MODEL KONSEPTUAL FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN
SISTEM INFORMASI FLIGHT TRAVEL AUTHORIZATION
Ferayanti Boas Gallaran1, Eko Nugroho2, Paulus Insap Santosa3 1,2,3Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: [email protected], [email protected], 3[email protected]
ABSTRAK
Suatu perusahaan besar akan membutuhkan teknologi informasi untuk melaksanakan strategi bisnisnya, demikian dengan PT. Vale Indonesia Tbk. Sebelumnya perusahaan menggunakan sistem Ellipse sebagai sistem pendukung pelaksanaan proses bisnis, namun pada akhir tahun 2011 perusahaan ini berahli ke System Appliacation and Product in data processing (SAP). Perubahan yang terjadi mempengaruhi dalam banyak aspek, salah satunya adalah aplikasi teknologi informasi dalam hal ini adalah sistem Flight Travel Authorization. Saat ini kinerja Sistem Flight Travel Authorization PT. Vale Indonesia Tbk belum memberikan benefit sesaui yang diharapkan, sebab sistem masih membuat karyawan kesulitan dalam penggunannya serta informasi yang diberikan masih kurang. Evaluasi dalam penilitian ini menggunakan metode HOT-Fit untuk mengetahui kesesuaian dimensi manusia, organisasi, maupun teknologinya Penelitian menggunakan metode kuantitatif. Populasi melibatkan user yaitu karyawan PT. Vale Indonesia di Soroako. Sampel dengan menggunakan metode purposive random sampling. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan Skala Likert. Data akan dianalisis menggunakan metode analisis berbasis SEM-PLS.
Kata Kunci: Sistem Informasi, Flight Travel Authorization, HOT-Fit, SEM-PLS
1. PENDAHULUAN
Perusahaan PT. Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai PT. International Nickel Indonesia *Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan, dan produksi nikel. Perusahaan ini didirikan pada Juli 1968. Saat ini perusahaan Vale beroperasi di Pulau Sulawesi di bawah perjanjian Kontrak Karya (KK) dengan pemerintah Indonesia. Tahapan operasional PT. Vale Indonesia Tbk mencakup kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel menjadi nikel dalam matte tingkat menengah, yang mengandung rata-rata 78% nikel dan 20% sulfur/belerang. Seluruh produksi Vale Indonesia dikirim ke Jepang yang dilakukan di bawah kontrak jangka panjang. Vale Canada (sebelumnya Vale Inco Limited), anak perusahaan dari Vale–bisnis logam dasar dan produsen nikel kedua terbesar di dunia, merupakan pemegang saham mayoritas (58.73%) Vale Indonesia. Sisanya dimiliki oleh Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (20.09%), publik dan lainnya (21.18%). Vale Indonesia, telah siap menjadi salah satu produsen nikel utama di dunia, dengan menciptakan manfaat jangka panjang melalui nilai-nilai keunggulan dan semangat kerja yang tinggi bagi manusia dan Bumi kita. Dari uraian profil singkat perusahaan PT. Vale Indonesia, dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan besar akan membutuhkan teknologi informasi untuk melaksanakan strategi bisnisnya. Pada awalnya perusahaan PT. Vale Indonesia menggunakan sistem Ellipse sebagai sistem pendukung pelaksanaan proses bisnisnya, namun pada akhir tahun 2011 perusahaan ini beralih ke System Application and Product in data processing (SAP) sebagai sistem pendukung proses bisnis. Perubahan yang terjadi pada perusahaan mempengaruhi dalam banyak aspek. Salah satunya adalah aplikasi teknologi informasi, dalam hal ini adalah Sistem Flight Travel Authorization. Sistem Flight Travel Authorization adalah sistem pemesanan tiket pesawat dengan rute soroako-makassar dan makassar-soroako (Sulawaesi Selatan). Pada sistem ini terintegrasi dengan data karyawan PT. Vale sehingga yang dapat menggunakan sistem ini hanya dari pihak internal saja. Sistem Flight Travel Authorization ini launching pada akhir tahun 2012.
Pada saat melakukan pemesanan tiket pada Sistem Flight Travel Authorization akan diproses oleh pihak Airport dengan melalui tahapan prosedur bahwa atasan pada divisi karyawan tersebut memberikan persetujuan untuk melakukan perjalanan, sehingga pada sistem ini memiliki 2 status yaitu Confirm atau Waiting List. Sistem Flight Travel Authorization ini memiliki dampak yang positif yaitu memudahkan akses perjalanan kerja, cuti maupun kepentingan lain karyawan PT. Vale, namun di sisi lain sistem ini masih memiliki kekurangan informasi, sehingga membuat karyawan bingung, misalnya bila terjadi over penumpang sistem ini tidak menampilkan data waiting list dan membuat karyawan harus menunggu atau bahkan harus mendatangi airport untuk mendapatkan informasi. Apabila karyawan tersebut memiliki conneting flight di kota makassar maka akan sangat disayangkan.
Kinerja Sistem Flight Travel Authorization PT. Vale Indonesia Tbk belum memberikan benefit sesuai dengan yang diharapkan, sebab sistem masih membuat karyawan kesulitan dalam penggunannya serta informasi yang diberikan masih kurang.
Masa implementasi Sistem Flight Travel Authorization sudah berjalan kurang lebih dari 4 tahun, maka perlu dilakukan evaluasi. Oleh sebab itu, peneliti hendak melakukan evaluasi faktor-faktor keberhasilan sistem informasi Flight Travel Authorization, dengan harapan evaluasi ini akan memberikan hasil tingkat keberhasilan implementasi Sistem Flight Travel Authorization dari sisi kualitas sistem, kualitas informasi maupun kualitas layanan sehingga dapat dijadikan umpan balik dalam pengembangan Sistem Flight Travel Authorization selanjutnya. Keberhasilan sebuah sistem tidak hanya ditentukan bagaimana sistem dapat memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi juga mampu mencapai tujuan organisasi [1].
2. METODE 2.1. Penelitian Terkait
Mengembangkan kerangka evaluasi untuk mengevaluasi Sistem Pencitraan Janin yang diberi nama HOT-fit model Yusof et. al. [2]. Evaluasi ini dibangun berdasarkan model kesuksesan sistem teknologi informasi Delone dan McLean. Pada evaluasi ini menggabungkan unsur manusia (Human), organisasi (Organization) dan teknologi (Technology), dan kesesuaian hubungan di dalamnya.
Liu et. al. [3] menggabungkan dua model yaitu model UTAUT dan model kesuksesan DeLone dan McLean. Penelitian ini melakukan investigasi penerimaan penggunaan internet banking pada lingkungan yang tidak pasti dan beresiko. Pada model ini menjelaskan maksud pengguna untuk menggunakan sistem informasi dan perilaku penggunaan berikutnya. Hal ini dilakukan dengan menggabungkan empat faktor kunci (performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions) dengan empat moderator kunci yaitu gender, age, experience, dan voluntariness of use. Namun hanya dilihat dari penentu langsung niat penggunaan dan perilaku pengguna tanpa memperhatikan dari sisi teknologi yang digunakan.
Son et. al. [4] melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan perangkat komputasi mobile pada industri konstruksi. Penelitian ini mengadopsi model penerimaan teknologi (TAM) dengan mengeksplorasi faktor-faktor penentu kepuasan pengguna terhadap perangkat komputasi mobile dan hubungan antara kepuasan pengguna dan kinerja yang dirasakan (perceived performance). Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan menggunakan perangkat komputasi mobile lebih dipengaruhi oleh persepsi pengguna terhadap manfaat penggunaan (perceived usefulness), bukan terhadap kemudahan pengguna (perceived ease of use). Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor penentu kemanfaatan yang dirasakan, seperti pengaruh sosial (social influence), relevansi pekerjaan (job relevance) dan dukungan manajemen puncak (top management support), dan faktor-faktor penentu persepsi kemudahan penggunaan, seperti pelatihan (training) dan kompleksitas teknologi (technological complexity) merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi keberhasilan penerapan perangkat komputasi yang mobile dalam industri konstruksi.
Penelitian menggunakan model evaluasi terintegrasi telah dilakukan oleh Mohamadali dan Garibaldi yang menggabungkan model UTAUT, model kesuksesan sistem informasi (SI) DeLone dan McLean, serta model Task-Technology Fit (TTF) [5] untuk evaluasi penerimaan pengguna atas teknologi perangkat lunak pada sektor pelayanan kesehatan, namun penelitian tersebut baru sebatas mengusulkan model evaluasi baru dan belum dilakukan pengujian penelitian empiris. Yuliasari [6] melakukan penelitian yang mengacu pada model evaluasi terintegrasi [5] dengan menggabungkan model UTAUT, model kesuksesan SI DeLone dan McLean, serta model kesesuaian HOT Fit dengan menambahkan variabel struktur organisasi (organiztion structure) dan lingkungan organisasi (organization environment) pada faktor organisasi sesuai dengan kerangka model HOT Fit. Penelitian Yuliasari [6] dilakukan untuk mengevaluasi faktor penentu kesuksesan sistem informasi yang dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu faktor manusia, organisasi, dan teknologi. Faktor manusia perlu dievaluasi karena sebagai pengguna yang berhubungan langsung dengan sistem. Faktor organisasi perlu dievaluasi karena pengenalan teknologi informasi baru dapat mengubah layanan, operasi, dan struktur organisasi. Faktor teknologi perlu dievaluasi karena merupakan bagian dari sistem. Penelitian tersebut menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam menggunakan Sistem Aplikasi Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (SiAP LKPD) dan implikasinya terhadap kinerja auditor (studi kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat).
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SIA (Sistem Informasi Akutansi) dilakukan oleh Komara [7], pada penelitian ini mengacu pada DeLone [8], dan Choe [9] telah mengajukan dan secara empiris menguji bahwa dukungan top manajemen mempunyai pengaruh positif terhadap kenerja SIA melalui berbagai macam kegiatan. Top manajemen bertanggung jawab atas penyediaan pedoman umum bagi kegiatan sistem informasi. Tingkat dukungan yang diberikan oleh top manajemen bagi sistem
informasi organisasi dapat menjadi suatu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan semua kegiatan yang berkaitan dengan sistem informasi [10]. Hasil penelitian membuktikan berdasarkan hasil uji regresi secara diperoleh bukti bahwa terdapat pengaruh positif signifikan variabel keterlibatan dukungan top manajemen (structure organization) terhadap penggunaan sistem (system use).
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Sistem Informasi
Sebuah sistem informasi adalah sistem buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen– komponen manual dan komponen–komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data, memproses data, dan menghasilkan informasi untuk pemakai [11].
Sistem informasi didefinisikan Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam buku Jogiyanto [12] Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Menurut Gordon B. Davis [13] Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Suatu sistem informasi pada dasarnya terbentuk melalui suatu kelompok kegiatan operasi yang tetap, yaitu mengumpulkan data, mengelompokkan data, menghitung, menganalisa, dan menyajikan laporan. Sistem informasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi secara optimal dan berbasis komputer yang dapat menghimpun dan menyajikan berbagai jenis data yang akurat untuk berbagai macam kebutuhan.
2.2.2. Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model
Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model. Menurut Yusof et. al. [2] Model ini menempatkan komponen penting dalam sistem informasi yakni Manusia (Human), Organisasi (Organization) dan Teknologi (Technology), dan kesesuaian hubungan di antaranya. Dalam kerangka kerja HOT-Fit, evaluasi mencakup:
1) Faktor Organisasi dan dimensinya: struktur dan lingkungan. 2) Fit antara faktor teknologi, manusia, dan organisasi.
3) Dua cara hubungan antara dimensi ini: kualitas informasi dan penggunaan sistem, kualitas informasi dan kepuasan pengguna, struktur dan lingkungan, struktur dan net benefits, lingkungan dan net benefits.
Komponen Manusia (Human) menilai sistem informasi dari sisi penggunaan sistem (system use) pada frekuensi dan luasnya fungsi dan penyelidikan sistem informasi. System use juga berhubungan dengan siapa yang menggunakan (who use it), tingkat penggunanya (level of user), pelatihan, pengetahuan, harapan, dan sikap menerima (acceptance) atau menolak (resistance) sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user satisfaction) [2].
Komponen Organisasi (Organization) menilai sistem dari aspek struktur organisasi dan lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki, perencanaan dan pengendalian sistem, strategi, manajemen, dan komunikasi. Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen atau manajemen puncak dan dukungan staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem. Sedangkan lingkungan organisasi terdiri dari sumber pembiayaan, pemerintahan, politik, kompetisi, hubungan interorganisasional, dan komunikasi [2].
Komponen Teknologi (Technology) terdiri dari kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality), dan kualitas layanan (service quality). Kualitas sistem menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem dan user interface. Kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan untuk dipelajari (ease of learning), response time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas informasi antara lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu, 4 ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry. Sedangkan kualitas layanan berfokus pada keseluruhan dukungan yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi. Service quality dapat dinilai dengan kecepatan respon, jaminan, empati, dan tindak lanjut layanan [2].
2.2.3. Flight Travel Auhtorization
Flight Travel Authorization adalah suatu sistem milik Perusahaan PT. Vale Indonesia yang digunakan untuk melakukan pemesanan tiket pesawat dengan rute Soroako-Makassar dan Makassar-Soroako. Sistem ini hanya dapat digunakan oleh pihak internal saja, sebab pesawat yang dimiliki oleh PT. Vale Indonesia
ini tidak bersifat komersil. Setiap karyawan memiliki hak akses atas sistem Flight Travel Authorization ini, setelah user melakukan pemesanan tiket pada sistem memiliki 2 status yaitu Confirm dan Waiting List. Pada sistem memiliki kategori priotas yaitu perjalan untuk tunjangan kerja, cuti, medis, dan keperluan lainnya (misal ada keperluan untuk ke kota lain menjenguk anak tetapi tidak dalam kondisi cuti atau lainnya).
Prosedur pelaksanan sistem ini adalah ketika user hendak melakukan pemesanan tiket maka sistem menunggu approval dari pimpinan, selanjutnya setelah pimpinan telah melakukan approval terhadap request karyawan (user) maka sistem akan lakukan pengecekan availabiliy seat. Ketika seat masih availability maka sistem akan memberi output terhadap inputan user dengan status confirm, dan jika seat telah empty maka sistem akan memberikan output dengan status waiting list.
2.3. Metodologi Penelitian 2.3.1. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung oleh peneliti melalui teknik survei, yaitu memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden melalui instrumen kuesioner. Sementara data sekunder diperoleh dari kajian literatur terhadap buku, jurnal ilmiah, laman web, dan artikel yang relevan dengan topik penelitian. Populasi penelitian ini adalah user yaitu karyawan PT. Vale Indonesia di Soroako. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Dalam memilih sampel, peneliti menggunakan teknik purposive random sampling.
2.3.2. Cara Analisis
Data yang dikumpulkan dengan kuesioner akan dianalisis. Ketentuan yang berlaku terhadap sebuah kuesioner adalah harus valid dan reliabel. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji validitas terhadap kualitas data [14]. Uji validitas konvergen dalam PLS dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor indikator-indikator yang mengukur konstruk tersebut. Indikator dikatakan baik dan signifikan apabila loading factor > 0.5 [14]. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat digunakan untuk mengukur konsistensi responden. Terdapat dua metode pengujian reliabilitas dalam PLS, yaitu Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Nilai Composite reliability harus > 0.7 meskipun nilai > 0.6 masih dapat diterima [14].
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan alasan kesesuaian dan permasalahan yang ada pada sistem Flight Travel Authorization, maka peneliti mengusulkan model penelitian konseptual berdasarkan pada model HOT-Fit sebagai model evaluasi yang paling lengkap. Di lapangan sering terjadi hambatan utama yaitu pada status yang berdasarkan approval dari pimpinan maka ditambahkan relasi baru yaitu stucture organization memiliki relasi terhadap system use. Stucture organization mempengaruhi system use dikembangkan oleh Komara [7]. Stucture organization dimasukan dalam penelitian Yuliasari[6].
Model hipotesis untuk pengaruh (Influence) yang dikembangkan untuk evaluasi sistem informasi Flight Travel Authorization yang berdasarkan pada model HOT-Fit dengan komponen technology, organization, dan net benefits adalah sebagai berikut.
Pada studi yang dilakukan oleh Roldan [15] telah menguji bahwa system quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap system use. Maka hipotesis pertama adalah:
H1: Ada pengaruh positif kualitas sistem (system quality) terhadap penggunaan sistem (system use). Pada studi yang dilakukan Roldan [15] telah menguji bahwa system quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap user satisfaction. Maka hipotesis kedua adalah:
H2: Ada pengaruh positif kualitas sistem (system quality) terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction). Studi yang dilakukan oleh Roldan [15] telah menguji bahwa Information Quality berpengaruh positif dan signigfikan terhadap system use. Maka hipotesis ketiga adalah:
H3: Ada pengaruh positif kualitas informasi (information quality) terhadap penggunaan sistem (system use).
Studi yang dilakukan oleh Roldan [15] telah menguji kualitas informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasaan pengguna. Maka hipotesis keempat adalah:
H4: Ada pengaruh positif kualitas informasi (information quality) terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction).
Studi yang dilakukan dalam Roland [15] telah menguji bahwa kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem. Maka hipotesis kelima adalah:
H5: Ada pengaruh positif kualitas layanan (service quality) terhadap penggunaan sistem (system use). Penelitian yang dilakukan Brophy [16] dalam Roldan [15] menyebutkan bahwa kualitas merupakan hal yang senantiasa berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Terhadap definisi kualitas yang secara luas diterima yaitu “quality is conformance to the customer’s requirement and quality is fitness for the customer’s purposes”. Selanjutnya Zeithaml Parasuraman dan Berry [17] memberikan definisi kualitas layanan sebagai tingkat ketidaksesuaian antara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat persepsi. Saravana dan Rao [18], menyebutkan ada 12 dimensi kritis untuk mengimplementasikan TQS (TQM in service organization) secara efektif telah menguji kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasaan pengguna. Maka hipotesis keenam adalah:
H6: Ada pengaruh positif kualitas layanan (service quality) terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction).
Penelitian yang dilakukan oleh Zhang, et. al. [19] menemukan dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, kesesuaian software dan hardware, keikutsertaan pengguna, akurasi data, pendidikan dan pelatihan, dan dukungan pemasok (structure) sebagai faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem (system use). Maka hipotesis ketujuh adalah:
H7: Ada pengaruh positif struktur organisasi (stucture organization) terhadap penggunan sistem (system use).
Studi yang dilakukan Roldan [15] telah menguji bahwa penggunaan sistem (system use) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dampak individu. Studi yang dilakukan Delone and Mclean [20] atas pengukuran kesuksesan e-commerce pada perusahaan Barner & Noble dan ME electronic telah menguji bahwa penggunaan sistem (system use) berpengaruh positif terhadap manfaat bersih (net benefit). Maka hipotesis kedelapan adalah:
H8: Ada pengaruh positif penggunaaan sistem (system use) terhadap manfaat bersih (net benefit).
Studi yang dilakukan oleh Roldan [15] telah menguji bahwa kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dampak individu. Studi yang dilakukan Delone and Mclean [20] atas pengukuran kesuksesan e-commerce pada perusahaan Barner & Noble dan ME electronic telah menguji bahwa kepuasaan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap mafaat bersih (net benefit). Maka hipotesis kesembilan adalah:
H9: Ada pengaruh positif kepuasaan pengguna (user satisfaction) terhadap manfaat bersih (net benefit). Definisi untuk variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada Tabel 2. Untuk model konseptual yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 2. Definisi dari model konseptual yang diusulkan
Variabel Definisi
Kualitas sistem (system quality)
Kualitas informasi (information quality)
Kualitas layanan (service quality)
Penggunaan sistem (system use)
Kualitas dari kombinasi hardware dan software dalam sistem informasi, fokusnya adalah performa sistem, yang merujuk pada seberapa baik kemampuan perangkat keras dan lunak, kebijakan, prosedur, dari sistem informasi dapat menyediakan informasi kebutuhan pengguna [21].
Merujuk pada output dari sistem informasi, menyangkut nilai, manfaar, relevan urgensi dari informasi yang dihasilkan Pitt et al [22] dalam Raditya [23].
Kualitas layanan adalah merujuk pada semua dukungan yang diberikan penyedia layanan baik layanan internal organisasi maupun eksternal/outsource vendor [2].
Penggunaan output informasi seperti laporan dari sistem informasi. Penggunaan sistem juga direlasikan pada pengetahuan dan kepercayaan individu, dan penerimaan terhadap sistem
Kepuasan pengguna (user satisfaction)
Struktur organisasi (organizational structure)
Manfaat bersih (Net benefits)
informasi [2].
Respon dan umpan balik yang diajukan oleh pengguna setelah menggunakan sistem informasi [24]. Kepuasan pengguna didapat hanya ketika kebutuhan dan keinginan terpenuhi [25]. Sikap pengguna terhadap sistem informasi adalah kriteria subyektif tentang bagaimana pengguna ke sistem digunakan. Variabel ini diukur dengan indikator yang terdiri dari: a) Kepuasan software, b) Efisiensi, dan c) Efektivitas [26].
Kempemimpinan, dukungan dari top manajemen, dan dukungan staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem informasi [27].
Keseimbangan antara dampak positif dan negatif dari pengguna sistem informasi. Net benefits dapat ditandai dengan benefit langsung, efek pekerjaan, efisien dan efektifitas, menurunkan tingkat kesalahan, mengendalikan pengeluaran dan biaya,. Semakin tinggi dampak positif yang dihasilkan semakin berhasil penerapan sistem informasi [27].
Gambar 1. Model konseptual yang diusulkan. 4. SIMPULAN
Evaluasi sistem informasi telah banyak dilakukan dan mendapat masukan untuk pengembang sistem informasi. Cukup banyak upaya yang dilakukan untuk memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang memperngaruhi keberhasilan sistem informasi terhadap kesesauian human, organization, dan technology. Penelitian-penelitian telah dilakukan oleh banyak peneliti agar dapat lebih memahami dan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan suatu sistem, model yang diajukan oleh peneliti adalah dalam makalah ini, juga dapat diharapkan dapat menambah referensi teori untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem. Namun, agar model yang diajukan pada penelitian ini dapat memberikan output yang berharga maka dapat diuji dengan data real, dikarenakan model yang diusulkan tersebut masih merupakan model konseptual.
5. REFERENSI
[1] Weber, R. 1998. Information System Control and Audit. In Prentice Hall.
[2] Yusof, M. M., Kuljis, J., Papazafeiropoulou, A., dan Stergioulas, L. K. 2008. An evaluationframework for Health Information Systems: human, organization and technology-fit factors (HOT-technology-fit). International Journal of Medical Informatics. 77(6): 386–98.
[3] Liu, G., Huang, S.-P., dan Zhu, X.-K. 2008. User Acceptance of Internet Banking in an Uncertain and Risky Environment. In 2008 International Conference on Risk Management & Engineering Management: 381–386.
[4] H., S., Y., P., C., K., dan Jui-Sheng, C. 2012. Toward an understanding of construction professionals acceptance of mobile computing devices in South Korea: An extension of the technology acceptance model. Automation in Construction. 28: 82–90.
[5] N. A. K. S., M., dan J. M., G. 2010. Novel Evaluation Model of User Acceptance of Software Technology In Healthcare Sector. In International Conference on Health Informatics.
[6] Yuliasari, E. 2013. Analisis Faktor Determinan Penggunaan Sistem Aplikasi Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Implikasinya terhadap Kinerja Pemeriksa (Studi pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat). Gadjah Mada, Yogyakarta.
[7] Komara, A. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi ed 2,__. [8] DeLone, W. H. 1988. Determinants of Success for Computer Usage in Small Business. MIS
Quarterly/March: 51–61.
[9] Choe, J. M. 1996. The Relationships Among Performance of Accounting Information Systems, Influence Factors, and Evolution Level of Information Systems. Journal of Management Information System/Spring. 12(4): 215–239.
[10] Raghunathan, B. dan Raghunathan, T. 1988. Impact of Top Management Support on Information System Planning. Journal of Information Systems (Spring). :15–23.
[11] Sidharta, L. 1995. Pengantar Sistem Informasi Bisnis. P.T. ELEX Media Komputindo, Jakarta. [12] H. M. J. 1999. Pengenalan Komputer. ANDI, Yogyakarta.
[13] Gordon, B. D. 1991. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1. PT Pustaka Binamas Pressindo, Jakarta.
[14] H., J. 2011. Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling (SEM) Berbasis Varian Dalam Penelitian Bisnis. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
[15] Roldán, J. L. dan Leal, A. 2003. A Validation Test of an Adaptation of the DeLone and McLean’s Model in the Spanish EIS Field. Critical Reflections on Information Systems: A Systemic Approach. 4: 66–84.
[16] Brophy, Peter dkk. 2000. Library Performance Measurement and Quality Management System: Performance Indicators for Electronic Library Services.
[17] Parasuraman, A., Berry, Leonard, L., dan Zeithaml, Valarie A. 1988. SERVQUAL: A-Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing. 64 (Spring): 12-40.
[18] Saravanan, R. dan Rao, K.S.P. 2006. Development and Validation of an Instrument for Measuring Total Quality Service, Total Quality Management. 17(6): 733-749.
[19] Zhang, Y., Shabanov, N., Knyazikhin, Y., & Myneni, R. B. 2002. Assessing the information content of multiangle satellite data for mapping biomes. Remote Sensing of Environment. 80(3): 435– 446.
[20] DeLone, W. H. dan McLean, E. 2003. The DeLone and McLean model of information systems success: A ten-year updated. Journal of Management Information Systems. 19(4): 9–30.
[21] Delone, W. dan E.R., M. 1992. Information System Success: The Quest For The Dependent Variable. Information System Research. 3: 60–95.
[22] Pitt, L. F., Watson, R. T., dan C.B. Kavan. 1995. Service Quality: A Measure of Information Effectiveness, MIS Quarterly. 19: 2.
[23] D., R. 2007. Pengujian Model Delone and McLean dalam Pengembangan Sistem Informasi Manajemen (Kajian Sebuah Kasus). 1–25.
[24] M., T. 2012. Influence of Transformational Leadership and Success of Information System on Good University Governance. 2: 12492–12501.
[25] Choudhuri, P. S. 2014. Conceptual Model of Information Technology Enabled Convenient Services for the Life Insurance Sector. The International Journal Of Business & Management. 2(4): 118–123.
[26] McGill, T., Hobbs, V., dan Klobas, J. 2003. User Developed Applications and Information Systems Success: A Test of DeLone and McLean's Model. Information Resources Management Journal (IRMJ). 16(1): 24-45.
[27] Yusof, M. M., Paul, R. J., dan Stergioulas, L. K. 2006. Towards a Framework for Health Information Systems Evaluation. In Proceedings of the 39th Annual Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS’06). : 95a-95a.