• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit 2.1.1 Botani

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk tanaman monokotil. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) tanaman kelapa sawit (palm oil)dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis

Species : 1. Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika)

2. Elaeis oleifera Cortes atau Elaeis mel-anococca(Kelapa Sawit Amerika Latin). Seperti tanaman palma lain, kelapa sawit memiliki sifat-sifat bagian vegetatif dan generatif yang khas.

2.1.2 Morfologi A. Akar (Radix)

Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai perakaran yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman kekeringan. Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya transpirasi tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah

(2)

5

yang terbatas pada saat musim kemarau (Maryani,2012). Pada tanaman kelapa sawit yaitu akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter yang mana setiap bagian tersebut memiliki fungsi. Sebagai tanaman jenis palma, kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang maupun akar cabang. Jenis – jenis akar yaitu akar primer yang 45° vertikal kebawah sampai kedalaman 1,5 meter, pertumbuhan panjang sampai 18 meter dari pangkal pohon yang diameternya 5-10 mm dan memiliki fungsi untuk mengambil air dan makanan, jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2-2,5 meter, pada akar primer tumbuh akar sekunder. Sedangkan akar tertier dan kuarter adalah akar yang sangat aktif menyerap air dan unsur hara yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 2-2,5 meter dari pangkal pohon. Panjang akar tertier mencapai 15 cm dan panjang akar kuarter rata-rata 3 cm (Lubis, 2008). Masing-masing jenis akar tersebut memiliki diameter yang berbeda-beda yang diuraikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Diameter akar tanaman kelapa sawit

Nama Akar Diameter

Primer 5-10 mm

Sekunder 2-4 mm

Tertier 1-2 mm

Kuarter 0,1-0,3 mm

Sumber: Publikasi LPP Dan PPKS B. Batang (Caulis)

Batang kelapa sawit tumbuh lurus (phototroi), tidak bercabang dibungkus oleh pelepah daun (frond base). Pada tanaman dewasa diameternya 45-60 cm. Bagian bawah batang biasanya lebih gemuk disebut bonggoldengan diameter 60-100 cm (Wahyuni, 2007). Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutup pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan kecepatan tumbuh 35-70 cm/tahun (Wahyuni, 2007).

(3)

6

Pertambahan tinggi batang juga di pengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk, kerapatan tanam dan lain-lain. Perkembangan tinggi batang yang normal adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tinggi batang kelapa sawit berdasarkan umur tanaman Umur (tahun) Tinggi (m) Umur (tahun) Tinggi (m) Umur (tahun) Tinggi (m) 3 1,6 11 7,5 19 11,5 4 2,2 12 8,4 20 11,9 5 2,6 13 8,9 21 12,2 6 3,8 14 9,8 22 12,4 7 4,5 15 10,0 23 13,0 8 5,4 16 10,5 24 12,3 9 5,7 17 11,0 25 14,0 10 6,7 18 11,3

Sumber: Publikasi LPP Dan PPKS

C. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk pelepah yang panjangnya 7,5 - 9 meter. Daun berwarna sedikit lebih warna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda (Lubis, 2008). Daun kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susunan tulang-tulang daun menyirip, tiap daun terdiri dari:

1. Rachis yaitu daun utama yang sangat lebar dibagian bawah dan menempel pada batang (petiolus) dan berangsur-angsur menyepit menuju ujung daun. Panjang mencapai 9 cm.

2. Pinnae yaitu anak daun berderet di sisi kiri dan kanan rachis dengan arah keatas dan kebawah, jumlah bervariasi antara 250 - 400 helai. 3. Anak-anak daun yang ada di tengah lebih panjang dari pada yang

ada di pangkal ataupun di ujung daun.

4. Anak-anak daun pada pangkal daun sangat memendek dan mengalami modifikasi menjadi duri-duri daun. Tiap anak daun

(4)

7

terdiri dari tulang daun (lidi) dan helai daun yang ada di kedua sisi lidi tersebut.

Pada tanaman muda pohon kelapa sawit mengeluarkan daun sebanyak 20 - 30 daun / tahun (umumnya disebut pelepah) dan pada tanaman tua antara18 - 25 pelepah / tahun. Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125 - 200 pasang dengan panjang 1 - 1,2 m dengan lebar tengah 6 cm. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40 - 56 pelepah selebihnya dibuang saat dilakukan pemanenan (Lubis, 2008).

Susunan pelepah kelapa sawit phylotaxis 3/8 yang berarti setiap tiga putaran terdapat 8 daun. Letak pelepah/daun dapat dilihat dari bekas tunasan yang membentuk spiral ke kiri atau ke kanan, arah putaran dapat dilihat dari atas ke bawah (Tim Pengembangan Materi LPP, 2000). Daun kelapa sawit mengalami tiga tahap perkembangan daun yang diuraikan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Tahap Perkembangan Daun Kelapa Sawit.

Tahap Perkembangan

Lanceolate Daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian daun yang utuh.

Bifurcate Bentuk daun dan helaian daun sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka.

Pinnate Bentuk daun dengan helaian daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan kebawah.

Sumber: (Tim Pengembangan Materi LPP, 2000).

D. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (Monoceous) yang artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan

(5)

8

berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina berbentuk agak bulat (Heri Hartanto,2011).

Rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan cabang-cabang meruncing yang disebut dengan spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian bunga betinadapat mencapai 100-200 spikelet dan setiap spikelet terdapat 15 - 20 buah sedangkan untuk bunga jantan terdiri dari 100-250 spikelet. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang (cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan peranan angin atau serangga penyerbuk (Heri Hartanto, 2011).

Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen (Fatmawaty et.al, 1987).

Sex ration yaitu perbandingan bunga betina dengan keseluruhan bunga (bunga jantan dan bunga betina). Bunga jantan terdiri dari 100 - 250 spiklet sedangkan bunga betina terdiri dari 100 - 200 spiklet. Satu tandan yang mekar akan menimbulkan bau yang wangi dan wangi tersebut akan bertahan selama 2 - 4 hari (Lubis, 2008).

E. Buah (Fructus)

Secara botani, buah kelapa sawit di golongkan sebagai buah drupe, terdiridari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp (yang) secara salah kaprah biasanya disebut pericarp) dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 inti kernel (umumnya hanya satu).

(6)

9

Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio (Azhar, 2012).

Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan dan memerlukan waktu5,5 - 6,0 bulan dari saat penyerbukan sampai matang panen. Dalam 1 rangkaian terdapat ± 1800 buah yang terdiri dari buah luar, buah tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi yang terjepit mengakibatkan tidak berkembang dengan baik (Setyamidjaja, 1991).

Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 - 2000 buah ter-gantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15 - 25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman tua berkisar antara 8 - 12 tandan/pokok/tahun (Lubis, 2008).

Menurut bentuk dan irisan melintang karakteristik buah kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu Dura, Pisifera dan Tenera yang diuraikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Karakteristik buah kelapa sawit berdasarkan jenis buah.

Ciri-ciri buah Dura Pisifera Tenera

Ketebalan cangkang (mm) 2-5 mm Tidak ada 1-2,5 mm % Endocarp 20-50 % - 3-20 % % Mesocarp 20-65 % 92-97% 60-90 % % Inti 4-20 % 3-8 % 3-15 %

Kadar minyak Rendah Tinggi Sedang

Sumber : Wahyuni, 2007.

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit A. Faktor Iklim

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Komponen yang menentukan persyaratan agronomis untuk kelapa sawit meliputi curah

(7)

10

hujan, bulan kering, dan ketinggian dari permukaan laut (Adiwiganda, 2007).

Iklim dan media tumbuh yang baik merupakan syarat umum bagi tanaman tahunan untuk dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Kelapa sawit dapat tumbuh baik di daerah antara 16° LU dan 10° LS. Suhu optimal untuk pertumbuhan sekitar 24 - 28°C tetapi dapat juga tumbuh pada kisaran antara 18 - 32°C dengan kelembaban tinggi yaitu 80% dan curah hujan rata-rata tahunan berkisar 2000 - 2500 mm per tahun. Suhu rendah (35°C) berpengaruh sebaliknya (Fauzi et al., 2008).

B. Faktor Tanah

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit yang terbaik didapat pada lahan dengan elevasi 0 - 100 m di atas permukaan laut. Pada lahan-lahan tertentu walaupun ketinggian tempat lebih dari 500 m di atas permukaan laut asalkan mendapatkan pengaruh iklim mikro yang lebih hangat, kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi. Bentuk wilayah sangat erat kaitannya dengan kedalaman efektif tanah. Pada lahan datar dengan kemiringan 0 - 3 persen umumnya memiliki kedalaman efektif tanah yang tebal. Sebagian besar lahan kelapa sawit berada pada wilayah berombak sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 3 - 15 persen dengan kedalaman efektif berkisar antara 80 - 120 cm (Lubis, 1992).

Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, dan tanah Aluvial. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, dan permeabilitas sedang, tekstur tanah ringan dengan komposisi pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat 20 - 50 persen. Sifat kimia tanah yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit untuk tumbuh baik meliputi pH tanah antara 4.0 - 6.5 dengan pH optimum 5.0 - 5.5, rasio C/N mendekati 10 dengan kandungan C ± 1% dan N ± 0.1%, kapasitas tukar K+ dan Mg2+ berada pada batas normal sekitar 0.15 - 1.20 me/100 gram untuk K+ ,

(8)

11

sedangkan Mg2+ 0.4 - 1.0 me/100 gram. Apabila kurang dari itu maka kelapa sawit akan kekurangan unsur K+ dan Mg2+ (Fauzi et al., 2008). C. Kelas Kesesuaian Lahan

Menurut Sulistyo (2010), penilaian kesesuaian lahan ditujukan terhadap setiap satuan peta tanah (SPT) yang ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka sifat fisik lingkungan suatu wilayah dirinci ke dalam suatu kualitas lahan (land qualities) dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristic). Selanjutnya karakteristik lahan yang diperlukan dalam penilaian lahan untuk kelapa sawit yang meliputi curah hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut, bentuk daerah atau lereng, kandungan batuan atau bahan kasar di dalam dan dipermukaan tanah, kedalaman efektif tanah.

Untuk mengklasifikasi kelas kesesuaian lahan dapat ditentukan dengan sistem pencocokan pada karakteristik kesesuaian lahan yang ada di suatu daerah dengan tabel kriteria kesesuaian lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit diatas. Adapun dasar pencocokan kelas kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.5.Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan.

Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

Kelas S1 (SangatSesuai)

Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal).

Kelas S2 (Sesuai)

Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas ringan dan/ atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas sedang.

Kelas S3 (Agak Sesuai)

Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan/ atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat.

Kelas N1

(Tidak Sesuai Bersyarat)

Unit lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki. Kelas N2

(Tidak Sesuai Permanen)

Unit lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.

(9)

12 2.3 Sifat Biologi Tanah Mineral

Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan yang menguntungkan bagi kehidupan makhluk-makhluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan siklus kehidupan makhluk-makhluk alami. Tanah yang normal telah kita ketahui tersusun dari unsur-unsur padat, cair dan gas, yang secara luas dapat dibagi dalam 5 kelompok, yaitu:

1. Partikel-partikel mineral, yang dapat berubah-ubah ukuran dan tingkatan hancuran mekhanis dan kimiawinya, dan partikel-partikel ini meliputi kelompok-kelompok batu kerikil, pasir halus, lempung dan lumpur.

2. Sisa-sisa tanaman dan binatang, terdiri dari daun-daunan segar yang jatuh, jerami dan bagian-bagian tanaman yang tersisa serta berbagai bangkai binatang dan serangga, yang kesemuanya membusuk dan hancur menyatu dengan partikel-partikel di atas. Residu atau sisa-sisa tanaman dapat pula berwujud humus atau bahan-bahan humus.

3. Sistem-sistem kehidupan, termasuk berbagai kehidupan tanaman lebih tinggi, sejumlah besar bentuk makhluk/binatang yang hidup dalam tanah seperti berbagai macam serangga, protozoa, cacing tanah dan binatang mengerat, demikian pula berbagai algae, fungsi, aktinomisetes dan bakteri.

4. Air, yang merupakan bentuk-bentuk cairan terdiri dari air bebas dan air higroskopis, berkandungan berbagai konsentrasi larutan garam-garam anorganik dan campuran-campuran atau senyawa-senyawa organik tertentu.

5. Berbagai gas, atmosfer tanah terdiri dari karbon dioksida, oksigen, nitrogen dan sejumlah gas lainnya dalam konsentrasi-konsentrasi yang lebih terbatas.

Unsur-unsur di atas menjadikan tanah yang subur, yang mampu menjamin, berlangsungnya kehidupan berbagai makhluk di bumi.Tanah merupakan ekosistem yang mengandung berbagai jenis mikroba dengan morfologi dan

(10)

13

sifat fisiologi yang berbeda-beda, jumlah tiap kelompok mikroba sangat bervariasi. Banyaknya mikroba berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah serta pertumbuhan tanaman (Hastuti dan Ginting, 2012).

Mikroba memegang peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan kehidupan tumbuhan diatasnya. Mikroba tanah berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, distribusi dan pencampuran bahan organik serta menjadi musuh bagi patogen yang menyerang tanaman (Widyati, 2013). Tanah yang diberikan bahan organik berfungsi untuk memberikan warna gelap atau kehitaman dengan manfaat sebagai indikasi tanah subur (Sumarno, dkk 2009). Struktur tanah merupakan partikel-partikel tanah seperti pasir, debu, dan liat yang membentuk agregat tanah antara suatu agregat dengan agregat yang lainnya. Dengan kata lain struktur tanah berkaitan dengan agregat tanah dan kemantapan agregat tanah. Bahan organik berhubungan erat dengan kemantapan agregat tanah karena bahan organik bertindak sebagai bahan perekat antara partikel mineral primer Putra (2009).

2.4 Sifat Kimiawi Tanah Mineral

Menurut Hanfiah (2014), makin halusnya partikel akan menghasilkan luas permukan partikel persatuan bobot yang makin luas, berarti liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas dibanding 2 fraksi lainnya. Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi kimiawi tanah yang menentukan pergerakan, penyediaan dan penyerapan unsur hara dari tanah ke tanaman. Hal ini menunjukkan pula bahwa fraksi liatla yang sangat menentukan sifat kimiawi tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah.

2.5 Sifat Fisik Tanah Mineral

Menurut Hanafiah (2014), Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi pertama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi (menelusup), baik secara lateral atau horizontal

(11)

14

maupun secara vertikal. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi ini tergantung pada ruang pori-pori yang terbentuk di antara partikel-partikel tanah (tekstur dan struktur), sedangkan stabilitas ukuran ruang ini tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.

Kerapatan porositas tersebut menentukan kemudahan air untuk bersikulasi dengan udara (drainase dan aerasi). Sifat fisik lain yang penting adalah warna dan suhu tanah. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian dan akumulasi bahan-bahan yang terjadi, sedangkan suhu merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap oleh bahan-bahan penyusun tanah.

Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditetukan oleh:

1. Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah

2. Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini 3. Keseimbangan antara suplai air, energy dan bahan dengan

kehilangannya

4. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.

2.5.1 Bulk Density Tanah

Menurut Hardjowigeno (2015), Bulk density atau kerapatan lindak menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume pori-pori tanah. Bulk Density adalah berat tanah kering (gr) dibagi dengan volume tanah (cc). Bulk Density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi Bulk Density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk Density berkisar dari 1,1. – 1,6 gr/cc. Beberapa jenis tanah mempunyai Bulk Density kurang dari 0,85 gr/cc. Berat jenis tanah (bulk density) adalah massa tanah kering yang mengisi ruangan di dalam lapisan tanah.

(12)

15

Berat jenis tanah dengan demikian merupakan massa per satuan tanah kering. Volume tersebut dalam hal ini mewakili ruangan dalam tanah yang terisi butir-butir tanah. Dalam sistem matrik, massa dan berat tanah di permukaan bumi secara numerik dapat dianggap sebanding. Dalam hal ini, massa dari berat tanah ditunjukkan dalam unit satuan gram, sementara volume air yang terkandung dalam tanah ditunjukkan dalam unit satuan cm3 . Besarnya angka berat jenis tanah bervariasi dari 0,5 pada lapisan tanah remah sampai 1,8 pada tanah pasir padat. Tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar daripada tanah mineral yang bagian atasnya mempunyai kandungan bulk density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnyaTanah dibawah tegakan hutan umumnya mem-punyai nilai berat jenis tanah antara 0,9 dan 1,3 (Asdak, 2007).

2.5.2 Porositas Tanah

Ruang pori merupakan ruang yang dapat dikuasi oleh air dan udara. Struktur tanah sangat menentukan besarnya ruang tersebut. Hubungan antara massa tanah dan ruang yang dapat dibentuk dan ditentukan olehnya. Apabila ruang pori terlalu kecil, tanaman akan kekurangan oksigen. Jika tingkat kekurangan oksigen itu semakin besar, maka defisiensi oksigen akan diderita, dalam hal ini sama saja dengan memancing adanya defisiensi air. Berdasarkan diameter ruangnya, pori-pori tanah dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu makropori (pori-pori makro) apabila diameternya lebih besar dari 90 µm, mesopori apabila diameternya 30 µm sampai 90 µm dan mikropori apabila diameternya lebih kecil dari 30 µm. Sedangkan berdasarkan pengaruhnya terhadap air, pori-pori tanah dibagi menjadi lima kelas yaitu pori pengikat jika berdiameter kurang dari 0,005 µm, pori residual jika berdiameter 0, 005 – 0,1 µm, pori penyimpan jika berdiameter 0,1– 50 µm, pori transmisi jika

(13)

16

berdiameter 50 – 500 µm dan celah jika berdiameter lebih besar dari 500 µm.

Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menetukan porositas “cores” tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian ”cores” ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh dan cores kering oven merupakan volume ruang pori untuk tanah Porositas tanah tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Sebaliknya, pada top-top soil bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri pori-pori kecil. Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar.

Menurut Hanafiah (2014), Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga, merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk – keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus. Porositas mencerminkan tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah (perlokasi, waktu per jarak).

2.5.3 Tekstur Tanah

Menurut Hanafiah (2014), tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 200 – 2 µm) dan liat (clay) (< 2 µm). Partikel berukuran di atas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi menurut Lal (1979)

(14)

17

harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah. Tanah yang di dominasi pasir akan banyak mempunyai pori – pori makro (besar) (disebut lebih poreus), tanah yang di dominasi debu akan banyak mempunyai pori – pori meso (sedang) (agak poreus).

Sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori – pori mikro (kecil) atau (tidak poreus) hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi, atau bahan lain, sehingga makin dominan dominan fraksi pasir akan makin kecil daya menahan tanah terhadap ketiga material ini, dan sebaliknya jika liat yang dominan. Sifat tanah dalam meloloskan air sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah.

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat me-nentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah me-nyimpan dan menghantarkan air, meme-nyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, porositasnya rendah ( 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman.

Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Penentuan klasifikasi tekstur tanah dilakukan dengan menggunakan diagram segitiga tekstur berdasarkan klasifikasi USDA (United States Departement of Agriculture).

(15)

18

Gambar 2.1 Diagram segitiga tekstur berdasarkan klasifikasi USDA (United States Departement of Agriculture).

Gambar

Tabel 2.1. Diameter akar tanaman kelapa sawit
Tabel 2.2 Tinggi batang kelapa sawit berdasarkan umur tanaman  Umur  (tahun)  Tinggi (m)  Umur  (tahun)  Tinggi (m)  Umur   (tahun)  Tinggi (m)  3  1,6  11  7,5  19  11,5  4  2,2  12  8,4  20  11,9  5  2,6  13  8,9  21  12,2  6  3,8  14  9,8  22  12,4  7
Tabel 2.3. Tahap Perkembangan Daun Kelapa Sawit.
Tabel 2.4. Karakteristik buah kelapa sawit berdasarkan jenis buah.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tanah memiliki ukuran partikel yang berbeda-beda, oleh karena itu kita mengolongkan tanah menjadi beberapa jenis tanah seperti tanah lempung, tanah liat dan

Penyerapan oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid

Pada penelitian ini campuran lateks polyester dengan LPKA yang disebut SSTS akan digunakan untuk stabilisasi agregat tanah pasir, melalui gugus polar yang dimiliki rantai

Selanjutnya Tanah yang partikel-partikelnya belum tergabung, terutama yang bertekstur pasir disebut tanpa struktur atau bertekstur lepas, sedangkan tanah yang bertekstur liat

Tabel 1 ' Hasil analisis tekstur tanah (kandungan pasir, debu, dan liat), jenis tanah dan indeks kemantapan agregat.. Spektrum infra red gugus fungsional utama eksopolisakarida

Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Di dalam larutan encer, surfaktan membentuk agregat-agregat atau misel-misel (yang panjangnya 0.1-0.3 µm), terdiri dari 50-100 molekul yang terorientasi pada bagian

Selain itu jenis ini dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat sedikit pasir.. Pada dasarnya derajat keasaman tanah