaian tindakan dan peran NGO tersebut dengan prinsip-prinsip kemanusiaan universal dalam menangani kasus human trafficking. Tujuan tersebut berangkat dari perumusan masalah yang membahas mengenai (1) bagaimana peran Migrant care dalam menangani kasus human trafficking yang terjadi pada pekerja migrant Indonesia? Dan (2) bagaimana peran migran care dilihat dari sisi humanitarianisme dalam penanganan kasus tersebut?

Yustika Citra Mahendra, dari Program Pasca Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM 2011, dengan judul : Human Trafficking di Asia Tenggara : Analisis Kegagalan Sekuritisasi Human Trafficking di Asia Tenggara. Di dalam penelitian ini terdapat beberapa point utama dalam memahami secara komprehensif permasalahan human trafficking yang terjadi di Asia Tenggara. Pertama; adalah dengan menilik kondisi obyektif human trafficking yang terjadi di Asia Tenggara seperti mengapa dan bagaimana human trafficking terjadi di Asia Tenggara. Kedua; adalah berangkat dari kondisi obyektif human trafficking yang terjadi di Asia Tenggara tersebut, tentunya ada

(8)

8 upaya-upaya untuk menyelesaikannya dan itu sudah dilakukan oleh negara-negara di Asia Tenggara yaitu dengan sekuritisasi. Sekuritisasi diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan human trafficking di Asia Tenggara, namun kondisi real menunjukkan bahwa human trafficking masih banyak terjadi dan cendrung bertambah.

Jeni Marlina Bailao, dari Program Magister Psikologi UGM 2008, dengan Judul : Tradisi Penjualan Keperawanan sebagai Sebuah Proses Human Trafficking dan Inisiasi Untuk Menjadi Pelacur pada Masyarakat di Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses yang berlangsung dari penjualan keperawanan hingga menjadi pelacur, motif yang melatar belakangi praktek trafficking yang terjadi dan pemaknaan pengalaman penjualan keperawanan bagi anak nona. Saat peneliti mengetahui bagaimana proses yang dialami seorang anak nona sejak dari tahap penjualan keperawanan hingga melacur, disitu diperoleh suatu deskripsi mengenai dinamika psikologi individu dalam memahami pengalaman hidupnya. Lebih jauh lagi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang timbul ketika menjalani penjualan keperawanan strategi coping dalam menghadapinya serta mengetahui motif-motif yang melatarbelakangi praktek penjualan keperawanan sehingga diperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang nilai-nilai yang dipegang oleh orang tua yang menerapkan penjualan keperawanan pada anak nona mereka. Penelitian di atas berangkat dari perumusan massalah yang membahas mengenai (1) bagaimana proses penjualan keperawanan anak nona hingga menjadi pelacur? (2) Motif-motif apa saja yang melatar

(9)

9 belakangi praktek penjualan keperawanan anak? (3) bagaimana anak memaknai dirinya terkait dengan praktek penjualan keperawanan?

Taufiqurrohman, dari Program Studi Ilmu Politik Konsentrasi Studi Hubungan Internasional UGM 2006, dengan judul : Perjanjian Internasional dan Kepatuhan Negara : Kepatuhan Albania Terhadap Protokol Palermo Dalam Upaya Penanggulangan Human Trafficking. Penelitian ini bertujaun menganalisa kepatuhan suatu negara (dalam hal ini Albania) terhadap suatu perjanjian internasional (dalam hal ini Protokol Palermo) serta hal-hal apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan : bagaimana kepatuhan Albania terhadap Protokol Palermo Dalam Upaya Penanggulangan Human Trafficking serta apa saja yang mempengaruhi kepatuhan tersebut.

Aniesaputri Junita, dari Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM, dengan Judul : Analisis Kebutuhan (Needs Assessment) Layanan Service Provider Bagi Korban Trafficking di Kepulauan Riau. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :

Tujuan Umum : diketahui gambaran kebutuhan korban trafficking dan layanan yang diberikan service provider untuk korban trafficking di Kepulauan Riau. Sedangkan Tujuan Khusus : (a) diketahui karakteristik korban dan apa saja kebutuhan korban trafficking, (b) diketahuinya layanan yang saat ini tersedia di masing-masing service provider dan bentuk layanan yang diberikan untuk korban trafficking, (c) Diketahuinya hambatan dan kesulitan service provider dalam melayani korban trafficking, (d) diketahuinya permasalahan yang dialami oleh korban trafficking dan hambatan dalam mengakses kebutuhannya. Penelitian ini

(10)

10 juga berangkat dari perumusan masalah yag membahas mengenai : “bagaimana gambaran kebutuhan korban trafficking dan layanan service provider bagi korban trafficking di Kepulauan Riau”?

Referensi

Dokumen terkait

berbagai macam barang yang mempunyai nilai ekonomis di lokasi pengabdian yaitu di Desa Jaya Raharja Kecamatan Sukajaya Bogor Jawa Barat dapat meningkatkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1 Buku teks Pendididkan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP kelas VII sudah layak untuk digunakan dari segi kelayakan isi, akan tetapi erdapat

Relief candi Jawa Timur diuji memakai teori estetika Prasejarah (gambar tidak Naturalis) hasilnya adalah sebagian besar gambar relief orang memiliki kekhasan dalam penatahanya;

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode turbidimetri yang terdapat pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hasil nilai negatif terdapat pada ketiga

Kriteria bobot dan skor masing- masing parameter pembentuk banjir dan longsor Mengetahui daerah yang berpotensi terjadinya rawan ( hazard ) dan resiko ( risk ) banjir

Energy ionisasi kecil maka akan semakin reaktan, afinitas electron berbanding lurus dengan kereaktifan sedangkan untuk nomor atom hanya berlaku pada unsur blok s yang

Berdasarkan hasil kuesioner, terdapat beberapa alasan dalam menerapkan ISO 14001, alasan paling utama yaitu untuk meningkatkan image perusahaan, meningkatkan partisipasi

harus lebih dahulu menguasai tentang konten tersebut. Pada kesempatan ini, konten yang akan disampaikan adalah Motivasi Belajar. Peneliti menyiapkan materi