• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERAN TEMAN SEBAYA (PEERS) DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM PACARAN DI SMA 1 PUNDONG BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PERAN TEMAN SEBAYA (PEERS) DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM PACARAN DI SMA 1 PUNDONG BANTUL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERAN TEMAN SEBAYA (PEERS)

DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM

PACARAN DI SMA 1 PUNDONG BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

Trie Muharrami Widyaningrum 201510104046

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

(2)

HUBUNGAN PERAN TEMAN SEBAYA (PEERS)

DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM

PACARAN DI SMA 1 PUNDONG BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Trie Muharrami Widyaningrum 201510104046

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

(3)
(4)

HUBUNGAN PERAN TEMAN SEBAYA (PEERS)

DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM

PACARAN DI SMA N 1 PUNDONG BANTUL

1

Trie Muharrami Widyaningrum2, Sri Wahtini3

INTISARI

Latar Belakang: Kekerasan dalam pacaran dapat timbul dari pengaruh atau

identifikasi dari orang lain, termasuk pengaruh dari teman sebaya. Dari data Komnas Perempuan 2011, tercatat sebanyak 113.878 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sekitar 1.405 kasus di antaranya adalah kasus kekerasan dalam pacaran. Sedangkan di Kabupaten Bantul terjadi 52 kasus kekerasan dalam pacaran pada tahun 2011 yang bentuk kekerasan dalam pacaran semakin bervariasi dibandingkan dengan tahun 2010

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran teman

sebaya (peers) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong Bantul

Metode Penelitian: Studi korelasi ini menggunakan metode cross sectional dengan

pendekatan point time approach. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA N 1 Pundong Bantul. Responden dengan purposive sampling didapatkan 58 responden, pengukuran dengan menggunakan kuesioner

Hasil: Hasil uji analisis dengan Chi Square didapatkan nilai significancy p sebesar

0,000 (p<0,05). Sebagian besar responden memiliki peranan teman sebaya yaitu 64,2% dan yang mengalami kejadian kekerasan dalam pacaran yaitu 66%. Sedangkan siswi yang mengalami kekerasan dalam pacaran serta terdapat peranan teman sebaya di dalamnya yaitu 82,9%. Hasil uji koefisien contingency didapatkan 0,478 yang menunjukkan adanya keeratan hubungan antara peran teman sebaya (peers) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong, Bantul

Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya (peers) dengan

kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong Bantul, dengan nilai

significancy p sebesar 0,000 (p<0,05) dan nilai koefisien contingency 0,478

Kata kunci : Peran Teman Sebaya (Peers), Kekerasan Dalam Pacaran Daftar pustaka : 1 Al-Qur’an, 7 Buku, 15 Jurnal, 2 Internet

Jumlah halaman : i-xi halaman, 54 halaman, 11 tabel, 13 lampiran 1

Judul skripsi 2

Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

3

(5)

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah usia dimana

individu berintegrasi dengan orang dewasa. Remaja merasa berada di tingkatan yang sama dengan orang dewasa dalam masalah hak, kewajiban dan tanggung jawab (Dahro, 2012). Pada masa remaja terjadi perubahan meliputi perubahan badan (fisik), perubahan kimiawi (hormon), perubahan organ dalam (termasuk organ reproduksi) dan perubahan perasaan (ketertarikan dengan lawan jenis) (Burns et al, 2009). Masa remaja dibatasi pada usia 11 hingga 20 tahun (Marmi, 2013).

Pengertian berpacaran sendiri

adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Pada zaman sekarang remaja cenderung melakukan pacaran yang tidak sehat sehingga kerap menimbulkan kekerasan dalam pacaran (Novita, 2008 dalam Pranata, 2014).

The American Psychological

Association (Warkentin, 2008 dalam

Wachid, 2013) menyebutkan bahwa kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan psikologikal dan fisik yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam hubungan pacaran yang mana perilaku ini ditunjukkan untuk memperoleh kontrol, kekuasaan dan kekuatan atas pasangannya. Perempuan lebih banyak menjadi korban dibandingkan laki-laki. Teman sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga yang berpengaruh dalam kehidupan remaja. Terpengaruh atau tidaknya remaja tersebut tergantung pada presepsi remaja terhadap

teman-temannya, sehingga menyebabkan kenakalan remaja (Cristina, 2014). Dari data Komnas Perempuan 2011, tercatat sebanyak 113.878 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sekitar 1.405 kasus di antaranya adalah kasus kekerasan dalam pacaran. Data PKBI Yogyakarta selama bulan Januari-Maret 2011 juga ditemukan 27 kasus kekerasan dalam pacaran yang 15% di antaranya kekerasan fisik, 57% kekerasan emosional, 8% kekerasan ekonomi, dan 20% kekerasan seksual.

Selama tahun 2011 di Bantul terdapat 52 kasus kekerasan terhadap perempuan, anak maupun kekerasan dalam pacaran. Angka tersebut jauh menurun dibandingkan tahun 2010 yaitu sebanyak 67 kasus. Namun pada tahun 2011, kasus kekerasan semakin bervariasi mulai dari pencabulan, pemerkosaan, penelantaran, kekerasan fisik dan sejenisnya (Sutatik, 2011).

Peran pemerintah dalam mengatasi kekerasan dalam pacaran adalah membuat UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang perlindungan anak termasuk didalamnya kekerasan dalam pacaran dan PIK-R (pusat informasi dan konseling remaja) yang berfungsi sebagai sarana pengetahuan bagi siswa dan siswi yang ingin menambah wawasan (Sanyata, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah di lakukan pada tanggal 19 Januari 2016 di SMA N 1 Pundong Bantul didapatakan hasil terdapat tujuh kelas untuk kelas X, tujuh kelas untuk kelas XI, tujuh kelas untuk kelas. Jumlah murid di SMA N 1 Pundong Bantul yaitu 372 siswi dan 172 siswa dengan total 544

(6)

murid. Bedasarkan data yang diambil, didapatkan prosentase siswa dan siswi yang berpacaran dalam satu sekolahan yaitu 136 siswa dan siswi atau 25% (Data dari SMA N 1 Pundong). Kasus kehamilan tidak diinginkan akibat kekerasan seksual dan drop out terjadi pada tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 4 orang, pada tahun yang sama kasus kekerasan seksual yang terjadi sempat diliput dalam media massa. Kasus serupa juga terjadi pada tahun ajaran 2012/2013 terdapat 1 kasus kekerasan seksual, namun dengan diadakan mediasi sehingga kasus ini dapat ditangani dengan baik (Data dari SMA N 1 Pundong).

Peneliti juga melakukan wawancara pada salah satu siswi di SMA N 1 Pundong Bantul. Hasilnya yang diperoleh adalah siswi tersebut sering menceritakan hubungan dengan pacarnya kepada temannya. Hal itu dikarenakan mereka sering bertukar cerita mengenai pasangan masing-masing guna memecahkan permasalahan yang terjadi dalam hubungannya dengan pacarnya. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan dan data yang telah diperoleh, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian peran teman sebaya (peers) terhadap kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong Bantul.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan deskripsi korelasi dengan jenis penelitian cross sectional. Pengambilan lokasi Penelitian yaitu di SMA N 1 Pundong, Bantul. Pada skripsi ini responden yang digunakan adalah sebanyak 53 responden dengan

teknik pengambilan sample

purposive sampling, dimana sampel

yang diambil telah memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu siswi kelas XI di SMA N 1 Pundong, Bantul yang bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan dan sedang berpacaran. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Kategori Frekuensi (N) Presentase (%) Umur 16 tahun 17 32,1% 17 tahun 34 64,2% 18 tahun 2 3,8% Total 53 100% Kelas IPA 26 49,1% IPS 27 50,9% Total 53 100%

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa, dari 53 siswi di SMA N 1 Pundong Bantul, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswi berumur 17 tahun sebanyak 34 siswi (64,2%), untuk karakteristik berdasarkan kelas responden terbanyak yang berpacaran pada jurusan atau kelas IPS yaitu sebanyak 27 siswi (50,9%).

(7)

Tabel 4.8 Hubungan Peran Teman Sebaya (Peers) Dengan Kejadian Kekerasan Dalam Pacaran Di SMA N 1 Pundong, Bantul

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 8. dapat diketahui bahwa teman sebaya yang berperan dalam kejadian kekerasan dalam pacaran yaitu sebanyak 29 siswi (82,9%) sedangkan teman sebaya yang tidak berperan dalam kejadian kekerasan dalam pacaran sebanyak 5 siswi (27,8%). Untuk siswi yang tidak mengalami kekerasan dalam pacaran namun ada peran teman sebaya sebanyak 6 siswi (17,1%) dan yang tidak mengalami kekerasan dalam pacaran dan tidak ada peran teman sebaya sebanyak 13 siswi (72,2%).

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan hasil bahwa nilai

significancy p sebesar 0,000 Karena

nilai p < 0,05 maka Ho di tolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya (Peers) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong Bantul. Nilai koefisien contingency didapatkan hasil 0,478 menunjukkan adanya keeratan hubungan antara peran teman sebaya (peers) dengan kejadian kekerasan pacaran di SMA N 1 Pundong, Bantul.

Menurut (Arietina dalam Budiarti, 2015) ada hubungan yang

bermakna tentang keterpaparan

informasi yang diterima dari remaja yaitu p=0,000 dimana remaja memperoleh informasi dari teman sebaya sebanyak 68,1%, sisanya berasal dari orang tua dan media massa. Remaja sudah cukup memiliki keterampilan dan wawasan serta keingintahuan terhadap sesuatu, remaja juga mulai meninggalkan kelompok besar dan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari tiga, dua bahkan hanya satu orang sehingga pergaulan mereka menjadi lebih dekat dan akrab. Hal yang sangat mempengaruhi remaja adalah dorongan untuk mendapatkan persetujuan atau konformitas.

Menurut (Muliati dalam Budiarti, 2012) ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia pertama berpacaran saat SMP dengan peranan teman sebaya yaitu sebesar 22,2%. Selain itu terdapat hubungan peranan teman sebaya yang sangat penting di SMA N 1 Sulawesi Selatan yaitu jurusan IPS lebih erat (56%) dibandingkan dengan jurusan IPA(44%).

Menurut (Wildan dalam Budiarti, 2015) disebutkan bahwa kekerasan dalam pacaran banyak terjadi pada perempuan dengan rentan umur 12-18 tahun. Kekerasan dilakukan oleh kenalan, teman atau pacar. Pada rentan usia ini, remaja lebih Kekerasan Dalam

Pacaran

Peran Teman Sebaya (Peers)

Berperan Tidak Berperan Total

F % F % F %

Mengalami KDP 29 82,9% 5 27,8% 34 64,2%

Tidak Mengalami KDP 6 17,1% 13 72,2% 19 35,8%

(8)

mengenal dunia luar keluarga, remaja cenderung lebih percaya dengan pacar atau teman. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa umur paling banyak mengalami kekerasan dalam pacaran yaitu 17 tahun dengan jumlah 22 siswi (64,7%) dan jurusan IPS yaitu 19 siswi (55,9%).

Berdasarkan Qur’an surat Al-Isra’ ayat 32 menjelaskan bahwa: Perbuatan zina merupakan jalan

yang buruk. Karena demikian dapat mengantarkan kepada kebinasaan, kehinaan dan kerendahan di dunia serta mengantarkan kepada adzab dan kehinaan di akhirat. Hal-hal

yang mengantarkan kepada

perbuatan zina adalah memandang wanita yang tidak halal baginya, menyentuh wanita yang bukan mahramnya, berduaan di tempat sepi dan berpacaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan peran teman sebaya (peers) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong Bantul, didapatkan kesimpulan: 1. Peran teman sebaya di SMA N 1

Pundong Bantul dengan kategori berperan sebanyak 37 siswi (63,8%) dan teman sebaya yang memiliki kategori tidak berperan yaitu 21 siswi (36,2%).

2. Kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong Bantul dengan kategori mengalami kekerasan dalam pacaran sebanyak 37 siswi (63,8%), sedangkan yang tidak mengalami kekerasan dalam pacaran sebanyk 21 siswi (36,2%). Sedangkan untuk tingkatan dari kekerasan dalam pacaran, siswi yang mengalami kekerasan ringan sebanyak 3 siswi (5,2%), siswi yang mengalami kekerasan sedang sebanyak 32 siswi (55,2%), siswi yang mengalami kekerasan berat sebanyak 2 siswi (3,4%) dan yang tidak mengalami kekerasan sebanyak 21 siswi (36,2%). Sedangkan kekerasan yang banyak terjadi yaitu kekerasan

ekonomi (43,2%) dan paling sedikit yaitu kekerasan fisik (21,6%).

3. Analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran teman sebaya (peers) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong Bantul ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) sehingga semakin berperan teman sebaya pada remaja, semakin tinggi juga kejadian kekerasan dalam pacaran.

4. Hasil uji keeratan hubungan menggunakan koefisien

contingency didapatkan hasil 0,478 yang berarti terdapat keeratan hubungan antara peran teman sebaya (peers) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di SMA N 1 Pundong, Bantul. Oleh karena itu, diharapkan bagi Dinas Kesehatan Bantul dapat memperhatikan permasalahan KDP yang dihadapi remaja di Kabupaten Bantul. Bagi SMA N 1 Pundong, Bantul dapat meningkatkan pengetahuan tentang kekerasan dalam pacaran kepada siswi dan dapat menyaring setiap informasi yang diterima

(9)

kepada siswi sehingga dapat tercipta pacaran yang sehat, memperkuat keagamaan agar membentengi diri siswi terhadap tindak kekerasan dalam pacaran. Bagi siswi SMA N 1 Pundong, Bantul agar dapat menambah informasi dan menjaga dirinya dari tindak kejahatan termasuk kekerasan dalam pacaran serta

memilih teman yang sesuai agar membangun prestasi. Untuk peneliti selanjutnya dapat membandingkan penelitian dengan siswi di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul agar dapat melihat perbedaan antara keduanya.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an Terjemahan. Tersedia dalam Al-Qur’an

Anggoro, 2011. Menurunkan Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran Melalui Konseling Kelompok Behavioral Pada Siswa-Siswi Kelas XI SMA Bhineka Karya 2 Kabupaten Boyolali. Salatiga: Program

Studi Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

Ardiantini, 2009. Angka Kejadian

Kekerasan Dalam Pacaran.

Diambil pada tanggal 20 Desember 2015, dari www.Tribunews.com. Pada pukul 12.00 WIB

Ayu, dkk. 2012. Kekerasan Dalam

Pacaran Dan Kecemasan

Remaja Putri Di Kabupaten

Purworejo. Yogyakarta:

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan

Budiarti, 2015. Hubungan Peran

Teman Sebaya (Peers) Dengan Kejadian Kekerasan Dalam Pacaran Di SMA N 1 Sanden Bantul. Yogyakarta: Program

Studi D IV Bidan Pendidik STIKES Aisyiyah Yogyakarta Burns et all, 2009. Memelihara

Kesehatan Reproduksi

Perempuan Sejak Dini.

Yogyakarta: Insist press

Cristina, 2014. Hubungan Teman

Sebaya Dengan Konsep Jati

Diri Remaja. Sumatra:

Universitas Sumatra Utara Dahro, 2012. Psikologi Kebidanan

“Analisis Perilaku Wanita untuk Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Dhewi, 2014. Hubungan Perilaku

Orang Tua Dalam

Menginformasikan Pacaran Sehat Dengan Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran Pada SMK Taman Siswa Kulon Progo. Yogyakarta: Program

Studi D IV Bidan Pendidik, STIKES Aisyiyah Yogyakarta Haynie, 2013. Dating Violence

Perpetration And Victimization Among U.S. Adolescents: Prevalence, Petterns, And Associations With Health Complaints And Substance Use. Medicine Faculty of

University of the Health Sciences, Bethesda, Maryland

(10)

Hamid, 2008. Buku Ajar Riset

Keperawatan Konsep, Etika dan Instrumentasi. Jakarta :

EGC.

Imron, 2014. Metodologi Penelitian

Bidang Kesehatan. Jakarta:

Sagung Seto

Marmi, 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Notoatmodjo, 2012. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Offenhauer, 2011. Teen Dating

Violence: A Literature Review And Annotated Bibliography.

Washington D.C: Federal Research Devision Of USA. Putri, R.R. 2012. Kekerasan Dalam

Pacaran. Jawa Tengah:

Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta Pranata, 2014. Hubungan Teman

Sebaya Dengan Perilaku

Berpacaran Mahasiswa

Semester II D3 Keperawatan DI Politeknik Kesehatan Majapahit. Surakarta: Program

Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Majapahit

Reeves, 2012. Prevalence of Physical Violence in Intimate Relationship: Part 1. Rates of

Male and Female

Victimization. Volume 3, Issue

2. America: Springer Publishing, U.S.

Safitri, 2013. Dampak Kekerasan

Dalam Pacaran. Jember: Jurusan Ilmu kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Jember.

Sari, K.P. 2015. Hubungan Keterpaparan Media Massa Dengan Kekerasan Dalam Pacaran Di SMA Negeri I Sanden Bantul Tahun 2015.

Yogyakarta: Program Studi D IV Bidan Pendidik STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Sanyata, 2011. Model Pemberdayaan

Masyarakat Untuk Mencegah

Kekerasan Dalam Rumah

Tangga Volume 16.

Yogyakarta: FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Sutatik, 2011. Kekerasan Terhadap

Perempuan Dan Anak Di Bantul Tahun 2011. Diambil

pada tanggal 20 Desember 2015

http://bkk.bantulkab.go.id/berit a/20-kekerasan-terhadap-

perempuan-dan-anak-di-bantul-tahun-2011. Pada pukul 11.00 WIB

Sugiyono, 2014. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Penerbit

Alfabeta

Usman, 2007. Perilaku Bullying

Ditinjau Dari Peran Kelompok Teman Sebaya Dan Iklim Sekolah Pada Siswa SMA Di Kota Gorontalo. Gorontalo:

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Wachid, 2013. Pengalaman

Perempuan Menghadapi

Kekerasan Dalam

Pacaran. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Referensi

Dokumen terkait

Seni Grafitti di Kota Makassar merupakan ajang perebutan ruang publik bagi bomber grafitti dan berusaha mengaktualisasikan diri mereka agar dikenal atau

Kesamaan posisi antara kejadian hujan yang teridentifikasi dari citra MTSAT 2R dengan kejadian hujan hasil pengukuran stasiun hujan dapat digunakan untuk mengetahui jenis

program studi Ilmu Hukum dituntut untuk memiliki kompetensi tambahan dalam bidang ilmu sosial, politik, dan bisnis, karena hal tersebut menyangkut lingkup permasalahan yang

digunakan adalah potong lintang ( cross sectional ) karena data dalam kegiatan Riskesdas 2007 dan Susenas 2007 dikumpul- kan secara bersamaan dalam satu periode

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Tim Kesehatan Pada Arus Mudik Lebaran dan Natal Tahun 2017

Objek rancangan hunian vertikal sewa ini memberi pengalaman baru pada hunian vertikal dengan implementasi konsep yang mengedepankan horizontal neighborhod culture masyarakat

Untuk menunjang keberhasilan operasional sebuah lembaga keuangan/ perbankan seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem informasi yang handal yang dapat diakses dengan mudah

Concurrency. Multiple simultaneous use of objects should be permitted. The system should provide a mechanism to handle contingencies. Ad hoc query facility. The database should