• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN TEKNOKRATIK Renstra Kementerian Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN TEKNOKRATIK Renstra Kementerian Kesehatan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN TEKNOKRATIK

Renstra Kementerian Kesehatan

2015-2019

Oleh:

Sekretaris Jenderal

(2)

SISTEMATIKA PENULISAN RENSTRA K/L

2

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Kondisi Umum

I.2 Potensi dan Permasalahan

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

2.1 Visi Kementerian/Lembaga 2.2 Misi Kementerian/Lembaga

2.3 Nilai-nilai Kementerian Kesehatan

2.4 Tujuan Kementerian/Lembaga

2.5 Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga 2.6. Peta Strategi Pencapaian Visi

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

3.2 Arah Kebijakan dan Startegi Kementerian/Lembaga 3.3 Kerangka Regulasi

3.4 Kerangka Kelembagaan

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja Program 4.2. Target Kinerja Kegiatan

4.3. Kerangka Pendanaan

BAB V PENUTUP LAMPIRAN

Lampiran 1: Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian/Lembaga Lampiran 2: Matriks Kerangka Regulasi

(3)

KONDISI UMUM

Demografi: pertambahan penduduk, bonus

demografi, trend kelahiran, migrasi penduduk

Global: climate change, ancaman penyakit

menular (new emerging desease : ebola, SARS,

flu burung,dll)

Regional, al: MEA (masyarakat ekonomi ASEAN)

Nasional, al: perubahan UU 23 tahun 2014,

pelaksanaan JKN, UU tentang desa, subsidi BBM,

cukai rokok,

(4)

POTENSI DAN PERMASALAHAN

Siklus kehidupan (maternal, balita, usia

sekolah dan remaja, usia kerja dan lansia)

Pengendalian penyakit (penyakit menular ,

PTM dan jiwa

Analisis subsistem dalam SKN (ada 7 sub

sistem dalam SKN)

(5)

Visi

Masyarakat Sehat

(6)

Misi

1. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan

dalam mewujudkan perilaku sehat dan

pembangunan berwawasan kesehatan

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang

komprehensif, merata, bermutu, dan

berkesinambungan

3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan

kualitas sumber daya kesehatan

4. Meningkatkan tatakelola kepemerintahan yang

baik dan bersih

(7)

Nilai-nilai

P

Pro Rakyat

I

Inklusif

R

Responsif

E

Efektif dan Efisien

(8)

VISI KEMENKES 2019

Masy Sehat Yg Mandiri & Berkeadilan MISI KEMENKES

2015-2019

T1. MENINGKATNYA STATUS KESEHATAN MASYARAKAT

Meningkatnya Kemandirian, Akses & Mutu Sediaan Farmasi (Obat, Vaksin, Biosimilar) & Alkes Meningkatnya

Kesehatan masyarakat Meningkatnya Akses & Mutu Faskes

Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas, dan Pemerataan Tenaga

Kesehatan

SASARAN STRATEGIS/PROGRAM

Meningkatnya Kom-petensi & Kinerja Aparatur Kemenkes Meningkatnya tata

kelola kepemrintahan yang baik dan bersih

Meningkatnya Sistem Informasi Kes. Terintegrasi ARAH KEBIJAKAN KEMENKES: Penguatan primary health care (UKP dan

UKM)

Continum of

care thru life cycle Intervensi berbasis health risk KERANGKA REGULASI: KERANGKA PENDANAAN:

PETA STRATEGI PENCAPAIAN VISI 2019 KEMENTERIAN KESEHATAN

P ROG RA M G EN ERI K & TEK N IS K EM EN TERI AN KERANGKA KELEMBAGAAN: Peningkatan Efektivitas Organisasi Percepatan Regulasi Penyempur- naan Sistem JKN Peningkatan Pendanaan Preventif & Promotif Peningkatan Efektivitas Pembiayaan Kesehatan Meningkatnya Pengendalian Penyakit & Karantina

Kes

AKI, AKB, % STUNTING, % RMH TANGGA PHBS, % PASIEN YG PUAS, CAKUPAN JKN, % UNMET NEED, pemanfaatan bahan baku obat

Meningkatnya Dayaguna Kemitraan (DN & LN) Meningkatnya Integrasi Perencanaan, Bimtek & Monev Meningkatnya Sinergitas Antar K/L Pusat & Daerah Meningkatnya Koordinasi & Efektivitas Litbangkes ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI NASIONAL (RPJMN 2015-2019)

LINGKUNGAN STRATEGIS: GLOBAL, REGIONAL, NASIONAL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

T2. MENINGKATNYA RESPONSIVENESS & PERLIN-DUNGAN MASY THD RISIKO SOSIAL & FINANSIAL DI BIDANG

(9)

Tujuan Kemenkes 1

Meningkatnya status kesehatan masyarakat

Menurunnya angka kematian ibu 359 306 Menurunnya angka kematian bayi 32 24 Menurunnya persentase stunting 32.9% 28% Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS 32.3% 70% Meningkatnya persentase Kab/Kota punya kebijakan

PHBS 30% 100%

Pemanfaatan bahan baku obat dalam negeri

2 1

30 9

(10)

Meningkatnya daya tanggap dan perlindungan masy. terhadap

risiko sosial & finansial di bidang kesehatan

Meningkatnya kepuasan pasien terhadap yankes. 95%

Meningkatnya % penduduk tercakup dalam JKN 66.8% 100% Menurunnya persentase unmet need. 7% 1% *

Tujuan Kemenkes 2

* akan dibahas ulang bila terjadi perubahan kementerian /lembaga

(11)

KEBIJAKAN KEMENKES

2015-2019

1. Penguatan pelayanan kesehatan primer (primary health care)

2. Penerapan pendekatan kebrkelanjutan pelayanan mengikuti siklus hidup manusia (continuum of care)

(12)

STRATEGI KEMENKES

2015-2019

(1)

1. Meningkatkan kesehatan masyarakat

2. Meningkatkan pengendalian penyakit menular dan karantina

3. Meningkatkan akses dan mutu fasilitas kesehatan 4. Meningkatkan kemandirian, akses dan mutu

sediaan farmasi dan alkes

5. Meningkatkan jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan

(13)

STRATEGI KEMENKES

2015-2019

(2)

6. Meningkatkan integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan –evaluasi

7. Meningkatkan sinergitas antar kementerian / lembaga 8. Meningkatkan daya guna kemitraan dalam dan luar

negeri

9. Meningkatkan koodinasi dan efektifitas penelitian dan pengembangan kesehatan

10. Meningkatkan kompetensi dan kinerja aparatur kemenkes

11. Meningkatkan tata kelola yang baik dan bersih 12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan

(14)

Sasaran Strategis Kemenkes 1

Meningkatnya kesehatan masyarakat.

2015

2019

Meningkatnya % persalinan di faskes. 70% 95% Menurunnya % ibu hamil kurang energi kronik 24.2% 16.7% Mningkatnya % kab/kota yang memenuhi syarat

kualitas kesling 15.3% 40% Menurunnya prevalensi tekanan darah tinggi.

opsi: obesitas atau menurunya jumlah perokok 25.8% 23.4% Meningkatnya % kab/kota yang memiliki

kebijakan PHBS 30% 100%

(15)

Meningkatnya pengendalian penyakit

dan karantina kesehatan.

2015 2019

Eliminasi malaria, kusta, frambusia

Menurunnya jumlah kejadian luar biasa (KLB)

penyakit menular 1501 901 Meningkatnya % kab/kota sbg pintu masuk yg

melaksanakan karantina kes. 11% 100%

(16)

Meningkatnya akses dan mutu fasilitas

kesehatan.

2015 2019

Meningkatnya % kec. dengan kesiapan akses yankes

tingkat pertama. 61% 95% Meningkatnya % kab/kota dengan kesiapan akses

yankes lanjutan 60% 95% Meningkatnya jumlah Puskesmas yang terakreditasi. 250 5,000 Meningkatnya jumlah rumah sakit yang terakreditasi. 440 2247

(17)

SASARAN STRATEGIS

2015

2019

Persentase puskesmas yang memiliki 4 jenis tenaga kesehatan strategis: tenaga kesehatan lingkungan, gizi , analis kesehatan dan

kesmas lainnya (kumulatif) 20 % 40 %

Jumlah tenaga kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya

(kumulatif) 30.000 150.000

Persentase RSU Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang yakni Spesialis Radiologi,

Spesialis Patologi Klinik dan Spesialis Anastesi. **) **)

(18)

Meningkatnya kemandirian, akses dan

mutu sediaan farmasi dan alat

kesehatan

2015 2019

Meningkatnya jumlah bahan baku obat yang

diproduksi dalam negeri 2 30 Meningkatnya % ketersediaan obat & vaksin di

instalasi farmasi kab/kota 77% 95% Meningkatnya % produk alkes dan PKRT yang

memenuhi persyaratan. 68% 78%

(19)

Meningkatnya sinergitas

antar-kementerian/lembaga.

2015 2019

Meningkatnya % K/L yang mengalokasikan anggaran ikut mengatasi masalah kesehatan prioritas

25% 80%

Meningkatnya % kab/kota yang mendapat

predikat baik dalam pelaksanaan SPM 20% 80%

(20)

Meningkatnya dayaguna kemitraan.

2015 2019

Meningkatnya jumlah perusahaan yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan

Meningkatnya organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan

Meningkatnya jumlah kesepakatan kerjasama luar

negeri di bidang kesehatan 30 171

(21)

Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi

2015 2019

Meningkatnya jumlah provinsi yang memiliki rencana kesehatan lima tahunan terintegrasi

Meningkatnya % kab/kota yang

mengalokasikan anggaran kes ≥10% APBD 40% 90%

(22)

Meningkatnya koordinasi dan

efektivitas penelitian dan

pengembangan kesehatan

2015 2019

Meningkatnya jumlah rekomendasi kebijakan berbasis litbang kesehatan yang diadvokasi ke pengelola program

20 100

Meningkatnya jumlah hasil penelitian yang

didaftarkan HKI 5 13 20 28

(23)

Meningkatnya tata kelola yang baik

dan bersih

2015 2019

Meningkatnya % satuan kerja yang menurut hasil audit kerugian negara yang ditimbulkannya

minimal (≤ 1%) 75% 100%

(24)

Meningkatnya kompetensi dan kinerja

aparatur Kementerian Kesehatan.

2015

2019

Meningkatnya % pejabat struktural di

lingkungan Kemenkes yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan

Meningkatnya % pegawai Kemenkes yang

dapat menyelesaikan kinerjanya sesuai target dalam SKP

(25)

Meningkatnya sistem informasi

kesehatan terintegrasi.

2015 2019

Meningkatnya % kab/kota yang melaporkan seluruh data kesehatan prioritas (IKP dan IKK Renstra)

70%

Meningkatnya ketepatan waktu terbitnya Profil

Kesehatan Indonesia + 9 bln + 4 bln

(26)

1. Kerangka Regulasi

Menerbitkan regulasi dan mengawal pelaksanaan regulasi untuk terselenggaranya pembangunan kesehatan dalam rangka pencapaian visi misi dan tujuan Kemenkes

Fokus:

Regulasi turunan UU Pemerintah Daerah  BOK, standar Puskesmas

Regulasi turunan UU Kesehatan

Regulasi turunan UU Kesehatan Jiwa Regulasi turunan UU Rumah Sakit

(27)

2. Kerangka Pendanaan

Mengalokasikan anggaran berbasis pada masalah kesehatan (bukan hystorical budget)

Fokus:

(28)

3. Kerangka Kelembagaan

Menyusun struktur organisasi Kemenkes yang mampu menjalankan rencana strategis Kemenkes

Fokus:

Penataan kelembagaan Kemenkes yang efektif dan

efisien dalam mengantisipasi tantangan dan peluang di bidang kesehatan

(29)

Tim Penyusun

DR.IGM Wirabrata, Apt; Rahmat Kurniadi, S.Sos, M.Kes; Asep

Zaenal Mustofa, SKM, M.Epid; DR. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes; Dede Mulyadi, SKM, M.Kes; Gede Ketut Wirakamboja, SKM, MPS;; Dr. Iqbal Djakaria; Ida Ayu Made Rai Astuti, SKM; Dr. Mayang Sari, MARS; Roy Himawan, S.Farm, Apt, MKM;

Tim Konsultan

(30)
(31)

Tujuan 1: AKI

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN:

1. Mengusahakan pernikahan pada usia 20 tahun:

Wajib belajar menjadi 12 tahun.

Revisi UU Perkawinan, usia nikah  20 th.

2. Meningkatkan cakupan peserta KB - MKJP.

3. Prioritas sasaran ditambah kelompok remaja

4. UKS menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas.

5. Pemberian MTKPM (makanan tinggi kalori, protein

dan mikronutrien) bagi ibu hamil

(32)

Tujuan 1: AKB

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN:

1. Mendorong persalinan di fasilitas kesehatan

2. ASI Eksklusif dan ASI tetap diteruskan sampai usia

2 tahun,

3. Revitalisasi posyandu dengan stimulasi dini

perkembangan anak  diterapkan di seluruh

posyandu  mengawal bonus demografi

4. Prioritas: provinsi dengan penduduk besar

5. Untuk DTPK dikembangkan tele-medicine.

(33)

TUJUAN 1: stunting

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN: Program sensitif

bersifat multi sektor:

Pengentasan kemiskinan

Peningkatan sarana air minum & sanitasi dasar

Ketahanan pangan dan gizi

Keluarga berencana

JKN, termasuk untuk kesehatan maternal

Pendidikan gizi seimbang

Kesehatan reproduksi dan gizi remaja  program

gizi sekolah

(34)

TUJUAN 1: PHBS

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN:

1. Pengembangan Perda yang berkaitan dengan

PHBS.

2. Kampanye nasional untuk aktivitas fisik, makan

buah dan sayur, anti rokok, ASI eksklusif dan

PHBS lainnya.

3. Peningkatan kemampuan puskesmas

memberdayakan masyarakat dalam ber PHBS

4. Penyediaan tenaga promosi kesehatan untuk

mendukung program2 pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan.

(35)

TUJUAN 1: Kemandirian BBO

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN:

1. Komitmen bersama untuk pengadaan bahan

baku obat dalam negeri.

2. Regulasi yang mengharuskan setiap perusahaan

farmasi yang menanam modal di Indonesia,

dalam waktu 10 tahun harus memproduksi dan

menggunakan bahan baku obat dari Indonesia.

3. Konsorsium riset bahan baku obat.

4. Konsorsium riset produksi bahan baku obat.

5. Regulasi penggunaan obat dari bahan baku

(36)

TUJUAN 1: Kesling

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN:

1. Melengkapi faskes: SDM, peralatan & biaya operasional 2. Penyusunan Regulasi Daerah yang dapat menggerakkan

sektor di daerah untuk penyehatan lingkungan 3. Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna

4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam wirausaha sanitasi

5. Penguatan Pokja AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan)

6. Peningkatan peran Puskesmas dalam pencapaian kecamatan SBS minimal 1 Puskesmas 1 Desa SBS

7. Meningkatkan Peran Daerah melaksanakan Strategi Adaptasi Dampak Kesehatan Akibat Perubahan Iklim.

(37)

TUJUAN 1: PTM

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN:

Deteksi dini secara pro-aktif mengunjungi

masyarakat.

Upaya kesehatan usia kerja harus menjadi upaya

wajib Puskesmas. Disamping itu proaktif mendekati

masyarakat berkumpul

Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS, terutama

diarahkan untuk menerapkan kawasan bebas asap

rokok.

(38)

TUJUAN 1: Penyakit Menular

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN:

1. Perluasan akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan terkait PM di DTPK

2. Strategi innovative dengan memberikan otoritas pada (Public

Health Officers), terutama hak akses pengamatan faktor

risiko penyakit dan langkah penanggulangannya.

3. Comunty base surveillance/

4. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian Penyakit Menular.

5. Peningkatan Kab/Kota yang merupakan pintu masuk negara dalam pelaksanan IHR

6. Menjamin ketersediaan obat, vaksin, alat diagnostic cepat (RDT) untuk pengendalian PM.

(39)

Kebijakan SS 3

Untuk meningkatkan akses dan mutu FKTP:

• Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran utk pemenuhan sarana prasarana dan alkes yang sesuai standar;

• Optimalisasi fungsi FKTP, tiap kecamatan minimal 1 Puskesmas yang memenuhi standar;

• Mewujudkan inovasi pelayanan: flying health care,

telemedicine, RS Pratama, dll;

• Dukungan regulasi: kebijakan dan N/S/P/K FKTP;

• Sistem kolaborasi pendidikan nakes: kompetensi dokter layanan primer (DLP) serta nakes strategis;

• Mewujudkan penguatan manajemen puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota;

(40)

Kebijakan SS 3

Meningkatkan akses dan mutu faskes rujukan:

1. Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran untuk sarana prasarana dan alkes di RS yang sesuai standar,

2. Penerapan sistem manajemen kinerja RS sehingga terjamin implementasi Patient Safety, standar pelayanan kedokteran dan standar pelayanan keperawatan;

3. Mewujudkan penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan untuk percepatan mutu pelayanan kesehatan serta mendorong RSUD menjadi BLUD

4. Optimalisasi peran UPT vertikal dalam mengampu fasyankes daerah,

5. Mewujudkan berbagai layanan unggulan pada RS rujukan nasional secara terintegrasi.

(41)

Kebijakan SS 3

• Mewujudkan penguatan sistem rujukan dengan

mengembangkan sistem regionalisasi rujukan pada tiap

provinsi (satu rumah sakit rujukan regional untuk beberapa kota/kabupaten) dan sistem rujukan nasional (satu rumah sakit rujukan nasional untuk beberapa provinsi),

• Mewujudkan kemitraan yang berdaya guna tinggi melalui

program sister hospital, kemitaan dengan pihak swasta, KSO alat medis, dll.

(42)

Kebijakan SS 5

1. Awareness raising masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya

kemandirian bahan baku obat.

2. Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai center of excellence

manajemen pengelolaan obat, vaksin, dan perbekkes di sektor publik. 3. Memperkuat pelaksanaan Health Technology Assessment (HTA) dalam

seleksi obat dan alat kesehatan.

4. Percepatan tersedianya produk generik bagi obat-obat yang baru habis masa patennya.

5. Memperkuat alur informasi pembiayaan obat, vaksin, dan perbekalan kesehatan melalui integrasi e-catalog, e-logistic, e-report PBF, dan penggunaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan JKN.

6. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis,

termasuk menyelenggarakan program PTT untuk mendorong pemerataan distribusinya.

(43)

Kebijakan SS 4

1. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik

2. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk nakes dan SDMK

3. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu

4. Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada seluruh nakes

5. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan 6. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan 7. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh

8. Peningkatan pelatihan yang berbasis kompetensi dan persyaratan jabatan

(44)

Kebijakan SS 8

1. Menyusun pedoman integrasi perencanaan dan monev terpadu

2. Maping kapasitas fiskal daerah dan status kesehatannya

3. Peningkatan kompetensi staf Kemenkes Pusat dalam rangka pendampingan perencanaan terfokus di daerah

4. Melaksanakan pendampingan dalam penyusunan perencanaan terfokus di tingkat provinsi

5. Melakukan monev terpadu pada daerah yang menjadi fokus pendampingan

6. Membuat rekomendasi kebijakan pada daerah yang telah dikunjugi oleh tim monev Kemenkes

7. Membuat peringkat provinsi dan kab/kota atas kinerja provinsi dan ab/kota

(45)

Kebijakan SS 6

Meningkatnya sinergitas antar

kementerian/lembaga

Menyusun rencana aksi nasional program

prioritas pembangunan kesehatan

Membuat forum komunikasi untuk menjamin

sinergi antar K/L

(46)

Kebijakan SS 7

Meningkatnya daya guna kemitraan (dalam

dan luar negeri)

Menyusun roadmap kerjasama dalam dan luar

negeri.

Membuat aturan kerjasama yang mengisi

roadmap yang sudah disusun

Membuat forum komunikasi antar stake holders

untuk mengetahui efektivitas kemitraan baik

dengan institusi dalam maupun luar negeri

(47)

Kebijakan SS 9

1. Memperluas kerjasama penelitian dalam lingkup nasional dan international

2. Menguatkan jejaring penelitian dan jejaring laboratorium dalam mendukung penelitian dan pelayanan kesehatan nasional.

3. Membangun mitra stratejik dng Kementerian, Lembaga Non Kementerian, pemda, dunia usaha dan akademisi.

4. Meningkatkan advokasi pemanfaatan hasil litbang untuk kebutuhan program dan kebijakan kesehatan.

5. Melaksanakan litbang mengacu pada Kebijakan Kementerian Kesehatan.

6. Pengembangan sarana, prasarana, sumberdaya dan regulasi dalam pelaksanaan litbang.

(48)

Kebijakan SS 11

Meningkatnya kompetensi dan kinerja

aparatur Kementerian Kesehatan

Menyusun standar kompetensi jabatan

struktural untuk semua eselon.

Mengembangkan sistem kaderisasi secara

terbuka di internal Kementerian Kesehatan,

misalnya dengan lelang jabatan untuk eselon

3 dan 4.

(49)

Kebijakan SS 10

Meningkatnya tata kelola yang baik dan

bersih

Melakukan pembinaan ke seluruh satker

Kementerian Kesehatan untuk cakap mengikuti

aturan dan pintar mengelola keuangan negara,

sehingga tingkat kerugian negara tiap satker

<1%

Menyelesaikan dengan cepat seluruh pengaduan

(50)

Kebijakan SS 12

Meningkatnya sistem informasi kesehatan

integrasi

Mengembangkan “real time monitoring” untuk

seluruh IKP (Indikator Kinerja Program) dan IKK

(Indikator Kinerja Kegiatan) Kementerian

Kesehatan.

Meningkatkan kemampuan SDM pengelola

informasi di tingkat kab/kota dan provinsi,

sehingga Profil Kesehatan bisa terbit T + 4 bulan,

jadi bisa terbit setiap bulan April.

Referensi

Dokumen terkait

Anggaran berbasis kinerja merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik (good government governance) dengan cara

Jika daya yang dibangkitkan tiap pembangkit listrik telah optimal maka akan didapatkan juga keuntungan lainnya berupa reduksi biaya operasi pada sistem

Program terakhir dalam tahap ini adalah mengajukan surat permohonan perubahan bentuk badan usaha dan melengkapi persyaratan untuk melakukan perubahan bentuk badan

Rencana Kerja Tahunan (RKT) Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 adalah dokumen perencanaan kinerja sebagai penjabaran dari program dan sasaran yang

Hal ini dapat disebabkan karena bakteri Streptococcus pyogenes bersifat Gram Positif, dimana dinding sel bakteri yang bersifat gram positif lebih sederhana, yakni hanya

Hasil perhitungan bobot untuk tiap supplier batu pondasi dengan metode entropy dapat dilihat pada Tabel 2.8.. Tabel 2.8 Hasil Perhitungan Bobot Supplier

Pondok Pesantren Miftahul Jannah belum menggunakan teknologi. Menurut observasi langsung kepala Sekolah Madrasah Aliyah yang bernama Rosnadiyah, M.Pd. bahwa di sekolah

Bantuan Operasional Perlindungan Perempuan dan Anak Penguatan UPTD PPA yang selanjutnya disebut BOPPA Penguatan UPTD PPA adalah bantuan dana operasional yang